eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1): 83-96 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI STRING OF PEARLS DALAM MENGAMANKAN JALUR MINYAK CHINA DI SAMUDERA HINDIA ERIN INDRIA JAYANTI1 NIM: 07.02045197 Abstract
The implementation of a string of pearls strategy of China is the main goal in the securing lines of oil along the coastline that extends from the Strait Hormus to the Persian Gulf and Arabian Sea, past the Laccadive Sea to the Bay of Bengal, Andaman Sea, the Strait of Malacca to the coast of mainland China, in each country within the string of pearls in the Indian Ocean region. Implementation of a string of pearls strategy China is through a Assertive diplomatic approach with oil belt of the country, to an agreement of cooperation agreements and maximize giving of development assistance in the development of foreign bases, as one Chinese instrument in keeping the sea lines of Communications along the pathway at the string of pearls line. That passes which Gwadar port (Pakistan), Hambantota port (Sri Lanka), Chittagong port (Bangladesh), Sittwe port (Myanmar), signal intelligence facilities in the Coco Island (Myanmar), Kra Canal (Thailand), Kyaukphyu port (Burma), the military bases (Marao, Maldives), underground pipeline in Islamabad and the Karakoram Highway to Kashgar Xinjiang, and the Port of Sihanoukville (Cambodia). Then China put the Blue Water Navy and PLAN (People Liberation Army Nation) and indirectly China capable of developing to secure supply of oil and defense as well as developing its military power with Blue Water Navy,in the Indian Ocean region.
Keywords: String of Pearls , China, Geostrategy, Energy Security, Indian Ocean
1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Mulawarman. E-mail:
[email protected]
eJournal Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 1, 2014, 1(1):83-96
Pendahuluan Pertumbuhan ekonomi China yang pesat sejak tahun 2009 menjadikan negara ini sebagai negara pengimpor energi berupa minyak yang cukup besar. Dalam proses pembangunan, china menghadapi masalah dalam peningkatan kebutuhan energi terutama minyak, dikarenakan hampir 60% dari industri dalam negerinya adalah industri manufaktur yang padat-energi. Dan minyak merupakan komponen yang menjaga keberlangsungan pembangunan dan memiliki perananan yang sangat penting dalam menjalankan dan mempertahankan pembangunann.Makadalam memenuhi kebutuhan energi, china tidak memiliki sumber daya alam yang cukup dalam mendukungpembangunan dan pertumbuhan ekonominya.Dalam pemenuhan energi minyak didalam negeri, China disuplai dari tiga perusahaan dalam negeri yaitu CNPC (China National Petroleum Cooperation), Sinopec, dan CNOOC.Dikarenakan tidak memiliki cadangan minyak yang mencukupi, sehingga china saat ini sedang mengalami letteral presure, dimana meningkatnya jumlah penduduk, ekonomi dan tekhnologi akan mendesak sebuah negara untuk mencari sumber daya alam diluar wilayahnya.Dan sejak tahun 1993 China telah menjadi net oil importer pada tahun 2001,dengan mengimpor minyak sebesar 6,2 juta barel perhari dengan persentase hampir 50% berasal dari negara-negara Timur Tengah. Dengan cadangan minyak dunia sebesar 2,1% dan kebutuhan minyak bagi negaranya sebesar 90% dan akan terus meningkat jumlahnya. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan pasokan energi minyak dalam negeri yang terus meningkat, china melakukan pengamanan sumber energi minyak dengan mengamankan jalur atau rute pengiriman energi minyakdikawasan samudera hindia.Dengan nilai strategis samudera hindia baik secara geografis, ekonomi dan politik yang sangat penting keberadaannya bagi negaranya, maka keseriusan dalam menjaga keamanan jalur minyak agar tetap aman bagi kapal-kapal pengangkut minyaknya, China melakukan pengaman dikawasan tersebut melalui strategi string of pearlsyaitu strategi komprehensif (menyeluruh) dalam pencapaian pengamanan jalur pengiriman suplai minyak China dari negara-negara Timur-Tengah dan manifestasi peningkatan pengaruh geopolitik melalui usaha untuk meningkatkan akses pelabuhan dan bantuan udara, mengembangkan hubungan diplomatis khusus, dan modernisasi kekuatan militer.Penelitian ini akan membahas bagaimana implementasi strategi string of pearls yang dijalankan china di kawasan samudera hindia untuk mengamankan jalur minyak dalam pengiriman suplai minyak dari negara-negara di Timur-Tengah. Kerangka Dasar Teori 1. Teori Geostrategy Geostrategy merupakan salah satu bentuk kebijakan luar negeri yang berkaitan denganfaktor geografis.Kebijakan ini menginformasikan, membatasi, atau mempengaruhiperencanaanpolitikdan militer suatu negara.Sarana dan tujuan geostrategi berkaitan dengan sumber daya suatu negara baik yang terbatas atau luas dengan tujuan geopolitis baik secara domestik, regional maupun global.
84
Implementasi Strategi String of Pearls China di Samudera Hindia(Erin Indria Jayanti)
Geostrategy juga merupakan pelaksanaan kekuatan atas tempat yang sangat penting di permukaan dunia untuk memetakan keberadaan sistem politik internasional.Hal in bertujuan untuk meningkatkan keamanan, kesejahteraan, dan membuat sistem internasional lebih makmur, digunakan untuk mengamankan akses ke rute perdagangan tertentu, hambatan strategis,sungai, pulau dan laut.Dimana hal tersebut membutuhkan kemampuan atau kekuatan militeryang besar, misalnya dengan pembukaan stasiun militer di negara lain dan pembangunan kapal perang yang mampu memproyeksi kekuatan di samudera yang lebih dalam. a. Geostrategymemerlukan jaringanaliansi dengankekuatan-kekuatan besarlain atau negara-negara kecil yang memilikitujuan yang sama dan terletak didaerahyangdianggap penting. b. Selain jaringan Geostrategy juga memanfaatkan kondisi geografi negara dalam menentukan kebijakan, tujuan, sarana untuk mencapai tujuan nasionalyaitu pemanfaatan kondisi lingkungan dalam mewujudkan tujuan politik dan melihat perkembangan dunia melalui sudut pandang geopolitik yang menitik beratkan kepada pentingnya letak strategis suatu wilayah untuk memenuhi kepentingan negaranya.(Al-Rodhan, Nayef R.F2009: 53) Geostrategi, merupakan bagian dari geopolitik,yaitu jenis kebijakan luar negeri yang mengutamakan faktor letak geografis suatu kawasan ,karena geostrategi bersifat menginformasikan, membatasi, atau mempengaruhi perencanaan politik dan militer.Seperti semua strategi, geostrategi berkaitan dengan menyamakan sarana untuk tujuan , yaitu dalam hal ini adalah sumber daya suatu negara (apakah mereka terbatas atau luas) dengan tujuan geopolitik (yang secara lokal, regional, atau global).(Gray, Colin S. dan Geoffrey Sloan 1999: 21)Geostrategi adalah arah geografis kebijakan luar negeri sebuah negara.Lebih tepatnya, geostrategi menggambarkan di mana negara memusatkan usahanya dengan memproyeksikan kekuatan militer dan mengarahkan kegiatan diplomatik.Asumsi yang mendasarinya bahwa negara memiliki sumber daya yang terbatas, adalah jika mereka bersedia, untuk melakukan sebuah kebijakan luar negeri.Sebaliknya mereka harus fokus daam bidang politik dan militer di daerahdaerah tertentu di dunia. Geostrategy menggambarkan dorongan kebijakan luar negeri suatu negara yang tidak berurusan dengan proses motivasi atau pengambilan keputusan. Karena itu geostrategi suatu negara, tidak selalu termotivasi oleh faktor geografis atau geopolitik. Sebuah negara dapat memproyeksikan kekuatannya ke lokasi yang ingin dituju karena alasan ideologis, kelompok kepentingan, atau hanya kehendak dari pemimpinnya.(Jakub J. Grygiel 2006: 22) 2. Konsep Energy Security Carlos pascual dan Jonathan Elkinddalam bukunya yang berjudul Energy Security: economics, politics, strategies, and implication menuliskan bahwa ketersediaan energi sangatlah vital bagi kehidupan, maka ketersediaan energi harus dijaga dari gangguan. Energi merupakan bagian dasar yang sangat penting
85
eJournal Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 1, 2014, 1(1):83-96
bagi aktifitas ekonomi; energi mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Gangguan terhadap suplai energi bias mempengaruhi kemampuan operasional pabrik-pabrik, rumah sakit, dan rumah tangga. Dalam beberapa kasus ketersediaan energi merupakan sebuah situasi hidup dan mati. Cara untuk memastikan ketersediaan energi tetap ada bisa dengan cara: melakukan difersifikasi sumber pasokan, difersifikasi distribusi, meningkatkan kapasitas persediaan melalui jaringan pipa.(Carlos pascual dan Jonathan Elkind2003: 124-125) Karen Mingst dalam bukunya Essential Of International Relations yang membahas mengenai sumber daya alam merupakan bagian dari kekuatan dari suatu negara. Menurut Karen Mingst melalui penggunaan kekuatan sebuah negara dapat mempengaruhi negara lain dan mengontrol arah kebijakan negara yang dipengaruhi. Potensi kekuatan sebuah negara bergantung pada sumber kekuatan alamiahnya.Menurut Mingst terdapat sumber kekuatan dari sebuah negara yaitu posisi dan ukuran geografis, sumber daya alam, dan jumlah penduduknya.(Karen Mingst 1999: 115). Dalam buku Energy and Security karya Joseph S Nye, dalam buku tersebut mengatakan bahwa energy security adalah salah satu dari bagian national security.(Joseph S Nye1981: 6). Keamanan energi (Energy Security) merupakan sebuah konsep dimana sebuah negara mampu memepertahankan diri dan melakukan pembangunan dengan mengutamakan keamanan dan ketersediaan cadangan energi yang memadai dengan harga yang terjangkau, baik minyak ataupun variasi jenis energi lainnya.Hal ini semakin penting dengan kenyataan bahwa dinamika ekonomi dan politik turut memepengaruhi suplai energi yang sangat krusial bagi kegiatan pembangunan sebuah negara. Hal-hal yang memepengaruhi keberlanjutan cadangan energi antara lain adalah ketersediaan cadangan energi, fluktuasi harga, ancaman terorisme, instabilitas domestik negara pengekspor energi, adanya perang, persaingan geopolitik, hingga peta energi oleh negara-negara besar pengkonsumsi energi dunia.(Daniel Yergin 2006: 5) International Energy Agency mendefinisikan keamanan energi: sebagai akses yang memadai, terjangkau, dan dapat diandalakan untuk bahan bakar energi dan jasa, yang termasuk ketersediaan sumber daya, mengurangi ketergantungan pada impor, mengurangi tekanan pada lingkungan, persaingan dan efisiensi pasar, ketergantungan pada sumber asli yang bersih lingkungan, dan layanan energi yang terjangkau dan merata.(International Energy Agency 2006: 12). Jonathan Elkind, dari lembaga Kebijakan dan Energi Internasional pada US Department Of Energy, menyebutkan bahwa keamanan energi mengandung empat elemen, yaitu: Ketersediaan (avaibility), keandalan (reliability), keterjangkauan (affordability), dan keberlanjutan (suistainability).(Elkind Jonathan 1999: 119-148). a. Ketersediaanmengacu padakemampuan konsumen dan pengguna untuk mengamankan energy yang diperlukan. Komponen pendukungnya adalah solusi teknis pada produksi, transportasi, konversi, penyimpanan, dan distribusi. b.Keandalan, mengacu pada pelayanan energi yang bebas dari gangguan, dengan kriteria yang saling terkait, termasuk:
86
Implementasi Strategi String of Pearls China di Samudera Hindia(Erin Indria Jayanti)
1.Keanekaragam sumber energi yang disuplai (keanekaragaman bahan bakar dan tekhnologinya). 2.Keanekaragaman rantai suplai. 3.Kemampuan mengatasi hambatan dan kegagalan. 4.Menurunkan kebutuhan energi agar mengurangi beban dari infrastruktur. 5.Menyampaikan pembaharuan informasi setiap waktu. c. Keterjangkauan,melibatkan tidak hanya harga yang murah dan relatif dengan penghasilan tetapi juga harga yang stabil dan tidak mudah berubah. d.Keberlanjutan,mengacu pada meminimalkan kerusakan dibidang sosial, ekonomi dan lingkungan lewat tersedianya infrastruktur energi yang tahan lama. Keamanan energi (energy security) didefinisikan sebagai persediaan yang dapat diandalkan diharga yang wajar,(KamilaProninska 2007: 216) namun jika diteliti lebih jauh keamanan energi merupakan suatu hal yang kompleksitas dengan keamanan energi yang tidak hanya sebatas dalam pengamanan pasokan energi, tetapi didalamnya muncul kerjasama dalam pengamanan pasokan energi yang sebenarnya tidak hanya dapat dipahami dari segi politik dan ekonomi saja yaitu melalui perdagangan dan bisnis internasional, tetapi muncul pula ketergantungan dengan adanya pengamanan pasokan energi dari negara lain. Masalah energy security merupakan salah satu bagian dari national security. Didalam tulisan ini akan dibahas mengenai energy security dengan menggunakan pemikiran Malson Willrich. Ia melihat bahwa untuk menganalisa masalh energy security, negara dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu negara pengimpor dan negara pengekspor. Namun mengingat impor minyak China yaitu lebih dari 80%. Maka yang akan digunakan adalah energy security dari sudut pandang pengimpor. Terdapat tiga definisi mengenai energy security, yaitu; 1.Energy security yang dipandang secara sempit sebagai jaminan cukupnya persediaan energi sehingga memungkinkan negara untuk dapat menjalankan fungsinya dimasa perang. 2.Energy security yang dipandang secara luas sebagai jaminan adanya persediaan energi yang cukup untuk mempertahankan berjalannya perekonomian nasional pada level yang normal. 3.Energy security yang dipandang sebagai jaminan cukupnya persediaan energi sehingga memungkkinkan berfungsinya perekonomian nasional yang masih dapat diterima. Willrich berpendapat bahwa definisi pertama terlalu sempit dan definisi kedua terlalu luas dan keduannya membentuk bentangan spectrum dari titik ekstrim.Sehingga diperlukan definisi ketiga yang berada diantara kedua titik ekstrim tersebut. Singkatnya, keamanan energi berkaitan tentang keamanan yang dapat mengancam keberlangsungan suatu negara baik dari segi ekonomi, stabilitas politik dan kesejahteraan warga negara.Masyarakat sepenuhnya sangat tergantung terhadap jasa energi, seperti pompa bensin atau listrik, dan tidak hanya rumah pribadi, tetapi sektor bisnis dan bahkan kalangan publik yang memiliki wewenang serta lembaga pemerintahan pun sangat membutuhkan energi untuk bisa melakukan keberlangsungannya dengan baik. Oleh karena itu, pasokan energi
87
eJournal Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 1, 2014, 1(1):83-96
yang sangat terpenuhi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi dan juga sebagai legitimasi dalam entitas politik.(Mason Willrich 1975: 4 dan 67) 3. Konsep Diplomasi Menurut Sir Earnest Satow dalam buku Guide To Diplomatic Practice: diplomasi yaitu penerapan kepandaian dan taktik pada pelaksanaan hubungan resmi antar pemerintah negara-negara berdaulat.(Sir Earnest Satow2009:) MenurutHaroldNicholson Diplomasi berasal dari kata “diploun” yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti “melipat”. Sedangkan pada zaman kerajaan Romawi terdapat surat-surat jalan yang dicetak melalui piringan logam yang disebut dengan diplomasi, dan terdapat lima hal dalam diplomasi; 1. Politik luar negeri, 2. Negosiasi, 3. Mekanisme pelaksanaan negosiasi tersebut, 4. Suatu cabang dinas luar negeri, 5.Mencakup keahlian dalam pelaksanaan negosiasi internasional.(Sir Harold Nicholson,1988). Sedangkan menurut Kavhalam Madhava Panikkar dalam buku The Principle and Practice of Diplomacy: diplomasi, dalam hubungannya dengan politik internasional, adalah seni mengedepankan kepentingan suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain.(Kavalam Madhava Panikkar,1956)Menurut Ivo D. Duchacek: diplomasi didefinisikan sebagai praktek pelaksanaan politik luar negeri suatu negara dengan cara negosiasi dengan negara lain.(Ivo Duchacek,1988) Clausewitz, seorang filsuf jerman: berpendapat bahwa perang merupakan kelanjutan dari diplomasi dengan melalui sarana lain. Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil beberapa poin penting dari pengertian diplomasi tersebut.Pertama, unsur pokok dari diplomasi adalah negosiasi.Kedua, negosiasi yang dilakukan itu untuk kepentingan negara yang bersangkutan. Ketiga, diplomasi ini dilakukan untuk kepentingan nasional yang dilaksanakan dengan cara yang damai. Keempat, perang merupakan sarana lain jika cara damai tidak lagi dapat ditempuh. Kelima, diplomasi berkaitan dengan politik luar negeri suatu negara.Keenam, sistem negara merupakan bentuk diplomasi modern.Ketujuh, perwakilan negara merupakan suatu bagian dari diplomasi. Jadi, diplomasi dapat diartikan sebagai seni suatu negara untuk berhubungan dengan negara lain yang mana untuk memenuhi kepentingan negara itu sendiri, dan jika tidak bisa diambil jalan damai maka perang adalah sarana lain.(Carl von Clausewitz:1976) Menurut Kautilya dalam bukunya Kautilya's concept of diplomacy: a new interpretationbahwa tujuan utama diplomasi yaitu pengamanan kepentingan negara sendiri. Atau bisa dikatakan bahwa tujuan diplomasi merupakan penjaminan keuntungan maksimum negara sendiri. Selain dari itu juga terdapat kepentingan lainnya, seperti ekonomi, perdagangan dan kepentingan komersial, perlindungan warga negara yang berada dinegara lain, pengembangan budaya dan ideology, peningkatan prestise, bersahabat dengan negara lain, dan lain lain.
88
Implementasi Strategi String of Pearls China di Samudera Hindia(Erin Indria Jayanti)
Tujuan untuk pengamanan kebebasan politik dan integritas teritorial suatu negara biasanya merupakan hal paling utama dalam diplomasi walaupun tidak bisa dipungkiri tujuan-tujuan lainnya seperti ekonomi, budaya, dan lainnya. Tujuan pokok lain yakni mencegah negara-negara lain melawan suatu negara tertentu. Untuk mencapai kebebasan politik dan keamanan negara, maka dalam diplomasi hal tersebut dapat dicapai dengan memperkuat hubungan dengan negara sahabat, memelihara hubungan dengan negara-negara yang sehaluan, dan menetralisir negara-negara yang memusuhi. Untuk mencegah negara-negara lain bergabung melawan negara tertentu maka dapat dilakukan dengan melakukan suatu bentuk saling pengertian dengan suatu negara, menunjukkan suatu itikad baik dan menghilangkan keraguan negara lain sehubungan dengan persekutuan politik, dan sebagainya. Selain dari itu perang juga merupakan suatu bentuk diplomasi yang mana jika suatu negara dengan negara lain tidak dapat lagi melakukan hubungan yang damai. Ada empat prinsip utama dari instrument diplomasi menurut Kautilya, yakni sama, dana, denda, dan beda, maksudnya ialah perdamaian atau negosiasi, memberi hadiah atau konsensi, menciptakan perselisihan, mengancam atau menggunakan kekuatan nyata. Sedangkan penulis modern menyatakan tiga bentuk pencapaian diplomasi, antara lain kerjasama (cooperation), penyesuaian (accommodation), dan penentangan (opposition).(Bharati Mukherjee,1976) Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif, yaitu menggambarkan secara sistematis satu atau lebih fenomena dengan beberapa pertimbangan dan indikator.Sehingga penelitian deskriptif berdasarkan pola pikir secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.Lebih spesifik lagi, penelitian ini menggunakan metode case study, yaitu fokus pada kejadian tertentu, group, komunitas dan individu.Di sini penulis memfokuskan mengenai bagaimana implementasi strategi string of pearls yang dijalankan China dalam mengamankan jalur/rute minyak-nya dikawasan Samudera hindia. Hasil Penelitian Posisi dan potensi kawasan samudera hindia baik secara geografis,ekonomi dan politik yaitu berada disekitar negara-negara penghasil minyak nomor satu di dunia, menjadikannya kawasan lautan yang dapat memiliki kandungan mineral dan produsen minyak terbanyak diseluruh dunia. Samudera Hindia memiliki kandungan minyak murni dan mineral yang sangat banyak jumlahnya sehingga menjadi tempat eksploitasi baru yang sangat berpotensial sebagai pemenuhan sumber daya mineral, maka dari hal tersebut China melihat bahwa keberadaan samudera hindia memiliki nilai strategis yang sangat penting dalam mendukung terlaksananya strategi string of pearls yaitu strategi komprehensif (menyeluruh) dalam pencapaian pengamanan jalur pengiriman suplai minyak China dari negaranegara Timur-Tengah dan manifestasi peningkatan pengaruh geopolitik melalui usaha untuk meningkatkan akses pelabuhan dan bantuan udara, mengembangkan
89
eJournal Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 1, 2014, 1(1):83-96
hubungan diplomatis khusus, dan modernisasi kekuatan militer yang memanjang dari Teluk Persia dan Laut Arab, melewati Laut Laccadive menuju Teluk Benggala, Laut Andaman, Selat Malaka ke pesisir daratan China.Jalur tersebut merupakan jalur/rute laut yang dibentuk China untuk pengiriman minyaknya. Adapun alasan China melaksanakan strategi string of pearls dikawasan samudera hindia yaitu ; meningkatnya pertumbuhan akan permintaan kebutuhan energi minyak dalam negeri yang diimbangi dengan terus meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan China, adanya keinginan untuk mengontrol kawasan samudera hindia dan selat malaka bagi keamanan maritimnya dan penyebaran pengaruh politik dan ekonominya, terjaminnya keamanan jalur minyak china dikawasan tersebut, dan adanya kekhawatiran china akan pihak luar yang juga ingin mengimbangi meningkatnya kegiatan maritime china dikawasan samudera hindia. Berikut adalah implementasi strategi string of pearlsChinadalam menjaga keamanan jalur minyaknya dikawasan samudera Hindia ; A. Pendekatan Diplomasi Diplomasi yang dilaksanakan China sama halnya dengan yang tertuang dalam konsep diplomasi Kautiliya yaitu pengamanan pengiriman suplai dan jalur minyak China di kawasan samudera hindia,dengan tujuan selain pengamanan, China juga melakukan kerjasama dan pemberian bantuan dana dan juga pembangunan infrastruktur umum lainnya dinegara-negara dalam jalur minyanya dengan kompensasi dapat mengembangkan dan membangun pelabuhan dan menempatkan militer dalam penjagaan pengamanan pengiriman suplai dan jalur minyaknya dikawasan samudera hindia. Hal tersebut merupakan langkah dalam pencapaian keuntungan maksimum China baik dari segi ekonomi, politik dan pertahanan melalui strategi string of pearls yang dilaksanakan di kawasan samudera Hindia. Dengan langkah awal diplomasi, China terus meningkatkan kerjasama positif dan saling menguuntungkan bagi kedua negara di dalam jalur minyaknya yang ingin di amankan China dari segala potensi gangguan keamanan seperti terorisme, pembajakan, dan gangguan dari negara-negara lainya yang mengkhawatirkan meningkatnya penjagaan laut oleh China dikawasan samudera Hindia. Adapunlangkah yang dilakukan China melalui diplomasinya di jalur minyak dan negara-negara yeng termasuk dalam string of pearls adalah sebagai berikut: 1. Pemberian Bantuan Kepada Negara-Negara Yang Berada Dalam String Of Pearls. Dalam menjalankan hubungan diplomasi dan kerjasamanya dalam strategi String of Pearls, China sebagai negara yang memiliki kepentingan dalam mensuplai minyaknya dan menjaga keamanan jalur lautnya di Samudera Hindia, dilaksanakan dengan memberikan bantuan disetiap titik-titik negara(Pearls) dalam Jalur rute minyak di kawasan Samudera hindia, maka kerjasama yang dilakukan China disetiap titik negara-negara dalam menjaga jalur suplai minyaknya adalah sebagai berikut: a. Pelabuhan Gwadar, Pakistan Tahun 2001 China membangun sebuah pelabuhan di Gwadar Pakistan.China sebagai kunci dalam pendanaan pembangunan pelabuhan tersebut yang mulai
90
Implementasi Strategi String of Pearls China di Samudera Hindia(Erin Indria Jayanti)
beroperasi pada tahun 2008.Kerjasama bilateral ini bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas pelabuhan Gwadar di Pakistan.Selain memberikan bantuan dana dalam pembangunan pelabuhan Gwadar tersebut, pada tanggal 3 Maret 2011 Pemerintah China dan Pakistan, di Islamabad bekerjasama membangun dua kapal cepat rudal di Tianjin, China. Angkatan Laut Pakistan dan China Shipbuilding and Offshore International Company melakukan perjanjian kerjasama untuk membuat kapal cepat yang dapat membawa rudal, pembangunan kapal tersebut dilakukan secara simultan di Karachi, Pakistan dan Tianjin, China. b. Pelabuhan Hambantota, Sri Lanka Perjanjian konstruksi secara bilateral antara otoritas pelabuhan Sri Lanka dan konsorsium perusahaan engineering China yaitu Limited Harbor dan Sino Hydro Corporation Limited yang ditandatangani pada tanggal 12 Maret 2007. Isi kesepakatan yaitu pemerintah China memberikan bantuan dana militer sebesar 1 triliun dolar bagi pemerintah Sri Lanka untuk melawan pemberontakan di negaranya, mengembangkan pelabuhan kontainer di wilayah pantai Hambantota, mengembangkan sistem pengisian bahan bakar dengan membangun kilang minyak yang dapat mempermudah pengiriman import minyak China, dan membangun fasilitas bandara udara di Sri Lanka. c. Pelabuhan Chittagong, Bangladesh Adanya kesepakan antara pemerintah Bangladesh dan China yaitu untuk membangun pangkalan AL china dan pelabuhan yang komersial di sekitar wilayah Chittagong.Dengan kompensasi dari China yaitu kesepakatan untuk membangun sambungan rel dan jalan raya yang menghubungkan antara propinsi Yunnan dan pelabuhanChittagong. d. Pelabuhan Sittwe, Myanmar Melalui forum GSM(Greater Subregion Mekong) dimana Mekong merupakan sungai lintas negara yang alirannya melewati Tibet, Yunnan, China - Myanmar Thailand - Laos - Kamboja dan Vietnam dengan panjang 795.000 km di Viantine, Laos kerjasama multilateral yang meliputi bidang ekonomi, sosial, infrastruktur, jalan, irigasi dan pembangkit tenaga listrik, China melakukan pendekatan kepada pemerintah Myanmar dengan memberikan bantuan yaitu berupa pembangunan jalan raya trans-nasional yang menghubungkan Bangkok dan Yunan dengan bantuan dukungan dana dari Bank Pembangunan Asia. Pada pertemuan GSM tersebut telah dibentuk kesepakatan untuk membangun jalan darat sepanjang 1800 km dari Kunming, China menuju Bangkok, Thailand. Selain itu kesepakatan lain yang dibentuk kedua negara ini adalah adanya kerjasama imporpasokan gas dan mineral China dari Myanmar, dan bantuan persenjataan militer Myanmar yang membutuhkan persenjataan dari negara China. e. Kra Canal, Thailand Pemerintah China pada tahun 2005 mengusulkan kerjasama kepada pemerintah Thailand dengan memberikan bantuan dana sebesar 20 milliar US$ dalam
91
eJournal Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 1, 2014, 1(1):83-96
pembangunan proyek Kra Kanal di Kra Isthmus Thailand, yang dilengkapi dengan infrastruktur bangunan lainnya seperti fasilitas pelabuhan, dan instalasi penyulingan energi minyak.Pembangunan kanal tersebut dimaksudkan untuk memperpendek jarak tempuh pengiriman minyak ke wilayah China dari negaranegara pengekspor minyak di Timur Tengah yang bekerjasama dengan China. Kanal tersebut nantinya akan menghemat perjalanan sekitar 1.200-1.400 km atau sekitar 2-3 hari jika perjalanan yang ditempuh melewati selat malaka, keuntungan finansial bagi Thailand dengan dibangunnya Kanal tersebut yaitu mampu memberikan akomodasi bagi 500 kapal kargo milik Thailand dan meningkatkan pendapatan domestik disektor pelabuhan Thailand. f. Burma (Pelabuhan Kyaukphyu) Pada tahun 2005, sebuah tim gabungan dari China mengadakan survey ke Burma, memantau pelabuhan yang sedang dibangun dan konstruksi jalan raya di negara Arakan. Proyek jalan raya sepanjang 1.943 kilometer dari kota KunmingMandalay-Kyaukpyu-Sittwe, yang terhubung dari Burma ke China. Perusahaan China juga telah membangun jalan raya sepanjang 305 km di Burma. Mereka juga akan segera membangun link (penghubung) rel kereta api sepanjang 107kilometer ke Lashio di negara bagian Shan. China menyediakan semua teknologi, peralatan dan tenaga kerja untuk konstruksinya dan telah membantu Burma untuk membangun pelabuhan laut, kereta api, dan jalan raya. g. Pembangunan Jalur Pipa Bawah Laut di Islamabad Dan Karakoram Highway Ke Kashgar Diprovinsi Xinjiang, China China dan Pakistan bekerjasama untuk meletakkan pipa trans-Himalaya untuk membawa minyak mentah dari Timur Tengah ke Cina bagian barat.Rutenya yaitu berada diwilayah Himalaya, yang mana setelah minyak mentah mencapai Cina dan kemudian minyak mentah tersebut harus dikirim ribuan kilometer lebih ke timur dan ke daerah-daerah pesisir, di mana permintaan energi yang paling terpusat di China. Jalur pipa minyak akan dibangun bersama-sama dengan jalan raya Karakoram. Pipa minyak yang diusulkan akan menghubungkan pelabuhan Gwadar dengan wilayah Cina bagian barat yang terpencil, dan sebagian besar pembangunannya akan dibiayai oleh China. h. Maladewa (Marao) China menandatangani perjanjian sewa selama 25 tahun dengan Maladewa untuk penggunaan kepulauan Marao dan menciptakan lapangan kerja bagi penduduk setempat yang bergantung pada pariwisata dan perikanan dipulau tersebut. Pada tanggal 23 Juli 2001 China mengajukan untuk membangun pangkalan angkatan laut di dekat kepulauan Marao Maladewa di Samudra Hindia pada tahun 2010 dan menggunakan kapal selam bertenaga nuklir yang dilengkapi dengan menempatkan kapal selam Dong Feng-44, rudal dan kapal selam rudal balistik (SLBM). Pangkalan tersebut ditujukan untuk mengelilingi India dan menetralisir proyeksi kekuatan ofensif di Samudera Hindia.
92
Implementasi Strategi String of Pearls China di Samudera Hindia(Erin Indria Jayanti)
i. Kamboja (Pelabuhan Sihanoukville) Adanya kesepakatan perjanjian militer pada bulan nopember 2003 untuk memberikan pelatihan dan peralatan militer bagi angkatan militer Kamboja. Kamboja juga membantu Beijing membangun jalur kereta api dari China ke laut China Selatan.China menyediakan dana untuk membarui fasilitas docking di Ream, dan mengupgrade port dekat Sihanoukville (Kompong Som). Akses ke pelabuhan ini memberikan dua keuntungan strategis yang potensial. Pertama, China akan mengunjungi armada angkatan laut yang dapat digunakan untuk menekan Hanoi selama masa ketegangan Sino-Vietnam. Kedua, pelabuhan Rim atau Sihanoukville merupakan salah satu pijakan potensial bagi pelaksanaan strategi String of Pearls China yang bertujuan untuk mengamankan alur laut komunikasi dan melindungi pasokan energinya. 2. Membangun Foreign Bases di Kawasan Samudera Hindia China menempatkan angkatan militernya disetiap pelabuhan-pelabuhan yang dibangun di negara-negara dikawasan Samudera Hindia melalui strategi string of pearls miliknya dengan langkah awal melakukan kerjasama dan memberikan bantuan infrastuktur. Adapun pangkalan-pangkalan yang di bangun oleh China di kawasan Samudera Hindia yaitu ; Pakistan dengan pelabuhan Gwadarnya dimana China telah menempatkan pasukan AL militernya di pelabuhan Gwadar dengan langkah awal menjalin kerjasama ekonomi yaitu memberikan bantuan dana kepada pemerintah Pakistan dalam pengelolaan pembaruan pelabuhan Gwadar tersebut. Selain bantuan dana tersebut China juga memberikan pelatihan militer kepada pasukan militer Pakistan. Pelabuhan Hambantota di Sri Lanka memberikan China tempat bagi kapal perang AL miliknya dan membangun kilang minyak, menyiapkan bandara dan fasilitas militer lainnya bagi China. Dan di pelabuhan Sittwe, Myanmar China telah memasok 100 tank ukuran sedang, 100 light tank, 24 unit pesawat tempur, 250 kendaraan militer, sistem peluncur roket, howitzer, senjata anti pesawat terbang, dan keperluan militer ke Myanmar lainnya. Empat tahun kemudian, Myanmar memesan lagi kapal perang, helikopter, senjata ringan dan artileri.Hal ini ditambah pengiriman 200 truk militer dan 5 kapal perang baru serta kerjasama program pelatihan militer tahun 2002.Dan tahun 2005, dikirim lagi 400 truk militer untuk melengkapi 1500 truk yang dipesan oleh Myanmar. Membangun fasilitas SIGINT(Signal Intelligence) dan ELINT(Electronic Intelligence) dan stasiun pengumpulan intelijen di Coco Island. Fasilitas tersebut berfungsi sebagai jalur dan jaringan komunikasi laut yang dibangunnya untuk mengawasi kegiatan maritime dikawasan tersebut.Membangun basis maritim di Pulau Coco kecil, dan pengembangan lapangan terbang, piring radar, dermaga dan sejumlah bangunan infrastruktur.
93
eJournal Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 1, 2014, 1(1):83-96
B. Pengamanan Jalur Minyak China melalui String Of Pearls 1. Mengamankan SLOC’s (Sea Lines of Communication’s) Jalur Minyak China di Kawasan Samudera Hindia Dengan menempatkan AL militernya dipelabuhan-pelabuhan tersebut guna menjaga komunikasi garis pantai. Penjagaan komunikasi garis pantai yang dilakukan oleh AL militer China bertujuan agar dapat memantau kekuatan militer negara lain yang dapat mengancam keamanan kapal pengangkut minyak miliknya dalam mensuplai minyak dari negara Timur-Tengah. Penjagaan ini juga dimaksudkan untuk menanamkan pengaruh China di kawasan Samudra Hindia.Kebijakan luar negeri dan keamanan China yang dijalan sekarang mengacu pada strategi string of pearls.Namun keberadaan strategi tersebuttidak mudah menepis kekhawatiran negara-negara di kawasan samudera hindiatentang adanya hidden agenda sebagai faktor pendorong dalam pembangunan Angkatan Laut China. Angkatan Laut China mengenal enam jenis kampanye yang dilaksanakan dalam pengamanannya, yakni blokade laut, anti SLOC’s, serangan dari laut ke darat, antikapal, perlindungan transportasi laut dan pertahanan pangkalan Angkatan Laut.Dari enam jenis kampanye tersebut, Angkatan Laut China melaksanakan pelatihan pada jenis-jenis spesifik dari metode tempur yang dikenal sebagai Three Attacks and Three Defenses.Three Attacks yaitu serangan terhadap pesawat siluman, rudal jelajah dan helikopter bersenjata.Adapun Three Defenses yakni pertahanan melawan serangan presisi, jamming elektronik dan pengintaian elektronik dan pengamatan.Dari kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Angkatan laut China tersebut merupakan salah satu komponen pendukung dalam mengamankan SLOC’s jalur minyaknya dikawasan Samudera hindia. 2. Mengembangkan Blue Water Navy di Kawasan Samudera Hindia Tahun 2008 China lebih memfokuskan kegiatan dan kerjasama dalam bidang maritim, dengan memberikan bantuan operasional dan pengalaman latihan militer di bidang angkatan laut yang sangat membutuhkan keahlian dari negara-negara dikawasan samudera hindia yang lebih memiliki tekhnologi dan posisi geografis yang mendukung China. Hubungan politik dan ekonomi China dengan Sri Lanka, Myanmar, Bangladesh, dan Pakistan termasuk kegiatan konstruksi fasilitas pelabuhan yang berpotensi akan mendukung penyebaran angkatan maritim di masa depan.China berupaya melindungi perkapalannya dari berbagai ancaman dan tantangan yang mana salah satu fungsi mendasar Angkatan Laut adalah untuk melindungi armada niaga. Maka China meningkatkan pertumbuhan industri militer dan maritime, termasuk armada niaga dan lebih disesuaikan dengan kemampuan Angkatan Lautnya untuk melindungi industri tersebut.Salah satunya adalah pengiriman Gugus Tugas Angkatan Laut China ke perairan Somalia sejak tahun 2008. Pengiriman pasukan AL ini ditujukan untuk menguji kemampuan Angkatan Laut China melaksanakan operasi Angkatan Laut jarak jauh, serta menjaga dan mengamankan dengan adanya sejumlah serangan pembajak terhadap beberapa kapal niaga berbendera
94
Implementasi Strategi String of Pearls China di Samudera Hindia(Erin Indria Jayanti)
China. Selain ke Somalia, secara rutin setiap tahun terdapat Gugus Tugas Angkatan Laut China yang melakukan pengawasan ke beberapa negara yang jauh dari daratannya, seperti ke Hawaii dan pantai barat Amerika Serikat, Asia Tenggara dan juga Samudera India. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor pendorong aspirasi China mengembangkan blue water navy tidak lepas dari strategi nasional yang dianutnya, yakni keamanan energi dengan mengadopsi strategi string of pearls dalam mengamanakan jalur minyak china dikawasan samudera hindia.Strategi tersebut dilaksanakan dalam mengelola tekanan eksternal untuk menjamin keamanan dalam pengiriman impor minyak China dari negara-negara di Timur-tengah dan menciptakan suatu lingkungan yang kondusif bagi pembangunan ekonomi China. Kesimpulan Pelaksanaan strategi String of Pearls China yang paling maksimal dilaksankan adalah di Pakistan yaitu dengan pembangunan dan pengembangan pelabuhan Gwadar, karena posisi Pakistan secara geografis berada dikawasan Timur-tengah yang merupakan titik awal dalam mensuplai energy minyak bagi China, selain itu hubungan kerjasama yang secara strategis telah lama terjalin oleh kedua negara tersebut.Maka dengan strategi tersebut China menempatkan Blue Water Navy dan PLAN(People Liberation Army Nation) disetiap titik negara dalam rute jalur minyak miliknya dikawasan Samudera hindia, maka secara tidak langsung China mampu mengembangkan penjagaan suplai minyak dan pertahanan serta mampu mengembangkan kekuatan militernya yakni Blue Water Navy, PLAN dalam kawasan Samudera hindia. Dan dari beberapa tahapan strategi string of pearls yang dilaksanakan oleh China tersebut dapat terlihat pada kerjasama dan pemberian bantuan dalam pengembangan pelabuhan-pelabuhan komersil yang dibuat oleh China terutama di Gwadar Pakistan, sehingga dapat memberikan China sebuah pijakan yang memudahkannya mensuplai minyak dan sekaligus meningkatkan penjagaan dan pengembangan kekuatan laut dan hegemoni di kawasan Samudera hindia. DAFTAR PUSTAKA Buku: Clausewitz,Carl von,1976,”On War and Politics”, Ed./trans. Michael Howard and Peter Paret. Princeton: Princeton University Press. Colin S., Gray, dan Geoffrey Sloan, 1999 “Geopolitik, Geografi dan Strategi”. Portland, OR: Frank Cass Duchacek, Ivo, Daniel Latouche (Editor), Garth Stevenson (Editor),1988,”Perforated Sovereignties And International Relations Trans-Sovereign Contacts of Subtational Governments”, Institute of Governmental Studies, University of California, Berkeley Grygiel, Jakub J, 2006, ” Great Powers and and Geopolitical Change” Mingst, Karen, 1999, Essential Of International Relations . W.W Norton Company , Inc.
95
eJournal Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 1, 2014, 1(1):83-96
Mukherjee, Bharati, 1976, “Kautilya's concept of diplomacy: a new interpretation”, Universitas Michigan, Minerva Associates (Publications) Nayef R.F ,Al-Rodhan, December 1, 2009 “ Neo-Statecraft And MetaGeopolitics: Reconciliation of Power, Interests and Justice in the 21st Century Nye,Joseph S, and David A Deese,1981, Energy and Security, Massachusetts : Ballinger Publishing Company Nicholson, Sir Harold ,Diplomacy, Institute For Study Of Diplomacy Edition With Foreword by Nigel Nicholson, 1988 Institute for the Study of Diplomacy Pascual, Carlos dan Jonathan Elkind, 2003, Energy security :economics, politics, strategies, and implication, THE BROOKINGS INSTITUTIONS 1775 Massachusetts Avenue, N.W., Washington, DC Proninska, Kamila, 2007, ‘Energy and Security:Regional and Global Dimension’, in:SIPRI Yearbook-Armaments, Disarmament and Internasional security, Oxpord University Press Satow,Sir Earnest, 2009, Guide To Diplomatic Practice, Sixth Edition edited by Sir Ivor Robets, Oxford University New York Willrich, Mason, 1975, Energy and World Politic, New York: Macmillan Publishing Company, Inc Yergin, Daniel, 2006, “Ensuring Energy Security”Jurnal Foreign affairs, Volume 85 No.2 Artikel: Christopher J. Pehrson, Juli 2006 ‘String of pearls: Meeting The Challenge Of China Rising Power Across The Asian Littoral’. Terdapat di www.strategicstudiesinstitute.army, diakses pada tanggal 09 Agustus 2011 Media Elektronik: China memperluas jejak strategis-Asia Pasifik defence forum, dalam http://apdforum.com/id/article/rmiap/articles/print/departments/voice/2011 /04/01/feature-01,diakses tanggal 04 september 2012 Chinese naval base in Maldives, dalamhttp://www.dhivehiobserver.com/speicalreports/China-base-inMaldives0705051.htm, diakses pada tanggal 25 Juli 2013 Obama’s Geopolitic China Pivot, terdapat dalam http://therealnews.com/t2/component/content/article/54-williamengdahl/1221-obamas-geopolitical-china-pivot, diakses pada tanggal 06 September 2012 Office of Naval Intelligence, China’s Navy 2007, hal.27 , Forum Kajian Pertahanan dan Maritim – ANALISIS TERHADAP PEMBANGUNAN ANGKATAN LAUT CHINA, dalam www.fkpmaritim.org, diakses pada tanggal 25 juli 2013 U.S. Department of Defense, Annual Report to Congress: Military Power of the People’s Republic of China 2009, hal.9 , Forum Kajian Pertahanan dan Maritim – ANALISIS TERHADAP PEMBANGUNAN ANGKATAN LAUT CHINA, dalam www.fkpmaritim.org, diakses pada tanggal 25 juli 2013
96