Jurnal Komunikasi P-ISSN: 1907-898X, E-ISSN: 2548-7647 Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016
Indonesian Idol: A Fabricated Reality for Commodification Nuril Ashivah Misbah Staff Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Wiraraja, Sumenep Email:
[email protected] Abstrak Maraknya reality program mampu mengubah konstelasi ekonomi industri televisi. Perubahan konstelasi ini paling besar dapat dilihat dari pemasukan yang bisa diraup oleh industri televisi dari reality program. Pertanyaan yang diajukan dalam kajian ini adalah bagaimana proses komodifikasi ‘realitas’ dalam reality program? Hasil kajian menunjukkan Indonesian Idol dikonstruksi sedemikian rupa agar sesuai dengan standar market price dan menghasilkan marketable product, atau ketika logika ekonomi media. Untuk mencapai standar tersebut, terjadi proses komodifikasi, di mana rating menjadi ukuran/patokan. Komodifikasi content itu dilakukan melalui beragam cara, diantaranya setting panggung, pilihan juri, ataupun format lomba dalam Indonesian Idol. Keseluruhan komodifikasi itu pada akhirnya menguntungkan industri televisi, dalam hal ini RCTI dan lebih-lebih Fremantle Media yang merupakan penggagas program siaran tersebut. Kata Kunci: Reality show, Indonesian idol, komodifikasi Abstract Reality program today has shifted the economic constellation of television industry. It is mainly portrayed by the increased of television industry profit which is generated from reality programs. The popularity of reality program is established based on assumption about the nature of these shows that is believed to be natural, real, familiar, and depicts common people. This article aims to problematize that assumption by referring to logic of media economics. This background leads to questions on how commodification process of ‘reality’ in reality program. This study analyzes Indonesian Idol as case study using political economy media approach. The study shows that Indonesian Idol is constructed in many ways to adjust the market standards and to appear as marketable product which is compatible with rating demand. Content commodification of Indonesian Idol has been done in many and certain means, such as stage setting, the panel, and contest format. Eventually, those commodification benefited television industry, both RCTI and, particularly, Fremantle Media, the original program owner. Keywords: reality show, indonesian idol, commodification of content
29
Jurnal Komunikasi, Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016
Latar Belakang satu
televisi
yang
merentang
mulai
dari
Popularitas reality program dalam
gameshow, talent show, talkshow, sport,
dekade
charity,
terakhir
begitu
tinggi,
cooking,
dan
Indonesia,
Hill (2005) maraknya reality program
Indonesian
mampu mengubah konstelasi ekonomi
(Global TV), Bosan jadi Pegawai, ala Chef,
industri televisi. Perubahan konstelasi ini
Ethnic Runaway, Celebrity on Vacation
paling besar dapat dilihat dari pemasukan
(Trans TV), Bolang, Jejak Petualang, Cita-
yang bisa diraup oleh industri televisi dari
citaku (Trans7), dan masih banyak lagi.
Idol
Dalam
reality
Di
termasuk di Indonesia. Merujuk catatan
reality program. Dengan popularitas yang
beberapa
travelling.
(RCTI),
misalnya
Main
analisisnya,
Kata
Hill
tinggi, tentunya, rating pun tinggi, dan
menyatakan tingginya popularitas reality
secara
program
otomatis
pemasukan
yang
salah
satunya
dikarenakan
diperoleh dari program tersebut pun
program ini ditonton oleh audiens berusia
tinggi.
Hill
muda yang memiliki range paling luas
mengemukakan bahwa popularitas reality
dari range usia lainnya, yaitu antara usia
program di Amerika untuk beberapa
15 tahun – 35 tahun. Dengan range seluas
program seperti American Idol, misalnya,
ini,
mampu mencapai angka 50% untuk
mencapai
market share-nya, yang berarti separuh
Popularitas di kalangan penonton ini
masyarakat Amerika menonton program
kemudian
ini di setiap kali penayangannya. Beberapa
pengiklan yang menjadikan usia muda
program lain seperti Big Brother, Joe
sebagai target utama dari banyak produk
Millionaire, dan The Big Loser juga
sehingga tayangan reality program terus
mendapatkan penonton yang besar.
menjadi
Dalam
Fenomena
kaitan
ini,
maraknya
reality
program ini terjadi tidak hanya di
menjadi
wajar
reality
popularitas ditunjang
pilihan
bagi
program
yang juga
para
tinggi.
oleh
para
produser
televisi sebagai tawaran utama di banyak channel.
Amerika, dalam catatan Hill (2005: 4), reality program merupakan genre yang populer di seluruh dunia. Dia memberikan gambaran
di
negara-negara
Eropa,
Amerika Latin, Afrika, dan Australia. Meski data Hill tidak mencakup Asia, tapi dapat dipastikan reality TV merupakan fenomena yang juga marak di Asia, termasuk Indonesia. Secara sederhana, hal ini bisa dilihat dari jumlah program bergenre reality TV di tiap-tiap stasiun 30
One of the reasons the reality genre has been so powerful in the television market is that is appeals to younger adults in particular. For example, reality gameshows and talent shows in the USA are especially popular with ‘young viewers who have watched reality show in far bigger numbers thatn anything else on television and are the consumers most coveted by advertisers’ (Hill, 2005: 5).
Nuril Ashivah Misbah, Indonesian Idol: A Fabricated Reality for Commodification
Masih berdasarkan pada analisis
The ratings success of network reality series has ensured that some television executives are ready to embrace plans for a radical restructuring of the network business. Such restructuring may involve the provision of new programming fifty-two weeks of the year, a reduction in scripted series by Hollywood studios, and an increase in product placement within programmes (Hill, 2005: 6).
Hill (2005), popularitas yang mampu dicapai oleh program-program ber-genre reality
ini
pada
dasarnya
bukan
merupakan kesengajaan, tapi lebih kepada ‘kebetulan
yang
menguntungkan’.
Tuntutan untuk membuat program yang lebih murah sebagai efisiensi ekonomi menjadi semacam pijakan awal bagi lahirnya reality program. Dibandingkan dengan program drama yang kala itu
Pada perkembangan selanjutnya,
menjadi hidangan utama televisi, reality
reality program menjadi pilihan yang
program
membutuhkan
hampir selalu dipilih oleh pada produser
seperempat dari biaya produksi satu jam
di dunia pertelevisian dalam membuat
drama. Ini karena reality program hanya
sebuah program baru. Luasnya ragam
membutuhkan tim produksi kecil dengan
kategori yang tergolong ke dalam reality
sangat sedikit scriptwriter dan hampir
program pun menjadi sebuah kelebihan
tidak
dari genre ini sehingga para produser
hanya
menggunakan
profesional Secara
dalam
kebetulan,
aktor/aktris
tiap
produksinya.
memiliki
pilihan
yang
luas
dalam
meskipun
reality
memformulasi sebuah program baru. Ada
dibuat
karena
banyak ragam diantaranya talent show,
pertimbangan menekan biaya produksi,
game show, talk show, sport, charity,
ternyata
atau lainnya.
program
awalnya reality
program
mampu
memberikan pemasukan yang besar bagi
Jika
reality
program
menjadi
industri televisi karena ia pun ternyata
pilihan populer di kalangan produsen dan
begitu populer di kalangan penonton.
eksekutif industri televisi karena secara
Oleh karena itu, reality program menjadi
ekonomi
sangat
pertanyaannya
menarik
bagi
para
produsen
televisi.
sangat
sebenarnya
Keberhasilan
reality
program
menjanjikan,
kemudian
yang
maka
adalah
membuat
apa
reality
program populer di kalangan audiens?
yang mampu menimbulkan perubahan
Menyadur
ekonomi dalam industri televisi hingga
Freemantle Media, Catherine Mackay,
kemudian me-restrukturasi bisnis televisi.
“reality shows are a lot cheaper to make,
Restrukturasi
and yet they are getting just as many
berupa
pengurangan
keterangan
in
many
Chief
Execuive
terhadap jatah program-program berskrip
ayeballs
instances
and,
panjang dan menambahkan jumlah jam
sometimes, even more because of the
tayang dengan program-program reality.
event nature of these shows” (dalam Hill, 31
Jurnal Komunikasi, Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016
2005:
7).
Dari
tersebut,
yang
pernyataan
Mackay
penting
untuk
dalam
media
agar
kedekatan
yang
dirasakan penonton dapat terus-menerus
digarisbawahi terkait pilihan audiens atas
direproduksi
sehingga
program reality show adalah ‘even more
keuntungan secara ekonomi dari reality
because of the event nature of these
program
shows’. Sifat reality program sendiri jelas
meningkat? Upaya tersebut tentu saja
merupakan program yang berbasis pada
harus sejalan dengan misi ekonomi media,
kenyataan dan tidak berpatokan pada
yaitu dengan logika industri dan bisnis
sekenario yang telah ditentukan berdasar
operation
alur cerita tertentu. Dengan kata lain,
Singkatnya, upaya tersebut adalah upaya
reality program adalah program yang
untuk menghadirkan ‘realitas’ yang ‘layak
menghadirkan realitas kepada penonton
jual’. Untuk mencapai realitas yang layak
dan tidak bersifat fiktif. Hal inilah yang
jual tersebut, ada proses komodifikasi atas
kemudian menjadikan reality program
realitas tersebut. Hal inilah yang ingin
“seolah” dekat dengan penonton.
dijawab
dapat
di
sisi
terpenuhi
(Alexander,
dalam
dan
terus
2004:
tulisan
ini,
lain
5).
yakni
bagaimana proses komodifikasi ‘realitas’ In many ways, the classification of reality TV in relation to ‘reality’ is connected with audience understanding of the performance of non-professional actors in the programmes, and the ways ‘real people’ play up to the cameras (Hill, 2005: 54).
dalam reality program? Tanpa bertujuan untuk menjawab proses
komodifikasi
realitas
dalam
seluruh program reality, tulisan ini akan mengambil kasus pada satu program reality yang sedang marak di Indonesia,
Perasaan dekat dengan orang yang berada dalam program karena merasa sama-sama orang biasa (common people), atau perasaan dekat dengan setting atau tempat atau suasana yang digambarkan dalam kamera, merupakan rasa yang menciptakan
proximity
dari
para
penonton terhadap reality program. Sifat reality
program
yang
mampu
menciptakan kedekatan itulah yang bisa ditangkap sebagai alasan mengapa reality program
menjadi
kalangan
penonton
begitu televisi
populer
di
(audiens).
Permasalahannya kemudian, bagaimana kemudian realitas tersebut ditampilkan 32
yaitu Indonesian Idol. Sebuah talent show yang
mencari
orang
dengan
bakat
menyanyi terbaik. Di tiap musimnya, Indonesian Idol selalu memiliki iklan utama atau sponsor utama. Nantinya, analisis akan fokus
pada
realitas
dalam
program
sebagai
bentuk
ditampilkan
Indonesian
Idol
bagaimana
komodifikasi terhadap realitas itu sendiri dan kaitannya dengan aspek ekonomi politik
lembaga
menyiarkannya.
media
yang
Nuril Ashivah Misbah, Indonesian Idol: A Fabricated Reality for Commodification
Komodifikasi
Isi
(Media):
Sell
Everything, Everything is Sold
berlangsung dalam setiap proses produksi, distribusi, dan konsumsi. Relasi kuasa ini
Golding dan Murdock (1992: 18)
yang kemudian coba dibongkar melalui
melihat bahwa produk media merupakan
pendekatan
hasil konstruksi yang disesuaikan dengan
bagaimana relasi kuasa yang terjalin
dinamika
dalam
ekonomi
yang
sedang
ekonomi
media
di
politik,
setiap
yakni
prosesnya—
berlangsung dan struktur-sturktur dalam
produksi,
institusi yang menyokong berputarnya
mempengaruhi isi media dan menentukan
roda institusi media. Menurut kedua
bagaimana isi (media content) tersebut
penulis ini, berita yang disajikan pada
nantinya bekerja sesuai logika industri.
masyarakat disusun berdasarkan relasi-
distribusi,
Sebagaimana
konsumsi—
Golding
dan
relasi yang ada antara pemilik insitusi
Murdock, Vincent Moscó (2009: 24) juga
pers (owner), editor, jurnalis, dan sumber
menekankan persoalan relasi kuasa dalam
berita.
definisinya
Dari
apa
yang
disampaikan
tentang
ekonomi
politik.
Golding dan Murdock tersebut, dapat
Mosco, dalam hal ini, mengemukakan,
dikatakan bahwa dalam produksi pesan
“the
(isi) media ada relasi-relasi yang terjalin
particularly the power relation, that
mulai
mutually
dari
proses
produksi
hingga
study
distribution,
pekerja,
resources”.
kepentingan
audiens, media
and Lebih
social the
relation,
production,
consumption lanjut,
of
Moscó
sekaligus
mengemukakan “a specific set of social
kepentingan pemiliknya. Untuk melihat
realations organized around power or the
dan membongkar relasi dalam setiap
ability to control other people, process,
proses
and things, even in the face of resistance”.
yang
industri
serta
the
constitute
distribusi pesan yang melibatkan para teknologi,
of
terjadi
dalam
media,
pendekatan ekonomi politik adalah salah
Dengan
satu alat dalam membongkar relasi-relasi
seorang analis ekonomi politik akan
tersebut.
mampu
melihat
pergeseran
dari
Menurut Golding dan Murdock
demikian,
menurut
Moscó,
bentuk-bentuk
kontrol
tersebut
di
(1992: 18), sebagai sebuah pendekatan
seputar proses produksi, distribusi, dan
kritis, ekonomi politik selalu berada dalam
distribusi.
hubungan
saling
pengaruh-
Salah satu cara dalam melihat
mempengaruhi antara lembaga ekonomi
relasi
dan politik, juga kehidupan sosial dan
distribusi, dan konsumsi dalam media
kultural. Di sinilah, terjadi tarik-menarik
adalah
melalui
analisis
komodifikasi
kepentingan
dalam
praktik
media.
Komodifikasi
baik
dalam
distribusi
kekuasaan (display of power), kontrol,
kuasa
dalam
proses
produksi,
sendiri secara sederhana disebut Moscó
orientasi ekonomi media, dan ideologi 33
Jurnal Komunikasi, Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016
sebagai proses berubahnya nilai guna (use
dibuat Moscó, yaitu komodifikasi isi
values) ke nilai tukar (exchange values).
(content). Merujuk
Commodification refers to the process of turning use values into exchange values, of transforming products whose value is determined by their ability to meet individual and social needs into products whose value is set by their market price (Moscó, 2009: 132). Dari
definisi
Moscó
di
atas,
Moscó,
setiap
analis
ekonomi politik dalam mengkaji bentuk komodifikasi komunikasi, hampir selalu dimulai dengan komodifikasi content. Komodifikasi content menurut Moscó (2009:
133)
akan
selalu,
“…involves
transforming messages, ranging from bits of data to systems of meaningful thought,
into
marketable
products”.
didapatkan kata kunci dari komodifikasi,
Dengan kata lain, teks media dikonstruksi
yaitu individual needs yang berarti use
sedemikian rupa sehingga teks tersebut
values dan market price berarti exchange
mampu bertindak sebagai sebuah produk
values. Ketika sebuah produk tidak lagi
yang layak jual di pasaran, yang mampu
ditentukan oleh kegunaan dari sebuah
mendatangkan keuntungan dan surplus
produk
dengan
value bagi media yang menyiarkannya.
kebutuhan individu atau kebutuhan sosial,
Proses perubahan teks media menjadi
tapi lebih dikendalikan oleh pasar yang
exchange value ini akan selalu melibatkan
membentuk
proses yang kompleks dari relasi-relasi
yang
disesuaikan
pseudo-needs,
maka
komodifikasi telah terjadi. Moscó
membagi
sosial tiga
bentuk
komodifikasi dalam komunikasi (2009: 133-141).
Pertama,
ada
termasuk
pekerja,
konsumen (audiens), dan modal. Pada
akhirnya,
media
content
isi
(teks) memang seolah hanya menjadi
(content), dimana pesan (teks media)
produk semata. Namun, Moscó sendiri
diproduksi dengan menggunakan simbol-
memberi
simbol sebagai arena representasi hingga
berbeda dengan komoditas lain, dan
mewujud dalam bentuk produk yang
cenderung spesial karena ia merupakan
dapat dipasarkan. Kedua, komodifikasi
powerful
audiens,
dijadikan
mengandung simbol-simbol dan citra-
komoditas yang “dijual“ kepada para
citra yang maknanya mampu membentuk
pengiklan. Ketiga, komodifikasi pekerja,
kesadaran tertentu pada audiens yang
dimana keahlian dan jam kerja para
menerimanya
pekerja dijadikan komoditas dan dihargai
mampu menjadi arena potensial tempat
dengan gaji. Dalam tulisan ini, penulis
terjadinya komodifikasi.
dimana
komodifikasi
yang
audiens
akan menggunakan kategori pertama yang
34
catatan
bahwa
comodity.
Ini
sehingga
teks
media
karena
teks
ia
media
Nuril Ashivah Misbah, Indonesian Idol: A Fabricated Reality for Commodification
Seluruh proses komodifikasi yang
actors, unscripted dialogue, surveillance
dijelaskan Moscó dan kembali pada apa
footage,
yang disampaikan Golding dan Murdock
events unfold as they are happening in
sebelumnya, dapat ditarik sebuah premis
front of the camera”, maka Indonesian
bahwa proses komodifikasi terjadi karena
Idol di satu sisi tidak dapat sepenuhnya
menyesuaikan
kepentingan
dikatakan sebagai tanpa script dan benar-
industri media, yang berarti bahwa sesuai
benar memperlihatkan events unfold as
dengan kepentingan dari si pemilik media.
they are happening in front of the
Dengan kata lain, kebijakan yang diambil
camera. Ini karena pada dasarnya, konsep
pemilik akan sangat menentukan proses
audisi,
komodifikasi yang terjadi dalam media.
eliminasi, juri, dan vote SMS merupakan
Oleh karena itu, penting untuk melihat
sebuah konstruksi atas realitas. Yakni
bagaimana
membentuk
dengan
kepentingan
owner
RCTI
hand-held
kompetisi
cameras,
di
sebuah
setiap
realitas
sehingga
sesuai
Indonesian Idol dan hubungannya dengan
sebagai konsep acara dari Indonesian
Fremantle
Idol. Meski di sisi lain, Indonesian Idol
sebagai
perusahaan
produser program Idol.
bentuk
minggu,
sebagai lembaga media yang menyiarkan Media
dengan
seeing
“talent
show”
juga menghadirkan karakternya sebagai sebuah reality program misalnya tokoh-
The Manipulation of Reality yang
tokoh yang dihadirkan dalam program
Dalam Indonesian Idol, realitas
adalah bukan selebritis (orang biasa) yang
dihadirkan
memerankan
merupakan
sebuah
dirinya
sendiri
serta
kompetisi yang diawali dari audisi hingga
membawa identitasnya sendiri. Ia bukan
spektakuler show di mana masing-masing
tokoh
peserta dieliminasi satu-persatu sesuai
sengaja dibuat untuk memenuhi alur
dengan vote yang tiap peserta peroleh
cerita yang juga telah ditentukan. Peserta
berdasar SMS yang masuk. Di setiap
berasal
proses kompetisi, akan ada juri yang
diseleksi melalui proses audisi di beberapa
menjadi penilai dan kritikus terhadap
kota dan mereka belum pernah masuk ke
penampilan yang dibuat semua peserta.
dalam industri musik Indonesia. Selain
Komentar
itu,
juri
biasanya
berpengaruh
rekaan
dari
dalam
dengan
seluruh
identitas
Indonesia
praktiknya,
apa
yang
yang
yang
terhadap perolehan vote SMS, apakah
ditayangkan di televisi itulah yang sedang
menjadi lebih tinggi atau lebih rendah.
berlangsung. Hanya saja, seperti yang
Jika kita perhatikan penjelasan
telah disinggung di atas, konsep kompetisi
Hill (2005: 41) tentang reality program,
sendiri merupakan sebuah realitas yang
yang menyatakan, “there are a variety of
dikonstruksi
styles and techniques associated with
program pencarian bakat dan faktor
reality TV, such as non-profeessional
lainnya.
berdasarkan
standar
35
Jurnal Komunikasi, Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016
Analisis di atas sedikit banyak
realitas dalam Indonesian Idol
yang
sesuai dengan apa yang diungkapkan Ron
kemudian berpengaruh pada teks media
Simon (2005: 179-180). Secara sederhana,
yang disiarkan pada audiens mengalami
Simon membedakan reality program
perbedaan. Bentuk panggung pun berubah
sebagai lawan dari program hiburan yang
mengikuti gedung yang digunakan. Dari
mainstream di televisi yang biasanya
sini, dari faktor yang sangat sederhana,
selalu
berdasar
pada
bintang/selebritis.
Hal
script
dan
dapat
penting
dari
konstruksi realitas.
pemikiran Simon adalah kritiknya atas
berpengaruh
terhadap
proses
Ketika ekonomi media menjadi
reality program tentang betapa sulitnya
faktor
sebenarnya
biasa
dominan maka seluruh proses produksi,
(ordinary life) untuk kemudian sesuai
distribusi, dan konsumsi teks media akan
dengan “standar” televisi. Oleh karena itu,
selalu
untuk menyesuaikan dengan “standar” ini,
keuntungan
dapat dipastikan konstruksi atas realitas
pemasukan media. Oleh karena itu, yang
terjadi. Selain itu, bagaimana televisi
kemudian menjadi “standar” dari proses
merefleksikan
konstruksi realitas adalah “layak jual” atau
kondisi
kehidupan
dunia
nyata
(concrete
yang sangat
diarahkan
menentukan
pada
(surplus
value)
ditentukan oleh beragam faktor, misalnya
komodifikasi atas realitas berlangsung.
teknologi,
Realitas yang dihadirkan dalam program
produsen,
ekspektasi atau keinginan audiens, atau
Indonesian
Idol
ekonomi media. Faktor-faktor ini, tentu
disesuaikan
dengan
saja,
bukannya
berpengaruh
realitas
pada
dikonstruksi,
bagaimana
seperti
apa
sebagai
sinilah,
atau
market
kreatif
Di
akumulasi
world) ke dalam teks media juga selalu ide-ide
price.
dan
pada
upaya
akhirnya
pasar
menghadirkan memenuhi
proses
sehingga informasi kebutuhan
prosesnya, bagian apa yang ditonjolkan,
informasi masyarakat (use value), tapi
dan
bagaimana
bagian
mana
yang
tidak
direpresentasikan.
memproduksi
teks
media
(program) yang bisa dijual di pasaran dan
Hal paling sederhana, misalnya,
mampu
mendatangkan
keuntungan
faktor fasilitas gedung yang digunakan
(exchange value). Alih-alih meng-capture
untuk spektakuler show Indonesian Idol.
realitas yang sedang terjadi dengan apa
Untuk musim pertama hingga kelima,
adanya,
Indonesian
dihadirkan
Idol
menggunakan
Balai
pada
dasarnya,
pada
audiens
apa
yang
merupakan
Sarbini sebagai tempat spektakuler show,
sebuah realitas yang telah dimanipulasi
sementara
dengan disesuaikan pada kepentingan
untuk
musim
keenam
menggunakan Central Park, dan musim ketujuh, menggunakan Studio 8 RCTI. Dari penggunaan gedung saja, konstruksi 36
yang ingin dicapai.
Nuril Ashivah Misbah, Indonesian Idol: A Fabricated Reality for Commodification
Orientasi
ini
larutnya televisi ke dalam kehidupan dan
sangat jelas terlihat dari iklan Indonesian
larutnya kehidupan ke dalam televisi. Ini
Idol, yaitu memiliki iklan utama untuk
berakibat pada mana yang sebenarnya
mendukung terselenggaranya program.
realitas dan mana yang bukan sangat sulit
Pada
utama
untuk dibedakan, atau dalam bahasa
Indonesian Idol adalah Cross Mobile, dan
Baudrillard “a real without origin or
beberapa iklan utama-pendukung lain
reality”.
seperti Tolak Angin, Mie Sedap, Honda,
kemudian dilukiskan Baudrillard sebagai
Coolant Wardah, Bank Bukopin, Fiesta,
hyperreality, saat media berhenti menjadi
dan
yang
cerminan realitas, tetapi justru menjadi
dimaksud iklan utama adalah iklan yang
realitas itu sendiri, atau bahkan lebih
selalu disebutkan di sepanjang acara atau
nyata daripada realitas itu. Dengan kata
berupa
lain,
musim
MDS.
ekonomi
ketujuh,
Dalam
video
(profit)
iklan
tulisan
dari
ini,
peserta
yang
Kondisi
ketika
seperti
dunia
ini
dikuasai
yang
simulasi,
menggunakan produk iklan tertentu di
simulasi menjadi realitas itu sendiri dan
luar waktu siaran iklan komersial. Dengan
bahkan lebih nyata darinya. Maka yang
adanya
tertinggal akhirnya hanyalah konstruksi
iklan
utama,
menjadi
jelas
bagaimana logika pasar masuk ke dalam
atas
proses
Indonesian
produksi,
distribusi,
hingga
realitas,
yang
Idol,
dalam
konteks
konstruksi
tersebut
konsumsi program Indonesian Idol. Ini
disetir oleh standar “layak jual di pasaran
berarti bahwa dengan menjadi iklan
(market price)”.
utama, dia turut menentukan bagaimana realitas
dikonstruksi/dibentuk
hingga
kemudian dihadirkan pada audiens. Pada
Saat realitas dalam Indonesian
hanyalah
Idol dikonstruksi sedemikian rupa agar
manipulasi realitas yang telah disesuaikan
sesuai dengan standar market price dan
dengan berbagai faktor dan standar pada
menghasilkan marketable product, atau
proses produksinya. Merujuk Baudrillard
ketika logika ekonomi media seperti yang
(1994),
dirumuskan
apa
di
yang
apa
Rating yang
ditampilkan
akhirnya,
Fabricated Reality TV: It’s All about
televisi
dilihat
di
televisi
Alison
Alexander
maka
hanyalah simulasi belaka di mana realitas
mendominasi,
sendiri telah tergantikan oleh simulacra
standar tersebut telah terjadi proses
atau reproduksi objek atau peristiwa.
komodifikasi, di mana rating menjadi
Dengan kaburnya perbedaan antara tanda
ukuran/patokan
dan realitas, semakin sukar mengenali
tidaknya standar tersebut. Ini bisa dilihat
yang tulen dari barang tiruan. Baudrillard
bahwa selama episode Spektakuler Show,
(dalam Ritzer & Goodman, 2004: 642)
rating Indonesian Idol selalu tinggi, selalu
memberikan contoh tentang bagaimana
berada di peringkat antara 1-3. Market
telah
untuk
(2004)
mencapai
tercapai
atau
37
Jurnal Komunikasi, Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016
share yang dicapai pun tidak pernah di
Indonesia, masyarakat Indonesia sebagai
bawah 20%, dengan angka paling rendah
target audiens digiring untuk memiliki
21.3% dan tertinggi 26.2%.1
keinginan akan lahirnya seorang Idola
Dalam rangka melihat bagaimana proses
komodifikasi
merujuk
pada
terjadi,
Moscó
kembali
(2009),
perlu
yang benar-benar berbakat yang mampu mengalahkan beribu-ribu orang lainnya dengan talent di bidang yang sama. Proses
kiranya dilihat bagaimana relasi-relasi
mencari
dalam proses produksi, distribusi, dan
difasilitasi dengan keberadaan juri sebagai
konsumsi.
pihak
Dalam
proses
produksi,
Idola yang
baru
ini
menilai,
kemudian memberikan
misalnya, akan melihat pilihan simbol-
komentar, dan juga memutuskan siapa
simbol yang digunakan dalam program
yang berhak lolos selama proses audisi.
Indonesian
mampu
Logika lomba seperti ini pada dasarnya
mewujud ke dalam sebuah program yang
memang merupakan sebuah logika yang
marketable
dekat
Idol (layak
dipasarkan). bagaimana
sehingga jual
Untuk
dan
mampu
jalinan-jalinan
di
layak
dengan
masyarakat,
misalnya,
melihat
lomba-lomba 17 Agustus yang menjadi
seluruh
acara wajib di berbagai daerah dan kota di
proses, baik produksi, distribusi, dan
Indonesia
konsumsi, analisis akan melihat logika-
kemerdekaan.
logika
selalu seru, menegangkan, dan sekaligus
atau
alur
direpresentasikan
atau
apa
dalam
yang
program
untuk Setiap
menyenangkan
menyambut lomba
biasanya
sehingga,
dengan
Indonesian Idol.2 Ini karena melalui
menggunakan logika lomba ini, audiens
logika-logika, alur, dan representasi akan
lebih mudah mencerna arah program dan
diketahui bagaimana realitas dikonstruksi
membayangkan keseruan dalam mencari
sehingga menjadi sebuah market product
Idola baru Indonesia.
dan sesuai dengan market price.
Selanjutnya, yang perlu dicatat dari logika lomba ini adalah bagaimana
Logika Lomba: Ada Peserta, Talent,
lomba yang dinamakan Indonesian Idol
Juri, dan Pemenang
ini
Dengan dengan 1
bakat
dalih
mencari
menyanyi
orang
terbaik
di
Data rating diperoleh dari seorang teman yang bekerja di Dentsu Advertising Agency. Data rating adalah data resmi, namun untuk kepentingan karirnya, nama teman tidak dapat disebutkan dalam tulisan ini. 2 Seluruh data mengenai Indonesian Idol selain berdasarkan pada pengamatan penulis di setiap episode Indonesian Idol musim ketujuh ini, juga beberapa data diambil dari situs resmi Indonesian Idol, http://www.indonesianidol.com/
38
dikemas.
Pertama,
yang
berhak
menjadi peserta untuk program ini adalah semua masyarakat Indonesia dari daerah manapun. Semua yang berumur 16 – 27 tahun dan merasa memiliki bakat dalam bidang menyanyi boleh mendaftar sebagai peserta. semua
Dengan lapisan
“seolah” masyarakat
melibatkan Indonesia,
program ini menjadi sebuah cara untuk meng-catch attention dari masyarakat
Nuril Ashivah Misbah, Indonesian Idol: A Fabricated Reality for Commodification
tentang
egaliternya
program
ini.
Ini
kapasitas lebih, yang
lebih
mengerti
karena pada dasarnya tidak semua orang
musik, persoalan vokalitas, atau stage
bisa
mengikuti
ini
karena
performance selain mereka. Misalnya,
Audisi
hanya
saja guru-guru vokal yang selama ini
diselenggarakan di sembilan kota besar di
justru menjadi guru dari para penyanyi
Indonesia, yaitu Surabaya, Yogyakarta,
besar
Bandung, Manado, Ambon, Palembang,
bukanlah orang yang dikenal masyarakat.
Medan, Padang, dan Jakarta. Meski akan
Mereka adalah orang-orang di balik layar
ada banyak dalih tentang penyelenggaraan
yang tidak pernah disorot media sehingga
audisi hanya di kota-kota ini saja, tapi, di
ketika
sisi lain, hal ini juga sekaligus tidak
Indonesian
memberi kesempatan pada mereka yang
bertanya-tanya siapa mereka. Masyarakat
tidak tinggal di sekitar kota-kota besar
tidak familiar dengan orang-orang di balik
tersebut. Kedua, pilihan juri Indonesian
layar sehingga ini akan mempersulit
Idol. Pada dasarnya, juri merupakan
catching the audiences’ attention yang
individu-individu
sangat
nantinya itu bisa mengancam jumlah
dikenal masyarakat sebagai musisi dan
penonton Indonesian Idol dan berarti pula
penyanyi. Agnes misalnya, telah dikenal
hal itu bisa mengancam rating.
permasalahan
program akses.
yang
telah
Indonesia.
mereka
Namun,
dipilih
Idol,
mereka
sebagai
masyarakat
juri akan
semenjak dia masih artis cilik hingga kini
Ketiga, dalam mencari pemenang
yang membuktikan talentanya di bidang
keseruan dibentuk dengan proses audisi
musik melalui berbagai prestasi dan
dan eliminasi yang panjang. Proses audisi
penghargaan,
dengan
dan eliminasi ini merepresentasi betapa
proyek go international-nya, begitu juga
sulit dan berlikunya jalan yang harus
Dhani dan Anang yang telah berpuluh
ditempuh oleh peserta untuk menjadi
tahun melanglangbuana di industri musik
pemenang (Idola Indonesia). Ada empat
Indonesia dan terbukti telah melahirkan
tahap yang harus dilalui seorang peserta
penyanyi-penyanyi
Indonesia
untuk menjadi pemenang. Tahap pertama
seperti KD dan Dewa 19. Juri-juri ini
adalah audisi yang diselenggarakan di
dipilih dengan beragam alasan. Salah
beberapa kota besar Indonesia. Di tahap
satunya adalah mereka merupakan orang-
audisi
orang yang mengerti musik. Mereka
mendapatkan golden ticket untuk bisa
adalah orang-orang dengan talenta musik
melanjutkan ke tahap dua. Tahap dua
yang telah terbukti mapan di industri.
adalah tahap eliminasi, yaitu mereka yang
Singkatnya, mereka adalah orang yang
mendapatkan
memiliki kapasitas untuk menjadi juri.
kembali hingga mengerucut pada 15 orang
Tanpa
tersebut,
saja. Lima belas orang yang lolos tahap
sebenarnya, ada banyak orang dengan
eliminasi masuk ke tahap Top 15 Show
ditambah
menafikan
lagi
besar
jawaban
ini,
seorang
golden
peserta
ticket
harus
disaring
39
Jurnal Komunikasi, Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016
untuk kemudian disaring kembali menjadi
Performance, Tata Panggung dan
12 besar. Para peserta yang masuk ke
Kesan
dalam 12 besar berarti masuk ke tahap
Selain logika perlombaan yang
selanjutnya, yaitu Spektakuler Show. Di
dikemas
tahap Spektakuler Show, peserta akan
dijelaskan di atas, kemudian perlombaan
dieliminasi
tiap
itu sendiri dikemas pun adalah proses
minggunya, hingga di minggu ke 13 (The
yang penting. Perlombaan yang akan
Result
dibahas
satu-persatu
Show)
di
terpilihlah
seorang
pemenang (Idola baru Indonesia). Tahapan-tahapan
sedemikian
di
sini
rupa
adalah
seperti
pada
tahap
Spektacular Show karena di tahap inilah tersebut
program Indonesian Idol ditayangkan
merepresentasi perjuangan dari tiap-tiap
secara langsung (live) dan menjadi tahap
peserta
melewatinya.
yang paling utama dari seluruh proses
Tentunya, di setiap perlombaan, selalu
audisi. Spektacular Show pada dasarnya
menarik
yang
merupakan tahapan di mana perlombaan
nantinya akan keluar sebagai pemenang.
berlangsung. Ada banyak cara untuk
Hal
di
menyajikan sebuah perlombaan menjadi
masuk
menarik untuk ditonton dan terus diikuti,
Spektacular Show, misalnya, tiap-tiap
dan dalam case Indonesian Idol, tata
peserta akan dibuatkan sebuah video yang
panggung,
berisi
mereka,
pengambilan gambar, musik pengiring,
tantangan yang mereka hadapi di minggu
LED screen, busana dan make up peserta,
ini, apa kesulitan yang dihadapi, dan
dan para penonton yang berada di studio
sebagainya yang akan ditayangkan pada
adalah proses konstruksi terhadap realitas
para penonton tepat sebelum mereka
lomba agar menarik dan mampu meraup
mulai
banyak penonton.
untuk
bisa
untuk
ini
melihat
juga
Indonesian
yang
Idol.
bagaimana
menyanyi.
menggalang
siapa
ditawarkan Setelah
perasaan
Tujuannya
dukungan
dari
untuk para
lighting,
Penampilan
sound
peserta
system,
kemudian
penonton, baik yang menonton langsung
tidak hanya disokong oleh musik semata
atau pun yang menonton melalui televisi
yang menjadi supporting system utama
di
rumah,
berupa
vote
SMS/telpon.
dalam perlombaan menyanyi, tetapi juga
yang
kemudian
disokong oleh banyak faktor yang turut
membedakan Indonesian Idol dengan
menentukan kesan penampilan seorang
logika lomba konvensional di mana juri
peserta. Kesan ini kemudian menjadi
memegang keputusan mutlak. Dukungan
penting karena akan menentukan vote
melalui
yang
SMS/telpon terhadap seorang peserta.
yang
Misalnya saja, lighting yang digunakan
tereliminasi di tiap minggunya dan pada
yang menambah kesan mewah, anggun,
akhirnya siapa yang menjadi pemenang.
atau ceria atau cara pengambilan gambar
Dukungan
nantinya
40
ini
vote
SMS/telpon
menentukan
ini
siapa
Nuril Ashivah Misbah, Indonesian Idol: A Fabricated Reality for Commodification
(angle) selama tayangan berlangsung dan
kita membawa pada persoalan ekonomi
apa yang ditayangkan akan menentukan
politik
apa yang ditonton oleh penonton di
pemasukan/keuntungan lain yang tidak
rumah dan ini juga turut menimbulkan
hanya diperoleh media dari pemasukan
kesan-kesan tertentu bagi penonton.
iklan semata. Namun, juga dari tarif SMS
media,
maka
ada
dan telpon yang dikenakan pada setiap Keterlibatan
Audiens:
Vote
atau
Idola Tereliminasi
tersebut
Seperti telah disinggung sepintas pada
bagian
SMS/telpon yang masuk dimana tarif
sebelumnya,
seluruhnya
ditanggung
oleh
audiens (pengirim SMS dan penelpon)
dalam
namun kemudian masuk sebagai salah
Indonesian Idol, ada logika dukungan
satu pemasukan dari program Indonesian
yang dipakai. Dukungan berupa vote
Idol.
melalui SMS atau telpon untuk tiap
Dukungan audiens ini yang disebut
peserta tertentu. Untuk vote melalui SMS
Moscó
bisa dikirimkan dengan mengetik nama
komodifikasi, yaitu proses perubahan teks
peserta yang didukung dan dikirimkan ke
media menjadi exchange value dan upaya
6288
perpanjangan
dengan
tarif
2000/pes
SMS.
bahwa
dalam
setiap
surplus
proses
value
selalu
Sementara dukungan telpon, para peserta
bergantung pada banyak faktor, termasuk
bisa menelpon operator dengan nomer
salah satunya adalah konsumen (audiens).
yang
perlombaan.
Mosco menuliskan, “The extent of surplus
Nomor yang dituju disesuaikan dengan
value realization depends on numerous
nomor urut tampil peserta. Dukungan dari
factors, in labor, consumers, and capital
para audiens baru bisa digunakan di
market”
Spektakuler Show. Sebelum Spektakuler
akhirnya, apakah proses komodifikasi
Show, semua keputusan berada di tangan
telah
juri.
ditentukan oleh konsumen (audiens).
ditentukan
selama
(Moscó,
berhasil
2009: dan
134).
Pada
tercapai
akan
Adanya logika dukungan ini seolah menempatkan audiens sebagai pihak yang
Promosi Iklan yang Subtle
memilih dan menentukan siapa the next
Iklan,
sebagai
salah
satu
Indonesian Idol. Dengan menciptakan
pemasukan utama media, merupakan hal
keterlibatan
audiens
program
yang sentral dalam kritik ekonomi politik
Indonesian
Idol,
sekaligus
media.
selama
hal
ini
Ini
karena distribusi,
seluruh dan
proses
mengikat audiens untuk terus menonton
produksi,
Indonesian Idol, yang pada akhirnya akan
seluruhnya pada akhirnya hanya mengacu
menentukan rating Indonesian Idol dan
pada bagaimana iklan selalu datang.
juga pemasukan yang diterima pihak
Komodifikasi
media penyiar. Dari dukungan ini, ketika
bagaimana realitas yang dimunculkan
terhadap
konsumsi
realitas,
41
Jurnal Komunikasi, Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016
dalam
program
Indonesian
Idol
dipromosikan oleh para peserta biasanya
merupakan sebuah konstruksi sedemikian
juga iklan-iklan utama dari Indonesian
rupa agar menjadi sebuah marketable
Idol.
product pun ujung-ujungnya hanyalah
Tidak hanya video promosi produk
untuk terus mengikat iklan yang ada dan
seperti disebut di atas, iklan utama juga
terus menarik iklan-iklan lainnya agar
sangat menentukan dan mengatur apa
terus berdatangan. Oleh karena itulah,
saja yang perlu diucapkan host acara
posisi
dalam
selama siaran berlangsung. Di setiap
menentukan arah produksi program, atau
pembukaan acara, apakah itu di awal atau
distribusi
Dalam
di setiap selesai jeda iklan komersial, atau
sangat
di akhir segmen menuju iklan komersial
program
atau pada penutupan acara, host akan
iklan
begitu
hingga
Indonesian diproduksi audiens.
konsumsi.
Idol,
menentukan
sentral
iklan
pun
bagaimana hingga
dikonsumsi
Sentralnya
menyebutkan
iklan
utama
di
dalamnya. Misalnya, “kembali lagi di
direpresentasi ke dalam promosi produk
Indonesian Idol yang dipersembahkan
dengan cara yang cukup halus, yaitu
oleh
dengan melibatkan para peserta (yang
Indonesian Idol, dipersembahkan oleh
selama
Cross Mobile, it’s your pride..”.
berlangsung pendukung
iklan
selalu
ini
program
posisi
oleh
Indonesian
memiliki
Idol
Cross
Mobile..”
atau
“tetap
di
penggemar/
Relasi-relasi kuasa seperti yang
tetap dan bahkan setia).
dijelaskan di atas, tentang bagaimana
Biasanya siaran tentang iklan ini akan
pemilihan
juri,
realitas
mana
yang
dimunculkan di segmen terakhir sebelum
dikedepankan, dan seperti apa realitas
iklan komersial dimulai.
dibentuk, bagaimana iklan diposisikan
Iklan biasanya akan menggunakan
dalam program merupakan relasi-relasi
setting keseharian para peserta. Misalnya,
yang disebut Moscó menentukan proses
di ruang tamu asrama peserta, dua atau
komodifikasi atas content (teks) media
tiga
dengan
hingga akhirnya program Indonesian Idol
handphone masing-masing. Lalu, satu di
menjadi teks media yang layak jual dan
antara
mampu
peserta
sedang
mereka
sedikitnya
sibuk
mengeluhkan
fasilitas
menarik
banyak
penonton
dimiliki
sehingga mendapatkan rating tinggi dan
handphone-nya sehingga dia tidak bisa
kemudian mendapatkan pemasukan besar
bermain-main.
melalui iklan yang itu berarti adalah
Dua
yang
betapa
peserta
lainnya
kemudian akan menganjurkannya untuk
keuntungan
mengganti handphone miliknya dengan
media yang menyiarkan, yaitu RCTI.
handphone merk Cross. Promosi-promosi
Realitas yang dihadirkan di televisi pun
seperti ini yang biasanya ditayangkan
pada akhirnya adalah hasil konstruksi
kepada
dengan maksud komodifikasi atasnya,
42
para
audiens.
Produk
yang
(surplus
value)
terhadap
Nuril Ashivah Misbah, Indonesian Idol: A Fabricated Reality for Commodification
inilah yang disebut Hill (2007: 140)
bantuan
produksi
untuk
program-
sebagai fabricated reality.
program yang dimilikinya. Di Indonesia, Fremantle Media memiliki partner lokal
Rating Tinggi Indonesian Idol =
PT. Dunia Visitama Produksi. Lembaga ini
(BUKAN) Keuntungan RCTI
yang
Seperti
dapat
involve
dalam
pengerjaan produksi Indonesian Idol.
persoalan ekonomi politik media dan
Selain Indonesian Idol, program-program
bagaimana relasi kuasa di dalamnya tidak
lain dari Fremantle Media yang tayang di
pernah bisa dilepaskan dari persoalan
Indonesia adalah Master Chef, Take Me
kepemilikan (ownership) media tersebut.
Out,
Dalam kasus Indonesian Idol, secara
Sementara itu, mengenai kepemilikan
eksplisit, dapat dikatakan bahwa pundi-
Fremantle Media dan dari mana asal
pundi keuntungan yang diperoleh dari
perusahaan ini, Fremantle Media adalah
komodifikasi realitas akan masuk pada
anak perusahaan dari RTL Group, yaitu
pemilik
perusahaan
sebagai
di
juga
atas,
RCTI
dilihat
kemudian
media
yang
dan
Indonesia’s
jaringan
Got
Talent.3
entertainment
menyiarkan. Namun, dalam perspektif
terbesar di Eropa. RTL Group membawahi
yang lebih luas, keuntungan tidak berhenti
46 stasiun televisi dan 29 stasiun radio di
hanya pada (pemilik) RCTI. Ini karena
sembilan
Indonesian
program di hampir seluruh dunia. RTL
Idol
sendiri
merupakan
negara
Group
kerjasama dengan Fremantle Media, yaitu
memiliki banyak cabang di negara-negara
perusahaan produser program televisi. Ini
lain khususnya Eropa. Saham RTL Group
berarti bahwa keuntungan dari program
sebesar 92.3% dimiliki oleh Bertelsmann
Indonesian Idol melalui komodifikasinya
AG, sementara saham sisanya sebesar
atas realitas juga mengalir pada Fremantle
7.7% diperdagangkan secara publik di
Media.
Brussels Media
televisi (content business production) terbesar di dunia. Produksinya mencakup serial drama, entertainment & reality show, game show, dan komedi yang terdistribusi di 43 negara seperti Inggris, Amerika Serikat, Australia, Indonesia, Belanda,
dan
banyak
lagi.
Fremantle Media bekerja dengan cara menjual
konsep
program
dan
Inggris,
namun
Luxembourg.4
sendiri
merupakan perusahaan produser program
Jerman,
di
produksi
program yang diproduksi berdasarkan
Fremantle
terpusat
sekaligus
sekaligus
3
Data tentang Fremantle Media dirangkum dari situs resmi Fremantle Media, http://www.fremantlemedia.com/Production.aspx, http://www.fremantlemedia.com/Production/Who _We_Work_With.aspx, http://www.fremantlemedia.com/Production/Our_ Brands.aspx, http://www.fremantlemedia.com/Production/Our_ Brands/Idols.aspx, 4 Data kepemilikan saham diambil dari situs resmi RTL Group yang dapat diakses di http://www.rtlgroup.com/www/htm/profile.aspx dan di situs resmi Fremantle Media http://www.fremantlemedia.com/About_Us/Struc ture.aspx
43
Jurnal Komunikasi, Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016
Sederhananya,
kepemilikan
Fremantle
Media jika digambarkan akan seperti ini:
terus
memproduksi
program-program
yang lahir dari rahim Fremantle Media. Contoh paling sederhana adalah Indonesian Idol. Acara ini terus diadakan tiap tahunnya karena rating yang tinggi. Keberlanjutan program tentu saja berarti keberlanjutan kerjasama antara RCTI dan Fremantle Media, dan itu juga berarti keberlanjutan kontrak antara keduanya (ini
berarti
Fremantle
pemasukan
Media).
terhadap
Contoh
lainnya,
semakin banyak program-program yang Dengan logika kepemilikan seperti di atas, maka keuntungan terbesar akan masuk
ke
kantong
Bertelsmann
AG
sebagai pemilik saham terbesar di RTL Group yang menjadi induk perusahaan dari Fremantle Media, dan bukannya RCTI.
Urutannya,
Fremantle
Media
memiliki ide program yang dijual ke banyak negara, yaitu program “Idol” (di Indonesia menjadi Indonesian Idol, di Amerika
menjadi
American
Idol).
Penjualan ini juga sekaligus membantu produksi program melalui partner lokal yang dimiliki Fremantle Media. Ketika rating Indonesian Idol tinggi, pemasukan terhadap
media
penyiar
pun
besar.
diproduksi berdasar program Fremantle Media seperti Master Chef dan Take Me Out. Semakin tinggi jumlah programprogram asal Fremantle Media yang diproduksi, maka akan semakin besar pula keuntungan di pihak Fremantle Media (Bertelsmann AG). Merunut logika ini, maka dapat dikatakan bahwa konstruksi realitas
dalam
bertujuan
Indonesian
untuk
akhirnya
hasil
Idol
komodifikasi, terbesar
dari
yang pada proses
komodifikasi tersebut jatuhnya justru bukan pada RCTI sebagai media siarnya, tapi pada Fremantle Media (RTL Group) dan
ujung-ujungnya
bermuara
pada
Bertelsmann AG.
Namun sebenarnya, selain ada yang dishare oleh RCTI pada Fremantle Media
Kesimpulan
sebagai pihak yang memiliki ide otentik program berupa pembelian ide program, rating yang dicapai program Idol di Indonesia (Indonesian Idol) adalah materi yang kemudian “dijual” oleh Fremantle Media pada negara-negara lain untuk
Tulisan
mengkaji
program
realiti Indonesia Idol dengan perspektif ekonomi
politik.
menunjukkan
bahwa
merupakan
bagian
Hasil Indonesia dari
kajian Idol proses
komodifikasi content yang diorientasikan untuk
44
ini
memaksimalkan
keuntungan
Nuril Ashivah Misbah, Indonesian Idol: A Fabricated Reality for Commodification
televisi, dalam hal ini RCTI. Komodifikasi
menguntungkan industri televisi, dalam
content itu dilakukan melalui beragam
hal ini RCTI dan lebih-lebih Fremantle
cara,
Media
diantaranya
setting
panggung,
pilihan juri, ataupun format lomba dalam Indonesian komodifikasi
Idol. itu
yang
merupakan
penggagas
program siaran tersebut.
Keseluruhan pada
akhirnya
Daftar Pustaka:
Alexander, Alison (ed.). 2004. Media Economics: Theory and Practice. Third Edition. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Simon,
Baudrillard, Jane. 1994. Simulacra and Simulation. Ann Arbor: University of Michigan Press. Golding, Peter dan Graham Murdock. 1992. ‘Culture, Communications, and political Economy.’ Dalam Curran, James and Michael Gurevitch (ed). Mass Media and Society. London: Edward Arnold. Hill,
Annette. 2005. Reality TV: Audiences and Factual Popular Television. New York: Routledge.
___________. 2007. Restyling Factual TV: Audiences and News, Documentary and Reality Genres. New York: Routledge. Mosco,
Vincent. 2009. The Political Economy of Communication. Second Edition. London: Sage Publications.
Ritzer, Geroge & Douglas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern (terj.). Edisi Keenam. Jakarta: Prenada Media.
Ron. 2005. “The Changing Definition of Reality Television”. dalam Gary R. Edgerton & Brian G. Rose (ed.). Thinking Outside The Box: A Contemporary Television Genre Reader. Kentucky: University Press of Kentucky.
Situs: http://www.indonesianidol.com/ , diakses pada tanggal 7 Juni – 7 Juli 2012. http://www.fremantlemedia.com/Product ion.aspx, diakses pada tanggal 10 Juli 2012. http://www.fremantlemedia.com/Product ion/Who_We_Work_With.as px, diakses pada tanggal 10 Juli 2012. http://www.fremantlemedia.com/Product ion/Our_Brands.aspx, diakses pada tanggal 10 Juli 2012. http://www.fremantlemedia.com/Product ion/Our_Brands/Idols.aspx, diakses pada tanggal 10 Juli 2012. http://www.rtlgroup.com/www/htm/prof ile.aspx, diakses pada tanggal 10 Juli 2012. http://www.fremantlemedia.com/About_ Us/Structure.aspx,
diakses
pada tanggal 10 Juli 2012. 45
Jurnal Komunikasi, Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016
46