Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
INTERAKSI SOSIAL SISWA ETNIK TIONGHOA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS YAYASAAN PENDIDIKAN KRISTEN DI KOTA PONTIANAK Oleh: ADELLA RIZKY SEPTIANI NIM. E51109020 Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura. Pontianak. 2015. E-mail:
[email protected] ABSTRAK
Fokus yang dikaji dalam penelitian ini adalah permasalahan etnik Tionghoa yang hijrah ke Kalimantan Barat khususnya antara masyarakat pribumi dan etnik Tionghoa sudah semestinya menjadi sebuah pembahasan yang sudah terbiasa dikehidupan sehari-hari, ini dikarenakan masyarakat etnik Tionghoa sampai saat ini masih memunculkan perilaku memisahkan diri dari lingkungan pribumi dan membentuk kelompok sesama etnik Tionghoa. Upaya untuk menciptakan interaksi yang baik sampai saat ini bisa di katakan kurang berhasil atau tidak berhasil. Hal ini dikarenakan kedua kelompok etnik ini hanya berinteraksi sosial sesama dengan etnik mereka masing-masing. Interaksi sosial ini bisa terjadi di lingkungan manapun, bisa disekolahan, perdagangan, perkantoran dan lain sebagainya. Sampai saat ini masih menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat, tapi interaksi sosial yang paling sulit untuk dipecahkan dalam masyarakat adalah interaksi sosial di sekolah. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan bentuk interaksi asosiatif (kerja sama, akomodasi dan asimilasi) dan disosiatif (persaingan, kontravensi dan pertentangan atau pertikaian) serta asimilasi siswa metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah pada bentuk interaksi yang asosiatif dan disosiatif pada etnik Tionghoa, diantaranya bentuk interaksi yang asosiatif yang terjadi pada remaja: mempermudah tugas kerja kelompok kerjasama dalam melakukan komunikasi dalam menyelesaikan tugas dan dengan adanya gotong royong dalam bentuk kerja sama di lingkungan sekolah. Sedangkan bentuk interaksi disosiatif terajadinya persaingan dan konflik diantara remaja di lingkungan sekolah seperti persaingan dalam belajar dan beberapa perlombaan dalam mengikuti sebuah turnamen yang di adakan pemerintah Kota Pontianak. Dan persaingan dalam merebutkan ranking untuk mendapatkan nilai yang terbaik di Sekolah Menengah Atas Yayasan Pendidikan Kristen. Kata-kata kunci :
Etnik Tionghoa,Etnik Pribumi,Interaksi sosial,Lingkungan Sekolah
1 ADELLA RIZKY SEPTIANI, NIM. E51109020 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
siswa pribumi dan etnik Tionghoa
PENDAHULUAN Di dalam kehidupan seharihari permasalahan interaksi selalu menjadi hal yang lazim dibahas, ini dikarenakan masyarakat Indonesia umumnya terdiri dari masyarakat multicultural.
Tidak
masyarakat
terkecuali
Pontianak,
dalam
penelitian ini lebih difokuskan pada proses interaksi antara masyarakat pribumi dengan etnik Tionghoa yang sampai saat ini masih menimbulkan batas. Upaya untuk menyelaraskan interkasi antar dua etnik masyarakat ini agaknya belum berjalan sempurna seperti yang diinginkan. Selanjutnya
jarang
berinteraksi
atau
berkomunikasi antar satu dengan yang lainnya. Bahkan terjadinya pengelompokan
khusus
golongan
etnik Tionghoa saja, dan mereka kelompok etnik Tionghoa cenderung mengeksklusiv kan diri sesama etnik Tionghoa dan jarang melakukan interaksi dengan kelompok etnik lainnya. Sehingga ini lah yang menyebabkan merenggangnya rasa toleransi antar kelompok satu dengan yang lainnya. Para pengajar pun sampai saat ini masih sukar untuk memberi arahan kepada siswa untuk bisa membaur antara kelompok etnik
peneliti
satu dengan yang lain, tapi usaha
berpendapat bahwa interaksi sosial
tersebut dianggap sebelah mata bagi
yang
siswa.
terjadi
di
sekolah
bisa
menimbulkan prasangka sosial yang bisa memicu terjadinya konflik. Hal ini terjadi dengan adanya perbedaan suku, budaya, ras, gaya hidup, dan faktor lingkungan. Sampai saat ini tempat pendidikan menjadi pusat perhatian lebih di masyarakat dalam melakukan
interaksi,
khususnya
dalam tempat menuntut ilmu atau sering kita sebut sebagai gedung persekolahan. Karena di sekolah
Berdasarkan peneliti
dengan
permasalahan
pra-lapangan adanya
banyak
interaksi
etnik
Tionghoa yang hijrah ke Kalimantan Barat khususnya antara masyarakat pribumi dan etnik Tionghoa sudah semestinya
menjadi
sebuah
pembahasan yang sudah terbiasa dikehidupan dikarenakan
sehari-hari, masyarakat
ini etnik
2 ADELLA RIZKY SEPTIANI, NIM. E51109020 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Tionghoa sampai saat ini masih
antara kemampuan dan dukungan
memunculkan perilaku memisahkan
pihak sekolah dengan kemampuan
diri dari lingkungan pribumi dan
dalam berinteraksi pada siswa.
membentuk kelompok sesama etnik
Fokus penelitian ini akan di
Tionghoa. Upaya untuk berinteraksi
bahas
sampai saat ini bisa di katakan
penelitian ini terarah dan sesuai yang
kurang berhasil atau tidak berhasil.
di
Hal ini dikarenakan kedua kelompok
membatasi
etnik ini hanya berinteraksi sosial
SMA keturunan etnik Tionghoa di
sesama dengan etnik mereka masing-
sekolah Yayasan Pendidikan Kristen
masing. Interaksi sosial ini bisa
di
terjadi di lingkungan manapun, bisa
permasalahan interaksi sosial siswa
disekolahan,
etnik
perdagangan,
secara
mendalam,
ingingkan
maka
pada
Kota
peneliti
Interaksi
Pontianak.
Tionghoa
agar
siswa
Adapun
dengan
siswa
perkantoran dan lain sebagainya.
Pribumi, antara lain: 1). Masyarakat
Sampai saat ini masih menimbulkan
pribumi dan etnik Tionghoa yang
pro dan kontra dalam masyarakat,
sampai
tapi interaksi sosial yang paling sulit
berinteraksi
untuk dipecahkan dalam masyarakat
lainnya dikarenakan adaptasi budaya
adalah interaksi sosial di sekolah.
yang berbeda.; 2). Siswa etnik
Menurut
peneliti
pada
dasarnya pendidikan adalah upaya dasar untuk meningkatkan kualitas dan
kemampuan
masyarakat
individu
agar
berdampingan,
dapat
berbangsa,
atau hidup dan
bernegara. Tetapi pada kenyataannya dalam jangka pendek individu siswa di sekolah masih banyak melakukan pengelompokan,
Hal
ini
menunjukkan adanya kesenjangan
saat
ini antar
masih satu
sukar dengan
Tionghoa sering kali mengabaikan upaya pihak sekolah dalam proses interaksi.; 3). Masih ada beberapa etnik Tionghoa yang mengeksklusiv kan diri dengan etnis lain di SMA Yayasan Pendidikan Kristen Kota Pontianak. Tujuan
dilaksanakannya
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1). Mendeskripsikan bentuk interaksi sosial siswa etnik Tionghoa dengan etnik
lain
di
sekolah
Yayasan 3
ADELLA RIZKY SEPTIANI, NIM. E51109020 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Pendidikan Kristen Kota Pontianak.;
perorangan antara kelompok manusia
2). Mengidentifikasi
maupun
yang
menjadi
faktor-faktor
penghambat
dan
antra
dengan
orang
perorangan
kelompok
manusia.
pendorong terjadinya proses interaksi
Sedangkan
menurut
Soekanto
sosial etnik Tionghoa dengan etnik
(2007:54) proses
lain di sekolah Yayasan Pendidikan
merupakan suatu proses yang berarti
Kristen Kota Pontianak.
bahwa ia merupakan suatu gejala
sosial
adalah
perubahan, gejala penyesuaian diri, dan gejala pembentukan. Semua KAJIAN PUSTAKA
gejala
Interaksi sosial merupakan bentuk umum dari proses sosial dapat
didefinisikan
hubungan-hubungan
sebagai
timbal
balik
antara individu dengan individu,
Interaksi sosial terjadi terjadi sejak dua orang bertemu saling menyapa, berjabat tangan, saling berbicara atau berkelahi. Walaupun mereka tak saling bicara atau menyapa atau berjabat itupun
tangan, telah
interaksi
terjadi
sosial
(Wulansari,
karena dalam
kelompok menyesuaiakn
diri
satu
sama lain, menyesuaiakn diri dengan keadaan. Proses sosialisasi ini terjadi melalui interaksi sosial. Menurut Soekanto (2006:55) pola
interaksi
sosial
merupakan
gambaran hubungan-hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubunan orang-orang
perorangan,
kelompok-kelompok
antara manusia,
maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Polapola
interaksi
sosial
sangat
kompleks. Pola interaksi sosial dapat
2009:36). Menurut Gillin dan Gillin (dalam Soekanto, 2006:56) interaksi sosial
disebabkan
individu-individu
kelompok dengan kelompok, serta antara individu dengan kelompok.
ini
merupakan
hubungan-
hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut
hubungan
orang
dibedakan menjadi dua, yaitu pola interaksi asosiatif dan pola interaksi diasosiatif. Pola interaksi asosiatif merupakan
proses-proses
yang
mendorong dicapainya akomodasi, kerjasama, dan asimilasi, yang pada 4
ADELLA RIZKY SEPTIANI, NIM. E51109020 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
giliran
berikutnya
menciptakan
Masyarakat
multicultural
keteraturan sosial. Pola interaksi
menurut Hardiman (dalam Kymlika,
diasosiatif merupakan proses-proses
2001)
yang mengarah kepada terciptanya
multikultural sebagai “masyarakat
bentuk-bentuk hubungan sosial yang
yang tersusun dari berbagai macam
berupa
kontravensi
bentuk
kehidupan
maupun konflik, yang pada giliran
nilai”.
Masyarakat
berikutnya
merupakan konsep yang dasarnya
persaingan,
akan
menghambat
terciptanya keteraturan sosial.
mengartikan
masyarakat
dan
orientasi
multicultural
terletak pada perspektif hubungan
Menurut Muhaemin (2004:4)
sosial yang majemuk atau beragam.
pendidikan multikulturalisme adalah
Serta mempunyai
suatu pendekatan progresif untuk
budaya yang kuat dan sulit untuk di
melakukan transformasi pendidikan
hapuskan.
yang
persoalan yang demikian kusut, kini
secara
menyeluruh
Di
membongkar kekurangan, kegagalan,
adanya
dan
mempromosikan
praktik-praktik
diskriminasi
masing-masing
tengah
suatu
himpitan
upaya
untuk
kesepahaman
dalam proses pendidikan. Sejalan
tentang
dengan itu, menurut Ainul Yaqin
sebagai bangsa yang mempunyai
(2001:26) pendidikan multicultural
satu komponen yaitu bhineka tunggal
memiliki 2 tujuan yaitu membangun
ika yang artinya walaupun berbeda
wacana multicultural dikalangan para
beda
guru, dosen, ahli pendidikan, dan
Multikulturalisme
pengambil kebijakan dalam dunia
menekankan
pendidikan serta membantu para
perbedaan
siswa
penghalang dalam terjadinya sikap
untuk
memahami
dan
keberadaan
tetapi
tetap
satu
juga. sendiri
konsep
bahwa
bukanlah
menguasai materi pelajaran yang
interaksi,
akan dipelajarinya dengan harapan
multikulturalisme
dapat menimbulkan karakter yang
menghargai
kuat dalam bersikap demokratis,
budaya dan ras.
pluralis, dan humanis.
Indonesia
menjadi
justru dengan adanya manusia
perbedaan
dari
dapat segi
Interaksi sosial siswa juga dipengaruhi beberapa faktor-faktor 5
ADELLA RIZKY SEPTIANI, NIM. E51109020 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
antara
lain
kontak
dan
beda. Sehingga adanya keberagaman
multikulturalisme, dalam hal ini
budaya tersebut maka muncullah
interaksi dapat didefinisikan sebagai
factor-faktor interaksi sosial dan
suatu proses sosial yang ditandai
bentuk
dengan
usaha-usaha
kerjasama, pertikaian, persaingan,
perbedaan-perbedaan
akomodasi, dimana kerjasama dapat
adanya
mengurangi yang
sosial
terdapat
antara
orang-
interaksi
diartikan
sosial
dalam
seperti
membentuk
perorangan atau kelompok-kelompok
kumpulan seperti gotong royong,
manusia dan juga meliputi usaha-
sebagai contoh faktor-faktor interaksi
usaha untuk mempertinggi kesatuan
sosial
tindak,
misalnya
sikap
mental
dan
dengan
proses-proses memperhatikan
adalah
faktor
dalam
masyarakat
peniruan berbusana
Indonesia
selalu
kepentingan-kepentingan dan tujuan-
mengikuti trend
tujuan
negeri agar selalu up todate.
bersama.
multicultural
Sedangkan
adalah
pemahaman
yang
suatu
menempatkan
METODE
budaya sebagai sesuatu yang wajar atau biasa, karena di Indonesia mempunyai
makna
umum
yang
meliputi situasi biasa dalam setiap masyarakat, lembaga, tempat dan seni.
Dengan
adanya
pengaruh
kontak sosial dan multikulturalisme, terjadilah
interaksi
sosial
yang
multikulturalisme dimana penelitian ini mengacu terhadap perkembangan interaksi yang terjadi pada etnik Thionghoa dan etnik Pribumi yang multikultur
pada
fashion dari luar
masing-masing
etnis tersebut mempunyai adaptasi budaya dan kehidupan yang berbeda-
Metode yang digunakan pada penelitian
ini
adalah
metode
kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu
mendeskripsikan
interaksi
siswa etnik Tionghoa berdasarkan fakta
dan
informasi
dilapangan.
yang
Menyajikan
mendeskripsikan
kenyataan
ada dan dari
keselurahan objek dan subjek, data dan informasi yang ada dengan menggali kebenaran atas data dan informasi
yang
diteliti.
Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah
teknik
observasi
yang
6 ADELLA RIZKY SEPTIANI, NIM. E51109020 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
dilakukan
melalui
pengamatan mengenai
pengamatan-
Pontianak. Objek penelitian dalam
langsung
peneltian ini adalah Interaksi siswa
secara interaksi
siswa
di
etnik Tionghoa di sekolah menengah umum Yayasan Pendidikan Kristen
lingkungan
sekolah,
dengan
melakukan
wawancara
langsung
kepada pihak-pihak yang khususnya menjadi informan serta pengumpulan data dokumentasi berupa gambar dan catatan.
di Kota Pontianak. Mengungkapkan
masalah
yang di teliti memerlukan suatu teknik pengumpulan data sehingga data dapat di peroleh secara relevan
Subjek Peneliti melakukan penelitian
informan
dengan permasalahan yang di teliti.
berdasarkan
Teknik yang di anggap relevan
teknik Purposive (bertujuan) yaitu
dengan jenis penelitian ini adalah :1).
informan yang akan dijadikan subjek
Observasi
penelitian ditentukan atau ditetapkan
pengumpulan data yang di lakukan
sebelum peneliti turun ke lapangan.
melalui pengamatan secara langsung
Penelitian
disini
dan mendalam terhadap kegiatan
(Sugiyono:
atau perkerjaan untuk mengetahui
informan
berdasarkan
kriteria
langsung,
2010): 1). Informan kunci yaitu
keadaan
siswa yang mengetahui dan memiliki
Wawancara mendalam, yaitu suatu
berbagai
yang
pendekatan obyek penelitian dengan
diperlukan dalam penelitian, yaitu
mengadakan wawancara langsung
siswa-siswi SMA YPK (Yayasan
kepada informan untuk mengetahui
Pendidikan Kristen) kelas X, XI dan
keadaan yang sebenarnya. Instrumen
XII Kota Pontianak. ; 2). Informan
pengumpulan data adalah instrumen-
pangkal yaitu mereka yang terlibat
instrumen yang digunakan dalam
langsung dalam interaksi sosial yang
mengumpulkan
terjadi, yaitu Kepala Sekolah dan
instrumen
Guru lembaga pendidikan sekolah
menggunakan
instrumen
menengah
umum
Instrumen
bantu
Pendidikan
Kristen
informasi
pokok
Yayasan di
Kota
yang
yaitu
sebenarnya.;
data,
pengumpulan
2).
adapun data bantu. peneliti
menggunakan, pedoman wawancara
7 ADELLA RIZKY SEPTIANI, NIM. E51109020 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
,pedoman
observasi
dan
dokumentasi.
berakreditasi
B.
pembelajaran
dilakukan pada waktu pagi dan sore.
Teknis
analisis
informasi
1.1 Tabel
dalam penelitian ini adalah kualitatif
Jumlah Siswa SMA YPK Yayasan
dengan analisis deskriptif. Analisis
Pendidikan Kristen
deskriptif
Jumlah Total Siswa
dimana
adalah
suatu
analisis
penafsiran
informasinya
N
Katego
Laki-
Perempu
secara
komparatif
O
ri
Laki
an
14
19
23
25
23
29
60
83
dilakukan berdasarkan
teori-teori
mendukung,
kemudian
yang disajikan
Kelas 1
dalam bentuk kalimat-kalimat sesuai dengan gambaran permasalahan yang
X 2
ada dan akhirnya ditarik suatu kesimpulan. langkah
Adapun dalam
langkah-
berikut:
3
menganalisis
reduksi
Kelas XI Kelas XII
informasi menurut Moleong (2000) sebagai
Kelas
Jumlah
data,
Jumlah Siswa Tionghoa
verifikasi data, dan interpretasi data.
N
Laki-
Perempu
Teknik keabsahan data yang dipakai
O
Laki
an
dalam penelitian adalah Kredibilitas,
1.
12
8
Defendabilitas, dan Konfirmabilitas.
(Sumber:profil sekolah Yayasan Pendidikan Kristen tahun ajaran 2014/2015)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah
20
Yayasan
Berdasarkan table di atas
Pendidikan Kristen kota pontianak
siswa kelas X laki-Laki berjumlah
berdiri pada tanggal 1 januari 1967,
14, siswa Perempuan perempuan
terletak di Jln. Ahmad Yani, Jln.
berjumlah 19. Siswa kelas XI laki-
Kapten
Pontianak
Laki berjumlah 23, Siswa perempuan
Selatan,
berjumlah 25. Siswa kelas XII laki-
dengan status sekolah swasta dan
Laki berjumlah 23, siswa Perempuan
Sekolah
P.
kecamatan
SMA
Tendean Pontianak
berjumlah 29. Jumlah total siswa 8 ADELLA RIZKY SEPTIANI, NIM. E51109020 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
laki-laki yang terdapat di sekolah
juga membangun interaksi dengan
Yayasan Pendidikan Kristen di Kota
teman yang bukan dari kelompoknya
Pontianak
adalah
sendiri
sedangkan
siswa
60
siswa,
demi
Perempuan
hubungan
berjumlah 83 siswa. Adapun data
membina
yang
dengan
menjelaskan
Tionghoa
sekolah
siswa
yang
harmonis
solidaritas yang
suatu
antara
lainnya.
dan satu Siswa
Yayasan
membina interaksi dengan berbagai
Pendidikan Kristen Siswa Tionghoa
hal baik di dalam lingkungan sekolah
laki-laki adalah berjumlah 12 siswa,
atau pun di luar lingkungan sekolah,
sedangkan
perempuan
tujuan dari berinteraksi ini selain
berjumlah 8 siswa. Total siswa
membina suatu hubungan antar satu
Tionghoa yang terdapat di sekolah
yang
Yayasan
aktifitas
siswa
Pendidikan
Pontianak siswa.
di
jumlah
terciptanya
adalah
Di
di
Kristen
berjumlah
sekolah
lainnya dan
dapat
terciptanya
pergaulan
dengan
20
masyarakat luas. Tujuan berinteraksi
Yayasan
adalah agar siswa tersebut mampu
Pendidikan Kristen sebagai data
mengungkapkan
yang didapat siswa yang berprestasi
perkembangan mereka sampai sejauh
pada tahun 2000-2015 adalah Wayan
mana dalam berkomunikasi dengan
Julia siswi dengan prestasi lompat
teman sebanya atau pun masyarakat
jauh pada kejuaraan (O2SN) dengan
luas.
prestasi juara satu Pada tahun 2011 serta di lanjkutklan dengan siswa yang berprestasi dibidang yang sama Daniel
Abirius
Aomenu
dengan
prestasi juara dua Pada tahun 2014.
dan
mengetahui
Berbagai cara di lakukan siswa agar terciptanya interaksi yang harmonis ini di laku kan mereka agar dapat berinteraksi sesuai keinginan mereka. Misalnya cara berinteraksi
Cara interaksi siswa di dalam
yang di lakukan siswa tersebut
lingkungan sekolah tidak berbeda
dengan belajar kelompok di sekolah
dengan masyarakat pada umumnya.
atau pun di luar jam sekolah.
Siswa
dengan
(Muslim
2013:486)
kelompoknya sendiri tetapi mereka
asosiatif
merupakan
juga
berinteraksi
berpendapat kerjasama
9 ADELLA RIZKY SEPTIANI, NIM. E51109020 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
terbentuk
karena
menyadari
masyarakat
bahwa
mempunyai
mereka
kondusif.
Oleh karena itu sudah
semestinya
pihak
sekolah
kepentingan-
semaksimal mungkin mendidik dan
kepentingan yang sama sehingga
memberi arahan kepada anak didik
sepakat untuk bekerjasama dalam
mereka
mencapai tujuan bersama. Dengan
lingkungan sekolah, dan perlu usaha
adanya interaksi antar siswa dalam
juga
sebuah
berusaha
agar
membuat siswa mempunyai tingkat
menerima
keputusan
sosialisasi yang tinggi, solidaritas
sekolah untuk berinteraksi.
pembelajaran,
hal
ini
bagi
antar siswa menjadi lebih baik. Dengan adanya sosialisasi siswa juga akan
banyak
berhubungan
mempelajari keterampilan
yang sosial
atau social skill, seperti kesopanan, menghormati
orang
lain,
dan
sebagainya.
agar
berinteraksi
pihak
sekolah siswa dari
di
untuk tersebut pihak
Sikap dari individualis yang di
tunjukkan
siswa
belum
sepenuhnya dapat di terima oleh teman – teman sebaya nya. Ada yang mengerti dan dapat menerima , bahkan ada yang tidak mengerti dan tidak dapat menerima. Dengan sikap
Sikap ini perlu di tanam kan
seperti ini menjadikan siswa sulit
di diri siswa masing-masing agar
beriteraksi dengan yang lainnya, di
tidak
karenakan
terciptanya
sikap
mereka
berkelompok
individualistik. Individualis ini dapat
dengan
menyebabkan
Namun tetapi walaupun sikap yang
kurangnya
sikap
yang satu dan lainnya.
toleransi antar satu dan yang lainnya.
di
Perlu beberapa arahan agar siswa
cenderung
tersebut
di
terkadang juga paham bahwa sikap
lingkungan sekolah. Maka dari itu
tersebut tidak baik untuk di teruskan.
pihak
mengupayakan
Namun ketika peneliti turun ke
berbagai cara untuk memperbaiki
lapangan dan melakukan penelitian
interaksi di lingkungan sekolah demi
melalui pendekatan terhadap siswa
terciptanya
serta guru dan kepala sekolah,
tidak
individualis
sekolah
proses
belajar
yang
tunjukkan
siswa
individualis,
tersebut mereka
10 ADELLA RIZKY SEPTIANI, NIM. E51109020 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
peneliti
menemukan
hal
yang
,yang di lakukan oleh siswa pribumi
menarik
di
lingkungan
dan etnik Tionghoa serta peran
sekolah dimana interaksi siswa yang
mereka dalam melakukan upaya
di tunjukkan kelompok pribumi dan
interaksi di lingkungan sekolah agar
etnik Tionghoa sangat harmonis,
siswa pribumi dan etnik Tionghoa
tidak adanya diskriminasi yang di
seterusnya dapat bertahan di dalam
lakukan terhadap kelompok pribumi
masyarakat.
dan
Kelompok
suasana harmonis dapat terjaga di
pribumi lebih memilih berinteraksi
dalam lingkungan sekolah mau pun
dengan kelompok etnik Tionghoa.
di luar lingkungan sekolah tanpa
Pribumi
adanya
etnik
dalam
Tionghoa.
membangun
interaksi
dengan kelompok etnik Tionghoa
mereka
berinteraksi
sesuai dengan ketetapan yang pihak sekolah lakukan, dengan adanya belajar
kelompok
ini
sudah
membuktikan bahwa pribumi dan etnik
Tionghoa
sudah
berhasil
berinteraksi. Pemikiran yang ada pada etnik Tionghoa yang selama ini kita pikir kan bahwa tidak bisa membaur hilang dari pikiran saya selaku
peneliti,
karena
etnik
Tionghoa kehadiran nya dapat di terima
ketika
mulai
berinteraksi
dengan kelompok etnik lainnya. Kondisi
Interaksi siswa pribumi dan etnik Tionghoa di sekolah Yayasan Pendidikan Kristen sampai saat ini ada yang mampu berinteraksi dan ada yang belum mampu berinteraksi, tetapi kebanyakan etnik Tionghoa di sekolah Yayasan Pendidikan Kristen mampu berinteraksi sosial dengan etnik
pribumi.
Thionghoa berinteraksi
jika
Kelompok tidak
dengan
etnik mampu
kelompok
lainnya, maka dari itu kita sebut sebagai individualis. . Siswa etnik Tionghoa di Sekolah Menengah Atas Yayasan
Pendidikan
Kristen
memiliki rasa toleransi yang cukup
lebih
baik antar etnis lainnya, sehingga
mendalami lagi kegiatan, aktivitas
mereka mampu berinteraksi di antara
peneliti
di
terhadap
atas
membuat
siswa
diskriminasi
demikian
kelompok minoritas.
tanpa ada nya perasaan tidak ingin berinteraksi,
Dengan
ingin
11 ADELLA RIZKY SEPTIANI, NIM. E51109020 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
kelompok
etnik
sehingga
merupakan orang tua didik ke dua.
mereka memilih untuk berinteraksi
Pola interaksi yang terjalin selama
social di antara kelompok etnik
ini cukup baik dimana guru berperan
lainnya.
penting dalam menjaga pola interaksi Akan
lain,
tetapi
terkadang
mereka beberapa siswa dari etnik Tionghoa masih berbicara bahasa Tionghoa di sekolah. Dengan mereka berbicara
berbahasa
Tionghoa
membuat siswa etnik lain tidak mengerti
akan
bahasa
etnik
Tionghoa, hal ini diperkuat oleh salah
satu
pernyataan
remaja
mengenai hal tersebut dalam kutipan berikut : ”interaksi menurut saya terkadang emang susah di pecahkan. Tapi
biasanya
sekolah
saya
teman-teman jarang
di
melakukan
interaksi tersebut,apalagi khususnya yang etnik Tionghoa mereka mampu berinteraksi dengan kami yang bukan etnik Tionghoa. Pola
terhadap siswa yang belajar di Sekolah
SMA
(Yayasan
Pendidikan Kristen) Kota Pontianak. ini
juga
disebabkan
memberikan
pelayanan
dalam ataupun
perhatian kepada siswa tidak ada perbedaan,
karena
siswa
yang
menuntut ilmu perlu sekali diberikan perlindungan dan dinilai sama serta tidak di beda-bedakan. Interaksi
antara
siswa
pribumi dan siswa Tionghoa dapat berjalan
dengan
baik
dimana
komunikasi yang diberikan guru serta
kegiatan-kegiatan
yang
dilakukan sekolah berdampak baik bagi siswa dan siswi di Sekolah SMA YPK (Yayasan Pendidikan Kristen)
Kota
Pontianak.
siswa
Berdasarkan hasil penelitian , dapat
Thionghoa dengan guru berdasarkan
di jelaskan bahwa di Sekolah SMA
hasil penelitian di lapangan Sekolah
YPK (Yayasan Pendidikan Kristen)
SMA YPK (Yayasan Pendidikan
Kota Pontianak. terjadinya hubungan
Kristen)
Guru
yang baik antara sesama siswa-siswi
merupakan tempat suatu penghubung
dikarenakan pola pelajaran yang
antara
diberikan sekolah atau guru berjalan
pribumi
interaksi
YPK
Kota
siswa
Pontianak.
pribumi
dimana
guru
dan
non
disekolah
dengan
baik
sehingga
terjadi 12
ADELLA RIZKY SEPTIANI, NIM. E51109020 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
interaksi yang baik pula di Sekolah
beberapa perlombaan seperti seleksi
SMA YPK (Yayasan Pendidikan
dalam mengikiti sebuah turnamen
Kristen) Kota Pontianak.
yang diadakan oleh pemerintah kota Pontianak.
Adapun
persaingan
KESIMPULAN DAN SARAN
di
sekolah
diterapkan
dalam
Dari penelitian di atas dapat
pemebelajaran dimana suatu siswa
disimpulkan bahwa di sekolah SMA
bersaing dalam merebutkan rengking
Yayasan Pendidikan Kristen Kota
untuk mendapatkan nilai terbaik
Pontianak, terjadinya interaksi yang
disekolah
baik antara sesama siswa dan siswi.
Kristen.
Yayasan
Pendidikan
Hal ini menunjukkan bahwa pola
Dengan banyaknya data dan
pelajaran yang di berikan sekolah
informasi yang diberikan informan
atau guru berjalan dengan baik
untuk
sehingga terjadi interaksi yang baik
disimpulkan selaku peneliti bahwa di
di sekolah SMA Yayasan Pendidikan
sekolah SMA Yayasan Pendidikan
Kristen Kota Pontianak, baik siswa
Kristen interaksi yang terjalin antara
laki-laki
siswa dan siswi mempunyai perilaku
maupun
perempuan.
penelitian
yang
di kelas, keserasian antara etnik
stigmatisasi antara satu kelompok
pribumi dan etnik Tionghoa dapat
yang satu dan yang lainnya, serta
terjalin secara baik, serta dalam
etnik Tionghoa mampu bersosialisasi
melakukan sosialisasi juga berjalan
dan mampu berinteraksi dengan
dengan baik dimana para siswa dapat
etnik
mengerjekan tugas kelompok dengan
Tionghoa, walaupun tidak dapat di
baik walaupun ada perbedaan di
pungkiri
antara mereka. dalam hal persaingan
terkadang
yang dihadapi oleh sekolah Yayasan
Tionghoa di antara sesama etnik
Pendidikan Kristen Pontianak adalah
Tionghoa.
di
Pendidikan
Pribumi tidak mengetahui bahasa
sebuah
tersebut, tapi etnik Tionghoa sadar
dan
mereka tidak hidup di lingkungan
Kristen persaingan
Yayasan menerapkan dalam
belajar
tanpa
dapat
Ditinjau dari proses belajar mengajar
sekolah
baik,
ini
pribumi
bahwa masih
Dan
tanpa
memandang
berbahasa
etnik
Tionghoa
saja
berbahasa
membuat
etnik
13 ADELLA RIZKY SEPTIANI, NIM. E51109020 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
yang beretnik kan Tionghoa saja
terjadinya interaksi yang baik antara
tetapi dengan etnik lainnya yang
siswa dan siswi. Guru juga berperan
bukan berasal dari Tionghoa.
aktif dalam meningkatkan mutu dan
Berdasarkan
kesimpulan
kualitas pelajaran di kelas, agar
yang di kemukan di atas, maka
siswa dan siswi mampu menerima
penulis memberikan saran kepada
pelajaran dengan baik. Dan guru
beberapa pihak, yaitu: 1). Kepada
selaku orang tua di sekolah yang
orang tua hendaknya lebih berperan
menjaga anak didiknya harus mampu
dalam
memberi arahan kepada siswa agar
meminimalkan
pengaruh
negative
pengaruh-
yang
dapat
mampu
menghindari
muncul
dari
pergaulan
remaja
individualis
sekarang
ini.
Mengingat
bahwa
khususnya etnik Tionghoa.
pengaruh eksternal dari teman dekat sangatlah
kuat
bagi
remaja
itu
terhadap
sikap sesama,
Diharapkan para remaja dapat lebih peka terhadap sikap toleransi
sendiri. Dan peran orang tua selaku
antar
pembimbing anak nya di rumah
terhindarnya sikap individualis yang
harus mampu berperan aktif di dalam
dapat berujung konflik jika sikap
mengawasi
di
tersebut terus terjadi di tengah-
sekolah, agar siswa dan siswi tidak
tengah lingkungan sekolah dan di
malas belajar di dalam rumah. Serta
dalam proses pembelajaran, sehingga
orang tua harus mampu memberi
jika siswa dan siswi tersebut mampu
nasihat kepada anaknya agar tidak
melaksanakan interaksi yang baik itu
membeda-bedakan teman di dalam
artinya mereka berhasil membawa
lingkungan
perilaku
pelajaran
sekolah,
anak
serta
tidak
memandang dari etnis mana pun.; 2).
umat
beragama
agar
yang positif pada diri
sendiri.
Selain memberikan pelajaran dan ilmu
di
sekolah,
ada
baiknya
melakukan sosialisasi yang terus dikembangkan pada siswa dan siswi di sekolah SMA Yayasan Pendidikan Kristen
Kota
Pontianak,
DAFTAR PUSTAKA Abdullah Idi. 2009. Asimilasi Cina Melayu di Bangka. Tiara Wacana: Yogyakarta.
agar 14
ADELLA RIZKY SEPTIANI, NIM. E51109020 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Azra.Azyumardi. 2001. Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi menuju Millennium baru. Kalimah : Jakarta Dewi Wulansari. 2009. Sosiologi: Konsep Dan Teori. Bandung: PT Refika Aditama. Gunawan, H. Ary. 2000. Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai Problem Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta. H.A.R.Tilaar. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan : Pengantar Paedagogik Transformatif untuk Indonesia. Grasindo: Jakarta Leopold von Weise dan Howrd Becker.2011.Systymatic Sosiology. New York : John R.Wiley dan Sons Lubis, Akhyar Yusuf. 2006. Dekonstruksi Epistemologi Modern. Jakarta: Pustaka Indonesia Satu. Maryati, Kun. 2006. Sosiologi Untuk SMA Kelas X. Erlangga Moleong, L. J. 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya: Bandung. Muhaemin. El Ma’Hady. 2004. Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural : Sebuah Kajian Awal. http//:pendidikannetwork. Paulo.
Freire. 2002. Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan.Terj. Agung
Prihantoro. Pustaka Belajar: Yogyakarta Phillips, Anne. 2007. Multiculturalism Without Culture. Princeton: Princeton University Press. Ritzer.George. 2007. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Tim Penerjemah YASOGAMA. Grafindo Persada:Jakarta Salim,
Agus. 2006, Etnik. Tiara Yogyakarta.
Stratifikasi Wacana:
Sugiono, 2006. Metode Penelitian Kualitatif , Kualitatif dan R & D, CV.Alfabeta, Bandung Soekanto, Soerjono. 2006, Teori Sosiologi Tentang Pribadi Dalam Masyarakat, Ghalia Indonesia: Jakarta. . 2002. Sosiologi Suatu Pengantar .Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Suryadinata, Leo. 2003, Penduduk Indonesia: Etnis dan agama dalam Era Perubahan Politik, Jakarta. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :Alfabeta. Turnomo, Rahardjo. 2005, Menghargai Perbedaan Kultural. Pustaka Belajar: Yogyakarta. UU RI No 39 tahun 1999. Tentang Hak Asasi Manusia Wulansari. Dewi. 2009. Sosiologi Konsep dan Teori PT.Revika Aditama: Bandung.
15 ADELLA RIZKY SEPTIANI, NIM. E51109020 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Yaqin, Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural, Cross-Cultural untuk Demokrasi dan Keadilan. Pilar Media. Yogyakarta Agustinah, Rina Nurmillah. 2004.Pendidikan sebagai pemersatu bangsa dan pembentuk watak masyarakat. Retrieved 21 November, 2014, http://www.scribd.com/fullsc reen/223095276?access_key= keyxg70ub87v1tinicqbyq&all ow_share=false&escape=fals e&show_recommendations=f alse&view_mode=scroll Fadillah, Ramadhian 2014. Peristiwa ini awal mula kedatangan orang tionghoa ke nusantara. Retrieved 21 November, 2014, from http://www.merdeka.com/per istiwa/ini-awal-mulakedatangan-orang-tionghoake-nusantara.html. kalbar.html Kymlicka,Will. 2001. Politics in the Vernacular:Nationalism, Multiculturalism and Citizenship.The Canadian Journal of Sociology 29.3 (2004)482-483. Februari 10,2015. http://fdslive.oup.com/www.o up.com/pdf/ 13/9780198296652.pdf Maryati dan Suryawati (2003:23), dalam interaksi sosial : definisi,bntuk,cirri dan syarat-syarat terjadinya interaksi social, Retrieved 28 November 2011. http://interaksi sosial
:definisi,bntuk,cirri dan syarat-syarat terjadinya interaksi social.html Novida (2012). kedatangan masyarakat tionghoa ke Pontianak Retrieved 24 Februari 2013, from http://novidazingka.blogspot. com/2012/06/kedatanganmasyarakat-tionghoa-ke.html Sabriwa. (2011). Sejarah Sekolah di Indonesia. Retrieved 21 Desember, 2013, from http://sabriwahabsoppeng.wo rdpress.com/2011/06/29/sejar ah-sekolah-di-indonesia/ Soerjono Soekanto (2003) pengertian dan definisi interaksi sosial menurut para ahli, Retrieved 21 November 2014, From http://pengertian dan definisi interaksi sosial menurut para ahli.html Siagian. 2004.dalam interaksi sosial : definisi,bntuk,cirri dan syaratsyarat terjadinya interaksi social, senin 28 November 2014 ,From : http://interaksi sosial : definisi,bntuk,cirri dan syaratsyarat terjadinya interaksi social.html. Yusriadie. (2008). Identitas Tionghoa di Balbar. Retrieved 21 Desember, 2013, from http://yusriadiebong.blogspot. com/2008/02/identitastionghoa-di-
16 ADELLA RIZKY SEPTIANI, NIM. E51109020 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN