INTEGRASI FMEA DAN ANALISIS SWOT UNTUK PEMILIHAN TINDAKAN KOREKSI PROSES DISTRIBUSI GAS ( STUDI KASUS DI PT. ANEKA GAS INDUSTRI BITUNG ) Hasjim Pakudu
1)
, Agung Sutrisno 2), Johan C Neyland 3)
Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi frekuensi kejadiannya, tingkat keparahannya ABSTRACT serta
kemampuan
mendeteksinya.
Hal
ini
kegagalan – kegagalan tersebut In gas industry , gas is distributed to customer in menyebabkan the form of gas tube. Empty gas tube from customer will be refilled in filling plant. In its operation, gas distribution is consisting of two terjadi secara berulang ulang. activities, namely, delivering gas and picking up empty tube. Untuk kegagalan kegagalan Based on its historical data, PT. Aneka Gas Industri once in amengatasi while facing an –operational failures. One of the solution proposed is applying tersebut, FMEA (Failure Mode and usaha Effect Analisys) telah dilakukan tindakan method. From its application it is observable some critical and some potential corrective perbaikan akan tetapi masih tanpa perencanaan, measures. In order to consider internal and external aspects of company operation, SWOT dimana apabila terjadi kegagalan , into FMEA Analisys is integrated into the FMEA method. Results of integrating SWOT Analisys Method used to determine Correctional measures taken. Key word : Gas Distribution, FMEA method, SWOT Analisys, correctional measure
PENDAHULUAN
1.1.
maka langsung diambil tindakan perbaikan
Latar Belakang
secara darurat agar proses distribusi dapat
Pada perusahaan yang bergerak di sektor industri gas, distribusi adalah bidang yang sangat
strategis
mempengaruhi
dimana kinerja
kinerjanya perusahaan
dapat secara
keseluruhan. Penanganan distribusi gas sangat kompleks karena mencakup dua kegiatan yaitu pengiriman produk gas ke pelanggan dalam kemasan tabung sekaligus pengambilan tabung kosong tersebut dari pelanggan. Tersedianya tabung kosong di pabrik sangat penting untuk memperlancar pengisian kembali produk gas. Dalam proses distribusi gas banyak terjadi
kegagalan
–
kegagalan
sehingga
mengganggu proses pada bidang yang lainnya. Kegagalan
–
terdokumentasi
kegagalan dengan
tersebut baik
belum
menyangkut
berjalan tanpa memperhatikan efektifitas dan efisiensi. Tindakan
perbaikan
yang
telah
dilakukan tersebut juga belum sepenuhnya mempertimbangkan potensi perusahaan baik internal maupun eksternal. Hal ini menyebabkan pelaksanaan tindakan perbaikan tidak memenuhi skala prioritas sehingga berpengaruh pada perencanaan kegiatan pada bidang lain. Berdasarkan alasan – alasan diatas, penulis menganggap perlu diterapkan suatu metode analisis yang dapat memberikan solusi yang terbaik sehingga kegagalan – kegagalan tersebut dapat diminimalisisir dan tidak terjadi berulang – ulang. Juga metode analisis tersebut harus digabungkan dengan motode analisis
potensi
internal
dan
eksternal
perusahaan
2.4.
sehingga tindakan perbaikan yang dilakukan
Analisis SWOT Analisis
SWOT
adalah
metode
benar – benar mempertimbangkan kemampuan
perencanaan strategis yang digunakan untuk
perusahaan.
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan
Terkait dengan permasalahan
tersebut, penelitian ini menggunakan integrasi
(weaknesses),
metode
ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu
SWOT
dalam pemilihan tindakan
koreksi berbasis FMEA.
(opportunities),
dan
spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk
BAB II
akronim
SWOT
(strengths,
weaknesses, opportunities, dan threats). Proses
2.3. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) 2.3.1.
peluang
ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik
Pengertian
dari
spekulasi
bisnis
Di dalam Lean Six Sigma oleh Ford
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal
bahwa Failure Mode and Effect Analysis
mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat
(FMEA) adalah pendekatan sistematik yang
diterapkan
menerapkan suatu metode pentabelan untuk
memilah berbagai hal yang mempengaruhi
membantu proses pemikiran yang digunakan
keempat faktornya, kemudian menerapkannya
oleh engineers untuk mengidentifikasi modus
dalam
keagalan
FMEA
aplikasinya
merupakan teknik evaluasi tingkat keandalan
(strengths)
dari sebuah sistem untuk menentukan efek
(advantage) dari peluang (opportunities) yang
kegagalan dari sistem tersebut. Kegagalan
ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan
digolongkan
(weaknesses)
berdasarkan
efeknya.
dampak
yang
dengan
gambar
yang
cara
mampu
SWOT,
bagaimana mengambil
yang
dalam
menganalisis
matrik
adalah
tidak
dan
yang
dan
dan
proyek
Motor Company di tahun 1992, didefinisikan
potensial
mendukung
atau
mencegah
dan
dimana kekuatan
keuntungan
keuntungan
diberikan terhadap kesuksesan suatu misi dari
(advantage) dari peluang (opportunities)yang
sebuah sistem.
ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths)
Secara umum, FMEA (Failure Modes
mampu menghadapi ancaman (threats) yang
and Effect Analysis) didefinisikan sebagai
ada,
sebuah teknik yang mengidentifikasi tiga hal,
mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu
yaitu :
membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau
Penyebab kegagalan yang potensial dari sistem, desain produk, dan proses
dan
terakhir
adalah
bagimana
cara
menciptakan sebuah ancaman baru.
Dilihat
dari
ini,
metode
dan
Efek dari kegagalan tersebut,
penggunaannya
Tingkat kekritisan efek kegagalan terhadap
banyak dipakai di dunia bisnis dalam
fungsi sistem, desain produk, dan proses.
saat
sejarahnya
swot
menetapkan
suatu
perencanaan
strategi
Weakness ( Kelemahan) :
perusahaan sehinggan literature mengenai
Merupakan kondisi kelemahan yang
metode ini banyak berkaitan dengan aspek
terdapat dalam organisasi, proyek
penerapan
di
atau
beberapa
analisa
penggunaan
dunia
SWOT
bisnis
meskipun
ditemukan untuk
konsep
pula
Kelemahan
kepentingan
merupakan
bisnis
yang
yang faktor
ada.
dianalisis
yang terdapat
public policy.
dalam tubuh organisasi, proyek atau
Pada saat pertama kali digunakan terdapat
konsep bisnis itu sendiri.
beberapa kelemahan
utama diantaranya
analisa yang dibuat masih bersifat deskriftif
Opportunities ( Peluang) :
dan belum / tidak menghubungkan dengan
Merupakan
strategi-strategi
berkembang di masa datang yang
dikembangkan
yang
mungkin
dari
analisa
bisa
kekuatan
terjadi.
kondisi
Kondisi
peluang
yang
kekuatan yang telah dilakukan. Akan tetapi
merupakan
kini Analisis SWOT sudah mengalami
organisasi, proyek atau konsep bisnis
perkembangan dan perluasan aplikasi.
itu sendiri.misalnya competitor ,
Metode ini paling sering digunakan
kebijakan
dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari
peluang
dari
terjadi luar
pemerintah,kondisi
lingkungan sekitar.
strategi yang akan dilakukan. Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang
Threats (Ancaman) :
terjadi bukan sebagai pemecah masalah.
Merupakan kondisi yang mengancam
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor,
yang datang dari luar. Ancaman ini
yaitu:
dapat \Strenghs (Kekuatan) :
mengganggu
organisasi,
proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Merupakan kondisi kekuatan yang
Menurut Freddy Rangkuti (2012),
terdapat dalam organisasi, proyek
SWOT adalah identitas berbagai faktor
atau
ada.
secara sistematis untuk merumuskan strategi
Kekuatan yang dianalisis merupakan
pelayanan. Analisis ini berdasarkan logika
faktor yang terdapat dalam tubuh
yang dapat memaksimalkan peluang namun
organisasi , proyek atau konsep
secara
bisnis itu sendiri.
kekurangan dan ancaman. Kuadran I :
konsep
bisnis
yang
bersamaan
dapat
meminimalkan
yang
sangat
luar institusi. Faktor lingkungan eksternal
Perusahaan
memiliki
mendapatkan prioritas lebih dalam penentuan
peluang dan kekuatan. Dalam kondisi ini
strategi, karena pada umumnya faktor-faktor ini
strategi yang tepat adalah mendukung
berada
Merupakan
situasi
menguntungkan
.
sementara faktor internal merupakan faktor yang
kebijakan pertumbuhan yang agresif Kuadran II : Meskipun menghadapi berbagai ancaman , perusahan masih memiliki kekuatan internal, Dalam kondisi ini strategi yang tepat adalah menggunakan peluang
kekuatan
jangka
panjang
di luar kendali institusi (exogen)
lebih bisa dikendalikan. Faktor-faktor
Kekuatan,
Kelemahan, Peluang dan Ancaman. 1. Kekuatan
(strength)
dan
kelemahan
(weaknesses) .
untuk dengan
dari
Kekuatan adalah faktor internal yang ada
di
dalam
institusi
menggerakkan
Kuadran III : Perusahaan punya
kekuatan/(strength) hanya akan menjadi
peluang
tetapi
competitive adventage bagi suatu institusi apabila kekuatan tersebut terkait dengan
besar
menghadapi
beberapa
kendala
kelemahan
internal
Fokus
perusahaan
adalah
meminimalisir
kelemahan internal sehingga dapat merebut peluang yang lebih baik.
kedepan.
bisa
diversifikasi usaha.
yang
institusi
yang
Suatu
lingkungan sekitarnya. Jika pada institusi lain juga terdapat kekuatan dan institusi tersebut memiliki core competence yang sama, maka kekuatan harus diukur dari bagaimana kekuatan relative suatu institusi
Kuadran IV : Ini adalah situasi yang
dibandingkan dengan institusi lain. Sehingga
serba
menghadapi
dapat disimpulkan bahwa tidak semua
ancaman dan adanya kelemahan
kekuatan yang dimiliki institusi harus
internal.Dalam
dipaksa
sulit
karena
kondisi
ini
untuk
dikembangkan.,
karena
perusahaan harus dapat bertahan dan
adakalanya kekuatan itu tidak terlalu penting
meminimalisir kelemahan yang ada.
jika dilihat dari lingkungan yang lebih luas. Hal-hal yang menjadi lawan dari kekuatan
2.4.2.
Faktor Lingkungan Dalam Analisis
adalah
kelemahan
dari
institusi
harus
dipaksa untuk diperbaiki terutama hal-hal
SWOT Walaupun terdapat beberapa metode penetuan faktor SWOT, secara umum terdapat keseragaman bahwa penetuan tersebut akan tergantung dari faktor lingkungan yang berada di
yang tidak berpengaruh pada lingkungan sekitar. 2. Peluang
(opportunities)
Ancaman(Thereats).
dan
Peluang adalah faktor yang didapatkan
Untuk menganalisis kesempatan /
dengan membandingkan analisa internal
peluang
yang dilakukan di suatu institusi dengan
membuat rencana jangka panjang.
analisa internal dari competitor lain.
2.5.
dan
kekuatan
dalam
Integrasi FMEA dan Analisis
Sebagaimana kekuatan, peluang juga harus
dirangking
berdasarkan
success
SWOT. Di dalam Failure Mode And Effect
probability, sehingga tidak semua peluang harus dicapai dalam target dan strategi
Analisys
(FMEA),
institusi. Peluang dapat dikategorikan dalam
diidentifikasi yaitu modus kegagalan, efek yang
tiga tingkatan :
ditimbulkan
serta
yang
pertama
mekanisme
perlu
terjadinya
a. Low, jika memiliki daya tarik dan
kegagalan tersebut. Setelah itu ditentukan rating
manfaat yang kecil dan peluang
kejadiannya (Occurrence), rating keseriusannya
pencapaiannya juga kecil.
(Severity) serta rating kemampuan deteksinya
b. Moderat, jika memiliki daya tarik dan
(Detection). Hasil perkalian dari ketiga rating
manfaat yang besar namun peluang
tersebut diperoleh Risk Priority Number (RPN).
pencapaian kecil atau sebaliknya.
Dari modus kegagalan yang telah dipilih dimana
c. Best, jika memiliki daya tarik dan
yang dianggap paling dominan kita menentukan
manfaat yang tinggi serta peluang
paling sedikit dua alternatif tindakan perbaikan
tercapainya besar.
(corrective action). Analisis SWOT akan diintegrasikan dengan setiap corrective action setelah diberi bobot
2.4.3.
pada
setiap
item
Strength,
dan
Threats
Manfaat Analisis SWOT.
Weaknesses,
Untuk
perencanaan
(SWOT). Hasil integrasi bobot setiap item
dalam upaya mengantisipasi masa
SWOT dengan corrective action menghasilkan
depan
melakukan
dengan
melakukan
pengkajian berdasarkan pengalaman masa lampau, ditopang sumber daya dan kemampuan yang dimiliki saat ini yang akan diproyeksikan ke masa depan.
Opportunities,
dalam
nilai koefisien korelasi. Dari nilai koefisien korelasi ini kita dapat menghitung Preference Score dari setiap corrective action. Preference score yang tertinggi menunjukan corrective action yang harus dipilih. Integrasi
FMEA
dengan
Analisis
SWOT ini lebih jelas dapat dilihat pada gambar diagram berikut:
dan finance sehingga lebih banyak potensi terjadinya
kegagalan
(failure).
Berdasarkan
pengalaman penulis serta pegamatan langsung di lapangan maka dalam pembahasan ini penulis mengambil lima item kegagalan yang dianggap mewakili permasalahan yang sering terjadi pada proses distribusi.Data permasalahan kegagalan dalam proses distribusi ini diolah dalam bentuk tabulasi sehingga lebih mudah dipahami. 4.1.1. Identifikasi Failure Mode.
BAB. III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan yaitu di PT. Aneka Gas Industri Bitung. Selama Oktober dan November 2012.
3.2.
Dalam indentifikasi failure mode ini, ditentukan lima item kegagalan pada proses distribusi gas.Selanjutnya diidentifikasi akibat (effect) yang ditimbulkan oleh failure mode tersebut serta bagaimana mekanisme sebab terjadinya kegagalan sampai menimbulkan akibatnya. Tabel identifikasi failure mode tersebut adalah sebagai berikut :
Bahan dan Peralatan Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini berupa hasil pengalaman kerja penulis sendiri, wawancara dengan petugas pada setiap unit di bagian distribusi, dokumen-dokumen distribusi dan pemasaran, alur proses distribusi serta laporan diastribusi triwulan III tahun 2012. Peralatan yang digunakan yaitu seperangkat komputer. BAB. IV PEMBAHASAN 4. 1.
4.1.2.
Pengolahan Data.
Menentukan
Peringkat
Nilai
Kejadian (Rating Occurrence).
Permasalahan pada proses distribusi gas
Peringkat kejadian yaitu menentukan
sangatlah kompleks karena terkait dengan
peringkat dari frekuensi kejadian yang terjadi
banyak
produksi,
dari masing-masing failure mode. Disini telah
marketing, panggung (stock), administrasi botol
ditentukan ada sepuluh peringkat kejadian yang
bagian
seperti
bagian
menunjukkan laju kejadian yang mungkin serta
4.1 4.
kriteria kemungkinan dari failure mode tersebut .
Kemampuan Deteksi (Rating Detection).
Sepuluh peringkat ini dapat dilihat pada table
Menentukan
Kemampuan
Peringkat
mendeteksi
Nilai
terjadinya
2.3. Adapun peringkat kejadian dari lima item
failure mode berbeda-beda pada setiap kejadian.
failure mode yang telah ditentukan adalah
Rating Detection yaitu nilai dari kemampuan
sebagai berikut:
mendeteksi failure mode yang terjadi . Disini ditentukan peringkat nilai kemampuan deteksi dari masing-masing failure mode dari sepuluh peringkat seperti pada tabel 2.5. Peringkat disajikan pada tabel berikut ini :
4.1.3.
Menentukan
Peringkat
Nilai
Keseriusan (Rating Severity). Tingkat keseriusan dari setiap failure mode
adalah
berbeda-beda
.Disini
kita
menentukan peringkat dari tingkat keseriusan failure mode. Ada sepuluh peringkat seperti pada
tabel.2.4.Masing-masing failure
mode
ditentukan peringkat efeknya sesuai kriteria dari
4.1.5.
Risk Priority Number (RPN) Setelah
ditentukan
Severity dan
nilai-nilai Detection,
dari
tingkat keseriusan efek tersebut. Peringkat
Occurence,
maka
severity ini disajikan dalam tabel berikut :
langkah selanjutnya adalah menghitung Risk Priority Number (Angka Prioritas Resiko) Risk Priority Number (RPN) adalah hasil kali dari rating Occ, Sev dan Det. Setiap failure mode akan memiliki satu RPN. Hasil perhitungan ini kemudian disajikan dalam bentuk tabel berikut :
Menentukan Corrective Action.
Dalam penelitian ini kami mengambil lima item
Setelah kita mendapatkan Nilai RPN
saja dari setiap unsur SWOT yang dianggap
untuk setiap failure mode, maka selanjutnya
paling dominan di dalam perusahaan. Setiap
adalah menentukan corrective action (tindakan
unsur dari SWOT akan diberi nilai bobot sesuai
koreksi) terhadap masing-masing failure mode.
Skala Likert di atas. Nilai bobot SWOT ini
Di sini diambil dua tindakan koreksi untuk
disajikan dalam tabel berikut:
4.1.6.
setiap failure mode. Berdasarkan perhitungan nanti akan dipilih tindakan koreksi yang paling tepat diantara dua pilihan tindakan. Tindakan koreksi ini disajikan dalam tabel berikut :
4.1.8.
Menentukan Nilai Koefisien Korelasi
SWOT dan Corrective Action. Koefisien korelasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai besaran dari hubungan 4.1.7.
Menentukan
Nilai
Bobot
SWOT
(Skala Likert).
antara unsur-unsur di dalam SWOT dengan Corrective Action. CorrectiveAction yang telah
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
ditentukan di atas akan dikorelasikan dengan
mengintegrasikan FMEA dengan analiss SWOT
setiap unsur di dalam SWOT dengan suatu nilai
, maka setiap unsur di dalam SWOT diberi nilai
koefisien.
bobot berdasarkan skala Likert seperti tabel
(coefficient Of corelation)
berikut :
berdasarkan kriteria seperti pada tabel berikut :
Skala Likert Untuk Strenght Dan Opportunities :
Nilai
dari
koefisien
korelasi
ini ditentukan
4. 2. Hasil. Dari
hasil
perhitungan,
dihasilkan
Preference score dari corrective action untuk Setiap unsur di dalam SWOT diberi nilai
setiap failure mode. Hasil tersebut disajikan
koefisien korelasi terhadap tiap-tiap corrective
dalam bentuk tabel berikut :
action yang dipilih untuk setiap failure mode. Nilai koefisien korelasi tersebut disajikan dalam tabel berikut :
Setelah didapatkan angka-angka preference score, langkah selanjutnya adalah menghitung Bobot dari setiap corrective action (W) . Nilai Bobot corrective action tersebut didapat dari persamaan berikut :
4.1.9. Menghitung Preference Score (Ps) Secara matematik, persamaan untuk
WCA = Ps.CA *
menghitung preference score CA dapat ditulis
RPN,.....................................................................
dalam bentuk persamaan berikut :
...........................(3)
PsCA
=
CC
{(S
–
W)
+
(O
–
dimana : W
Ps.CA = Preference score Corrective
T)}..................................................................(2) Action
dimana , Ps C A= Preference score tiap corrective action CC
= Bobot corrective action
= Nilai koefisien korelasi antara
corrective action dengan unsur SWOT S
= Nilai bobot unsur Strenght
W
= Nilai bobot unsur Weaknesses
O
= Nilai bobot unsur Opportunityes
T
= Nilai bobot unsur Threats.
RPN = Risk Priority Number Hasil perhitungan di atas disajikan dalam tabel berikut :
Dengan demikian maka dari hasil perhitungan bobot corrective action diatas, kita dapat menentukan pilihan dari dua corrective action yang ada untuk masing-masing failure mode yaitu corrective action dengan nilai bobot tertinggi.Lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :
DAFTAR PUSTAKA 1. Freddy
Rangkuti,
2011,
SWOT
Balanced Scorecard, Gramedia Pustaka Utama 2. Tim Riesner, 2010, History Of SWOT Analisys. 3. Diktat Kuliah, 2012, Analisis SWOT, Universitas Guna Dharma. 4. Ford Motor Company,1992, Lean Six Sigma Tools : Mengenal Metode FMEA (Failure Mode And Effect Analisis ). 5. Rudy Wawolumaja, Dan Rudiyanto Muis, 2012,
Diktat Kuliah Rekayasa
Kualitas, Universitas Maranatha.
6. PT Aneka Gas Industri, 1971, Manual Book, 7. Samator Grup,2011, Prosedur Proses Pengiriman Produk Gas,