FAKTOR INSENTIF, KEPEMIMPINAN, KONDISI LINGKUNGAN KERJA DAN KESEMPATAN PROMOSI YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN KERJA DOKTER SPESIALIS DI RSUP DR WAHIDIN SUDIROHUSO
INCENTIVE, LEADERSHIP, WORKING CONDITIONS AND PROMOTION OPPORTUNITY FACTORS THAT INFLUENCE TO THE WORK SATIFACTION OF SPECIALIST DOCTORS AT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO HOSPITAL
1
Fauziah Djafar, 1Syahrir Pasinringi,2 Indrianty Sudirman 1 Bagian Ilmu Administrasi Rumah Sakit , Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2 Bagian Ilmu Administrasi Fisip, Universitas Hasanuddin, Makassar
Alamat Korespondensi: Fauziah Djafar Komp. Villa Taman Madani Blok A No. 1, Jl. Tala Salapang Makassar, 90222 HP: 081328347516 E-mail:
[email protected]
Abstrak Dokter spesialis mempunyai peran penting bagi rumah sakit karena para spesialis merupakan kelompok penting dalam proses pelayanan di rumah sakit, memahami pola kecenderungan penyakit dan perilaku pasien. Olehnya itu kepuasan dokter spesialis sangatlah berpengaruh terhadap masa depan dan kinerja rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor manajemen yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja dokter spesialis di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo. Beberapa faktor manajemen tersebut antara lain jasa medis (insentif), kepemimpinan, dan kesempatan promosi. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar, merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel sebanyak 72 orang, data dianalisis menggunakan uji chi square dan regresi logistik dengan nilai ά=0,05. Hasil penelitiaan menunjukkan bahwa (1) Sebagian besar dokter mempersepsikan kurang baik tentang faktor-faktor manajemen yang meliputi kejelasan jasa medis, kesesuaian jasa medis dan pembuatan keputusan pemimpin, (2) Sebagian besar dokter mempersepsikan baik tentang faktor-faktor manajemen yang meliputi ketanggapan pemimpin, kebersihan tempat kerja, kenyamanan tempat kerja dan kesempatan promosi. Berdasarkan penelitian ini diharapkan agar manajemen rumah sakit melakukan pengelolaan jasa medis yang lebih terbuka, menyiapkan dana untuk pengembangan profesi, menyediakan ruang istrahat dan tempat parkir yang memadai. Disimpulkan bahwa faktor manajemen yang paling berpengaruh terhadap kepuasan kerja dokter spesialis di RSWS adalah kejelasan jasa medis. Kata kunci
: Kepuasan kerja dokter spesialis, jasa medis, pimpinan
Abstract The specialist has an important role for the hospital for an important group in the process of care in hospitals, understanding patterns of illness and behavioral tendencies of patients. Therefore the specialist satisfaction is very influential to the hospital future and performance. The aim of this study was to determine the management factors that influence job satisfaction of medical specialist at Dr. WahidinSudirohusodo Hospital. The management factors are medical services fee (incentive), leadership, working conditions and promotion opportunities. This research was conducted at Dr.WahidinSudirohusodo Hospital, Makassar. It was an observational study with cross sectional design. The samples were 72 people, and data were analyzed using chi square test and logistic regression with alpha= 0.05. The results showed that (1). Most physicians have lack of good perception aboutmanagement factors include the transparency of medical services fee, the suitability of medical services fee and the decision-making of hospital leaders, (2). Most doctors have good perception about other management factors include the responsiveness of hospital leaders, workplace hygiene, workplace comfort and promotion opportunities. Based on this study, it was suggested that the hospital management has to carry out the medical services fee becoming more transparance, providing fund for professional development, providing adequate space for rest room and parking lot. It was concluded that management factors that most affect the job satisfaction of a specialist at Dr.WahidinSudirohusodo Hospital was the transparency of medical services fee. Keywords: job satisfaction of the medical specialists, incentive, leaders of hospital
PENDAHULUAN Rumah sakit merupakan organisasi jasa yang memiliki sistem manajemen yang kompleks dan terdiri atas berbagai macam profesi. Misi utama organisasi ini adalah memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien. Keunikan pelayanan jasa rumah sakit terletak pada pelayanan jasa terhadap pasien yang dikemas dalam etika profesi dan norma-norma tertentu.
Berdasarkan Undang-
Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Umum mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya promotif dan preventif serta melaksanakan upaya rujukan. Untuk menyelenggarakan upaya tersebut rumah sakit umum berfungsi untuk memberikan: 1) Pelayanan Rawat Jalan, 2) Pelayanan Rawat Inap, 3) Pelayanan Penunjang Medik, antara lain : Farmasi, Laboratorium, Radiologi, Gizi, 4) Pelayanan Penunjang Umum, meliputi fungsi administrasi rumah sakit. Rumah Sakit Umum Pusat DR. Wahidin Sudirohusodo (RSWS) yang dalam perkembangannya meraih akreditasi tipe A, diharapkan mampu memberi pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai kaidah-kaidah berlaku. RSWS memiliki sumber daya manusia yang cukup untuk semua bidang spesialis/ subspesialis. RSWS juga bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran UNHAS sehingga pelayanan kesehatan juga dilayani oleh para calon dokter spesialis (Program Pendidikan Dokter Spesialis). Soeroso (2010) menyatakan Dokter spesialis merupakan salah satu karyawan rumah sakit yang mempunyai peran sangat penting. Hal ini dapat dipahami karena hampir semua pasien yang berkunjung ke rumah sakit selalu ingin bertemu dengan dokter spesialis dalam upaya mencari kesembuhan atau konsultasi tentang penyakit yang dideritanya, sehingga kinerja dokter spesialis akan sangat kelanjutan organisasi rumah sakit.
berpengaruh terhadap
Dalam rangka meningkatkan kinerja dokter spesialis yang bertugas di RSWS, Manajer rumah sakit perlu memperhatikan secara seksama dinamika lingkungan. Menurut Sabarguna (2009) rumah sakit sebagai suatu organisasi jasa yang memproses input dan menghasilkan jasa pelayanan.
Manajemen RSWS telah
melakukan upaya–upaya berupa pemberian reward dalam bentuk jasa pelayanan, disamping itu rumah sakit juga melengkapi kebutuhan dokter spesialis dalam memberikan pelayanan kepada pasien dengan peralatan modern dan canggih. Kinerja organisasi seperti yang dikutip oleh Cue, dkk (2007) dipengaruhi oleh kinerja individu, sementara kinerja individu dipengaruhi oleh kepuasan kerja individu, sehingga kepuasan kerja dokter spesialis secara individu sangat berpengaruh terhadap kinerja rumah sakit. Kinerja dokter spesialis akan tinggi apabila pada saat melakukan pekerjaannya dokter spesialis merasa nyaman. Rasa nyaman didapat apabila dokter spesialis memperoleh kepuasan kerja. Beberapa studi terdahulu seperti penelitian Meliala, dkk (2006) mengenai kepuasan kerja dokter spesialis di rumah sakit dipengaruhi oleh hubungan dokterpasien, fasilitas rumah sakit hubungan dengan teman kerja, rasa aman dalam melakukan pekerjaan, keberadaan dan pengakuan rumah sakit hingga masalah karier. Sedangkan hasil penelitian Masyita (2008) di rumah sakit umum daerah Sulthan Daeng Radja, Bulukumba menemukan bahwa kepuasan kerja dokter spesialis berdasarkan insentif yang diterima oleh dokter spesialis masih kecil jika dibandingkan dengan beban kerja, hubungan dengan teman sejawat dan direktur relatif baik, penunjang medik dn peralatan yang tersedia hanya bisa digunakan untuk tindakan sederhana saja dengan kondisi peralatan sudah usang, dan ketersediaan bahan habis pakai seringkali kosong. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan Suheriyono (2007) pada petugas Puskesmas di kota Balikpapan menunjukkan bahwa sistem pemberian insentif menimbulkan rasa tidak puas dalam diri karyawan. Karyawan merasa diperlakukan kurang adil dengan sistem pemberian insentif saat ini yang tidak mengarah pada beban kerja karyawan. Pegawai yang rajin
masuk dengan pegawai yang jarang masuk, pegawai yang bebam kerjanya tinggi dan pegawai yang beban kerjanya kurang menerima insentif yang sama. Dokter spesialis merupakan staf medis fungsional dan tidak hanya sebagai pegawai saja tetapi menurut Judge, dkk (2003) juga mempunyai fungsi strategis di rumah sakit sebagai agen atau pembawa pasien bagi rumah sakit tersebut. Oleh karena itu sangat penting mengetahui kepuasan dokter spesialis yang bekerja di dalam suatu institusi pelayanan kesehatan seperti di RSWS. Penelitian bertujuan menganalisis faktor insentif, kepemimpinan, kondisi lingkungan kerja dan kesempatan promosi yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja dokter spesialis di RSWS.
METODE PENELITIAN Lokasi, populasi, dan sample penelitian Penelitian dilakukan di RSWS dengan waktu pelaksanaan mulai dari bulan Agustus sampai September 2012. Populasi Penelitian adalah dokter spesialis yang bekerja di RSWS (dokter Organik). Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan Tabel dari Determining Sample size dari Krejcie dan Morgan (dalam Dahlan, 2011) karena jumlah dokter spesialis sudah diketahui. Sampel diambil secara Systematic random sampling. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional bersifat Cross sectional (Sugiyono, 2012). Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung antara peneliti dengan responden dengan menggunakan kuesioner terstruktur dengan jawaban sudah tersedia dan pengamatan atau observasi terhadap dokumen rumah sakit.
Dalam
penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner terstuktur dengan pertanyaan terbuka untuk pertanyaan identitas responden dan pertanyaan tertutup untuk pengukuran variabel terikat maupun variabel bebas menggunakan kriteria yang telah ditetapkan (Dahlan, 2011).
Analisis Data Analisis data dilakukan secara bertingkat yaitu univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat dilakukan pada setiap variabel yang terdapat pada instrumen penelitian yang meliputi, kejelasan jasa medis, kesesuaian jasa medis dengan kinerja, pembuatan keputusan pemimpin, ketanggapan pemimpin, dukungan pemimpin, kebersihan tempat kerja, kenyamanan tempat kerja, kesempatan promosi dan kepuasan kerja dokter di RSWS. Menurut Sugiyono (2012), Analisis Bivariat dilakukan untuk mencari kemaknaan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Selanjutnya variabel bebas yang mempunyai hubungan bermakna dengan variabel terikat dilanjutkan dengan analisis multivariat.
HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di RSWS Makassar mulai Agustus sampai September 2012 dengan jumlah sampel dokter spesialis sebanyak 72 orang yang terdiri dari 29 orang (40,3%) laki-laki dan 43 orang (59,7%) perempuan. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan spesialis 1 (Sp1) 40 orang (55,6%), Sp2 sebanyak 21 orang (29,2%) dan spesialis dan S3 sebanyak 11 orang (15,3%). Distribusi responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 1. Status kepegawaian responden secara umum adalah PNS sebanyak 70 orang (97,2%) sedangkan sisanya masih kontrak sebanyak 2 orang (2,8%). Berdasarkan lama masa kerja umumnya responden telah bekerja sebagai dokter spesialis lebih dari dua tahun yaitu 58 orang (80,6%) sedangkan kurang dari dua tahun sebanyak 6 orang (8,3%). Distribusi responden berdasarkan kejelasan jasa medis menyatakan kejelasan jasa medis sudah baik yaitu 49 orang (68,1%) sedangkan yang menyatakan masih kurang sebanyak 23 orang (31,9%). Distribusi responden berdasarkan kesesuaian jasa medis dengan kinerja menyatakan kesesuaian jasa medis dengan kinerja sudah baik 40 orang (55,6%) sedangkan yang menyatakan masih kurang 32 orang (44,4%).
Distribusi
responden
berdasarkan
pembuatan
keputusan
pemimpin
menyatakan pembuatan keputusan pemimpin sudah baik yaitu 42 orang (58,3%) sedangkan masih kurang 30 orang (41,7%).
Distribusi responden berdasarkan
ketanggapan pemimpin menyatakan ketanggapan pemimpin sudah baik yaitu 38 orang (52,8%) sedangkan masih kurang 34 orang (47,2%). Distribusi responden berdasarkan dukungan pemimpin diperoleh data yang menyatakan kebersihan tempat kerja baik 41 orang (56,9%) sedangkan masih kurang sebanyak 31 orang (43,1%). Distribusi responden berdasarkan kenyamanan tempat kerja didapatkan kenyamanan tempat kerja sudah baik 40 orang (55,6%) sedangkan masih kurang sebanyak 32 orang (44,4%). Distribusi responden berdasarkan kesempatan promosi menyatakan kesempatan promosi sudah baik 43 orang (59,7%) sedangkan yang masih kurang sebanyak 29 orang (40,3%).
Distribusi responden berdasarkan kepuasan kerja
menunjukkan umumnya responden menyatakan puas dengan pekerjaannya sebanyak 41 orang (56,9%) sedangkan yang menyatakan tidak puas 31 orang (43,1%). Analisis Bivariat menunjukkan hubungan variabel independen yaitu kejelasan jasa medis, kesesuaian jasa medis dengan kinerja, pembuatan keputusan pemimpin, ketanggapan pemimpin, dukungan pemimpin, kebersihan tempat kerja, kenyamanan tempat kerja dan kesempatan promosi terhadap kepuasan kerja dokter spesialis menggunakan tabulasi silang dengan analisis statistik yaitu chi square. Terdapat hubungan antara kejelasan jasa medis dengan kepuasan kerja dokter spesialis. Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = 0,000 (p<0,05), yang berarti ada hubungan kejelasan jasa medis dengan kepuasan kerja dokter spesialis di RSWS. Hubungan kejelasan jasa medis dengan kepuasan kerja dokter pesialis dapat dilihat pada Tabel 2. Ada hubungan kesesuaian jasa medis dengan kinerja dan kepuasan kerja dokter spesialis. Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = 0,000 (p<0,05), yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kesesuaian jasa medis dengan kinerja dan kepuasan kerja dokter spesialis di RSWS.
Hubungan
kesesuaian jasa medis dengan kinerja dengan kepuasan kerja dokter spesialis dapat dilihat pada Tabel 3.
Analisis statistik menunjukkan ada hubungan bermakna antara pembuatan keputusan pemimpin dengan kepuasan kerja dokter spesialis di RSWS (p<0,05). Hubungan ketanggapan pemimpin dengan kepuasan kerja dokter pesialis di RSWS juga menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (p<0,05). Hubungan dukungan pemimpin dengan
kepuasan kerja dokter spesialis dapat dilihat pada Tabel 4.
Dukungan pemimpin dengan kepuasan kerja dokter spesialis menunjukkan hubungan yang bermakna antara dukungan pemimpin dengan kepuasan kerja dokter spesialis di RSWS (p<0,05). Hasil uji statistik dengan chi square mengenai hubungan kebersihan tempat kerja dengan kepuasan kerja dokter spesialis diperoleh nilai p = 0,427 (p>0,05). Hal ini berarti tidak ada hubungan kebersihan tempat kerja dengan kepuasan kerja dokter spesialis di RSWS. Hubungan kenyamanan tempat kerja juga menunjukkan tidak terdapat hubungan dengan kepuasan kerja dokter spesialis karena nilai p=0,558 (p>0,05). Hubungan kesempatan promosi dengan kepuasan kerja dokter spesialis menunjukkan bahwa responden yang puas dengan menyatakan kesempatan promosi sudah baik
pekerjaannya lebih banyak
yaitu 31 orang (72,1%) dibanding
masih kurang sebanyak 10 orang (34,5%). Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang bermakna antara kesempatan promosi dengan kepuasan kerja dokter spesialis di RSWS (p<0.05). Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui variabel yang paling berhubungan dengan kepuasan kerja dokter spesialis. Persyaratan variabel
yang
dapat diikutkan dalam uji multivariat adalah variabel yang mempunyai nilai p <0,05 pada saat diuji chi square. Berdasarkan uji chi square diketahui bahwa variabel yang memenuhi syarat untuk diikutkan dalam uji regresi logistik adalah kejelasan jasa medis, kesesuaian jasa medis dengan kinerja, pembuatan keputusan pemimpin, ketanggapan pemimpin, dukungan pemimpin, kesempatan promosi, sedangkan variabel kebersihan dan kenyamanan tempat kerja tidak memenuhi syarat (p>0,05).
PEMBAHASAN Dalam penelitian ini terlihat bahwa ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja dokter spesialis. Faktor tersebut antara lain insentif (jasa medis), kepemimpinan, kondisi lingkungan kerja dan kesempatan promosi. Kepuasan kerja akan meningkatkan kinerja dokter dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di RS. Kinerja merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja profesional (Kosasih dkk., 2007). Seseorang bekerja karena sesuatu yang hendak dicapainya dan berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukan akan membawa kepada keadaan yang lebih baik sehingga kepuasan kerja merupakan hal yang sangat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang dianutnya.
Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan
keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan. Henemon, et al. (2008) menyatakan bahwa seseorang mau bekerja bukan hanya mencari dan mendapatkan upah saja akan tetapi dengan bekerja seseorang mengharapkan kepuasan kerja. Kepuasan kerja dokter spesialis di RSWS sangatlah penting karena dokter yang tidak puas dapat mengakibatkan pelayanan pasien tidak optimal. Menurut DiBella (2008), kepuasan kerja dokter spesialis dapat membantu dalam memaksimalkan profitabilitas rumah sakit dalam jangka panjang melalui empat cara yaitu: a) Dokter yang puas cenderung bekerja dengan kualitas yang lebih tinggi, b) Dokter yang puas cenderung bekerja lebih produktif, c) Dokter yang puas cenderung bertahan lebih lama di rumah sakit, d) Dokter yang puas cenderung dapat menciptakan pelanggan puas. Berdasarkan data karakteristik responden yang kesemuanya berpendidikan dokter spesialis dan sebagian besar telah lama bekerja di RSWS, tentunya mempunyai harapan tentang pendapatan. Apabila pendapatan yang diharapkan tidak terpenuhi dapat menyebabkan ketidakpuasan. Beberapa penyebab rasa puas adalah
jasa medis diterima tepat waktu dan secara rutin, dapat memperkirakan jumlah jasa medis serta dapat bekerjasama dalam tim.
Sedangkan penolakan dokter yang tidak
puas terhadap jasa pelayanan yang diterima menurut Parasuraman, dkk (2005) disebaban beberapa faktor: (1) waktu pembayaran jasa pelayanan tidak jelas, (2) tidak adanya transparansi dalam mekanisme pembagian dan penetapan, (3) ketidakadilan dan ketidaktahuan akan sistem pembagian karena dokter spesialis belum terlibat dalam perumusan sistem pembagian insentif yang digunakan. Kesesuaian jasa medis dengan kinerja umumnya menyatakan sudah baik. Pemberian insentif kepada kelompok fungsional lain, seperti dokter umum dan perawat tetap menggunakan sistem penilaian yaitu berdasarkan banyaknya jam jaga. Bagi dokter spesialis indikator lama waktu kerja tidak cocok diterapkan, tetapi harus berdasarkan kinerja berupa jumlah pasien yang dilayani. Tanggung jawab dalam melayani pasien tidak dibatasi waktu jaga saja, tetapi
dalam 24 jam siap
melaksanakan tugas setiap ada pasien yang membutuhkan sesuai dengan bidang spesialisasinya. Inilah yang membedakan secara prinsip dengan dokter umum atau petugas kesehatan yang lain yang lebih terikat dengan lama waktu jaga. Sistem pemberian insentif yang tidak mengarah pada beban kerja dapat memicu ketidakpuasan (DiBella, 2008). Karyawan yang rajin masuk dengan karyawan yang jarang masuk, karyawan dengan beban kerjanya tinggi dan karyawan dengan beban kerjanya kurang, menerima insentif yang sama. Keluhan-keluhan mengenai masalah jasa medis yang tidak tertangani dengan baik akan mengurangi intensitas keberadaan mereka di rumah sakit tersebut sehingga lebih banyak menghabisakan waktu di luar rumah sakit, membuka praktek pribadi bahkan praktek bersama dengan dokter lain. Pembuatan keputusan pemimpin menunjukkan responden yang puas karena pemimpin melibatkan mereka dalam mengambil keputusan, meningkatkan otonomi dan kendali mengenai kehidupan kerja mereka, akan membuat lebih termotivasi, lebih berkomitmen, lebih produktif, dan lebih puas dengan pekerjaan. Ketanggapan dan dukungan pemimpin secara umum dipersepsikan puas karena pemimpin mampu menunjukan cara-cara untuk lebih berkembang, pengarahan tentang apa dan
bagaimana tugas yang diberikan. Menurut Umiker, dkk (2008) seorang pemimpin harus berusaha mengetahui keadaan lingkungan apa sekarang ini, arah tujuan, bagaimana kita akan mencapai tujuan itu, perubahan apa yang kita perlukan dan untuk siapa perubahan ini, harus siap mendapat tekanan berbagai pihak dan dapat segera melakukan langkah-langkah untuk membuat keputusan strategis yang harus dilaksanakan dan dievaluasi oleh lembaga, dibantu piranti manajemen, kelompok kerja, dan adanya rencana strategis. Hasil penelitian kebersihan tempat kerja menunjukkan kebersihan sudah baik (56,9%) karena
kebersihan ruangan-ruangan di rumah sakit dirawat dan terjaga
dengan baik, khususnya di poliklinik. Kebersihan kamar mandi termasuk bebas dari bau tidak sedap harus benar-benar mendapat perhatian karena dapat menjadi cermin kebersihan rumah sakit secara keseluruhan. Kenyamanan tempat kerja salah satu faktor lain yang mampu mempengaruhi kepuasan kerja, dipersepsikan sudah baik (55,6%) karena tersedia ruangan yang sejuk, ada tim kerja yang membuat betah bekerja, dan merasa aman selama bekerja. Tetapi beberapa dokter spesialis menyatakan masih kurang nyaman (44,4%) karena tidak tersedia ruangan pertemuan dokter,
ada
kebisingan dalam bekerja serta tidak terdapat tempat parkir yang
representatif. Kesempatan untuk memperoleh promosi melalui jenjang kepangkatan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan juga mempengaruhi produktivitas kerja, sehingga untuk meningkatkan produktifitas kerja perlu memperhatikan kepuasan kerja karyawan (Soeroso, 2010). Promosi memberi kesempatan untuk pertumbuhan pribadi lebih bertanggung jawab, memiliki harapan yang tinggi akan karier. Kesempatan promosi dokter di rumah sakit antara lain kesempatan untuk menduduki jabatan anggota audit medik, konsultan spesialisasi, subspesialisasi yang memerlukan pendidikan lebih lanjut dengan tersedianya dana untuk meraih hal tersebut, yang dapat meningkatkan kinerja rumah sakit. Hal ini dapat mendorong motivasi dokter untuk senantiasa meningkatkan komitmen bekerja di rumah sakit tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisis yang telah diuraikan diambil kesimpulan bahwa sebagian besar dokter mempersepsikan baik faktor-faktor yang meliputi ketanggapan pemimpin, kebersihan dan kenyamanan tempat kerja serta kesempatan promosi. Ada hubungan faktor-faktor kejelasan dan kesesuaian jasa medis, pembuatan keputusan, dukungan dan ketanggapan pemimpin, kebersihan dan kenyamanan tempat kerja, serta kesempatan promosi dengan kepuasan kerja dokter spesialis. Sedangkan faktor yang paling berpengaruh terhadap kepuasan kerja dokter spesialis di RSWS adalah kejelasan jasa medis. Untuk meningkatkan kepuasan kerja dokter spesialis disarankan sosialisasi cara penentuan jasa medis yang dapat diterima semua pihak sehingga para dokter dapat memperkirakan jumlah besaran yang akan diterima dan mengupayakan ketepatan dan keteraturan penerimaan jasa medis. Masih diperlukan upaya peningkatan kebersihan dan kenyamanan tempat kerja serta tersedianya tempat parkir khusus dokter yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA Cue, Mc and Gerasimos, A. (2007). The Relationship Between Job Satisfaction and Performance, Publik Produktivity & Managemen Review, Vol.21.No 2. Dahlan Sopiyudin, (2011). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Penerbit Salemba Medika, Jakarta. DiBella, A. (2008). The Role of Assumptionsin implementing Managemen Practise Across Cultural Bounderies. The Journal og Applied Behavioral Science, Vol. 29 No. 3, p:311-27 Henemon L, Robert, et al., (2008) . Using Employee Attitude Surveys to Evaluate a New Incentive Pay Program, Compensation and Benefits Review, Chicago.
Judge, Timothy and Shinichiro Watanabe, (2003). Anothers look at the Job satisfaction and Life satisfaction Relationship, Jounal of Applied Psychology. 59: 603-9 Kosasih N. Dan Budiani S. (2007). Pengaruh Knowledge Management terhadap Kinerja Karyawan; Studi Kasus Departemen Front Office Surabaya Plaza Hotel. Jurnal Managemen Perhotelan, Vol.3, No. 2, September 2007: 80-88 Masyita, A. (2008). Studi Kepuasan Kerja Dokter Spesialis di Rumah Sakit Umum Daerah H. A. Sulthan Daeng Radja, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Meliala, N. dan Utarini, A. (2006). Persepsi dan pengaruh Sistem pembagian Jasa Pelayanan terhadap Kinerja karyawan di Rumah Sakit Jiwa Madani. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. 09 (02); 65-71. Sabarguna Boy, (2009). Manajemen Rumah Sakit, CV. Sagung Seto, Konsorium Rumah Sakit Islam Jateng – DIY. Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, alfabeta, Bandung. Suheriyono, Hari (2007). Hubungan Persepsi Insentif dan Kepuasan Kerja Petugas Puskesmas di Kota Balikpapan, working paper, UGM, Yoyakarta. Soeroso, Santoso, (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia Di Rumah Sakit, Edisi revisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Parasuraman, A. And Leonard L., (2005). A Conceptual Model of Service Quality and Implications for Future Research, Journal of Marketing. 49, p;41-50. Umiker, W. & Lancaster, (2008). Management Skills for the New Health Care Supervisor, An Aspen Pub. Undang - Undang RI no 44 Tahun 2009. kesehatan RI, Jakarta.
Perihal Rumah sakit, Departemen
Tabel 1. Distribusi responden menurut pendidikan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2012 Pendidikan
Frekuensi
Persen
Sp.1
40
55,6
Sp.2
21
29,2
Sp/S3
11 72
15,3 100,0
Total Sumber : Data Primer
Tabel 2. Hubungan kejelasan jasa medis dengan kepuasan kerja dokter spesialis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2012 Kepuasan Kerja Puas Tidak Puas n % n %
n
Baik
38
77,6
11
22,4
49
100,0
Kurang
3
13,0
20
87,0
23
100,0
Jumlah
41
56,9
31
43,1
72
100,0
Kejelasan Jasa Medis
Sumber : Data Primer
Jumlah
p
% 0,000
Tabel 3. Hubungan kesesuaian jasa medis dengan kinerja dengan kepuasan kerja dokter spesialis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2012 Kepuasan Kerja Puas Tidak Puas n % n %
n
Baik
34
85,0
6
15,0
40
100,0
Kurang
7
21,9
25
78,1
32
100,0
Jumlah
41
56,9
31
43,1
72
100,0
Kesesuaian Jasa Medis Dengan Kinerja
Jumlah
p
% 0,000
Sumber : Data Primer
Tabel 4. Hubungan dukungan pemimpin dengan kepuasan kerja dokter spesialis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2012 Kepuasan Kerja Puas Tidak Puas n % n %
n
Baik
24
80,0
6
20,0
30
100,0
Kurang
17
40,5
25
59,5
42
100,0
Jumlah
41
56,9
31
43,1
72
100,0
Dukungan Pemimpin
Sumber : Data Primer
Jumlah
p
% 0,000