No. 16/03/31/Th. XVI/27 Maret 2014
INDEKS POTENSI KERAWANAN SOSIAL (IPKS) DI DKI JAKARTA 2013 RINGKASAN
Kerawanan sosial adalah struktur sosial dari suatu komunitas atau masyarakat terkena shock atau stress yang biasanya disebabkan oleh perselisihan ekonomi, perubahan lingkungan, kebijakan pemerintah atau bahkan disebabkan oleh kejadian internal dan kekuatan yang dihasilkan dari kombinasi beberapa faktor.
Pengumpulan data dalam rangka penyusunan Indeks Potensi Kerawanan Sosial (IPKS) tahun 2013 dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di DKI Jakarta melalui Pendataan Statistik Sosial. Pendataan ini digunakan untuk menyusun Indeks Potensi Kerawanan Sosial Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013. Unit penelitian pada pendataan ini adalah institusi/lembaga, yaitu Rukun Warga (RW), Kelurahan dan Kepolisian Sektor (Polsek).
Indeks Potensi Kerawanan Sosial merupakan indeks komposit (gabungan) dari berbagai indeks yaitu : Indeks Rawan Kemiskinan, Indeks Rawan Lingkungan dan Kesehatan, Indeks Rawan Prasarana Fisik, Indeks Rawan Modal Sosial, Indeks Rawan Keamanan dan Ketertiban, serta Indeks Rawan Ekonomi. Nilai Indeks Potensi Kerawanan Sosial (IPKS) berkisar antar 0 sampai dengan 100. Semakin tinggi nilai IPKS suatu kelurahan menunjukkan bahwa kelurahan tersebut semakin rawan atau berpotensi rawan sosial.
Sepuluh kelurahan di Provinsi DKI Jakarta dengan nilai IPKS tertinggi adalah Kelurahan Kampung Rawa (44,78), Kalibaru (44,34), Penjaringan (43,21), Galur (43,11), Kampung Melayu (41,87), Ancol (40,00),Tanah Tinggi (39,73), Kartini (38,47), dan Manggarai (37,66), serta Lagoa (37,45).
Sepuluh kelurahan dengan nilai Indeks Potensi Kerawanan Sosial (IPKS) terendah adalah Kelurahan Gambir (17,40), Melawai (17,48), Kelapa Gading Timur (18,97), Tanjung Duren Selatan (19,35), Grogol Utara (20,93), Kelapa Gading Barat (20,97), Roa Malaka (21,60), Sunter Jaya (22,02), Rawa Barat (22,33), serta Cikoko (22,70).
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.16/03/31/Th.XVI, 27 Maret 2014
1
1.
Pendahuluan Provinsi DKI Jakarta memiliki jumlah penduduk yang cukup besar dan heterogen. Hal ini dikarenakan Jakarta memiliki daya tarik dalam aspek ekonomi, politik, pendidikan, dan lain-lain, sehingga tingkat urbanisasi di Provinsi DKI Jakarta menjadi sangat tinggi. Tingginya urbanisasi dan heterogenitas penduduk DKI Jakarta mampu menciptakan kontribusi positif berupa pembangunan dan perekonomian yang berkembang pesat. Namun demikian, dampak negatif dari kondisi ini adalah munculnya berbagai potensi kerawanan maupun konflik sosial di DKI Jakarta. Kerawanan dan konflik sosial tersebut dapat mengakibatkan hilangnya rasa aman, timbulnya rasa takut, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, korban jiwa dan trauma psikologis masyarakat (dendam, benci, anti pati, dan sebagainya), sehingga pada gilirannya menghambat pembangunan secara keseluruhan. Melihat permasalahan yang sangat komplek tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dituntut cepat tanggap mengantisipasi hal-hal di atas. Salah satu langkah antisipasi dilakukan dengan mengidentifikasi dan memetakan daerah potensi kerawanan sosial di DKI Jakarta. Badan Pusat Statistik DKI Jakarta berupaya memenuhi kebutuhan data dan informasi yang dapat digunakan sebagai alat untuk memonitor perkembangan tingkat kerawanan sosial dengan melakukan kegiatan penyusunan Indeks Potensi Kerawanan Sosial (IPKS). Indeks Potensi Kerawanan Sosial adalah suatu angka indeks yang menggambarkan tingkat kerawanan sosial suatu wilayah (sampai tingkat kelurahan). Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alat untuk memberikan gambaran kerawanan sosial antar waktu dan antar wilayah. Secara umum tujuan dan manfaat penyusunan Indeks Potensi Kerawanan Sosial 2013 di DKI Jakarta adalah : a. Memetakan potensi kerawanan sosial yang mungkin dapat timbul karena karakteristik wilayahnya, b. Memberikan indikasi faktor-faktor yang berpotensi menimbulkan kerawanan sosial, c. Memberikan masukan kepada pihak terkait agar segera dicarikan solusi penanganan sesuai karakteristik tingkat kerawanannya, d. Menyediakan informasi kepada aparat keamanan serta instansi terkait sebagai langkah antisipasi. Pengumpulan data dalam rangka penyusunan Indeks Potensi Kerawanan Sosial (IPKS) tahun 2013
dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di DKI Jakarta. Pendataan Statistik Sosial untuk menyusun Indeks Potensi Kerawanan Sosial Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013 dilakukan dengan unit penelitian institusi/lembaga, yaitu Rukun Warga (RW), Kelurahan dan Kepolisian Sektor (Polsek). Responden 2
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.16/03/31/Th.XVI, 27 Maret 2014
untuk masing-masing unit penelitian tersebut adalah ketua/aparat RW, kepala/aparat kelurahan, dan kepala/aparat Polsek,.
2.
Landasan teori Environmental Vulnerability Index (EVI, 2003) menyebutkan bahwa kerawanan sosial adalah
struktur sosial dari suatu komunitas atau masyarakat terkena shock atau stress yang biasanya disebabkan oleh perselisihan ekonomi, perubahan lingkungan, kebijakan pemerintah atau bahkan disebabkan oleh kejadian internal dan kekuatan yang dihasilkan dari kombinasi beberapa faktor. Struktur sosial yang dimaksud adalah relasi-relasi sosial yang penting dalam menentukan tingkah laku manusia, dan jika relasi sosial itu tidak dilakukan dalam suatu masyarakat, maka masyarakat tersebut tidak terwujud lagi. Dari uraian di atas, terlihat banyak faktor yang memengaruhi kerawanan sosial di suatu wilayah. Untuk itu diperlukan suatu alat ukur yang dapat menggambarkan sejauh mana kerawanan sosial di suatu wilayah. Untuk mendapatkan gambaran yang seragam antar wialayah, BPS Provinsi DKI Jakarta mencoba mengembangkan suatu alat ukur yang dapat memberikan gambaran mengenai sejauh mana potensi kerawanan sosial di suatu wilayah, yang pada gilirannya berimplikasi pada terpenuhi ketahanan sosial di suatu wilayah. Berdasarkan studi literatur dan ditunjang dengan pengalaman penyusunan indeks sejenis yang dilakukan BPS, dibangun Indeks Potensi Kerawanan Sosial (IPKS). IPKS merupakan indeks komposit yang disusun dari Indeks Rawan Kemiskinan, Indeks Rawan Lingkungan dan Kesehatan, Indeks Rawan Prasarana Fisik, Indeks Rawan Modal Sosial, dan Indeks Rawan Perekonomian. Pemilihan indeks tersebut berdasarkan atas data empiris yang ada didukung dengan studi literatur dan referensi dari berbagai sumber data. Dengan menggunakan metode statistik Principal Component Analisys (PCA) dan Regresi Logit dipilih variable-variabel yang mempunyai korelasi dalam memengaruhi kerawanan sosial.
3.
Analisis Indeks Potensi Kerawanan Sosial (IPKS) DKI Jakarta 2013 Dengan skala penghitungan 0 (nol) sampai dengan 100, nilai IPKS yang mendekati angka 100
menunjukkan potensi kerawanan sosial di suatu wilayah dikatakan sangat berat, sebaliknya jika nilai IPKS mendekati 0 (nol) diasumsikan nilai kerawanan sosialnya semakin rendah (mendekati tidak rawan). Dengan menggunakan penghitungan statistik, melihat sebarannya, nilai rata-rata, standar deviasi, dan rentang nilai terendah dan tertinggi, secara umum Indeks Potensi Kerawanan Sosial dibagi menjadi 5 (lima) kelompok dengan kriteria sebagai berikut: 1. IPKS dengan nilai 0,00 – 19,99 : kategori “Tidak Rawan” Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.16/03/31/Th.XVI, 27 Maret 2014
3
2. IPKS dengan nilai 20,00 – 24,99 : kategori “Rawan Sangat Ringan” 3. IPKS dengan nilai 25,00 – 33,99 : kategori “Rawan Ringan” 4. IPKS dengan nilai 34,00 – 42,99 : kategori “Rawan Sedang” 5. IPKS dengan nilai 43,00 ke atas : kategori “Rawan Berat” Dengan menggunakan kriteria di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa potensi kerawanan sosial di DKI Jakarta termasuk dalam kategori “Rawan Ringan”. Hal ini ditunjukkan dari tingginya persentase kelurahan yang masuk kategori “Rawan Ringan”, yakni sebanyak 198 Kelurahan dari 267 kelurahan (74,16 persen). Kelurahan-kelurahan yang nilai indeks IPKS berada di kelompok sangat ringan banyak terdapat di Jakara Selatan, Jakarta Timur dan Jakarta Utara. Wilayah kelurahan dengan kategori “Rawan Berat” terdapat di Jakarta Pusat dan Jakarta Utara dengan persentase sebanyak 1,50 persen. Gambar 1 menunjukkan jumlah kelurahan menurut kelompok kriteria IPKS 2013 dan kabupaten/kota. Gambar 1 Persentase Kelurahan Menurut Kelompok Kriteria Indeks Potensi Kerawanan Sosial (IPKS) dan Kabupaten/Kota di DKI Jakarta, 2013
Dari hasil penghitungan diperoleh 10 kelurahan di DKI Jakarta yang memiliki peringkat teratas Indeks Potensi Kerawanan Sosial (IPKS) pada tahun 2013 yaitu : Kelurahan Kampung Rawa (44,78), Kalibaru (44,34), Penjaringan (43,21), Galur (43,11), Kampung Melayu (41,87), Ancol (40,00), Tanah Tinggi 4
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.16/03/31/Th.XVI, 27 Maret 2014
(39,73), Kartini (38,47), dan Manggarai (37,66), serta Lagoa (37,45). Dari sepuluh Kelurahan tersebut menunjukkan bahwa 4 kelurahan berada di wilayah Jakarta Pusat, 4 Kelurahan berada di Jakarta Utara, 1 kelurahan berada di wilayah Jakarta Timur dan 1 Kelurahan berada di Jakarta Selatan. Sementara itu, sepuluh kelurahan dengan nilai Indeks Potensi Kerawanan Sosial (IPKS) terendah adalah Kelurahan Gambir (17,40), Melawai (17,48), Kelapa Gading Timur (18,97), Tanjung Duren Selatan (19,35), Grogol Utara (20,93), Kelapa Gading Barat (20,97), Roa Malaka (21,60), Sunter Jaya (22,02), Rawa Barat (22,33) serta Cikoko (22,70). (Tabel 2). Tabel 1 Sepuluh Kelurahan Yang Memiliki Indeks Potensi Kerawanan Sosial (IPKS) Tertinggi, DKI Jakarta 2013
Peringkat (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kelurahan
(2) Kampung Rawa (Jakpus) Kali Baru (Jakut) Penjaringan (Jakut) Galur (Jakpus) Kampung Melayu (Jaktim) Ancol (Jakut) Tanah Tinggi (Jakpus) Kartini (Jakpus) Manggarai (Jaksel) Lagoa (Jakut)
Indeks Indeks Rawan Rawan Lingkungan Miskin Kesehatan (3) (4)
Indeks Rawan Prasarana Fisik (5)
Indeks Rawan Modal Sosial (6)
Indeks Indeks Rawan Rawan Keamanan Ekonomi Ketertiban (7) (8)
IPKS 2013 (9)
37,28
10,64
56,84
84,42
37,75
68,59
44,78
65,12
15,58
29,70
59,38
38,60
70,91
44,34
45,96
37,56
36,20
71,67
28,72
67,88
43,21
50,21
5,20
48,13
81,73
33,91
67,99
43,11
48,94
33,51
62,99
81,70
16,88
52,13
41,87
36,36
23,74
20,49
62,73
41,50
65,01
40,00
36,89
11,80
51,86
68,87
25,38
72,50
39,73
32,92
16,41
31,16
88,03
31,71
62,09
38,47
49,33
16,87
31,08
67,73
17,41
78,79
37,66
36,00
17,72
35,51
57,83
26,21
72,84
37,45
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa di Kelurahan Galur dan Kelurahan Kampung Rawa indeks kerawanan modal sosial (Modal Sosial) tertinggi dibandingkan indeks-indeks lain di IPKS 2013, sedangkan kelurahan Tanah Tinggi mempunyai indeks rawan ekonomi tertinggi dibandingkan indeks-indeks lain. Namun kesamaan dari 3 kelurahan di Kecamatan Johar Baru menunjukkan bahwa IPKS mereka sangat dipengaruhi oleh kerawanan
Modal sosial dan kerawanan ekonomi. Indeks rawan modal sosial
dipengaruhi oleh 4 indeks yaitu ketidakberadaaan tempat ibadah, ketidakberadaan kegiatan kerja bakti, ketidakberadaan kegiatan arisan dan ketidakberadaan kegiatan binsos (PKK, Karang Taruna, Majelis
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.16/03/31/Th.XVI, 27 Maret 2014
5
Taklim, Kebaktian). Dari ketiga kelurahan di Kecamatan Johar Baru mereka sangat minim terhadap 4 indeks pembentuk modal sosial, terlihat lebih dari 80 persen Rukun Tetangga (RT) di kelurahan tersebut minim tempat ibadah, minim kegiatan kerja bakti, minim kegiatan arisan dan minim kegiatan Binsos. Sehingga dapat disimpulkan pada ketiga kelurahan tersebut masyarakat mungkin saling mengenal antar tetangga tetapi mereka kurang berinteraksi atau saling bekerja sama. Sementara itu wilayah Jakarta Utara mempunyai 4 kelurahan dengan IPKS termasuk 10 tertinggi di DKI Jakarta yaitu Kelurahan Kali Baru, Kelurahan Penjaringan, Kelurahan Pademangan dan Kelurahan Lagoa. Untuk keempat kelurahan tersebut, terdapat tiga angka indeks di IPKS yang bernilai lebih dari 50 persen yaitu indeks rawan kemiskinan, indeks kerawanan modal sosial dan indeks kerawanan ekonomi. Indeks rawan kemiskinan di Kelurahan Kali Baru bernilai 65,12 persen, yang merupakan indeks kemiskinan tertinggi di 10 kelurahan yang mempunyai IPKS tertinggi. Kelurahan Ancol berada di posisi ke enam dari 10 kelurahan yang memiliki IPKS tertinggi di DKI Jakarta. Kelurahan Ancol memiliki indeks kerawanan kamtib tertinggi dibandingkan 9 kelurahan lainnya. Banyaknya kriminalitas yang terjadi di Kelurahan Ancol terutama pada malam hari karena lokasi Kelurahan Ancol dekat dengan Pelabuhan Sunda Kelapa. Selain itu juga karena wilayah jalan di Kelurahan Ancol yang kebanyakan berada di kolong jalan tol sehingga menyebabkan tingkat penerangannya menjadi sangat minim. Namun demikian, kelurahan Ancol mempunyai sisi positif, yakni keberadaan tempat wisata yang cukup terkenal yaitu Taman Impian Jaya Ancol yang banyak memberikan bantuan CSR kepada masyarakat di sekitar Ancol seperti program pendidikan, program pengelolaan lingkungan, dll.
Kelurahan Kampung Melayu Kecamatan Jatinegara merupakan salah satu kelurahan di Jakarta Timur yang mempunyai potensi kerawanan sosial yang masuk kategori rawan tinggi. Kelurahan Kampung Melayu merupakan salah satu wilayah yang paling sering terkena banjir baik akibat tingginya curah hujan di DKI Jakarta maupun akibat banjir kiriman dari Bodetabek. Hal ini terlihat dari Indeks kerawanan fisik di mana banyak masyarakat di kelurahan tersebut yang rentan terkena bahaya banjir dan indeks kerawanan lingkungan dan kesehatan yang menunjukkan banyaknya masyarakat yang tinggal di sekitar daerah aliran sungan (DAS). Masyarakat yang tinggal di DAS umumnya adalah masyarakat pendatang yang biasanya kurang memperhatikan kelayakan lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Angka Indeks kerawanan modal sosial di Kelurahan Kampung Melayu yang tinggi yaitu 81,73 persen menunjukkan kurangnya aktivitas-aktivitas sosial seperti kerja bakti, arisan dan binsos. Selain itu Kelurahan Kampung Melayu juga merupakan salah satu kelurahan yang 6
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.16/03/31/Th.XVI, 27 Maret 2014
mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi dimana hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan angka kepadatannya sebesar 48.630 jiwa per Km2. Sementara itu, Kelurahan Manggarai adalah salah satu kelurahan di Jakarta Selatan yang mempunyai IPKS tertinggi ke sembilan di DKI Jakarta. Pada dasarnya kelurahan Manggarai memiliki kesamaan dengan Kelurahan Kampung Melayu yaitu memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS). Kemiripan karakteristik kelurahan Kampung Melayu juga terdapat di Kelurahan Manggarai seperti kepadatan penduduk yang tinggi, terbatasnya lahan yang membuat sebagian masyarakat tinggal di daerah aliran sungai, pemukiman kumuh dan pemukiman ilegal. Tabel 2 Sepuluh Kelurahan Yang Memiliki Indeks Potensi Kerawanan Sosial (IPKS) Terendah, DKI Jakarta 2013 Peringkat (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kelurahan
Indeks Miskin
(2)
(3)
Gambir (Jakpus) Melawai (Jaksel) Kelapa Gading Timur (Jakut) Tanjung Duren Selatan (Jakbar) Grogol Utara (Jaksel) Kelapa Gading Barat (Jakut) Roa Malaka (Jakbar) Sunter Jaya (Jakut) Rawa Barat (Jaksel) Cikoko (Jaksel)
Indeks Lingkungan Kesehatan (4)
Indeks Prasarana Fisik (5)
Indeks Modal Sosial (6)
Indeks Keamanan Ketertiban (7)
Indeks Ekonomi
IPKS 2013
(8)
(9)
14.7 0.1
2.9 1.0
2.4 1.7
60.0 90.3
19.0 21.4
25.0 22.7
17.40 17.48
4.2
2.5
15.3
85.7
12.0
34.4
18.97
2.8
2.1
8.7
53.0
18.0
49.6
19.35
8.8
4.7
22.4
58.6
15.1
40.5
20.93
7.1
5.6
11.9
79.5
10.6
50.8
20.97
6.9
12.2
23.2
37.0
30.8
18.1
21.60
9.1
6.3
15.9
55.5
18.1
47.7
22.02
9.8 6.6
9.8 2.7
14.8 21.0
83.1 58.4
15.7 17.0
37.6 54.2
22.33 22.70
Dari Tabel 2 dapat dilihat 10 kelurahan dengan nilai indeks ipks2013 terendah. Secara umum, kelurahan-kelurahan tersebut mempunyai nilai yang rendah pada tiga (3) indeks yaitu kemiskinan, lingkungan dan kesehatan serta prasarana fisik tetapi memiliki indeks yang tinggi pada indeks modal soaial. Namun pada indeks modal sosial terlihat variasi yang cukup tinggi, sebagai ilustrasi, di Kelurahan Kelapa Gading Timur indeks rawan modal sosial sangat tinggi yaitu 90,3 sementara di Kelurahan Roa Malaka relative rendah yaitu 37,0.
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.16/03/31/Th.XVI, 27 Maret 2014
7
CATATAN TEKNIS Indeks Potensi Kerawanan Sosial (IPKS) merupakan indeks komposit yang dibangun dari indeksindeks lainnya yang terkait dengan kerawanan sosial, yakni Indeks Rawan Kemiskinan, Indeks Rawan Lingkungan dan Kesehatan, Indeks Rawan Prasarana Fisik, Indeks Rawan Modal Sosial, Indeks Rawan Keamanan dan Ketertiban, serta Indeks Rawan Ekonomi. a.
Indeks Kemiskinan dihitung dari total rumah tangga miskin hasil Updating RTS (UDRTS 2012)
b.
Indikator Lingkungan dan Kesehatan dihitung dari variabel saluran air, tumpukan sampah, bantaran sungai dan kejadian DBD
c.
Indikator Prasarana Fisik dihitung dari variabel kejadian kebakaran, banjir, kekumuhan wilayah, dan kepadatan penduduk
d.
Indikator Modal Sosial dihitung dari variabel tempat ibadah, kerja bakti, arisan dan pembinaan sosial
e.
Indikator Keamanan dan Ketertiban dihitung dari variabel tindak pidana, tawuran, petugas keamanan (Hansip) dan PKL
f.
Indikator Perekonomian dihitung dari variabel bank, IKKR, pegadaian dan jasa, serta Industri Besar dan Sedang (IBS)
g.
Indeks IPKS 2013 merupakan indeks komposit dari 6 indikator yang telah disebutkan diatas.
8
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.16/03/31/Th.XVI, 27 Maret 2014
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA Informasi lebih lanjut hubungi : Ir. Sri Santo Budi Muliatinah, MA Kepala Bidang Statistik Sosial Telepon Fax e-mail Homepage
: 021-31928493 ext 300 : 021-3152004 :
[email protected] : http://jakarta.bps.go.id
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.16/03/31/Th.XVI, 27 Maret 2014
9