RAKERNAS APEKSI 2015
5/6/2015
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
PENINGKATAN KONEKTIVITAS LAUT DAN INDUSTRI MARITIM
Disampikan pada : Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Apeksi Tahun 2015 Ambon, 6 Mei 2015
INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA
www.apeksi.or.id
1
RAKERNAS APEKSI 2015
5/6/2015
KONDISI GEOSTRATEGIS INDONESIA
Pontianak
ADALAH NEGARA YANG SANGAT BERGANTUNG PADA LAUT DALAM DISTRIBUSI LOGISTIK
INDONESIA
Indonesia dilewati oleh satu Sea Lane of Communication (SLoC), yaitu Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran kontainer global. Memiliki kekayaan alam yang melimpah. Untuk mendukung sarana transportasi laut diperlukan armada pelayaran serta infrastruktur pelabuhan yang memadai dan efisien melalui pembangunan “Tol Laut”.
INDIKATOR KESEJANGAN PEREKONOMIAN SECARA NASIONAL SUMATERA % PDRB = 23,77%
SULAWESI % PDRB = 4,74% KALIMANTAN % PDRB = 9,30%
MALUKU, MALUT % PDRB = 0,27%
PAPUA & PAPUA BARAT % PDRB = 1,80%
JAWA, BALI % PDRB = 58,87% NUSA TENGGARA % PDRB = 1,26% Sumber : BPS, diolah (2013) *) Data BPS Tahun 2014 belum tersedia
KAWASAN TIMUR INDONESIA
Adanya ketimpangan tingkat pertumbuhan perekonomian antara kawasan barat dan timur Indonesia sehingga diperlukan upaya pemerataan melalui upaya pembangunan pada sektorsektor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat perekonomian
www.apeksi.or.id
2
RAKERNAS APEKSI 2015
5/6/2015
INDIKATOR KESENJANGAN LOGISTIK MUATAN ANTARA BARAT DAN TIMUR INDONESIA
BELAWAN BITUNG BATAM SORONG JAYAPURA AMBON POMAKO MAKASSAR
JAKARTA SURABAYA
MERAUKE
Kondisi saat ini muatan terkonsentrasi di Kawasan Barat Indonesia, maka untuk menyeimbangkan muatan ke Kawasan Timur Indonesia diperlukan upaya optimalisasi kerjasama antar sektor seperti perindustrian, pertanian, pertambangan, dsb guna menyeimbangkan mata rantai jaringan logistik barat dan timur Indonesia, selain itu didukung dengan peningkatan infrastruktur pelabuhan di Kawasan Timur Indonesia antara lain pengadaan peralatan bongkar muat sehingga dapat meningkatkan kinerja pelayanan pelabuhan lebih efisien
PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL
► Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 17.000 pulau. Wilayah perairannya mencapai 80% dari keseluruhan wilayah;
► Oleh karena itu, sebagai nega ra maritim da n ke pulaua n te rbesa r di dunia, tidak bisa dibantah bahwa Indonesia harus me mbangun transportasi laut & udara yang handal, didukung dengan jaringan tranportasi perkeretaapian dan jalan.
www.apeksi.or.id
3
RAKERNAS APEKSI 2015
5/6/2015
PERMASALAHAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI LAUT
Kurang optimalnya kinerja dari sektor transportasi laut
Waktu Dw elling/Dw elling Time (hari) 6
Tanjung Priok Thailand
8
• Ketidakseimbangan muatan angkutan laut sehingga sistem logistik menjadi tidak efisien dan berdampak pada tingginya biaya ekonomi.
5
Malay sia (Port Klang)
4
UK, Los Angeles (USA)
4
Australia, NZ
• Tingginya waktu barang di Pelabuhan (selama 6 hari) di pelabuhan Tanjung Priok. Waktu ini lebih lama dibandingkan dengan pelabuhan di Singapura, Malaysia dan Thailand.
3
France
3
Hong Kong
2
Singapore
• Keterbatasan kapasitas angkut moda transportasi laut nasional, masih adanya pungutan tidak resmi.
1.1
0
2
4
6
8
10
PERANAN TRANSPORTASI UNTUK MENDUKUNG KEBERHASILAN PERKONOMIAN NAMUN TIDAK DIDUKUNG DENGAN DAYA SAING INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI MENYEBABKAN BIAYA LOGISTIK YANG TINGGI (EKONOMI BIAYA TINGGI)
DAYA SAING INFRASTRUKTUR INDONESIA Perkembangan Indeks Kinerja Logistik Indonesia (LPI) Indeks Daya Saing Global Indonesia (GCI) Tahun
Ranking
2009 – 2010
54
2010 – 2011
44
2011 – 2012
46
2012 - 2013
50
2013 - 2014
38
2014 - 2015
34
Indeks Daya Saing Infrastruktur Indonesia (GCI) Tahun
Ranking
2010 – 2011
90
2011 – 2012
82
2012 - 2013
92
2013 - 2014
82
2014 – 2015
72
Sumber: The Global Competitiv eness Report (World Economic Forum)
www.apeksi.or.id
Indonesia
Malaysia
Thailand
Vietnam
Phillipines
Infrastruktur
72
20
76
112
95
Jalan
72
19
50
104
87
Kereta Api
41
12
74
52
80
Pelabuhan
77
19
54
88
101
Transportasi Udara
64
19
37
87
108
Listrik
84
39
58
88
87
Telepon Bergerak
54
30
34
42
86
Telepon Tetap
71
73
91
86
113
4
RAKERNAS APEKSI 2015
5/6/2015
KEBIJAKAN NASIONAL TRANSPORTASI LAUT NASIONAL PADA ERA PEMERINTAHAN PRESIDEN JOKO WIDODO – JUSUF KALLA PERIODE 2014-2019 NAWA CITA 1.
Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap Bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh Warga Negara; Membuat Pemerintah tidak absen dengan membagun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya; Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan; Menolak Negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya; Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing pasar internasional; Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor–sektor strategis ekonomi domestik; Melakukan revolusi karakter Bangsa; Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
KEBIJAKAN DAN SRATEGI SEKTOR TRANSPORTASI (LAUT) Pembangunan transportasi multimoda dan mendukung Sislognas, kawasan industri. Mempercepat pembangunan Sistem Transportasi Multimoda Melakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan. Membangun sistem dan jaringan transportasi laut yang terintegrasi untuk mendukung investasi pada Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Kompleks Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah nonkoridor ekonomi Meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam penyelengaraan transportasi laut Mengembangkan sarana dan prasarana transportasi laut yang ramah lingkungan
PEMBANGUNAN TRANSPORTASI LAUT MELALUI PENGEMBANGAN POROS MARITIM NASIONAL 2
1
PEMBANGUNAN TOL LAUT
PENGUATAN ARMADA NASIONAL DAN INDUSTRI PENDUKUNGNYA Pembangunan kapal perintis, kapal negara, dan kapal kenavigasian
www.apeksi.or.id
5
RAKERNAS APEKSI 2015
5/6/2015
1. PEMBANGUNAN TOL LAUT PENGEMBANGAN 24 PELABUHAN UNTUK MEWUJUDKAN TOL LAUT
No. Rencana Pelabuhan Utama Rencana Pelabuhan Feeder
1 2 3 4 5
Pelabuhan Utama Pelabuhan Belaw an / Kuala Tanjung Pelabuhan Tg. Priok/ Kalibaru Pelabuhan Tg. Perak Pelabuhan Makassar Pelabuhan Bitung
No.
FEEDER
No.
FEEDER/ PENGUMPUL
1 Pelabuhan Malahayati
11 Pelabuhan Balikpapan / Kariangau
2 3 4 5 6 7 8 9 10
12 13 14 15 16 17 18 19
Pelabuhan Batam Pelabuhan Jambi (Talang Duku) Pelabuhan Palembang Pelabuhan Panjang Pelabuhan Teluk Bayur Pelabuhan Tg. Emas / Semarang Pelabuhan Pontianak Pelabuhan Banjarmasin Pelabuhan Sampit
Pelabuhan Samarinda / Palaran Pelabuhan Tenau / Kupang Pelabuhan Pantoloan Pelabuhan Ternate Pelabuhan Kendari Pelabuhan Sorong Pelabuhan Ambon Pelabuhan Jayapura
11
KOMPONEN PEMBANGUNAN TOL LAUT KOMPONEN
www.apeksi.or.id
KEMENHUB
KEMENHUB & OPERATOR PELABUHAN
Prasarana dan sarana multimoda
• Jalan akses kereta api ke pelabuhan
• Pembangunan prasarana rel KA • Pengadaan rolling stock • Pengoperasian KA
Prasarana Pelabuhan
• Pendalaman Alur • Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
• Perawatan alur • Pendalaman dan perawatan kolam pelabuhan • Rekonfiguasi dan perpanjangan dermaga • Pengadaan peralatan bongkar muat • Perluasan container yard
Sistem Manajemen
• Revitalisasi Inaportnet • Peningkatan produktifitas dan efisiensi • Peningkatan layanan VTS pelabuhan (Vessel Traffic Systems) • Integrasi sistem antar pelabuhan
Pengembangan SDM
• Penataan dan pening katan kualitas SDM
Sarana Angkutan Laut
• Penetapan jaringan trayek • Pemberian insentif dan liner petikemas prioritas pelayanan kepada operator pelayaran di Pelabuhan Utama
• Penataan dan peningkatan kualitas SDM
PELAKU LAINNYA • Kementerian PU & Pemda untuk pembangunan akses jalan
• Penataan dan pening katan kualitas SDM Industri Pelayaran • Peningkatan jenis/kelas kapal • Penyediaan operator untuk jaringan Tol Laut
6
RAKERNAS APEKSI 2015
5/6/2015
FASILITAS PELABUHAN KOMERSIL DI INDONESIA KEDALAMAN DRAFT DAN UKURAN KAPAL MAKSIMUM PELABUHAN KOMERSIAL
Sumber: McKinse y, 2013
• Kedalaman draft untuk pelabuhan komersial di Indonesia masih berkisar antara 6-10 meter dengan ukuran kapal peti kemas yang dapat dilayani maksimum antara 700-1600 TEUS (kecuali Sorong dengan draft hingga 11 meter dengan ukuran kapal maksimum mencapai 2600 TEUs) • Baru sebagian kecil pelabuhan yang menyediakan peralatan bongkar muat modern (container crane, luffing crane, JIB Crane, dlsb) • Sampai dengan saat ini baru 5 pelabuhan utama yang menerapkan Indonesia National Single Window/ INSW (Belawan, Merak, Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak), sehingga waktu pre-clearance masih tinggi
JARINGAN TRAYEK KAPAL CONTAINER DI INDONESIA
Keteranga n : (dalam ribu TEU's) : <10 : 10 -25 : 25 -50 : 50 -100 : 10 0-200 : 20 0-400 : 40 0-700 : 70 0-1000
Sumber : Digambarkan konsultan dari data Sub Direktorat Angkutan Laut Dalam Negeri, 2013
: >1000
Sumber : Kajian Evaluasi dan Optimalisasi Trayek Angkutan Laut Peti Kemas Dalam Negeri
www.apeksi.or.id
7
RAKERNAS APEKSI 2015
5/6/2015
JARINGAN ANGKUTAN PETIKEMAS NASIONAL KE LUAR NEGERI Eropa
Asia Timur
Amerika
Jepang
Singapura Pekanbaru Batam Bitung Samarinda
Pan jang
Manokwari
Merak
KONDISI JUMLAH ARMADA NASIONAL Unit Kapal
Akan dilengkapi dengan Teknologi Informatika dan Komunikasi untuk kemudahan pengawasan dan pengendalian
16000
14.156 14.064
8,115 Unit (132,80 %)
14000 12000 10000 8000 6000
6.041
4000 2000 0 1
31 Mei 2005
2
31 Desember 2014
Penerapan Azas Cabotage : Mengubah 50% Kapal Asing Menjadi 98% Indonesia Posisi 31 Desember 2014 total armada sebanyak 14.156 unit kapal (20,79 juta GT), bila dibandingkan dengan bulan Mei 2005 yang total armadanya sebanyak 6.041 unit kapal (5,67 juta GT) maka terjadi peningkatan jumlah armada sebanyak 8,023 unit kapal (132,80 %) dan peningkatan jumlah GT sebesar : 255,20 %
www.apeksi.or.id
8
RAKERNAS APEKSI 2015
5/6/2015
TANTANGAN PENGEMBANGAN TOL LAUT DALAM MENDUKUNG POROS MARITIM DUNIA
1. Penggunaan kapal berukuran 3.000 TEU’s dinilai tidak dimiliki oleh perusahaan pelayaran nasional Ukuran kapal yang digunakan dalam jalur tol laut seharusnya bisa disesuaikan dengan memperhatikan ketersediaan kapal berukuran 1.700 TEU’s yang rata-rata dimiliki oleh perusahaan pelayaran nasional 2. Ketidakseimbangan arus muatan (imbalance cargo) Arus muatan dari Kawasan Timur Indonesia ke Barat jauh lebih sedikit dibandingkan dengan arus muatan ke arah sebaliknya. Kondisi ini dikhawatirkan membuat arus kapal selalu kekurangan muatan dalam pelayaran dari arah wilayah timur Indonesia 3. Kebutuhan pendanaan untuk pengembangan infrastruktur pelabuhan Pendanaan pelabuhan diharapkan bisa diupayakan melalui sinergi pendanaan berbagai pihak (port & shipping)
STRATEGI DAN UPAYA IMPLEMENTASIKAN PENGEMBANGAN TOL LAUT Mendorong para operator kapal untuk mengoperasikan kapal-kapal yang lebih besar kapasitas melalui peningkatan kapasitas pelabuhan, penyederhanaan regulasi dan penyediaan fasilitas kredit lunak Penggunaan kontainerisasi untuk menggangkut pasar angkutan petikemas pada pelayaran domestik di sepanjang lintas utama Revitalisasi infrastruktur pelabuhan untuk pengembangan sistem packaging dan canal-way serta menjamin kelancaran penggangkutan barang keluar masuk pelabuhan Pengembangan dry port atau pelabuhan darat sebagai buffer atau penyangga logistik dari pelabuhan laut (sea-port)
Pembangunan kawasan industri yang terintegrasi dengan pelabuhan
Subsidi Angkutan Laut Tetap Dan Teratur Untuk Kapal Barang
www.apeksi.or.id
9
RAKERNAS APEKSI 2015
5/6/2015
PEMBANGUNAN/ PENGEMBANGAN PELABUHAN NON KOMERSIAL SEBAGAI SUB FEEDER TOL LAUT
200 LOKASI PELABUHAN TERMASUK 163 PELABUHAN NON KOMERSIAL Fasilitas Pelabuhan Singkil, P. Banyak, Labuhan Angin, Pulau Tello, Parlimbungan Ketek, Sirombu, Tanjung Buton, Meranti, Batu Panjang, Dompak, Tg. Mocoh, Malarko, Letung, Midai, Pulau Laut, Subi, Serasan, Dabo Singkep, C arocok Painan, Tiram, Pasapuat, Ujung Jabung, Kuala Mendahara, Tg. Api-api, P. Baai, Linau Bintuhan, Pulau Sebesi, Sebalang, Batu Balai, Pamanukan, Pangandaran, Kendal, Batang, Jepara, Keramaian, Taddan, Pacitan, Telaga Biru, Maritaing, Baing, P. Salura, Kendidi Reo, Pota, Marapokot, Maurole, Atapupu, Batutua, Larantuka, Terong, Wulandoni, Bari, Labuan Bajo, Padang Tikar, Teluk Segintung, Batanjung, Pelaihari, Sebuku, Marabatuan, Penajam Pasir, Maloy/Sangkulirang, Kuala Semboja, Tanah Kuning, Kawio, Marore, Matutuang, Kawaluso, Petta, Tamako, Lipang, Bukide, Kahakitang, Kalama, Tahuna, Ngalipaeng, Lirung, Melonguane, Mangarang, Karatung, Miangas, Anggrek, Moutong Parigi, Kolonedale, Teluk Malala, Ogoamas, Leok, Matagisi, Bungkutoko, Ereke, Maligano, Bau – Bau, Banabungi – Pasar Wajo, DawiDawi, Molawe, Lakara, Watunohu, Boepinang, Munte, Jeneponto, Sabutung, Sapuka, Sailus, Kalukalukuang, Benteng, Bajoe, Patt iro Bajo, Sinjai, Paotere, Majene, Belang-belang, Palipi, Poopongan, Ambo, Tutu Kembong, Kroing, Namrole, Saumlaki, Larat, P. Buano, Taniwel, Dawelor, Wonreli, Mahaleta, Namlea, Amahai, Kobror, Marlasi, Gorom, Pulau Teor, Fogi, Tual, Loleojaya, Tifure, Manu Gamumu, Bicoli, Tapaleo, Daruba, Tikong, Dama, Tobelo, Darume, Galela, Bisui, Koititi, Indari, Yaba, Banemo, Sofifi, Laiwui, Wa yabula, Depapre, Nabire, Agats, Mumugu, Waren, Bade, Asiki, Moor, Kaimana, Teminabuan
PENGEMBANGAN TRANSPORTASI PENYEBERANGAN (KOMPLEMEN KONSEP TOL LAUT)
SABUK UTARA 24 lintas 28 unit Pelabuhan
SABUK TENGAH 22 lintas
Koridor Penyebe rangan
www.apeksi.or.id
20 unit Pelabuhan
Merupakan lintas-lintas y ang berf ungsi menghubungkan jalur utara wilay ah Indonesia, y aitu lintas peny eberangan : Balohan (P. Sabang)-Ulee Lheue, Mengkapan-Tj. Balai Karimun-Telaga Pungkur-Tanjung Uban-Tambelan-Sintete, Tanjung Uban-Matak-Selat Lampah-Sintete, Ancam-Tarakan-Tolitoli-Amurang, BitungTernate-Rum- Soasiu-Sof if i-Patani-GebeSorong, Manokwari-Numf or-MokmerKabuena-Sarmi-Jay apura;
Merupakan lintas-lintas y ang berf ungsi menghubungkan jalur tengah wilay ah Indonesia, y aitu lintas peny eberangan : 35 Ilir (Palembang)-Muntok, Sadai-Tanjung Ru, Manggar-Ketapang, BatulicinGarongkong, Kariangau-Taipa, LuwukSalakan-Banggai-Taliabu-Sanan a-NamleaHunimua-Waipirit-Wahai-Fakf ak
Kondisi Saat ini dan Rencana Pembangunan
Sabuk Utara
Terdapat lintas yang belum terhubung yaitu: Tj. Pinang – Sintete, akan diselesaikan pada 2017-2019
SABUK SELATAN
Sabuk Tengah
Terdapat lintas yang belum terhubung: Wahai – Fak Fak, akan diselesaikan pada akhir tahun 2014. Akan dilakukan peningkatan layanan (pelabuhan dan kapal)
14 lintas
Sabuk Selatan
Telah terhubung sejak tahun 2013, akan dilakukan peningkatan layanan (pelabuhan dan kapal)
29 unit Pelabuhan
Merupakan lintas-lintas y ang berf ungsi menghubungkan jalur selatan wilay ah Indonesia, y aitu lintas peny eberangan: Balohan (P. Sabang) – Ulee Lheu, Bakauheni-Merak, KetapangGilimanuk, Padangbai-Lembar, Kay anganPototano, Sape-Labuhan Bajo, LarantukaWaiwerang-Lewoleba-Baranusa- Kalab ahiIlwaki-Kisar-Letti-Moa-Lakor-TepaSaumlaki-Larat-Tual-Dobo-PomakoMerauke.
10
RAKERNAS APEKSI 2015
5/6/2015
2. PENGUATAN ARMADA NASIONAL DAN INDUSTRI PENDUKUNGNYA Pembangunan Kapal Pada Tahun 2015 PEMBANGUNAN KAPAL PERINTIS • • • • • • •
PEMBANGUNAN 15 UNIT KAPAL PERINTIS BARANG SEMI KONTAINER (APBNP) PEMBANGUNAN 10 UNIT KAPAL PENUMPANG /BARANG –TYPE GT 2000 (APBNP) PENYELESAIAN 2 UNIT KAPAL UKURAN 750 DWT PEMBANGUNAN BARU 6 UNIT KAPAL UKURAN 750 DWT PEMBANGUNAN BARU 2 UNIT KAPAL UKURAN 500 DWT PEMBANGUNAN BARU 2 UNIT KAPAL UKURAN 200 DWT PENYELESAIAN 1 UNIT KAPAL KHUSUS TERNAK
PEMBANGUNAN KAPAL KENAVIGASIAN PEMBANGUNAN 10 UNIT KAPAL NEGARA KENAVIGASIAN
•
PEMBANGUNAN KAPAL PATROLI • • • • • • • •
PEMBANGUNAN BARU 25 UNIT KAPAL PATROLI KELAS I DAN 5 UNIT MDPS (USULAN APBN-P) PENGEMBANGAN PANGKALAN PLP DI 4 LOKASI (APBN-P) PENYELESAIAN 4 UNIT KAPAL PATROLI KELAS II PEMBANGUNAN BARU 2 UNIT KAPAL PATROLI KELAS II PEMBANGUNAN BARU 2 UNIT KAPAL PATROLI KELAS III (ALUMUNIUM) PEMBANGUNAN BARU 6 UNIT KAPAL PATROLI KELAS III (FIBERGLASS) PEMBANGUNAN BARU 6 UNIT KAPAL PATROLI KELAS IV PEMBANGUNAN BARU 25 UNIT KAPAL PATROLI KELAS V
PEMBANGUNAN KAPAL TUNDA DAN PANDU • •
PEMBANGUNAN 7 UNIT KAPAL TUNDA PEMBANGUNAN 5 UNIT KAPAL PANDU
PEMBANGUNAN KAPAL PATROLI KSOP Malahay ati KSOP Samarinda Kesy ahbandaran Belawan
KSOP Tanjung Pinang
Kanpel Batam
KSOP Bitung UPP Lok Tuan
KSOP Pontianak
PLP Bitung
KSOP Dumai
KSOP Ternate
KSOP Balai Karimun
KSOP Sorong
KSOP Banjarmasin KSOP Panjang
KSOP Kijang
KSOP Ambon Kesy ahbandaran Makassar
KSOP Teluk Bay ur
UPP Manggar
PLP Tanjung Uban
KSOP Tanjung Emas Kesy ahbandaran Tg Perak
KSOP Palembang
KSOP Pantoloan
KSOP Biak KSOP Kendari
KSOP Benoa
UPP Bau Bau
KSOP Banten PLP Tual Kesy ahbandaran Tg Priok PLP Tanjung Priok
KSOP Cilacap KSOP Cirebon
KSOP Lembar
: Lokasi penempatan kapal patroli
Pembangunan 60 kapal patroli yang tersebar pada 42 lokasi pada tahun 2015-2019
www.apeksi.or.id
KSOP Merauke
KSOP Kupang
KSOP Gersik
22
11
RAKERNAS APEKSI 2015
5/6/2015
PEMBANGUNAN KAPAL KENAVIGASIAN Sabang Tarakan Belawan Tanjung Pinang
Sibolga
Bitung
Pontianak
Dumai Sorong Banjarmasin
Ambon Teluk Bay ur Biak
Semarang
Kendari
Surabay a Makassar
Palembang
Tual
Benoa Tg Priok
Cilacap
Kupang Merauke
: Lokasi penempatan kapal kenavigasian
Pembangunan 25 kapal kenavigasian yang tersebar pada 25 distrik navigasi pada tahun 2015-2019
HAL-HAL YANG MENDAPAT PERHATIAN DALAM MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM NASIONAL
Menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan di luar Pulau Jawa agar terjadi pemerataan pembangunan sehingga disparitas pertumbuhan perekonomian tidak terlalu besar dan mendukung transportasi yang efektif dan efisien.
Pelabuhan harus dikembangkan sebagai bagian dari pusat pelayanan logistik dan multimedia, untuk peningkatan pelayanan kapal barang dan penumpang.
Penguatan industri galangan kapal di kawasan pelabuhan untuk mendukung peningkatan daya saing armada pelayaran nasional.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yg terintegrasi dengan transportasi laut dan logistik.
www.apeksi.or.id
12
RAKERNAS APEKSI 2015
5/6/2015
TERIMA KASIH
www.apeksi.or.id
13