Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 31, Nomor 3 Juli – September 2016
INTRODUSI TEKNOLOGI TRICHOKOMPOS PADA USAHA TANI SAYURAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI DESA RENGAS BANDUNG Endriani dan Sunarti Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Tujuan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah untuk membentuk atau mengembangkan sekelompok masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani sayuran yang produktif berkinerja tinggi, yang mandiri secara ekonomis. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini dilaksanakan pada dua Mitra Kelompok Tani, yaitu Kelompok Tani “Karya Mandiri” dan Kelompok Tani “Tani Mandiri “ di Desa Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota, yang dilaksanakan selama enam bulan. Metode pelaksanaan kegiatan PPM adalah melalui penyuluhan, pelatihan dan demplot. Hasil yang dicapai dari kegiatan ini adalah sebagai berikut : (1) Pemberdayaan kelompok tani melalui kegiatan pelatihan dan praktek lapang (demplot) mampu meningkatkan ketrampilan anggota dalam menerapkan teknologi. Sedangkan upaya mediasi yang dilakukan dengan fihak swasta, dapat menjamin ketersediaan sarana produksi yang dibutuhkan kelompok tani; (2) Introduksi teknologi pengomposan kotoran ayam telah mendorong tumbuhnya usaha pengomposan skala rumah tangga, ditandai dengan telah diadopsinya teknologi pengomposan oleh 5 orang petani. Penguasaan teknologi pengomposan kotoran ayam dapat memicu tumbuhnya usaha agroindustri, khususnya pengomposan di lingkungan kelompok tani Karya Mandiri dan Kelompok tani Mandiri.; (3) Penerapan teknonologi biokompos pada usaha tani mentimun dapat mengurangi biaya produksi, meningkatkan hasil tanaman, serta meningkatkan pendapatan dengan R/C masing-masing 4,12. Dapat dikatakan bahwa teknologi trichokompos yang diterapkan pada kelompok masyarakat sangat layak untuk dilanjutkan. Kata kunci : Usaha tani sayuran, trichokompos, Limbah pertanian peternakan, ekonomi rumah tangga.
PENDAHULUAN Pengembangan usaha tani di Desa Rengas Bandung masih sangat memerlukan pembinaan dan pendampingan dalam menumbuh kembangkan pola budidaya pertanian ke arah yang konservatif, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Selama ini petani masih melakukan usaha tani sayur mayur secara kimiawi, melalui pemanfaatan pupuk kimia dan pestisida kimia. Padahal untuk menuju pertanian yang ramah lingkungan dan konservatif, sangat perlu pengurangan aplikasi bahan kimia dalam usaha tani. Memperhatikan potensi peternakan seperti peternakan sapi maupun peternakan ayam di Desa ini, juga menunjukkan potensi yang besar untuk lebih dikembangkan dan diberdayakan agar dapat memberi hasil yang optimal bagi petani peternak di daerah ini. Di samping itu limbah ternak belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan produktivitas lahan usaha
tani masyarakat setempat, umumnya kotoran sapi dibiarkan menumpuk atau berserakan di kandang tanpa dimanfaatkan, sementara itu limbah pertanian seperti brangkasan jagung, brangkasan kacang tanah maupun jerami padi sehabis panen tidak dikembalikan lagi ke lahan tapi malah dibakar. Mandiri” dan Kelompok Tani “Tani Mandiri” ini diharapkan dapat mengembangkan budidaya sayur-syuran yang ramah lingkungan, berproduksi tinggi dan dapat meningkatkan pendapatan petani. Sebagian besar lahan kering di Desa Rengas Bandung ini didominasi oleh tanah Ultisol (Podsolik Merah Kuning), dan sebagian kecil tanah gambut. Tanah ini memiliki kandungan bahan organik sangat rendah ( < 3%), kemasaman tinggi (pH < 5), kahat unsur hara P, K, Ca dan Mg, KB rendah ( < 30 ) dan kandungan Al tinggi (> 8 me/100g). Sifat fisik lahan ini jelek dengan infiltrasi dan permeabilitas tergolong lambat dan peka terhadap erosi.
Introduksi Teknologi Trichompos Pada Usaha Tani Sayuran Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Desa Rengas Bandung 27
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Dalam pengusahaannya untuk pertanian tanaman pangandan sayur-sayuran seperti mentimun, kacang panjang, pare dan kesek maupun tomat sering mengalami berbagai kendala, sehingga produksi sayuran menjadi tidak optimal dan petani masih tetap miskin. Masyarakat Desa rengas Bandung, berbagai jenis sayuran ditanam setiap musim sehingga selalu tersedia sepanjang tahun. Jika petani bertahan melakukan usaha tani sayur sayuran seiap tahun, ini berarti sayur sayuran mampu memberi peluang berusaha, dapat dilakukan dan diterima oleh masyarakat setempat sehingga berdampak pada penyerapan tenaga kerja serta pengembangan industriindustri kecil dan menengah. Sayur mayur berperan penting dalam perekonomian nasional dengan berkembangnya industri pangan yang ditunjang oleh teknologi budi daya yang bebas bahan kimia. Perkembangan penduduk yang diiringi peningkatan pendidikan masyarakat menghasilkan masyarakat yang kritis serta mampu memisahkan yang baik dan yang tidak baik, baik dalam kesehatan maupun dalam mengkonsumsi makanan dan sayur sayuran. Akhir akhir ini sayuran bebas pestisida semakin digemari dan dicari masyarakat, sementara ini petani sayuran masih banyak yang menggunakan pupuk kimia. Oleh sebab itu menggugah dan memberi motifasi kepada masyarakat petani melalui program pemberdayaan masyarakat dalam menuju petani sayuran yang berkualitas tentunya sangat diperlukan. Hal ini tentunya akan memberikan multiplier effect bagi petani sayuan, yaitu memberikan jaminan terserapnya produksi sayuran organic oleh masyarakat perkotaan maupun pedesaann, selain oleh tekhnologi pengelolaan limbah pertanian dan peternakan akan menciptakan sistem usaha tani berbasis zero waste. Sebagian besar petani yang berusia produktif di Desa ini kebanyakan berpendidikan SLTA ke bawah, bahkan banyak di antara mereka yang hanya sebentar nengenyam pendidikan di bangku
Volume 31, Nomor 3 Juli – September 2016
SLTA karena putus sekolah akibat ketiadaan biaya. Namun saat ini sudah ada beberapa orang yang berpendidikan Sarjana. Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat di Desa Rengas Bandung Kecamatan Jaluko (Jambi Luar Kota) sangat perlu pembinaan SDM dan belum sepenuhnya menyadari bahwa pendidikan itu penting. Potensi alam Kecamatan Jaluko khususnya Desa Rengas Bandung adalah lahan kering, lahan kering (perkebunan, tegalan, pekarangan dan hutan , lahan tidur), lahan sawah, kolam ikan. Pertanian dominan meliputi tanaman pangan dan sayu-sayuran (Mentimun, pare, kacang panjang, tomat, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, ketela pohon, ubi jalar), tanaman perkebunan (kelapa sawit, karet), tanaman hutan (bulian), peternakan (kerbau, sapi, domba, kambing, ayam). Permasalahan di sektor pertanian adalah masih belum termanfaatkan lahan pertanian secara optimal. Rendahnya kemampuan pemanfaatan lahan pertanian tersebut ditengarai karena masih rendahnya nilai tambah yang dapat diberikan oleh sektor pertanian atas modal yang ditanamkan. Oleh karena itu pembinaan dan pendampingan kepada masyarakat agar bisa memperoleh alternative usaha yang dapat meningkatkan pendapatan petani, khususnya dan mempunyai daya saing dan nilai jual yang tinggi perlu dilakukan. Berdasarkan analisis situasi yang dijelaskan di atas, maka perlu usaha untuk menjaga kelestarian tanah dan meningkatkan produksi sayur-sayuran dan dapat mewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan (Sustainable agriculture development), meningkatkan peluang usaha melalui diversivikasi produksi sayuran organik, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya melalui kegiatan Program PPM dari Perguruan Tinggi. Usaha tani sayuran dengan teknologi ramah lingkungan ini diharapkan dapat meningkatkan produksi, menyuburkan tanah dan meningkatkan
Introduksi Teknologi Trichompos Pada Usaha Tani Sayuran Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Desa Rengas Bandung 28
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
peluang usaha petani sehingga meningkatkan perekonomian masyarakat. METODE PELAKSANAAN Usaha-usaha yang akan dilakukan guna mencapai tujuan/sasaran pemberdayaan masyarakat kelompok tani sayuran adalah : 1. Melaksanakan sosialisasi program Penerapan Ipteks bagi Masyarakat pada masyarakat Desa Rengas Bandung 2. Melaksanakan kursus tentang pertanian ramah lingkungan berbasis pengelolaan limbah pertanian dan pupuk kandang, serta gulma in situ menjadi trichokompos, 3. Melaksanakan pelatihan pembuatan trichokompos dari bahan lokal dan dengan bioaktivator trichoderma dan EM-4. 4. Melaksanakan demplot atau percontohan pelaksanaan budidaya sayuran ramah lingkungan 5. Melakukan pelatihan membuat pupuk organik cair (POC) 6. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan program PPM Kelompok Tani Karya Mandiri dan Kelomok Tani Mandiri, dengan cara pertemuan dengan anggota kelompok tani baik di lapangan maupun di ruangan, serta mendiskusikan perkembangan di lapangan. 7. Melaksanakan pelatihan manajemen produksi dan manajemen pemasaran 8. Melakukan evaluasi keberhasilan program, dengan indikator hasil panen dan analisis usaha tani serta hasil olahan jagung. Rancangan Evaluasi Evaluasi yang akan dilaksanakan pada kegiatan PPM ini yaitu : 1. Tanya jawab/diskusi mengenai hasil pelatihan/kursus, guna mengetahui tingkat pemahaman petani peserta kursus tentang materi yang disampaikan. 2. Penilaian pelaksanaan penerapan teknologi budidaya sayuran Ramah
Volume 31, Nomor 3 Juli – September 2016
Lingkungan (Conservation Farming) pada masyarakat mitra, dengan indikator pertumbuhan tanaman dan hasil sayuran dan melakukan hasil analisis usaha tani. 3. Penilaian akan animo petani peserta kursus dan masyarakat lainnya terhadap penerapan teknologi trichokompos dan tindakan budidaya yang tepat (pemupukan, pengolahan tanah, penggunaan bibit unggul, pemberantasan hama dan penyakit serta penyiangan) pada lahan milik petani, serta pengelolaan sisa panen untuk sumber bahan organik tanah. 4. Penilaian keberhasilan kelompok tani dalam mengembangkan usaha tani sayuran dan pemasaran hasil sayuran. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Lokasi Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat Dalam Upaya Produksi Trichokompos dan Pemanfaatannya untuk Peningkatan Hasil Sayuran Berbasis Limbah Pertanian dan Ternak serta Gulma In Situ ini telah dilaksanakan pada dua mitra kelompok tani yang berlokasi di Desa Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota. Kabupaten Muaro Jambi adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia. Kabupaten Muaro Jambi memiliki luas wilayah 5.246 km2. Pusat pemerintahan di Kota Sengeti sebagai ibu kota Kabupaten Muaro Jambi. Letak geografis wilayah yang cukup strategis berada di hinterland Kota Jambi, hal ini memberikan keuntungan bagi Kabupaten Muaro Jambi karena memiliki peluang yang cukup besar sebagai pemasok kebutuhan Kota Jambi , seperti pemasaran untuk hasil pertanian, perikanan, industry dan jasa. Secara geografis Kabupaten Muaro Jambi terletak antara 10 51’ LS samapai 20 01’ LS dan diantara 1030 15’ BT sampai 1040 30’ BT. Kabupaten Muaro Jambi merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian dari permukaan laut antara 10100 meter, dan termasuk daerah beriklim
Introduksi Teknologi Trichompos Pada Usaha Tani Sayuran Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Desa Rengas Bandung 29
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
tropis dengan curah hujan rata-rata 186 mm per hari dengan intesnistas hujan rata-
Volume 31, Nomor 3 Juli – September 2016
rata 16 hari hujan, serta memiliki temperatur rata-rata 320 C (Gambar 1.)
Gambar 1. Peta Lokasi Mitra Potensi alam Kabupaten Muaro Jambi adalah lahan kering, lahan kering (perkebunan, tegalan, pekarangan dan hutan , lahan tidur), lahan sawah, kolam ikan. Pertanian dominan meliputi tanaman palawija (jagung, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, ketela pohon, ubi jalar), sayuran, tanaman perkebunan (kelapa sawit, karet), tanaman hutan (bulian), peternakan (kerbau, sapi, domba, kambing, ayam). Permasalahan di sektor pertanian adalah masih belum termanfaatkan lahan pertanian secara optimal. Rendahnya kemampuan pemanfaatan lahan pertanian tersebut ditengarai karena masih rendahnya nilai tambah yang dapat diberikan oleh sektor pertanian atas modal yang ditanamkan. Revitalisasi pertanian harus diarahkan untuk mendorong produktivitas dan memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya investasi di sektor pertanian. Peluang sektor pertanian untuk jadi motor penggerak ekonomi yang berbasis kerakyatan masih berpotensi untuk ditingkatkan. Berdasarkan kondisi ini maka pengelolaan lahan harus betulbetul memperhatikan konservasi tanah dan air, agar dapat dicapai optimalisasi pemanfaatan lahan yang berkelanjutan.
Penerapan konsep Organic Farming yang ramah lingkungan dengan pemilihan jenisjenis tanaman yang tepat serta spesifik lokasi, dirasa cukup bijaksana dalam upaya optimalisasi pemanfaatan lahan dan peningkatan pendapatan masyarakat menjadi masyarakat mandiri secara ekonomis. Desa Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota ini merupakan wilayah yang berpotensi dalam pengembangan produk pertanian, namun masih sangat memerlukan pembinaan dan pendampingan dalam menumbuh kembangkan pola budidaya pertanian ke arah yang konservatif, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Selama ini petani masih melakukan usaha tani sayuran secara kimiawi, melalui pemanfaatan pupuk kimia dan pestisida. Padahal untuk menuju pertanian yang ramah lingkungan dan konservatif, sangat perlu pengurangan aplikasi bahan kimia dalam usaha tani. Petani di Desa Rengas Bandung khususnya petani yang tergabung dalam Kelompok Karya Mandiri dan Kelompok Tani Mandiri umumnya melakukan usaha tani tanaman palawija dan sayur-sayuran. Anggota kelompok tani ini sudah mendapatkan penyuluhan dan bantuan
Introduksi Teknologi Trichompos Pada Usaha Tani Sayuran Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Desa Rengas Bandung 30
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
sarana dalam mengelola kegiatan budidaya sayuran dan palawija namun masih belum optimal dalam memilah sampah dan mendaur ulang sampah, limbah ternak sering dibuang dan belum dikelola sendiri. Petani juga belum memanfanfaatkan biopestisida, umumnya petani masih menggunakan pestisida kimia. Melalui evaluasi di lapangan diketahui ternyata petani belum memahami cara membuat biopestisida dan bagaimana aplikasinya pada tanaman sayuran. Petani di Desa Rengas Bandung khususnya petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Karya Mandiri umunya juga melakukan usahatani tanaman pangan, palawija dan sayuran. Secara keseluruhan petani sudah memahami bahwa tanaman memerlukan pupuk organic, namun hanya sebatas keperluan itu saja, petani masih menggunakan pupuk kimia dalam jmlah relative besar dan menggunakan pestisida kimia, petani belum sepenuhnya memahami penggunaan pupuk organic biokompos sebagai alternative pengganti pupuk kimia. Introduksi teknologi biokompos dan bopestisida pada budidaya sayuran dalam rangka meningkatkan pendapatan petani pada kelompok tani Mandiri dan Karya Mandiri diharapkan menjadi solusi yang baik bagi masyarakat. Pelatihan Pembuatan Biokompos Berbasis Kotoran Sapi, Pupuk Organik Cair dan Biopestisida Hasil studi karakteristik pada awal kegiatan menunjukkan bahwa petani mempunyai keterbatasan dalam penguasaan teknologi. Di sisi lain, penyuluh setempat menyatakan bahwa perkembangan teknologi yang cepat menyebabkan petani ketinggalan dalam technologi. Agar percepatan technologi yang berkembang dapat diserap masyarakat Desa Rengas Bandung, maka telah dilakukan Ipteks bagi Masyarakat berupa introduksi teknologi yang dibutuhkan petani. Pada tahap awal, dilakukan sosialisasi pada 10 Juni 2015, dengan tujuan untuk memperkenalkan
Volume 31, Nomor 3 Juli – September 2016
teknologi yang akan dikaji dan menentukan jadwal kegiatan selanjutnya. Dalam rangka memberikan bekal bagi petani dalam menerapkan teknologi pengomposan dalam memproduksi trichokompos dilaksanakan pelatihan pada 17 Juli 2015. Kegiatan pelatihan terdiri dari 2 macam : yakni penyuluhan teori yang disampaikan di rumah ketua kelompok tani dan dilanjutkan dengan praktek lapang untuk pembuatan trichokompos. Pelatihan dihadiri 40 orang terdiri anggota kelompok tani, pemuda karang taruna, dan anggota gapoktan Desa Rengas Bandung, penyuluh pertanian setempat, aparat desa dan kecamatan. Berdasarkan pengamatan, petani menunjukkan respons yang besar terhadap materi yang dilatihkan. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan petani apabila dirasakan mereka kurang memahami sesuatu yang disampaikan fasilitator. Permasalahan yang disampaikan petani adalah apabila setelah pengkajian selesai dan petani ingin menerapkan secara berkelanjutan, karena petani selama ii tidak mengumpulkan kotoran ternak secara teratur serta sulitnya mendapatkan trichoderma untuk pengolahan kompos. Dalam rangka mengatasi permasalahan yang disampaikan petani tersebut di atas, tim pengabdian telah menghubungkan kelompok tani dengan kelompok tani lainnya yang telah mampu memproduksi Trichoderma cair. Sebagai tindak lanjutnya, saat ini anggota kelompok tani secara rutin memesan Trichoderma pada Kelompok Tani yang sudah memproduksi dalam skala besar. Berdasarkan kesepakatan pengurus dan anggota kelompok tani, ditetapkan lokasi pembuatan pupuk trichokompos adalah di lahan milik salah satu anggota kelompok tani , yakni Bapak Sapujono. Anggota kelompok secara partisipatif telah menyelesaikan proses pembuatan trichokompos yang dilatihkan. Selama pengabdian berlangsung telah dilakukan 3 tahap pengomposan, dimana masingmasing sejumlah 1 rit (sekitar 3 ton).
Introduksi Teknologi Trichompos Pada Usaha Tani Sayuran Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Desa Rengas Bandung 31
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Proses pengomposan dilakukan secara kolektif oleh anggota kelompok. Proses pengomposan membutuhkan waktu 25 hari, dan menghasilkan kompos dengan visual baik, yaitu remah dan tidak lengket. Selama proses pengomposan dilakukan petani didampingi untuk melakukan pengamatan terhadap kadar air dan suhu. Untuk menguji bahwa proses pengomposan mampu meningkatkan kualitas kotoran ternak maka dilakukan analisis laboratorium terhadap kotoran ayam segar dan trichokompos kotoran
Volume 31, Nomor 3 Juli – September 2016
ayam, dimana hasilnya seperti terlihat pada Tabel 1. Berdasarkan uji laboratorium terhadap komposisi kimiawi kompos dapat disimpulkan bahwa petani mampu menguasai teknologi pengomposan kotoran ayam dengan baik. Dari ± 3.000 kg bahan baku pembuatan kompos diperoleh kompos jadi sebanyak 2.000 kg, dan dengan total biaya Rp. 2.200.000 maka harga pokok kompos Rp.1.100,-/kg (Tabel 2). Berdasarkan pengamatan, harga jual kompos yang beredar di pasaran berkisar Rp. 400-Rp.450/kg.
Tabel 1. Kandungan Hara Biokompos Kotoran Sapi Kelompok Tani Sinar Pagi, Rengas Bandung, 2014. Kandungan Kotoran ayam segar Trichokompos kotoran ayam Total N 0,7% 2,58% P2O5 0,5% 2,52% K2O 0,4% 1,90% CaO 2,88% MgO 0,76% C/N 25-30 14 pH 8,8 6,5 – 7,5 Kadar air 85% 35% Introduksi teknologi pengomposan kotoran ayam telah mendorong tumbuhnya usaha pengomposan skala rumah tangga, ditandai dengan telah diadopsinya teknologi pengomposan oleh 5 orang petani. Petani tersebut melakukan pengomposan secara
individu dengan trichoderma sebagai biodekomposer yang dibeli dari kelompok. Skala pengolahan berkisar 500 kg – 1.000 kg/ petani. Alasan yang disampaikan petani, pengangkutan yang selama ini menjadi masalah dapat diatasi
Introduksi Teknologi Trichompos Pada Usaha Tani Sayuran Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Desa Rengas Bandung 32
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 31, Nomor 3 Juli – September 2016
Tabel 2. Analisa Usaha Pembuatan Trichokompos di Kelompok Tani Mandiri Desa Rengas Bandung, 2015. Uraian Fisik Harga/satuan Jumlah Biaya : 10 l 25.000,00 250.000,00 Trichoderma 3.000 kg 300,00 900.000,00 Limbah ternak 100 kg 3000,00 300.000.00 Rock phosphate 300 kg 1000,00 300.000.00 Hijauan legume 10 orang 25.000,00 250.000,00 Tenaga kerja 1 bulan 200.000,00 Penyusutan saung Total biaya 2.200.000,00 Hasil 2.000 kg Harga pokok kompos/kg Rp. 1.100 Harga jual kompos Rp.1.500 Pendapatan Rp.3.000.000 Keuntungan Rp.800.000 R/C 1,36 Tabel 2. Menunjukkan bahwa pengolahan kotoran ayam dan limbah hijauan lainnya menjadi trichokompos telah dapat diadopsi petani khususnya anggota kelompok tani Maniri dan Kelompok tani Karya Mandiri. Dari ± 3.000 kg bahan baku pembuatan kompos diperoleh kompos jadi sebanyak 2.000 kg, dan dengan total biaya Rp.2.200.000,- maka harga pokok kompos Rp.1.100/kg. Berdasarkan pengamatan, harga jual kompos yang beredar di pasaran sekitar Rp.1.500/kg. Maka Petani memperoleh keuntungan Rp.800.000,dengan R/C adalah 1,36. Namun apabila bahan utama kompos disediakan petani sendiri dari limbah ternak milik petani dan hijauan legume disabit sendiri oleh petani maka biaya produksi dapat diturunkan menjadi Rp.1000.000,- akan diperoleh keuntungan Rp.2.000.000,- dengan R/C sebesar 2,0. Artinya akan diperoleh keuntungan 2 kali lipat apabila kompos dibuat dari bahan sendiri dibandingkan bahan dibeli yang hanya memperoleh keuntungan 1,36 kali lipat. Pelatihan pembuatan pupuk organic cair (POC) ditujukan untuk memberi kandungan hara pada pertanaman sayuran. Pada pelatihan ini POC dibuat dengan komposter sederhana. Bahan baku utamanya adalah pupuk kandang ayam, hijauan legume, sedangkan
mikroorgnismenya digunakan EM-4 yang diaktifkan dengan bahan gula merah, dedak dan terasi. Hasil POC dinyatakan baik dan berhasil apabila POC nya sudah memiliki bau khas seperti bau tape. Aplikasi POC dilakukan pada tanaman sayuran mentimun yang dijadikan demplot, POC diberikan dengan cara terlebih dahulu diencerkan dengan perbandigan 1 : 15. Hasil pengabdian ini mendapat respon sangat baik oleh petani. Masing-masing anggota kelompok tani sudah mulai membuat dan mengaplikasikan POC. Teknologi Pemanfaatan Trichokompos pada Usaha Tani Mentimun. Mentimun (Cucumis Sativus L) merupakan sayuran buah yang memiliki kandungan mineral dan vitamin cukup tinggi. Disamping untuk memenuhi kebutuhan pasar sebagai konsumsi untuk sayur, mentimun dapat dijadikan berbagai keperluan seperti obat penurun panas, mengurangi sakit tenggorokan dan batuk, serta sebagai bahan baku kosmetik (pembersih wajah dan lulur). Ada 4 varietas mentimun yang dapat dibudidayakan dengan produksi cukup tinggi, yaitu Venus, Asian Star, Sabana dan Krakatau dengan potensil hasil 25 sampai 29 ton/ha (pada musim kemarau) dan 13 sampai 18 ton/ha (pada musim hujan).
Introduksi Teknologi Trichompos Pada Usaha Tani Sayuran Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Desa Rengas Bandung 33
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 31, Nomor 3 Juli – September 2016
Gambar 2. Budidaya Mentimun Berbasis Trichokompos Penanaman mentimun untuk musim kemarau dilakukan sekitar bulan Juli atau bulan September. Pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul dengan membuat bedengan ukuran lebar 80 – 90 dan tinggi 30 cm. yang sekaligus membuat saluran lebar + 70 cm. Pupuk trichokompos dari kotoran ayam yang sudah matang diberikan dengan takaran 2.000 kg/ha yang diberikan pada lubang untuk tempat penanaman biji dengan jarak
60 x 40 cm. Penanaman dilakukan dengan cara tugal dengan jumlah benih 2-3 biji per lubang. Pupuk buatan (an organik) terdiri dari NPK (Phonska) Urea/ZA, SP-36, KCI dan pupuk daun masing-masing per hektar dibutuhkan 75,50, 25, 25 (setengah dosis). Pemberian pupuk buatan dapat dilakukan dengan cara, yaitu pupuk diberikan pada tugalan/larik disekitar 5-10 cm jarak dari tanaman sebanyak 3 tahap pemberian.
Tabel 3. Biaya Produksi Dan Keuntungan Menggunakan Teknologi Tradisional dan Teknologi Trichokompos Pada Usaha Tani Mentimun Di Lahan Kering Desa Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi Uraian Teknologi Tradisional Teknologi Pupuk Hijau Tenaga kerja HOK 2.145.00 2.145.000 Sarana produksi (Rp/ha) 0 3.200.000 Total biaya Produksi: 2.850.00 5.345.000 Fisik (kg/ha) 0 26000 Nilai (Rp/ha) 4.995.00 22.000.00 Keuntungan (Rp/ha) 0 0 Rasio R/C 14500 16.655.00 13.150.000 0 7.100.00 4,12 0 2,63 Panen buah mentimun muda lokal untuk sayuran, asinan atau acar umumnya dipetik 2-3 bulan setelah tanam, mentimun hibrida dipanen 42 hari setelah tanam Mentimun dipanen setelah matang. Buah dipanen di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara memotong tangkai buah dengan pisau tajam. Mentimun sayur dipanen 5 - 10 hari sekali tergantung dari
varitas dan ukuran/umur buah yang dikehendaki. Secara ekonomis, usaha budidaya mentimun di lahan kering pada musim kemarau (dengan pengairan terjamin) dapat memberikan keuntungan tiap hektarnya cukup tinggi, yaitu Rp16.655.000,- (R/C 4,12) dengan biaya produksi Rp.5.345.500. Sementara itu,
Introduksi Teknologi Trichompos Pada Usaha Tani Sayuran Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Desa Rengas Bandung 34
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
pada usaha tani tradisionil memberikan keuntungan Rp.7.100.000,- (R/C 2,63) dengan biaya produksi Rp.4.995.500,(Tabel 3). KESIMPULAN Berdasarkan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemberdayaan kelompok tani melalui kegiatan pelatihan dan praktek lapang (demplot) mampu meningkatkan ketrampilan anggota dalam menerapkan teknologi. Sedangkan upaya mediasi yang dilakukan dengan fihak swasta, dapat menjamin ketersediaan sarana produksi yang dibutuhkan kelompok tani. 2. Introduksi teknologi pengomposan kotoran ayam telah mendorong tumbuhnya usaha pengomposan skala rumah tangga, ditandai dengan telah diadopsinya teknologi pengomposan oleh 5 orang petani. Penguasaan teknologi pengomposan kotoran ayam dapat memicu tumbuhnya usaha agroindustri, khususnya pengomposan di lingkungan kelompok tani Karya Mandiri dan Kelompok tani Mandiri. 3. Penerapan teknonologi biokompos pada usaha tani mentimun dapat mengurangi biaya produksi, meningkatkan hasil tanaman, serta meningkatkan pendapatan dengan R/C masing-masing 4,12. Dapat dikatakan bahwa teknologi trichokompos yang diterapkan pada kelompok masyarakat sangat layak untuk dilanjutkan. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1995. Pedoman Pemilihan Metode Penyuluh Pertanian, Departemen Pertanian Pusat Penyuluhan Pertanian, Jakarta. Anonim, 1995. Petunjuk Pelaksanaan Program/Proyek Badan Litbang Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Kusumo, Surachmat, Hendro S., 1992. Petunjuk Bertanam Sayuran.
Volume 31, Nomor 3 Juli – September 2016
Proyek Pembangunan Penelitian Pertanian Nusa Tenggara, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. Badan pusat Statistik. 2012. Produk Domesttik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2006-2011. Badan Perencanaan, Penelitian Pembangunan Daerah Kabupaten Muaro Jambi. Badan pusat Statistik. 2011. Muaro Jambi Dalam Angka Tahun 2012. Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi. Dinas Pertanian, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Muaro Jambi. 2012. Data Base Potensi Produksi Pertanian (Statistik Pertanian. Distankannak Muaro Jambi. Dinas Pertanian, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Muaro Jambi. 2010. Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Muaro Jambi. Hardikanto, Totok, 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Prawirokusumo, Soeharto, 1990. Ilmu Usahatani. BPFE, Yogyakarta. Soekartawi, 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta. Van den Ban, A.W., H.S. Hawkins, 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius, Yogyakarta Pemerintah Daerah Kabupaten Muaro Jambi. 2012. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Muaro Jambi. Pemda Muaro Jambi.
Introduksi Teknologi Trichompos Pada Usaha Tani Sayuran Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Desa Rengas Bandung 35