Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
ANALISIS PENGARUH GANGGUAN PSIKOLOGIS, KOMUNIKASI DAN FISIOLOGIS TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT ANEKA GAS INDUSTRI MEDAN Rooby Anangga, Harmein Nasution, Iskandarini ABSTRACT The noise level at the factory PT Aneka Gas Industri pass specified threshold limit value of 85 dB. The noise levels that exceed the Threshold Limit Value will produce a variety of disorders including psychological disorders, communication disorders and physiological disorders. The aim of this study was to analyze the factors that influence employee performance seen from the aspect of noise levels at PT Aneka Gas Industri Medan. By using this type of research correlational and multiple regression analysis of the data showed that the performance of employees of PT Aneka Gas Industri Medan are working around the engine factory at 75.5% is affected by psychological disorders, communication disorders and physiological disorders. Communication disorders are the main factors that most affect the performance of employees, while physiological disorders smallest influence on employee performance. Keywords: Psychological Disorders, Communication Disorders, Physiological Disorders PT Aneka Gas Industri adalah perusahaan gas industri yang pertama kali didirikan di Indonesia. Bisnis inti PT Aneka Gas Industri adalah memasok gas industri seperti Oksigen, Nitrogen, dan gas-gas lainnya serta jasa terkait untuk hampir semua industri seperti pengerjaan logam, metalurgi, industri kimia dan petrokimia, industri elektronik dan elektrik, industri kesehatan dan farmasi, industri makanan dan minuman, pengolahan air minum, pengolahan air limbah, agribisnis. Dalam proses mendistribusikan gas ke berbagai pelanggan, terlebih dahulu diproses atau diolah pada mesin pabrik. Mesin
PENDAHULUAN Kebisingan merupakan masalah yang sering dijumpai di banyak perusahaan besar saat ini. Penggunaan mesin dan alat kerja yang mendukung proses produksi berpotensi menimbulkan suara kebisingan. Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan. Kebisingan dapat menyebabkan berbagai gangguan, mulai dari gangguan psikologis, fisiologis dan gangguan komunikasi.
1
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
pengolahan gas di PT Aneka Gas Industri menghasilkan tingkat kebisingan yang diperkirakan dapat mengganggu kinerja karyawan di sekitar mesin tersebut. Dari hasil observasi terhadap tingkat kebisingan di mesin pengolahan gas di PT Aneka Gas Industri yang berada di Belawan Medan, ternyata tingkat kebisingannya melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditetapkan pemerintah melalui Keputusan Menteri Negara Tenaga Kerja No.KEP-51/MEN/1999 tentang nilai ambang batas kebisingan untuk area kerja industri yakni 85 Db. Tingkat kebisingan yang melebihi NAB akan menghasilkan berbagai gangguan. Menurut Kholik dan Krishna (2012) tingkat kebisingan akan memberikan gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan gangguan fisiologis. Jika ketiga jenis gangguan ini terjadi, maka kinerja karyawan akan mengalami penurunan dan akhirnya akan berujung pada penurunan produktivitas. Hidayah dkk (2007) mengemukakan bahwa kebisingan mempengaruhi produktivitas karyawan. Dengan semakin tinggi tingkat kebisingan maka akan menurunkan tingkat produktivitas. PT Aneka Gas Industri senantiasa berupaya untuk memenuhi kebutuhan industri-industri yang membutuhkan pasokan gas industri yang tersebar di seluruh nusantara. Beragamnya pelayanan dan produk yang ditawarkan oleh PT Aneka Gas
Industri hanya akan tercapai jika kinerja karyawan optimal. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan dilihat dari aspek tingkat kebisingan yang terdiri dari gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan gangguan fisiologis serta merekomendasikan kebijakan dalam mengendalikan tingkat kebisingan di PT Aneka Gas Industri Medan agar memenuhi tingkat nilai ambang batas yang ditetapkan. LANDASAN TEORI Pengertian Kebisingan Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif, oleh karena itu lingkungan kerja harus ditangani dan atau di desain sedemikian rupa sehingga menjadi kondusif terhadap pekerja termasuk dari kebisingan yang dihasilkan dari mesin produksi. Pengertian kebisingan menurut beberapa ahli, antara lain: a. Menurut Doelle (1993) “Suara atau bunyi secara fisis merupakan penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam medium elastis seperti misalnya udara. Secara fisiologis merupakan sensasi yang timbul sebagai akibat propagasi energi getaran dari suatu sumber getar yang sampai ke gendang telinga.” b. Menurut Patrick (2007): “Kebisingan dapat pula diartikan sebagai bentuk suara yang tidak
2
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
sesuai dengan tempat dan waktunya.” c. Menurut Prabu (2009) bising adalah suara yang mengganggu d. Menurut Ikron dan Wulandari (2005), bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu dan atau membahayakan kesehatan. e. Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996 definisi bising adalah “bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan.”
Sumber bising secara umum menurut Goembira dkk (2003): 1) Indoor : manusia, alat-alat rumah tangga dan mesin 2) Outdoor : lalu lintas, industri dan kegiatan lain Pembagian sumber bising lain dapat dibedakan menjadi : 1) Sumber terbesar: lalu lintas (darat, laut dan udara) Tingkat tekanan suara dari lalu lintas dapat diprediksi dari: - Kecepatan lalu lintas; - Kecepatan kendaraan; - Kondisi permukaan jalan. 2) Industri: tergantung kepada jenis industri dan peralatan - Mesin-mesin proses, pemotong, penggerinda, blower, kompresor, kipas dan pompa; - Sumber terbesarnya abrasi gas pada kecepatan tinggi, fan dan katup ketel uap. 3) Bidang jasa gedung: ventilasi, pembangkit pendingin ruangan, pompa pemanas, plambing dan elevator; 4) Bidang domestik: kegiatan rumah tangga, vaccum cleaner, mesin cuci, dan pemotong rumput; 5) Aktivitas waktu luang: balap mobil, diskotik, ski dan menembak. Dampak dari Kebisingan Kebisingan mempunyai pengaruh terhadap manusia, yaitu: 1. Gangguan kenyamanan dan stress pada anak-anak (Hernawan, 2008); 2. Kebisingan pada intensitas tinggi dan pemaparan yang lama dapat
Sifat dan Sumber Bising a. Sifat Bising Sifat dari kebisingan antara lain menurut Goembira, dkk. (2003) adalah : 1) Kadarnya berbeda 2) Jumlah tingkat bising bertambah, maka gangguan akan bertambah pula 3) Bising perlu dikendalikan karena sifatnya mengganggu 4) b. Sumber Bising Sumber-sumber bising sangat banyak, namun dikelompokkan menjadi kebisingan industri, kebisingan kegiatan konstruksi, kebisingan kegiatan olahraga dan seni, dan kebisingan lalu lintas. Selanjutnya, emisi kebisingan dipantulkan melalui lantai, atap, dan alat-alat.
3
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
menimbulkan gangguan pada fungsi pendengaran dan juga pada fungsi non pendengaran yang bersifat subyektif seperti gangguan pada komunikasi, gangguan tidur, gangguan pelaksanaan tugas dan perasaan tidak senang/mudah marah (Anggraeni, 2006) 3. Gangguan terhadap konsentrasi kerja yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas dan kuantitas kerja (Goembira dkk., 2003); 4. Gangguan dalam kenikmatan bekerja terutama pada orang yang sangat rentan terhadap kebisingan sehingga dapat menimbulkan rasa pusing, gangguan konsentrasi dan kehilangan semangat kerja (Goembira dkk., 2003); Menurut Prabu (2009) dampak kebisingan bagi pekerja menghasilkan tiga jenis gangguan yakni : a. Gangguan Psikologis Gangguan psikologis adalah situasi dan kondisi psikis yang terdapat atau dimiliki oleh komunikan dan komunikator. Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lainlain.
b. Gangguan Komunikasi Gangguan Komunikasi adalah sekumpulan gangguan yang ditandai dengan kesulitankesulitan dalam pemahaman atau penggunaan bahasa. Gangguan komunikasi biasanya disebabkan bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas atau gangguan kejelasan suara. c. Gangguan Fisiologis Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mengakibatkan fungsi pendengaran secara fisiologis terganggu. Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Pemerintah melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. 51/MEN/1999 telah menetapkan NAB seperti terlihat pada Tabel 1.
4
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. 51/MEN/1999 Lama pemaparan Tingkat kebisingan (dB) 8 per hari 85 ³ 88 Jam 2 91 1 94 30 97 15 100 7,5 103 Menit 3,75 106 1,88 109 0,94 112 28,12 115 14,06 118 7,03 121 3,52 124 1,76 127 Detik 0,88 130 0,44 133 0,22 136 0,11 139
Sumber : Kepmenaker RI No. 51/MEN/1999 Di Indonesia, intensitas bising di tempat kerja yang diperkenankan adalah 85 dB untuk waktu kerja 8 jam per hari, seperti yang diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor : KEP.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) untuk kebisingan di tempat kerja (Kepmenaker, 1999).
jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika. Simamora (1997) mengemukakan bahwa kinerja karyawan adalah tingkatan dimana para karyawan mampu mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan. Menurut Sedarmayanti (2007), instrumen pengukuran kinerja merupakan alat yang dipakai dalam mengukur kinerja individu seorang pegawai yang meliputi, yaitu: 1. Prestasi Kerja, hasil kerja pegawai dalam menjalankan tugas, baik secara kualitas maupun kuantitas kerja.
Teori Tentang Kinerja Karyawan Pengertian Kinerja Karyawan Rivai dan Fawzi (2005) menyatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung 5
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
2. Keahlian, tingkat kemampuan teknis yang dimiliki oleh pegawai dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya. Keahlian ini bisa dalam bentuk kerjasama, komunikasi, inisiatif, dan lainlain. 3. Perilaku, sikap dan tingkah laku pegawai yang melekat pada dirinya dan dibawa dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pengertian perilaku disini juga mencakup kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin. 4. Kepemimpinan, merupakan aspek kemampuan manajerial dan seni dalam memberikan pengaruh kepada orang lain untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara tepat dan cepat, termasuk pengambilan keputusan, dan penentuan prioritas.
dan dapat diterima harus dapat diidentifikasi sehingga dapat dipakai sebagai dasar penilaian hal lainnya. Untuk mencapai tujuan ini, sistem penilaian hendaknya terkait dengan pekerjaan dan praktis, termasuk standar, dan menggunakan ukuranukuran yang terukur. Hubungan Antara Gangguan Psikologis dengan Kinerja Karyawan Menurut Mansyur (2003), pengaruh buruk kebisingan didefinisikan sebagai suatu perubahan morfologi dan fisiologi suatu organisma yang mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional untuk mengatasi adanya stres tambahan atau peningkatan kerentanan suatu organisma terhadap pengaruh efek faktor lingkungan yang merugikan, termasuk pengaruh yang bersifat sementara maupun gangguan jangka panjang terhadap suatu organ atau seseorang secara fisik, psikologis atau sosial. Pengaruh khusus akibat kebisingan berupa gangguan pendengaran, gangguan kehamilan, pertumbuhan bayi, gangguan komunikasi, gangguan istirahat, gangguan tidur, psikofisiologis, gangguan mental, kinerja, pengaruh terhadap perilaku permukiman, ketidak nyamanan, dan juga gangguan berbagai aktivitas seharihari. Gangguan psikologis pada karyawan meliputi perubahan emosi, fungsi fisik, perilaku dan kinerja mental. Permasalahan gangguan
Tujuan Penilaian Kinerja Penilaian kinerja merupakan suatu alat yang manfaatnya tidak hanya untuk mengevaluasi kinerja seorang pegawai akan tetapi juga untuk mengembangkan serta memotivasi pegawai. Penilaian tersebut juga akan memberikan dampak yang positif dan semangat dalam diri pegawai untuk lebih berkreatifitas dan menghasilkan kinerja yang optimal. Wibowo (2007), menyatakan bahwa penilaian kinerja seharusnya menciptakan gambaran akurat dari kinerja perorangan. Penilaian tidak dilakukan hanya untuk mengetahui kinerja buruk.Hasil-hasil yang baik 62
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
psikologis tersebut dapat disebabkan oleh paparan kebisingan yang melebihi ambang batas kemampuan indera pendengar. Penelitian Kholik dan Krishna (2012) menunjukkan jika gangguan psikologis menurun maka akan meningkatkan kinerja karyawan.
daya ingat dalam mengingat kata dan kalimat. 2. Gangguan bahasa ekspresif campuran, dalam gangguan ini, karyawan terganggu dalam pengertian dan ekspresi bahasa. 3. Gangguan fonologis, karyawan dengan gangguan ini akan melakukan kesalahan dalam produksi suara, menghilangkan suara tertentu seperti konsonan. 4. Gagap dan gangguan komunikasi yang tidak ditentukan, karyawan akan melakukan pengulangan bunyi, perpanjangan, penyiapan, berhenti dalam berkata dan mengucapkan kalimat, substitusi kata untuk menghindari hambatan dalam berbicara.
Hubungan Antara Gangguan Komunikasi dengan Kinerja Karyawan Gangguan komunikasi adalah sekumpulan gangguan yang ditandai dengan kesulitan- kesulitan dalam pemahaman atau penggunaan bahasa. Kategori- kategori dari gangguan komunikasi adalah gangguan bahasa ekspresif, gangguan bahasa campuran reseptifekspresif, gangguan fonologis dan gagap. Greene dan Nevid (2005) menyatakan bahwa gangguan ini mempengaruhi fungsi akademik, kinerja karyawan serta kemampuan untuk berkomunikasi secara sosial. Kholik dan Krishna (2012) dalam penelitiannya menunjukkan pengaruh gangguan komunikasi terhadap kinerja karyawan. Menurut Kaplan et. al. (2002) menyatakan bahwa ciri gangguan komunikasi adalah : 1. Gangguan bahasa ekspresif, pada gangguan ekspresif komunikasi karyawan berada di bawah kemampuan yang diharapkan dalam hal perbendaharaan kata, pemakaian keterangan waktu (tenses) yang tepat, produksi kalimat yang kompleks, dan
Hubungan Antara Gangguan Fisiologis dengan Kinerja Karyawan Babba (2007) menyatakan bahwa pemaparan kebisisngan terutama yang mendadak menimbulkan reaksi fisiologis seperti: denyut nadi, tekanan darah, metabolisme, gangguan tidur dan penyempitan pembuluh darah. Reaksi ini terutama terjadi pada permulaan pemaparan terhadap bunyi kemudian akan kembali pada keadaan semula. Bila terus menerus terpapar maka akan terjadi adaptasi sehingga perubahan itu tidak tampak lagi. Kebisingan yang tinggi juga dapat 73
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
mengubah ketetapan koordinasi gerakan, memperpanjang waktu reaksi dan menaikkan respon waktu, semuanya ini dapat berkahir dengan human error. Pada keadaan-keadaan tertentu, kebisingan dapat menyebabkan penurunan resistensi listrik dalam kulit, penuruna aktifitas lambung, atau adanya bukti elektromiographic dalam hal peningkatan tensi otot. Kholik dan Krishna (2012) melalui penelitiannya menunjukkan bahwa gangguan fisiologis berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan, jika gangguan fisiologis menurun akan meningkatkan kinerja karyawan.
(Sugiyono, 2006). Variabel merupakan karakteristik yang nilai datanya bervariasi dari satu pengukuran ke pengukuran. Atau konsep yang mempunyai variasi nilai. Pada penelitian ini terdapat dua jenis variabel yang digunakan yakni variabel bebas (variabel X) atau variabel yang mempengaruhi, serta variabel terikat (variabel Y) atau variabel yang dipengaruhi. Kebisingan akan menyebabkan 3 (tiga) gangguan yang terdiri dari variabel gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan gangguan fisiologis. Ketiga variabel independen ini di adaptasi dari penelitian Kholik dan Krishna (2012).. Gambar 1. menunjukkan kerangka konseptual..
Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan Gangguan Psikologis (X1)
Ganguan Komunikasi (X2)
Kinerja Karyawan (Y)
Gangguan Fisiologis (X3) Gambar 1. Kerangka Berpikir
8 4
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
METODE PENELITIAN
Teknik Pengumpulan Data a. Data primer dalam penelitian ini adalah jawaban karyawan dalam bentuk kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, mengenai persepsi terhadap instrumen yang ditanyakan. b. Data sekunder pada penelitian ini adalah profil perusahaan dan data mengenai tingkat kebisingan selama 5 (lima) tahun terakhir, serta kebijakan yang dilakukan perusahaan dalam mengurangi kebisingan.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mendeteksi sejauh mana variasivariasi pada suatu faktor berkaitan atau berkorelasi dengan satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi (Sinulingga, 2011). Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subyek atau obyek penelitian (Ghozali, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja pada lokasi sekitar mesin di PT Aneka Gas Industri Medan yang berjumlah 134 orang Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling. Jika penelitian terkait dengan analisis multivariate (analisis korelasi atau regresi berganda) maka ukuran sampel sebaiknya beberapa kali, biasanya minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti (Sinulingga, 2011). Berdasarkan kerangka konseptual pada Gambar 3.1 ada sebanyak empat variabel, sehingga jumlah subjek penelitian minimal 30 responden. Dalam penelitian ini disebar sebanyak 60 kuesioner untuk karyawan PT Aneka Gas Industri Medan.
Analisis Data Setelah data yang diperoleh dengan kuesioner valid dan reliabel, maka selanjutnya dilakukan analisis regresi linier berganda. Menurut Sugiyono (2006) analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1, X2, X3) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). ANALISIS DAN PEMBAHASAN Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Koefisien determinasi terletak pada tabel model summarybpada kolom R Square.
9 1
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
Tabel 2. Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Model Summaryb Model
R
R Adjusted Std. Error Change Statistics Square R Square of the R Square F df1 df2 Sig. F Estimate Change Change Change
1
.86 .755 9a
.741
.39766
.591
13.029
3
56
.000
a. Predictors: (Constant), Gangguan Fisiologis, Gangguan Psikologis, Gangguan Komunikasi b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2015 Pada Tabel 2. Nilai R sisanya yakni 25,9% dipengaruhi sebesar 0,869 menunjukkan korelasi oleh faktor lain yang tidak diteliti (kolom R) yang Sangat Erat antara pada penelitian ini. variabel gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan gangguan Uji Hipotesis Simultan (Uji F) fisiologis terhadap kinerja karyawan. Uji Simultan atau Uji F Tabel 2. juga menghasilkan bertujuan untuk mengetahui nilai koefisien determinasi (kolom pengaruh variabel independen Adjusted R Square) sebesar 0,741 terhadap variabel dependen secara Artinya 74,1% kinerja karyawan PT simultan atau bersama-sama. Aneka Gas Industri Medan (Y) Tabel 3. Nilai Fhitung dipengaruhi oleh gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan gangguan fisiologis, sedangkan ANOVAa Model
1
Regression Residual Total
Sum Squares 6.181 4.270 10.450
of Df 3 56 59
Mean Square
F
Sig.
2.060 .158
13.029 .000b
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan b. Predictors: (Constant), Gangguan Fisiologis, Gangguan Psikologis, Gangguan Komunikasi Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2015 Tahap-tahap melakukan uji Simultan Dari Tabel 3. tersebut, (Uji F) sebagai berikut : didapat nilai signifikansi 1. Menetapkan Tingkat dengan probabilitas pada signifikansi kolom Sig. yakni 0.000 Tingkat signifikansi 2. Kriteria Pengujian menggunakan alpa = 5% (signifikansi 5% atau 0.05).
210
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
pengaruh yang signifikan Ho diterima dan Ha variabel gangguan psikologis, ditolak, bila nilai Sig gangguan komunikasi dan > 0,05 gangguan fisiologis terhadap Ho ditolak dan Ha kinerja karyawan Aneka Gas diterima, bila nilai Sig Industri Medan. > 0,05 3. Membandingkan F hitung Uji Hipotesis Parsial (Uji t) dengan F tabel Uji hipotesis parsial adalah Nilai Sig < 0,05 (0,000 > suatu uji yang dilakukan untuk 0,05) mengetahui pengaruh variabel Karena nilai Sig < 0,05 independen (X) terhadap variabel (0,000 > 0,05), maka Ho dependen (Y) secara terpisah. ditolak dan menerima Ha artinya secara simultan ada Tabel 4. Hasil Uji t Coefficientsa Model
1
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -.386 .647
(Constant) Gangguan .248 Psikologis Gangguan .490 Komunikasi Gangguan Fisiologis .179
t
Sig.
-.597
.556
Collinearity Statistics Tolerance VIF
.171
.257
2.618 .014 .657
1.522
.154
.489
2.585 .019 .656
1.524
.175
.121
2.736 .011 .639
1.565
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2015 Tahap-tahap melakukan uji hipotesis parsial (Uji t) sebagai berikut : 1. Tingkat signifikansi Tingkat signifikansi menggunakan alpa =5% (signifikansi 5% atau 0.05). 2. Mengetahui nilai signifikansi Nilai signifikansi dari tiap variabel dapat dilihat pada kolom Sig pada Tabel 6.7. 1) Nilai Sig pada variabel gangguan psikologis yakni 0,014
2) Nilai Sig pada variabel gangguan komunikasi yakni 0,019 3) Nilai Sig pada variabel gangguan fisiologis yakni 0,011 3. Kriteria Pengujian Jika Sig > 0,05 , maka Ho diterima Jika Sig = 0,05 , maka Ho diterima Jika Sig < 0,05 , maka Ho ditolak 4. Membandingkan Nilai Sig hasil Uji t dengan Tingkat Signifikan
11 2
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
a.
Pada variabel gangguan psikologis dengan nilai Sig < 0,05 (0,014 < 0,05), maka Ho ditolak. b. Pada variabel gangguan komunikasi dengan nilai Sig < 0,05 (0,019 < 0,05), maka Ho ditolak. c. Pada variabel gangguan fisiologis dengan nilai Sig < 0,05 (0,011 < 0,05), maka Ho ditolak. Nilai Sig dari variabel independen Gangguan Psikologis (X1), Gangguan Komunikasi (X3) dan Gangguan Fisiologis (X3) memiliki nilai Sig < 0,05 yang berarti menolak hipotesis Ho artinya secara parsial gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan gangguan fisiologis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Dapat disimpulkan bahwa secara simultan dan secara parsial ketiga variabel independen yang digunakan pada penelitian ini memiliki pengaruh yang nyata atau pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan PT Aneka Gas Industri yang bekerja di sekitar mesin pabrik.
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap b. Kinerja karyawan PT Aneka Gas Industri Medan yang bekerja di sekitar mesin pabrik sebesar 74,1% dipengaruhi oleh tingkat kebisingan yang terdiri dari gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan gangguan fisiologis. c. Gangguan komunikasi merupakan faktor utama yang paling mempengaruhi kinerja karyawan yang berada di sekitar mesin pabrik PT Aneka Gas Industri Medan, sedangkan gangguan fisiologis memberikan pengaruh paling kecil terhadap kinerja karyawan. Saran Dari hasil kesimpulan, maka disarankan : a. PT Aneka Gas Industri Medan agar mengendalikan ketiga jenis gangguan dengan cara : 1. Membangun atau membuat area khusus didalam pabrik yang terlindungi dari suara mesin pabrik, sebagai tempat istirahat dan berkomunikasi. 2. Membuat kode lampu berwarna atau suara yang khas jika ada pimpinan atau karyawan yang ingin berbicara dengan salah seorang pekerja pabrik.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil pembahasan, maka disimpulkan : a. Tingkat kebisingan yang terdiri dari gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan gangguan fisiologis secara simultan dan 12 2
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
3. Menyediakan klinik kesehatan yang berfungsi untuk melakukan pengecekan cek kesehatan karyawan di bagian pabrik secara berkala 4. Menyediakan alat peredam suara pada mesin yang berguna untuk melenturkan, menghaluskan, dan mengurangi daya pantul pada mesin industri yang bisa mengurangi kebisingan mesin pada saat digunakan. 5. Menyediakan dan memasang alat sumbat telinga yang bermanfaat dalam mengurangi kebisingan. b. Selain ketiga jenis gangguan yang menyebabkan penurunan kinerja karyawan, faktor lain yang dapat menurunkan kinerja adalah kompensasi, budaya organisasi, disiplin kerja dan motivasi. Faktor-faktor lain tersebut agar dapat diteliti oleh peneliti selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA
Negeri Semarang. Jawa Tengah. http://digilib.unnes.ac.id. diakses pada 09 September 2009. Babba, Jennie, 2007, Hubungan Antara Intensitas Kebisingan Di Lingkungan Kerja Dengan Peningkatan Tekanan Darah (Penelitian Pada Karyawan PT Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan), Tesis Magister Kesehatan Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang Doelle, L. Leslie, 1993, Akustik Lingkungan, Penerbit Erlangga, Jakarta Dessler, Gary, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Prenhallindo, Jakarta Ghozali, Imam, 2011, Analisis Multivariate dengan Menggunakan SPSS, Badan Penerbit Undip, Semarang Goembira, Fadjar., Vera S Bachtiar, Diktat Mata Kuliah Pengendalian Bising, 2003, Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Andalas. Padang. Hernawan, Freddy, 2008,. Gangguan Kebisingan Selama Di Wonodadi. http://Orlyn.wordpress.com/2 008/11/20/gangguan kebisingan selama di Wonodadi. Hidayah, N.Y., Latifah D., dan Ratih W., 2011, AnalisisPengaruh Faktor Kebisingan dan Tingkat Kesulitan Kerja
Anggraeni, Dian. 2006. Hubungan Antara Lama Pemaparan Kebisingan Menurut Masa Kerja Dengan Keluhan Subyektif Tenaga Kerja Bagian Produksi PT. Sinar Sosro Ungaran Semarang. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas 133
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
terhadap Produktivitas Line Assembling PT. X , http://image.tsubaku.multiply .multiplycontent.com/. Diakses 16 November 2014 Ikron, I Made Djaja dan Ririn Arminsih Wulandari. 2005. Pengaruh Kebisingan Lalu lintas Terhadap Psikologi Anak Di Sekolah Dasar Cipinang Muarakabupaten Jatinegara, Jakarta Timur, Provinsi Jakarta. Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia. http://www.suaramerdeka.co m/harian/0607. Irwanto, Eko Denny dan Dyah Riandadari, 2013, Pengaruh Pencahayaan Dan Kebisingan Tempat Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di Pt. Perkebunan Nusantara X (Persero) Pabrik Gula Gempolkrep Mojokerto, Jurnal Teknik Mesin Unesa, Volume 1 No 2, Surabaya Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J, Grebb, Jack A., 2002, Sinopsis psikiatri ilmu pengetahuan psiatri klinis, Binarupa Aksara, Jakarta Kholik, Heri Mujayin dan Dimas Adji Khrishna, 2012, Analisis Tingkat Kebisingan Peralatan Produksi Terhadap Kinerja Karyawan, Jurnal Teknik Industri Vol. 13 No.2,
UNiversias Muhammadiyah Malang, Malang Patrick, Cunniff F., 2007, Enviromental Noise Pollution, John Wiley & Sons Inc. Canada. Pasaoran Tamba, I. 2001. Analisis Paparan Kebisingan Implusif dan Kontinyu terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja (Studi di Industri Kompor dan Bengkel Las Malang). Program Pasca sarjana, Universitas Airlangga. Malang. http://adln.fkm.unair.ac.id. diakses pada 09 September 2009. Prabu, Putra, 2009. Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan, http://putraprabu.wordpress.c om, Rivai, Veithzal dan Fawzi Ahmad Mohd Basri, 2005. Performance Appraisal, Cetakan Pertama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Rozita E., Wahyuni T., 2005. Pengendalian dan Pengukuran Kebisingan di Lingkungan Kerja PT. Pupuk Sriwidjaja. Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Andalas. Padang. Sedarmayanti, 2011, Tata Kerja dan Produktivitas, Penerbit Mandar Maju, Jakarta Sekaran, Uma, 2006, Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi 4, Buku 1, Penerjemah : Kwan Men Yon, Salemba Empat, Jakarta 14 4
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
Simamora, Henry, 2007, Manajemen Kinerja, YKPN, Yogayakarta Sinulingga, Sukaria, 2011, Metode Penelitian, USU Press, Medan Situmorang, Syafrizal Helmi dan Lufti, Muslich, 2011, Analisis Data Penelitian (Menggunakan Program SPSS), USU Press, Medan Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung Umar, Husein. 2005, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Cetakan Keempat,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Wibowo, 2007, Manajemen Kinerja, Raja Grafindo Persada, Jakarta Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Kebisingan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 718/MEN/Kes/Per/XI/1987 tentang Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan.
15 5