Makalah Seminar Kerja Praktek INSTALASI JARINGAN CLEAR CHANNEL DI PT INDONESIA COMNETS PLUS REGIONAL JAWA TENGAH DAN DIY Andhika Gabelly Fadila Pradana (21060110141071), Dr.Eng. Wahyul Amien Syafei ST.MT (197112181995121001) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jalan Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang Kode Pos 50275 Telp. (024) 7460053, 7460055Fax. (024) 746055
[email protected] ABSTRAK Sejalan dengan perkembangan industri telekomunikasi yang sangat pesat antara lain ditandai dengan pertumbuhan industri, tingkat persaingan, akses yang dilakukan terhadap informasi tersebut biasanya menggunakan berbagai macam media telekomunikasi. Karena pada saat ini data ataupun informasi yang diakses menjadi semakin banyak dan dalam jumlah yang besar, maka diperlukan pula media yang cepat untuk proses pertukaran informasi dan data tersebut. Jaringan Telekomunikasi sebagai media pertukaran informasi merupakan suatu jaringan yang membutuhkan perantara dalam prosesnya, perantara tersebut dapat berupa fiber optik, mengakibatkan munculnya kebutuhan suatu keamanan pada data dan bisa melakukan pertukaran data secara cepat tanpa berkurang atau hilangnya data tersebut. Sedangkan pada saat ini banyak jaringan yang sudah memulai untuk memenuhi kebutuhan tersebut, salah satunya dengan menggunakan layanan Clear Channel dengan media atau perantara fiber optik dengan jarak jangkau yang bisa sampai 2 km, dengan kecepatan tinggi hingga 2Gbps, dengan layanan Clear Channel maka suatu data perusahaan akan lebih aman. Dalam laporan ini akan dibahas mengenai Instalasi Jaringan Clear Channel dengan mengaplikasikan fiber optik sebagai media transmisinya. Kata Kunci : Clear Channel, Fiber Optik, PT ICON+
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan industri telekomunikasi yang sangat pesat antara lain ditandai dengan pertumbuhan industri, tingkat persaingan, akses yang dilakukan terhadap informasi tersebut biasanya menggunakan berbagai macam media telekomunikasi. Karena pada saat ini data ataupun informasi yang diakses menjadi semakin banyak dan dalam jumlah yang besar, maka diperlukan pula media yang cepat untuk proses pertukaran informasi dan data tersebut. Media yang mampu melayani kebutuhan seperti ini sebagai media pertukaran informasi merupakan suatu
jaringan yang membutuhkan perantara dalam prosesnya, perantara tersebut dapat berupa fiber optik, mengakibatkan munculnya kebutuhan suatu keamanan pada data dan bisa melakukan pertukaran data secara cepat tanpa berkurang atau hilangnya data tersebut. Salah satu jaringan yang mampu melayani kebutuhan ini adalah jaringan Clear Channel. Jaringan Clear Channel adalah salah satu jaringan dengan media atau perantara fiber optik dengan jarak jangkau yang bisa sampai 2 km, dengan kecepatan tinggi hingga 2Gbps. Jaringan Clear Channel bersifat point to point sehingga jaringan ini dapat mengatasi kebutuhan akan suatu keamanan pada data dan bisa melakukan pertukaran data
secara cepat tanpa berkurang atau hilangnya data tersebut. 1.2 Tujuan Kerja Praktek Tujuan Praktek Kerja ini diantaranya : A. Tujuan Praktek Kerja Lapangan 1. Untuk memenuhi syarat mata kuliah Praktek Kerja Lapangan. 2. Penerapan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari di dunia perkuliahan agar dapat memahami secara langsung teknisnya di dunia kerja. 3. Menambah pengalaman agar nantinya dapat dikembangkan pada saat nanti memulai di dunia kerja. 4. Mengetahui sistem dan lingkungan kerja di PT. ICON+ Regional JATENG & DIY. 5. Mengetahui sistem jaringan Clear Channel. B. Tujuan Pemilihan Judul 1. Untuk belajar dan memberi pengetahuan bagaimana instalasi suatu jaringan Clear Channel. 2. Untuk mengetahui perangkatperangkat yang digunakan di jaringan Clear Channel. 3. Untuk menambah pengetahuan mengenai suatu jaringan Clear Channel. 1.3 Batasan Masalah Pada penulisan laporan Praktek Kerja ini penulis membatasi permasalahan yang melingkupi proses instalasi hardware yang digunakan pada layanan Clear Channel dan menggunakan media transmisi dengan kabel fiber optik. Pembahasan berfokus pada skema jaringan fiber optik, peragkat jaringan yang digunakan, dan perangkat keras yang dibutuhkan untuk instalasi Clear Channel. Tidak meliputi proses konfigurasi, monitoring, dan maintenance jaringannya.
2. CLEAR CHANNEL 2.1 Konsep Clear Channel Clear Channel atau E1 adalah nama format trasmisi digital dengan 30 kanal suara digital berkecepatan 2,048 megabit per detik. E1 merupakan standart yang dipakai di Eropa dan Indonesia. Stardart E1 ini sama dengan standart T1 yang dipakai di Amerika dengan perbedaan T1 mengguakan 24 kanal suara digital dengan kecepatan 1,554 megabit per detik. Saluran ini berbentuk saluran telepon khusus dan digunakan pada awalnya untuk sambungan trunk antar sentral telepon, namun sekarang mulai banyak disewakan ke perusahaan telekomunikasi untuk ja lur komunikasi data. Clear Channel merupakan ”jalur bebas protokol” yang artinya jalur tersebut seperti pipa yang bersih dan bisa dipakai untuk berbagai macam aplikasi dengan protokol tertentu tanpa bermasalah dengan si ‘pipa‘ tadi. Clear Channel berada di layer 1 OSI layer. Sedangkan layanan untuk layer 2 dan diatasnya ditentukan oleh pengguna clear channel tersebut, bisa saja protokol di layer 2 diisi layanan seperti MAN, WAN, Video Conference maupun broadband internet. Jaringan Clear Channel merupakan jaringan bersifat point to point atau end to end, yaitu jaringan yang hanya menghubungkan antar dua titik saja, jadi bandwidth yang didapat tidak akan dishare ke pihak lain dan hanya digunakan pihak pada end to end tadi, jaringan ini bersifat leased line, jadi kecepatan upload sama dengan kecepatan download, sehingga tiap user clear channel di tiap sisi mempunyai kecepatan yang sama, yaitu 2 Mbps [2]. 2.2
SDH ( Synchronous Digital Hierarchy)
SDH merupakan hirarki multiplexing yang berbasis pada transmisi sinkron yang telah ditetapkan oleh ITU-T. Dalam dunia telekomunikasi, sejumlah multiplexing
sinyal-sinyal dalam transmisi menimbulkan masalah dalam hal pencabangan dan penyisipan (add/drop) yang tidak mudah serta keterbatasan untuk memonitor dan mengendalikan jaringan transmisinya. Hirarki multiplexing SDH dapat dilihat pada gambar 3.1.
Table 3.1 Kecepatan SDH Standar Frame STM-1 STM-4 STM-16 STM-64
Gambar 2.1 Multiplexing SDH SDH memiliki dua keuntungan pokok yaitu fleksibilitas yang demikian tinggi dalam hal konfigurasi kanal pada simpul-simpul jaringan dan meningkatkan kemampuan manajemen jaringan baik untuk payload traffic-nya maupun elemen-elemen jaringan. Secara bersama-sama, kondisi ini akan memungkinkan jaringannya untuk dikembangkan dari struktur transport yang bersifat pasif pada PDH ke dalam jaringan lain yang secara aktif mentransportasikan dan mengatur informasi[5]. 2.3 Struktur Frame SDH Struktur frame terendah yang didefinisikan dalam standar SDH adalah STM-1 (Synchronous Transport Module level 1) dengan laju bit 155,520 Mbit/s (155 Mbps). Ini berarti STM-1 terdiri dari 2430 byte dengan durasi frame 125μ s. Bit rate atau kecepatan transmisi untuk level STM-N yang lebih tinggi juga telah distandarisasi sebagai kelipatan bulat (1, 4, 16 dan 64) dari N x 155,520 Mbps, seperti yang terdapat pada Tabel 3.1
Standar Frame dan Standar Kecepatan 155,520 Mbps (155 Mbps) 622,080 Mbps (622 Mbps) 2.488,320 Mbps (2,5 Gbps) 9.953,280 Mbps (10 Gbps)
2.4 PDH (Plesiochronous Hierarchy)
Digital
Plesiochronous Digital Hierarchy (PDH) adalah teknologi yang digunakan dalam jaringan telekomunikasi untuk mengangkut sejumlah besar data melalui alat transportasi digital seperti serat optik dan radio microwave. Plesiochronous berasal dari kata plesio (Yunani) yang berarti dekat, dan chronos, waktu, dan mengacu pada kenyataan bahwa jaringan PDH dijalankan dalam keadaan di mana berbagai bagian jaringan hampir, tapi tidak cukup sempurna, disinkronkan. PDH biasanya digantikan oleh Synchronous Digital Hierarchy (SDH) atau jaringan optik sinkronis (SONET) peralatan dalam jaringan telekomunikasi. 2.5 Teknologi SDH STM-64 Teknologi SDH STM-64 yang saat ini memiliki format sinyal dengan kemampuan bit rate tertinggi dalam struktur frame SDH pada dasarnya memiliki prinsip yang sama dengan teknologi (struktur frame STM-1 x n) pendahulunya. Besar kapasitas maksimal yang dapat disalurkan oleh SDH STM-64 adalah 10 Gbps (one way). Sistem proteksinya (reliabilitas) dan sekuritas
tetap mengikuti sistem proteksi SDH. Dan kebutuhan akan layanan berbasis data dipenuhi dengan koneksi interface tributary perangkat SDH STM-64 dengan router atau packet switch. Provisioning layanan packet tetap dilakukan oleh perangkat packet switch, perangkat SDH hanya difungsikan sebagai penyedia ‘pipa’. 2.6 EoS (Ethernet Over SDH) Ethernet over SDH atau lebih dikenal dengan EoS merupakan pendekatan layanan termasuk ethernet ke dalam jaringan SDH. Ethernet over SDH merupakan kelanjutan dari pengembangan teknologi SDH yang banyak di pakai saat ini sebagai hirarki pemultiplekan yang berbasis pada transmisi sinkron. Ethernet over SDH membantu untuk mengembangkan jaringan SDH agar mnjadi jaringan data yang berefisiensi tinggi. 2.7 Teknologi Ethernet Teknologi Ethernet di perkenalkan tahun 1970-an oleh Xerox, dimana terdapat tiga jenis Ethernet yang dibedakan berdasarkan kecepatan daya akses datanya, yaitu :
sama sehingga data yang dikirimkan melalui jaringan tersebut akan bertabrakan dan data tidak akan terkirim. Sebelumnya, Ethernet utamanya digunakan dalam teknologi akses, menyediakan akses internet atau interface user ke network. Sampai saat ini kondisi tersebut masihberjalan tetapi standar ethernet-nya sendiri dikembangkan untuk mampu melayani layanan data pada jaringan transport. Fungsi-fungsi layanan pada teknologi Ethernet sebagai jaringan transport merupakan hasil pengembangan yang dilakukan secara terus-menerus[4]. Bila dalam penarikan menuju pelanggan melewati rute bawah tanah atau didalam beton, diperlukan kombinasi menggunakan kabel FA (Fiber Armoured). Figure 8 yang ditarik melewati tiang listrik kemudian masuk ke joint box, didalam joint box ini, core Figure 8 disambung dengan core FA. Kemudian kabel FA ditarik menuju OTB pelanggan. Bisa dilihat pada gambar 3.3
1. Ethernet : kecepatan akses data 10 Mbps 2. Fast Ethernet : kecapatan akses data 100 Mbps 3. Gigabit Ethernet : disebut Gibic Ethernet. Gibic Ethernet memiliki kecepatan akses data sebesar 1000 Mbps atau 1 Gbps. Teknologi ini memiliki kemampuan berbagi bandwidth atau resource dalam suatu jaringan yang sama. Protokol yang di gunakan pada teknologi ini adalah CSMA/CD atau Carrier Sense Multiple Access With Collsion Detections, protokol ini berfungsi supaya tidak terjadi collusion ketika berbagi bandwidth. Collusion merupakan suatu kondisi di mana ada beberapa source computer yang mengirimkan data pada saat yang
Gambar 3.3 Jalur kabel menuju pelanggan 3
Layanan Clear Channel di PT ICON +
Clear Channel merupakan layanan yang di miliki PT ICON +. Layanan yang menggunakan kabel serat optik untuk menghubungkan jaringan backbone maupun untuk jaringan yang akan didistribusikan kepada pelanggan (lastmile).
Clear Channel memberikan jalur privat bersifat point-to-point melalui backbone ICON+ yang sampai penulis menyusun laporan ini mencapai kapasitas STM-64 (10 Gbps)[5]. Karakteristik Clear Channel lainnya adalah sebagai berikut:
PLN dalam proses penggelaran jaringan fiber optik ke setiap user. Table 3.1 Pilihan Bandwith Clear Channel di PT.ICON+
Hubungan komunikasi layanan bersifat point-to point. Kapasitas bandwidth yang besar. Tingkat privacy dan security yang tinggi. Kapasitas layanan beragam, sesuai kebutuhan pelanggan. Lastmile, menggunakan fiber optik. Jalur yang dilalui merupakan jalur backbone ICON+ yang menghubungkan antar wilayah Jawa dan Bali dengan media fiber optik, backbone yang dimiliki ICON+ bersifat ring atau membentuk cincin, sehingga jika terjadi gangguan di satu jalur masih ada backup dari jalur yang lain. Selain itu layanan berkapasitas besar ini memiliki keunggulan sebagai berikut : Kapaitas besar, dilengkapi teknologi Giga Ethernet yang mempunyai kapasitas bandwidth besar sampai pada titik user. Bersifat aman, memberikan tingkat keamanan tinggi dengan adanya EoS (Ethernet Over SDH) yang menggunakan virtual concatenation (VCAT) untuk rute aliran bit atas satu atau lebih pada jalur SDH. Karena ini adalah byte interleaved, maka memberikan tingkat keamanan yang lebih baik dibandingkan dengan mekanisme lain untuk transportasi Ethernet. Handal, keamanan dan kenyamanan user dalam berkomunikasi terjamin penuh dengan latency kurang dari 100 ms, uptime 99 % dan Mean Time To Repair (MTTR) cepat. Fleksibel, bandwidth mulai dari 2 Mbps hingga 10 Gbps. Cepat, delivery time yang cepat kerena menggunakan tiang listrik
3.1 Contoh kasus instalasi jaringan
Clear Channel Sebelum melakukan instalasi Metronet, hal yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah POP. POP (Point-of-Presence) adalah titik yang digunakan untuk menghubungkan antara user dengan jaringan ICON+. Dari sekian banyak POP yang ada, akan ditentukan satu POP yang jaraknya paling dekat dengan lokasi pelanggan. POP bisa berupa Shelter, ODC, atau ruangan khusus di dalam area kantor PLN baik itu GITET, GI, Kadist, APJ, UPJ dan kantor PLN lainnya. POP akan menghubungkan user dengan jaringan backbone yang mengkombinasikan perangkat IP dengan perangkat berbasis SDH (Synchronous Digital Hierarchy)/ SONET (Synchronous Optical Network). Jalur berbasis SDH yang dilalui bersifat ring, sehingga bila terjadi gangguan di salah satu jalur masih ada backup dari jalur yang lain. Contoh POP dapat dilihat pada gambar 3.1.
Dengan semakin meningkatnya layanan/service yang diberikan kepada pelanggan, kebutuhan bandwidth juga semakin meningkat. Sehinga, untuk melayani services seperti triple play, Video On Demand (VOD), IPTV, VoIP, dan sebagainya. Operator telekomunikasi membutuhkan transport service yang lebih besar, cepat, dan memiliki redundancy jika terjadi masalah di dalam network.
Gambar 3.1 Contoh rak perangkat IP di POP ICON+
Link user yang bervariasi layanannya diambil dari POP ICON+ yang sudah terhubung dengan backbone ICON+. Di POP, terdapat berbagai macam perangkat jaringan seperti SDH, PDH, Router, Switch, dan lain-lain. Link metronet, diambil dari salah satu port Catalyst yang telah dikonfigurasi interface dan sub interface-nya oleh MT (Management Traffic), untuk kemudian didistribusikan ke arah pelanggan. Pada gambar 3.2 dapat dilihat skema POP.
Gambar 3.2 Skema POP (Point-ofPresence)
Pada teknologi SDH backbone harus memiliki kehandalan yang tinggi, seperti menjamin kecepatan transmisi, fleksibilitas dalam perubahan network, dan memiliki kemampuan redundancy. Hal ini penting karena backbone merupakan kumpulan bandwidth dari aplikasi-aplikasi di network bawahnya (access network).
Teknologi SDH yang sudah banyak digelar menjamin kecepatan, namun kurang dalam masalah redundancy. Yang disediakan di dalam SDH hanya kemampuan untuk protection. Di sisi lain, teknologi router dalam IP backbone memungkinkan untuk melakukan redundancy ke banyak route. Sehingga jika perangkat backbone mengalami gangguan, masih banyak cadangan rutenya (multi fault handling). Saat ini ada teknologi ASON (Automatically Switched Optical Network) atau disebut juga ASTN (Automatically Switched Transport Network) yang memungkinkan penambahan fasilitas routing pada perangkat SDH. Teknologi ASON merupakan intelegent network dimana secara otomatis mengoptimalkan routing dalam interconnection SDH dan juga utilisasi bandwidth. Istilah ASON berasal dari ITU yang mendefinisikan architecture-nya, sedang kemampuan dalam routing (control/data palane) berasal dari standar IETF[3]. Contoh kasus instalasi clear channel bisa dimisalkan User A mengambil jalur backbone dari POP di GITET Ungaran yang merupakan titik terdekat dari lokasi User A, dari POP sampai ke lokasi User A dihubungkan dengan kabel fiber optic, karena hal tersebut merupakan kelebihan ICON+ yang mampu menyediakan jalur fiber optic langsung ke pelanggan, jadi User A terhubung dengan backbone ICON+ melalui POP di GITET Ungaran. Peralatan yang ada di sisi pelanggan
adalah sebuah perangkat user, PDH, media converter, dan DDF. Dari perangkat user A di hubungkan dengan perangkat media converter dengan menggunakan kabel UTP yang di hubungkan dengan konektor RJ45 Straight, fungsi media converter adalah mengubah signal Ethernet ke signal E1 / sebaliknya. Dari media converter ke PDH menggunakan kabel E1 dengan konektor RJ48, sebelum ke PDH melewati Krone di DDF LSA untuk mensingkronkan TX-RX. Setelah itu diarahkan ke Point Of Present (POP) di GITET Ungaran yang menggunakan kabel fiber optik figure-8 ke perangkat yang ada di POP. Perangkat yang digunakan di POP adalah PDH, DDF LSA dan SDH, setelah melalui kabel figure-8 kemudian bertemu dengan PDH yang ada di POP lalu ke SDH dengan menggunakan kabel E1, sebelum ke SDH melewati Krone di DDF LSA untuk mensingkronkan TXRX. Dari sini, jalur diteruskan melalui jalur Backbone ICON+, skema instalasi ditunjukkan oleh gambar 3.4:
PDH melewati Krone di DDF LSA untuk mensingkronkan TX-RX. Lalu diarahkan ke user B menggunakan kabel fiber optik figure-8 ke perangkat yang ada di user B, di user B bertemu dengan PDH kemudian ke media converter dengan menggunakan kabel E1 dengan konektor RJ48. Sebelum ke media converter melewati Krone di DDF LSA untuk mensingkronkan TX-RX, dan berakhir di perangkat user B dengan menggunakan kabel UTP yang di hubungkan dengan konektor RJ45. Sehingga konfigurasi jaringan Clear Channel tersebut dapat digambarkan sesuai dengan gambar 3.5:
Gambar 3.5 Skema Jaringan Clear Channel ke User B
Gambar 3.4 Skema Instalasi di User A Setelah User A terhubung dengan backbone ICON+ maka langkah berikutnya adalah membuat jalur untuk end point dari Clear Channel ini dimana titik tersebut merupakan server User B. Jalur Clear Channel yang berawal dai POP di GITET Ungaran tadi berakhir di POP GI Krapyak melalui jaringan backbone SDH ICON+, lalu di POP Krapyak terdapat alat yang sama seperti di GITET Ungaran, yaitu ada SDH, PDH, dan DDF LSA. Setelah masuk ke SDH dihubungkan ke PDH dengan menggunakan kabel E1, sebelum ke
Sebenarnya, pada dasarnya layanan ini seperti layaknya jalan lurus tanpa hambatan dengan kecepatan per 1E1 = 2Mbps. Bila di gambarkan maka yang terjadi adalah garis lurus seperti kabel straight di komputer A bertemu dengan kabel straight di komputer B. Namun ada beda dalam segi jarak dan kecepatan yang stabil dan dapat di atur atau termonitor. Kemungkinan gangguan yang dapat terjadi dan penanganannya. 1. Putus kabel Penangana yang di lakukan yaitu, penyambungan kembali dengan core yang putus dengan splacer selain itu dapat juga melakukan pengaliah link dengan cara rerouting , untuk kabel jamper seperti patch core akan langsung di ganti dengan yang baru.
2. PSU (Power supply unit) mati Dampak dari psu mati ialah saat terjadi pemadaman listrik maka jaringan akan down, oleh karena itu selalu di ganti . 3. Perangkat rusak Perangkat rusak ini biasanya di sisi user, dan perangkat yang penempatanya di luar seperti di tiang-tiang. Untuk penangannya dilakukan penggantian terhadap perangkat yang rusak/bermasalah.
5. Daftar Pustaka [1] http://www.iconpln.co.id/produ k/detail/0.ip [2] http://indonesiaseserebetan.blog spot.com/2013/01/clearchannel-networking.html [3] http://yanardian.wordpress.com/ 2007/01/04/ason-sebagairouting-sdh-di-backbonenetwork/ [4] http://en.wikipedia.org/wiki/Eth ernet_over_SDH [5] http://darwis.wordpress.com/20 07/10/25/clear-channel/
4. Kesimpulan Setelah penulis menyusun dan membahas laporan mengenai Clear Channel di PT Indonesia Comnets Plus, diperoleh kesimpulan : 1. Jaringan Clear Channel merupakan jaringan bersifat point to point atau end to end, yaitu jaringan yang hanya menghubungkan antar dua titik saja, jadi bandwidth yang didapat tidak akan di-share ke pihak lain. 2. Clear Channel atau E1 dengan media transmisi kabel serat optik sangat cocok sebagai link untuk membangun suatu jaringan, karena mempunyai kecepatan dari 2 Mbps. Dan menggunakan alat seperti SDH Multiplexer, DDF, PDH, Media Converter untuk mendukung jaringan Clear Channel. 3. Clear Channel memiliki fleksibilitas tinggi dengan bandwidth dari 2 Mbps hingga 10 Gbps disesuaikan dengan kebutuhan user.
BIODATA Andhika Gabelly Fadila Pradana, lahir di Semarang, 13 Juli 1992. Menempuh pendidikan dasar di SD Kanisius Tlogosari Kulon. Melanjutkan ke SMPN 15 Semarang dan pendidikan tingkat atas di SMAN 11 Semarang, lulus tahun 2010. Dari tahun 2010 sampai saat ini masih menempuh studi Strata-1 di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang, konsentrasi Telekomunikasi.
Semarang,
Desember 2013
Menyetujui Dosen Pembimbing
Dr.Eng. Wahyul Amien Syafei ST.MT NIP.
197112181995121001