Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015
ISSN : 2302-3805
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
IMPLEMENTASI SECI MODEL PADA PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM Bramantara Yudha1), Han Sulaiman2) dan Ari Irawan3) Teknik Informatika Universitas Indraprasta PGRI Jl Nangka No. 58 Tanjung Barat, Jakarta Selatan Email :
[email protected]),
[email protected]),
[email protected]) 1), 2),3)
Abstrak Pentingya sharing pengetahuan dalam perkuliahan diperlukan sebuah alternatif dalam penanganan belajar untuk mahasiswa dan dosen yang baru mengajar mata kuliah java. Knowledge Management bisa menjawab semua itu. Dengan adanya teknologi berbasis e-mobile peran knowledge management system semakin bisa dirasakan. Dalam penelitian ini akan dibangun sebuah Knowledge Management System dengan pendekatan SECI Model yang akan diterapkan pada pembelajaran berbasis e-mobile. Untuk menguji kesiapan SECI Model dilakukan dengan Knowledge Management Diagnostic.Pengujian System Quality Assurance (SQA) pada aplikasi Knowledge Management System yang telah dibuat dengan tujuan mengukur kualitas dari aplikasi tersebut. Penulis berharap materi dalam artikel ini dapat sebagai pengetahuan bagi pembaca dan tidak terlepas dari kesalahan penulis. Kata Kunci : perkuliahan, java, SECI Model, SQA. 1. Pendahuluan Data, informasi, dan knowledge pada dasarnya merupakan konsep yang saling berhubungan. Data, informasi, dan knowledge dibedakan sebagai berikut. Data adalah angka atau atribut yang bersifat kuantitas yang berhasil dari hasil observasi, eksperimen atau kalkulasi. Informasi adalah data di dalam satu kontektual tertentu merupakan kumpulan data dan terkait dengan penjelasan interpretasi, dan berhubungan dengan materi lainnya mengenai objek, peristiwa, atau proses tertentu. Knowledge adalah informasi yang telah diorganisasi, disintesiskan, untuk diringkaskan untuk meningkatkan pengertian, kesadaran, atau pemahaman[1]. Pembangunan pendidikan di Indonesia saat ini lebih diarahkan pada peningkatan mutu agar mampu bersaing secara global. Persaingan global telah menimbulkan kompetisi global. Bila dalam bidang ekonomi, kompetisi global ditandai dengan pasar bebas yang akan memberikan kesempatan pada negara manapun untuk memasarkan produknya baik berupa barang dan jasa di negara manapun tanpa adanya batasan, maka dunia pendidikan menyikapinya dengan kolaborasi. Hal ini sudah mulai dirasakan akhir-akhir ini dengan semakin aktifnya para agen lembaga pendidikan luar negeri menawarkan kolaborasi program-programnya secara profesional dan proporsional. Masyarakat dapat lebih memilih lembaga pendidikan yang bermutu. Demikian pula lembaga pendidikan dapat lebih membidik calon
peserta didik dengan segmen tertentu. Penjaringan calon peserta didik menjadi lebih terfokus. Dari uraian diatas, maka dapat dibuat perumusan pokok masalah agar materi yang akan dibahas tidak menyimpang dari pokok pembahasan dan sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah pokok yang dibahas dalam tesis ini adalah : a. Bagaimana rancangan KMS yang tepat yang harus dilakukan untuk meningkatkan tehnik pengajaran dan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan organisasi dan referensi dari kajian teori ? b. Apakah rancangan tersebut dapat dijadikan gambaran tolak ukur adanya peningkatan tehnik pengajaran dan pembelajaran ? Adapun penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menyelesaikan permasalahan mengenai tehnik pengajaran dan pembelajaran bahasa pemrograman java pada prodi Teknik Informatika Universitas Indraprasta PGRI melalui aplikasi yang dibangun. Berikut ini merupakan tinjauan studi yang relevan yang digunakan pada jurnal ini: a. Olusegun Folorunso, Adio T. Akinwale, Rebecca O. Vincent dan Babatunde Olabenjo (2010) University of Agriculture, Nigeria dengan penelitian yang berjudul “A Mobile-based Knowledge Management System for ‘Ifa’: An African Traditional Oracle”. “Ifa” adalah kepercayaan tradisional Afrika dan ada di bagian barat Nigeria . “Ifa” berdasar pada konsultasi terhadap masalah tertentu. Masih dipercaya bahwa “Ifa” mengarahkan konsultan ke arah yang benar. Juga disebutkan bahwa “Ifa” adalah suatu ramalan, merupakan proses hidup bagaimana peserta mengalami kehadiran ramalan. Dalam penelitian ini, dibuatlah konsep dan rancangan sebuah sistem KM berbasis mobile untuk ramalan "Ifa". Dalam sistem ini, penerapan Knowledge Management berbasis mobile terhadap konsultasi ramalan "Ifa" memainkan peran inti. b. Karma(2012), PERANCANGAN APLIKASI KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS SECI MODEL Studi Kasus: Puslitbang Sumber Daya Air. Penelitian bidang sumber daya air merupakan layanan utama organisasi (core business) Puslitbang SDA yang dilaksanakan berdasarkan tahapan penentuan tujuan, penjabaran proses,
2.2-211
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015
ISSN : 2302-3805
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
c.
komunikasi, kreasi pengetahuan, penerapan dan evaluasi yang telah dilakukan pada setiap penelitian. Proses penelitian yang sudah dilakukan tersebut merupakan sebuah knowledge management (KM). Pada prakteknya, tahapan penelitian tersebut belum dilaksanakan secara efektif, sehingga proses pembentukan pengetahuan masih dilakukan secara intuitif dan belum ada sarana penyebaran pengetahuan yang optimal. Sehingga dibutuhkan sistem informasi dan organisasi yang dapat mengontrol tahapan penelitian tersebut dan memastikan bahwa setiap tahapan dikerjakan dengan tepat guna/efisien. Yuliazmi (2005) penerapan Knowledge Management pada perusahaan reasuransi: Studi Kasus PT Reasuransi Nasional Indonesia. Penelitian tesis ini menganalisis kondisi knowledge dalam organisasi, dengan memperhatikan dukungan infrastruktur teknologi informasi yang ada. Metode focus group discussion (FGD) digunakan sebagai metodologi untuk melakukan analisis. Focus group discussion sendiri merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kecenderungan yang ada pada individu mengenai persepsi tentang suatu hal.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menyajikan rangkuman hasil observasi dari hasil analisis untuk menangani sulitnya mahasiswa dalam belajar bahasa programming java, tehnik pengajaran java untuk dosen dan wawancara yang berupa kuesioner. Hasil yang di dapat akan menggambarkan keadaan yang ada di lapangan mengenai sulitnya mahasiswa dalam belajar bahasa programming java dan tehnik pengajaran java untuk dosen pada saat ini 2. Pembahasan 2.1 Hasil dan Pembahasan 2.1.1 Implementasi Sistem Mengelola knowledge sebenarnya merupakan bagaimana organisasi mengelola staf mereka dari pada berapa lama mereka menghabiskan waktu untuk teknologi informasi[2]. Pada umumnya suatu proyek Knowledge Management memiliki salah satu dari tiga tujuan berikut[3]: a. Menunjukkan terdapat suatu pengetahuan serta peran pengetahuan tersebut terhadap organisasi, sebagian besar melalui suatu bentuk pemetaan (maps), yellowpages, dan hypertext tools. b. Mengembangkan suatu budaya berbasis pengetahuan dengan mendorong dan menyokong perilaku untuk saling berbagi pengetahuan (Knowledge Sharing) dan proaktif dalam mencari ataupun memberikan pengetahuan,
c.
Membangun suatu infrastruktur pengetahuan tidak hanya pada suatu sistem yang bersifat teknis, tetapi juga suatu bentuk jaringan yang menghubungkan manusia dengan tersedianya ruang, waktu, alat, dan suatu semangat untuk melakukan interaksi dan kolaborasi. Setelah aplikasi Knowledge management System berhasil dibuat, maka langkah selanjutnya adalah penerapan aplikasi tersebut terhadap objek penelitian, yaitu melakukan pengujian aplikasi yang dilakukan oleh Dosen dan Programmer sebagai responden survei. Pada gambar 1merupakan struktur menu yang tersedia di dalamnya.
Gambar 1. Struktur Menu Aplikasi Pengetahuan baru timbul karena adanya interaksi secara terus menerus antara pengetahuan explicit (teraktualisasi) dan tacit (terpendam) . Pengetahuan teraktualisasi adalah bentuk pengetahuan yang sudah terdokumentasi/ terformalisasi, mudah disimpan, diperbanyak, disebarluaskan dan dipelajari. seperti manual, buku, laporan, dokumen, surat dan sebagainya. Sedangkan pengetahuan terpendam adalah bentuk pengetahuan yang masih tersimpan dalam pikiran manusia, seperti gagasan, persepsi, cara berpikir, wawasan, keahlian/ kemahiran, dan sebagainya. Interaksi terus menerus tersebut meliputi empat tahapan yaitu socialization (terpendamketerpendam), externalization (terpendam -keteraktualisasi), combination (teraktualisasi -ke-teraktualisasi), dan internalization (teraktualisasi- ke-terpendam). Interaksi tersebut dijadikan model yang disebut SECI Model[4]. Sesuai pada gambar 1 di atas terlihat bahwa aplikasi dimulai dengan Login terlebih dahulu, selanjutnya beberapa menu dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan. Dalam struktur menu yang terlihat, hal-hal terkait dengan proses SECI Model telah disediakan. Prosesproses tersebut dapat diakses dengan cara sebagai berikut[5]: a. Sosialisasi telah tersedia dalam menu yang bernama “Tambah Materi”, menu ini dapat diakses dengan urutan: Login => Daftar Materi => Tambah Materi. b. Eksternalisasi telah tersedia dalam menu yang bernama “Verifikasi Materi”, menu ini dapat diakses dengan cara: Login => Daftar Materi => Kelola Materi => Verifikasi Materi.
2.2-212
ISSN : 2302-3805
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
c. Kombinasi yang merupakan proses untuk menyimpan data Materi telah tersedia dalam aplikasi tidak dalam bentuk menu tetapi merupakan aksi yang menjadi bagian dari menu “Tambah Materi”. d. Internalisasi telah tersedia dalam menu yang bernama “Pencarian Materi”, menu ini dapat diakses dengan cara: Login => Daftar Lesson => Pencarian Materi. Kemudian dengan metode broadcasting yang merupakan fitur untuk menyebarluaskan Materi telah tersedia dalam aplikasi tidak dalam bentuk menu tetapi merupakan aksi yang terjadi saat telah diverifikasi. Keberhasilan dalam perancangan sistem informasi tidak terlepas dari dukungan tampilan antarmuka aplikasi yang baik. Semakin baik tampilan antarmuka yang tersedia, maka semakin baik pula kemudahan dan kenyamanan yang dirasakan oleh pengguna aplikasi. Berikut ini tampilan antarmuka yang tersedia dalam aplikasi Knowledge management System yang telah dibuat:
Gambar 3. Menu Daftar c. Form Menu Fungsi ini untuk menambahkan menu didalam aplikasi KMS dimana yang berhak menentukan menu adalah admin dan editor saja seperti pada gambar 4.
a. Login Sebelum masuk kedalam aplikasi KMS user diwajibkan untuk login terlebih dahulu untuk konfirmasi user seperti pada gambar 2.
Gambar 4. Form Menu d. Menu Tambah Materi Fungsi dari menu ini adalah untuk menambahkan materi kedalam masing- masing kategori seperti pada gambar 5.
Gambar 2. Menu Login b. Form Pendaftaran User Menu untuk user yang belum mendaftar kedalam aplikasi, setelah daftar kemudian tunggu admin mengkonfirmasi id yang user daftar, baru setelah itu user dapat login seperti pada gambar 3.
Gambar 5. Menu Tambah Materi e. Tampilan Utama Fungsi dari tampilan ini untuk melihat materi- materi yang ada dalam aplikasi kms tampak seperti gambar dibawah ini seperti pada gambar 6.
2.2-213
ISSN : 2302-3805
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
User
Skor Metrik 1
2
3
4
5
6
7
#1
76
78
77
76
87
72
87
71
#2
83
77
78
83
87
84
71
80 80.38
#3
74
87
85
75
87
81
74
80 80.38
#4
75
74
86
75
78
79
71
88 78.25
#5
84
80
75
76
88
72
87
81 80.38
#6
78
86
87
88
90
79
86
89 85.38
#7
87
78
85
84
90
87
78
79
#8
78
80
80
87
76
87
88
90 83.25
Rata-Rata
Gambar 6. Tampilan Utama f. Tampilan Materi Fungsi tampilan ini untuk melihat bahan materi yang terdapat pada aplikasi KMS seperti pada gambar 7.
Gambar 7. Tampilan Materi 2.1.2 Hasil Uji Sistem Untuk memastikan bahwa aplikasi KMS yang dibuat memiliki standar minimal kualitan, maka salah satu metoda untuk pengukuran kualitas perangkat lunak secara kuantitatif adalah metoda SQA (Software Quality Assurance). Ada 8 buah kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas sebuah perangkat lunak secara kuantitatif. Seperti terlihat pada tabel 4.3 dimana ukuran metric dibagi menjadi 8 : Auditability, Accuracy, Completeness, Error Tolerance, Execution Efficiency, Operability, Simplicity, Training. Pada table 1 merupakan hasil perhitungan berdasarkan nilai dari 8 responden ahli : Tabel 1. Hasil Evaluasi SQA
Skor
8
78
83.5 81.19
Setelah dilakukan survey terhadap 8 responden ahli dapatlah skor rata-rata yang dihasilkan adalah 81,19 , sedangkan nilai optimal untuk sebuah perangkat lunak yang memenuhi standar kualitas berdasarkan uji SQA adalah 80. 2.1.3 Hasil Responden Tiap aktivitas Knowledge Management memiliki 10 pertanyaan yang harus dijawab semua kecuali untuk CONTRIBUTE hanya 5 pertanyaannya. Caranya adalah dengan memilih apakah pertanyaan yang tertulis didalam organisasi pelaksanaannya memilki kondisi yang Sangat Baik (SB), Baik (B), Kurang (K) atau Sangat Kurang (SK), jadi bila SB, B, K dan SK dijumlah untuk tiap aktifitas Knowledge Management harus memiliki jumlah 10, dan bila kurang dari jumlah itu mungkin ada pertanyaan yang belum dijawab. Jumlah Responden (X) terpilih yang menjadi sampling yang disurvey dianggap mewakili bagian dan mempunyai kepentingan dalam pelaksanaan Knowledge Management System dilingkungan dosen dan mahasiswa teknik informatika, berjumlah 8 orang, X1 sampai dengan X8 yang terdiri dari : 4 responden Dosen UNINDRA dan 4 responden Programmer. Kemudian dihitung juga nilai semua aktivitas Knowledge Management secara total dengan hasil yang didapatkan seperti tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Hasil Nilai Total No Aktivitas Taktis
%
1 GET
70.94
4 CONTRIBUTE
70.63
2 USE
3 LEARN
Rata - Rata
72.50 70.63
71.18
Perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan Knowledge Management, rata-rata nilai diperoleh berdasarkan pengalaman penelitiannya berkisar 30% sampai dengan 70%, hasil penelitian secara total terhadap aktivitas-aktivitas Knowledge Management Diagnostic rata-rata sebesar 55%. Dapat dilihat bahwa pada hasil kesiapan prototype aplikasi memperoleh ratarata 71.18% berarti sudah diatas rata- [2]. Aktivitas Knowledge Management (KM) Get berkaitan dengan upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan. Aktivitas ini didukung pula
2.2-214
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015
ISSN : 2302-3805
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
tersedianya teknologi yang memungkinkan akses terhadap sumber-sumber informasi dan pengetahuan. Dalam survey proses get mendapat nilai 70,94% seperti pada tabel 2. yang artinya sudah diatas standar rata-rata kondisi suatu organisasi dalam menerapkan Knowledge Management (KM). Ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam proses get dalam menunjang pelaksanaan KM: a. Individu dalam organisasi memiliki alat bantu yang diperlukan untuk mendapatkan dan memanfaatkan informasi yang diperlukan, b. Perlu adanya peran baru dalam organisasi untuk mendukung para pengguna informasi yaitu Knowledge Manager dan Knowledge Analyst. Knowledge Manager menjembatani untuk berkomunikasi dengan pihak yang mengatur aplikasi, khususnya untuk mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan penerapan Knowledge Management (KM). Seorang Knowledge Manager mempunyai dua jenis tanggung jawab, yang pertama urusan yang bersifat administratif dan kedua urusan yang bersifat spesifik content. Untuk urusan yang bersifat administratif atau biasa dikatakan sebagai knowledge coordinator memberikan acuan tugas-tugasnya sebagai berikut[5] : a. Mempersiapkan katalog dari isi knowledge repository yang dimiliki perusahaan dan dibutuhkan oleh komunitas penggunanya, b. Memelihara waktu aktif dari suatu informasi yang terbatas masa berlakunya, c. Mengawasi akurasi dari profil anggota-anggota tiap komunitas, d. Menyediakan akses bagi permintaan permintaan khusus yang spesifik, e. Membimbing para pengguna baru dalam memanfaatkan teknologi yang ada, f. Memberi tanggapan terhadap pertanyaan dari anggota komunitas terhadap isi knowledge repository. Sedangkan untuk yang bersifat pengorganisasian isi dari knowledge repository, Bukowitz memberikan acuan tugas-tugasnya sebagai berikut : a. Memfasilitasi diskusi-diskusi online, b. Mengumpulkan materi-materi informasi yang bermanfaat dari sumber internal maupun eksternal, c. Mengarahkan anggota komunitas untuk mendapatkan informasi dari sumber-sumber berkualitas, d. Membina hubungan yang baik dengan sumber informasi seperti para ahli atau spesialis dan juga dengan komunitas penggunanya. Dalam dunia pengelolaan KM keberadaan seorang Knowledge analyst yang memiliki keahlian dalam suatu bidang merupakan hal yang penting. Karena secara de facto kredibilitas informasi menjadi berharga bila bersumber dari seorang yang ahli dibidangnya, dan secara tidak langsung mempersempit pilihan informasi kearah pilihan terbaik.
Dalam kasus uji kesiapan system ini, administrator dan editor aplikasi dapat menjadi alternatif yang baik untuk berperan sebagai knowledge analyst, karena mereka yang dapat menyetujui materi- materi yang dimasukkan kedalam aplikasi KMS. Aktifitas Knowledge Management (KM) Use berkaitan dengan upaya bagaimana organisasi menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk memberikan manfaat yang diperlukan. Yang mana dalam survey proses Use mendapat nilai 72,50 % seperti pada tabel 2, yang artinya sudah diatas standard rata-rata kondisi suatu organisasi dalam menerapkan Knowledge Management (KM). Beberapa prinsip dalam menunjang pemanfaatan knowledge repository, khususnya dalam menunjang tujuan dari organisasi[2] : a. Diawali dari lingkup pekerjaan. Arah utama dari penerapan Knowledge Management (KM) adalah integrasi dengan cara orang berpikir mengenai informasi yang mereka butuhkan untuk menunjang pekerjaan dan bagaimana pekerjaan tersebut dilakukan. Dari tujuan penerapan Knowledge Management (KM) di prodi teknik informatika, meningkatkan Kepuasan pelayanan kepada dosen dan mahasiswa, yang perlu mendapat perhatian adalah mencegah penyampaian materi yang tidak sama dan mahasiswa tidak bingung mengenai materi. b. Lebih mengutamakan kualitas isi daripada kuantitas Dengan mengutamakan kualitas akan menghemat waktu para pengguna dalam mencari pengetahuan yang dibutuhkannya. Disinilah peran dari knowledge manager untuk memastikan bahwa hanya yang berkualitas yang baik yang masuk kedalam knowledge repository. c. Selalu di-update Hal ini untuk memastikan bahwa isi knowlewdge repository selalu paling aktual dengan kebutuhan dan kondisi saat ini, sehingga pengetahuan akan dapat benarbenar bermanfaat. d. Pelatihan Tujuan dari pelatihan adalah untuk membuat orang mengerti bagaimana sistem Knowledge Management (KM) dapat membantu mereka dalam mengerjakan pekerjaan mereka dengan upaya ini diharapkan para pemakai dapat merasa mudah dan nyaman dalam menggunakannya sebagai alat bantu yang menunjang pekerjaan mereka. 2.1.4 Aktivitas Learn dalam Knowledge Management (KM). Aktivitas KM learn berkaitan dengan upaya untuk membuat pengetahuan melekat pada tiap individu menjadi pengetahuan organisasi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bersama. Aktivitas learn juga menunjang kemampuan untuk memperbaiki kinerja dari Layanan Teknologi Informasi dimasa yang akan datang. Yaitu dengan jelas mengalokasikan kesempatan untuk memahami bagaimana tindakan atau cara kerja yang mempengaruhi hasil dari pekerjaan yang
2.2-215
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015
ISSN : 2302-3805
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
dilakukan saat ini. Wujud dari pengetahuan yang dihasilkan dapat berupa lessson learned. Aplikasi KMS dalam survey proses Learn mendapat nilai 70,63% dari hasil survey seperti pada tabel 2, yang artinya sudah diatas rata-rata kondisi suatu organisasi dalam menerapkan Knowledge Management (KM). Hal ini merupakan hal yang harus diperhatikan agar organisasi dapat membantu menyediakan lingkungan yang menerima berbagai macam gaya belajar dan juga memfasilitasi pengalaman dari proses belajar tersebut. Langkah yang perlu mendapatkan perhatian dalam proses Learn dalam menunjang pelaksanaan Knowledge Management (KM) adalah merefleksikan mekanisme kerja Knowledge Management (KM) menjadi suatu kebiasaan kerja, mengembangkan budaya learning by doing dan mendapatkan manfaat dari kesalahan, kegagalan dan perbedaan pendapat dalam menangani masalah. Dengan dukungan organisasi tersebut diharapkan dapat membantu untuk memfasilitasi individu-individu untuk mendapatkan pengetahuan yang kemudian akan diangkat menjadi pengetahuan organisasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja kegiatan-kegiatan yang akan datang. Aktifitas contribute erat kaitannya dengan teknologi, dimana teknologi memungkinkan pertukaran informasi dan pengetahuan secara lebih luas, dan juga memberikan kesempatan kepada organisasi untuk fokus pada hal-hal seperti knowledge leveraging dan knowledge reuse. Aplikasi KMS dalam survey proses Contribute mendapat nilai 70,63% dari hasil survey seperti pada tabel 2, yang artinya sudah diatas rata-rata kondisi suatu organisasi dalam menerapkan Knowledge Management (KM). Permasalahan yang dihadapi adalah proses contribute membutuhkan waktu dan nilai terhadap individu dan kelompoknya belum jelas, sehingga membuat proses contribute memiliki prioritas rendah dikalangan anggota kelompok. Dari kondisi ini menimbulkan keinginan untuk meningkatkan efisiensi dan inovasi pada pengerjaan kegiatan yang akan datang yang didasarkan pada kemauan untuk bekerjasama dan berbagi ide. Sistem ini dimaksudkan untuk menarik setiap orang untuk berkontribusi dalam aktifitas berbagi pengetahuan. Berkaitan dengan sistem ini perlu diwaspadai agar kualitas tetap diutamakan daripada kuantitas, karena hal ini memungkinkan orang berlomba untuk membagi pengetahuan tetapi kurang berkualitas. 3. Kesimpulan Secara umum penelitian ini telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu menerapkan KMS (Knowledge Management System) berbasis SECI model dalam format e- mobile di prodi teknik informatika UNINDRA. Berdasarkan batasan masalah dan tujuan yang dipaparkan pada penelitian ini, kemudian dikaitkan dengan hasil temuan penelitian dan pembahasannya, maka secara garis besar dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a. Berdasarkan uji kesiapan system menggunakan KMD (Knowledge Management Diagnostic) menggunakan model Bukowitch dimana prototipe KMS diukur dengan GET, USE, LEARN dan CONTRIBUTE, kemudian didapat hasil pengukuran pada hasil kesiapan prototype aplikasi memperoleh rata-rata 71.18% berarti sudah diatas rata-rata. b. Berdasarkan uji system menggunakan SQA (Software Quality Assurance), dimana system diukur menggunakan 8 buah kriteria dan didapat hasil setelah dilakukan survey terhadap 8 responden ahli dapatlah skor rata-rata yang dihasilkan adalah 81,19 , sedangkan nilai optimal untuk sebuah perangkat lunak yang memenuhi standar kualitas berdasarkan uji SQA adalah 80, dengan demikian aplikasi KMS berbasis model SECI telah memenuhi kualitas standar dari SQA. Daftar Pustaka [1]Bergeron, Bryan . Essentials of Knowledge Management , New Jersey,2003. [2]Davidson, Carl dan Philip Voss : Knowledge management and introduction to creating competitive advantage from intellectual capital, Vision Book, New Delhi, 2003. [3]Davenport T., Prusak L. Working Knowledge, Harvard Business School Press, Boston, 1998. [4]Ikujiro Nonaka, Noboru Konno, and Ryoko Toyama. "Emergence of "Ba"," in Knowledge Emergence: Social, Technical, and Evalutionary Dimensions of Knowledge Creation. New York: Oxford University Press, Inc., 2001. [5] Bukowitz, Wendi R, and Wiliams, Ruth L. The Knowledge Management Fieldbook, Finacial Times, Prentice Hall, London, 1999. Biodata Penulis Bramantara Yudha, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Jurusan Teknik Informatika Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, lulus tahun 2008. Memperoleh gelar Magister Komputer (M.Kom) Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Komputer STMIK Nusa Mandiri Jakarta, lulus tahun 2013. Saat ini menjadi Dosen di Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. Han Sulaiman, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Jurusan Teknik Informatika Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, lulus tahun 2008. Memperoleh gelar Magister Komputer (M.Kom) Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Komputer STMIK Nusa Mandiri Jakarta, lulus tahun 2013. Saat ini menjadi Dosen di Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. Ari Irawan, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Jurusan Teknik Informatika Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, lulus tahun 2011. Saat ini sedang menempuh gelar Magister Komputer (M.Kom) di Universitas Budi Luhur. Saat ini menjadi Dosen di Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.
2.2-216