INTERVENSI AIR MINUM BEROKSIGEN BERPOTENSI MEMPERBAIKI STATUS LIPIDA PENDERITA GANGGUAN FUNGSI PARU
ARDY BRIAN LIZUARDI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Intervensi Air Minum Beroksigen Berpotensi Memperbaiki Status Lipida Penderita Gangguan Fungsi Paru adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor dan PT Triusaha Mitraraharja (Garuda Food).
Bogor, Mei 2013 Ardy Brian Lizuardi NIM F24090001
ABSTRAK ARDY BRIAN LIZUARDI. Intervensi Air Minum Beroksigen Berpotensi Memperbaiki Status Lipida Penderita Gangguan Fungsi Paru. Dibimbing oleh FRANSISKA ZAKARIA RUNGKAT. Tingkat kematian penduduk dunia akibat kebiasaan merokok mencapai 5.1 juta orang pertahun. World Health Organization (WHO) mengestimasi pada tahun 2020, tingkat kematian penduduk dunia akibat merokok akan mencapai 7.5 juta orang pertahunnya. Prevalensi penyakit gangguan fungsi paru (obstruksi dan restriksi) terkait kebiasaan merokok mencapai 42%. Gangguan fungsi paru ini menyebabkan kesulitan bernapas dan kekurangan oksigen. Pemberian air minum beroksigen dapat membantu memberikan oksigen tambahan yang ditunjukkan dengan kenaikan saturasi oksigen darah (SaO2). Oksigen yang terserap diharapkan dapat digunakan dalam metabolisme lipida. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pemberian air minum beroksigen pada saturasi oksigen darah dan status lipida penderita gangguan fungsi paru. Pemberian air minum beroksigen dilakukan dengan dua tahap, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Pengujian jangka pendek dilakukan dengan mengukur SaO2 setelah meminum air minum beroksigen pada menit ke-0, 1, 5, dan 10, sedangkan pengujian jangka panjang dilakukan selama 21 hari dengan mengukur perubahan status lipida akibat intervensi. Pengujian jangka pendek menunjukkan bahwa terlihat kecenderungan meningkatnya SaO2. Air minum beroksigen 50 ppm sudah mampu meningkatkan SaO2 darah. Pengujian jangka panjang menunjukkan bahwa konsumsi air minum beroksigen (100 ppm) selama 21 hari pada 16 responden : 13 responden gangguan fungsi paru dan 3 responden normal, tidak menunjukkan adanya perubahan status lipida darah yang signifikan pada taraf 5%, namun cenderung memperbaiki status lipida. Respon subjektif menunjukkan bahwa penderita gangguan fungsi paru merasa lebih baik setelah mengkonsumi air minum beroksigen 100 ppm setiap hari selama 21 hari. Kata kunci: air minum beroksigen, SaO2, status lipida darah, respon subjektif
ABSTRACT ARDY BRIAN LIZUARDI. Intervention of oxygenated water is potential to repair blood lipid profile of lung disease patients. Supervised by FRANSISKA ZAKARIA RUNGKAT. The world death rate due to smoking has reached more than 5.1 million people per year. World Health Organization (WHO) estimates that in 2020, the world population death rate due to smoking will reach 7.5 million people per year. The prevalence of lung disease including obstruction and restriction related to smoking habit is approximately 42%. This lung disease resulted in breathlessness and oxygenation degression. Provison of oxygenated water will provide extra oxygen shown by elevation of blood oxygen saturation (SaO 2). Absorbed oxygen will be utilized in lipid metabolism. The objectives of this research were to evaluate the provision of oxygenated water to blood oxygen saturation and blood lipid profile in patients with lung disease. Provision of oxygenated water was conducted in two phases, short-term and long-term. Short-term test was conducted by measuring SaO2 after drinking oxygenated water on 0, 1, 5, and 10 minutes interval, meanwhile long-term test conducted for 21 days was observed by measuring the changes of blood lipid profile. Short-term test showed that there was tendency of SaO2 elevation after consuming oxygenated water. Concentration of 50 ppm oxygenated water was able to increase blood SaO2. Long-term test showed that the drinking of oxygenated water (100 ppm) for 21 days by 16 respondents : 13 lung disease respondents and 3 normal respondents did not give significant changes of blood lipid at 5% significance level, but there was tendency to repair blood lipid profile. Subjective response result showed that lung disease patients were feeling better after drinking 100 ppm oxygenated water everyday for 21 days. Keywords: oxygenated water, SaO2, blood lipid profile, subjective response
INTERVENSI AIR MINUM BEROKSIGEN BERPOTENSI MEMPERBAIKI STATUS LIPIDA PENDERITA GANGGUAN FUNGSI PARU
ARDY BRIAN LIZUARDI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ludul Skripsi: Intervensi Air Minum Beroksigen Berpotensi Memperbaiki Status Lipida Penderita Gangguan Fungsi Pam Nama Ardy Brian Lizuardi F24090001 NIM
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Fransiska Zakaria Rungkat, MSc
Pembimbing
Tanggal Lulus:
2 3 OCT 2013
Judul Skripsi : Intervensi Air Minum Beroksigen Berpotensi Memperbaiki Status Lipida Penderita Gangguan Fungsi Paru Nama : Ardy Brian Lizuardi NIM : F24090001
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Fransiska Zakaria Rungkat, MSc Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Feri Kusnandar, MSc Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, bimbingan, dan penyertaan-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah studi intervensi air minum beroksigen, dengan judul Studi Intervensi Air Minum Beroksigen Berpotensi Memperbaiki Status Lipida Penderita Gangguan Fungsi Paru. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr Ir Fransiska Zakaria Rungkat, M.Sc selaku pembimbing dalam penelitian ini serta sebagai ibu selama penulis menempuh studi di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada PT. Triusaha Mitraraharja (Garuda Food) selaku sponsor penelitian, serta kepada Klinik dr. Katili berserta seluruh tim dokter (dr. Amalia, dr. Cholid, dr. Wira), perawat, dan pegawai yang telah membantu pelaksaan penelitian ini hingga akhir, juga kepada Bapak Dr. April Wardhana dan Bapak Dr. Didik T. Subekti dalam pengarahan dan bimbingan selama penelitian dilaksanakan di Balai Besar Penelitian Veteriner (Bbalitvet). Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Yadi Hariyadi dan Dr. Didah N Faridah sebagai penguji tugas akhir. Tidak lupa ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada staf UPT ITP (Bu Novi, Mba Ani, Mba Ratni, Mba Mey) juga staf laboran laboratorium biokimia (Mba Vera dan Pak Adhi) atas setiap bantuan dan kemudahannya. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Lilie Yulia) yang dengan luar biasa memberikan bantuan semangat, moril, dan cinta selama penulis menjalankan penelitian, serta kepada koko tersayang (Arie Ardaya Lizuardi, S.T) yang tidak lupa terus memberikan dukungan dan semangat, serta keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan yang tidak dapat penulis tulis satu persatu. Terakhir ucapan terima kasih penulis sampaikan untuk tim peneliti (Ka Gina, Ka Intan, Ka Welya, Ka Wira, Charles, dan Lina) atas segala kerjasama, bantuan, serta dukungan selama penelitian ini berlangsung, serta kepada seluruh teman-teman ITP 46 yang akan selalu luar biasa dengan memberikan semangat satu sama lain. Penulis berharap dan berdoa semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi orang lain dan menjadi kemulian bagi Tuhan Yesus Kristus.
Bogor, Mei 2013 Ardy Brian Lizuardi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Prosedur Penelitian
2
Prosedur Analisis
3
Prosedur Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Hasil Jangka Pendek pada Saturasi Oksigen Darah
5
Prinsip Pengujian Status Lipida
6
Hasil Jangka Panjang pada Status Lipida dan Food Recall
7
Hasil Jangka Panjang pada Respon Subjektif
9
SIMPULAN DAN SARAN
10
Simpulan
10
Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
11
LAMPIRAN
13
RIWAYAT HIDUP
32
DAFTAR TABEL 1. Rata-rata dan simpangan baku kenaikan saturasi oksigen darah (%) pada kelompok GFP dan normal 2. Perubahan pola status lipida abnormal dengan perubahan pola konsumsi
6 8
DAFTAR GAMBAR 1. Rata-rata saturasi oksigen setelah mengkonsumsi air minum beroksigen responden gangguan fungsi paru 2. Perubahan status lipida darah sesudah masa intervensi 21 hari
5 7
DAFTAR LAMPIRAN 1. Data spirometri responden pada tahap screening 2. Persentase saturasi oksigen responden gangguan fungsi paru setelah minum air beroksigen 3. Persentase saturasi oksigen responden normal setelah minum air beroksigen 4. Uji-t berpasangan status lipida responden GFP 5. Uji-t berpasangan status lipida responden normal 6. Data status lipida responden gangguan fungsi paru 7. Data status lipida responden normal 8. Frekuensi pola konsumsi responden gangguan fungsi paru dan normal 9. Respon subjektif penderita gangguan fungsi paru 10. Respon subjektif responden normal 11. Contoh kuesioner
13 14 14 15 15 16 16 17 20 22 23
PENDAHULUAN Latar Belakang Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2004 menunjukkan bahwa kebiasaan merokok merupakan faktor kuat berubahnya resiko kematian penduduk dunia dari fase tradisional yang terdiri dari: malnutrisi; penyakit infeksi; dan sanitasi buruk menjadi fase modern yang terdiri dari: obesitas dan penyakit degeneratif. Tingkat kematian penduduk dunia akibat merokok mencapai lebih dari 5,1 juta orang pertahun, hal ini terjadi baik pada negara dengan tingkat pendapatan rendah, sedang, maupun tinggi (WHO 2009). Prevalensi penyakit gangguan fungsi paru kronik yang terdiri dari: obstruksi dan restriksi terkait kebiasaan merokok mencapai 42% dan WHO memprediksikan pada tahun 2020 tingkat kematian akibat merokok mencapai 7,5 juta orang pertahun atau menyumbang 10% dari total kematian penduduk dunia (WHO 2011). Penyakit gangguan fungsi paru kronik digolongkan ke dalam penyakit paru tidak menular (non infeksi) dan terkorelasi kuat dengan penurunan kualitas hidup penderitanya (Shavro et al. 2012). Gangguan fungsi paru ditandai dengan penurunan compliance paru yaitu berupa batasan ekspansi paru sehingga menyebabkan menurunnya volume paru untuk kapasitas total dan ventilasi atau oksigenasi yang tidak memadai (GOLD 2006). Kondisi ini dapat terjadi karena adanya fibrosis jaringan paru, emfisema, efusi pleura, atau pneumonia akibat dari manifestasi asap rokok (Husein dan Syed 2008), oleh karena itu diperlukan penanganan yang tepat bagi penderitanya. Deteksi dan pengujian tingkat keparahan gangguan fungsi paru ini dapat dilakukan dengan pengujian spirometri. Pada penderita penyakit paru restriktif ditandai dengan nilai forced expiratory volume in one second (FEV1) dan forced vital capacity (FVC) yang rendah atau < 80 % dari nilai prediksi tetapi rasio FEV1/FVC normal atau FEV1/FVC ≥ 0.7, bahkan meningkat karena rekoil elastis yang lebih besar. Penderita penyakit paru obstruksi ditandai dengan nilai forced expiratory volume in one second (FEV1) yang rendah atau < 80 % dari nilai prediksi dan rasio FEV1/FVC yang rendah juga atau FEV1/FVC < 0.7 (Ward et al. 2009, Husein dan Syed 2008). Oksigen dalam air akan diserap melalui usus halus melalui mekanisme difusi pasif akibat kenaikan tekanan parsial oksigen di vena porta sehingga dapat membantu memberikan suplai oksigen tambahan. Suplai oksigen tambahan ini ditandai dengan dengan naiknya saturasi oksigen (Forth dan Adam 2001). Hal ini didukung Nestle et al. (2003) yang menyatakan bahwa selama proses meminum air oksigen superjenuh tidaklah menyebabkan penurunan konsentrasi oksigen yang disebabkan difusi pasif saat melalui mulut (di jaringan mukosa dan saliva). Oksigen yang dibawa ke vena porta akan mempengaruhi metabolisme lipida dengan mengoksidasi trigliserida dan gliserol dalam menghasilkan energi berupa ATP (Orman et al. 2011, Nelson dan Michael 2004). Speit et al. (2002) menjelaskan bahwa konsumsi air minum beroksigen tidak akan memicu efek genotoksik (DNA). Selain itu Surono et al. (2010) menjelaskan bahwa konsumsi air minum beroksigen pada konsentrasi 50 ppm mampu meningkatkan jumlah bakteri asam laktat dan probiotik secara signifikan, bahkan pada konsentrasi 80
2 ppm mampu menurunkan bakteri koliform fekal, sehingga dapat dinyatakan bahwa air minum beroksigen aman dikonsumsi bahkan bermanfaat.
Perumusan Masalah Gangguan fungsi paru menyebabkan ventilasi penderitanya turun. Kondisi ini menyebabkan kurangnya oksigen yang dapat diserap melalui organ paru-paru. Ketersedian oksigen yang menurun akan membuat metabolisme terganggu, salah satunya metabolisme lipida. Terkait dengan fungsi oksigen pada mahluk hidup untuk metabolisme dalam menghasilkan energi (ATP), perlunya evaluasi pada status lipida penderita penyakit gangguan fungsi paru sebagai gambaran dampak oksigen terhadap metabolisme lipida.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi saturasi oksigen darah pada penderita gangguan fungsi paru yang diberi minuman beroksigen pada periode jangka pendek. Selain itu, mengevaluasi status kesehatan darah, yaitu lipida darah (trigliserida, total kolesterol, HDL-C, dan LDL-C) responden, dan mengevaluasi respon subjektif penderita penderita gangguan fungsi paru pada periode jangka panjang.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah membantu kondisi penderita gangguan fungsi paru (kurang oksigenasi) dengan pemberian air minum beroksigen. Pemberian air minum beroksigen membantu memberikan suplai oksigen tambahan sebagai bantuan bagi kondisi paru yang “rusak” melalui sistem pencernaan.
METODE Prosedur Penelitian Rekrutmen Pasien dan Pengumpulan Sampel Darah Sebanyak 17 orang responden direkrut dari penderita gangguan fungsi paru (pada berbagai tingkat keparahan) dengan kerusakan jalur pernafasan irreversible menjadi responden penelitian. Jumlah minimum responden pada kelompok penderita gangguan fungsi paru adalah 12 responden (n=12) (Gruber et al. 2005, Sujarweni 2012), hal ini ditentukan menggunakan tabel sampel populasi Isac dan Michael. Seluruh responden berdomisili di Bogor yang terdiri dari: 12 pria dan 5 wanita dengan kisaran umur 19-81 tahun. Pasien yang menjadi responden merupakan pasien dari Klinik dr. Katili Bogor. Studi dilakukan dengan persetujuan ethical clearance dari Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementrian Kesehatan Republik
3 Indonesia (Kemenkes RI) (EC no : KE.01.10/EC/650/2012) dan informed consent dari responden. Diagnosis kesehatan lengkap dan status restriksi dan atau obstruksi dilakukan berdasarkan medical record pasien dan tes ventilasi fisiologi (spirometer) oleh dokter spesialis paru (dr. Amalia, Sp.P, MARS dari klinik dr. Katili Bogor). Selanjutnya, dilakukan sosialisasi penelitian berupa manfaat air minum beroksigen, penjelasan kondisi paru & kesehatan. Kegiatan dilanjutkan dengan pengambilan darah. Sampel darah pasien diambil oleh perawat atau dokter umum selama masa penelitian (jangka pendek dan jangka panjang) dengan menggunakan venojack dan vacutainer 3ml+EDTA. Pengambilan sampel darah dilakukan pada hari pertama (sebelum perlakuan) dan pada hari ke-21 (setelah perlakuan jangka panjang). Darah langsung dianalisis tanpa penyimpanan. Pengujian Jangka Pendek Kepada 17 responden dibagi kedalam tiga kelompok pengujian berdasarkan konsentrasi oksigen terlarut dalam air minum (50, 80, 130 ppm). Air minum beroksigen disediakan oleh perusahaan air minum beroksigen (Garuda Food, PT Triusaha Mitraraharja). Saturasi oksigen (SaO2 ) darah diukur dengan pulse oximeter yang dipantau secara berkala 0, 1, 5, dan 10 menit setelah konsumsi minuman air beroksigen (385 ml) pada responden dengan variasi pada kadar oksigen dalam air minum. Pengujian Jangka Panjang Air minum dengan konsentrasi oksigen 100 ppm (385 ml) didistribusikan oleh fasilitator (mahasiswa) di rumah responden sebanyak dua kali sehari pada pagi hari (08.00-10.00 WIB) dan sore hari (16.00-18.00 WIB) selama 21 hari. Selama periode pemberian air minum beroksigen, kebiasaan, jenis dan jumlah makanan & minuman, dan merokok terus dipantau. Selain itu respon subjektif responden juga dipantau melalui kuesioner. Kuesioner diisi setelah dilakukan wawancara langsung pada responden. Analisis lipida darah dilakukan pada hari sebelum pemberian air minum beroksigen dan hari terakhir (hari ke-21) perlakuan berupa total kolesterol (TC) dengan Reiged Cholesterol Assay Kit (Reiged, Indonesia), HDL-C dengan HDL-C Assay Kit (Reiged, Indonesia), trigliserida dengan Triglyceride Assay Kit (Reiged, Indonesia), dan LDL-C dikalkulasi dengan persamaan Friedewald. Hasil analisis diekspresikan dalam mg/dl. Prosedur Analisis Kadar Kolesterol Total, Metode Kolorimetri Enzimatis (Allain et al. 1974) Pengukuran konsentrasi kolesterol total dilakukan dengan Cholesterol Assay Kit (Reiged, Indonesia) melalui prosedur : sejumlah 10 µl plasma darah ditambahkan 1000 µl reagen campuran kit. Hasil campuran kemudian divorteks, lalu diinkubasi selama 10 menit pada suhu 25oC. Kemudian absorbansi sampel dibaca dengan spektrofotometer Semi-Auto Biochemistry Analyzer RD-602 pada panjang gelombang (λ) 546 nm. Absorbansi senyawa kromofor quinoneimine diukur pada (λ) 546 nm sebagai konsentrasi kolesterol total. Hasil dibandingkan dang kurva standar pada spektrofotometer yang telah dikalibrasi dengan kolesterol standar.
4
Kadar Trigiliserida, Metode Kolorimetri Enzimatis (Fossati dan Lorenzo 1982) Pengukuran konsentrasi trigliserida dilakukan dengan Triglyceride Assay Kit (Reiged, Indonesia) melalui prosedur : sejumlah 10 µl plasma darah ditambahkan 1000 µl reagen campuran kit. Hasil campuran tersebut kemudian divorteks dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 25oC. Kemudian absorbansi sampel dibaca dengan spektrofotometer Semi-Auto Biochemistry Analyzer RD602 pada panjang gelombang (λ) 546 nm. Absorbansi senyawa kromofor quinonemonoimine diukur pada panjang gelombang (λ) 546 nm sebagai konsentrasi trigliserida. Hasil dibandingkan dang kurva standar pada spektrofotometer yang telah dikalibrasi dengan trigliserida standar. Kadar HDL-C, Metode Presipitasi dan Kolorimetri Enzimatis (Burstein et al. 1970) Pengukuran konsentrasi HDL-C dilakukan dengan HDL-C Assay Kit (Reiged, Indonesia) melalui prosedur : sejumlah 200 µl plasma darah ditambahkan 500 µl reagen A campuran kit (reagen presipitasi). Hasil campuran kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu 25oC. Kemudian sampel disentrifus selama 2 menit pada kecepatan 1000 rpm. Sejumlah 100 µl supernatan ditambahkan 1000 µl reagen B campuran kit (reagen CHOD-PAP). Selanjutnya sampel diinkubasi kembali selama 10 menit pada suhu 25 oC. Kemudian absorbansi sampel dibaca dengan spektrofotometer Semi-Auto Biochemistry Analyzer RD-602 pada panjang gelombang (λ) 546 nm. Absorbansi senyawa kromofor quinoneimine diukur pada (λ) 546 nm sebagai konsentrasi HDL-C (Okazaki et al. 1997). Hasil dibandingkan dang kurva standar pada spektrofotometer yang telah dikalibrasi dengan kolesterol standar. Kadar LDL-C, Metode Indirect (Friedewald et al. 1972) Konsentrasi LDL-C di dalam plasma dihitung menggunakan persamaan Friedewald : LDL − C = Kolesterol total − HDL − C −
[Trigiliserida] 5
Prosedur Analisis Data Analisis data statistik dilakukan dengan uji-t berpasangan untuk studi jangka panjang (status lipida darah) pada sebelum dan setelah intervensi dengan tingkat kepercayaan 95% (taraf 5%). P-value kurang dari 0.05 (P < 0.05) menunjukkan bahwa hasil berbeda nyata. Kalkulasi dan analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak IBM SPSS Statistics 20.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Jangka Pendek pada Saturasi Oksigen Darah
Saturasi O2 Darah (%)
Pengujian air minum beroksigen dilakukan ke dalam dua tahap pengujian, yaitu pengujian jangka pendek dan jangka panjang (21 hari). Pada pengujian untuk periode jangka pendek dilakukan pada 17 responden (lihat Lampiran 1) untuk 3 kelompok konsentrasi air minum beroksigen (50, 80, 130 ppm). Berdasarkan hasil spirometri, responden digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu responden dengan status gangguan fungsi paru (14 orang) dan normal (3 orang) berdasarkan data Klinik dr. Katili Bogor. Hasil uji jangka pendek menunjukkan bahwa pemberian air minum beroksigen pada 50, 80, dan 130 ppm mampu meningkatkan persentase saturasi oksigen dalam darah (SaO 2) baik pada kelompok gangguan fungsi paru (GFP) maupun normal (lihat Tabel 1 dan Gambar 1). Perubahan atau kenaikan rata-rata saturasi oksigen paling besar pada pengujian dengan air minum beroksigen 50 ppm untuk kedua kelompok uji. Kelompok GFP mengalami kenaikan SaO2 sampai 1.56 %, sedangkan kelompok normal mencapai 1.30 %. Kenaikan saturasi oksigen ini menandakan bahwa gas oksigen dalam air minum mampu diserap melalui sistem pencernaan. 98.0 97.0 96.0 95.0
Sebelum
94.0
Menit ke-1
93.0
Menit ke-5
92.0
Menit ke-10 50
80
130
Konsentrasi Air Minum Beroksigen (ppm)
Gambar 1 Rata-rata saturasi oksigen setelah mengkonsumsi air minum beroksigen responden gangguan fungsi paru Penurunan tren saturasi oksigen dalam darah dengan meningkatnya konsentrasi air minum beroksigen tidaklah menunjukkan bahwa air minum beroksigen menurunkan SaO2 di dalam darah akan tetapi disebabkan oleh turunnya saturasi oksigen pada beberapa titik interval pengujian secara tajam, seperti pada responden GFP PAh di menit ke-10, GFP BI dan GFP BS di menit ke-5, serta N PU dan N BS di menit ke-5 (lihat Lampiran 2). Penurunan saturasi oksigen yang tajam menyebabkan munculnya nilai negatif pada rata-rata SaO2 untuk konsentrasi 130 ppm (lihat Tabel 1), hal ini disebabkan oleh kenaikan aktivitas responden selama pengukuran saturasi oksigen berlangsung yang tidak dapat dikontrol. Perubahan aktivitas yang terjadi adalah adanya aktivitas berjalan (berpindah tempat duduk saat pengukuran SaO2) dari keadaan diam. Menurut Schenkel et al. (1996) perubahan aktivitas responden dari fase istirahat ke fase
6 berjalan mampu menurunkan rata-rata saturasi oksigen sampai 1.9 %. Hal ini terjadi baik pada responden gangguan fungsi paru maupun normal. Tabel 1 Rata-rata dan simpangan baku kenaikan saturasi oksigen darah (%) pada kelompok GFP dan normal Responden GFP
Normal
Konsentrasi (ppm) 50 80 130 50 80 130
n 5 4 5 1 1 1
Rata-rata kenaikan persentase SaO2 1.56 ± 0.81 1.50 ± 1.16 -0.02 ± 2.36 1.30 0.80 0.80
Kendati demikian konsumsi air minum beroksigen menunjukkan kecenderungan meningkatkan saturasi oksigen di dalam darah. Peningkatan saturasi oksigen ini bermanfaat dalam menurunkan resiko penyakit jantung dan stroke (WHO 2005). Menurut Meyer et al. (1999), tingkat saturasi oksigen di pembuluh darah pada jaringan korteks otak bila turun sampai dibawah 25 % akan menyebabkan serangan stroke yang memungkinkan terjadinya kematian, kendati hasil studi belum menunjukkan korelasi kuat antara saturasi oksigen dengan peluang terkena serangan stroke dalam jangka 6 bulan studi. Selain itu NICE (2008) menyarankan memberikan tambahan oksigen supplemental pada penderita stroke dengan saturasi oksigen dibawah 95 % secara rutin agar mengurangi peluang serangan stroke, sehingga pemberian air minum beroksigen merupakan salah satu opsi untuk meningkatkan saturasi oksigen. Prinsip Pengujian Status Lipida Prinsip pengujian dengan Cholesterol Assay Kit ini adalah kolorimetrik dengan enzim (CHOD-PAP). Senyawa kolesterol terester pada plasma darah di hidrolisis dengan enzim kolesterol ester hidrolase (EC 3.1.1.13) untuk membebaskan kolesterol dan asam lemak bebas. Selanjutnya kolesterol dioksidasi dengan enzim kolesterol oksidase membentuk senyawa cholest-4-en-3-one dan H2O2. Molekul H2O2 akan bereaksi dengan 4-aminoantipyrine dengan adanya fenol membentuk senyawa kromofor quinoneimine dan air (Allain et al. 1974). Sedangkan prinsip pengujian dengan Triglyceride Assay Kit adalah kolorimetrik dengan enzim (GPO-PAP). Trigiliserida di dalam plasma akah dihidrolisis dengan enzim lipase (EC 3.1.1.3) dalam Triton X-100 menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas. Kemudian gliserol dengan ATP akan diubah dengan gliserol kinase (EC 2.7.1.30) dalam larutan MgCl2 menghasilkan L-α-gliserol-fosfat dan ADP. Senyawa L-α-gliserol-fosfat akan dioksidasi dengan bantuan enzim L-α-gliserolfosfat oksidase membentuk H2O2 dan dihidroksiaseton fosfat. Senyawa peroksida akan bereaksi dengan 3,5-dikloro-2-hidroksi benzen-asam sulfonat dan 4aminophenazone dengan bantuan perkosidase (EC 1.11.1.7) dan K4 Fe(CN)6
7 membentuk senyawa kromofor quinonemonoimine dan air (Fossati dan Lorenzo 1982). Prinsip pengujian dengan HDL-C Assay Kit ini adalah presipitasi dengan polianion (MgCl2 dan Na-fosfotungstat) dan kolorimetrik dengan enzim. Senyawa HDL di dalam plasma pertama-tama dipresipitasi dengan larutan MgCl2 dan Nafosfotungstat sehingga HDL terpisah pada fraksi supernatan. Senyawa kolesterol terester (HDL-C terester) pada plasma darah di hidrolisis dengan enzim kolesterol ester hidrolase (EC 3.1.1.13) untuk membebaskan kolesterol dan asam lemak bebas. Selanjutnya kolesterol dioksidasi dengan enzim kolesterol oksidase membentuk senyawa cholest-4-en-3-one dan H2O2. Molekul H2O2 akan bereaksi dengan 4-aminoantipyrine dengan adanya fenol membentuk senyawa kromofor quinoneimine dan air (Burstein et al. 1970). Hasil Jangka Panjang pada Status Lipida dan Food Recall Pengujian jangka panjang air minum beroksigen dilakukan selama 21 hari masa intervensi. Selama masa intervensi, pola makan, merokok, dan respon subjektif responden dicatat melalui kuesioner (lihat Lampiran 11). Responden yang mengikuti pengujian jangka panjang terdapat 16 orang (1 orang tidak dapat mengikuti karena tidak dapat dilakukan pengambilan darah). Hasil pengujian jangka panjang pada status lipida diharapkan dapat menunjukkan perubahan status lipida yang membaik (kadar trigliserida, kolesterol total, & LDL-C yang menurun dan kadar HDL-C meningkat). Hasil uji jangka panjang pada status lipida responden gangguan fungsi paru menunjukkan bahwa secara umum pemberian air minum beroksigen selama 21 hari dapat memberikan dampak baik bagi status lipida (lihat Gambar 2), yaitu penurunan rata-rata kadar kolesterol total (6.28 %), trigliserida (3.89 %), low density lipoprotein cholesterol (11.48 %) dan peningkatan high density lipoprotein cholesterol (17.42 %). 30
Perubahan (%)
20 10 0 TC
HDL LDL
TG
TC
HDL LDL
TG
-10 GFP
Normal
-20
-30
Status Lipida Responden
Gambar 2 Perubahan status lipida darah sesudah masa intervensi 21 hari
8 Perbaikan status lipida ini menunjukkan bahwa pemberian air minum beroksigen berdampak positif pada metabolisme lipida di dalam tubuh serta memungkinkan membantu kesehatan (jantung), hal ini tentunya akan membantu penderita gangguan fungsi paru yang biasanya mengalami komplikasi kesehatan jantung karena kekakuan arteri (Shavro et al. 2012, Mills et al. 2007). Hasil pengujian jangka panjang pada responden normal menunjukkan adanya perubahan status lipida darah berupa : penurunan kolesterol total (26,43 %), low density lipoprotein (17.75 %), peningkatan high density lipoprotein (17.89 %) dan trigliserida (22.59 %). Jika status lipida responden diamati secara individu, terdapat abnormalitas tren pola status lipida pada kadar trigliserida yang seharusnya menurun. Kenaikan kadar trigliserida pada responden “normal” dikarenakan oleh meningkatnya konsumsi sumber protein (kukus) (lihat Lampiran 8) (Schneider et al. 2006). Peningkatan konsumsi ini membuat kondisi tubuh cenderung untuk menyimpannya dalam bentuk trigliserida pada jaringan adiposa, sehingga terlihat adanya respon konsentrasi trigliserida dalam darah yang meningkat (Schneider et al. 2006, Nelson dan Michael 2004). Tabel 2 Perubahan pola status lipida abnormal dengan perubahan pola konsumsi Responden GFP PU GFP BI GFP PSu GFP PMi GFP PT GFP PAc GFP PMa GFP PAh GFP PE GFP BO GFP BS GFP PSa N PU* N BD* N BS*
Pola Status Lipid Abnormal TG HDL, LDL TC, LDL, TG Tidak ada TC, LDL HDL, LDL, TG TC TG TC, TG TG TC Tidak ada HDL TG LDL, TG
Perubahan Konsumsi
Keterangan
PG↓, PK↑ Karbo↑, PK↑, Cemilan↓ Karbo↑, PG↑, Cemilan↑ PG↑ PG↑ PG↑, PK↑, Susu↓ Tidak ada PG↑ PG↑ Karbo↑, PG↓ PK↑ Tidak ada Karbo↓, PK↑ PK↑, Cemilan↓ Tidak ada
TSS
Amlodipine TSS TSS
TSS TSS TSS TSS Hipertensi PJ
Keterangan : * Responden normal, PG (protein-goreng), PK (protein-kukus), Karbo (karbohidrat), ↑ konsumsi meningkat, ↓ konsumsi menurun Amlodipine (obat hipertensi), TSS (tidak memakan sayur / buah segar) Hipertensi PJ (hipertensi penyakit jantung) Kendati terjadi perubahan status lipida yang membaik secara umum, akan
tetapi uji-t berpasangan pada sebelum dan sesudah masa intervensi, menunjukkan bahwa baik pada kadar trigliserida, kolesterol total, HDL-C, maupun LDL-C darah tidaklah mengalami perubahan yang signifikan secara statistik pada taraf 5 % baik pada responden GFP maupun responden normal (lihat Lampiran 4 dan Lampiran 5). Pada status lipida ini, perbedaan yang tidak signifikan secara statistik tidaklah sepenuhnya dapat menggambarkan status kesehatan seseorang
9 akan tetapi memiliki makna. Koulouris (2004) menyatakan bahwa peningkatan kadar HDL-C sebesar 1 mg/dl (dinyatakan tidak signifikan secara statistik) mampu mengurangi resiko penyakit kardiovaskular sebesar 2% pada pria dan 3% pada wanita. Ketidaksesuaian perubahan tren pada status lipida pada tingkat individu responden (lihat Tabel 2), sangat dipengaruhi oleh perubahan konsumsi (karbohidrat dan lemak) yang dinilai sebagai bias yang tidak dapat dikontrol secara penuh dalam protokol pengujian (Schneider et al. 2006) (lihat Lampiran 6 dan Lampiran 7 untuk data detil tiap responden). Ketidaksesuaian status lipida dialami oleh responden : GFP PU (TG), GFP BI (HDL-C, LDL-C), GFP PSu (TC, LDL-C, TG), GFP PT (TC, LDL-C), GFP PAc (HDL-C, LDL-C, TG), GFP PMa (TC), GFP PAh (TG), GFP PE (TC, TG), GFP BO (TG), GFP BS (TC), N PU (HDL), N BD (TG), dan N BS (LDL-TG). Keterkaitan perubahan konsumsi menjadi alasan kuat perbedaan hipotesa dengan hasil (lihat Tabel 2). Hal ini terjadi pada responden GFP (GFP PU, GFP BI, GPF PSu, GFP PT, GFP PAc, GFP PAh, GFP PE, GFP BO, GFP BS) dan normal (N PU, N BD) dengan perubahan tren status lipida yang diakibatkan karena perubahan konsumsi seperti yang dijelaskan Schneider et al. (2006). Secara umum perubahan konsumsi yang berubah adalah peningkatan konsumsi sumber karbohidrat, protein (goreng), dan protein (kukus) sejumlah ≥3 kali frekuensi konsumsi. Menurut Sartika (2011), peningkatan konsumsi makanan berlemak terutama yang mengandung lemak trans (produk gorengan, margarin, dan kudapan) akan menurunkan kadar HDL-C serta meningkatkan LDL-C darah. Hal ini akan mendorong penyakit kardiovaskuler dan inflamasi. Perubahan konsumsi bukanlah merupakan faktor mutlak pada perubahan status lipida ini, seperi pada kondisi GFP PMi, status lipida tidak terjadi perubahan abnormal padahal terjadi peningkatan konsumi protein (goreng). Hal ini dijelaskan Grimm et al. (2010), bahwa konsumsi Amlodipine (obat penurun tekanan darah) akan menurunkan resiko penyakit kardiovaskular dengan menurunkan kadar LDL-C, kolesterol total, trigliserida, dan tekanan darah, sehingga responden GFP PMi tetap memiliki tren pola status lipida yang baik. Pada responden N BS tidak terjadi perubahan pola konsumsi akan tetapi terjadi perubahan pola status lipida abnormal (LDL dan TG), hal ini terjadi karena responden mengidap hipertensi penyakit jantung. Menurut Abubakar et al. (2009) seorang dengan obesitas atau tekanan darah tinggi (hipertensi) akan cenderung memiliki status lipida yang abnormal, oleh karena itu responden N BS kendati tidak mengubah pola konsumsinya memiliki kencenderungan abnormalitas status lipida. Hasil Jangka Panjang pada Respon Subjektif Pada pengujian jangka panjang respon subjektif responden GFP dan normal dicatat dan terus dipantau melalui kuesioner. Pada responden GFP (lihat Lampiran 9) secara umum (11 dari 13 responden GFP) merasakan perubahan yang lebih baik setelah mengkonsumsi air minum beroksigen, seperti berkurangnya kesesakan, merasakan kelegaan, kondisi lebih segar, lebih berenergi, dan lebih kuat, akan tetapi sebagian responden lainnya (2 dari responden GFP), yaitu GFP BI dan GFP PAh memberikan pendapat berbeda. Pada 14 hari pertama
10 mengkonsumsi, kedua responden merasakan adanya dampak baik dari minuman (merasa lega) akan tetapi pada respon hari ke 21 ada responden yang merasa mengantuk setelah mengkonsumsi (GFP BU), dan terasa lemas (GFP PAh). Perbedaan respon subjektif ini dipengaruhi kondisi tubuh pasien dan aktivitas yang dilakukan sebelumnya. Seperti GFP PAh yang merasa lemas karena responden sedang menghadapi masalah di keluarganya. Pada responden normal (3 orang), secara umum (2 dari 3 orang responden) merasa tidak ada perubahan setelah meminum air beroksigen. Hanya GFP PU yang merasakan adanya manfaat dan kelegaan setelah meminum (lihat Lampiran 10). Tidak munculnya rasa lega pada responden normal disebabkan karena pada dasarnya kondisi paru yang normal sehingga oksigen tambahan dari air minum yang diserap tidak terasa banyaknya perubahan sebagaimana responden GFP.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pada pengujian jangka pendek diperoleh kesimpulan bahwa pemberian air minum beroksigen menunjukkan kecenderungan meningkatnya SaO2. Konsentrasi air minum beroksigen 50 ppm sudah mampu menaikkan saturasi oksigen darah. Pada pengujian jangka panjang, secara umum perubahan pola status lipida darah bergerak baik, yaitu menurunnya total kolesterol, trigliserida, dan LDL-C, serta meningkatnya HDL-C darah, kendati secara statistik (uji-t berpasangan) tidak berpengaruh nyata pada taraf 5%. Hal ini berarti pemberian air minum beroksigen berpotensi memperbaiki status lipida pada responden gangguan fungsi paru. Perbedaan pola status lipida pada setiap individu terkait dengan perubahan pola konsumsi, peningkatan konsumsi makanan berlemak akan memicu naiknya LDLC dan turunnya HDL-C. Perbaikan status lipida akan membantu responden gangguan fungsi paru akibat tingginya prevalensi komplikasi penyakit jantung. Responden gangguan fungsi paru merasa lebih baik dan segar setelah mengkonsumsi air minum beroksigen selama 21 hari, sedangkan responden normal tidak merasakan adanya perubahan (subjektif).
Saran Pengawasan dan perbaikan protokol penelitian pada studi jangka pendek perlu diperbaiki terutama pada perubahan aktivitas responden selama pengukuran saturasi oksigen di dalam darah dilakukan seminimal mungkin guna mengurangi bias yang mungkin terjadi. Selain itu, pengujian air minum beroksigen dapat diujikan pada penyelam karena berpotensi meningkatkan ketahanan dan performa menyelam melalui peningkatan saturasi oksigen.
11
DAFTAR PUSTAKA Abubakar A, Mabruok MA, Gerie AB, Dikko AA, Aliyu S, Yusuf T, Magaji RA, Kabir MA, Adama UW. 2009. Relation of body mass index with lipid profile and blood presure in healthy female of lower socioeconomic group, in Kaduna Northen Nigeria. Asian J Med Sci. 1(3):94-96. Allain CC, Lucy SP, Cicely SGC, Richmond W, Paul CFu. 1974. Enzymatic determination of total serum cholesterol. J Clin Chem. 20(4):470-475. Burstein M, Scholnick HR, Morfin R. 1970. Rapid method for the isolation of lipoproteins from human serum by precipitation with polyanions. J Lip Res. 11:583-595. Forth W, Adam O. 2001. Uptake of oxygen from intestine-experiments with rabbits. Eur J Med Res. 6(11):488-492. Fossati P, Lorenzo P. 1982. Serum triglycerides determined colorimetrically with an enzyme that produces hydrogen peroxide. J Clin Chem. 28(10):2077-2080. Friedewald WT, Robert IL, Donald SF. 1972. Estimation of the concentration of lipoprotein cholesterol in plasma, without use of the preparative ultracentrifuge. J Clin Chem. 18(6):499-502. [GOLD] Global Initiative for Chronic Obstrructive Lung Disease. 2006. Global Strategy for The Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. USA : MCR VISION, Inc. Grimm R, Mobin M, Carla Y, Santosh S, Attila K. 2010. Simultaneous treatment to attain blood pressure and lipid goals and reduced CV risk burden using amlodipine/atorvastatin single-pill therapy in treated hypertensice participants in a randomized controlled trial. J Vasc Health and Risk Manag. 6:261-271. Gruber R, Axmann S, Schoenberg MH. 2005. The influence of oxygenated water on the immune status, liver enzymes, and the generation of oxygen radicals: a prospective, randomized, blind clinical study. J Clin Nutr. 24:407-414. Husein A, Syed SH. 2008. Pattern identification of obstructive and restrictive ventilatory impairment through flow volume curves. Pak J Physiol. 4:30-34. Koulouris SN. 2004. HDL-Cholestrol : Pro-Inflammatory and Anti-Inflammatory Effects. Hellenic J Cardiol. 45:324-330. Meyer B, Carlo S, Christian F, Bernd E, Johannes S. 1999. Distributions of local oxygen saturation and its response to changes of mean arterial blood pressure in the cerebral cortex adjacent to arteriovenous malformations. J Stroke. 30:2623-2630. Mills NL, Miller JJ, Anand A, Robinson SD, Frazer GA, Anderson D, Breen L, Wilkinson IB, McEniery CM, Donaldson K, Newby DE, MacNee W. 2007. Increased arterial stiffness in patients with chronic obstructive pulmonary disease: a mechanism for increased cardiovascular risk. J Thor. 63:306-311. [NCEP] National Cholesterol Education Program. 2001. Expert Panel on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). JAMA. 285(19):2486-2497. Nelson DL, Michael MC. 2004. Lehninger Principles of Biochemistry 4th Edition. USA : University of Winconsin-Madison.
12 Nestle N, Thomas B, Reinhard N. 2003. Oxygen determination in oxygensupersaturated drinking waters by NMR relaxometry. J Water Res. 37:33613366. [NICE] National Institute for Health and Clinical Excellence. STROKE: Diagnosis and initial management of acute stroke and transient ischaemic attack (TIA). London : National Institute for Health and Clinical Excellence. Okazaki M, Keiko S, Toshio M, Seijin H. 1997. Evaluation of precipitation and direct methods for HDL-cholesterol assay by HPLC. J Clin Chem. 43(10):1885-1890. Orman MA, Marianthi GI, Ioannis PA, Francois B. 2011. Metabolic Response of Perfused Livers to Various Oxygenation Conditions. J Biotech and Bioeng. 30:1-11. Sartika RAS. 2011. Effect of trans fatty acids intake on blood lipid profile of workers in East Kalimantan, Indonesia. Mal J Nutr. 17(1):119-127. Schenkel NS, Burdet L, De Muralt B, Fitting JW. 1996. Oxygen saturation during activities in chronic obstructive pulmonary disease. Eur Resp J. 9:2584-2589. Schneider RJ, Noel B, Irja H, Marcelo T. 2006. Association between dietary habits, education, serum triglycerides and blood cholesterol among women of Cabildo, Buenos Aires. Med J. 66:517-525. Shavro SA, Punitha E, Jebamani A, Joel JB, Devasahayam J, Christopher. 2012. Correlation of health-related quality of life with other disease severity indices in India chronic obstructive pulmonary disease patients. International J COPD.7:291-296. Speit G, Petra S, Kristina T, Andreas R. 2002. Oxygenated water does not induce genotoxic effects in the comet assay. Toxicology Letters. 133:203-210. Sujarweni VW. 2012. SPSS untuk Paramedis. Yogyakarta : Gava Media. Surono IS, Ali K, Enok S, Darti N. 2010. Effect of oxygenated water and probiotic administration on fecal microbiota of rats. J Microbiol Indones. 4:1721. Ward J, Robert C, Roger L. 2009. At a Glance Fisiologi. Jakarta : Erlangga. [WHO] World Health Organization. 2005. Avoiding Heart Attack and Strokes: Don’t be a victim – Protect yourself. Genewa (Swiss) : WHO Press. [WHO] World Health Organization. 2009. Global Health Risk : Mortality and burden of disease attribute to selected major risk. Genewa (Swiss) : WHO Press. [WHO] World Health Organization. 2011. Global Status Report : on noncommunicable disease. Genewa (Swiss) : WHO Press.
13
LAMPIRAN Lampiran 1 Data spirometri responden pada tahap screening Responden
Umur (thn)
BB (kg)
TB (cm)
Hasil uji spirometri
GFP PU GFP BI GFP PSu GFP PMi GFP PT GFP PAc GFP PMa GFP PAh GFP PE GFP BO GFP BS GFP PSa GFP PC GFP PSah N PU N BD N BS
40 63 72 60 19 67 60 25 67 54 53 81 38 51 58 62 66
60 45 65 53 110 42 70 41 40 43 43 50 48 38 45 39 59
166 145 170 162 180 152 169 157 157 144 152 161 168 157 155 144 142
Possible Moderately Severe Restriction Possible Severe Restriction Very Severe Obstruction Possible Mild Restriction Possible Moderately Severe Restriction Possible Very Severe Restriction Obstruction and Possible Restriction Possible Mild Restriction Possible Moderately Severe Restriction Possible Moderately Restriction Possible Severe Restriction Possible Moderate Restriction Obstruction and Possible Restriction Obstruction and possible restriction Normal spirometry Normal spirometry Normal spirometry
14 Lampiran 2 Persentase saturasi oksigen responden gangguan fungsi paru setelah minum air beroksigen Saturasi oksigen (%) RIWAYAT HIDUP Menit ke-0 Menit ke-5 Menit ke-10
Konsen % trasi Delta (ppm) Data Data Delta Data Delta Data Delta total Dalam riwayat hidup tempat 0.9 dan tanggal mahasiswa, GFP PSa 91.7 93.5dijelaskan 1.8 94.4 94.0 kelahiran 50 -0.4 2.51 putra dan putri ke berapa dari orang tua, nama kedua orang tua atau wali. Untuk GFP PSu 93.1 92.4 -0.7 93.7 1.3 95.0 1.3 2.04 50 skripsi, tuliskan pendidikan penulis seja\k sekolah menengah hingga terdaftar GFP PC 95.5 95.3 -0.2 95.3 0.0 97.0 1.7 1.57 50 sebagai mahasiswa IPB. Kegiatan penulis di luar akademik yang menunjang GFP PE juga 95.1 96.2 1.1terutama 97.0 prestasi 0.8 akademik 97.0 0.0 1.99 diraih 50 pendidikan baik dicantumkan, yang pernah GFP PTmasa kemahasiswaan. 94.8 94.6 Uraian 95.2 riwayat 0.6 95.0 0.21dari satu 50 -0.2 tentang selama hidup -0.2 tidak lebih GFP BO 97.0 97.1 0.1 96.9 -0.2 97.0 0.1 0.00 80 halaman. GFP PSah 96.2 96.3 0.1 96.2 -0.1 99.0 2.8 2.91 80 GFP PMa 94.2 94.9 0.7 94.9 0.0 96.0 1.1 1.91 80 GFP PMi 94.6 95.0 0.4 95.0 0.0 96.0 1.0 1.48 80 GFP PAc 95.7 95.6 -0.1 95.0 -0.6 93.0 -2.0 -2.82 130 GFP PU 94.2 94.0 -0.2 94.4 0.4 96.0 1.6 1.91 130 GFP BS 94.7 95.8 1.1 95.3 -0.5 97.0 1.7 2.43 130 GFP BI 95.1 95.8 0.7 94.7 -1.1 96.0 1.3 0.95 130 GFP PAh 95.4 95.3 -0.1 95.6 0.3 93.0 -2.6 -2.52 130 Responden
Sebelum
Cetak tebal menandakan abnormalitas data
Lampiran 3 Persentase saturasi oksigen responden normal setelah minum air beroksigen
Responden N BS N BD N PU
Sebelum Data 95.7 95.2 95.2
Saturasi oksigen (%) Menit ke-0 Menit ke-5 Menit ke-10 Data 95.5 94 95.4
Delta -0.2 -1.2 0.2
Cetak tebal menandakan abnormalitas data
Data 95.2 95.1 94.6
Delta -0.3 1.1 -0.8
Data 97 96 96
Delta 1.8 0.9 1.4
% Delta total 1.36 0.84 0.84
Konsen trasi (ppm) 50 80 130
15 Lampiran 4 Uji-t berpasangan status lipida responden GFP Paired Samples Test Paired Differences Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
HDL Sebelum Sesudah LDL Sebelum Sesudah TG Sebelum Sesudah
df
95% Confidence Interval of the Difference Lower
TC Sebelum Sesudah
t
Sig. (2-tailed)
Upper
11.42
46.251
13.352
-17.970
40.803
0.855
11
0.411
-7.75
12.462
3.597
-15.668
0.168
-2.154
11
0.054
11.17
27.309
7.883
-6.185
28.518
1.416
11
0.184
5.00
40.719
11.754
-20.871
30.871
0.425
11
0.679
Signifikansi pada taraf 5% (P < 0.05)
Lampiran 5 Uji-t berpasangan status lipida responden normal Paired Samples Test Paired Differences Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
HDL Sebelum Sesudah LDL Sebelum Sesudah TG Sebelum Sesudah
df
95% Confidence Interval of the Difference Lower
TC Sebelum Sesudah
t
Sig. (2-tailed)
Upper
64.67
28.919
16.697
-7.173
136.51
3.873
2
0.061
-7.33
12.342
7.126
-37.993
23.327
-1.029
2
0.412
21.00
43.715
25.239
-87.594
129.59
0.832
2
0.493
-25.00
34.176
19.732
-109.898
59.898
-1.267
2
0.333
Signifikansi pada taraf 5% (P < 0.05)
16 Lampiran 6 Data status lipida responden gangguan fungsi paru Responden GFP PU GFP BI GFP PSu GFP PMi GFP PT GFP PAc GFP PMa GFP PAh GFP PE GFP BO GFP BS GFP PSa GFP PC
TC (mg/dl) SBL SSD 200 153 137 135 181 189 231 129 198 243 193 161 177 205 224 147 134 169 181 168 154 187 171 158
HDL (mg/dl) LDL (mg/dl) SBL SSD SBL SSD 36 40 99 93 60 48 52 68 57 59 96 102 46 49 98 59 59 79 94 139 38 36 100 102 40 79 135 98 40 46 101 81 41 52 86 54 40 45 99 91 38 48 118 64 39 46 89 82 Plasma habis sebelum analisis
TG (mg/dl) SBL SSD 91 99 124 110 136 139 147 105 145 123 78 113 175 128 97 107 75 113 85 158 208 141 183 148
Keterangan : SBL (sebelum masa intervensi), SSD (sesudah masa intervensi) TC (total cholesterol / kolesterol total ) (normal ≤ 200 mg/dl) HDL (high density lipoprotein) (normal ≥ 40 mg/dl) LDL (low density lipoprotein) (normal ≤ 130 mg/dl) TG (triglyceride / trigliserida) (normal ≤ 160 mg/dl) (NCEP 2001)
Lampiran 7 Data status lipida responden normal Responden N PU N BD N BS
TC (mg/dl) SBL SSD 228 141 253 178 253 221
HDL (mg/dl) LDL (mg/dl) SBL SSD SBL SSD 41 38 120 80 37 58 120 68 45 49 115 144
TG (mg/dl) SBL SSD 126 115 96 153 110 139
Keterangan : SBL (sebelum masa intervensi), SSD (sesudah masa intervensi) TC (total cholesterol / kolesterol total ) (normal ≤ 200 mg/dl) HDL (high density lipoprotein) (normal ≥ 40 mg/dl) LDL (low density lipoprotein) (normal ≤ 130 mg/dl) TG (triglyceride / trigliserida) (normal ≤ 160 mg/dl) (NCEP 2001)
17
Porsi
Lampiran 8 Frekuensi pola konsumsi responden gangguan fungsi paru dan responden normal 30 27 24 21 18 15 12 9 6 3 0
Frekuensi GFP PU 3 hari awal Frekuensi GFP PU 3 hari akhir Frekuensi GFP BI 3 hari awal
Porsi
Frekuensi GFP BI 3 hari akhir
30 27 24 21 18 15 12 9 6 3 0
Frekuensi GFP PSu 3 hari awal
Frekuensi GFP PSu 3 hari akhir Frekuensi GFP PMi 3 hari awal
Porsi
Frekuensi GFP PMi 3 hari akhir
30 27 24 21 18 15 12 9 6 3 0
Frekuensi GFP BO 3 hari awal Frekuensi GFP BO 3 hari akhir Frekuensi GFP BS 3 hari awal Frekuensi GFP BS 3 hari akhir
Porsi
18 30 27 24 21 18 15 12 9 6 3 0
Frekuensi GFP PSa 3 hari awal Frekuensi GFP PSa 3 hari akhir Frekuensi GFP PC 3 hari awal
Porsi
Frekuensi GFP PC 3 hari akhir
30 27 24 21 18 15 12 9 6 3 0
Frekuensi GFP PAc 3 hari awal
Frekuensi GFP PAc 3 hari akhir Frekuensi GFP PMa 3 hari awal
Porsi
Frekuensi GFP PMa 3 hari akhir
30 27 24 21 18 15 12 9 6 3 0
Frekuensi GFP PAh 3 hari awal Frekuensi GFP PAh 3 hari akhir Frekuensi GFP PE 3 hari awal Frekuensi GFP PE 3 hari akhir
Porsi
19 30 27 24 21 18 15 12 9 6 3 0
Frekuensi GFP PT 3 hari awal Frekuensi GFP PT 3 hari akhir Frekuensi N BS 3 hari awal
Porsi
Frekuensi N BS 3 hari akhir
30 27 24 21 18 15 12 9 6 3 0
Frekuensi N PU 3 hari awal
Frekuensi N PU 3 hari akhir Frekuensi N BD 3 hari awal Frekuensi N BD 3 hari akhir
20 Lampiran 9 Respon subjektif penderita gangguan fungsi paru Responden GFP PAc
GFP BS
Hari 4 7 14 21 4 7 14
GFP PE
21 4 7
GFP BO
GFP PSa
GFP PC
14 21 7
14 1 4 7 14 21 4
7 14
GFP PAh
7 14 21
Testimoni Saya merasa lebih berenergi dan lega Bapak segar dan tidak perlu minum jamu lagi Saya merasa segar dan tidak sesak Saya merasa enakan dan segar Saya masih suka sesak dan mual setelah minum tetapi sakit pinggang berkurang Ibu merasa lebih enakan, tidak pegal. Setelah minum sudah tidak mual lagi, bahkan bangun pagi enak Ibu rasa segar, kulit tidak begitu kering, dan berkurang capeknya. Ibu udah ga minum jahe merah lagi Orang bilang ibu gemukan, ibu rasa lega dan segar Kalau Bapak merasa lega, lebih bertenaga, nafsu makan bagus, tidurnya juga enak. Tabung juga ga dipakai Bapak rasa lebih enak, tidak sesak. Seminggu ini baru pakai tabung 1 kali Ya agak ringan tapi belum 100%. Cocok ini buat Bapak Ya ada perubahan sedikit setelah 21 hari Baik ! Cuma kemaren kerjaan banyak banget jadi pegelpegel badan. Tapi sesak dikasih air oksigen jadi lebih giat kerajanya Baik ! Jadi lebih giat bekerja dan lebih kuat Melegakan Melegakan Biasa aja Biasa aja Biasa aja Belum ada perubahan apa-apa, seperti biasa aja karena saya juga minum obat herbal jadi emang jarang sesak, tetapi kalau lagi kambuh ya biasanya langsung dibawa ke dr. Amalia. Kadang obat herbal juga ga bantu kalau lagi kambuh. Saya tetap mau mengikuti, siapa tau kedepannya bisa lebih baik. Saya rutin minum air ini pada jam 8 pagi dan setelah maghrib, sekalian baik untuk membersihkan yang ada dalam tubuh Biasa saja karena saya memang minum obat herbal Baik! Dengan adanya air ini saya jadi lebih rajin minum dan badan jadi lebih enakan. Mungkin air ini ngeluarin racun dalam tubuh Sesak berkurang Sesak sudah tidak kambuh Sudah tidak sesak, tapi setelah minum terasa lemas
21 Responden GFP BI
Hari 4
7 14 21 GFP PSu
4 7 14 21
GFP PMi
4 7 14
GFP PT
GFP PU
21 1 4 7 14 21 1 4 7 14 21
Testimoni Lebih terasa segar, sesak berkurang (biasanya dari warung tempat berjualan-rumah, berhenti 3 kali karena sesak, sekarang sudah tidak) Sudah tidak lemas Masih sesak terutama kalau jalan jauh dan menanjak, lemas berkurang Tidak ada perubahan lagi, setelah minum jadi mengantuk Masih sering terasa sesak kalau jalan jauh (lelah) Agak berkurang rasa sesaknya tapi masih terasa jika jalan jauh Tidak ada perubahan Masih sering sesak kalau lelah, tapi berkurang. Frekuensi berhenti ketika jalan menjadi berkurang Badan lebih terasa segar Sesak berkurang, sudah bisa jalan ke masjid (sekitar 500 m), tapi masih batuk Sudah tidak sesak, batuk sudah hilang (tapi ketika wawancara terdengar responden batuk) Sudah tidak sesak, batuk berkurang Melegakan Melegakan Merasa agak lega Merasa agak lega Merasa agak lega Melegakan Sangat melegakan Sangat melegakan Sangat melegakan Sangat melegakan
22 Responden GFP PMa
Hari Testimoni 1 Saya rasa enakan setelah minum air oksigen ini. Malam yang biasa sesak jadi tidak kambuh lagi, bahkan pagi bisa olah raga jalan kaki 1 km. Padahal biasa baru sampai depan gang rumah saya sudah kecapean. Khasiat minuman ini saya rasakan bahkan saya tidak ganggu istri saat subuh karena tidak kesesakan seperti yang biasa terjadi 2 Saya bisa jogging dan saat subuh tidak sesak. Obatobatan juga saya kurangi supaya tidak bergantung. Saya tidak mau bergantung sama obat-obatan, itu bukan karena obat yang saya mau, tapi karena emang tanpa obatpun saya ingin merasa enakan 4 Iya karena sesaknya berkurang, merasakan adanya manfaat 7 Sesak masih ada tapi ya udah berkurang saya penggennya sembuh dan tidak bergantung pada obat, cuma cepat kembung 21 Saya mau selama buat lebih baik, saya mau-mau saja
Lampiran 10 Respon subjektif responden normal Responden Hari Testimoni N BS 4 Mata Ibu sedikit buram dan masih lemas (baru sakit Ibu) 7 Biasa saja ah 14 Tidak ada perubahan 21 Ibu agak gemukan N PU 1 Sebelum minum air oksigen, minum obat 3x sehari. Setelah minum, palingan cuma 1-2x sehari 4 Saya masih mau minum air oksigen karena merasakan adanya reaksi manfaat 7 Lebih lega kalau bernafas, jarang sesak saat kerja dan tidur 14 Kondisi masih capek karena kerjanya lagi banyak dan kemarin ada masalah N BD 4 Terasa kembung setelah minum 7 Buang air kecil lebih sering, kembung, sedari awal memang tidak sesak jadi tidak ada perubahan 14 Sedari awal memang tidak sesak jadi tidak ada perubahan dalam kesesakan 21 Tidak ada perubahan
23 Lampiran 11 Contoh kuesioner PRODUK SUPER O2 PEMANFAATAN PRODUK MINUMAN BEROKSIGEN PADA PENDERITA PPOK
RAHASIA
Panduan Wawancara 1: BIODATA RESPONDEN Jaga Kerahasiaan Semua Data & Informasi dari Responden
A. IDENTITAS RESPONDEN Nama Umur Jenis Kelamin L/P Alamat Tel/Hp TB/BB Pekerjaan Pendapatan per bulan Tipe COPD/PPOK (untuk responden COPD) Denyut nadi B. IDENTITAS FASILITATOR Nama Dept/PS Strata
cm
kg
Pencatat Tgl wawancara
C. PENGENALAN MINUMAN BEROKSIGEN No Item Tidak Ya 1 Mengetahui tentang minuman beroksigen 2 Mengetahui manfaat minuman Sebutkan: beroksigen 3 Pernah mencoba minuman - kapan: beroksigen - frekuensi: D. RIWAYAT KESEHATAN 3 BULAN TERAKHIR No Penyakit Frekuensi ≥ 4 x 2-x 1 x Tidak Pernah 1 ISPA 2 Alergi 3 Sakit Menahun, sebutkan … 4 Penyakit kardiovaskular 5 Penyakit hati, dst yang
Waktu terkena & lama sakit
24
6
berkaitan dengan parameter Lainnya, sebutkan …
Menurut pengamatan anda, secara keseluruhan status kesehatan responden termasuk: ( ) Baik ( ) Cukup Baik ( ) Kurang Baik ( ) Tidak Baik
E. KEBIASAAN MAKAN 1. FFQ (Food Frequency Questionnaire) No Jenis Makanan > 1x/hr 1x/hr 1 Sumber Karbohidrat: a. Nasi b. Mie c. Roti d. Lainnya, sebutkan… 2
Sumber protein hewani: a. Daging merah, sebutkan b. Daging unggas, sebutkan c. Makanan laut, sebutkan d. Telur e. Lainnya, sebutkan…
3
Sayuran , sebutkan
4 5 6
Buah-buahan, sebutkan … Cemilan, sebutkan … Minuman a. Air putih b. Teh c. Kopi d. Susu e. Minuman lainnya, sebutkan
Frekuensi > 1x /mg 1 x/mg
> 1x/bln
1x/bln
25 7
Makanan atau minuman instan, sebutkan
F. RIWAYAT KONSUMSI OBAT, FOOD MAKANAN/MINUMAN HERBAL No Nama & Frekuensi Jenis Obat / Food Supplement > 1x/hr
1x/hr
SUPPLEMENT,
> > 1x/mg 1x/mg 1x/bln 1x/bln
DAN
Fungsi Obat, food supple ment, dan herbal
1 2 3 4 5 G. KEBIASAAN OLAHRAGA No Jenis Olahraga > 1x/hr 1x/hr 1 2 3 4 5
Frekuensi > 1x/mg 1 x/mg
> 1x/bln
1x/bln
H. KEBIASAAN MEROKOK 1 Ya ….. batang/hari 2 Tidak I. AKTIVITAS UMUM HARIAN Tulislah aktivitas umum harian yang Anda lakukan beserta waktu pelaksanaan dalam satu hari No Jam Jenis Aktivitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9
26 10 11 dst J. KEBIASAAN TIDUR / KECUKUPAN ISTIRAHAT No. Waktu Lama waktu tidur Jam tidur (…. s.d ……) tidur 1. Siang hari 2. Malam hari Secara keseluruhan status kecukupan istirahat responden: cukup / tidak
27
PRODUK SUPER O2 PEMANFAATAN MINUMAN BEROKSIGEN PADA PENDERITA PPOK
Panduan Wawancara 2: Respon Awal (setelah mengonsumsi selama 4 hari) RAHASIA Jaga Kerahasiaan Semua Data & Informasi dari Responden A. IDENTITAS RESPONDEN Nama Umur Jenis Kelamin L/P Alamat Tel/Hp TB/BB Pekerjaan Pendapatan per bulan Tipe COPD/PPOK (untuk responden COPD) Denyut nadi
cm
B. KESAN SAAT MENGONSUMSI No Atribut Biasa saja 1 2 3 4
kg
Terganggu, sebutkan bentuk gangguan
Rasa Aroma/bau Warna After taste
C. KELANJUTAN PARTISIPAN 1 Tetap mengikuti 2 Berhenti, alasan… ( ) ada pengganti ( ) tidak ada pengganti
28
PRODUK SUPER O2 PEMANFAATAN PRODUK MINUMAN BEROKSIGEN PADA PENDERITA PPOK
Panduan Wawancara 3: Respon Setelah Mengonsumsi Selama 7 Hari RAHASIA Jaga Kerahasiaan Semua Data & Informasi dari Responden A. IDENTITAS RESPONDEN Nama Umur Jenis Kelamin L/P Alamat Tel/Hp TB/BB Pekerjaan Pendapatan per bulan Tipe COPD/PPOK (untuk responden COPD) Denyut nadi
cm
kg
B. KESAN TENTANG KEMASAN PRODUK Respon terhadap kemasan ( ) menarik, alasan ……. ( ) kurang menarik, alasan… C. PENERIMAAN PRODUK No Atribut Penerimaan Suka Agak Suka Agak Tidak Suka 1 Rasa 2 Aroma/bau 3 Warna 4 After taste
Tidak Suka
Komentar responden (mengenai konsumsi produk): adakah manfaat yang dirasakan : a. Ada, sebutkan ............................................. b.Tidak, alasan ............................................... komentar lain : ......................................................................................................
29
PRODUK SUPER O2 PEMANFAATAN MINUMAN BEROKSIGEN PADA PENDERITA PPOK
Panduan Wawancara 4: Respon Setelah Mengonsumsi Selama 14 Hari RAHASIA Jaga Kerahasiaan Semua Data & Informasi dari Responden A. IDENTITAS RESPONDEN Nama Umur Jenis Kelamin L/P Alamat Tel/Hp TB/BB Pekerjaan Pendapatan per bulan Tipe COPD/PPOK (untuk responden COPD) Denyut nadi
cm
kg
B. PENERIMAAN PRODUK No Atribut Penerimaan Suka Agak Suka Agak Tidak Suka 1 Rasa 2 Aroma/bau 3 Warna 4 After taste C. BERKAITAN DENGAN DIRASAKAN ( ) Terasa lebih baik ( ) Tidak ada perubahan
PERBAIKAN
Tidak Suka
KESEHATAN
D. RIWAYAT KESEHATAN 14 HARI TERAKHIR No Penyakit Frekuensi ≥ 4 x 2-x 1 x Tidak Pernah 1 ISPA 2 Alergi 3 Alergi terhadap makanan 4 Penyakit kardiovaskular 5 Penyakit hati, dst yang berkaitan dengan parameter 6 Lainnya, sebutkan ……..
YANG
30
PRODUK SUPER O2 PEMANFAATAN MINUMAN BEROKSIGEN PADA PENDERITA PPOK
Panduan Wawancara 5: Respon Setelah Mengonsumsi Selama 21 Hari RAHASIA Jaga Kerahasiaan Semua Data & Informasi dari Responden A. IDENTITAS RESPONDEN Nama Umur Jenis Kelamin L/P Alamat Tel/Hp TB/BB Pekerjaan Pendapatan per bulan Type COPD/PPOK (untuk responden COPD) Denyut nadi B. PENERIMAAN PRODUK No Atribut Mau 1 Rasa 2 Aroma/bau 3 Warna 4 Respon keseluruhan C. BERKAITAN DENGAN DIRASAKAN ( ) Terasa lebih baik ( ) Tidak ada perubahan
cm
kg
Penerimaan Agak Mau Agak Menolak Menolak
PERBAIKAN
KESEHATAN
D. RIWAYAT KESEHATAN 21 HARI TERAKHIR No Penyakit Frekuensi ≥4x 2-x 1x 1 2 3 4 5
ISPA Alergi Alergi terhadap makanan Penyakit kardiovaskular Penyakit hati, dst yang
Tidak Pernah
YANG
31
6
berkaitan dengan parameter Lainnya, sebutkan …
Menurut pengamatan fasilitator, secara keseluruhan status kesehatan responden termasuk: ( ) Baik ( ) Cukup baik ( ) Kurang baik ( ) Tidak baik
E. KONSUMSI SELANJUTNYA Setelah selesai program Kemauan responden mengkonsumsi Minuman Beroksigen: ( ) Mau Bila untuk mengonsumsi minuman beroksigen harus membeli: ( ) Mau ( ) Mau, asal harga terjangkau ( ) Tidak mau ( ) Ragu-ragu Alasan :………………………………………… ( ) Tidak mau Alasan: ( ) Belum dapat merasakan manfaat mengonsumsi minuman beroksigen ( ) Belum dapat menerima rasa/bau/warnanya FOOD RECALL (Untuk ditanyakan setiap hari (21 hari) selama intervensi No Waktu Jenis Nama Jumlah dalam Jumlah Makanan Bahan Ukuran Rimah dalam Makanan tangga (URT) gr/ ml 1
Pagi
2
Selingan
3
Siang
4
Selingan
5
Malam
*Jika responden mengonsumsi obat, food supplement, dan makanan/minuman herbal, mohon catat juga
32
RIWAYAT HIDUP Ardy Brian Lizuardi dilahirkan di kota Cianjur pada tanggal 9 Mei 1991 dari ayah Teddy Hermawan Lizuardi dan ibu Lilie Yulia. Penulis merupakan putra kedua dari dua bersaudara. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMAK BPK Penabur Cianjur. Penulis terdaftar di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB pada tahun 2009. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif di organisasi IAAS LC-IPB (2010-2012) di departemen HRD, PMK (2010-2011) di komisi pelayanan khusus sebagai pengajar responsi untuk mata kuliah Kimia Dasar dan Fisika Dasar. Penulis juga aktif di Himitepa (2011) Divisi HiCo sebagai manajer “Manarella”. Penulis merupakan penerima beasiswa BBM (2009-2010), PPA (2010-2011), dan National Champion Scholarships Tanoto Foundation (2011-2013). Selama masa pendidikan di IPB penulis juga aktif di berbagai kepanitian kegiatan yang diselenggarakan oleh IAAS dan Himitepa.