In. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Proses Pangan dan Pilot Plant Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) Institut Pertanian Bogor; Laboratorium Kirr~iaPangan dan Laboratoriurn Biokimia Pangan Jurusan Teknologi Pangan dan G i z ~Institut Pertanian Bogor; serta Laboratorium Teknologi Pangan Politeknik Pertanian Negeri Bandar Lampung. Penelitian dilaksanakan pa& bulan Nopember 200 1 hlngga bulan April 2002. 3.2 BAHAN DAN ALAT PENELITIAN 3.2.1 Bahan Bahan utarna yang digunakan dalam penelitian diantararlya adalah tepung terilp lencana merah produksi PT ISM Bogasari Flour Mills, melmbran ultrafiltrasi tipe PLAC MWCO 1000 dan PLBC MWCO 3000 yang diperoleh dari PT Hartech Indonesia, Jakarta; serta enzim a-amylase (Termamyl 120 L) produksi NOVO Industries yang lperoleh dari UPT EPG (Ethanol, Protein Sel Tmggal, dan Gula) Slusuban, BPP Teknologi Larnpung. Bahan lainnya yang digunakan selama kegiatan penelitian antara lain adalah arang aktif, filter whatrnan No 42, &n membran filter 0,2 mikron serta bahan-bahan untuk menyusun ransum standar tiku$ percobaan. Bahan kimia yang akan digunakan antara lain adalah NiaOH, CaCl?, pati standar, maltodekstrin komersial, maltodekstrin standar, maltocbligokarida HPLC gracle, maltotetraosa HPLC grade, maltosa, dan glukosa standar yang diperoleh dari
25
Unit Pelayanan T e h s Laboratoriurn Politeknik Pertanian Negeri Bandar Lampung,
Jurusan Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Toko Bahan Kimia Setia Guna, serta~PD Fresconina Bogor.
3.2.;! Alat Alat-alat utama yang digunakan dalam penelitian antara lain adalah alat separasi membran skala laboratorium merk Sartorius (Gambar 6), sugar hand refraktometer, spektrofotometer merk Hach tife DR/2010, advanced digimatic milk cryoscope model 4D2, pengering semprot Merk Bucchi, High Petformance Liquid
Chromatography (HPLC), detektor differensial refiaktometer, chramameter Minolta tipe Cr 200, ultra sentrifius, penangas air, pemanas vakum, pH-meter, timbangan analiitik, serta alat-alat gelas untuk analisis.
Keterangan A. Tutup bagiah atas
B. Salwan tekqnan C. Pengukur teikanan D. Tempat smpel
E. Disk penyangga membran F.
Saluran vakum
G. Tempat perbeate Gambar 6. Alat separasi membran skala laboratorium
3.3 METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan secara bertahap dalam empat tahap utama, yaitu penemlitian pendahuluan, optimasi proses separasi membran, optimasi parameter proses hidrolisis, dan karakterisasi maltodekstrin DP 3-9 hasil penelitian. 3.3.11 Penelitian Pendahuluan
Pada penelitian pendahuluan, Qlakukan kegiatan ekstraksi pati gandurn (Garnbar 7) dan pengujian terhadap komposisi kimia pati gandm hasil ekstraksi (kadar air, kadar pati, dan kadar protein), pengujian aktivitas volmetrik enzim aamylase, pengamatan komposisi membran ultrafiltrasi dan prinsip pemisahan sampel, pengujian selektifitas membran, serta pengujian driving force proses separasi menibran.
3.3.2 Optimasi Proses Separasi Membran Optimasi proses separasi membran dilakukan untuk menentukan konQsi ope~.asionalproses. Kegiatan yang dilakukan berupa optimasi permeabilitas dan procluktivitas membran pada pemisahan komponen oligosakarida DP > 9. Optimasi pernieabilitas membran dilakukan berdasarkan penentuan besw tekanan, serta konsentrasi sampel dan suhu sampel yang akan diseparasi.
Adapun optimasi
procluktivitas akan diamati melalui penggunaan tahap filtrasi pendahuluan sebelum sam pel Qseparasi.
Air (60 % bterat tepung) NaCl (2,5 % berat tepung)
Tepung terigu
Pembentukan adonan (pengulenan)
Air (1 0 kali berat tepung) Ekstraksi Pati adonan (perendaman bertahap)
1-
1 - gluten Pengendapan pati (12-18 jam)
I
Pengeringan Pati (60°C, 24 jam)
Pengecilan Butiran Pati
r - l
Pati Gandurn
Gam bar 7. Metode ekstraksi pati gandum skala laboratorium (Modifikasi proses Kearsley and Dziedzic, 1995)
3.3.3; Optimasi Parameter Proses Hidrolisis
Optimasi parameter proses hidrolisis dilakukan untuk melnentukan kon&si optimal parameter proses.
Kegiatan yang dilakukan berupa optimasi parameter
konsentrasi pati, konsentrasi enzim a-amylase, dan lama hdrolisis. Kondisi operasional proses separasi membran yang digunakan untuk memperoleh maltodekstrin DP 3-9 dari produk hasil hidrolisis adalah kondisi operasional berdasarkan hasil optimasi proses separasi membran. Kondisi aptimal parameter pros~zs hidrolisis akan ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap kandungan sakarida DP 1-2, DP 3-9, dan DP > 9; serta rendemen maltodekarin DP 3-9 yang dipe roleh pada akhir proses. Secara rinci, produksi maltodekstrin DP 3-9 dari pati gtindurn dilakukan deng,an tahap-tahap sebagai berikut (Garnbar 8) a.
Ekstraksi Pati
Proses ekstraksi pati dilakukan melalui tahapan proses : (1) persiapan adonan
Adonan dibentuk dengan cara mencampurkan 1 bagian tepung teGgu dengan garam NaCl sebanyak 2,5 % dari berat tepung, dan &ad& merata. Untuk membentuk adonan, ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga total air yang ditambahkan 60 % dari berat tepung, sambil dilakukan pengulenan. adonan menjadi kalis.
Pengulenan hlakukan hingga
(2) pengistirahatan adonan Adonan yang terbentuk, selanjutnya diistirahatkan selama 20 menit untuk meqyempurnakan proses pengembangan gluten. (3) eikstraksi pati adonan
Ekstraksi pati dari adonan dilakukan dengan cara penambahan air bertahap hngga total air yang ditambahkan 10 kali berat tepung.
Ektraksi Qlakukan dengan cara
meremas adonan di dalam saringan kasar hingga adonan yang tersisa jika ditarnbahkan air dan diremas tidak lagi menghasilkan larutan benvama putih (pati telahi terekstrak sempurna). (4) lpemurnian pati Prosles pemurnian pati dilakukan untuk memisahkan komponen-konbponen selain pati yang ikut terlarut. Pemurnian dilakukan dengan cara pengenda~nhasil ekstraksi selarna 12-18 jam. Setelah pati mengendap, air yang tersisa selanjutnya dibuang. (5) lpengeringan pati
Pengeringan pati dilakukan dengan menggunakan oven berventilasi bersuhu 6 0 ' ~ selarna 24 jam. Pengeringan dianggap selesai, jika telah diperoleh lapisan tipis pati yang dapat dipatahkan. (6) pengecilan butiran pati Pengecilan butiran pati dilakukan dengan menggunakan grinder mini hingga berul~uran50 mesh. b. IPersiapan Substrat
Suspensi pati gandum ditambahkan CaC12 sebanyak 40 ppm sebagai kofaktor, dan idiatur pHnya 5,5 dengan penambahan NaOH. Konsentrasi awal suspensi pati
30
yang akan Qgunakan sebagai media hidrolisis (200 dl, 250 merupakan salah satu parameter optirnasi proses.
dl, dan 300 gll)
Suspensi pati selanjutnya
digelatinisasi pada suhu 105°C selama 15 menit. c. Persiapan Enzim Konsentrasi enzim a-amylase yang digunakan (603,75 univl; 1207,50 unitll; dan 2475,OO unit 11) merupakan salah satu parameter optimasi proses hidrolisis. Enzim a-amylase yang digunakan, adalah enzim yang aktivitasnya telah Qketahui sebelumnya berdasarkan hasil penelitian pendahuluan. d. Proses hidrolisis Suspensi pati ditambahkan enzim a-amylase dan dihidrolisis pada suhu 95°C dengan lama hidrolisis (15,30,45, dan 60 menit). e. Proses lanjutan Setelah diperoleh maltodekstrin (hasil proses hidrolisis), si+mpel selanjutnya Qsentrifusi pada 3000 rpm selama 15 menit untuk memisahkan komponen-komponen yang, mengendap. Filtrat hasil proses sentrifusi selanjutnya Qfiltrasi menggunakan filter whatman dan filter membran 0,2 mikron. Agar filtrat akhir yang Qperoleh bemrarna jernih, maka dilakukan proses bleaching dengan penambahan arang aktif sebanyak 0,5 persen dari berat filtrat. Proses bleaching dtlakulkan dengan cara pencampuran filtrat dan arang aktif, kemuQan dilakukan pengadam menggunakan magnetik stirer selama 30 menit, dan selanjutnya campuran disaring menggunakan filter membran 0,2 mikron.
i l Gelatinisasi (105"C, 15 menit)
a-amylase I
Hidrolisis (95°C; pH 5 3 :15,30, dan 60 menit)
Proses lanjutan
Separasi Membran
Maltodekstrin DP 3-9
(rotary vakum evaporator suhu 70°C hingga TPT 30%)
(pengering semprot, t inlet : 160-170°C, t outlet 50-60°C)
Gambar 8. Proses produksi maltodekstrin pati gandum dengan menggunakan teknik hidrolisis enzimatis dan separasi membran
f
Proses separasi membran Kondisi operasional proses separasi membran berdasarkan hasil optimasi
adalah tekanan 2 atm, dan konsentrasi sampel 5 % dengan suhu 45°C. g. Pengeringan maltodekstrin DP 3-9
Produk maltodekstrin DP 3-9 yang diperoleh, selanjutnya dipekatkan hingga total padatannya 30 % menggunakan rotary vakum evaporator pada suhu 70°C, dan selanjutnya dikeringkan menggunakan pengering semprot dengan temperatur inlet 160-170°C dan temperatur outlet 50-60°C. 3.3.41 Karakterisasi Maltodekstrin
Karakterisasi dilakukan pada perlakuan terbaik hasil optimwi proses, meliputi karalcterisasi kimiawi, serta sifat-sifat fungsional fisik dan biologis dengan men1;gunakan glukosa dan atau maltodekstrin komersial sebagai pembanding. Karakterisasi kimia terhadap maltodekstrin yang Qhasilkan, berupa pengamatan komposisi sakarida maltodekstrin berdasarkan nilai DP, dan tipe pembentukan kompleks warna antara produk dengan pereaksi Iodiurn. Adapun karakterisasi sifat-sifat fungsional fisik yang dilakukan meliputi pengujian viskositas, stabilitas, warna, derajat kemanisan, dan derajat osmolalitas. Karakterisasi sifat fungsional biologis dilakukan dalam bentuk pengukuran laju absorpsi secara in vivo dengan menggunakan tikus putih sebagai hewan percc~baan.
3.4 METODE PENGUJIAN DAN PENGAMATAN 3.4.1 Pengujian Aktivitas Enzim a-amylase Pengujian aktivitas enzim a-amylase dilakukan berdasarkan metode Rahman (199 2). Aktivitas enzim a-amylase yang digunakan, dinyatakan sebagai aktivitas volu~netrikdalam satuan unit/ml enzim. Satu unit enzim a-amylase menunjukkan kemi~mpuanenzim untuk menghidrolisis 1,O mg standar pati terlarut pada suhu 37°C; pH 5,0, selama 15 menit. Adapun metode pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. F'ertama-tama dimasukkan ke dalam erlenmeyer, 5 ml larutan 0,4 % pati terlarut
dlalam buffer asetat (16 mmol/lt, pH 5,O). 2. Selanjutnya ke dalam larutan pati di atas, ditambahkan 0,l ml enzim a-amylase (diencerkan dengan aquades hingga volumenya 1 ml) dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 15 menit. Inaktivasi enzim setelah waktu hidrolisis tercapai, dlilakukandengan cara penambahan 1 ml larutan HCl IN. 3. F'engukuran pati sisa, dilakukan dengan cara memipet sebanyak 0,05 ml sampel d~anQcampurkan dengan 1 ml kompleks larutan Iodium 0,2%-kaliurn Iodida 0,4% dan 2 ml aquades, kemudian Qbiarkan selarna 15 menit pada suhu kamar. F'engukuran pati sisa, dilakukan dengan menggunakan spekttofotometer pada panjang gelombang 620 nm. 4. lJntuk mengetahui konsentrasi pati, hasil pengukuran dibanclingkan dengan kurva standar dari larutan pati terlarut pada berbagai tingkat konsentrasi (0,l sampai 0,5%) yang telah direaksikan dengan pereaksi IZ/KI.
3.4.1: Pengujian Selektifitas Membran
Pengujian selektifitas membran, dimodifikasi berdasarkan metode Toledo (1991). Selektifitas menunjukkan kemampuan membran untuk rnemisahkan suatu komponen dari campurannya. Uji selektifitas membran ultrafiltrasi pada kegiatan penditian, dinyatakan berdasarkan nilai persen rejeksi senyawa sakarida DP 1-2, DP 3-9, dm DP > 9. Penentuan nilai persen rejeksi didasarkan pada kandungan sakarida hasi i proses kromatografi.
dimana
cf
=
C~
=
Persen Rejeksi ( % R) DP 3-9
konsentrasi DP 1-2 pada feed (% kromatograf) konsentrasi DP 1-2 padapermeate (% kromatograf) =
C - C
x 100%
cf dimana
cf
=
CP
=
Persen Rejeksi ( % R) DP > 9
konsentrasi DP 3-9 pada feed (% kromatograf) konsentrasi DP 3-9 padapermeate (YOkromatograf) = 1-( x 100%
cf
dimana
cf
=
C~
=
konsentrasi DP > 9 pada feed (% krornatograf) konsentrasi DP > 9 padapermeate (% kromatograf)
3.4.3 Pengujian Permeabilitas Membran
Pengujian permeabilitas membran, dimodifikasi berdasarkan metode Toledo (1991). Permeabilitas membran ultrafiltrasi menunjukkan laju kecepatan aliranfeed
me1e:wati permukaan membran, yang dinyatakan sebagai volume permeate yang me1e:wati membran per satuan luas dan waktu (mu cm2. detik). Uji permeabilitas membran ultrafiltrasi pada pelaksanaan penelitian, di1ak:ukan berdasarkan waktu yang diperlukan untuk melewatkan sejumlah volume tertentu feed (permeabilitas feed), ataupun berdasarkan volume permeate yang melewati membran per waktu proses (permeabilitas permeate). Permeabilitasfeed
-
Vf/A,. T
dimana
vf Am T
Permeabilitas permeate
= = =
=
volumefeed (ml) luas permukaan membran (cm2) waktu proses (detik) Vp/A,. T
dimana
v~ Am T
= = =
volume permeate (ml) luas permukaan membran (cm2) waktu proses (detik)
3.4.4 Pengamatan Produktivitas Membran
Produktivitas membran ultrafiltrasi diamati melalui perubahan permeabilitas membran selama waktu proses (menit proses). Pengamatan dilakukan dengan menphitug volume permeate yang mampu melewati membran setiap menit proses sampai menit ke dua puluh proses
3.4.5 Analisis Komposisi Maltodekstrin
Pengujian komposisi maltodekstrin selama kegiatan penelitian, dllakukan menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dengan metode
reveiaed phase chromatography menggunakan fase diam non polar (senyawa C-18 yang diikat pada silika), dan fase mobil air. Adapun kondisi operasional pengujian dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kondisi operasional pengujian komposisi maltodekstrin dengan HPLC Supercosil LC-18, ukuran 15 cm x 4.6 mm dengan besar partikel silika 5 mikron. llluen
Air (aquades) 20 mikro liter (PI)
Indeks Refraksi (Biorad)
1
Atenuasi detektor
2
Integrator
Chromatopac model CR 3 A (Shimadzu)
t~strumen
I HPLC model LC 4 A (Shimadzu)
Identifikasi jenis senyawa sakarida pada kromatograf dilakukan berdasarkan waktil retensi dengan menggunakan senyawa glukosa, maltosa, maltotetraosa, clan malto~oligosakaridastandar sebagai pembanding. Metode kuantifikasi sakarida selama pelaksanaan penelitian, dilakukan dengaln dua metode, yaitu metode normalisasi area (digunakan untuk memilih perlalaan terbaik), dan metode standar eksternal dengan menggunakan kurva kalibiasi (digunakan pada karakterisasi kimia perlakuan terbaik).
3.4.6 Perhitungan Rendemen Maltodekstrin DP 3-9 Rendemen
maltodekstrin
menunjukkan
perbandingan
antara
berat
maltodekstrin akhir yang diperoleh dibandingkan dengan berat pati awal. Penentuan bertit maltodekstrin akhir yang diperoleh dilakukan berdasarkan total padatan terlarut (menggunakan refraktometer) dan volume akhir yang diperoleh Rendemen maltodekstrin (%) = a / b x 100 % dimana a b
= =
berat maltodekstrin yang diperoleh (g) berat substrat pati awal (g)
Sedangkan rendemen maltodekstrin DP 3-9, diperoleh dengan mengalikan rendemen maltodekstrin dan prosentase oligosakarida DP 3-9.
3.4.7 Pengujian Viskositas Maltodekstrin DP 3-9 Pengujian viskositas maltodekstrin dilakukan berdasarkan modifikasi metode Toletio (1991), dengan menggunakan alat Viscometer merk Technico, tipe U Tube VHB-320-110 T. Penentuan viskositas kinematik larutan dihitung berdasarkan waktu alir mta-rata pada suhu 2 0 ' ~dengan menggunakan nunus V = C t dimana V = viskositas larutan (mm2/s) C = konstanta, tergantung pada nilai kalibrasi alat ((mm2/s)/s)pada alat yang digunakan sebesar 0,1006 t = waktu alir (s)
Berdasarkan rumus di atas, hasil pengujian viskositas dinyatakan dalam sahmi centistokes (cSt) = 1mm2/s
3.4.8 Pengujian Stabilitas Maltodekstrin DP 3-9 Pengujian stabilitas maltodekstrin dilakukan dengan cara penyimpanan pada suhu refrigerasi dan suhu kamar dengan perlakuan sterilisasi dan tanpa sterilisasi. Seba.gai pembanding, digunakan larutan glukosa, dan maltodekstrin komersial dengan konsentrasi masing-masing larutan sebesar 10 %. Pengamatan dilakukan pada lama penyimpanan 0 , 1 , 2 , 3 , hingga 8 minggu.
3.4.91 Pengujian Warna Maltodekstrin DP 3-9 Pengujian warna maltodekstrin dilakukan dengan menggunakan alat Chrclmameter (Francis, 1995). Penentuan warna didasarkan melalui perhitungan nilai
L (lightness value) dengan menggunakan maltodekstrin komersial sebagai pembanding. Sebelum dilakukan pengujian terhadap sampel, alat dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan standar dengan nilai Y,x. dan y yang sebelumya telah diketahui. Nilai L (lightness value) dltentukan berdasarkan rumus : L
= (Yl0,O1)Or5
3.4.10 Pengujian Derajat Osmolalitas Maltodekstrin DP 3-9 Pengujian derajat osmolalitas maltodekstrin, dimocbfikasi berdasarkan metode Kearsley and Dziecdzic (1995) dengan menggunakan alat pengukur titik beku
(cryclscope). Pengujian dilakukan dengan cara mengamati besarnya p e n m a n titik beku yang terjadi dengan menggunakan larutan glukosa pada berbagai konsentrasi yang telah diketahui nilai osmolalitasnya sebagai standar penentuan.
Secara rinci, pengujian dllakukan dengan tahaptahap sebagai berikut : (1) Kalibrasi alat menggunakan larutan glukosa konsentrasi 1 g/100 ml pelarut (air), 3 d l 0 0 ml pelarut, clan 5 d l 0 0 ml pelarut. Larutan glukosa dengan konsentrasi
di atas diketahui akan menurunkan titik beku sebesar 100,33 m°C; 310 m°C, dan 516,7 m°C. Nilai p e n m a n titik beku tersebut ditentukan berdasarkan rumus :
P e n m a n titik beku
1,86 x berat padatan x 1000
=
Berat molekul rata-rata padatan x berat pelarut dimana m°C 1,86
= mili
"C (10" "C) penurunan molalitas air
= konstanta
(2) Lakukan pengukuran dengan larutan sampel pada konsentrasi 5 d l 0 0 ml pelarut
(air), catat p e n m a n titik beku yang terjadi. (3) Tentukan berat molekul rata-rata sampel berdasarkan rumus penurunan titik beku
(4) Tentukan nilai derajat osmolalitas sampel dengan menggunakan basis 1 mol glukosa (180 gram). Seperti diketahui 1 mol suatu zat akan memiliki nilai osmolalitas 1 Osmolkg atau 1000 mOsmoVkg.
3.4.11 Pengujian Derajat Kernanisan Maltodekstrin DP 3-9 Pengujian derajat kemanisan dilakukan dengan metode organoleptik menggunakan uji pasangan, dan sampel disajikan dengan menggunakan uji respon tak l~erarah(Soekarto, 1985). Pengujian dilakukan dengan tahaptahap sebagai berikut : a. Penyiapan sampel (1) Larutan standar sukrosa 2 %
(2) Larutan glukosa dengan konsentrasi 3,O %; 3,25 %; 3,50 %; 3,75 %; dan 4,O %. (3) Larutan maltodekstrin hasil penelitian dengan konsentrasi 25 %; 27,5 %; 30 %; 32,5 %; dan 35 %. (4) Larutan maltodekstrin komersial dengan konsentrasi 25 %; 27,5 %; 30 %; 32,5 %; dan 35 %. kl.
Cara penyajian sampel Setelah membuat larutan dengan berbagai konsentrasi, maka tiap-tiap jenis larutan sampel dimasukkan ke dalam gelas saji. Penyajian sampel dilakukan dengan meletakkan deretan gelas berisi cuplikan dari tiap larutan secara acak pada tiap booth. Tiap deretan cuplikan dilengkapi dengan lamtan standar dan air minum. Adapun susunan penyajian sampel dapat dilihat pada Gambar 9.
c. Cara pengujian Panelis diminta mencicipi deretan sampel pada setiap larutan yang diuji dan membandmgkannya dengan larutan standar.
Terlebih dahulu dilakukan
pencicipan terhadap standar setelah itu terhadap sampel uji. dilakukan sebanyak dua kali sebagai ulangan.
Pencicipan
Setelah mencicipi, panelis
diminta untuk menuangkan respon uji yang diminta pada format uji dengan menyatakan sama atau beda antara deretan sampel berkode dengan larutan standartpembanding.
0
0
=
sampel standar
=
sampe~uji
Gambar 9. Susunan penyajian sampel per booth pada pengujian derajat kemanisan 61. Analisis data
Tingkat kemanisan
=
konsentrasi larutan sukrosa (%) konsenhasi bahan uji (%)
Tingkat kemanisan nyata jika 15 panelis dari total 20 panelis memberikan respon penilaian sama pada konsentrasi tersebut, dan sangat nyata jika respon tersebut dinyatakan oleh sedikitnya 16 panelis.
3.4.12 Pengujian Laju Aborpsi Maltodekstrin DP 3-9 Metode pengujian laju absorpsi maltodekstrin dilakukan secara in vivo dengan menggunakan tikus putib jenis Sprague Dawley (SD) bejenis kelamin jantan, berumur kurang lebih 2.5 bulan dengan berat badan rata-rata 200 gram. Untuk membiasakan tikus dengan lingkungan laboratorium dilakukan masa adaptasi selama 7 hari. Sedangkan untuk membiasakan tikus dengan metode pemberian larutan, maka dilakukan uji coba selama 7 hari menggunakan
42
aquades. Selama masa adaptasi di laboratorium tikus diberikan ransum standar (AOAC, 1984) secara ad irbitum. Tikus yang akan digunakan sebagai perlakuan adalah tikus yang kondisi kesehatannya baik, yang ditandai dengan adanya peningkatan berat badan selama waktu adaptasi di laboratorium. 1
Pengujian dilakukan dengan menggunakan larutan maltodekstrin hasil penefitian, serta larutan glukosa dan larutan maltodekstrin komersial sebagai pembanding Konsentrasi larutan yang diberikan sebesar 5 % dengan jumlah pemberian sebanyak 1,2 ml. Asumsi yang digunakan manusia berat badan 50 kg mengkonsumsi minuman isotonik sebanyak 150 ml per hari dengan kadar glukosa 10°h, sehingga didapatkan 0,3 gradkg bb.
Untuk tikus berat
diasumsikan rata-rata 200 g, sehingga kebutuhan per ekor 0,06 g (60 mg). Pengamatan dilakukan terbadap kadar glukosa darah pada 5, 15, 30, 60, dan 120 menit setelah pemberian larutan; dengan menggunakan kadar glukosa darah tikus puasa sebagai kontrol negatif I kadar glukosa awal (0 menit) dan kadar glukosa darah tikus yang tidak dipuasakan (kondisi normal) sebagai kontrol positif Perlakuan puasa dilakukan selama kurang lebih 24 jam. Darah tikus diperoleh melalui pembedahan pada bagian perut setelah terlebih dahulu tikus dibius menggunakan eter. Pengambilan darah tikus pada bagian vena abdominal dilakukan dengan menggunakan jarum suntik steril dan
43
selanjutnya darah ditampung dalam botol vakum steril yang didalamnya sudah terdapat senyawa natriurn fluoride sebagai pengawet. Untuk memisahkan plasma, darah disenttifus selama 10 menit pada 2000 rpm. Pengamatan terhadap kadar glukosa darah dilakukan dengan metode spektrofotometer menggunakan kit penentuan glukosa