PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PEMELIHARAAN MESIN PRODUKSI (STUDI KASUS : UNIT MESIN KILN DAN UNIT MESIN CEMENT MILL DI PT SEMEN BATURAJA, PALEMBANG) Nabila Hanum, Arief Rahman Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email :
[email protected] ;
[email protected]
Abstrak Pemeliharaan merupakan salah satu upaya untuk menjaga tingkat keandalan mesin sebagai salah satu faktor produksi. Pemeliharaan mutlak dilakukan agar fasilitas tersebut dapat digunakan secara lancar sehingga proses produksi tidak terganggu. Untuk melakukan pemeliharaan mesin produksi, pihak manajemen perusahaan memerlukan informasi/ knowledge mengenai pemeliharaan mesin. Akan tetapi tidak semua knowledge sudah terkumpul dan terdokumentasi dengan baik. Proses pengumpulan dan pendokumentasian ini penting, mengingat tingginya intensitas faktor mutasi, rotasi dan pensiun sehingga dibutuhkan knowledge sharing antar operator pemeliharaan. Diharapkan dengan adanya knowledge sharing, operator pemeliharaan yang baru tidak perlu menggali kembali knowledge yang diperlukan dimana hal ini dapat mengurangi waktu produktif dan biaya. Dengan latar belakang permasalah tersebut, penelitian ini memaparkan pengembangan konsep knowledge management system pada bidang pemeliharaan yang ditunjang dengan adanya penilaian potensi resiko dan penentuan media dokumentasi dengan diagram saring yang mempertimbangkan faktor kognitif manusia. Knowledge yang relevan dapat dikelola sebagai upaya untuk mengendalikan resiko potensi kerusakan yang teridentifikasi. Kata kunci: Pemeliharaan, Knowledge Management, Kognitif.
Abstract Maintaining production engines is an important process to make sure that the engines are reliable in order to keep the production process running smoothly. To conduct maintenance of production machines, the management requires information / knowledge about engines maintenance. But not all of knowledge are collected and well documented. The process of collecting and documenting is important, given the possibility of the maintenance personnel mutation, rotation and retirement which can make the maintenance knowledge vanish from the organization. An undocumented knowledge often leads to uneffective maintenance process and unnecessary cost which is why this study is conducted in the field of maintenance management system by doing assessment of potential risks and determining the suitable form of documentation by considering human cognitive factors. The well documented knowledge will make the maintenance personnel more equipped in dealing with potential risks assessed. Keywords: Maintenance, Knowledge Management, Cognitive
1. Pendahuluan Sebagai salah satu perusahaan semen terbesar di Sumatra Selatan, PT Semen Baturaja dituntut untuk dapat selalu menghasilkan produk dengan kualitas tinggi. Keandalan mesin merupakan salah satu faktor pendukung kelancaran proses produksi. Apabila mesin yang digunakan tidak memiliki spesifikasi yang sesuai dengan hasil output yang diharapkan maka proses produksi terganggu. Selain dapat menghambat proses produksi, kerusakan mesin menyebabkan berhentinya proses produksi selama waktu tertentu yang berarti perusahaan akan mengalami kerugian. Dengan melihat fungsi
mesin yang begitu besar dalam suatu proses produksi maka penggunaan mesin harus diimbangi dengan pemeliharaan atau perbaikan jika terjadi kerusakan sehingga tidak menghambat jalannya proses produksi. Dalam pelaksanaan pemeliharaan di PT Semen Baturaja, diperlukan keberadaan operator untuk mengawasi kondisi mesin produksi dan menentukan solusi yang tepat bila terjadi kerusakan pada mesin. Akan tetapi mutasi, rotasi dan pensiun menyebabkan knowledge yang dimiliki operator tersebut berpindah ke tempat lain. Hal ini mengakibatkan terjadinya knowledge loss yang merupakan suatu kondisi
dimana perusahaan kehilangan knowledge yang dibutuhkan Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan adanya pendokumentasian knowledge untuk mempermudah transfer knowledge antar expert dan pekerja baru sehingga dapat meningkatkan kompetensi secara mandiri. Pada penelitian ini akan dilakukan eksplorasi knowledge yang dibutuhkan oleh pekerja terkait dengan pemeliharaan pada unit mesin kiln dan unit mesin cement mill. Penelitian ini juga akan membuat aplikasi knowledge sharing berbasis web untuk meningkatkan kemudahan berbagi pengetahuan. Proses eksplorasi knowledge dilakukan berdasarkan penentuan prioritas. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya data maka pada penelitian ini eksplorasi dilakukan hanya pada mesin yang memiliki prioritas tertinggi. 2. Penelitian Terdahulu Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya membahas mengenai konsep KM dan implementasinya. Tahun 2006, Andika melakukan penelitian tentang pendistribusian knowledge yang berupa laporan keperawatan, prosedur tetap dari masing- masing petugas Intensive Care Unit (ICU) kedalam bentuk Web. Sementara Cacik (2008) lebih memilih menggunakan Microsoft Access untuk mengelola sistem klaim konsumen berbasis CBR. Penelitian oleh M. Ersyad (2009) membuat prototype Knowledge Management Systems untuk program peningkatan K3 yang didekati dengan analisa risiko dan job strain analysis menggunakan Web. Etika Marga (2010) merancang sistem repository knowledge management dalam bidang kesehatan untuk diagnosa keperawatan menggunakan metode Case Based Reasoning (CBR) dan Usability Heuristic. Kemudian Intan Satwika (2010) mendesain web based knowledge management untuk mengelola penyebaran penyakit tropis dengan menggunakan Rule Based Reasoning (RBR). Dan Fariz Ikhsan (2010) mencoba merancang web KMS untuk menangani penyakit tropis dengan metode Applied Cognitive Work Analysis (ACWA). Dari beberapa penelitian sebelumnya ini peneliti bermaksud untuk membuat sebuah pengembangan yaitu pembuatan knowledge management system untuk meningkatkan efisiensi pemeliharaan mesin produksi dengan
mempertimbangkan aspek kognitif pengguna dalam merancang repository. 3. Dasar Teori 3.1 Knowledge Management Knowledge management merupakan pengelolaan knowledge (data, informasi, understanding dan knowledge itu sendiri) yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan dengan bantuan manusia, leadership, teknologi dan organisasi didalamnya untuk menciptakan nilai dan menghasilkan keunggulan kompetitif serta produktivitas yang tinggi. Knowledge, menurut Polanyi (1930) dibagi menjadi dua jenis yaitu tacit dan explisit. Tacit knowledge merupakan knowledge yang diam didalam benak manusia dalam bentuk intuisi, judgement, skill, value dan belief yang sangat sulit diinformasikan dan dishare kepada orang lain. Sedangkan explicit knowledge merupakan knowledge yang sudah atau dapat terkodifikasi dalam bentuk dokumen atau dalam wujud lainnya sehingga dengan mudah ditransfer dan didistribusikan dengan menggunakan berbagai macam media. Kedua jenis knowledge ini, dapat dikonversi melalui empat jenis proses (Nonaka dan Takeuchi, 1995) yaitu sosialisasi yang merupakan proses sharing dan penciptaan tacit knowledge melalui interaksi dan pengalaman langsung, eksternalisasi yang merupakan pengartikulasian tacit knowledge menjadi explicit knowledge melalui proses dialog dan refleksi, internalisasi yang merupakan proses pembelajaran dan akuisisi explicit knowledge yang dilakukan oleh anggota organisasi terhadap explicit knowledge yang disebarkan ke seluruh organisasi melalui pengalaman sendiri sehingga menjadi tacit knowledge anggota organisasi dan kombinasi yang merupakan proses konversi expisit knowledge menjadi explicit knowledge yang baru melalui sistemisasi dan pengaplikasian explicit knowledge dan informasi. 3.2 Pemeliharaan Pemeliharaan merupakan fungsi yang penting dalam sebuah pabrik sebagai salah satu usaha untuk menjaga mesin produksi agar kontinuitas produksi dapat terjamin dan menciptakan suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai rencana. Pemeliharaan (maintenance) menurut The American Management Association, Inc. (1971) adalah kegiatan rutin, pekerjaan berulang yang dilakukan untuk menjaga kondisi fasilitas
produksi agar dapat dipergunakan sesuai fungsi dan kapasitas sebenarnya secara efisien. Sedangkan menurut Corder (1992) pemeliharaan (maintenance) didefinisikan sebagai suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa diterima. 3.3 Ergonomi Kognitif Kognitif adalah proses mental, proses berpikir, kemampuan abstraksi manusia yang berhubungan dengan indera dan pengolahan informasi (Groover, 2007). Ergonomi kognitif merupakan kajian ilmu mengenai kapabilitas serta batasan dari otak manusia dan sistem sensor saat melakukan proses penangkapan informasi. Manfaat diterapkannya ergonomi kognitif antara lain disebabkan karena perkembangan teknologi yang penggunanya dituntut untuk memproses informasi lalu kondisi kerja yang didukung oleh sistem terotomasi dan perkembangan teknologi yang lebih rumit sehingga diperlukan ilmu ini agar perkembangan teknologi dapat dipergunakan dengan baik oleh manusia. 3.4 Fault Recovery Mechanism Method Fault recovery management mechanism merupakan metode yang dikembangkan untuk maintenance task. Metode ini terdiri dari dua aspek penting yaitu aspek kognitif dan aspek pemeliharaan. FRMM terdiri dari tiga aspek yaitu maintenance manager, infrastruktur perusahaan dan maintener. Maintenance manager yang bertugas untuk melakukan penilaian potensi risiko kerusakan pada sebuah mesin, kemudian potensi kerusakan tersebut didokumentasikan ke dalam sistem repository dimana sistem ini akan bergantung pada infrastruktur yang dimiliki perusahaan (kapasitas database yang dimiliki perusahaan) yang selanjutnya hasil pendokumentasian tersebut akan digunakan oleh operaor maintenance sehingga media penyimpanan disesuaikan dengan aspek kognitif operator maintenance. 4. Metodologi Untuk membangun kerangka knowledge perlu ditentukan sebelumnya mengenai pengetahuan apa yang akan digunakan pada divisi pemeliharaaan. Penentuan knowledge ini didasarkan pada history yang dimiliki perusahaan tentang problem yang sering muncul di lapangan. Kemudian dilakukan wawancara kepada maintener yang telah berpengalaman
lama dibidang pemeliharaan mesin mill dan kiln mengenai masalah yang pada umumnya sering terjadi dan solusi yang sebaiknya dilakukan. Kemudian dilakukan penilaian risiko untuk mengidentifikasi part kritis dalam unit mesin kiln dan cement mill. Part yang memiliki nilai potensi tertinggi akan menjadi objek amatan. Part yang akan dieksplorasi didasarkan atas identifikasi problem yang sering terjadi melalui history card. Dari history card tersebut akan terlihat part apa yang sering mengalami kerusakan selama kurun waktu tertentu. Setelah diketahui part yang memiliki prioritas tertinggi kemudian akan digali knowledge apa saja yang dibutuhkan pada proses pemeliharaan. Pada mulanya akan dilakukan identifikasi failure mode pada masing – masing kerusakan. Kemudian dari failure mode tersebut akan ditentukan operasi apa saja yang harus dilakukan untuk memperbaiki part tersebut. Selanjutnya dilakukan klasifikasi mengenai expert mengenai knowledge yang berkaitan dengan pemeliharaan mesin kiln dan mesin mill di PT Semen Baturaja. Seorang expert harus memenuhi klasifikasi tertentu, seperti waktu kerja dan pengalaman. Tahap selanjutnya ditentukan media dokumentasi yang efektif untuk masing – masing knowledge. Penentuan ini didasarkan pada diagram saring. Media knowledge yang ditawarkan meliputi video, image, narasi dan rule based. Analisa dan intepretasi data yang dilakukan mencakup penentuan mesin kritis, analisa penilaian risiko, analisa tingkat prioritas dan analisa pendokumentasian. Dan terakhir dilakukan penarikan kesimpulan dan saran. 5. Hasil Penelitian Dari hasil amatan ditetapkan bahwa mesin Kiln dan Cement mill merupakan mesin kritis dalam proses produksi semen.Apabila kedua mesin tersebut rusak, proses produksi akan terhenti. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan pada kedua mesin tersebut membutuhkan waktu yang lama (berhari – hari) disbanding mesin lain sehingga kerugian yang harus ditanggung perusahaan sangat besar. Selanjutnya dilakukan breakdown mesin kiln dan cement mill dimana didalam mesin tersebut terdapat berbagai macam part mesin. Untuk menentukan prioritas part yang akan dieksplorasi maka dilakukan penilaian risiko. Dari penilaian risiko dan data history didapatkan nilai prioritas tertinggi untuk part kiln, yaitu shell kiln dan untuk cement mill, yaitu roller
press. Tingkat prioritas digambarkan dalam diagram pareto sebagai berikut :
Gambar 5.1 Diagram Pareto Kiln
Gambar 5.3 Contoh Failure Mode pada Roller press
Gambar 5.2 Diagram Pareto Cement mill
Pada tahap selanjutnya dilakukan interview pada expert mengenai masalah yang umumnya terjadi pada shell kiln dan roller press dan kemudian dilakukan eksplorasi knowledge yang terkait. Eksplorasi diawali dengan identifikasi failure mode pada shell kiln dan roller press. Failure mode menunjukkan gejala awal terjadinya kerusakan. Dari failure mode diatas dapat dilihat gejala yang timbul ketika mesin tersebut mengalami kerusakan dan langkah – langkah yang harus dilakukan jika kerusakan tersebut terjadi. Dari failure mode tersebut dapat ditentukan knowledge apa saja yang dibutuhkan oleh operator pemelihraan. Dan setelah dilakukan peninjuan dan interview expert maka didapatkan knowledge yang dibutuhkan. Gambar 5.4 Contoh Failure Mode pada Shell Kiln
Pemetaan perlu dilakukan untuk menghasilan simpul – simpul dari tiap percabangan yang merupakan knowledge yang dibutuhkan dalam pengendalian risiko potensi kerusakan. Berikut ini merupakan hasil pemetaan untuk shell kiln dan roller press :
Gambar 5.5 Contoh Eksplorasi Knowledge pada Shell Kiln
Gambar 5.6 Contoh Eksplorasi Knowledge pada Roller press
Setelah dilakukan eksplorasi untuk masing – masing knowledge maka langkah selanjutnya
yaitu proses eksternalisasi. Eksternalisasi merupakan proses mengkonversi tacit knowledge menjadi explicit knowledge dimana pada tahapan ini dibutuhkan peran seorang expert.Expert diperlukan untuk menilai apakah knowledge yang telah dieksplorasi dapat diterapkan dalam kondisi dilapangan. Expert memiliki peran dalam melakukan validasi knowledge. Dalam memilih seorang expert diperlukan beberapa kriteria khusus, antara lain masa kerja pendidikan terakhir, jabatan minimal dan pelatiahan yang telah diikuti relevan dengan bidang pemeliharaan. Selanjutnya ditetapkan media pendokumentasian yang relevan. Untuk menentukan media yang relevan untuk mendokumentasikan masing – masing knowledge diatas, digunakan diagram saring yang berisi pertanyaan – pertanyaan yang dihasilkan dari proses wawancara expert terkait dengan kondisi di lapangan. Media yang dipilih pada penelitian ini antara lain narasi yang berupa uraian cerita, rule-based, images dan video. Pembuatan diagram saring ini didasarkan pada tingkat kepentingan mesin dimana mesin yang penting akan didokumentasikan dengan video. Operasi dengan media pendokumentasian narasi merupakan jenis operasi yang singkat dan mudah dikerjakan sehingga instruksi kerja yang dibutuhkan sebatas cerita singkat dalam bentuk narasi. Sedangkan untuk operasi yang menggunakan rule-based dalam pendokumentasiannya memiliki karakteristik pengerjaan yang detail dan tidak membutuhkan waktu yang lama dalam proses pengerjaan. Sehingga pendokumentasian hanya berupa beberapa point penting yang digambarkan dalam sebuah alur. Media pendokumentasian untuk image dan video dikhususkan untuk jenis operasi yang rumit dan kritis. Jenis operasi dengan menggunakan media image memiliki frekuensi kejadian yang tinggi, bahaya yang dihadapi operator cukup riskan dan kerusakan yang terjadi dapat mengakibatkan produk defect / tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Dan untuk jenis operasi dengan media video memiliki karakteristik pengerjaan yang rumit dan berbahaya, kerusakan sering terjadi dan apabila kerusakan terjadi maka dapat menghambat proses produksi sehingga perusahaan dapat mengalami kerugian. Berikut ini merupakan diagram saring untuk menentukan media dokumentasi yang relevan untuk masing – masing knowledge :mmmmmm
Gambar 5.7 Diagram Saring
Dari diagram saring tersebut didapatkan media yang relevan untuk masing – masing knowledge yang berkaitan dengan shell kiln dan roller press. Setelah ditentukan media untuk masing – masing knowledge, langkah selanjutnya yaitu membangun sistem repository. Sistem repository dibuat sebagai tempat untuk menyimpan knowledge yang telah tereksplorasi dan tereksternalisasi agar proses knowledge sharing dapat berjalan secara lancar. Terdapat tiga entitas penting dalam sistem repository, yaitu administrator, expert
dan operator. Adiministrator merupakan kumpulan orang yang mengatur dan mengelola sistem repository. Para administrator ini mengatur jalannya aliran informasi dan knowledge yang berjalan pada sistem. Perubahan dan penambahan account untuk para expert dan operator sepenuhnya diatur oleh admin. Dalam sistem repository, admin hanya mengatur kelancaran aliran knowledge dalam kerangka sistem dan tidak ikut campur terhadap isi dari knowledge yang mengalir. Expert merupakan kumpulan orang yang sebelumnya telah dipilih oleh manajemen
sebagai tim ahli untuk bidang tertentu. Expert bertugas untuk memvalidasi knowledge yang mengalir pada sistem dan menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan oleh operator pemeliharaan. Sedangkan Operator merupakan personel yang membutuhkan knowledge dalam bidang pemeliharaan. Selain melakukan pencarian mengenai knowledge yang dibutuhkan, operator juga dapat melakukan knowledge sharing dengan melakukan update knowledge terbaru yang kemudian akan divalidasi oleh expert. Selain itu, operator juga dapat mengajukan berbagai pertanyaan kepada expert terkait. 6. Analisa dan Pembahasan Kiln dan cement mill dikategorikan sebagai mesin kritis karena mesin yang harus beroperasi selama satu tahun penuh tanpa berhenti, seperti unit mesin kiln yang merupakan peralatan utama pada proses pembuatan semen dan berfungsi sebagai tempat pembakaran raw material mix menjadi clinker dengan bahan baku batu bara kemudian unit mesin cement mill yang berfungsi untuk menggiling clinker dan gypsum yang pada akhirnya menghasilkan semen dengan tingkat kehalusan tertentu (Okti, 2008). Jika mesin ini mati atau rusak maka seluruh proses produksi berhenti dan biaya yang dikeluarkan untuk mengganti mesin baru sangat besar Tiap part dari rangkaian mesin penyusun kiln dan cement mill memiliki potensi risiko yang berbeda.Penilaian risiko tersebut dilakukan untuk mengetahui seberapa besar dampak yang ditimbulkan apabila part – part tersebut mengalami kerusakan. Dalam perancangan knowledge management system sendiri, penilain risiko digunakan untuk menetapkan prioritas dalam upaya pengendalian keandalan mesin produksi. Oleh karena itu, semakin tinggi nilai risiko yang dimiliki oleh sebuah part, maka knowledge yang telah di identifikasi dari proses eksplorasi harus selalu ditegaskan dalam penerapan di lapangan. Dari hasil penilaian potensi risiko yang kemudian dipetakan dalam matriks risiko dapat diketahui potensi risiko tertinggi untuk unit mesin kiln adalah rotary kiln dan untuk unit mesin mill yaitu tube mill. Kedua part ini memiliki potensi bahaya yang paling tinggi dan harus segera dilakukan perbaikan. Untuk part yang memiliki nilai risiko rendah, penerapan knowledge terkait dapat
ditunda atau diabaikan. Hal ini diakibatkan makna risiko tersebut menunjukkan tidak diperlukan adanya upaya untuk mengurangi nilai potensi risiko. Tetapi bukan berarti knowledge untuk part yang memiliki nilai potensi risiko yang rendah tidak diperlukan. Sekecil apa pun nilai manfaat dari knowledge tersebut perlu dilakukan eksternalisasi namun terdapat nilai prioritas yang disesuaikan dengan risiko yang ditimbulkan bila part tersebut mengalami kerusakan. Penentuan tingkat prioritas mesin didapatkan dari hasil penilaian risiko. Dari penilaian risiko, diketahui part shell kiln dan roller press merupakan part mesin yang memiliki prioritas utama. Berikut ini merupakan aktivitas perbaikan kedua part tersebut mulai bulan Agustus – Desember 2010 : Tabel 6.1 Aktivitas Perbaikan pada Shell Kiln
Tabel 6.2 Aktivitas Perbaikan pada Roller press
Dari tabel diatas diketahui waktu failure yang merupakan waktu terjadinya kerusakan dan waktu repair yang merupakan waktu perbaikan. Dari tabel 6.1 dan 6.2 diketahui kerusakan mesin shell kiln dan roller press terjadi setiap bulan dengan waktu yang diperlukan untuk memperbaiki mencapai hitungan hari. Selama waktu perbaikan ini, mesin kiln harus dalam keadaan mati sehingga
proses produksi harus dihentikan. Penghentian proses produksi akan mengakibatkan kerugian perusahaan. Karena waktu antar kegagalan untuk masing – masing mesin relatif dekat yang berarti frekuensi kerusakan sering terjadi, maka penggalian knowledge untuk shell kin dan roller press penting dilakukan. Proses penggalian knowledge pada shell kiln dan roller press tidak terlepas dari peran expert terkait. karena itu penentuan expert tidak dapat dilakukan dengan sembarangan. Expert yang telah ditentukan merupakan operator senior maupun kepala bagian yang memiliki pengalaman kerja yang memadai. Penentuan expert ini juga ditentukan berdasarkan masa kerja yang telah dijalani, pengalaman yang telah di dapat, jabatan terakhir, pendidikan terakhir dan pelatihan yang telah diikuti. Dari hasil peninjauan, seorang expert harus memiliki pendidikan minimal D3 dengan masa kerja minimal lima tahun pada departemen pemeliharaan. Pelatihan yang telah diikuti diharapkan dapat mendukung peran expert tersebut pada proses eksternalisasi knowledge yang mencakup dalam bidang yang ditekuni. Knowledge yang telah tereksternalisasi akan disimpan di dalam sistem repository secara tersturktur dengan tujuan untuk memudahkan transfer knowledge antar operator pada departemen pemeliharaan. Media yang digunakan untuk pendokumentasian memiliki peran yang sangat penting pada proses knowledge sharing. Pemilihan media berpengaruh terhadap faktor kognitif operator pemeliharaan, dengan media maka operator pemeliharaan akan lebih mudah menangkap knowledge yang dimaksud. Tampilan media informasi akan mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan (Lave, 1998). Media yang digunakan tergantung dari jenis knowledge yang di capture. Media dokumentasi untuk knowledge yang memiliki struktur rumit akan berbeda dengan knowledge yang memiliki struktur sederhana. Dengan adanya pembagian klasifikasi media, operator pemeliharaan akan lebih mudah mengerti maksud dan tujuan knowledge tersebut. Pada penelitian ini media pendokumentasian dibagi menjadi empat jenis, yaitu narasi, rule-based, image dan video. Narasi digunakan untuk memaparkan knowledge terkait dengan uraian kata - kata,
rule-based digunakan untuk memaparkan knowledge dengan menggambarkan diagram alur, image digunakan untuk menguraikan knowledge terkait dengan menampilkan foto – foto mengenai knowledge tersebut sedangkan video digunakan untuk menggambarkan knowledge dengan media audio dan visual untuk mempermudah penyerapan knowledge. 7. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu identifikasi knowledge akan lebih mudah dan akurat dengan adanya penilain potensi risiko. Kemudian, penentuan prioritas knowledge menjadi acuan untuk mengidentifikasi knowledge yang paling berkontribusi terhadap peningkatan produktivitas. Knowledge yang memiliki tingkat prioritas tertinggi akan menjadi knowledge yang perlu diperhatikan. Pada dasarnya semua knowledge penting untuk digali, akan tetapi karena banyaknya data yang harus diperoleh dan keterbatasan waktu maka hanya knowledge dengan prioritas tertinggi yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Penentuan media dokumentasi akan lebih mudah dengan mengaplikasikan diagram saring. Diagram saring mengelompokkan knowledge berdasarkan karakteristik untuk menentukan media yang sebaiknya digunakan. Sistem repository sebagai tempat penyimpanan knowledge dirancang dengan berbagai fitur yang menunjang proses updating, searching dan knowledge 8. Saran Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah knowledge sharing akan menjadi mudah apabila pendokumentasian dilakukan dengan baik. Hal ini didukung oleh media instruksional yang membahas mengenai penerapan knowledge tersebut di lapangan. Penelitian ini belum mencakup semua visualisasi media yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena tidak berlangsungnya operasi pada saat penelitian ini dilakukan. Dibutuhkan peninjauan ulang dalam struktur organisasi dan sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan untuk menerapkan sistem repository yang terdapat pada penelitian ini. Untuk penelitian lanjutan, alternatif pemilihan media yang lain perlu dipertimbangkan, misalnya dengan melakukan pembobotan. Daftar Pustaka
Aji, A. K. 2006. Perancangan Prototype Knowledge Management System Untuk Pengelolaan Pengetahuan Rumah Sakit. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Assauri, S. (2004). Manajemen Produksi dan Operasi. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Jakarta. Jakarta. Astuti, C. S. 2008. Pengembangan Prototype Knowledge Management Systems Berbasis Case Based Reasoning Untuk Mengelola Sistem Klaim Konsumen. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Azmi, Y (2005). Penerapan Knowledge Management pada Perusahaan Reasuransi. Universitas Budi Luhur, Jakarta. Corder, A. (1992). Teknik Manajemen Pemeliharaan Erlangga. Jakarta. Davenport dan Laurence. (1998). Working Knowledge : How Organization Manage What They Know. Harvard Business School Pres. Boston. Drucker, P. (1988). The coming of The New Organization. Harvard Business School Review, page 45 - 53. Ersyad, M (2009). Perancangan Prototype Safety Knowledge Management Systems pada Program Peningkatan K3. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Gracia, R. (2006). A Knowledge Management Model and its Implementation. Groover, M. P. (2007). Work System and Methods, Measurement and Management of Work. Pearson Edication, Inc. Gruber. T. R. (1993). A Translation Approach to Portable Ontology Specifications : A Knowledge Acquisition. Hingston, P. (2001). Implementing A Knowledge Sharing Website. Journal of Knowledge Management Practice, School of Computer and Information Science, Edith Cowan University. Hix, D dan Hartson, H.R. (1993). A User Oriented Representation for Direct Manipulation Interface Designs. ACM vol 8. New York, USA. Ihsan, F. (2010). Knowledge Management System dalam Penanganan Penyakit Tropis dengan Pemenuhan Prinsip
Ergonomi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Iswanto, H (2008). Manajemen Pemeliharaan Mesin – Mesin Produksi. Universitas Sumatra Utara. Sumatra Utara. Johnson,P. (1992). Usability and Mobility : Interactions on The Move. First Workshop on Human Computer Interaction in Mobile Devices. Joseph M., Firestone., Mark W., McElroy. (2005). Doing Knowledge Management. Emerald Group Publishing. Lave, J. (1998). Cognition in Practice. Cambridge University Press. UK. Marga, E (2010). Perancangan Sistem Repository untuk Diagnosa Keperawatan dangan Metode CBR dan Usability Heuristics. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Nonaka, I dan Takeuchi, H. (1995). The Knowledge - Creating Company : How Japanese Companies Create the Dymanics of Innovation. Oxford University Press. New York. Patton, D. J. (1983). Preventive Maintenance. Instrument Society of America. Publishers Creative Service Inc. New York. Prawirosentono, S. (2000). Manajemen Operasi (Analisis dan Studi Kasus). Edisi Kedua. Bumi Aksara. Jakarta. Ridwan, F.Z., Hardianto, D., Sucahyo, Y.G.(2008). Analisa Usability untuk Mengetahui User Experience pada Aplikasi Berbasis Web. Sambiangga, R. (2008). Perancangan Knowledge Management System Framework dengan Fokus pada Manusia pada Organisasi Pembelajar. Jurusan Teknik Informatika ITB. Bandung. Satwika, I. (2010). Perancangan Web Based Knowledge Management untuk Mengontrol Penyebaran Penyakit Tropis dengan Mempertimbangkan Aspek Usability. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Shaw, J. (1992). Making Quality Improvement Work. Group Practice Journa,l pp. 6 – 23. Shneiderman, B. (1995). Designing the User Interface : Strategies for Effective Human Computer Interaction. Reading Massachusetts. Adison Wesley.
Starr, B. (1998). The DARPA High – Performance Knowledge Bases Project. Al Magazine vol 19. American Association for Artificial Intelligence. Su, K.W., Hwang, S.L., Liu, T.H. (1999). Knowledge Architecture and Framework Design for Preventing Human Error in Maintenance Task. Tampubolon, M. P. (2004). Manajemen Operasional. Ghalia Indonesia. Jakarta. The American Management Association, Inc. (1971). Modern Maintenance Management. Bombay. Tiwana, A. (1999). The Knowledge Management Toolkit. Second Edition. Prentice Hall, Inc. New York. Tobing, L. P. (2007). Knowledge Management : Konsep, Arsitektur dan Implementasi. Graha Ilmu. Yogyakarta. Wong, S.C., Crowder, R.M., Wills, G.B., Shadbold. N.R. (2007). Knowledge Transfer : From Maintenance to Engine Design.