IMPLEMENTASI POLA PENGASUHAN ANAK BERBASIS KELUARGA DI SAVE OUR SOUL ( SOS ) CHILDREN’S VILLAGES DESA TARUNA JAKARTA (Studi Kasus Keluarga Dampingan Save Our Soul (SOS) Di Desa Tegallangkap, Bogor)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh: ACHMAD KAMAL FIRDAUS
NIM: 1110054100023 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) JAKARTA SYARIF HIDAYATULLAH 2015
ABSTRAK ACHMAD KAMAL FIRDAUS Implementasi Pola Pengasuhan Anak Berbasis Keluarga di Save Our Soul (SOS) Children’s Village Desa Taruna Jakarta (Studi Kasus Keluarga Dampingan Save Our Soul (SOS) di Desa Tegallangkap Bogor) SOS Children’s Village Desa Taruna Jakarta merupakan lembaga yang menerapkan pengasuhan berbasis keluarga dimana anak diasuh oleh orang tua kandung sendiri, SOS CV – FSP Bogor hanya memberikan pemahaman dan penguatan keluarga karena banyak keluarga yang tidak memliki pengetahuan tentang pengasuhan dan mempunyai pemikiran-pemikiran yang tidak dapat membuat keluarga tersebut maju. Selain itu ada nya santunan yang diberikan oleh SOS CV – FSP Bogor berupa Bantuan Sarana Pendidikan atau BSP yang diberikan kepada keluarga dampingan untuk meringankan beban keluarga dampingan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa implementasi pola pengasuhan anak berbasis keluarga di SOS Children’s Village Desa Taruna Jakarta (studi kasus keluarga dampingan SOS di Desa Tegallangkap Bogor). Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini dengan pendekatan kualitatif, tehnik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan tujuh informan, dimana informan utama terdiri dari tiga informan, orang tua, anak yang mendapatkan bantuan, anak yang tidak mendapatkan bantuan dan empat informan satu edukater SOS CV – FSP Bogor, relawan, tetangga, dan teman bermain serta kesimpulan akhir menggunakan triangulasi. SOS Children’s Village Desa Taruna Jakarta didirikan untuk mewujudkan gagasan Ibu Tien Soeharto yang menjadi pelindung pada Yayasan SOS Children’s Village Desa Taruna Jakarta. Berdirinya SOS Children’s Village merupakan hasil kerja sama antara Karya Bhakti Ria Pembangunan dengan Yayasan SOS Children’s Village. SOS Children’ Village mempunyai dua tipe program yang berbeda, diantaranya : (a) Lingkungan Keluarga Pengganti (Family-Based Care) (b) Program Penguatan Keluarga (Family-Strenghening Programme). Dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa: Pertama Pelaksanaan pola pengasuhan anak dalam keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor yang berada di Desa Tegallangkap sangat berbeda dengan yang berada di Panti Asuhan, karena pengasuhannya murni dilakukan oleh Ibu kandung dan anak tinggal bersama keluarganya dirumah yang memudahkan orang tua dan anak dapat berinterakasi setiap harinya dan membuat anak merasa nyaman karena diasuh oleh orang tua kandung sendiri. Kedua, faktor pendorong program ini adanya Bantuan Sarana Pendidikan yang diberikan kepada anak untuk membantu pelaksanaan pengasuhan. Ketiga, faktor penghambat status sebagai orang tua tunggal yang sendirian mengasuh anak dan mencari nafkah untuk kedua anaknya yang masih bersekolah.
i
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Rasa syukur yang teramat dalam dipersembahkan kepada Allah SWT atas rahmat serta karunia-Nya saya masih bisa diberi kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabat dan kepada umatnya hingga akhir zaman. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos). Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini sulit untuk dapat terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penyusunan skripsi ini, diantaranya: 1. Dr. Arif Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 2. Suparto, M. Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 3. Dr. Roudhonah, MA. selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 4. Dr. Suhaimi, M. Si. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 5. Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial, Nunung Khairiyah, MA. selaku Sekertaris Program Studi, dan DosenDosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah banyak memberikan ilmu-ilmu dan pengalamannya kepada penulis. Semoga ilmu dan pengalaman
ii
yang telah diberikan selama masa perkuliahan dapat bermanfaat untuk masa yang akan datang. 6. Nurhayati Nurbus, M. Si. selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah tulus ikhlas membantu meluangkan waktu, tenaga pikiran dan dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Ferry Harianto, SH selaku ketua Diretur FSP Bogor yang telah banyak membantu dalam penelitian di Tegallangkap Bogor. 8. Martin Trianto, S. Kom selaku ketua Educater FSP Bogor yang telah banyak membantu dan membimbing dalam penelitian di Tegallangkap Bogor. 9. Para relawan FSP Bogor yang telah banyak membantu dalam penelitian di Tegallangkap Bogor. 10. Para pengurus FSP Bogor yang telah membantu dalam penelitian di Tegallangkap Bogor. 11. Kedua Orang Tua tercinta H. Abdullah dan Hj. Suamiati serta kakak-kakakku Ana Auliawati dan Achmad Lutfhi Irfansyah serta kakak iparku yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi untuk saya, dan atas doanya kepada Allah SWT dan kasih sayangnya. 12. Kepada Fajar Wahyu Utami S. Ikom yang selalu memberikan motivasi, semangat, doa setiap harinya untuk menyelesaikan skripsi ini. 13. Kelompok Tanjung Pasir yang terdiri dari sahabat-sahabat terbaik saya Miftah Rizki, Ma’mur Rizki, Muhammad Fadly, Muhammad Hafiz Zuldi, Fajarudin Zakiani, Samsul Bahri yang telah banyak membantu dan menyemangati dalam penyelessaian skripsi ini.
iii
14. Keluarga besar Jurusan Kesejahteraan Sosial Angkatan 2010 yang telah memberikan dukungan dan kenyamanan selama masa perkuliahan. 15. Serta seluruh pihak yang telah membantu secara moril maupun materil sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan . Penulis senantiasa memanjatkan doa untuk kalian semua teman-teman dari Kesejahteraan Sosial semoga kelak kita dapat kembali dipertemukan dengan kesuksesan yang telah kita raih, Aamiin. Penulis menyadari terdapat berbagai kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Namun penulis berharap semoga hasil yang disajikan dapat bermanfaat. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 18 Agustus 2015
Achmad Kamal Firdaus (1110054100023)
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..........................................................................................
i
KATA PENGANTAR ........................................................................
ii
DAFTAR ISI.......................................................................................
v
DAFTAR TABEL ..............................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah ..........................................
1
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................
10
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................
11
D.
Metodologi Penelitian .............................................
12
E.
Tinjauan Pustaka .....................................................
17
F.
Sistematika Penulisan ..............................................
18
LANDASAN TEORI A.
B.
Keluarga dan Anak. .................................................
20
1. Definisi Keluarga ................................................
20
2. Fungsi Keluarga ..................................................
21
3. Peranan Keluarga ................................................
24
4. Definisi Anak ......................................................
26
5. Periode Perkembangan Anak ..............................
29
Pengasuhan ..............................................................
31
1. Definisi Pengasuhan............................................
31
2. Ruang Lingkup Pengasuhan................................
34
3. Faktor-faktor Yang Memperngaruhi Pengasuhan
36
v
C.
BAB III
BAB IV
38
5. Pengasuhan Berbasis Keluarga............................
43
6. Pola Pengasuhan Menurut SOS CV-FSP Bogor..
43
Pendidikan ...............................................................
44
1. Definisi Pendidikan .............................................
44
2. Tujuan Pendidikan ..............................................
46
3. Pendidikan Menurut SOS CV-FSP Bogor ..........
46
GAMBARAN UMUM LEMBAGA A.
Sejarah Singkat Lembaga ........................................
48
B.
Profil Lembaga ........................................................
49
C.
Visi SOS Children’s Village....................................
51
D.
Misi SOS Children’s Village...................................
52
E.
Program Lembaga....................................................
53
F.
Sasaran Utama SOS CV – FSP Bogor.....................
54
G.
Sruktur Lembaga SOS CV – FSP Bogor.................
54
H.
Gambaran Umum Desa Tegallangkap.....................
55
TEMUAN DAN ANALISIS DATA A.
BAB V
4. Jenis-jenis Pola Asuh...........................................
Informan Penelitian........................................ .........
57
1. Data Informan Utama .........................................
57
2. Data Informan Pendukung..................................
58
B.
Pola Pengasuhan Anak Dampingan SOS ................
60
C.
Faktor Pendorong dan Penghambat. ........................
75
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...............................................................
88
B. Saran .........................................................................
90
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
91
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................
95
vi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Profil Informan Utama………………………………......
57
2. Tabel 2. Profil Informan Pendukung…………………………… .
58
vii
DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Bimbingan Skripsi 2. Surat Izin Penelitian 3. Surat Keterangan Penelitian dari SOS Children’s Village 4. Pedoman Observasi 5. Transkrip Observasi 6. Pedoman Wawancara 7. Transkrip Wawancara 8. Kuitansi Bantuan Sarana Pendidikan Keluarga Dampingan SOS Children’s Village 9. Hasil Dokumentasi
viii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan penting untuk masa depan bangsa yang harus dilindungi oleh berbagai pihak, baik dari lingkup terkecil keluarga, masyarakat, maupun negara. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.1 Perlindungan ini harus dilakukan karena anak sebagai asset penting suatu negara memerlukan pembekalan yang cukup untuk mengarungi hidupnya saat dewasa kelak. Karena awal pembangunan dari suatu bangsa, pada dasarnya bersumber pada seorang anak. Jika anak tersebut telah memiliki pembekalan yang cukup saat dia masih kecil, baik pembekalan jasmani, rohani, dan sosial niscaya saat dia besar nanti, dia akan menjadi tulang punggung suatu negara dalam kemajuan pembangunan nasional maupun pembangunan sosial. Dalam Undang-undang No. 23 tahun 2002 Pasal 1 Ayat 2 tentang Perlindungan Anak yaitu: “Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
1
Majalah Perlindungan Anak: Anak Kami, Perlindungan Anak: Bukan Basa-Basi, Vol. 1, No. II, Maret 2007, Jakarta: Resource Centre SFFCCB CPSW –IPSI, h. 11.
2
Di dalam Undang-undang tersebut telah diatur tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara untuk memberikan perlindungan pada anak. Tetapi dalam hal ini tidak semua anak di Indonesia mendapatkan perlindungan yang layak, sehingga anak kurang memiliki pembekalan yang cukup selama dia berproses dewasa. Ada saja permasalahan-permasalahan anak yang membuat seorang anak menjadi tidak bisa tumbuh dengan jasmani dan rohani yang sehat. Ada contoh kasus di Indonesia yang mencatat tentang permasalahan anak. Contoh kasus di Jawa Barat, Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat mencatat ada sekitar 851.433 anak yang memiliki masalah sosial. Anak bermasalah sosial di antaranya adalah anak yatim, piatu, dan yatim piatu, anak terlantar, anak yang tidak mampu melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, anak cacat, anak jalanan, serta anak yang bermasalah dengan hukum. Usia anak yang paling rentan terkena masalah sosial adalah 15-18 tahun. Anak pada usia tersebut banyak yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Akibatnya mereka menjadi anak-anak yang sangat rentan dengan permasalahan sosial. Dalam hal ini, anak terlantar merupakan salah satu permasalahan sosial anak yang sampai saat ini masih belum bisa terpecahkan. Secara teoritis, penelantaran adalah sebuah tindakan baik disengaja maupun tidak disengaja yang membiarkan anak tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang, pangan, dan papan.2 Seorang anak dikatakan terlantar, tidak hanya karena ia sudah tidak memiliki salah satu orang tua atau kedua orang tuanya, tetapi juga dapat diartikan ketika hak-hak anak untuk tumbuh dan berkembang secara wajar, untuk
2
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana, 2010), h. 215.
3
memperoleh pendidikan yang layak, dan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai, tidak terpenuhi karena kelalaian, ketidakmengertian orang tua, ketidakmampuan atau kesengajaan. Seorang anak yang kelahirannya tidak dikehendaki, misalnya mereka umumnya rawan untuk ditelantarkan atau bahkan diperlakukan salah.3 Agar anak kelak dapat berpartisipasi penuh dalam pembangunan, maka kebutuhan mereka akan kesejahteraan harus terpenuhi dengan baik. Di sinilah sesungguhnya peran keluarga, lingkungan, dunia pendidikan, dan lebih khusus lagi peran orang tua sangat besar dalam mengembangkan kecerdasan anak.4 Dalam hal ini orang tuanya lah yang pertama dan utama berkewajiban untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi si anak dalam memenuhi kebutuhan yang bersifat fisik seperti penyediaan kebutuhan sandang, pangan dan papan serta pengembangan kecerdasan yang dimiliki anak. Selain itu juga pemenuhan kebutuhan rohani berupa pemberian kasih sayang dan perhatian yang tulus serta perlindungan yang akan menimbulkan rasa aman dan dikasihi. Dalam hal ini perasaan aman muncul bagi seseorang anak tergantung sepenuhnya pada kasih sayang dan pengasuhan yang terutama sekali diperlukan oleh anak sebagai jaminan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Selain pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani seperti yang telah disebutkan, terdapat kebutuhan yang tidak kalah pentingnya yaitu kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial adalah penanaman nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga dan masyarakat sesuai dengan yang diharapkan.
3
Ibid, h. 213. Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Sosial bagi Anak (Yogyakarta: Katahati, 2010), h. 35. 4
4
Dalam keadaan keluarga normal semua kebutuhan bisa dipenuhi oleh keluarganya, namun tidak setiap keluarga dapat berfungsi dengan baik. Keluarga yang hubungan suami istrinya tidak harmonis, keluarga yang suami atau istri atau keduanya meninggal akan menimbulkan masalah bagi si anak. Begitu pula kemiskinan yang menyebabkan keluarga tidak mampu menyediakan kebutuhankebutuhan anak, oleh karena itu pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi terganggu. Ketidak mampuan orang tua atau keluarga menjalankankan fungsinya menyebabkan apa yang disebut sebagai masalah keterlantaran, yang bahkan sering diiringi dengan masalah-masalah penyimpangan tingkah laku. Perkembangan diri anak sangat dipengaruhi pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. Baik pada orang tua yang bekerja maupun orang tua yang tak bekerja akan memberi pengaruh secara bermakna terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Permasalahan anak yang saat ini cukup memprihatinkan dan perlu mendapatkan perhatian. Jika ditelusuri penyebab keterlantaran anak dalam hal pengasuhan dan pendidikan adalah disebabkan karena keluarga yang mengalami disfungsi, dimana salah satu atau kedua orang tua dari anak tidak dapat berfungsi dengan baik dikarenakan berbagai faktor yang tidak mendukung. Pemerintah melalui Menteri Sosial menyatakan bahwa, dalam kenyataan kehidupan sosial tidak semua orang tua mempunyai kesanggupan dan kemampuan penuh untuk memenuhi kebutuhan pokok anak dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anak. Kenyataan yang demikian mengakibatkan anak menjadi
5
terlantar baik secara rohani, jasmani, dan sosial.5 Begitu juga jika anak sudah tidak memiliki orang tua (anak yatim piatu), maka anak tersebut dapat dipastikan tidak akan menjadi anak yang sejahtera, bahkan menjadi terlantar jika tidak ada yang bertanggung jawab untuk memnuhi kebutuhan hiupnya, baik kebutuhan jasmani, rohani, maupun sosial. Anak-anak yatim piatu dan anak terlantar sebagai dua permasalahan sosial anak, membutuhkan orang-orang atau Lembaga (panti atau yayasan) yang mapan sebagai tempat untuk berlindung dan berkembang menjadi anak-anak yang kemudian hari akan memimpin negara. Hal ini sesuai dengan Elizabethan Poor Law yang dikeluarkan pada tahun 1601 men cakup tiga kelompok penerima bantuan6: 1.
Orang-orang miskin yang kondisi fisiknya masih kuat (the able-bodied poor).
2.
Orang-orang miskin yang kondisi fisiknya buruk (the impotent poor).
3.
Anak-anak yang masih bergantung pada orang yang lebih mapan (Dependent Children). Dari ketiga kelompok bantuan tersebut, jelas sekali bahwa anak-anak
terlantar termasuk di dalam kelompok tiga, yaitu kelompok anak-anak yang masih bergantung pada orang yang lebih mapan (Dependent Children). Dalam hal ini, orang-orang atau Lembaga (panti atau yayasan) yang telah mapan memegang
5
Ahmad Kamil, M.Fauzan, Hukum perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2008, h.49-50. 6 Isbandi Rukminto Adi, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial, Edisi Kedua, Depok: FISIP UI Press, 2005, h. 2.
6
peranan penting untuk membantu anak-anak terlantar maupun anak yatim piatu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada dasarnya pengasuhan dan perlindungan anak yang terbaik ialah anak yang diasuh dan dibesarkan bersama orangtua. Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orangtua nya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukan bahwa pemisahan ini adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir (UU Perlindungan Anak Pasal 14). Alasan pemisahan anak dikarenakan orangtua tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar anak mereka. Pengasuhan anak dalam keluarga yang harmonis merupakan salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama pada masa-masa kritis, yaitu usia 0-8 tahun. Kehilangan pola pengasuhan yang baik, misalnya perceraian, kehilangan orang tua, baik untuk sementara maupun selamanya, bencana alam, dan berbagai hal yang bersifat traumatis lainnya sangat mempengaruhi kualitas kesehatan fisik, emosi, mental, dan spiritual anak. Untuk itulah, diperlukan pihak-pihak yang peduli selain keluarga untuk memberikan pengasuhan yang terbaik untuk anak dan fokus terhadap kepentingan anak-anak, khususnya anak-anak terlantar dan anak yatim piatu. Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 Ayat 1, yaitu fakir miskin dan anak terlantar itu dipelihara oleh negara. Artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan untuk fakir miskin dan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan dan yatim piatu. Berbagai upaya dilaksanakan untuk mengentaskan anak dari ketelantaran. Baik yang dilaksanakan
7
oleh pemerintah maupun elemen masyarakat, salah satunya hadirnya profesi pekerja sosial dimaksudkan untuk membantu memecahkan permasalahan anak yang terjadi. Pekerja sosial merupakan sebuah profesi yang mengedepankan perubahan sosial, berfokus pada pemecahan masalah pada hubungan antar manusia, pemberdayaan, dan kesetaraan manusia untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.7 Kemudian melalui pendirian panti asuhan. Di Indonesia, saat ini Panti Sosial merupakan alternatif terakhir dalam menangani permasalahan anak terlantar. Dengan adanya Panti Sosial, anak terlantar bisa mendapatkan pelayananpelayanan sosial berupa pelayanan pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya. Lembaga atau Panti Asuhan muncul sebagai salah satu institusi yang menangani anak terlantar dan termasuk dalam kelompok pelayanan pengganti. Digantikannya fungsi keluarga oleh panti asuhan apabila anak memang sudah tidak mempunyai orang tua lagi atau pun orang tua tidak dapat berfungsi dengan wajar. Panti Asuhan sebagai pengganti orang tua atau keluarga diharapkan semaksimal mungkin memberikan pelayanan dan pengasuhan yang mendukung pemenuhan hak anak agar tercapainya kesejahteraan anak. Pelayanan yang harus diberikan oleh sebuah Panti Asuhan anak adalah pelayanan pengasuhan di Panti tersebut yang menciptakan suasana kehidupan dalam suatu keluarga. Hal ini akan memungkinkan
terpenuhinya
kebutuhan
dasarnya,
yang
pada
akhirnya
memungkinkan anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara wajar, baik itu
7
Majalah Perlindungan Anak: Anak Kami, Perkembangan Program Perlindungan Anak di Aceh, Vol. 1, No. 5, Juni 2007, Jakarta: Resource Centre SFFCCB CPWS –IPSPI, h. 27.
8
jasmani, rohani dan sosialnya. Dengan melaksanakan pengasuhan berbasis keluarga, diharapkan anak-anak terlantar yang menjadi anak asuh di panti tersebut dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya. Namun ada kalanya di dalam perjalanan pemberian pelayanan sosial, pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh anak asuh tersebut. Hal ini terjadi karena belum adanya panduan-panduan yang memastikan bahwa panti asuhan bisa memberikan kualitas pelayanan dengan baik.8 Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Sosial, Save the Children dan Unicef tentang “Kualitas Pengasuhan di Panti Sosial Anak di Indonesia pada tahun 2007”, mayoritas panti asuhan di Indonesia memberikan pelayanan sosial dengan lebih mengedepankan dukungan terhadap pendidikan anak asuh tanpa terlalu memperhatikan pola pengasuhannya. Padahal anak asuh juga membutuhkan kasih sayang, perhatian, dan dukungan psikoksosial bagi mereka dengan memperhatikan tumbuh kembang anak.9 Tetapi kenyataannya adalah, menurut Tata Sudrajat (seorang peneliti dari Save the Children), banyak panti asuhan yang memperlakukan anak asuh secara kolektif dalam pemberian pelayanan sosial, bukan secara individual dikarenakan tidak ada pekerja sosial yang mempunyai peran secara individual kepada anak.10 Ini yang membuat anak asuh tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya, karena sebenarnya kebutuhan dasar anak berbeda-beda.
8
Tim Peneliti Departemen Sosial RI, Save the Children, dan Unicef, DVD “ Seseorang yang Berguna: Kualitas Pengasuhan di Panti Sosial Asuhan Anak di Indonesia”. 9 Ibid, h. 5. 10 Ibid, h. 7.
9
Dari penelitian tersebut juga didapat hasil bahwa, mayoritas panti asuhan tidak melakukan asesmen terhadap kondisi keluarga anak asuh sebelum anak tersebut dimasukkan ke dalam panti asuhan, sehingga tidak diketahui apakah anak tersebut memang membutuhkan panti asuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau tidak, dan juga tidak diketahui apakah keluarganya masih mampu atau tidak untuk mengasuh anak tersebut.11 Dalam pengasuhan, anak-anak harus mendapatkan kasih sayang, layaknya orang tua yang menyayangi anaknya, oleh karena itu diperlukan pengasuh yang menggantikan peran orang tua untuk melakukan pengasuhan secara eksklusif. Penggunaan pola pengasuhan yang baik pada anak diharapkan mampu menjadikan mereka SDM yang berkualitas nantinya, dan dapat membangun bangsa kedepannya. Salah satu Panti Asuhan anak yaitu SOS Children’s Villages Desa Taruna Jakarta. SOS Children’s Villages Desa Taruna Jakarta adalah sebuah organisasi independen non-pemerintah yang berkarya bagi anak-anak dengan pola pengasuhan anak jangka panjang berbasis keluarga. bertujuan untuk membantu, mengasuh, dan mengupayakan masa depan yang cerah bagi anak-anak yatim piatu, anak terlantar yang kurang beruntung. Anak-anak yang dibantu merupakan berbagai macam latar belakang, suku, agama, dan ras. Mereka mendapatkan kasih sayang di dalam sebuah keluarga dengan standar kehidupan yang layak agar kelak dapat tumbuh menjadi sosok anak yang mandiri.
11
Ibid, h. 6.
10
Mengingat sasaran utama pelayanan SOS Children’s Villages Desa Taruna Jakarta adalah anak-anak dan keluarga yang tidak mampu, maka perkembangan fisik maupun emosional anak tergantung sepenuhnya pada cara ibu pengasuh merawat anak-anaknya, serta sikap ibu pengasuh dalam membina hubungan atau membentuk ikatan emosional dengan anak-anak asuhnya. Sehingga diantara mereka dapat terjalin hubungan bagaikan ibu kandung dengan anak-anaknya sendiri. Lalu bagi keluarga yang tidak mampu akan mendapatkan bantuan serta dampingan keluarga yang rentan terhadap pengasuhan, pendidikan, dan kesehatan. Dengan demikian berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik dan ingin mengetahui lebih jauh usaha pelayanan di SOS Children’s Villages Desa Taruna Jakarta ini, karena pelayanannya sangat berbeda dengan pelayanan di Yayasan atau Panti Asuhan lainnya, yaitu dengan menerapkan sistem pengasuhan berbasis keluarga. Untuk itu, penulis tertarik untuk meneliti sebuah penulisan skripsi dengan judul “Implementasi Pola Pengasuhan Anak Berbasis Keluarga Di SOS Children’s Villages Desa Taruna Jakarta (Studi Kasus Keluarga Dampingan SOS di Desa Tegallangkap, Bogor)”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.
Pembatasan Masalah Mengingat terbatasnya waktu, dana dan demi terfokusnya pikiran maka peneliti membatasi masalah pada pola pengasuhan di keluarga dampingan SOS Children’s Villages untuk membantu keluarga dan anak asuh untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam pola asuhan dan pendidikan.
11
2.
Perumusan Masalah Agar perumusan masalah lebih terarah dan terfokus, Maka penulis membuat rumusan masalah secara garis besar, yaitu: a. Bagaimana pola pengasuhan anak dalam keluarga dampingan SOS di Desa Tegallangkap, Bogor? b. Apa saja faktor pendorong & penghambat pada pola pengasuhan anak dalam keluarga dampingan SOS di Desa Tegallangkap, Bogor?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keluarga dampingan SOS Children’s Villages: a.
Untuk mengetahui pelaksanaan pola pengasuhan anak dalam keluarga dampingan SOS di Desa Tegallangkap, Bogor.
b.
Untuk mengetahui faktor pendorong & penghambat
yang ditemui saat
pelaksanaan pengasuhan dalam keluarga dampingan SOS di Desa Tegallangkap, Bogor. D. Manfaat Penelitian a.
Secara Praktis Diharapkan dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi peneliti khususnya serta para calon pekerja sosial agar mendapatkan gambaran umum tentang implementasi pola pengasuhan anak berbasis keluarga di SOS Children’s Villages Desa Taruna Jakarta (Studi Kasus Keluarga Dampingan SOS di Desa Tegallangkap, Bogor)
12
b. Secara Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengetahuan bagi para mahasiswa Kesejahteraan Sosial dan rujukan dalam penelitian berikutnya yang berkaitan dengan implementasi pola pengasuhan anak berbasis keluarga di SOS Children’s Villages Desa Taruna Jakarta (Studi Kasus Keluarga Dampingan SOS di Desa Tegallangkap, Bogor). E. Metodologi Penelitian 1.
Metode Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.12 Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti, yaitu data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap tersebut.13 Oleh karena itu, pengumpulan data dilakukan secara triangulasi yang menggunakan berbagai sumber dan berbagai teknik pengumpulan data secara simultan agar memperoleh data yang pasti.14
12
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.1.
13
Ibid, h. 2. Ibid, h. 3.
14
13
2.
Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau penghubungan dengan variabel yang lain.15 Jenis penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati guna mendapat data-data yang diperlukan. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata karena adanya penerapan metode kualitatif. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.16
3.
Sumber Data Sumber data yang penulis gunakan pada penelitian ini terbagi menjadi 2 (dua) sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder yang akan dijelaskan sebagai berikut: a. Data Primer yaitu berupa data yang diperoleh dari sasaran penelitian atau partisipan. Data primer yang penulis maksud adalah pengamatan yang bersifat partisipatoris, artinya penulis melihat langsung proses kegiatan pengasuhan dan melakukan wawancara. b. Data Sekunder yaitu berupa catatan atau dokumen yang diambil dari berbagai literatur, buku-buku, internet atau tulisan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, seperti brosur, arsip, dan lain-lain.
15
http://ab-fisip-upnyk.com/files/Konsep%20Dasar%20Penelitian.pdf diakses pada 28 Desember 2014 16
112.
Lexy, J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007), h.
14
4. Tempat dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang diambil oleh peneliti dalam mencari informasi dan data-data terkait dengan objek penelitian adalah di FSP – Bogor SOS CV Jakarta di Kampung Tegallangkap Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. b. Waktu Penelitian Sedangkan waktu penelitian terhitung mulai bulan November 2014 sampai dengan bulan Mei 2015. Peneliti melakukan riset berupa wawancara, observasi serta studi dokumentasi selama kurang lebih enam bulan. 5.
Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dilakukan seorang peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan. Dengan metode pengumpulan data yang tepat dalam suatu penelitian akan memungkinkan pencapaian pemecahan masalah secara valid dan terpercaya yang akhirnya akan memungkinkan dirumuskan generalisasi yang obyektif.17 Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti yaitu: a. Observasi atau pengamatan, merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan. Metode observasi merupakan cara yang sangat baik untuk mengawasi perilaku subjek penelitian seperti perilaku dalam
17
Nawawi Hadari, Intrument Penelitian Bidang Sosial, (Jogjakarta: Gajah Mada University Press, 1992), h. 13.
15
lingkungan atau ruang, waktu, dan keadaan tertentu. 18 Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan secara langsung di Desa Tegallangkap Bogor yang dilakukan keluarga dan anak dampingan SOS tersebut. b. Interview atau wawancara, merupakan salah satu teknik untuk mengumpulkan data dan informasi penggunaan metode ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, dengan interview atau wawancara, penulis dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti, tetapi apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian. Kedua, apa yang ditanyakan kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, masa kini, dan juga masa mendatang.19 Penulis melakukan wawancara dengan tujuh informan, di antaranya Keluarga yang terdiri dari Ibu, Anak yang dibantu SOS, Anak yang tidak dibantu SOS, Tetangga dan Teman bermain lalu pengurus FSP Bogor, yaitu Edukater dan Relawan FSP Bogor. Informan
Metode yang
Jumlah
dilakukan Educater FSP
Wawancara
1 Orang
Wawancara
1 Orang
Wawancara
3 Orang
Bogor Relawan FSP Bogor Keluarga Informan
18 19
M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, h.165. Ibid, h. 176.
16
Tetangga
Wawancara
1 Orang
Teman Bermain
Wawancara
1 Orang
Bola
c. Dokumentasi, studi Dokumentasi-catatan tertulis yang didapat dari lokasi penelitian.20 Penulis berusaha mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai macam bentuk data tertulis yang di peroleh dilapangan serta datadata lain yang didapatkan dari buku-buku, brosur dan sumber lain yang berkaitan dengan unsur yang sedang diteliti. 6.
Teknik Analisis Data Data yang diperoleh, selanjutnya penulis melakukan analisa data. Tujuan utama dari analisa data ialah untuk meringkaskan data dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan antar problem penelitian dapat dipelajari dan diuji.21 Dalam hal ini penulis menganalisa dengan menggunakan analisa deskriptif, yaitu suatu metode dalam penulisan sekolompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Peneliti juga menggunakan metode deskriptif, yaitu cara melaporkan
20
data
dengan
menerangkan,
memberi
gambaran
dan
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Jakarta (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), h.
234. 21
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h.128.
17
mengklasifikasikan serta menginterprestasikan data yang terkumpul secara apa adanya kemudian disimpulkan.22 7. Teknik Keabsahan Data Keabsahan data adalah data yang diperoleh, data yang telah teruji dan valid, dalam hal ini peneliti menulis keabsahan data diujikan lewat diskusi atau sharing terhadap teman sejawat, referensi teori dan melihat realitas sosial serta tentang isu-isu yang sedang berkembang, oleh karena itu peneliti melakukan perbaikan-perbaikan untuk mendapatkan data-data yang relevan. Dan teknik keabsahan data dengan triangulasi sumber, berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Sebagai gambaran atas data yang telah dikumpulkan dari sumber yang berbeda sebagai cara perbandingan data yang didapat dari observasi dan wawancara. Penulis melakukan wawancara dari informan yang satu ke informan yang lain, dan melakukan wawancara terhadap hasil dari observasi.23 F. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan penulis guna menghindari unsur kesamaan dengan skripsi lain. Penulis menemukan penelitian yang dilakukan oleh Farihatul Fajriah (mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial) denga judul “Fungsi Keluarga Pada Pengasuhan Anak Terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta”. Penelitian yang dilakukan oleh Farihatul Fajriah tentang keseluruhan proses pelayanan sosial yang dilakukan oleh yayasan, baik itu lewat pelayanan maupun pola pengasuhannya 22
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h, 49. Lexy j. meleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010) cet, 28, h. 83. 23
18
tanpa melihat apakah anak asuh yang berada didalam panti benar-benar terpenuhi kebutuhan dasarnya. Dalam skripsi ini Fajriah membahas Fungsi Keluarga Pada Anak Terlantar, walaupun sama-sama mengambil tema pengasuhan tetapi berbeda dengan skripsi yang peneliti kaji dalam hal ini. Perbedaannya terletak pada pengasuhan anak yang tinggal di panti dengan yang tinggal di dalam sebuah keluarga kandung yaitu dirumah. Persamaannya hanya teori yang yang dilakukan. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pedoman penulisan skripsi ini. Untuk
mempermudah
pembahasan
skripsi
ini,
secara
sistematis
penulisannya dibagi ke dalam lima bab, yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut : BAB I
Pendahuluan Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penelitian.
BAB II
Kajian Teori
19
Pengetian
Keluarga,
Pengertian
Anak,
Pengertian
Pola
Pengasuhan, dan Pengertian Pola Pendidikan. BAB III
Gambaran Umum lembaga Sejarah Singkat Lembaga, Profil Lembaga, Program Lembaga, Visi dan Misi Lembaga, Tujuan Lembaga, Struktur Lembaga, Gambaran Umum Desa Tegallangkap.
BAB IV
Temuan dan Analisa Data Hasil Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Analisa Data Keluarga Dampingan SOS Children’s Villages di Desa Tegallangkap, Bogor.
BAB V
Penutup Kesimpulan dan Saran.
20
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Keluarga dan Anak 1. Definisi Keluarga Dalam setiap masyarakat akan dijumpai kelompok primer yang penting yang disebut dengan keluarga. Keluarga merupakan ikatan yang sah antara laki-laki dan perempuan yang bedasarkan persetujuan kedua belah pihak yang akan melangsungkan perkawinan bedasarkan peraturan yang ada. Keluarga menurut Undang Undang Nomor 23 tahun 2002 pasal 3 menjelaskan bahwa “Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, yang terdiri dari suami, istri atau suami, istri dan anak”. Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan atau hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Pengertian keluarga menurut Abu Ahmadi adalah : a.
Sigmund Freud, keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita.
b.
Adler, keluarga itu dibangun berdasarkan pada hasrat atau nafsu berkuasa.
c.
Durkheim berpendapat bahwa keluarga adalah lembaga sosial sebagai hasil faktor-faktor politik, ekonomi dan lingkungan.
21
Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa keluarga adalah kumpulan
d.
beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai gabungan berkehendak
bersama-sama
yang hakiki, esensial, enak dan
memperteguh
gabungan
itu
untuk
memuliakan masing-masing anggotanya.”24 Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah kumpulan orang yang terdiri dari suami, isteri dan anak-anak yang biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama (disebut keluarga inti) yang secara resmi terbentuk oleh adanya hubungan perkawinan serta keseluruhan anggotanya harus menjalankan fungsi keluarga bersama-sama agar tercipta suatu keadaan yang sejahtera dan harmonis di dalamnya. Anggota keluarga terdiri dari suami, istri atau orang tua (ayah dan ibu) serta anak. Ikatan dalam keluarga tersebut didasarkan kepada cinta kasih sayang antara suami istri yang melahirkan anak-anak. Oleh karena itu hubungan pendidikan dalam keluarga adalah didasarkan atas adanya hubungan kodrati antara orang tua dan anak.25 2. Fungsi Keluarga Pada dasarnya keluarga memiliki fungsi-fungsi pokok yakni fungsi yang sulit dirubah dan digantikan orang lain. Hakekat dan tingkat pelaksanaan fungsi-fungsi tentu berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain, sedang fungsi-fungsi lain atau fungsi-fungsi sosial bersifat relatif dan mudah mengalami perubahan. 24
Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal 95.
25
Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 21.
22
Fungsi pokok keluarga menurut ST. Vembriarto, mempunyai 7 fungsi yang ada hubungannya dengan kehidupan si anak; yaitu:26 a.
Fungsi Biologik Keluarga merupakan tempat lahir dan tumbuh kembang anak sehingga merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat. Namun seiring dengan perkembangan zaman, fungsi ini berubah karena sekarang kebanyakan keluarga cenderung memiliki anak yang sedikit hal ini dipengaruhi oleh faktor–faktor, perubahan tempat tinggal dari desa ke kota, makin sulit fasilitas perumahan, banyak anak dipandang sebagai hambatan untuk mencapai sukses material keluarga, banyak anak dipandang sebagai hambatan untuk mencapai kemesraaan keluarga, meningkatnya taraf pendidikan wanita mengakibatkan berkurangnya fertilitanya, berubah dorongan dari agama agar keluarga memiliki banyak anak, semakin banyak orang tua bekerja di luar rumah dan makin meluas pengetahuan dan penggunaan alat kontrasepsi.
b.
Fungsi Afeksi Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi yang tumbuh akibat hubungan cinta kasih atas dasar perkawinan. Dari hubungan ini terjalinlah hubungan yang didasari kasih sayang, persaudaran, persahabatan, persamaan pandangan mengenai nilai–nilai yang merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak, dalam menghadapi perkembangan zaman. Suasana kasih sayang ini tidak terdapat pada institusi lain. 26
Ibid, h. 23.
23
c.
Fungsi Sosialisasi Peran keluarga adalah dalam membentuk kepribadian anak melalui interaksi sosial dalam keluarga. Anak–anak mempelajari pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita–cita dan nilai–nilai dalam masyarakat melalui keluarga dalam perkembangan pribadinya.
d.
Fungsi Pendidikan Keluarga sejak dahulu merupakan institusi pendidikan. Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dan ekonomi di masyarakat. Sekarangpun keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama dalam mengembangkan dasar kepribadian anak.
e.
Fungsi Rekreasi Pada saat ini kesibukan keluarga semakin padat dan tuntutantuntutan hidup yang semakin meningkat sehingga membuat anggota keluarga menghabiskan waktu diluar rumah seperti bekerja dan belajar di luar daerah. Fungsi keluarga sebagi rekreasi kini bergeser, keluarga bukan merupakan medan rekreasi bagi anggota-anggotanya. Pusat-pusat rekreasi dialihkan diluar keluarga seperti, gedung bioskop, panggung sirkus, lapangan olah raga, kebun binatang, taman-taman, klub malam yang dipandang lebih bervariasi.
f.
Fungsi Keagamaan Keluarga merupakan pusat pendidikan mengenai kaidah-kaidah agama dan perilaku keagamaaan seperti upacara, dan ibadah agama bagi para anggotanya ditambah peranan yang dilakukan oleh institusi agama.
24
Proses sekulerisasi dalam masyarakat dan merosotnya pengaruh institusi agama menimbulkan kemunduran fungsi keagamaan keluarga. Dengan demikian kewajiban orang tua dalam memberi teladan dan melibatkan anak dalam iklim keagamaan dalam kehidupan keluarga sehingga anakanak memilki pegangan yang teguh agar tidak terpengaruh akan arus zaman yang tidak menentu dan tidak baik bagi kehidupan. g.
Fungsi Perlindungan Fungsi perlindungan dalam keluarga ialah untuk menjaga dan memelihara anak dan anggota keluarga baik dari dalam maupun dari luar kehidupan keluarga, perlindungan secara mental dan moral, disamping perlindungan yang bersifat fisik bagi kelanjutan hidup orang-orang yang ada dalam keluarga. Seiring perkembangan zaman yang modern dan serba lengkap, perlindungan secara fisik maupun sosial kini dapat diserahkan kepada badan-badan sosial, perusahaan asuransi dan lain sebagainya. Dari fungsi yang dipaparkan, bahwa setiap fungsi yang ada didalam
keluarga memegang peranan penting dan saling berkaitan satu dengan yang lain. Betapa besar tanggung jawab orang tua terhadap anak, dimana keluarga merupakan tempat belajar bagi seorang individu dalam mengembangkan dan membentuk diri dalam fungsi sosialnya. 3. Peranan Keluarga Ayah dan ibu merupakan pasangan yang sangat penting bagi anakanaknya. Setiap anggota keluarga memiliki peranan yang berbeda, ibu
25
memiliki peran utama dalam mengurus urusan tangga sedangkan ayah mempunyai peran dalam hal mencari penghasilan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, “Kepala Keluarga adalah orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga”. Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, menurut Ngalim Purwanto menyatakan, bahwa peranan orangtua dibagi menjadi dua peranan ibu dan peranan ayah. Peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai berikut:27 a.
Sumber dan pemberi rasa kasih sayang.
b.
Pengasuh dan pemelihara.
c.
Tempat mencurahkan isi hati.
d.
Pengatur kehidupan dalam rumah tangga.
e.
Pembimbing hubungan pribadi
f.
Pendidik dalam segi-segi emosional. Tanpa adanya pendiskriminasian tugas dan tanggung jawab ayah dan
ibu dalam keluarga, namun apabila ditinjau fungsi dan tugas sebagai ayah, yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto yang menyatakan, bahwa peranan ayah dalam pendidikan anak-anaknya yang lebih dominan adalah sebagai berikut:28 a.
Sumber kekuasaan didalam keluarga.
27
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), h. 91. 28 Ibid,. H. 92.
26
b.
Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar.
c.
Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga.
d.
Pelindung terhadap ancaman dari luar.
e.
Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan. Dari penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan beberapa peran
ayah dan ibu dalam keluarga, adalah sebagai berikut: a) Peranan Ayah: Ayah sebagai suami dan ayah untu anak-anak, memiliki peran sebagai pencari nafkah dalam keluarga, pendidik dan pelindung serta pemberi rasa aman bagi keluarga, sebagai kepala keluarga, serta melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. b) Peranan Ibu: Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya serta pelindung dan melaksanakan peranan sosial sebagai anggota masyarakat, selain itu ibu berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. 4. Definisi Anak Anak merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain terutama keluarga untuk bisa membantu mengembangkan kemampuannya maupun memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini dikarenakan anak pada dasarnya lahir dengan segala kelemahan yang dimilikinya sehingga tanpa bantuan orang lain terutama keluarga, seorang anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal.
27
Anak sebagai potensi dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, dan oleh karenanya memiliki posisi sangat strategis dalam menjamin kelangsungan eksistensi bangsa di masa depan. Artinya, kondisi anak pada saat ini, sangat menentukan kondisi bangsa di masa depan. Dengan demikian, apabila pada saat ini anak-anak terpenuhi kebutuhannya seperti pengasuhan dan pendidikannya yang didapatkan dari sebuah keluarga, maka anak dapat tumbuh dan berkembang di dalam kasih sayang sebuah keluarga. Dalam pengertian secara umum, anak merupakan hasil keturunan langsung dari perkawinan antara seorang laki-laki dewasa dan seorang wanita dewasa. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, anak adalah seorang manusia yang masih kecil dan usianya berkisar enam sampai enam belas tahun yang mempunyai ciri-ciri fisik yang masih berkembang dan masih memerlukan dukungan keluarga dan lingkungannya.29 Selain itu terdapat pengertian lain bahwa anak pada hakekatnya adalah seseorang yang berada pada suatu masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa.30 Dalam siklus kehidupan, masa anak-anak merupakan fase di mana anak mengalami tumbuh kembang yang menentukan masa depannya. Oleh karena itu penting untuk diperhatikan keberadaannya, karena selain krusial juga pada masa itu, anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau keluarga sehingga secara mendasar hak dan kebutuhannya dapat terpenuhi secara baik.31
29
Tim Penyusun Kamus, Pusat Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai PustakaDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan). h. 35. 30 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 166. 31 Direktorat Pelayanan Sosial Anak, Pedoman Umum Tanggung Jawab Negara Dalam Pelayanan Sosial Anak Terlantar, (Jakarta: Departemen Sosial RI, 2006), h. 1.
28
Di dalam keluarga orangtualah yang berperan dalam mengasuh, membimbing dan mengarahkan anak untuk menjadi mandiri dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dala masyarakat. Mengingat masa anak-anak dan remaja merupakan masa yang penting dalam proses perkembangan fisik, mental dan psikososial, maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan orang tua kepada anak dalam mengarahkan perkembangannya amatlah krusial. Oleh karena itu keluarga merupakan pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk mandiri. Sikap orang tua terutama tercermin pada pola pengasuhannya yang mempunyai sumbangan yang cukup besar dalam perkembangan kepribadian anak. Perkembangan kepribadian dapat dilihat antara lain dari kemandirian dan perilaku anak.32
a.
Hak dan Kebutuhan Anak
Menurut Suradi dalam Perlindungan Anak Berbasis Organisasi Lokal dalam Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial adalah ada empat hak anak yang perlu diberikan agar anak-anak dapat tumbuh kembang secara optimal, yaitu Kelangsungan hidup, Perlindungan, Pengembangan diri, dan Partisipasi.
Selanjutnya berdasarkan hak anak-anak tersebut, kebutuhan anak yang perlu dipenuhi, yaitu Kebutuhan fisik, Kebutuhan belajar, Kebutuhan psikologis, Kebutuhan religious, dan Kebutuhan sosial.33
32
Gunawan, dkk., Masalah Sosial Di Indonesia (Jakarta: Kemensos RI, 2010), h. 134. Suradi, Perlindungan Anak Berbasis Organisasi Lokal (Jakarta: Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2005), h. 44. 33
29
5. Periode Perkembangan Anak a. Masa Remaja Secara umum, yang tergolong remaja adalah mereka yang berada pada usia 13-21 tahun. Ciri lain yang cukup menonjol pada diri remaja ialah sifat revolusioner, pemberontak, progresif yang cenderung ingin mengubah kondisi yang mapan. Apabila sifat ini terarah dengan baik, maka mereka dapat menjadi pemimpin yang baik di masa depan, sebaliknya bila tidak terbimbing dengan baik, mereka cenderung akan merusak tatanan dan nilainilai sosial masyarakat.34
Batasan seorang remaja dimulai dari usia 13 sampai dengan usia 21 tahun. Periodisasi remaja terbagi menjadi 3 bagian yakni remaja awal (early adolescence 13-15 tahun), remaja tengah (middle adolescence 16-18 tahun) dan remaja akhir (late adolescence 19-21 tahun).35
Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun, yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa fase remaja merupan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik.36
34
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 40. 35 Ibid., h. 8. 36 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori Psikologi Remaja (Jakarta: PT Bumi Aksara)., hal. 10.
30
b. Aspek-aspek Perkembangan 1) Fisik Proses perkembangan fisik ditandai dengan perubahan ukuran organ fisik eksternal (tangan, kaki, badan) yang makin membesar, memanjang, melebar atau makin tinggi. sementara itu, perubahan organ internal ditandai dengan makin matangnya sistem syaraf dan jaringan sel-sel yang makin kompleks, sehingga mampu meningkatkan kapasitas fungsi hormon, kelenjar maupun keterampilan motoriknya. 2) Kognitif Perkembangan kognitif berhubungan dengan meningkatnya kemampuan berfikir (thinking), memecahkan masalah (problem solving), mengambil keputusan
(decision
making),
kecerdasan
(intelligence),
bakat
(aptitude).37 3) Emosi Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan emosi menunjukan sifat yang sensitive dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai situasi atau sosial,
37
emosinya
bersifat
negative
dan
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak, h. 43
temperamental
(mudah
31
tersinggung/marah, atau mudah sedih/murung). Sedangkan pada remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.38 4) Sosial Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. pemyesuaian sosial ini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realita sosial, situasi dan relasi. Remaja dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian sosial ini baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.39 5) Kesadaran Agama Menurut Wagner, bahwa banyak remaja menyelidiki agama sebagai suatu sumber dari rangsangan emosional dan intelektual. Para pemuda ingin mempelajari agama berdasarkan pengertian intelektual dan tidak ingin menerimanya begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin menjadi agnostic atau atheis, melainkan karena mereka ingin menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan sendiri.40 B. Pengasuhan 1. Definisi Pengasuhan
Pengertian
pengasuhan
anak
secara
umum
adalah
sistem
pemeliharaan, pendidikan, perlindungan anak dan harta bendanya hingga dewasa atau mampu berdiri sendiri demi kepentingan terbaik anak sebagai 38 39 40
Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan (Ponorogo: Teras, 2005), h. 200. Ibid., h. 203. Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan, h. 212.
32
upaya pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan, keselamatan, kesejahteraan, dan permanensi dari orang tua, atau pihak-pihak lain yang bertanggung
jawab
terhadap
pengasuhan
anak.41
Pola
pengasuhan
menunjukkan sikap atau perilaku orang tua yang berinteraksi dengan anaknya. Cara orang tua menerapkan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukan sikap dan perilaku yang baik sehingga dapat dijadikan contoh atau teladan bagi anaknya.42
Dalam kaitannya dengan pengasuhan dan pemeliharaan anak, ajaran Islam yang tertulis menurut Al-Quran tercermin dalam firman Allah SWT ysng berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penaganya malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim: 6)43 Dengan demikian mendidik dan membina anak beragama islam adalah merupakan suatu cara yang dikehendaki oleh Allah agar anak-anak
41
Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, Pedoman Operasional Program Kesejahteraan Sosial Anak (Jakarta: Kementerian Sosial RI, 2011 ), h. 56. 42 Luluk Asmawati, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Keluarga: Mendidik Dengan Praktik, (Jakarta: Senyum Media Press, 2009), h.18. 43 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, 1983), h. 1148.
33
kita dapat terjaga dari siksa neraka. Cara menjaga diri dari api neraka adalah dengan jalan taat mengerjakan perintah-perintah Allah.
Pada dasarnya pengasuhan anak merupakan kegiatan dimana anak dibimbing, dibina, dirawat, dilindungi dan dipenuhinya kebutuhan dasar anak yang dilakukan oleh orang tuanya maupun keluarga, namun pada saat ini banyak orang tua maupun keluarga tidak dapat memberikan pengasuhan kepada anak mereka. Kondisi orang tua atau pun keluarga yang tidak mampu untuk memberikan kebutuhan dasar dalam mengasuh anak mereka.
Pengasuhan atau mengasuh adalah menjaga dan memelihara anak kecil, membimbing agar bisa mandiri. Pengasuhan anak dapat dilakukan di dalam atau di luar panti sosial, perorangan yang ingin berpartisipasi dapat melalui lembaga-lembaga tersebut. Pengasuhan tersebut melalui bimbingan, pemeliharan, perawatan, dan pendidikan secara berkesinambungan, serta dengan memberikan bantuan biaya atau fasilitas lain untuk menjamin tumbuh kembang anak secara optimal, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial, tanpa mempengaruhi agama yang dianut anak.44
Dari penjelasan di atas, maka pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak, di mana orang tua bermaksud
44
menstimulasi
anaknya
dengan
mengubah
tingkah
laku,
Ahmad Kamil, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 76.
34
pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.45
2. Ruang Lingkup Pengasuhan
Karen menyatakan bahwa kualitas pengasuhan yang baik adalah kemampuan orang tua untuk memonitor segala aktivitas anak, Prinsip pengasuhan tidak menekankan pada siapa (pelaku) namun lebih menekankan pada aktifitas dari perkembangan dan pendidikan anak.46 Oleh karenanya pengasuhan meliputi pengasuhan fisik, pengasuhan mental dan pengasuhan sosial.
Mengacu pada pernyataan di atas, maka ruang lingkup pengasuhan anak meliputi:
a. Pengasuhan fisik Pengasuhan fisik mencakup semua aktifitas yang bertujuan agar anak dapat bertahan hidup dengan baik dengan menyediakan kebutuhan dasarnya seperti makan, minum, kehangatan, kebersihan, ketenangan waktu tidur, dan kepuasan ketika membuang sisa metabolisme dalam tubuhnya. Pengasuh di panti asuhan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa memenuhi kebutuhan fisik dari anak asuh, sebagaimana yang kita ketahui untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan dari anak
45
http://www.kajianpustaka.com/2013/04/pola-asuh-orang-tua.html diakses pada 17 Agustus 2015 46 Muallifah, Psycho islamic Smart Parenting, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h. 43.
35
asuh, maka kebutuhan fisik, sebagai kebutuhan dasar manusia untuk berlangsung hidup harus terpenuhi dengan baik. Sebagaimana keterangan Maslom yaitu “Jika kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar manusia tidak terpenuhi maka individu tidak akan bergerak untuk meraih kebutuhan yang lebih tinggi”.47 Jadi agar kemampuan atau potensi-potensi dasar pada manusia tersebut dapat berkembang dengan maksimal maka kebutuhan dasar manusia juga harus terpenuhi dengan baik sebelum memenuhi kebutuhan yang lainya. b. Pengasuhan mental Pengasuhan mental adalah pengasuhan yang berhubungan dengan jiwa anak, mencakup pendampingan ketika anak mengalami kejadiankejadian yang tidak menyenangkan seperti merasa terasing dari temantemannya, takut, atau mengalami trauma. Pengasuhan mental ini juga mencakup pengasuhan agar anak merasa dihargai sebagai seorang individu, mengetahui rasa dicintai, serta memperoleh kesempatan untuk menentukan pilihan dan untuk mengetahui resikonya. c. Pengasuhan sosial Pada dasarnya manusia adalah individu-individu yang mempunyai kecenderungan untuk bermasyarakat. Oleh sebab itu pengasuhan sosial anak ini sangat penting untuk diberikan kepada anak-anak agar nantinya dapat bersosialisasi dengan mayarakat dengan baik.48
47
Sriyanti, Lilik, dkk, Teori-Teori Belajar, (Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2009), h.
120. 48
Nur Ahid, Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h.106.
36
Pengasuhan sosial bertujuan agar anak tidak merasa terasing dari lingkungan sosialnya yang akan berpengaruh terhadap perkembangan anak pada masa-masa selanjutnya. Pengasuhan sosial ini menjadi sangat penting karena hubungan sosial yang dibangun dalam pengasuhan akan membentuk sudut pandang terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan
Dalam pola pengasuhan sendiri terdapat banyak faktor yang mempengaruhi serta melatarbelakangi orangtua dalam menerapkan pola pengasuhan pada anak-anaknya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pola pengasuhan orang tua adalah :49
a.
Latar belakang pola pengasuhan orangtua, yaitu para orang tua belajar dari metode pola pengasuhan yang pernah didapat dari orang tua mereka sendiri. Tingkat pendidikan orangtua,
b.
Orangtua yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi berbeda pola pengasuhannya dengan orang tua yang hanya memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah. c.
Status ekonomi serta pekerjaan orang tua, Orangtua yang cenderung sibuk dalam urusan pekerjaannya terkadang menjadi kurang memperhatikan keadaan anak-anaknya. Keadaan ini mengakibatkan fungsi atau peran menjadi “orangtua” diserahkan kepada
49
Manurung & Manurung, Manajemen Keluarga, (Bandung: Indonesia Publishing House, 1995), h. 53.
37
pembantu, yang pada akhirnya pola pengasuhan yang diterapkanpun sesuai dengan pengsuhan yang diterapkan oleh pembantu.
Menurut Soekanto dalam bukunya secara garis besar menyebutkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi dalam pengasuhan seseorang yaitu faktor eksternal serta faktor internal. Faktor eksternal adalah lingkungan sosial dan lingkungan fisik serta lingkungan kerja orang tua, sedangkan faktor internal adalah model pola pengasuhan yang pernah didapat sebelumnya. Secara lebih lanjut pembahasan faktor-faktor yang ikut berpengaruh dalam pola pengasuhan orangtua adalah :50
a.
Lingkungan sosial dan fisik tempat dimana keluarga itu tinggal Pola pengasuhan orangtua turut dipengaruhi oleh tempat dimana keluarga itu tinggal. Apabila suatu keluarga tinggal di lingkungan yang otoritas penduduknya berpendidikan rendah serta tingkat sopan santun yang rendah, maka anak dapat dengan mudah juga menjadi ikut terpengaruh. Model pola pengasuhan yang didapat oleh orang tua sebelumnya
b.
Kebanyakan dari orang tua menerapkan pola pengasuhan kepada anak berdasarkan pola pengasuhan yang mereka dapatkan sebelumnya. Hal ini diperkuat apabila mereka memandang pola asuh yang mereka dapatkan dipandang berhasil. c.
Lingkungan kerja orangtua Orangtua yang terlalu sibuk bekerja cenderung menyerahkan pengasuhan anak mereka orang-orang terdekat atau bahkan baby sitter. Oleh karena 50
Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga, Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 43.
38
itu pola pengasuhan yang didapat oleh anak juga sesuai dengan orang yang mengasuh anak tersebut .
Menurut Santrock menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pola pengasuhan antara lain :51
a.
Penurunan metode pola pengasuhan yang didapat sebelumnya. Orangtua menerapkan pola pengasuhan kepada anak berdasarkan pola pengasuhan yang pernah didapat sebelumnya.
b.
Perubahan budaya, yaitu dalam hal nilai, norma serta adat istiadat antara dulu dan sekarang.
Sekarang ini banyak ibu yang bekerja di luar rumah sebagai wanita karir untuk menambah pengasilan dalam keluarga maupun sebagai suatu bentuk kepuasan. Hal ini pada akhirnya menyebabkan urusan pengasuhan anak diserahkan kepada orang lain, yang pada akhirnya mengakibatkan pengasuhan tidak sesuai dengan harapa orangtua.
4. Jenis-jenis Pola Asuh
Tujuan utama dari pengasuhan adalah menjadikan anak sebagai individu yang baik. Untuk mencapai tujuan tersebut, para pengasuh menggunakan jenis pengasuh tertentu sebagai dasar untuk memberikan pengasuhan yang baik. Pengasuhan yang baik merupakan sebuah konsep yang kompleks, yang memiliki beberapa dimensi fundamental yang sifatnya universal bagi semua keluarga, tetapi juga mempunyai dimensi unik yang 51
John W. Santrock, Perkembangan Masa Hidup, (Jakarta: Erlangga, 1995), h. 240.
39
dipengaruhi oleh tahap perkembangan anak; kesehatan fisik dan mental orangtua; kondisi kehidupan keluarga; tingkat dukungan yang tersedia dalam komunitas; dan akses yang dimiliki keluarga terhadap pelayanan yang ada.52
Jenis pengasuhan sering kali dilakukan sesuai dengan kriteria pengasuh, oleh karena itu pengasuhan yang dilakukan oleh masing-masing pengasuh, ataupun lembaga yang memberikan pelayanan pengasuhan akan berbeda-beda. Menurut D. Baumrind bahwa ada empat jenis pola pengasuhan ini memiliki ciri tersendiri, sebagai berikut:53
a. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah cara mengasuh anak yang dilakukan orang tua dengan menentukan sendiri aturan-aturan dan batasanbatasan yang mutlak harus ditaati oleh anak tanpa konpromi dan memperhitungkan keadaan anak.
Adapun bentuk perwujudan dari pola asuh yang memiliki jenis otoriter biasanya orang tua kurang responsive dengan kebutuhan anak, orang tua lebih menuntut kepatuhan, anak cenderung membuat suasana keluarga atau lingkungan yang teratur dan kaku. Serta anak baisanya merasa kehilangan kebebasan dan kemandirian untuk bertingkah laku karena aturan yang kaku atau ketat.
52
Modul Pelatihan Child Protection Initiative (CPI), Perlindungan Anak dan Good Parenting: Pelatihan Bagi Dosen dan Pelatih yang Bekerja Dengan Anak Pengasuh dan Keluarga di Indonesia (Bandung, 13-17 Desember: Save The Children, 2010), h. 5. 53 Luluk Asmawati, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Keluarga: Mendidik Dengan Praktik, (Jakarta: Senyum Media Press, 2009), h.19.
40
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara mengasuh anak-anaknya dengan
aturan-aturan
ketat,
seringkali
memaksa
anak
untuk
berperilaku seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Anak jarang diajak komunikasi dan diajak ngobrol, berceria-cerita, bertukar pikiran dengan orang tua, orang tua malah menganggap bahwa semua sikapnya yang dilakukan itu dianggap
sudah
benar
sehingga
tidak
perlu
anak
dimintai
pertimbangan atas semua keputusan yang menyangkut permasalahan anak-anaknya. Pola asuh yang bersifat otoriter ini juga ditandai dengan hukuman-hukuman tersebut sifatnya hukuman badan dan anak juga diatur yang membatasi perilakunya. Perbedaan seperti sangat ketat dan bahkan masih tetap diberlakukan sampai anak tersebut menginjak dewasa.
b. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif atau pemanja adalah pola asuh yang memberikan
pengawasan
yang
sangat
longgar.
Memberikan
kesempatan pada anaknya yang melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Selain itu biasanya orang tua permisif lebih bersikap responsive.
41
Adapun tipe orang tua permisif ini didalam membentuk kepribadian anak cenderung memberikan kebebasan anak seperti kebebasan memilih, kebebasan berpendapat dan kebebasan bertingkah laku.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pola asuh permisif adalah salah satu bentuk perlakuan yang dapat diterapkan orang tua pada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara memberikan pengawasan yang sangat longgar serta memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Orang tua cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.
c. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah suatu bentuk pola asuh yang memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh pengertian antara orang tua dan anak. Sedangkan pada tipe ini pembentukan kepribadian pada anak cenderung dengan upaya membuat aturan yang ditaati bersama anak, berkomunikasi dengan santun dan terbuka pada anak.54
Sedangkan bila dikaitkan dengan istilah pemimpin, maka pemimpin
54
Ibid, h. 19.
demokratis
adalah
pemimpin
yang
memberikan
42
penghargaan dan kritik secara objek dan positif. Dengan tindakantindakan demikian, pemimpin demokratis itu berpartisipasi ikut serta dengan kegiatan-kegiatan kelompok. Ia bertindak sebagai seorang kawan yang lebih berpengalaman dan turut serta dalam interaksi kelompok dengan peranan sebagai kawan.55 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, demokrasi diartikan sebagai gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.56
Oleh karena itu yang dimaksud dengan pola asuh demokratis adalah pola asuh orang tua yang ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu bergantung kepada orang tua. Orang tua sedikit memberi kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, anak didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri. Anak diberi kesempatan untuk mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit berlatih untuk bertanggungjawab kepada diri
sendiri.
Anak
dilibatkan
dan
diberi
kesempatan
untuk
berpartisipasi dalam mengatur hidupnya.
55
Geurngan W.A., Psikologi Sosial, (Bandung: PT. Eresco, 1996), h. 132-133. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: balai Pustaka, 1990), h.31. 56
43
5. Pengasuhan Berbasis Keluarga
Pengasuhan berbasis keluarga adalah pengasuhan anak yang tidak tinggal di panti, melainkan tinggal bersama keluarganya di rumah dan pengasuhan itu dilaksanakan oleh pihak-pihak di luar keluarga inti atau kerabat anak.57
Pengasuhan merupakan sejumlah kemampuan interpersonal dan mempunyai tuntutan emosional yang besar.
58
Pelayanan pengasuhan yang
dilakukan oleh kebanyakan Panti Asuhan dalam bentuk keluarga asuh atau bentuk cottage. Pelayanan pengasuhan adalah berbagai jenis pelayanan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan anak akan pengasuhan, baik di dalam keluarganya maupun keluarga pengganti.59 Keluarga pengganti yang menggantikan peran keluarga inti untuk memberikan pengasuhan pada anak, terdiri dari keluarga kerabat, keluarga asuh, wali, dan keluarga angkat.60 6. Pola Pengasuhan Menurut SOS CV – FSP Bogor Menurut SOS CV – FSP Bogor pola asuh merupakan cara orangtua berinteraksi dengan anaknya, meliputi; pemberian aturan, hadiah, hukuman dan pemberian perhatian, serta tanggapan terhadap perilaku anak.61 Dalam hal pengasuhan, FSP Bogor memberikan pelayanan langsung seperti bantuan keringanan identitas anak dan kepemilikan. Dalam hal peningkatan kualitas
57
Peraturan Menteri Sosial RI No. 30 /HUK/2011 Tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, (Jakarta: Kementerian Sosial, 2011), h. 50. 58 Ibid., h. 163. 59 Ibid., h. 15. 60 Ibid., h. 15. 61 Wawancara dengan Mas Martin pada hari Selasa, 11 November 2014.
44
pengasuhan keluarga, FSP Bogor melakukan konseling pada keluarga, pengawasan dan pendampingan, membuat keterampilan, dan mengejarkan menabung sejak dini untuk anak. Semua dilakukan untuk meningkatkan kualitas pengasuhan keluarga terhadap anak.62
Dalam hal ini anak tinggal dalam sebuah keluarga yang memang pengasuhannya alami dari kedua orang tua mereka. Jadi pengasuhan yang diberikan orang tua pada anak biasanya menerapkan gaya pengasuhan anak sesuai dengan yang mereka terima dari orang tua mereka.
C. Pendidikan 1. Definisi Pendidikan
Pendidikan itu adalah pembentukan kepribadian. Kepribadian yang menentukan tingkah laku pada individu dan kebudayaan pada masyarakat. Sedangkan dalam Kamus Besar, pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan : proses, cara, dan perbuatan mendidik.63
Adapun batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam dan kandungannya pun berbeda dari yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan atau karena filsafat yang melandasinya. 62
Wawancara dengan Mas Martin pada hari Seasa, 11 November 2014. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), h. 708. 63
45
Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistematik yang terbentuk dan terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik dengan sedemikian rupa. Pendidikan sebagai suatu sistem yang memiliki komponen komponen yang masing-masing komponen atau subsistem mempunyai fungsi-fungsi tertentu dan satu sama lain berinteraksi, saling mempengaruhi dan saling membutuhkan sehingga semuanya dapat menunjang dalam keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.64
Ditinjau dari sudut hukum, definisi pendidikan berdasarkan UndangUndang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 1 ayat 1, yaitu “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan
proses
pembelajaran
mengembangkan potensi
agar
peserta
didik
secara
aktif
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadiam, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” Sedang
peserta
didik
adalah
anggota
masyarakat
yang
berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.”65 Dalam Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989, pasal 15 ayat 1 adalah “pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan masyarakat, budaya dan alam
64
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Serta Kajian Filsafat Pendidikan Islam ( Jakarta: Rajawali Press, 2000 ), Cet. 1, h. 86. 65 Husaini Usman, Manajamen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h. 5.
46
sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi”.
2. Tujuan Pendidikan
Tujuan umum pendidikan ialah tujuan yang harus dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran maupun cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yaitu sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi, dan kondisi dengan kerangka yang sama. 66
Cara atau alat yang paling efektif untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu pengajaran. Karena pengajaran sering diidentikkan dengan pendidikan, meskipun istiah ini sebenarnya tidak sama. Pengajaran ialah poros membuat jadi terpelajar (tahu, mengerti, menguasai, ahli, dan belum tentu menghayati serta meyakini). Sedangkan pendidikan membuat orang jadi terdidik (pribadi, menjadi adat kebiasaan). 3. Pendidikan Menurut SOS CV – FSP Bogor Menurut SOS CV – FSP Bogor pendidikan adalah tindakan yang dilakukan untuk mempengaruhi anak dengan berusaha membimbingnya supaya menjadi dewasa. Untuk membimbing adalah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja antara orang dewasa dan anak-anak. Dalam hal pendidikan, FSP Bogor memberikan pelayanan langsung berupa bantuan sepatu sekolah, bantuan operasional transportasi sekolah, bantuan tas sekolah 66
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 30.
47
anak, dan bantuan peralatan dan perlengkapan pendidikan. Dalam peningkatan kualitas anak, FSP Bogor memberikan bimbingan atau konseling bagi anak dampingan, les tambahan untuk mata pelajaran sekolah, memberikan kreatifitas dan keterampilan anak serta pelatihan tari dan seni, marawis, dan beladiri.
48
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Singkat Lembaga Organisasi ini tergabung ke dalam suatu ikatan kerjasama dengan SOS Kiderdorff Internasional yang tersebar di berbagai negara, dan berpusat di kota Innsbruck, Austria. Pendirinya adalah Dr. Hermann Gmeiner. Herman Gmeiner dilahirkan tahun 1919 di Austria, yang merupakan anak seorang petani. Beliau terpanggil untk melakukan sesuatu bagi perbaikan nasib anak-anak terlantar. Pada saat Perang Dunia kedua beliau menyaksikan betapa kejamnya perang yang telah menyebabkan adanya ribuan anak menjadi terlantar dan berkeliaran di kota-kota yang telah dihancurkan. Kemudian ia mencari sumbangan-sumbangan yang disatukan dengan uang simpanannya sebesar 600 shilling Austri ( US $ 30 ), dan pada bulan November 1949 didirikanlah perkumpulan SOS ( Save Our Soul ) Kinderdorff. Dasar pemikirannya sederhana yaitu bahwa anak-anak ini telah kehilangan orang tuanya, sehungga perlu dicarikan orang tua baru. Maka dicarilah wanita-wanita yang bersedia mencintai mereka dan sanggup menerima mereka bagaikan anaknya sendiri. Pada akhirnya pada tahun 1950 dapat dikumpulkan sejumlah ibu pengasuh dan uang untuk membangun 5 buah rumah di atas tanah yang disumbangkan oleh pemerintah Kotamadya Imst, suatu kota kecil sekitar 35 mil di sebelah barat kota Innsbruck. Menjelang Natal 1951 penggunannya diresmikan dan merupakan awal dari rangkaian Panti-panti Asuhan Kinderdorff yang kini jumlahnya lebih dari 200 buah dan tersebar di berbagai negara di dunia.
49
B. Profil Lembaga SOS Children’s Villages Desa Taruna Indonesia adalah sebuah organisasi sosial yang berbentuk yayasan, bersifat swasta non politik dan tidak bertujuan mencari keuntungan. Untuk indonesia, SOS Kinderdorff ini dinamakan SOS Children’s Villages Desa Taruna Jakarta. Dinamakan desa karena merupakan satu kelompok Panti Asuhan dengan segala sarananya, sehingga seakan membentuk satu desa. Tujuan dari SOS Children’s Villages Desa Taruna Jakarta khususnya adalah untuk memberi pertolongan kepada anak-anak karena suatu sebab terlantar atau ditelantarkan oleh orang tuanya. Pertolongan yang diberikan adalah berupa rumah tinggal, kehangatan kasih sayang ibu, perawatan dan pendidikan sehingga pada suatu saat mereka dapat berdiri sendiri. SOS Children’s Villages – Karya Bhakti Ria Pembangunan didirikan untuk mewujudkan gagasan Ibu Tien Soeharto yang menjadi pelindung pada yayasan SOS SOS Children’s Villages Desa Taruna Jakarta. Berdirinya SOS Children’s Villages merupakan hasil kerjasama antara Karya Bhakti Ria Pembangunan dengan yayasan SOS Children’s Villages. Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan yang disebut pihak pertama, menyediakan tanah seluas kurang lebih 3 hektar yang siap untuk dibangun. Pihak kedua yaitu Yayasan SOS Children’s Villages Desa Taruna Jakarta yang mengeluarkan biaya pembangunannya. SOS Children’s Villages Desa Taruna Jakarta terletak di Cibubur, di tepi jalan tol jagorawi. Di Indonesia SOS Kinderdorf ini diberi nama SOS Desa Taruna. Dinamakan "Desa" karena merupakan satu kelompok Pengasuhan Anak
50
dengan segala sarananya, sehingga seakan-akan membentuk suatu desa. Pendiri Yayasan SOS Desa Taruna Indonesia adalah Dr. Agus Prawoto (1928-2009). Tujuan dari SOS Desa Taruna khususnya adalah untuk memberikan pertolongan kepada anak-anak yang karena satu dan lain sebab telah terlantar atau diterlantarkan oleh orang tuanya. Pertolongan yang diberikan berupa rumah tinggal, kehangatan kasih sayang ibu, perawatan dan pendidikan, sehingga di kemudian hari mereka akan mampu berdiri sendiri SOS berada di 8 Propinsi yaitu Semarang, Bali, Flores, Medan, Aceh, Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta dan di Jakarta sendiri. SOS Children’s Village mempunyai dua tipe program yang berbeda, diantaranya : 1. Lingkungan Keluarga Pengganti (Family-Based Care) SOS
Children’s
Villages
Desa Taruna Jakarta mendukung
pengasuhan alternatif berkualitas dengan menghadirkan lingkungan keluarga pengganti yang berfokuskan pada program pengasuhan dan pendidikan. Di dalam keluarga yang sudah terbentuk, anak-anak berada dalam pengasuhan SOS Children’s Village yang berasal dari latar belakang usia yang berbeda-beda yaitu dari usia bayi hingga remaja. Sementara itu, khusus untuk anak-anak Sekolah Dasar dan Remaja disediakan sarana dan prasarana pengembangan bakat. Di SOS Children’s Village Desa Taruna Jakarta selain bantuan uang untuk hidup dan sekolah, anak-anak juga diasuh didalam sebuah rumah keluarga, dimana anak-anak tumbuh dan berkembang didalam layaknya sebuah keluarga yang mempunyai ibu asuh serta komunitas bagi anak-anak. Rumah-rumah SOS Children’s Village berada dalam
51
sebuah kompleks yang biasa disebut village (desa) dan village nya memiliki 15 rumah tinggal. 2. Program Penguatan Keluarga (Family-Strengthening Programme) Dalam program penguatan keluarga ini atau disebut dengan FamilyStrengthening Programme dengan singkatan FSP ini mempunyai wilayah implementasi di Bogor. Hubungan FSP dengan SOS Children’s Village yaitu satu badan dan tidak ada beda nya, yang berbeda hanyalah cara kerja yang sudah di fokuskan. Seperti salah satu contoh dari pengasuhan, untuk SOS Children’s Village di Desa Taruna Jakarta pengasuhannya di asuh oleh Ibu Asuh yang bukan Ibu kandung mereka dan sudah mempunyai tanah (village) untuk bertempat tinggal yang hampir sama dengan Panti-panti lainnya yang
didirikan
oleh
pemerintah.
Sedangkan
FSP
Bogor
pengasuhannya murni dari Ibu kandung sebagai pengasuhnya dan anak serta keluarga bertempat tinggal di rumah sendiri. Fungsi dari FSP Bogor
ini mendampingi keluarga yang rentan terhadap
pengasuhan dan pendidikan yang sudah di fokuskan dengan cara memberikan penguatan keluarga dengan cara mendampingi sebuah keluarga yang rentan terhadap ekonominya yang akan nanti nya berdampak pada anak mereka sendiri. C. Visi SOS Chilren’s Village
Setiap anak berhak menjadi bagian dari keluarga Keluarga adalah jantung dari sebuah masyarakat. Dalam sebuah keluarga, anak dibesarkan dengan penuh perlindungan dan rasa memiliki. Di SOS Children’s Village, anak-anak mempelajari banyak nilai, berbagi
52
tanggung jawab, dan membentuk hubungan. Sebuah lingkungan keluarga memberi mereka dasar yang kuat untuk membangun hidup mereka.
Setiap anak berhak dibesarkan dengan cinta Melalui rasa cinta dan penerimaan yang diberikan oleh lingkungan sekitar, perasaan emosional yang luka disembuhkan dan kepercayaan diri mereka di bangun. Anak-anak belajar untuk mempercayai dan dipercayai oleh orang lain. Dengan keyakinan diri ini anak-anak dapat mengenali dan memenuhi potensi dirinya
Setiap anak berhak mendapatkan rasa hormat Setiap suara anak layak untuk didengan dan ditanggapi dengan serius. Anak-anak harus berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang kelak memengaruhi kehidupan mereka. Anak-anak tumbuh dengan dihormati dan bermartabat sebagai individu yang dihargai anggota keluarga dan masyarakat.
Setiap anak berhak untuk hidup dengan rasa aman Anak-anak harus dilindungi dari penganiayaan, penelantaran, ekploitasi dan terjaga keamanannya selama bencana dan perang. Anakanak harus memiliki shelter, makanan, kesehatan, dan pendidikan karena hal tersebut adalah kebutuhan dasar dalam pengembangan anak.
D. Misi SOS Children’s Village Mendirikan keluarga bagi anak yang kurang beruntung, membantu mereka membentuk masa depannya dan memberi mereka kesempatan untuk berkembang dalam masyarakat.
53
E. Program Lembaga 1. Pengasuhan Dalam hal ini pengasuhan yang diberikan oleh SOS Children’s Village ini merupakan pelayanan langsung (Direct Service), seperti kasih sayang yang diberikan oleh anak-anaknya dari ibu asuhnya. Dimana kasih sayang dan cinta dari Ibu asuhnya yang mengganggap mereka anak sendiri menjadi hal yang paling penting dalam pengasuhan ini, karena cinta dari ibu asuh ini dampaknya sangat menyeluruh dan berperan sangat penting dalam perkembangan anak sampai dewasa. Hal ini ditandai dengan anak-anak yang dibesarkan oleh ibu asuhnya dalam setiap rumah dari masa kanakkanak sampai dewasa dan mandiri. Dan sampai mereka mandiripun mereka (anak-anak SOS Children’s Village) sesekali tetap kembali ke lembaga untuk
bertemu
dan
mengurus
Ibu
asuhnya
sebagaimana
mereka
menganggapnya sebagai ibu kandung. 2. Pendidikan Dalam hal pendidikan pihak SOS Children’s Village memberikan pendidikan yang bermutu mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi atau lembaga kejuruan. Para anak asuh diberi kesempatan untuk menuntut ilmu sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Sudah banyak sarjana muda yang dihasilkan oleh anak-anak SOS Children’s Village Desa Taruna dan para lulusan SLA yang tidak memungkinkan melanjutkan Perguruan Tinggi pun dibekali keterampilan tambahan untuk memulai kehidupan mandiri.
54
F. Cara Kerja FSP Bogor Cara kerja FSP Bogor dalam memberikan penguatan untuk kelurga dampingan diwilayah implementasinya terdiri dari tahap awal, dilanjutkan tahap menengah dan tahap akhir sebagai berikut:
ANAK
Tahapan awal : 1. Mensurvei wilayah implementasi yang dinginkan terlebih dahulu. 2. diadakan perpustakaan keliling untuk menarik anak dan menggali informasi tentang anak. 3. Mengadakan identifikasi keluarga anak tersebut. 4. Melakukan assesmen di keluarga tersebut apabila sesuai dengan kriteria yang diinginkan. 5. Kriteria anak usia Balita, 6- 11 tahun, 1218 tahun dan faktor ekonomi yang lemah.
KELUARGA
Tahapan menengah : 1. Anak adalah pintu masuk untuk kita dikeluarga tersebut. 2. Menggali informasi tentang permasalahan yang ada pada calon keluarga dampingan. 3. Memberikan solusi pada keluarga tersebut dengan mengadakan perjanjian untuk menjadi keluarga dampingan. 4. Memberikan Bantuan Sarana Pendidikan untuk satu orang anak. 5. Mengadakan pertemuan setiap minggunya dan mencari keluarga dampingan yang lain diwilayah tersebut.
KOMUNITAS
Tahapan akhir : 1. Mencari stakeholder diwilayah tersebut untuk menjadi ketua kelompok dan membantu mencari keluarga lain yang bersedia menjadi keluarga dampingan. 2. Kriterianya adalah orang yang ingin memajukan wilayahnya dan peduli terhadap sesama. 3. Mencari jaringan untuk bekerja sama dengan SOS CV – FSP Bogor dan keluarga dampingan. 4. Kriterianya adalah sekolah dan kepala desa. 5. Membentuk kelompok usaha dan meminjamkan modal awal. 6. Memberikan pelatihan untuk membuka usaha, dan pendapatannya diberikan kepada keluarga dampingan. 7. Wilayah tersebut dikatakan mandiri apabila usaha kelompok tersebut meningkat dan permasalahan yang dihadapi dapat diselesaikan.
55
G. Sruktur Lembaga SOS CV – FSP Bogor SOS Children’s Village – FSP Bogor mempunyai struktur lembaga untuk menjalankan program penguatan keluarga dimasing-masing wilayah, dimana diantaranya di wilayah Desa Tegallangkap Bogor, sebagai berikut:
Pimpinan SOS Children’s Village Indonesia G. Hadiyanto Nitihardjo
Pimpinan SOS Nasional Tatang Kurnia
Pimpinan FSP Nasional Ferry Aryanto
Administrasi
Edukater Martin Trianto
Robert Makapuan
Relawan Erik
Relawan Ramdan
Relawan Edi
Relawan Lia Amelia
56
E. Gambaran Umum Desa Kampung Tegallangkap terletak di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Pada dasarnya Kampung Tegallangkap terdapat berbagai macam karakteristik jumlah penduduk berdasarkan umur, antara lain golongan usia dewasa, remaja dan anak-anak. Kampung Tegallangkap dihuni oleh sekitar 86 kepala keluarga. Dari 86 kepala keluarga hanya 74 kepala keluarga yang menjadi dampingan SOS CV – FSP Bogor dan terdiri dari 4 RT. Masyarakat di Desa Tegallangkap sebagian besar hanya mengeyam pendidikan sampai tingkat Sekolah Dasar (SD) dan sisanya hanya sampai tingkat sekolah menengah. Hal ini disebabkan karena faktor ekonomi mereka yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan sekolah lebih lanjut. Selain itu, ada yang beranggapan bahwa anak perempuan tidak harus sekolah tinggi, karena pada akhirnya hanya mengurusi rumah tangga. Dari sinilah SOS CV – FSP Bogor masuk ke wilayah ini untuk membantu masyarakat yang tidak mampu karena faktor ekonomi mereka yang lemah dan SOS CV – FSP Bogor memberikan pemahaman serta penguatan agar anak tetap mendapatkan pengasuhan dan pendidikan yang layak.
57
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
Pada bab ini penulis akan membahas tentang implementasi pola pengasuhan anak yang dilakukan keluarga serta faktor pendorong dan penghambatnya di Desa Tegallangkap, Bogor. Analisis dilakukan dengan menggabungkan dan mengkaji antara temuan hasil wawancara, observasi, dan penelitian, penulis menemukan beberapa hal mengenai implementasi pola pengasuhan anak berbasis keluarga di Desa Tegallangkap, Bogor. A. Data Informan Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan, pada bagian pertama ini penulis akan mendeskripsikan profil informan utama maupun informan pendukung yang menjadi pastisipan penelitian. 1. Data Informan Utama Tabel 1. Profil Informan Utama Nama
Umur
1
Lisna Wati
47
Hubungan Dalam keluarga Ibu
Status Keluarga
Pekerjaan / Pendidikan
Janda
Serabutan
2
Andini Eka Putri
22
Anak
Karyawan Swasta
3
Randika Apriansyah
15
Anak
SMP kelas 3
4
Aprilia Putri
11
Anak
SD kelas 5
Sumber: Wawancara pribadi dengan Ibu Lisna pada 29 April 2015
Ibu Lisna berusia 47 tahun. Suami nya sudah meninggalkan nya sejak lima tahun yang lalu. Di rumahnya yang sederhana ada tiga orang anak
58
yang dua diantaranya tinggal bersamanya.67 Ketiga anak itu bernama Andini yang berusia 22 tahun, yang kedua Andika yang berusia 15 tahun dan April yang berusia 11 tahun. Tetapi Ibu Lisna hanya tinggal dengan Andika dan April. Sedangkan Andini tinggal di daerah Depok Margonda dekat dengan tempat kerja nya. Andika adalah anak dari Ibu Lisna yang mendapatkan santunan dari SOS CV - FSP Bogor. Sedangkan April tidak mendapatkan bantuan dari SOS CV - FSP Bogor.68 Untuk menghidupi kebutuhan hidup dirinya dan anak-anaknya, Ibu Lisna mendapatkan penghasilan dengan membantu orang-orang untuk mencuci, mengepel, menyetrika di rumah-rumah. Sedangkan untuk membantu kebutuhan sehari-hari, Andini juga berkerja di daerah Depok Margonda. Pendapatan Andini tiap bulannya untuk membantu keluarga serta adik-adik nya yang masih bersekolah.69 2. Data Informan Pendukung Selain informan utama, penulis juga akan mesdeskripsikan profil informan pendukung yang menjadi partisipan penelitian. Tabel 2. Profil Informan Pendukung Nama
Umur
25
Hubungan Dengan Keluarga Pembimbing
1
Martin
2
Pekerjaan / Pendidikan Edukater SOS
Erik
22
Pembimbing
Relawan SOS
3
Rusdi
38
Tetangga
Petani
4
Edi
14
Teman SMP Bermain Bola Sumber: Wawancara Pribadi dengan Informan Pendukung pada 29 April 2015 67 68 69
Observasi pada hari Rabu tanggal 29 April 2015 di rumah Ibu Lisna Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Rabu tanggal 29 April 2015 Ibid
59
Mas Martin adalah educater SOS CV – FSP Bogor yang bekerja dilapangan, beliau sangat jarang sekali berada di kantor, karena kerjanya setiap hari berada di pusat kegiatan anak (child center) mengurusi anak-anak dan keluarga dampingan yang berada di Desa Tegallangkap, Bogor. Sedangkan kantor SOS CV – FSP Bogor berada di pusat kota Bogor, perkiraan jarak dari pusat kota Bogor menuju Desa Tegallangkap kurang lebih 60 km. Mas Martin sesekali ke kantor tapi diwajibkan kekantor hari sabtu atau pada saat rapat SOS CV – FSP Bogor. Dia lah yang mengurusi keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor dengan para relawan. Beliau asli pemuda sini yang mempunyai rasa peduli terhadap masyarakat banyak dan ingin memajukan Desa Tegallangkap, Bogor.70 Sedangkan Erik adalah salah satu relawan SOS CV – FSP Bogor yang bekerjasama dengan Mas Martin di Desa Tegallangkap, Bogor. Erik adalah salah satu pemuda asli Desa Tegallangkap yang mempunyai jiwa sosial yang kuat bersama dengan Mas Martin, beliau bekerjasama membantu keluarga dampingan dan anak-anak yang berada di Desa Tegallangkap, Bogor.71 Bapak Rusdi adalah salah satu warga di Desa Tegallangkap yang tinggal di dekat dengan rumah Ibu Lisna, hanya beda beberapa rumah dengan Ibu Lisna, beliau salah satu penduduk di Desa Tegallangkap yang bermata pencaharian adalah petani.72 Pada saat sore hari beliau baru saja pulang dari sawah dan menegur penulis yang saat itu penulis sedang mewawancarai Andika. Beliau sempat berbicara dengan penulis yang saat itu penulis
70
Wawancara dengan Mas Martin pada hari Kamis pada tanggal 2 April 2015 di child
71
Wawancara dengan Erik pada hari Kamis pada tanggal 2 April 2015 di child center Observasi pada hari Rabu tanggal 29 April 2015 di dekat rumah Ibu Lisna
center 72
60
memberhentikan wawancara dengan Andika, ternyata beliau adalah salah satu orang tua yang pekerja keras, tetapi beliau tidak menjadi keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor.73 Bapak Rusdi sangat dekat dengan keluarga Ibu Lisna terutama dengan Andika dan April, sesekali beliau bercanda dengan Andika dan April yang ingin pergi bermain bersama teman-temannya.74 Untuk Edi sendiri, dia adalah teman bermain Andika yang kebetulan adalah teman sekelas Andika di sekolah.75 Pada saat penulis melakukan wawancara kedua dengan Andika, ternyata Andika menyudahinya karena dia ingin bermain bola dengan teman-temannya. Pada saat itulah penulis ikut bermain bola dengan Andika yang kebetulan Andika mengajak penulis untuk ikut bermain bola dengan teman-temannya. Dari sini lah penulis mencari informan pendukung yang kebetulan adalah Edi teman bermain bola sekaligus teman sekolah dari Andika. B. Pola Pengasuhan Anak Dampingan SOS Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang penulis lakukan kepada informan utama di Tegallangkap, pada umumnya pola pengasuhan yang diterapkan oleh keluarga Ibu Lisna adalah pengasuhan yang mendidik dimana setiap anak untuk berperilaku baik dan mandiri serta memberikan bimbingan, mengajarkan disiplin yang diterapkan sejak anak-anak masih kecil, memberikan kesempatan anak untuk berkomunikasi, selalu memonitor segala aktifitas anak agar memahami aturan dan memiliki rasa tanggung jawab.76 Dalam hal pengasuhan ini orang tua tunggal selaku Ibu Lisna tidak 73
Wawancara dengan Bapak Rusdi pada hari Rabu tanggal 29 April 2015 Observasi pada hari Rabu tanggal 29 April 2015 didekat rumah Ibu Lisna 75 Observasi pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015 dilapangan bola dekat rumah Ibu Lisna 76 Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015 74
61
sendirian dalam mengasuh anak, SOS CV – FSP Bogor turut andil dalam memberikan pemahaman pengasuhan yang telah disesuaikan dalam program penguatan
keluarga.
Setiap
keluarga
diberikan
pengetahuan
tentang
pengasuhan berkualitas, pelatihan untuk mendapatkan penghasilan tambahan, bagaimana cara berhubungan dengan pemerintah setempat. Karena program penguatan keluarga ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kondisi terburuk yang dapat menyebabkan terpisahnya anak dari keluarga biologis mereka.77 Dalam mengasuh Ibu Lisna menerapkan kedisiplinan dan ketegasan dalam pengasuhan anak. Hal ini terlihat ketika Andika dan April meminta izin kepada ibu nya untuk bermain bersama dengan teman-temannya. Selain itu Andika dan April juga di ajarkan oleh ibunya berperilaku baik dan sopan kepada teman-temannya dan terutama orang yang lebih tua, yaitu : “Ketika anak-anak saya melakukan kesalahan atau nakal tentunya hal yang pertama saya lakukan adalah dengan menegurnya dan menasehati mereka dengan memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk”.78 Hal ini juga diungkapkan oleh Andika sebagai anak kedua yaitu: “Ibu saya sangat memperhatikan anak-anaknya. Ya kalau saya dan adik saya ada yang melanggar aturan langsung ditegur dan dinasehati biar ga melanggar aturan lagi”.79 Hal ini juga disampaikan oleh Erik selaku Relawan SOS CV – FSP bogor yaitu : “Kalau pengasuhan Ibu Lisna mengasuh anak dengan mendidik, membimbingan dan mengarahkan mana yang baik dan mana yang buruk kepada anak-anaknya. Beliau mendapatkannya pada saat masih kecil dimana diajarkan oleh Ibunya seperti itu”.80
77 78 79 80
Wawancara dengan Mas Martin pada hari Kamis tanggal 2 April 2015 Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015 Wawancara dengan Andika pada hari Rabu tanggal 29 April 2015 Wawancara dengan Erik pada hari Jumat tanggal 3 April 2015
62
Hal ini juga diperkuat oleh Bapak Rusdi selaku tetangga dari Ibu Lisna dengan wawancara berikut : “Waktu hari minggu pagi pada saat saya pergi melihat Andika sedang mengepel rumahnya, ternyata dia diberikan hukuman oleh Ibu nya karena tidak salat subuh dan pulang sampai adzan magrib pada hari sebelumnya”.81 Ibu Lisna terlihat sangat menyayangi ketiga anak mereka, apalagi setelah Ibu Lisna bercerai dengan suaminya, Ibu Lisna lah yang merawat mereka seorang diri dengan mencari nafkah sebagai orang tua tunggal mereka. Dengan menjadi orang tua tunggal, terlihat Ibu Lisna masih memonitor kedua anaknya yang masih bersekolah dan ada hukuman bagi anak yang melakukan kesalahan, tetapi dengan hukuman yang positif. Dari observasi dan wawancara, penulis menyimpulkan bahwa Ibu Lisna selaku orang tua tunggal menjadikan dirinya menjadi kepala keluarga yang menjadi seorang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga. Setelah bercerai dengan suaminya Ibu Lisna mempunyai dua peranan penting yang harus dijalankan olehnya sendiri. Terlihat dari pengasuhan yang dilakukan oleh Ibu Lisna menjadikan dirinya mempunyai dua peranan yaitu peranan ayah dan peranan Ibu, walaupun didalam sebuah keluarga seharusnya terdapat ayah, ibu, dan anak, akan tetapi dalam hal ini fungsi keluarga dalam hal pengasuhan harus dijalankan sesuai dengan kondisi keadaan dimana Ibu Lisna menjadi orang tua tunggal. Pada saat penulis menanyakan adakah hukuman yang diberikan oleh orang tua pada saat anak melakukan kesalahan, Ibu Lisna menjawab ada hukuman apabila anak melakukan kesalahan. Hal ini membuat anak akan 81
Wawancara dengan Bapak Rusdi pada hari Rabu 29 April 2015
63
merasa bertanggung jawab dan berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Data tersebut diperkuat juga dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Ibu Lisna, Erik, dan Bapak Rusdi berikut kutipan wawancaranya: “Ada hukuman yang diberikan agar anak-anak tidak mengulangi kesalahan yang sama dan agar mereka menjadi anak yang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan”.82 “Adanya hukuman untuk anak yang melanggar supaya menaati peraturan yang telah disepakati”.83 “Kalau hukuman pasti diberikan tetapi setahu saya Ibu Lisna tidak pernah main tangan/mencubit, menjewer anaknya tetapi lebih memberikan hukuman apabila ada anaknya melakukan kesalahan”.84 Dari beberapa kutipan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa keluarga Ibu Lisna sudah menerapkan peraturan untuk anak-anaknya serta adanya hukuman yang diberikan apabila ada anak yang melanggar peraturan tersebut. Dalam hal pembuatan peraturan anak pun harus dilibatkan sehingga anak merasa ikut bertanggung jawab atas pelaksaan aturan yang telah ada dan nantinya dapat mengurangi resiko pelanggaran aturan. Dalam hal pembuatan peraturan Ibu Lisna pun melibatkan anak-anak agar mereka selalu ingat bahwa peraturan yang Ibu Lisna dan anak-anaknya buat dan telah disepakati sehingga dapat mengurangi hukuman-hukuman apabila ada anak yang melanggar, tetapi Ibu Lisna memberikan hukuman dengan cara yang baik tanpa ada unsur kekerasan, dengan cara memberikan hukuman menyuruh anak belajar, membersihkan kamarnya, dan membantu
82 83 84
Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015 Wawancara dengan Erik pada hari Jumat tanggal 3 April 2015 Wawancara dengan Bapak Rusdi pada hari Rabu 29 April 2015
64
orang tua adalah hukuman yang positif untuk anak yang sedang dalam masa tumbuh remaja. Dalam hal pengasuhan Ibu Lisna dibantu oleh SOS CV – FSP Bogor dimana pihak SOS CV – FSP Bogor memberikan pemahaman-pemahaman tentang pengasuhan yang akan membuat Ibu Lisna kaya akan beragam pola pengasuhan dan mencari tahu tentang pengasuhan yang terbaik bagi anakanaknya dan memberikan Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) berupa fasilitas pendidikan untuk anaknya yang bernama Andika. Hal ini dijelaskan oleh Mas Martin apa itu Bantuan Sarana Pendidikan (BSP), yaitu : “Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) itu untuk keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor yang benar-benar tidak mampu dan memang sangat membutuhkan perlengkapan sekolah. Bantuan Sarana Pendidikan disini memberikan fasilitas pendidikan seperti; seragam sekolah, sepatu sekolah, tas sekolah, buku dan alat tulis sekolah bila diperlukan,”.85 Hal ini juga diperkuat oleh Ibu Lisna yang mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) untuk anaknya, berikut hasil wawancaranya: “Untuk bantuan yang diberikan selain pemahaman tentang pengasuhan ada Bantuan Sarana Pendidikan (BSP). BSP yang diberikan berupa seragam sekolah, sepatu sekolah dan uang transportasi untuk kesekolah dan yang mendapatkannya adalah Andika anak kedua saya”.86
Hal ini juga disampaikan oleh Andika sebagai anak yang mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) dari SOS CV – FSP Bogor, berikut wawancaranya : “Saya tahu dan saya yang mendapatkan bantuan tersebut, bantuan yang saya terima adalah seragam sekolah, sepatu sekolah, dan uang ongkos untuk berangkat sekolah. Bantuan ini sangat bermanfaat kak, dan saya 85 86
Wawancara dengan Mas Martin pada hari Jum’at tanggal 3 April 2015 Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015
65
juga berterima kasih kepada kakak-kakak dari SOS CV – FSP Bogor yang telah memberikan saya bantuan ini”.87 Erik juga menjelaskan tentang Bantuan Sarana Pendidikan yang diberikan oleh SOS CV – FSP Bogor, berikut hasil wawancaranya : “Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) sudah sangat disesuaikan, karena bantuan yang diberikan kita benar-benar melihat kebutuhan anak tersebut baru lah kita memberikan anak tersebut Bantuan Sarana Pendidikan apabila kita sudah mengetahui apa saja yang memang dibutuhkan oleh keluarga dan anak”.88 Hal di atas diperkuat dari hasil kutipan wawancara penulis dengan para informan pendukung yang mengetahui dan respon mereka atas bantuan yang telah diberikan oleh SOS CV – FSP Bogor, berikut hasil kutipan wawancaranya: “Sangat bangga masih ada lembaga seperti SOS CV – FSP Bogor yang masih peduli terhadap Desa Tegallangkap ini seperti Mas Martin dan Erik saja. Mereka adalah pemuda asli sini yang peduli terhadap Desa Tegallangkap ini”.89 “Saya sangat senang sekali kak melihat teman saya Andika mendapatkan bantuan tersebut, setelah pemberian itu Andika lebih semangat untuk kesekolah kak. Jadi dia tidak malu-malu lagi untuk berjalan dilingkungan sekolah”.90 Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa Ibu Lisna selaku orang tua tunggal dalam melaksanakan pola pengasuhannya terbantu oleh adanya pihak dari SOS CV – FSP Bogor yang ikut terlibat dalam pengasuhan kepada anak dan memberikan Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) yang sangat bermanfaat bagi keluarga dampingan tersebut khususnya kepada anaknya yang bernama Andika. Melihat dari hasil wawancara ini informan pendukung pun memberikan kesan positif atas apa yang diberikan SOS CV – FSP Bogor 87 88 89 90
Wawancara dengan Andika pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015 Wawancara dengan Erik pada hari Jumat tanggal 3 April 2015 Wawancara dengan Bapak Rusdi pada hari Rabu tanggal 29 April 2015 Wawancara dengan Edi pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015
66
walaupun hanya sebuah perlengkapan sekolah tetapi dapat membuat keluarga Ibu Lisna terbantu dan Andika semakin giat lagi belajar, mengingat Ibu Lisna sebagai orang tua tunggal pantas untuk dibantu dan anak-anak mereka masih bersekolah di tingkat SD dan SMP. Dalam hal ini SOS CV – FSP Bogor tidak memberikan santunan berupa uang kepada keluarga dampingannya, tetapi dengan memberikan pemahaman tentang pengasuhan dan memberikan santunan berupa perlengkapan sekolah untuk anak. Tetapi dalam hal memberikan Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) SOS CV – FSP Bogor tidak langsung memberikannya akan tetapi keluarga dampingan harus benar-benar membutuhkannya. Data tersebut di dapat dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Mas Martin, Ibu Lisna, Erik dan Edi, berikut kutipan wawancaranya: “SOS CV – FSP disini tidak memberikan santunan berupa uang kepada keluarga dampingan kami, karena akan membuat pemikiran mereka malas untuk bekerja dan membuat maindset mereka terjajah akan hal bantuan-bantuan yang ada. BSP pun diberikan melalui kerja sama antara SOS CV – FSP Bogor dengan pihak sekolah”.91 “Karena Andika sangat membutuhkannya, seragamnya sudah bolongbolong dan sepatunya rusak. Bantuan ini sangat bermanfaat buat keluarga kami sehingga beban saya berkurang dengan adanya bantuan tersebut”.92 “Karena anak adalah pintu masuk kita ke keluarga yang memang membutuhkan karena faktor ekonomi, lalu kita melakukan pendekatan kepada kepada orang tua dan tidak ada batas waktu untuk kami merubah keluarga untuk mandiri”.93 “Pada saat menerima bantuan Andika sedang belajar di sekolah, sangat senang karena sepatu yang sebelumnya dia pakai sudah rusak dan bolong yang sudah tidak layak lagi untuk dipakai”.94
91 92 93 94
Wawancara dengan Mas Martin pada hari Jum’at tanggal 3 April 2015 Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015 Wawancara dengan Erik pada hari Jumat tanggal 3 April 2015 Wawancara dengan Edi pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015
67
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa SOS CV – FSP Bogor memberikan bantuan kepada keluarga dampingannya dengan cara memberikan
santunan
berupa
perlengkapan
sekolah,
disini
terlihat
memberikannya pun keluarga dampingan harus benar-benar membutuhkan seperti keluarga Ibu Lisna tersebut. Dimana Andika mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan berupa seragam dan sepatu sekolah, karena sepatu sekolahnya sudah bolong-bolong sehingga mendapatkan BSP tersebut. Dengan bantuan yang diberikan oleh SOS CV – FSP Bogor, keluarga Ibu Lisna sangat terbantu dan mengurangi beban yang menjadi orang tua tunggal. Dalam pemberian Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) disini sangat disayangkan mengingat yang mendapat Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) tersebut hanya seorang anak dari keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor, karena keluarga Ibu Lisna mempunyai dua orang anak yang masih bersekolah. Penulis mencoba menggali keluarga Ibu Lisna adakah kecemburuan sosial dari seorang anak (April) yang tidak mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) dengan anak (Andika) yang mendapatkannya Bantuan Sarana Pendidikan (BSP). Dalam hal ini Ibu Lisna menanggapi adakah kecemberuan sosial pada April yang tidak mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan dengan Andika yang mendapat bantuan, berikut kutipan hasil wawancaranya : “Alhamdulillah untuk cemburu atau iri April tidak pernah seperti itu, karena April pun masih anak-anak. Seandainya pun Andika mendapatkan sepatu baru, pasti saya akan memberikan dan membelikan juga sepatu baru untuk April dengan uang hasil kerja saya”.95 Hal ini diperkuat dengan perkataan April selaku anak yang tidak 95
Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015
68
mendapatkan
Bantuan
Sarana
Pendidikan
(BSP),
berikut
kutipan
wawancaranya: “Ya tidak lah kak, kan saya juga dapat pakaian dan sepatu baru buat sekolah dari Ibu saya. Jadi ketika kakak saya dapat dari Mas Martin, saya juga dapat dari Ibu saya”.96 Penjelasan di atas juga diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan tetangga dari Ibu Lisna yang bernama Bapak Rusdi dan teman bermain Andika yang bernama Edi, berikut ini hasil dari kutipan wawancaranya : “Bantuan yang diberikan itu seragam sekolah dan sepatu sekolah yang belum lama diberikan dari pihak sekolah kepada Andika, ternyata Ibu Lisna menyiapkan sepatu dan seragam baru buat April. Jadi Andika mendapatkan bantuan dari SOS CV – FSP Bogor yang bekerja sama dengan pihak sekolah, lalu April mendapatkannya dari Ibunya sendiri”.97 “Pada saat sehabis pulang sekolah saya bermain kerumah Andika, ternyata Ibunya Andika dan April sedang mencoba sepatu baru yang dipakai oleh April. Jadi saya tahu pada hari yang sama Andika dapat bantuan sepatu baru dan April dibelikan sepatu baru oleh ibu nya, jadi April tidak iri kepada kakaknya yang mempunyai sepatu baru”.98 Dalam hal ini Mas Martin memberikan penjelasan tentang adakah kecemburuan sosial antara anak yang tidak mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) dengan yang mendapatkannya dan kenapa yang diberikan hanya seorang anak dampingan SOS, berikut kutipan hasil wawancaranya : “Tidak ada kecemburuan sosial antara anak yang tidak mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan dengan yang mendapatkannya, karena kami bekerja sama dengan pihak sekolah. Jadi keluarga menerima BSP tersebut dari pihak sekolah bukan melalui kami”.99 Dari hasil wawancara penulis menyimpulkan bahwa keluarga Ibu Lisna sudah menyiapkan sepatu dan seragam sekolah baru untuk April yang tidak
96 97 98 99
Wawancara dengan April pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015 Wawancara dengan Bapak Rusdi pada hari Rabu tanggal 29 April 2015 Wawancara dengan Edi pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015 Wawancara dengan Mas Martin pada hari Jumat tanggal 3 April 2015
69
mendapatkannya, diberikan secara berbarengan agar April tidak memiliki rasa cemburu/iri kepada kakaknya (Andika) yang mendapatkan bantuan tersebut dari SOS CV – FSP Bogor. Jadi keluarga Ibu Lisna baik April yang tidak mendapatkan bantuan dan Andika yang mendapatkan bantuan tidak ada masalah dengan kecemburuan sosial yang dihadapi selama ini, karena Ibu Lisna sudah melakukan yang terbaik bagi anak-anaknya dan menciptakan solusi bagi kedua anaknya. Dari pihak SOS CV – FSP Bogor sendiri sudah seperti itu dimana yang mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) hanya satu anak dalam sebuah keluarga, tetapi selain itu Andika juga mendapatkan uang transportasi untuk kesekolah, karena sekolah Andika sangat jauh dari rumah berbeda dengan dengan April yang sangat dekat dari rumah. Dengan bekerjasama dengan pihak sekolah Bantuan Sarana Pendidikan dapat tersalurkan dengan baik bagi keluarga dampingan yang memang sangat membutuhkan. Data tersebut diperkuat juga dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Ibu Lisna, Bapak Rudi, Edi dan Mas Martin, berikut kutipan wawancaranya: “Jadi saya berikan berbarengan dengan pihak sekolah yang mengasih Bantuan Sarana Pendidikan. Andika juga mendapatkan uang transportasi dari pihak SOS CV – FSP Bogor, untungnya sekolah April tidak jauh dari rumah, tidak seperti Andika yang jauh dari rumah”.100 “Ibu Lisna sangat pintar membuat anak-anaknya supaya tidak bertengkar. Setahu saya April tidak mendapatkan bantuan, tetapi Ibu Lisna ini sudah menyiapkan rencana apabila bantuan yang akan diberikan buat Andika sudah turun lalu Ibu Lisna akan menyiapkan bantuan yang sama buat April”.101 100
101
Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015 Wawancara dengan Bapak Rusdi pada hari Rabu tanggal 29 April 2015
70
“Setahu saya April tidak mendapatkan bantuan, kalau April itu mempunyai sepatu baru yang dibelikan oleh ibunya”.102 “Karena sistem SOS CV – FSP Bogor sudah seperti itu yang mendapatkan bantuan hanya satu anak saja dari setiap keluarga dampingan kami, tetapi kita fokus kepada semua anak. Selain itu BSP diberikan apabila sangat dibutuhkan, karena SOS CV – FSP Bogor tidak ingin keluarga dampingannya ketergantungan dengan bantuan yang ada, tapi lebih mengarah merubah pola pikir/maindset orang tua untuk bekerja keras menghidupi keluarganya tanpa memperdulikan bantuan yang ada”.103 Dari hasil wawancara diatas penulis dapat menyimpulkan pihak SOS CV – FSP Bogor tidak ingin keluarga dampingannya selalu menunggu bantuan yang akan diberikan dan akhirnya membuat keluarga menjadi malas-malasan dengan bantuan yang ada, makanya Bantuan Sarana Pendidikan diberikan pada saat anak sudah sangat membutuhkannya barulah pihak SOS CV – FSP Bogor memberikannya. Jadi Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) ini sangat disesuaikan untuk kemandirian keluarga tersebut, kemudian untuk saat ini di keluarga Ibu Lisna permasalahan yang dihadapi anak dalam kecemburuan sosial yang dialami oleh April yang tidak mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan dengan Andika yang mendapatkannya sudah diatasi dengan sangat baik, karena keluarga Ibu Lisna sudah tahu bagaimana cara menyikapi bantuan tersebut agar anak-anak mereka tidak saling iri atau cemburu. Selajutnya penulis menggali tentang adakah perbedaan dalam hal pengasuhan yang dilakukan oleh Ibu Lisna terhadap anak-anaknya dimana ada seorang anak yang mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) dengan anak yang tidak mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan (BSP). Seperti yang disampaikan oleh Ibu Lisna, berikut kutipan hasil wawancaranya : 102 103
Wawancara dengan Edi pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015 Wawancara dengan Mas Martin pada hari Jumat tanggal 3 April 2015
71
“Dalam hal pengasuhan saya tidak pernah membeda-beda kan anakanak saya, semua anak saya akan mendapatkan pengasuhan yang layak dari saya seperti kasih sayang, perhatian dan apa saja akan saya lakukan untuk anak-anak saya bisa menjadi kebanggaan keluarga”.104 Dalam hal pengasuhan yang dilakukan Ibu Lisna terhadap ke dua anak nya, tidak ada unsur perbedaan antara anak yang mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) dari SOS CV – FSP Bogor dengan anak yang tidak mendapatkan bantuan. Ibu Lisna sangat menyayangi ketiga anak-anak nya dan mendapatkan kasih sayang serta perhatian yang sama, namun Andika yang sedang memasuki masa remaja yang harus mendapatkan perhatian lebih agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang negatif dan April yang sedang manjamanjanya membuat Ibu Lisna harus melakukan pendekatan yang lebih kepada anak-anaknya. Hal ini juga diungkapkan oleh Andika sebagai anak yang mendapatkan bantuan dari SOS CV – FSP Bogor dalam menanggapi adakah perbedaan dalam hal pengasuhan, berikut hasil wawancaranya : “Ibu tidak pernah membeda-bedakan saya dengan April, hanya saja saya selalu di nasehati Ibu untuk tidak salah dalam mencari teman, karena saya bisa sekolah juga karena dapat bantuan dari SOS CV – FSP Bogor”.105 Hal ini juga diungkapkan oleh April sebagai anak yang tidak mendapatkan bantuan dari SOS CV – FSP Bogor, yaitu : “Ibu saya tidak pernah membeda-bedakan saya dengan kakak-kakak saya, Ibu saya sangat sayang sekali sama saya dan kakak-kakak saya, walaupun Ibu bekerja tapi perhatian Ibu selalu buat kami kak”.106 Hal ini diperkuat dengan informan pendukung Bapak Rusdi dan Edi, berikut hasil wawancara : 104 105 106
Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2015 Wawancara dengan Andika pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015 Wawancara dengan April pada hari Selasat tanggal 5 Mei 2015
72
“Ibu Lisna tidak pernah membeda-bedakan anak-anaknya, beliau sangat sayang sekali terhadap anak-anaknya. Tidak pernah ada perbedaan dalam pengasuhan atau bahkan apapun”.107 “Tidak pernah kak, kalau mereka belum pulang bermain pasti dicariin dua-duanya dan itu pun harus pulang keduanya. Ibu Lisna tidak pernah membanding-bandingkan anak-anaknya”.108 Hal ini juga di sampaikan oleh Mas Martin dalam hal pengasuhan anak yang mendapatkan bantuan dari SOS CV – FSP Bogor dengan anak yang tidak mendapatkan bantuan. Yaitu : “Saya dan teman-teman yang lain belum pernah menemukan ada orang tua yang membeda-bedakan dalam hal pengasuhan anak baik yang mendapatkan bantuan maupun tidak. Semua orang tua yang menjadi dampingan SOS CV – FSP Bogor selama ini memperlakukan anak mereka semua sama dalam hal pengasuhan.”.109 Dari hasil wawancara yang penulis dapatkan dari para informan utama maupun pendukung, Disini terlihat tidak ada perbedaan pengasuhan yang dilakukan oleh Ibu Lisna dalam mengasuh Andika yang mendapatkan bantuan dari SOS CV – FSP Bogor dengan April yang tidak mendapatkan bantuan. Semua anak diperlakukan sama dengan Ibu Lisna sebagai anak dan tidak pernah membeda-bedakan dalam hal pengasuhannya. Fungsi SOS CV – FSP Bogor juga mendampingi keluarga yang rentan terhadap pengasuhan dengan cara penguatan keluarga yang selalu mendampingi anak dalam belajar yang sudah di agendakan serta membantu orang tua dalam hal pengasuhan.110 Menurut Yuliani, anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis,
107 108 109 110
Wawancara dengan Bapak Rusdi pada hari Rabu tanggal 29 April 2015 Wawancara dengan Edi pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015 Wawancara dengan Mas Martin pada hari jumat tanggal 3 April 2015 Observasi pada hari Sabtu tanggal 4 April 2015
73
antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, mereka seolah-olah tak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar.111 Jadi diperlukan pengasuhan yang baik dan tidak ada unsur perbedaan anak, semua diperlakukan sama agar anak tumbuh kembang dengan cara apa yang ia dapatkan dari orang tuanya. Dalam hal jenis pengasuhan, Ibu Lisna menerapkan pola pengasuhan demokratis. Untuk mencapai tujuan tersebut, orang tua menggunakan jenis pengasuhan tertentu sebagai dasar untuk memberikan pengasuhan yang baik. Hal ini diketahui ketika penulis melakukan wawancara dengan Ibu Lisna tentang kemauan anak untuk bersekolah dan keinginan anak untuk sesuatu yang ia butuhkan. Hal ini yang disampaikan oleh Ibu Lisna : “Kalau masalah keinginan anak untuk bersekolah, saya hanya mendorong dan mendukung Andika dan April yang ingin tetap bersekolah. Tidak ada unsur paksaan dari saya dalam hal apapun, jadi saya hanya mendorong dan memotivasi mereka supaya tetap rajin sekolah dan apa-apa yang diinginkan anak pasti saya dukung dan mengikutinya asalkan yang terbaik untuk anak”.112 Hal ini juga diungkapkan oleh Andika sebagai anak kedua yaitu: “Ibu saya sangat mendukung dan memotivasi saya dan April supaya rajin bersekolah agar menjadi orang yang pintar dan berguna bagi keluarga. Lalu apa yang saya inginkan, ibu tidak pernah melarang selama ibu bisa membantu dan yang diinginkan itu yang terbaik buat saya dan April.”.113 Hal ini juga diungkapkan kembali oleh Ibu Lisna, dimana beliau berkata : “Saya menerapkan pengasuhan yang diberikan oleh kakak-kakak SOS CV – FSP bogor tentang pengasuhan.dan sangat bermanfaat sekali, karena pemahaman-pemahaman seperti inilah dibutuhkan bagi orang 111
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Indeks, 2011), h. 55. 112 Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2015 113 Wawancara dengan Andika pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2015
74
tua di Desa Tegallangkap ini”.114 Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam mengasuh anak, yang paling penting adalah bagaimana cara untuk lebih mengetahui keadaan, karakter dan sifat anak, sehingga cara pengasuhan yang diterapkan sesuai dengan situasi dan kondidsi anak, sehingga hasil dari pengasuhan tersebut dapat efektif dan maksimal. Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa pola pengasuhan yang diterapkan oleh keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor yang menjadi informan utama penulis adalah pola pengasuhan Demokratis. Data tersebut diperkuat juga dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan informan utama dan informan pendukung, sebagai berikut : “Saya juga menggunakan pola asuh demokratis, pola asuh ini yang terbaik menurut saya, karena kakak-kakak SOS CV – FSP Bogor pernah menjelaskan apa itu pola asuh demokratis, pemahamanpemahaman seperti ini lah yang saya perlukan dalam mengasuh anak”.115 “Ibu tidak pernah memaksa saya kak, kalau kemauan tetap bersekolah itu kemauan saya dan Ibu pun selalu memberikan hadiah apabila saya atau April mendapatkan rangking 3 besar, itu semua supaya saya dan April termotivasi agar rajin bersekolah”.116 Pola asuh demokratis baik untuk diterapkan dalam mengasuh anak, karena dapat menumbuhkan banyak nilai-nilai positif, dan lebih bermanfaat bagi tumbuh kembang anak-anak. Dimana pada teori yang dijelaskan di bab II oleh Diana Baumrind dan berdasarkan indikator-indikator pembentukan kepribadian pada anak cenderung dengan upaya membuat aturan yang ditaati bersama anak, berkomunikasi dengan santun dan terbuka pada anak, dan juga dimana orang tua mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak 114 115 116
Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Rabu 13 Mei 2015 Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2015 Wawancara dengan Andika pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2015
75
dengan cara orang tua membimbing, mengarahkan anak untuk masa depan, serta adanya hukuman apabila ada anak berperilaku salah atau kurang pantas dan memberikan pujian atau hadiah kepada anak apabila berprestasi. Ibu Lisna menjelaskan bahwa SOS CV – FSP Bogor hanya membantu keluarga saya tapi saya lah yang akan menentukan anak-anak saya mau seperti apa kedepannya dengan bimbingan dan mengarahkan untuk masa depan yang jelas. Saya bersukur masih ada yang peduli terhadap anak-anak saya yaitu SOS CV – FSP Bogor yang selalu memberikan pemahaman-pemahaman tentang pengasuhan yang membuat saya semakin kuat dan kaya akan pengetahuan, itu semua modal untuk menghidupi anak-anak saya.117 Dengan diterapkannya pola pengasuhan berbasis keluarga yang dilakukan oleh Ibu kandungnya sendiri memudahkan anak untuk dibimbing, dibina, dirawat, dilindungi dan dipenuhinya kebutuhan dasar anak yang dilakukan oleh orang tuanya dan cenderung bersikap demokratis oleh Ibu Lisna selaku keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor diharapkan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat terarahkan sehingga dapat membentuk anak asuh yang sholeh dan mempunyai bekal yang cukup dalam mengaruhi kehidupanya kelak dikemudian hari. C. Faktor Pendorong dan Penghambat Dalam proses pengasuhan tentunya ada faktor pendorong yang dapat memperlancar pelaksanaan pengasuhan, dan ada juga faktor penghambat yang dapat mengganggu pelaksanaan pengasuhan. Temuan data yang berhasil dihimpun oleh penulis melalui wawancara dan pengamatan menunjukan bahwa 117
Wawancara dengan Ibu Lisna dengan pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2015
76
ada beberapa faktor yang menjadi pendorong dan penghambat dalam proses pengasuhan. 1.
Faktor Pendorong Dalam Pengasuhan Pengasuhan anak tidak lepas dari adanya faktor pendorong yang dapat
membantu keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor mendapatkan pengasuhan yang layak bagi anak-anak mereka. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan educater, orang tua dan anak bahwa yang menjadi faktor pendukung kegiatan pengasuhan pada keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor adalah orang-orang yang bekerja di SOS CV – FSP Bogor mempunyai jiwa sosial yang kuat dan ingin memajukan desa mereka sendiri. Hal ini diungkapkan oleh Mas Martin selaku Educater SOS CV – FSP Bogor yaitu : “Kita ini bekerja di bidang sosial, jadi kita harus mempunyai jiwa sosial yang kuat. Alhamdulillah yang bekerja di SOS CV – FSP Bogor termasuk saya dan para relawan yang bekerja di lapangan sangat peduli terhadap keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor. Jadi itu adalah modal dan pendorong kita untuk memajukan sebuah keluarga dalam hal pengasuhan”.118 Hal ini diperkuat oleh Erik selaku relawan SOS CV – FSP Bogor yaitu : “Karena saya adalah pemuda desa sini yang ingin memajukan desa kami dan tidak ingin setiap keluarga terlantar dalam hal pengasuhan dan pendidikannya, karena pengasuhan dan pendidikan pada anak adalah kunci kesuksesan di dalam sebuah keluarga”.119 Ibu Lisna dalam hal ini berkata bahwa faktor pendorongnya yaitu : “Pertama dari diri saya sendiri yang ingin menjadi keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor agar masa depan anak-anak saya menjadi lebih
118 119
Wawancara dengan Mas Martin pada hari Sabtu tanggal 4 April 2015 Wawancara dengan Erik pada hari Sabtu tanggal 4 April 2015
77
baik dengan bimbingan dan arahan dari pihak SOS terutama dari Mas Martin dengan Relawan yang lain”.120 Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa bekerja di bidang sosial harus mempunyai jiwa sosial dan rasa peduli yang kuat, karena dari rasa inilah edukater dan relawan SOS CV – FSP Bogor bekerja dengan hati nurani yang ingin memajukan daerah tempat tinggal mereka sendiri, agar masa depan anakanak dan keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor menjadi lebih baik dengan arahan dan bimbingan dari mereka, tetapi dalam hal ini edukater dan relawan pun harus bekerja sama dengan orang tua agar anak tidak terlantar dalam hal pengasuhannya. Jadi disini orang tua harus sadar akan pentingnya masa depan anak dengan arahan dan bimbingan yang akan diberikan setelah menjadi keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor. Selain karena bekerja di bidang sosial yang harus mempunyai jiwa sosial dan rasa peduli menjadi faktor pendorong dari informan, dari informan utama/orang tua pun yang menjadi faktor pendorong adalah dari diri sendiri yang ingin menjadi keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor agar masa depan anak-anak saya menjadi lebih baik dengan bimbingan dan arahan terutama dari Mas Martin dan relawan yang lain. Selain itu adanya hubungan komunikasi yang baik antara educater, relawan, orang tua, dan anak yang setiap minggunya mengagendakan adanya pengawasan, dan pendampingan keluarga yang dilakukan oleh educater, orang tua, dan relawan yang dapat membuat permasalahan sebuah keluarga dapat di atasi bersama-sama. Berikut hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan educater dan keluarga dampingan SOS di Desa Tegallangkap Bogor 120
Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2015
78
bahwa yang menjadi faktor pendorong dalam implementasi pengasuhan berbasis keluarga di Desa Tegallangkap Bogor adalah adanya hubungan komunikasi yang baik. Adanya hubungan komunikasi yang dibina educater SOS CV – FSP Bogor dengan keluarga dampingan sangat baik, terlihat Ibu Lisna bercerita panjang lebar dengan Mas Martin tentang perkembangan anaknya dalam hal pengasuhan dan pendidikan yang diberikan. Andika selaku anak yang dibantu oleh SOS CV – FSP Bogor mengalami kemajuan dan rajin dalam hal belajar, Ibu Lisna yang mengungkapkan seperti itu. Hubungan seperti ini dapat menjadikan kualitas pengasuhan yang baik dengan kemampuan orang tua untuk memonitor segala aktivitas anak dan menekankan pada aktifitas dari perkembangan dan pendidikan anak. Walaupun Ibu Lisna menjadi orang tua tunggal yang kadang mempunyai kesulitan untuk memonitor aktifitas anak karena harus bekerja, beliau tidak segan untuk meminta tolong kepada tetangga atau relawan untuk selalu memonitor kegiatan anaknya.121 Data tersebut diperkuat dari hasil wawancara penulis dengan beberapa informan berikut ini: “Setelah kita menjadi keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor saya sebagai orang tua selalu berkomunikasi dengan Mas Martin dan relawan, karena sudah diagendakan setiap pertemuan keluarga. Saling memberikan masukan, pengawasan, dan pendampingan, pokoknya komunikasi kita jalan terus”.122 “Setiap minggu nya sudah di agendakan pertemuan. Pertemuan keluarga berfungsi untuk mengetahui setiap pekannya perkembangan anak dan selalu adanya pengawasan serta pemberian pemahaman setiap 121 122
Pengamatan langsung penulis pada hari Sabtu tanggal 4 April 2015 Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2015
79
minggunya kepada anak maupun keluarga dampingan kami”.123 “Adanya pengawasan dan pendampingan untuk kelurga yang ingin melakukan sharing. Dari sini kita mengetahui permasalahanpermasalahan yang dihadapi oleh orang tua, itu menjadi salah satu faktor pendukung kami untuk mengetahui permasalahan yang ada di keluarga dampingan”.124 Dari hasil wawancara dan pengamatan penulis dapat menyimpulkan bahwa adanya faktor pendorong kedua terlihat educater, relawan, dan orang tua selalu berkomunikasi setiap minggunya dan sudah di agendakan. Dengan adanya pertemuan ini, orang tua, educater atau relawan bisa membahas permasalahan-permasalahan yang dihadapi anak dan terciptanya solusi bagi sang anak apabila mempunyai permasalahan yang dihadapi keluarga tersebut. Apabila tidak ada permasalahan, maka pihak SOS CV – FSP Bogor memberikan pemahaman-pemahaman tentang pengasuhan dan menanyakan perkembangan sang anak. Selain itu adanya faktor pendorong lain dengan memberikan Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) yang diberikan oleh SOS CV – FSP Bogor kepada keluarga dampingan SOS CV di Desa Tegallangkap, Ibu Lisna menjelaskan bahwa ia mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) dari SOS CV – FSP Bogor untuk anak kedua yang bernama Randika Apriansyah yang masih duduk dibangku SMP. Sedangkan anak ketiga yang bernama Aprilia Putri tidak mendapatkan bantuan dari SOS CV – FSP Bogor. Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) ini diberikan sangat bermanfaat untuk Andika, terlihat Andika pada saat pulang sekolah memakai seragam dan sepatu sekolah baru yang telah diberikan oleh SOS CV – FSP Bogor, 123 124
Wawancara dengan Mas Martin pada Sabtu tanggal 4 April 2015 Wawancara dengan Erik pada hari Sabtu tanggal 4 April 2015
80
sebelumnya seragam sekolah Andika sudah berubah warna dan sepatu sekolah Andika sudah bolong dan tidak layak untuk dipakai.125 Informasi di atas diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan beberapa informan, berikut ini hasil kutipan wawancaranya : “Kami keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor sangat terbantu dengan adanya Bantuan Sarana Pendidikan (BSP), walaupun hanya satu anak yang mendapatkan bantuan, tetapi alhamdulillah dapat mengurangi beban saya sebagai orang tua”. 126 “Adanya bantuan yaitu Bantuan Sarana Pendidikan untuk anak dari keluarga dampingan kami yang memudahkan kita masuk dikeluarga tersebut”.127 “Adanya Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) sangat membantu keluarga dampingan dan kami juga dengan mudah diterima oleh keluarga tersebut sehingga dengan mudah mengaplikasikan program yang sudah direncanakan”.128 Dari hasil pengamatan dan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) yang diberikan untuk anak sangat bermanfaat walaupun hanya satu orang tetapi BSP tersebut dapat meringankan beban Ibu Lisna selaku orang tua tunggal dari Andika dan April. Oleh karena itu yang menjadi faktor pendorong dalam implementasi pengasuhan berbasis keluarga di Desa Tegallangkap Bogor adalah karena bekerja di bidang sosial yang harus mempunyai jiwa sosial yang kuat dan mempunyai rasa peduli untuk memajukan sebuah desa, adanya hubungan komunikasi yang baik antara educater atau relawan dengan orang tua, serta Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) yang diberikan oleh SOS CV – FSP Bogor kepada keluarga dampingan untuk keperluan sekolah dan juga memberikan
125 126 127 128
Pengamatan langsung penulis pada hari Rabu tanggal 29 April 2015 Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2015 Wawancara dengan Mas Martin pada hari Sabtu tanggal 4 April 2015 Wawancara dengan Erik pada hari Sabtu tanggal 4 April 2015
81
pemahaman-pemahaman tentang pola pengasuhan yang akan diterapkan dikeluarga tersebut.
2.
Faktor Penghambat Dalam Pengasuhan Disamping faktor pendorong dalam implementasi pengasuhan berbasis
keluarga di Desa Tegallangkap juga terdapat faktor penghambat. Faktor penghambat tersebut akan berpengaruh terhadap proses pengasuhan yang akan diterapkan di keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor. Berikut hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan educater, relawan, dan keluarga dampingan SOS di Desa Tegallangkap Bogor bahwa yang menjadi faktor penghambat dalam implementasi pengasuhan berbasis keluarga di Desa Tegallangkap Bogor adalah jumlah educater dan relawan dengan keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor yang tidak seimbang. Sehingga kurangnya relawan yang bekerja dilapangan dapat mengakibatkan kurang nya pengawasan kepada keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor. Setiap hari sabtu merupakan hari dimana Mas Martin melakukan pertemuan dengan para orang tua dampingan SOS CV – FSP Bogor dan juga adanya pelatihan atau pendampingan belajar untuk anak-anak di Desa Tegallangkap. Dengan berkunjung kerumah-rumah Mas Martin selaku educater SOS CV – FSP Bogor yang bekerja dilapangan mendatangi rumah keluarga dampingan SOS yang bertujuan mendengarkan keluhan atau permasalahan
82
yang dihadapi keluarga dampingan tersebut. 129 Dari hasil pertemuan ini nanti akan di evaluasi terlebih dahulu oleh pihak kantor, bagaimana perkembangan anak yang mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) dan kebutuhan-kebutuhan apalagi yang dibutuhkan anak untuk bersekolah. Pada saat berkunjung kerumah keluarga dampingan terlihat Mas Martin seorang diri yang ditemani oleh penulis pada saat itu. Dengan adanya pertemuan ini antara educater dan orang tua memudahkan mereka untuk berkomunikasi setiap minggunya dan terciptanya solusi, kemudian Mas Martin tidak menjanjikannya apabila adanya permintaan yang bermacam-macam akan tetapi beliau akan mengusahakannya apalagi permintaan tersebut untuk kebutuhan anak. Setelah mengadakan pertemuan kelurga, Mas Martin berkumpul dengan anak-anak di rumah pintar yang berada di Desa Tegallangkap, disana beliau memberikan pelatihan komputer kepada anak-anak dari tingkat SD-SMP. Terlihat Mas Martin kewalahan menghadapi sekitar dua puluh orang anak yang akan mengikuti pelatihan komputer tersebut. Pada saat itu relawan berhalangan hadir karena ada suatu kegiatan di kantor SOS CV – FSP Bogor.130 Data tersebut diperkuat dari hasil wawancara penulis dengan beberapa informan berikut ini: “Salah satu penghambatnya adalah kurangnya relawan yang setiap minggunya selalu melakukan pengawasan. Mereka selalu memberikan hal-hal positif kepada kami dan anak-anak.”.131 “Faktor penghambat disini kita kurangnya tenaga relawan untuk melakukan pengawasan. Itu semua dapat menggangu apa yang sudah dijadwalkan; seperti adanya pertemuan keluarga dampingan, 129 130 131
Pengamatan langsung penulis pada hari Sabtu tanggal 4 April 2015 Ibid Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2015
83
pendampingan pengasuhan, pendidikan seperti belajar bareng dengan anak, mengajak anak bermain, membantu anak mengerjakan PR”.132 “Kurangnya tenaga relawan yang melakukan pengawasan dan pendampingan belajar setiap minggu nya, itu menjadi penghambat kami selama ini”.133 Dari
hasil
wawancara
dan
hasil
pengamatan
penulis
dapat
menyimpulkan salah satu faktor penghambat yang ada pada saat implementasi pola pengasuhan yaitu kurangnya tenaga relawan atau sumber daya manusia yang ada pada saat ini. Dimana pertemuan keluarga yang sudah diagendakan dibagi waktunya dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada anak dirumah pintar. Itu semua dapat diatasi apabila bertambahnya tenaga relawan yang mampu mengatasi agenda yang sudah ditentukan oleh SOS CV – FSP Bogor. Selain kurangnya Relawan atau SDM yang menjadi faktor penghambat, terdapat pula dalam hal pengasuhan yang dilakukan oleh keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor. Pengasuhan yang dilakukan oleh keluarga dampingan SOS CV – FSP termasuk Ibu Lisna yaitu menggunakan metode pola pengasuhan yang pernah didapat dari orang tua mereka sendiri. Hal ini di sampaikan oleh Ibu Lisna selaku keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor yaitu : “Dalam pengasuhan, apa yang saya dapatkan dari orang tua saya itu yang saya terapkan untuk mengasuh anak-anak saya. Apabila anak saya ada yang melanggar aturan langsung saya tegur dan menasehati nya, apabila masih mengulangi kesalahannnya mungkin saya jewer dan membantu saya membersihkan rumah”.134 Hal ini juga disampaikan oleh Mas Martin selaku educater SOS CV – FSP Bogor yaitu :
132 133 134
Wawancara dengan Mas Martin pada hari Minggu tanggal 5 April 2015 Wawancara dengan Erik pada hari Minggu tanggal 5 April 2015 Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2015
84
“Metode pola pengasuhan juga menjadi faktor penghambat bagi saya dan relawan. Dalam hal ini banyak keluarga termasuk Ibu Lisna yang pengasuhannya dilakukan secara turun temurun, itu terjadi karena mereka mendapatkannya dari orang tua mereka dahulu”.135 Hal ini juga diungkapkan oleh Erik selaku relawan SOS CV – FSP Bogor yaitu : “Sebelum kita masuk di keluarga dampingan kami, kebanyakan orang tua melakukan pengasuhan yang ia dapatkan oleh orang tua mereka terdahulu, jadi kami sedikit kesulitan pada saat kita memberikan pemahaman-pemahaman pengasuhan yang SOS CV – FSP Bogor inginkan tetapi secara perlahan-lahan dapat diterima dan diterapkan oleh keluarga dampingan kami”.136 Dari hasil wawancara penulis dapat menyimpulkan bahwa salah satu faktor penghambat dalam implementasi pola pengasuhan yaitu penurunan metode pola pengasuhan yang didapat sebelumnya, dimana orang tua menerapkan pola pengasuhan kepada anak berdasarkan pengasuhan yang pernah didapat dari orang tua mereka sendiri. Dalam hal ini orang tua yang mendapatkan pengasuhan secara turun temurun akan menjadi positif apabila pengasuhan yang didapatkan oleh orang tua dampingan SOS CV – FSP Bogor tidak adanya unsur kekerasan untuk anak pada saat anak melakukan kesalahan tetapi lebih memberikan anak hukuman seperti kegiatan positif dengan menyuruh anak belajar atau membersihkan rumah. Menjadi pola pengasuhan negatif apabila pengasuhan yang didapatkan orang tua mengakibatkan kekerasan pada anak mereka pada saat anak melakukan kesalahan timbul kekerasan untuk anak, sehingga membuat anak mengalami trauma akan hal-hal yang ingin anak lakukan.
135 136
Wawancara dengan Mas Martin pada Minggu tanggal 5 April 2015 Wawancara dengan Erik pada hari Minggu tanggal 5 April 2015
85
Data tersebut diperkuat juga dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Ibu Lisna dan Mas Martin, berikut kutipan wawancaranya: “Saya juga sangat terbantu dengan adanya Mas martin dan Relawan disini, selalu memberikan pemahaman apabila ada anak saya yang melanggar dengan menghukumnya dengan kegiatan yang positif”.137 “Dalam hal ini anak kadang mendapatkan kekerasan seperti menjewer lalu menabuk. Disini SOS CV – FSP Bogor masuk kedalam sebuah keluarga untuk mengurangi kejadian yang sudah terjadi pada anak dengan secara perlahan-lahan dan memberikan pemahamanpemahaman agar orang tua tidak mengulangi perbuatan seperti itu lagi tetapi menghukumnya dengan kegiatan yang positif.”138 Dari beberapa kutipan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa SOS CV – FSP Bogor memberikan pemahaman pada orang tua dengan tindakan positif pada anak apabila ada anak yang melakukan kesalahan. Hal ini akan berdampak bagi sang anak apabila anak diperlakukan tanpa adanya kekerasan dan anak merasa nyaman berada di sebuah keluarga dimana orang tua mengasuh dengan baik tanpa unsur kekerasan.
Dalam hal faktor penghambat selain karena kurangnya relawan atau sumber daya manusia, yaitu karena latar belakang pola pengasuhan orang tua yang menggunakan metode pengasuhan yang pernah didapat dari orang tua mereka sendiri. Terdapat pula faktor penghambat yaitu status pekerjaan orang tua tunggal. Orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga kurang memperhatikan keadaan anak-anaknya. Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, penulis berkunjung kerumah Ibu Lisna pada siang hari pada saat itu Ibu Lisna belum pulang dari tempat kerjanya sedangkan anak-anak mereka sedang berada dirumah karena 137 138
Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2015 Wawancara dengan Mas Martin pada Minggu tanggal 5 April 2015
86
hari libur sekolah, terlihat Andika dan April tidak ada yang mengawasi mereka, kemudian penulis melakukan kegiatan dengan Andika dan April dengan membantu mengerjakan PR mereka sampai Ibu mereka pulang.139 Disini terlihat peran orang tua kadang tidak berjalan dengan baik, karena menjadi orang tua tunggal yang sehari-hari sibuk bekerja untuk menyekolahkan anaknya dan memberikan pengasuhan pun tidak mudah, itu semua terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhi pengasuhan karena status ekonomi serta pekerjaan orang tua yang cenderung sibuk dalam urusan pekerjaan terkadang menjadi kurang memperhatikan keadaan anak-anaknya.140 Hal ini diperkuat oleh Mas Martin selaku educater SOS CV – FSP Bogor yaitu : “Menjadi orang tua tunggal seperti Ibu Lisna yang sibuk bekerja banting tulang untuk menghidupi anaknya untuk tetap bersekolah membuat kami terpacu untuk selalu mendampingi anak-anaknya dengan melakukan pengawasan, sehingga anak tidak terlantar akan hal pengasuhan dan pendidikannya”.141 Hal ini juga diungkapkan oleh Erik sebagai salah satu relawan SOS CV – FSP Bogor yaitu : “Orang tua yang sibuk bekerja untuk menghidupi keluarga mereka dapat memicu semangat kami untuk selalu mendampingi anak-anak dari keluarga dampingan kami, karena ini sudah menjadi tugas kami melakukan pengawasan dan mengadakan permainan sehingga anak merasa senang dengan keberadaan kami”.142 Relawan sangat penting dalam kegiatan pengasuhan, karena relawan disini yang tiap minggu bahkan tiap hari berinteraksi dengan anak dampingan SOS CV – FSP Bogor dan mendidiknya dengan cara menemani kegiatan 139
Pengamatan langsung penulis pada hari Minggu 5 April 2015 Manurung & Manurung, Manajemen Keluarga, (Bandung: Indonesia Publishing House, 1995), h. 53. 141 Wawancara dengan Mas Martin pada hari Minggu tanggal 5 April 2015 142 Wawancara dengan Erik pada hari Minggu tanggal 5 April 2015 140
87
belajar dan bermain. Saat ini hampir semua kegiatan pengasuhan bertumpu pada pengasuh yaitu orang tua, padahal relawan di SOS CV – FSP Bogor terdiri dari empat orang, dua orang bekerja dilapangan membantu Mas Martin dan dua orang lagi bekerja dikantor SOS CV – FSP Bogor membantu administrasi, hal ini menyebabkan daerah implementasi SOS CV – FSP Bogor yang berada di Desa Tegallangkap Bogor belum bisa berkembang dengan maksimal dikarenakan kemampuan dan tenaga relawan juga tebatas. Dari hasil wawancara diatas, yang menjadi faktor penghambat dalam implementasi pengasuhan berbasis keluarga di Desa Tegallangkap Bogor adalah kurangnya Relawan atau SDM, karena latar belakang pola pengasuhan orang tua, dan status pekerjaan orang tua tunggal yang menjadi faktor penghambat dalam pengasuhan berbasis keluarga yang dilakukan oleh Ibu Lisna selaku keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor.
88
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelaksanaan pola pengasuhan anak dalam keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor yang berada di Desa Tegallangkap sangat berbeda dengan yang berada di Panti Asuhan, karena di Panti Asuhan anak di asuh oleh keluarga pengganti atau pengasuh yang mengakibatkan anak perlu beradaptasi dengan karakter pengasuh itu sendiri dan membuat anak merasa tidak nyaman karena di asuh bukan orang tua kandungnya sendiri serta anak pun tinggal di Panti Asuhan bukan dirumah bersama orang tuanya. Sedangkan SOS CV – FSP Bogor mempunyai program penguatan keluarga (Family-Strenghening Programme) yaitu penguatan keluarga dimana pengasuhannya murni dilakukan oleh Ibu kandung dan anak tinggal bersama keluarganya dirumah yang memudahkan orang tua dan anak dapat berinterakasi setiap harinya. Pelaksanaannya pengasuhan itu sendiri dilakukan oleh Ibu Lisna yang menjadi keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor selaku Informan penulis. Ibu Lisna mengasuh sebagaimana mestinya orang tua mengasuh anaknya sendiri dan pola yang
diterapkan
disesuaikan
dengan
kondisi
anak,
dan
cenderung
menggunakan pola asuh demokratis, cara yang dilakukan antara lain yaitu: 1.
Memenuhi kebutuhan fisik dan psikis,
2.
Memberikan kebebasan,
3.
Mengakarkan nilai-nilai dan norma-norma,
4.
Memberikan arahan,
5.
Memberikan bimbingan,
89
6.
Memberikan contoh perilaku yang baik,
7.
Melibatkan anak dalam pengambilan dan penetapan peraturan,
8.
Menjalin interaksi dan komunikasi yang erat, misalnya dengan bercanda bersama anak-anaknya, adanya waktu untuk berkumpul dan menemani anak belajar. Dalam hal pengasuhan terdapat faktor pendorong dan penghambat di
dalam keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor di Desa Tegallangkap yang diantaranya : a. Faktor Pendorong 1) Keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) dan mendapatkan pemahamanpemahaman tentang pengasuhan dan pendidikan yang akan memperkaya pengetahuan keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor. 2) Dari dalam diri sendiri yang ingin menjadi keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor agar masa depan anak-anak saya menjadi lebih baik dengan bimbingan dan arahan dari kakak-kakak SOS terutara dari Mas Martin dan Erik. 3) Karena asli pemuda sini dan ingin memajukan Desa Tegallangkap agar lebih baik diharuskan mempunyai rasa peduli dan jiwa sosial yang kuat agar terpenuhinya keinginan tersebut. 4) Adanya komunikasi setiap minggunya antara keluarga dampingan dengan SOS CV – FSP Bogor untuk pengawasan dan pemberian pemahaman tentang pengasuhan dan menciptakan solusi.
90
b. Faktor Penghambat 1) Kurangnya sumber daya manusia atau relawan yang melakukan pengawasan dan memberikan pemahaman-pemahaman setiap minggunya. 2) Metode pengasuhan yang didapatkan keluarga dampingan didapatkan dari orang tua mereka sendiri jadi pengasuhan secara turun temurun. 3) Status sebagai orang tua tunggal yang sendirian mengasuh anak dan mencari nafkah untuk anak-anaknya. 4) Keterbatasan waktu dan beban tugas educater dan relawan. 5) Tidak adanya uang transportasi untuk saya bekerja dilapangan karena saya menggunakan sepeda motor yang berjarak dari kantor sama daerah implementasi kurang lebih 60km. B. Saran 1. Untuk SOS CV – FSP Bogor terutama dalam mendukung program penguatan keluarga agar mencari sumber daya manusia atau relawan yang lain agar implementasi pola pengasuhan berbasis keluarga dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya dan adanya uang transportasi untuk educater dan relawan pada saat melakukan tugas di wilayah implementasi. 2. Untuk keluarga dampingan terutama informan penulis diharapkan untuk lebih memperhatikan tumbuh kembang anak dan pemahaman-pemahaman yang diberikan tentang pengasuhan dapat di implementasikan didalam kehidupan keluarga serta selalu bekerja keras jangan sampai terbuai dengan
91
bantuan-bantuan yang telah diberikan karena akan membuat pikiran keluarga dampingan selalu mengharapkan bantuan-bantuan yang ada sehingga cita-cita untuk mewujudkan anak yang pintar, dan sholeh dapat terwujud, karena bagaimanapun juga keluarga adalah pihak yang bertanggung jawab atas kehidupan anak. 3. Untuk educater dan relawan SOS CV – FSP Bogor, anak-anak yang menjadi keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor dan yang tidak menjadi keluarga dampingan perlu diberdayakan lagi, serta keterampilan-keterampilan yang diberikan kepada anak perlu ditambah dan ditingkatkan lagi, agar anak-anak lebih banyak memiliki keterampilan untuk bekal hidup dan agar mampu hidup mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku: Adi, Isbandi Rukminto. Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial. Edisi Kedua. Depok: FISIP UI Press, 2005. Ahmadi, Abu. Ilmu Dasar Sosial. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Ahid, Nur. Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Ali Mohammad, dan Mohammad Asrori. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikanto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Jakarta. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993. Asmawati, Luluk. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Keluarga: Mendidik Dengan Praktik. Jakarta: Senyum Media Press, 2009. Azzet, Akhmad Muhaimin. Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak. Yogyakarta: Katahati, 2010. Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Anak Tigas Tahun Pertama. Bandung: PT Refika Aditama, 2007. Daradjat, Zakiah dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Direktorat Pelayanan Sosial Anak, Pedoman Umum Tanggung Jawab Negara Dalam Pelayanan Sosial Anak Terlantar. Jakarta: Departemen Sosial RI, 2009. Direktorat
Kesejahteraan
Sosial
Anak,
Pedoman
Operasional
Program
Kesejahteraan Sosial Anak. Jakarta: Kementerian Sosial RI, 2011. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an. Gunawan. dkk. Masalah Sosial di Indonesia. Jakarta: Kemensos RI, 2010. Kamil Ahmad, M.Fauzan.
Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di
Indonesia. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008. Kasiram, Moh. Metedologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian. Malang: UIN-Malang Press, 2008. Majalah Perlindungan Anak: Anak Kami, Perlindungan Anak: Bukan Basa-Basi, Vol.1. No.II, Maret. Jakarta: Resource Centre SFFCCB CPSW-IPSPI, 2007. Majalah Perlindungan Anak: Anak Kami, Perkembangan Program Perlindungan Anak di Aceh, Vol.1. No.5. Juni. Jakarta: Resource Centre SFFCCB CPSWIPSPI, 2007. Manurung dan Manurung. Manajemen Keluarga. Bandung: Indonesia Publishing House, 1995. Meleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010. Muallifah. Psycho Islamic Smart Parenting. Yogyakarta: Diva Press, 2009. Nata, Abuddin. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Serta Kajian Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Press, 2000. Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoiritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007. Ruslan, Rosady. Metedologi Penelitian PR dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers, 2006. Rochmah, Elfi Yuliani. Psikologi Perkembangan. Panorogo: Teras, 2005.
Sabri, Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta:UIN Jakaarta Press, 2005. Santrock, John W. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga, 1995. Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1990. Soekanto, Soerjono. Sosiologi Keluarga, Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Suyanto, Bagong. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana, 2010. Sujiono, Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks, 2011. Suradi. Perlindungan Anak Berbasis Organisasi Lokal. Jakarta: Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2005. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2009. Sriyanti, Lilik dkk. Teori-teori Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2009. Tim Peneliti Departemen Sosial RI, Save the Chidren, dan Unicef. DVD "Seseorang yang Berguna: Kualitas Pengasuhan di Panti Sosial Asuhan Anak di Indonesia". Tim Penyusun Kamus, Pusat Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Sosial RI, 2006. Usman, Husaini. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
B. Modul: Modul Pelatihan Child Protection Initiative (CPI), Perlindungan Anak dan Good Parenting: Pelatihan Bagi Dosen dan Pelatih yang Bekerja Dengan Anak Pengasuh dan Keluarga di Indonesia. Bandung:, 13-17 Desember: Save The Children, 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. C. Hasil Penelitian: Untuk menguji kredibilitas data penelitian peneliti menggunakan teknik Triangulasi, yaitu : 1. Triangulasi Sumber : Penulis melakukan cross check data dengan fakta dari sumber lainnya. 2. Triangulasi Metode : Dalam penelitian ini selain dilakukan metode observasi juga dilakukan metode wawancara mendalam. Jadi setelah penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi kemudian data hasil dari penelitian itu digabungkan sehingga saling melengkapi dan tidak ada perbedaan. D. Internet: http://www.kajianpustaka.com/2013/04/pola-asuh-orang-tua.html diakses pada 17 Agustus 2015 http://ab-fisip-upnyk.com/files/Konsep%20Dasar%20Penelitian.pdf diakses pada 28 Desember 2014
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pedoman Observasi A. Perkenalan Lembaga SOS CV – FSP Bogor B. Kegiatan yang ada di Lembaga SOS CV – FSP Bogor 1. Pendampingan Belajar Anak 2. Memberikan Bantuan Sarana Pendidikan atau BSP 3. Pertemuan Keluarga Dampingan C. Home Visit Informan Utama
TRANSKIP OBSERVASI Fokus Observasi
:
Perkenalan Lembaga SOS Children’s Village
Waktu Observasi
:
Rabu, 12 November 2014
Tempat Observasi
:
Kantor SOS Children’s Village – FSP Bogor
Orang yang terlibat
:
Direktur, Educater, Relawan.
Aspek Kegiatan Perkenalan Lembaga
Deskripsi Dalam lembaga
proses
Makna
perkenalan Penulis mendapatkan
SOS
Children’s sedikit gambaran
ini, penulis melakukan tanya tentang sistem kerja jawab dengan Bapak Ferry SOS CV – FSP Bogor selaku Direktur SOS CV – ini yang nantinya akan FSP
Bogor
menentukan implementasi
untuk memudahkan penulis wilayah untuk melakukan
yang
akan penelitian tersebut.
penulis teliti. Selain itu ada Mas Martin dan Erik selaku educater dan relawan yang membantu penulis pada saat tiba di Desa Tegallangkap.
TRANSKIP OBSERVASI Fokus Observasi
:
Pendampingan Belajar Mengajar
Waktu Observasi
:
Kamis, 13 November 2014
Tempat Observasi
:
Pusat Kegiatan Anak di Desa Tegallangkap Bogor
Orang yang terlibat
:
Anak, Educater, Relawan
Aspek Kegiatan
Deskripsi
Makna
PEndampingan
Dalam kegiatan ini, educater Terjalin hubungan yang
Belajar Anak
dan
relawan
membantu baik antara educater,
belajar dan mengajak anak relawan dengan anak bermain. Anak-anak terlihat keluarga merasa
dengan SOS CV – FSP Bogor.
senang
adanya kegiatan seperti ini Serta karena
dampingan
anak
dapat menambah
anak
pekerjaan pengetahuan
mengerjakan
dapat ilmu dan
sekolah dibantu oleh kakak- mengajak bermain anak kakak
relawan.
Setelah sehinggan anak tidak
kegiatan belajar anak tidak merasa kesepian karena lupa diajak bermain dengan ada kakak-kakak dari tersebut, SOS CV – FSP Bogor
kakak-kakak
terlihat anak sangat senang yang sekali
dengan
kegiatan
seperti
adanya memberikan pelayanan. ini.
Kegiatan seperti ini setiap hari rabu di pusat kegiatan anak Bogor.
Desa
selalu
Tegallangkap
TRANSKIP OBSERVASI Fokus Observasi
:
Memberikan Bantuan Sarana Pendidikan
Waktu Observasi
:
Kamis, 5 Februari 2015
Tempat Observasi
:
Sekolah SMPN Bhakti Nugraha Bogor
Orang yang terlibat
:
Wali kelas, Educater, Relawan, dan Anak
Aspek Kegiatan
Deskripsi
Makna
Memberikan
Dalam memberikan Bantuan SOS CV – FSP Bogor
Bantuan Sarana
Sarana Pendidikan ini, pihak disini tidak memberikan
Pendidikan
SOS CV – FSP Bogor santunan berupa uang bekerjasama dengan pihak kepada
keluarga
sekolah untuk menyalurkan dampingan, karena akan bantuan yang diberikan oleh membuat
pemikiran
SOS CV – FSP Bogor. Jadi mereka
yang
selalu
pihak sekolah yang langsung meminta dan menunggu
membelikan memberikannya
atau
bantuan yang
ada
bantuan sehingga
yang akan diberikan kepada membuat mereka malas anak dampingan SOS. Ini untuk salah satu program SOS CV membuat
bekerja
dan
pemikiran
FSP Bogor dalam membantu mereka terjajah akan keluarga dampingannya.
bantuan yang ada
TRANSKIP OBSERVASI Fokus Observasi
:
Pertemuan Keluarga Dampingan
Waktu Observasi
:
Sabtu, 4 April 2015
Tempat Observasi
:
Rumah Ibu Lisna
Orang yang terlibat
:
Orang tua, Educater, Relawan, dan Anak
Aspek Kegiatan
Deskripsi
Makna
Membahas
Dalam hal ini, educater dan Dengan berkunjung
Perkembangan Anak
relawan
dan Mendengarkan
kerumah Ibu Lisna yang dampingan, educater
Keluhan Keluarga
bertujuan
berkunjung kerumah keluarga
untuk dapat mendengarkan
mendengarkan keluhan atau keluhan atau permasalahan yang dihadapi permasalahan yang keluarga tersebut. Selain itu dihadapi keluarga membahas dampingannya sehingga
juga
perkembangan anak setiap terciptanya suatu solusi harinya. Disini terlihat Ibu yang diciptakan Lisna menjadi orang tua bersama antara keluarga tunggal
kadang dan educater. Karena
yang
mempunyai kesulitan untuk fungsi SOS CV – FSP memonitor
aktifitas
anak Bogor ini juga
karena harus bekerja, beliau mendampingi keluarga tidak segan untuk minta yang rentan terhadap tolong kepada tetangga atau pengasuhan. relawan memonitor anaknya.
untuk
selalu kegiatan
TRANSKIP OBSERVASI Fokus Observasi
:
Home Visit Informan Utama
Waktu Observasi
:
Rabu, 29 April 2015
Tempat Observasi
:
Rumah Ibu Lisna
Orang yang terlibat
:
orang tua, educater, relawan
Aspek Kegiatan
Deskripsi
Makna
Home Visit Informan
Ibu Lisna berusia 47 tahun, Hubungan Ibu Lisna
Utama
suaminya
sudah dengan penulis sangat
meninggalkannya sejak lima baik, beliau bersedia tahun
lalu. menjadi informan
yang
Dirumahnya yang sederhana penulis untuk ada tiga orang anak yang membantu penulis dua
tinggal dalam melakukan
diantaranya
bersamanya. penulis
saat penelitian dan bersedia
Pada
bertanya
dengan untuk di wawancarai
Bantuan Sarana Pendidikan, penulis. beliau
bilang
sangat
bermanfaat sekali, terlihat Andika pada saat pulang sekolah memakai seragam dan sepatu baru yang telah diberikan oleh SOS CV – FSP Bogor. Dalam hal ini, Ibu Lisna sudah mengenal penulis
yang
sebelumnya
selalu
ikut
dalam
hal
kegiatan yang ada di Desa Tegallangkap, sehingga Ibu Lisna sangat terbuka dan setuju
untuk
Informan Penulis.
menjadi
PEDOMAN WAWANCARA
Informan
: Educater
Pertanyaan 1. Bagaimana program penguatan keluarga di SOS CV – FSP Bogor? 2. Apa tujuan dari program penguatan keluarga? 3. Apa itu Bantuan Sarana Pendidikan (BSP)? 4. Adakah orang tua dalam mengasuh membedakan antara anak yang mendapatkan BSP dengan anak yang tidak mendapatkan BSP? 5. Apa faktor pendorong dan penghambat dalam pelaksanaan pengasuhan?
Informan
: Relawan
Pertanyaan 1. Apa yang anda lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada di desa ini? 2. Bagaimana pengasuhan yang dilakukan Ibu Lisna kepada anak-anaknya? 3. Menurut anda apakah Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) untuk keluarga dampingan sudah disesuaikan? 4. Apa faktor pendorong dan penghambat dalam pelaksanaan pengasuhan?
Informan
: Orang tua
pertanyaan 1. Bagaimana pengasuhan yang diterapkan oleh ibu? 2. Bagaimana dengan anak yang nakal atau melakukan kesalahan dalam kehidupan sehari-hari? 3. Untuk bantuan atau fasilitas apa saja yang keluarga terima khususnya yang anak dapatkan dari SOS CV – FSP Bogor ? 4. Adakah kecemburuan sosial dari anak yang tidak mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) dari SOS CV – FSP Bogor? 5. Adakah perbedaan dalam mengasuh yang dilakukan Ibu mendapatkan BSP dengan anak yang tidak mendapatkan BSP?
antara anak yang
6. Jenis pola asuh apa yang Ibu terapkan? 7. Apa faktor pendorong dan penghambat selama pelaksaaan pengasuhan?
Informan
: Anak yang mendapatkan bantuan
Pertanyaan 1. Pengasuhan yang orang tua terapkan seperti apa? 2. Apa yang kamu ketahui tentang Bantuan Sarana Pendidikan? 3. Adakah tekanan yang dirasakan kamu selama mendapatkan BSP tersebut? 4. Apakah orang tua pernah membeda-bedakan anaknya? 5. Dalam bersekolah adakah unsur paksaan yang dilakukan orang tua terhadap kamu?
Informan
: Anak yang tidak mendapatkan bantuan
Pertanyaan 1.
Pengasuhan yang orang tua terapkan seperti apa?
2.
Hukuman apa yang diberikan orang tua apabila kamu melakukan kesalahan?
3.
Apa yang kamu ketahui tentang SOS CV – FSP Bogor?
4.
Adakah sifat iri atau cemburu yang dirasakan kamu pril dengan bantuan yang diberikan untuk kakak kamu?
5.
Apakah orang tua pernah membeda-beda kan kamu dengan kakak mu?
Informan
: Tetangga
Pertanyaan 1.
Apa yang bapak ketahui tentang SOS CV – FSP Bogor?
2.
Pengasuhan yang orang tua terapkan seperti apa?
3. Adakah tekanan yang dialami anak atas bantuan yang diberikan? 4. Dari segi keterampilan atau bakat mana yang lebih menonjol pak? 5. Adakah hukuman yang diberikan orang tua terhadapa anak apabila anak melakukan kesalahan? 6. Pernahkah orang tua membeda-bedakan anak dalam hal kehidupan sehari-hari?
Informan
: Teman Bermain
Pertanyaan 1. Apa yang adik ketahui tentang SOS CV – FSP Bogor? 2. Apakah kamu mengetahui bantuan yang diberikan untuk Andika? 3. Ada perbedaan yang dialami andika setelah mendapatkan bantuan? 4. Siapa yang lebih menonjol Andika atau April? 5. Ibu lisna lebih banyak memperhatikan Andika atau April?
Transkrip Wawancara (Untuk Pengurus)
Nama
: Mas Martin
Umur
: 25 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Jabatan / Pekerjaan
: Edukater
Tempat wawancara pertama
: Child Center (tempat kegiatan anak)
Waktu wawancara pertama
: 2-5 April 2015
No 1
2
3
Pertanyaan Jawaban Bagaimana program penguatan Program penguatan keluarga di SOS CV – keluarga di SOS CV – FSP FSP Bogor ini dirancang untuk memastikan Bogor? anak-anak memiliki akses ke pelayanan penting, seperti akses pendidikan kesehatan dan mendapatkan dukungan secara psikologi. Setiap keluarga diberikan pengetahuan tentang pengasuhan berkualitas, pelatihan untuk mendapatkan penghasilan tambahan, bagaimana berhubungan dengan pemerintah daerah setempat. Saat ini kemampuan mereka dalam mengasuh anak dan kesadaran akan pentingnya hak dasar anak semakin meningkat. Apa tujuan dari program SOS CV – FSP Bogor memberikan perkuatan penguatan keluarga ini? dan pemahaman tentang pengasuhan kepada keluarga dampingan yang kurang beruntung bertujuan untuk mencegah terjadinya kondisi terburuk yang dapat menyebabkan terpisahnya anak dari keluarga biologis mereka. Bagaimana penjelasan yang Dalam memberikan penjelasan ini, kami diberikan kepada keluarga hanya memberikan pemahaman-pemahaman dampingan SOS CV – FSP Bogor yang akan membuat orang tua kaya tentang pemahaman dalam pengetahuan dalam hal pengasuhan serta pengasuhan? penguatan untuk selalu bekerja keras menghidupi keluarga nya. Seperti memberikan pengetahuan tentang fungsi dan peranan keluarga, faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengasuhan serta jenisjenis pola pengasuhan yang nanti nya akan
4
Kapan kira-kira pemahaman seperti ini diberikan kepada keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor?
5
Bagaimana awal kerja nya program penguatan keluarga yang dilakukan oleh SOS CV – FSP Bogor?
6
Apa itu Bantuan Pendidikan (BSP)?
7
BSP seperti apa yang diberikan kepada anak keluarga dampingan?
Sarana
diterapkan oleh keluarga dampingan kami. Dalam memberikan pemahaman ini kami tidak terburu-buru untuk memberitahunya, butuh proses yang lama agar orang tua dapat mendengarkan kami terlebih dulu, agar dapat dengan mudah orang tua menerapkannya. Setelah menjadi keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor kami melakukan pendekatan keluarga dengan intens sehingga kita mengetahui kebutuhan apa saja yang keluarga tersebut butuhkan, setelah kami mengetahui kebutuhan apa saja yang keluarga butuhkan kami langsung membantu keluarga dampingan kami barulah kami memberikan pemahaman-pemahaman tentang pengasuhan ini. Butuh waktu bagi kami dalam memberikan pemahaman pengasuhan. Pertama kami mencari sebuah keluarga yang rentan terhadap ekonomi nya, kita melakukannya dengan (door to door) rumah kerumah dan keluarga tersebut bersedia bekerjasama dengan kami. Kedua setelah menjadi keluarga dampingan kami, anak diberikan Bantuan Sarana Pendidikan (BSP ) berupa fasilitas pendidikan dan dukungan kebutuhan sehari-hari. BSP pun diberikan kepada keluarga dampingan yang benar-benar sangat membutuhkan. Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) itu untuk keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor yang benar-benar tidak mampu dan memang sangat membutuhkan untuk keperluan sekolah. Karena SOS CV – FSP Bogor disini tidak memberikan santunan berupa uang kepada keluarga dampingan SOS, karena akan membuat pemikiran mereka yang selalu meminta atau menunggu bantuan dari SOS CV – FSP Bogor yang akan membuat mereka malas untuk bekerja dan membuat menset mereka terjajah akan hal bantuan-bantuan yang ada. BSP pun diberikan melalui kerja sama antara SOS CV – FSP Bogor dengan pihak sekolah. Yang pertama fasilitas pendidikan; seragam sekolah, sepatu sekolah, tas sekolah, buku dan alat tulis sekolah bila diperlukan, Yang kedua dukungan fasilitas kebutuhan sehari-hari; memberikan uang transportasi kepada anak dampingan, karena jarak rumah dengan sekolah sangat jauh dan membantu
8
Berapa seringkah fasilitas diberikan kepada anak dampingan SOS?
9
Setiap keluarga dampingan, ada berapa anak yang mendapatkan fasilitas pendidikan dari SOS di keluarga dampingan tersebut? Kenapa yang mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) hanya satu orang dari setiap keluarga dampingan?
10
11
Apakah bantuan yang diberikan telah disesuaikan dengan kebutuhan pengasuhan?
12
Respon/tanggapan dari keluarga dampingan dengan bantuan yang diberikan?
13
Kenapa Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) diberikan apabila keluarga terutama anak sudah sangat membutuhkan?
14
Selain itu, adakah kecemburuan sosial antara anak yang mendapatkan BSP dari SOS dengan anak yang tidak mendapatkan BSP didalam sebuah keluarga dampingan SOS?
anak-anak dampingan mengerjakan PR dan memberikan pelatihan komputer. Fasilitas sekolah seperti uang transportasi diberikan satu minggu sekali. Sedangkan kebutuhan sekolah lainnya diberikan apabila barang tersebut sudah rusak atau hilang tergantung dengan kebutuhan sekolah. Sedangkan membantu mengerjakan PR dan memberikan pelatihan komputer seminggu sekali. Yang mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) hanya seorang anak dari setiap keluarga dampingan yang mendapatkan bantuan berupa fasilitas pendidikan dari SOS. Karena sistem SOS CV – FSP Bogor sudah seperti itu yang mendapatkan bantuan hanya satu orang dari setiap keluarga dampingan tetapi kita fokus kepada semua anak dari keluarga dampingan SOS. Yang pasti kami membantu walaupun bukan berupa bantuan fasilitas pendidikan tetapi dari segi pelatihan komputer dan pelatihan-pelatihan lainnya serta membantu mengerjakan PR, itu semua membantu perkembangan anak-anak yang bukan menjadi dampingan SOS. Sangat disesuaikan, karena bantuan yang diberikan kita benar-benar melihat kebutuhan anak tersebut. Karena anak adalah pintu masuk kita kekeluarga yang memang membutuhkan karena faktor ekonomi, lalu kita melakukan pendekatan kepada orang tua dan tidak ada batas waktu untuk kami merubah keluarga untuk mandiri. Senang dan sangat terbantu dengan ada nya Bantuan Sarana Pendidikan yang diberikan oleh SOS CV – FSP Bogor. Walaupun hanya satu anak yang diberikan bantuan tetapi kami mengurangi sedikit beban keluarga. Karena SOS CV – FSP Bogor tidak ingin keluarga dampingannya ketergantungan dengan bantuan yang ada, tapi lebih mengarah merubah pola pikir / menset orang tua untuk bekerja keras menghidupi keluarganya tanpa memperdulikan bantuan-bantuan yang ada. Tidak ada kecemburuan sosial antara anak yang mendapatkan BSP dengan yang tidak. Karena untuk memberikan BSP kami bekerja sama dengan pihak sekolah bukan lewat orang tua. Jadi BSP berupa fasilitas pendidikan diberikan dari sekolah bukan uang
15
Dalam mengasuh adakah orang tua dampingan yang membedakan antara anak yang mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan dari SOS dengan yang tidak mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan?
16
Setelah memberikan BSP berupa fasilitas pendidikan kepada keluarga dampingan SOS, apa yang dilakukan selanjutnya kepada anak? Adakah faktor pendorong dan penghambat selama ini di SOS CV – FSP Bogor dan terutama dalam keluarga dampingan SOS?
17
18
Untuk faktor pendorongnya mas?
tunai yang kita berikan ke orang tua untuk membelikan kebutuhan sekolah. Saya dengan teman-teman yang lain belum pernah menemukan ada orang tua yang membeda-bedakan dalam hal pengasuhan anak baik yang mendapatkan bantuan maupun tidak. Semua orang tua yang menjadi dampingan SOS selama ini memperlakukan anak mereka semua sama dalam hal pengasuhan. Karena kami sudah memberikan pemahaman kepada keluarga dampingan kami yang mendapatkan bantuan untuk selalu bekerja keras untuk masa depan anak tanpa memperdulikan bantuan-bantuan yang ada, karena itu semua daat membuat mereka malas bekerja dan pola pikir mereka akan terjajah akan ada nya bantuan-bantuan yang ada. Melakukan monitoring perkembangan anak dan pendampingan pengasuhan orang tua terhadap anaknya.
Sangat banyak sekali mas, penghambat yang dialami dari SOS CV – FSP Bogor; Pertama kurangnya tenaga relawan/sumber daya manusia untuk melakukan pengawasan pada keluarga dampingan. Kedua keterbatasan waktu dan beban tugas saya dan relawan yang lain. Ketiga tidak adanya uang transportasi untuk saya bekerja dilapangan. Untuk faktor penghambat yang dialami oleh keluarga dampingan kami; Pertama kurangnya kemampuan keluarga dalam meberikan pengasuhan. Kedua metode pengasuhan yang didapatkan secara turun temurun, itu terjadi karena mereka mendapatkan dari orang tua mereka. Ketiga ada orang tua tunggal yang sendirian mengasuh anak dan menafkahi anaknya. Untuk faktor pendorong; Pertama selalu mempunyai jiwa sosial yang kuat dan peduli, karena saya asli dari desa ini saya ingin memajukan sebuah keluarga yang tinggal di desa ini. Kedua selalu adanya pengawasan dan pemberian pemahaman setiap minggu nya kepada anak maupun keluarga dampingan kami.
Ketiga adanya bantuan dari kami yaitu Bantuan Sarana Pendidikan untuk anak dari keluarga dampingan kami. Yang memudahkan kita masuk dikeluarga dampingan kami. Keempat sebagian besar keluarga ingin anak nya tetep bersekolah untuk itu kami datang untuk membantu keluarga tersebut.
Transkrip Wawancara
Nama
: Erik
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 21 tahun
Jabatan/pekerjaan
: Relawan SOS CV – FSP Bogor
Tempat wawancara
: Child Center (tempat kegiatan anak)
Waktu wawancara
: 2-5 April 2015
Wawancara No 1 2
3
4 5
6
7
Pertanyaan Jawaban Berapa lama anda bekerja di SOS Sudah setahun saya bekerja di SOS CV – FSP CV – FSP Bogor? Bogor. Dibagian apa anda bekerja? Saya kadang dilapangan membantu kak Martin, kadangan saya dikantor mengurus bantuan yang akan diberikan oleh keluarga dampingan. Tetapi kebanyakan saya berada di lapangan Apakah anda sudah menjadi staf Belum kak, saya hanya relawan yang berniat di SOS CV – FSP Bogor? memajukan desa saya sendiri untuk menjadi lebih baik. Memang anda tinggal dimana? Tidak jauh dari rumah pintar kak. Mulia sekali keinginan anda untuk Iya kak, disini sangat jarang orang yang memajukan desa kamu sendiri? peduli satu sama lain. Mungkin dengan saya sebagai pemuda disini ikut dengan kak Martin akan dengan mudah membuka pemikiran mereka serta mengurangi orang tua yang bersikap egois kepada anak-anaknya. Maksud anda egois seperti apa? Didesa ini banyak sekali anak yang seharusnya sekolah tetapi malah mencari uang untuk membantu menghidupi keluarga nya. Jadi anak tidak disekolahkan tetapi disuruh untuk membantu orang tua nya mencari uang, lalu ada juga anak yang kurang perhatian dari orang tua nya karena sibuk bekerja, sehingga mengakibatkan terlantarnya anak karena kurang nya pengasuhan yang diberikan oleh orang tua nya. Ada juga yang mengandalkan bantuan-bantuan yang diberikan tetapi mereka tidak bekerja hanya mengandalkan bantuan. Apa yang anda lakukan untuk Untuk saat ini saya membantu dan ikut kak
8
9
10
11
mengatasi permasalahan yang ada Martin dalam hal pertemuan keluarga setiap di desa ini? minggu, memberikan bantuan kepada keluarga dampingan SOS, memberikan pelatihan, dan membantu mengerjakan PR kepada anak-anak di rumah pintar. Apa yang anda berikan pada saat Sangat banyak kak, seperti penguatan pertemuan keluarga? keluarga tentang pemahaman-pemahaman untuk orang tua kepada anak nya serta selalu memberikan motivasi kepada orang tua agar selalu bekerja keras. Bagaimana semudah itu anda Awal nya kami bergerak mencari anak yang langsung masuk dilingkungan memang sangat membutuhkan bantuan keluarga? dengan cara membuka perpustakaan keliling untuk anak dilingkungan desa ini, setelah itu kami melakukan pendekatan dengan anak mengajak anak membaca dan bermain, setelah kami mengetahui anak tersebut pantas dibantu kami melakukan survei kerumah anak tersebut lalu bekerja sama dengan memberitahu orang tua bahwa kami datang kemari berniat ingin membantu anak bapak/ibu. Lalu kami mencari tahu perlengkapan sekolah apa saja yang anak tersebut perlukan, kemudian kami bekerja sama dengan pihak sekolah anak tersebut sehingga kami dapat memberikan bantuan tersebut melalui pihak sekolah. Setelah itu keluarga tersebut menjadi salah satu keluarga dampingan kami yang siap untuk bekerja sama dengan SOS CV – FSP Bogor. Apakah sulit untuk anda bekerja Alhamdulilah tidak mas, karena saya juga sama dengan pihak keluarga tinggal di desa ini dan banyak yang mengenali selama ini? saya sehingga dengan mudah saya dengan kak martin bekerja sama dengan keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor. Mungkin dengan ada nya saya, kak martin dapat terbantu untuk memberikan pemahamanpemahaman pada keluarga yang rentan terhadap ekonominya. Bagaimana sosok Ibu Lisna Ibu Lisna salah satu keluarga dampingan dimata anda? kami yang sangat pekerja keras, walaupun Ibu Lisna selalu bekerja guna mencari uang untuk menghidupi keluarganya beliau tetap selalu ingat dan selalu memberikan perhatian kepada anak-anaknya. Beliau ini salah satu orang tua yang harus di contoh oleh orang tua lain, dimana Ibu Lisna menjadi orang tua tunggal yang sibuk bekerja dan mengurusi anakanaknya tidak bermalas-malasan dalam bekerja.
12
13
14
15
Bagaimana pengasuhan yang Kalo pengasuhan Ibu Lisna mengasuh anak dilakukan Ibu Lisna kepada anak- dengan mendidik, membimbingan dan anaknya? mengarahkan mana yang baik dan mana yang buruk kepada anak-anaknya. Beliau mendapatkannya pada saat masih kecil dimana diajarkan oleh Ibunya seperti itu. Adanya hukuman untuk anak yang melanggar supaya menaati peraturan yang telah disepakati. Menurut anda apakah Bantuan Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) sudah Sarana Pendidikan (BSP) untuk sangat disesuaikan, karena bantuan yang keluarga dampingan sudah diberikan kita benar-benar melihat kebutuhan disesuaikan? anak tersebut baru lah kita memberikan anak tersebut Bantuan Sarana Pendidikan apabila kita sudah mengetahui apa saja yang memang dibutuhkan oleh anak. Karena anak adalah pintu masuk kita kekeluarga yang memang membutuhkan karena faktor ekonomi, lalu kita melakukan pendekatan kepada kepada orang tua dan tidak ada batas waktu untuk kami merubah keluarga untuk mandiri Adakah faktor pendorong dan Untuk masalah faktor pendorong; penghambat selama ini di SOS Karena saya adalah pemuda desa sini yang CV – FSP Bogor dalam ingin memajukan desa kami dan tidak ingin memandirikan keluarga setiap keluarga terlantar dalam hal dampingan SOS? pengasuhan dan pendidikannya, karena pengasuhan dan pendidikan pada anak adalah kunci kesuksesan di dalam sebuah keluarga Kedua; Adanya pengawasan dan pendampingan dari kami setiap minggunya untuk kelurga yang ingin melakukan sharing. Dari sini lah kita mengetahui permasalahanpermasalahan yang dihadapi oleh orang tua. Itu menjadi salah satu faktor pendukung kami untuk mengetahui permasalahanpermasalahan yang ada di keluarga dampingan kami. Ketiga; Adanya Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) sangat membantu keluarga dampingan kami dan kami juga dengan mudah diterima oleh keluarga dampingan sehingga dengan mudah mengaplikasikan program yang sudah direncanakan. Untuk faktor penghambatnya? Untuk faktor penghambat: Pertama; kurangnya tenaga relawan yang melakukan pengawasan dan pendampingan belajar setiap minggu nya. Kedua; Sebelum kita masuk di keluarga dampingan kami, kebanyakan orang tua melakukan pengasuhan yang ia dapatkan oleh
orang tua mereka terdahulu, jadi kami sedikit kesulitan pada saat kita memberikan pemahaman-pemahaman pengasuhan yang SOS CV – FSP Bogor inginkan tetapi secara perlahan-lahan dapat diterima dan diterapkan oleh keluarga dampingan kami. Ketiga; Orang tua yang sibuk bekerja untuk menghidupi keluarga mereka dapat memicu semangat kami untuk selalu mendampingi anak-anak dari keluarga dampingan kami. Karena ini sudah menjadi tugas kami, apabila ada anak yang mempunyai PR kami dapat membantu mereka mengerjakannya dan sesudah itu kami selalu mengumpulkan anakanak dilapangan untuk bermain games gunanya membuat anak merasa senang dengan games yang kami adakan.
Transkrip Wawancara (Untuk Keluarga Dampingan)
Nama
: Ibu Lisna
Umur
: 47 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Serabutan
Status perkawinan
: Janda
Tempat wawancara pertama
: Teras depan rumah Ibu Lisna
Tempat wawancara kedua
: Ruang tamu rumah Ibu Lisna
Tempat wawancara ketiga
: Ruang Tamu rumah Ibu Lisna
Waktu wawancara pertama
: Rabu, 29 April 2015, pukul 13.15-14.25 WIB
Waktu wawancara kedua
: Selasa, 5 Mei 2015, pukul 12.30-14.00 WIB
Waktu wawancara ketiga
: Rabu, 13 Mei 2015, pukul 14.05-15.15 WIB
Wawancara Pertama No 1
2 3 4 5
6 7 8 9
Pertanyaan Maaf Ibu, perkenalkan saya daus mahasiswa UIN ingin bertanya soal keluarga dampingan SOS termasuk Ibu, apakah Ibu bersedia? Terimakasih Ibu, Ibu namanya siapa? Nama panjangnya bu? Umur nya berapa bu? Ibu bekerja?
Jawaban Iya saya bersedia mas daus.
Nama saya Lisna.
Lisna wati. Umur saya 47 tahun. Ya saya bekerja serabutan mas, dirumahrumah ntah mencuci, mengepel, dan sebagainya. Dari jam berapa sampai jam dari jam 8 pagi sampai jam 12 siang. berapa bu? Kalau suami ibu, maaf, masih ada Masih ada, tapi saya sudah bercerai bu? dengannya. Sejak kapan ibu bercerai? Sudah sepuluh tahun yang lalu. Apa bapak masih sering datang Sudah tidak pernah, saya dan anak-anak tidak kemari bu? tahu keberadaannya.
10 11
12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23
Berarti ibu sendirian dalam Iya saya sendiri, saya dan anak-anak sudah mengasuh anak? tidak bertemu lagi selama empat tahun. Kira-kira ibu tau bapak pergi Tidak tau mas, saya mengikhlaskan saja, yang kemana? penting alhamdulillah saya masih kuat untuk menafkahi anak-anak saya. Anak ibu ada berapa? Kalau anak saya ada tiga mas, perempuan dua dan laki-laki satu. Nama mereka siapa saja bu? Andini, Andika, dan April Yang paling besar Andini? Ia Andini sudah bekerja, kalau andika kelas 2 SMP, kalau April kelas 6 SD Andini bekerja dimana bu? Andini bekerja di alfamart margonda depok, dia ngekos disana dengan temannya berdua. Sering pulang bu Andini? Kalau dia kangen sama saya dan adik-adiknya pasti pulas mas. Bisa dua kali seminggu pulangnya. Umur berapa Andini bu? 22 tahun mas. Kalau Andika SMP dimana bu? Di SMP Bakti Nugraha, dicibitung tenjolaya. Kalau Andika umurnya? 15 tahun. Kalau April SD nya? April di deket sini mas, SDN Tegallangkap 01. Umurnya berapa bu April? April umurnya 11 tahun. Kalau april jalan kaki bu Ia jalan kaki, kalau Andika naik angkutan berangkat kesekolah? umum mas. Sangat jauh bu sekolahnya Lumayan jauh mas. Andika?
Wawancara Kedua No 1
2
3
4
5
6
7
8
Pertanyaan Bagaimana pengasuhan diterapkan oleh Ibu?
Jawaban yang Saya mengasuh anak-anak dengan cara mendidik yang setiap anak untuk berperilaku baik dan mandiri serta memberikan bimbingan, mengajarkan disiplin yang diterapkan sejak anak-anak masih kecil, memberikan kesempatan untuk berkomunikasi, selalu memonitor segala aktifitas anak, agar memahami aturan dan memiliki rasa tanggung jawab. Bagaimana Ibu memonitor segala Saya bekerja dari pagi setelah anak berangkat aktifitas anak, sedangkan Ibu sekolah dan pulang pada siang hari, jadi saya sibuk bekerja? selalu ada pada saat anak sudah pulang sekolah. Jadi bisa memonitor segala aktifitas anak. Bagaimana dengan anak yang Ketika anak-anak saya melakukan kesalahan nakal atau melakukan kesalahan atau nakal tentunya hal yang pertama saya dalam kehidupan sehari-hari? lakukan adalah dengan menegurnya dan menasehati mereka dengan memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk agar mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama dan mereka menjadi anak yang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan. Adakah hukuman yang diberikan Untuk hukuman saya pasti memberikan apabila anak melakukan kesalahan hukuman kepada anak-anak saya yg nakal, ? seperti menyuruh anak bersihkan rumah, belajar, dan solat. Tapi saya tidak pernah memukul/mencubit anak apabila melakukan kesalahan. Untuk bantuan/fasilitas apa saja Untuk bantuan yang diberikan oleh SOS CV – yang keluarga terima khususnya FSP Bogor adalah Bantuan Sarana Pendidikan yang anak dapatkan dari SOS CV pada keluarga kami. Bantuan Sarana – FSP Bogor ? Pendidikan (BSP) yang diberikan berupa seragam sekolah, sepatu sekolah dan uang transportasi untuk ke sekolah. Siapa yang mendapatkan BSP dari Yang mendapatkan BSP dari SOS CV – FSP SOS CV – FSP Bogor? Bogor adalah Randika Apriansyah anak kedua saya. Berapa seringkah Andika Untuk sepatu dan seragam sekolah diberikan mendapatkan Bantuan Sarana jika memang sangat membutuhkan untuk Pendidikan? keperluan sekolah. Untuk BSP yang diberikan untuk andika baru sekali, karena memang andika baru membutuhkannya dan sepatu sekolah nya sudah rusak. Untuk ongkos menuju sekolah Andika mendapatkannya seminggu sekali. Apa yang Ibu rasakan selama Merasa sangat senang, karena sudah dibantuin
9
10
11
12
13
14
menerima Bantuan Sarana perlengkapan sekolah dan uang ongkos untuk Pendidikan (BSP) untuk anak? anak saya berangkat sekolah, sehingga beban saya berkurang dengan ada nya bantuan ini. Adakah kecemburuan sosial dari Alhamdulillah untuk cemburu atau iri April April dengan Andika yang tidak pernah seperti itu, karena April pun mendapatkan Bantuan Sarana masih anak-anak. Seandainya pun April Pendidikan (BSP) dari SOS CV – menginginkan sepatu baru, saya akan FSP Bogor? membelikannya dengan uang hasil kerja saya dan sekolah April pun tidak jauh dari rumah, tidak seperti Andika yang jauh dari rumah. Apakah April pernah menanyakan Tidak pernah, karena BSP itu pun diberikan soal BSP yang diberikan oleh oleh pihak sekolah yang bekerja sama dengan SOS CV – FSP Bogor untuk SOS CV – FSP Bogor. Jadi kemungkinan kakak nya Andika? April mengetahui kakak nya berprestasi sehingga diberikan hadiah-hadiah dari sekolahnya. Bagaimana bisa pihak sekolah Karena SOS CV – FSP Bogor bekerja sama yang memberikan Bantuan Sarana dengan pihak sekolah untuk memberikan BSP Pendidikan (BSP)? itu sendiri tanpa melalui keluarga. Untuk ongkos Andika berangkat Tidak, untuk ongkos Andika berangkat ke sekolah, apakah pihak sekolah sekolah itu melalui saya yang diberikan oleh juga yang memberikan? SOS CV – FSP Bogor setiap minggu nya. Selama ini adakah tekanan yang Alhamdulillah dengan ada nya BSP ini, dialami oleh Andika dengan ada Andika semakin giat belajar dan semakin nya BSP tersebut? berprestasi. Justru tidak ada tekanan yang dialami Andika sampai saat ini. Dengan ada nya kakak-kakak dari SOS CV – FSP Bogor membuat anak-anak saya dan anak-anak yang lain lebih bersemangat untuk belajar dan bermain karena ada kakak-kakak ini yang selalu bersabar menghadapi anak-anak. Setelah anak mendapatkan Melakukan monitoring perkembangan anak Bantuan Sarana Pendidikan (BSP) dan pendampingan pengasuhan orang tua apa yang dilakukan SOS CV – terhadap anaknya. FSP Bogor selanjutnya kepada anak?
Wawancara ketiga 1
Untuk masalah keinginan anak bersekolah, adakah unsur paksaan dari Ibu untuk anak tetap bersekolah?
2
Dalam mengasuh anak, adakah perbedaan yang dilakukan Ibu dalam mengasuh antara Andika yang mendapatkan BSP dengan April yang tidak mendapatkan BSP dari SOS CV – FSP Bogor? Dalam hal lain, Pemahamanpemahaman seperti apa yang ibu dapatkan dari SOS CV – FSP Bogor? Pemahaman dari segi pengasuhan seperti apa yang ibu dapatkan?
3
4
5
Kalau masalah keinginan anak untuk bersekolah, saya hanya mendorong dan mendukung. Andika dan April yang ingin tetap bersekolah. Tidak ada unsur paksaan dari saya dalam hal apapun, jadi saya hanya mendorong dan memotivasi mereka supaya tetap rajin bersekolah dan bekerja keras tentu nya untuk memenuhi kehidupan keluarga saya. Saya tidak pernah membeda-bedakan dalam mengasuh anak, kedua nya adalah anak saya. Saya akan mengasuh ketiga anak saya dengan baik agar nanti nya bisa menjadi orang sukses yang dapat membahagiakan saya. Sangat banyak sekali, terutama dari segi pengasuhan.
Kakak-kakak dari SOS CV – FSP Bogor selalu memberikan pemahaman untuk mengasuh anak dengan baik. Seperti membantu anak meningkatkan kreatifitas nya, tidak menghalangi keinginan anak untuk kegiatan yang positif tentu nya, selalu berkomunikasi dengan anak setiap saat, apabila anak ingin sesuatu ajarkan anak untuk menabung terlebih dahulu, apabila anak melakukan kesalahan jangan sampai main tangan tetapi berikan hukuman yang positif tentu nya. Lalu kakak-kakak dari SOS CV – FSP Bogor pernah menjelaskan peranan keluarga dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengasuhan serta pola asuh demokratis yang pernah dijelaskan oleh kakak-kakak dari SOS CV – FSP Bogor dan itu semua saya laksanakan dalam pengasuhan kepada anak-anak saya. Seperti apa penjelasan yang Jadi kakak-kakak SOS CV – FSP Bogor dilakukan oleh pihak SOS CV – memberikan pemahaman tentang peranan FSP Bogor dalam hal peranan keluarga itu sesuai dengan keadaan saya. keluarga? Karena bapaknya anak-anak sudah tidak ada, jadi saya memikul sendiri peranan keluarga tersebut. Karena saya sekarang menjadi kepala keluarga yang menjadi seorang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga. Jadi saya harus melakukan peranan Ibu dan sekaligus ayah bagi anak-anak saya, seperti ;
6
Untuk faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan apa yang dijelaskan oleh pihak SOS CV – FSP Bogor?
7
Dan apa yang Ibu dapatkan dari penjelasan tentang pola asuh demokratis?
8
Apakah Ibu juga diberitahu jenisjenis pola asuh yang lain?
9
Jadi untuk pengasuhan, Ibu menggunakan pola asuh demokratis? Jadi ibu sudah tahu dan mengerti bagaimana peranan keluarga terhadap anak dan bagaimana faktor pengasuhan yang menenentukan bagi anak serta
10
mencari nafkah dalam keluarga, mendidik dan melindungi serta memberikan rasa aman bagi anak-anak saya. Itulah penjelasan dan pemahaman yang diberikan oleh kakak-kakak dari SOS. Dalam hal faktor-faktor yang mempengaruhi pengasuhan. Untuk masalah pengasuhan, saya mendapatkan pengasuhan seperti ini dari ibu saya dan saya terapkan sesuai dengan yang saya dapatkan. Disini kakak-kakak SOS CV – FSP Bogor selain memberikan pemahaman tentang pengasuhan tetapi mereka juga membantu saya dalam hal pengasuhan, karena saya juga mencari nafkah yang sibuk bekerja. Jadi saat saya sibuk bekerja, kakak-kakak ini lah yang selalu ada dengan mengajak anakanak saya dan anak-anak yang lain untuk belajar dan bermain dirumah pintar. Jadi anak-anak saya tidak terlantar akan pengasuhan karena kakak-kakak SOS ini melakukan pengawasan, pendampingan, dan mengajarkan keterampilan selain belajar dirumah pintar. Untuk pola asuh demokratis, kakak-kakak SOS CV – FSP Bogor pernah menjelaskan apa itu pola asuh demokratis, seinget saya orang tua sedikit memberi kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya tanpa unsur paksaan, selain itu memberikan kesempatan anak untuk berpendapat saat kita berkomunikasi dengan anak, dan orang tua mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak, itu semua saya lakukan demi anak dalam hal mengasuh anak. Pemahaman-pemahaman seperti ini lah yang saya perlukan dalam mengasuh anak. Ya dan saya juga lupa jenis pola asuh yang lain, yang saya ingat hanya pola asuh demokratis dan ini pola asuh yang terbaik menurut saya. Jadi saya terbantu dalam pengasuhan kepada anak-anak saya. Ya saya menggunakan pola asuh demokratis, seperti yang saya bilang barusan, pola asuh ini yang terbaik menurut saya. Ya saya sedikit mengerti dan sangat berguna bagi saya. Selama ini saya juga menerapkan pengasuhan seperti yang diberikan pemahaman-pemahaman dari kakak-kakak SOS CV – FSP Bogor tentang pengasuhan.
11
12
pola asuh demokratis? Apakah sangat bermanfaat Sangat bermanfaat sekali, karena pemahaman yang diberikan untuk pemahaman-pemahaman seperti ini lah yang pengasuhan ibu setiap hari nya? dibutuhkan bagi orang tua di Desa Tegallangkap ini. Mereka hanya membantu keluarga saya tetapi saya lah yang akan menentukan anak-anak saya mau seperti apa kedepannya dengan bimbingan dan mengarahkan untuk masa depan yang jelas. Saya bersukur masih ada yang peduli terhadap anak-anak saya yaitu SOS CV – FSP Bogor yang selalu memberikan pemahamanpemahaman yang membuat saya kuat dan bekerja keras untuk menghidupi anak-anak saya. Ada faktor pendorong dan Untuk faktor pendorong sangat banyak mas, penghambat tidak bu selama ibu Pertama dari diri saya sendiri yang ingin mengasuh dengan bimbingan dan menjadi keluarga dampingan SOS agar masa arahan dari SOS CV – FSP depan anak-anak saya menjadi lebih baik Bogor? dengan bimbingan dan arahan dari SOS terutama dari Mas Martin dengan Relawan yang lain. Kedua ketika kita menjadi keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor saya sebagai orang tua selalu berkomunikasi dengan Mas Martin dan Relawan, karena sudah diagendakan setiap pertemuan keluarga. Saling memberikan masukan antara saya dengan Mas Martin dan Relawan, pokoknya komunikasi kita jalan terus mas. Ketiga kami keluarga dampingan sangat terbantu dengan adanya BSP (Bantuan Sarana Pendidikan) . Walaupun hanya satu anak yang dibantu, tapi alhamdulillah mengurangi beban saya sebagai orang tua.
13
Keempat adanya pendampingan dari pihak SOS CV – FSP Bogor untuk keluarga dampingannya memberikan pemahamanpemahaman tentang pengasuhan untuk anak. Kalau untuk faktor penghambat Dalam faktor penghambatnya mas; nya bu apa yang dirasakan selama Pertama kurangnya Relawan yang membantu ini dalam hal pengasuhan? Mas Martin setiap minggu nya, karena setiap minggu nya keluarga dampingan butuh pengawasan dan pemahaman-pemahaman tentang pengasuhan dan pendidikan. Kedua,
metode
pengasuhan
yang
saya
dapatkan dari orang tua saya itu yang saya terapkan untuk mengasuh anak. Ketiga, karena status saya sebagai orang tua tunggal yang sendirian mengasuh anak dan mencari nafkah untuk anak-anak saya.
Transkrip Wawancara
Nama
: Randika Apriansyah
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 15 tahun
Status keluarga
: Anak ke-2
Tempat wawancara pertama
: Teras depan rumah Ibu Lisna
Tempat wawacara kedua
: Teras depan rumah Ibu Lisna
Waktu wawancara pertama
: Rabu, 29 April 2015, pukul 15.00-15.45
Waktu wawancara kedua
: Selasa, 5 Mei 2015, pukul 14.20-15.30
Wawancara pertama No 1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11
12
Pertanyaan Hai ade, kenalin saya daus temennya mas martin dari jakarta, ade nama nya siapa? Nama panggilan kamu Andika, nama panjang kamu siapa? Biasanya kamu dipanggil siapa? Umur kamu berapa? Kamu kelas berapa? Wah habis ujian yah kemaren? Gimana pengumumannya dik? Selamat yah, kakak juga yakin kamu pasti lulus, karena kamu rajin belajar. Terus mau masuk SMA atau SMK dik? Ouh kamu mau di SMK?
Jawaban Ouh ia ka, nama saya Andika kak.
Nama panjang saya Randika Apriasyah. Andika kak. 15 tahun. SMP kelas 3 kak. Ia kak. Alhamdulillah lulus kak. Belum tau nih kak, masih bingung. Saya sih mau nya SMK.
Ia saya mau di SMK kak, tapi Ibu maunya SMA. Nahloh jadi bingung dong kamu Ia tapi sepertinya Ibu mengikuti aku saja kak, dan Ibumu? jadi kemungkinan saya masuk SMK. Ouh gitu bagus kalo gitu biar Ia kak sangat jauh, saya naik angkutan umum kamu semakin semangat dan tidak kesananya ada paksaan masuk di SMK, kamu SMP nya jauh dari rumah ya dik? Oh iya kamu udah solat? Belum kak, yaudah saya solat dulu ya kak.
Wawancara kedua No 1 2 3
4
5
6
7
8 9
10
11
Pertanyaan Hai dik, ketemu lagi yah kita, apa kabar dik? Alhamdulillah baik dik, oh ia kakak mau nanya boleh tidak? Ibu mengasuh kamu gimana dik?
Jawaban Alhamdulillah baik kak, kaka gimana kabarnya? Ya boleh lah kak, mau nanya apa kak?
Ya menegur dan menasehati kalau saya salah, tapi Ibu saya tidak pernah memukul/mencubit melainkan memberikan hukuman jika saya melakukan kesalahan/nakal seperti membersihkan rumah, salat, belajar. Ibu saya selalu bilang jangan bertengkar dengan adik saya si Akbar dan selalu sopan dan menghargai orang yang lebih tua. Apa kamu tahu tentang Bantuan Ya, saya tahu dan saya yang mendapatkan Sarana Pendidikan (BSP) yang bantuan tersebut kak. diberikan oleh SOS CV – FSP Bogor? Apa yang kamu dapatkan dari Saya mendapatkan bantuan berupa seragam bantuan tersebut? sekolah, sepatu sekolah, dan uang ongkos untuk berangkat sekolah. Berapa seringkah kamu Kalau untuk bantuan diberikan ketika mendapatkan bantuan tersebut memang sangat membutuhkannya. Jadi hanya dik? sekali mendapatkannya ketika sepatu saya rusak barulah saya mendapatkan bantuan sepatu tersebut, sama seperti seragam sekolah. Untuk uang ongkos saya mendapatkannya setiap seminggu sekali karena jarak dari rumah kesekolah saya sangat jauh. Apakah bantuan tersebut sangat Sangat bermanfaat kak, dan saya juga bermanfaat bagi Andika? berterima kasih kepada kakak-kakak dari SOS CV – FSP Bogor yang memberikan saya bantuan. Apakah adik anda mendapatkan Tidak kak, hanya saya saja yang bantuan juga? mendapatkannya. Apakah anda tahu kenapa anda Saya tidak tahu kak. yang hanya mendapatkan bantuan tersebut? Adakah tekanan selama ini untuk Alhamdulillah tidak ada tekanan, justru saya anda, karena hanya anda yang lebih bersemangat dan termotivasi untuk rajin mendapatkan bantuan tersebut? dan berprestasi di sekolah kak. Apakah Ibu kamu pernah Saya dan April sangat sayang sekali dengan membeda-bedakan kamu dengan Ibu, karena dialah yang merawat kami April? sendirian mencari uang untuk saya dan April agar tetap bersekolah. Ibu tidak membedabedakan saya dengan April, hanya saja saya selalu di nasehati Ibu untuk tidak salah dalam mencari teman. Karena saya bisa sekolah juga karena dapat bantuan dari SOS Children dan
12
Ibu saya yang selalu bekerja mencari uang untuk saya dan adik saya Dalam hal sekolah, adakah unsur Ibu tidak pernah memaksa saya kak, kalau paksaan yang dilakukan orang tua kemauan tetap bersekolah itu kemauan saya terhadap kamu dik? dan Ibu pun selalu memberikan hadiah apabila saya atau April mendapatkan rangking 3 besar, itu semua supaya saya dan April termotivasi agar rajin bersekolah. Ibu saya sangat mendukung dan memotivasi saya dan April supaya rajin bersekolah agar menjadi orang yang pintar dan berguna bagi keluarga. Lalu apa yang saya inginkan, ibu tidak pernah melarang selama ibu bisa membantu dan yang diinginkan itu yang terbaik buat saya dan April.
Transkrip Wawancara
Nama
: Aprilia Putri
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 11 tahun
Status keluarga
: Anak ke -3
Tempat wawancara pertama
: Teras depan rumah Ibu Lisna
Tempat wawancara kedua
: Child center (tempat kegiatan anak)
Tanggal wawancara pertama
: Rabu, 29 Mei 2015, pukul 15.55-16.30
Tanggal wawancara kedua
: Selasa, 5 Mei 2015, pukul 15.47-16.30
Wawancaran pertama No 1
2 3 4 5 6 7 8
9 10
11
Pertanyaan Hai ade, kenalin saya daus temennya mas martin dari jakarta, ade nama nya siapa? Nama panggilan kamu April, nama panjang kamu siapa? Biasanya kamu dipanggil siapa? Umur kamu berapa? Kamu kelas berapa pril? Gimana ujian kenaikannya pril? Gimana pengumumannya kenaikannya? Selamat yah, kakak juga yakin kamu pasti naik kelas, karena kamu pasti rajin belajar. Kamu mau ngapain abis sini pril? Ouh kamu mau main, yaudah sana. Nanti ketemu kakak lagi ya kita ngobrol-ngobrol lagi? Makasih ya pril.
Jawaban Nama saya April kak.
Nama panjang saya Aprilia Putri. April kak. 11 tahun. SD kelas 5 kak. Lumayan sulit kak. Alhamdulillah naik kak. Ia kak, terima kasih.
Mau main sama temen-temen kak. Oke kak.
Sama-sama kak.
Wawancara kedua No 1
Pertanyaan Ibu mengasuh kamu gimana pril?
2
Ibu menasehati apa untuk kamu?
3
Kesalahan apa yang kamu buat sehingga Ibu menasehati kamu?
4
Memang kamu bermain apa dengan sampai adzan magrib?
5
Ibu pernah enggak memukul /mencubit kamu apabila kamu melakukan kesalahan? Hukuman seperti apa yang Ibu berikan seandai nya kamu salah? Apa yang kamu ketahui tentang SOS CV – FSP Bogor?
6 7
8 9 10
11
12 13 14
15
Jawaban Ya Ibu selalu menasehati saya kak, terus selalu nemenin saya kak membantu mengerjakan PR dari sekolah. Iya pokoknya selalu menasehati saya ka. Menasehati supaya rajin sekolah jangan malas-malasan, terus apabila saya salah selalu dinasehati oleh Ibu. Ya kalau saya tidak belajar, terus kalo bermain bersama teman-teman sampai adzan magrib. Kadang-kadang kak. Sampai lupa kalau sudah adzan. Ya kadang bermain masak-masakan atau main petak umpet. Tidak pernah kak, ibu tidak pernah memukul /mencubit saya. Mungkin apabila saya nakal diberi hukuman sama Ibu saya. Mungkin disuruh belajar kak, kadang saya membantu Ibu beberes rumah saya. Yang saya tahu, kak Martin dengan kakakkakak lain membantu keluarga saya kak. Lalu kak Martin dari SOS CV – FSP Bogor yang selalu membantu anak-anak seperti saya, kakak saya, dan teman-teman saya disini untuk belajar bersama mereka dirumah pintar atau child center. Ya perlengkapan untuk sekolah, seperti seragam sekolah dan sepatu sekolah kak. Kak Andika yang mendapatkannya kak.
Apa yang diberikan kak Martin kepada keluarga kamu? Siapa yang mendapatkan bantuan tersebut? Loh kok kamu enggak dapat? Tidak kak, kata Ibu bantuan tersebut hanya untuk satu orang anak. Tapi saya juga selalu diberikan perlengkapan sekolah kak dari Ibu. Maksud kamu bagaimana? Ia setiap bantuan yang diberikan oleh kak Martin buat kakak saya, pasti Ibu selalu memberikannya juga kak buat saya, jadi sama saja kak. Kakak saya dapat dari kak Martin sedangkan saya dapat dari Ibu saya. Apa yang Ibu berikan untuk Seragam sekolah, tas sekolah, dan sepatu kamu? sekolah kak. Kalau kakak kamu mendapatkan Seragam sekolah dan sepatu sekolah kak yang apa dari kak martin? saya tahu. Berarti kamu tidak iri/ cemburu Ya tidak lah kak, kan saya juga dapat pakaian kan kepada kakak kamu tentang baru buat sekolah dari Ibu saya. Jadi ketika bantuan yang diberikan oleh kak kakak saya dapat, saya juga dapat dari Ibu Martin kepada kakak kamu? saya. Ibu kamu pernah tidak membeda- Tidak pernah kak, Ibu saya sangat sayang bedakan kamu dengan kakak sekali sama saya, kakak-kakak saya.
kamu? 16
17
18
Kalau dalam hal sekolah, kemauan kamu atau kemauan Ibu pril? Berarti tidak ada unsur paksaan dari Ibu supaya km sekolah?
Kalau kamu mendapatkan ranking, kamu dapat hadiah apa dari Ibu?
Walaupun Ibu bekerja tapi perhatian Ibu selalu buat anak-anaknya kak. Kemauan saya kak untuk bersekolah, karena cita-cita saya mau jadi dokter buat nanti menyenangkan Ibu. Tidak kak, justru Ibu selalu membantu saya mengerjakan PR terus selalu kasih tau saya supaya rajin sekolah dan mendapatkan ranking. Ia saya dapat hadiah mainan baru atau baju baru dari Ibu supaya saya tetap berprestasi.
Transkrip Wawancara
Nama
: Rusdi
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 38 tahun
Jabatan/pekerjaan
: Petani
Tempat wawancara
: Dekat rumah Ibu Lisna
Waktu wawancara
: Rabu, 29 April, pukul 16.25-17.35
Wawancara No 1 2 3
4 5
6 7
8
9
Pertanyaan Jawaban Perkenalkan saya daus mahasiswa Nama saya rusdi. UIN jakarta, nama bapak siapa? Bapak baru pulang dari sawah ya? Ia saya baru pulang dari sawah, daus mau ngapain ke Desa ini? Tugas skripsi saya di Desa Oh tugas skripsi, kirain mau ngapain. Ia saya Tegallangkap pak, jadi saya sudah lama menjadi petani. melakukan penelitian disini. Bapak menjadi petani sudah lama? Bapak tau SOS CV – FSP Bogor? Iyah tau mas, memang kenapa? Saya bekerja sama dengan SOS Tidak mas, karena anak saya sudah bekerja CV – FSP Bogor untuk penelitian lalu saya juga bertani untuk menghidupi istri skripsi saya pak. Bapak memang saya dan untuk hari tua mas. tidak menjadi keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor? Memang anak bapak berapa? Satu mas, ya seumuran mas lah. Oh gitu, ternyata pemikiran bapak Ia lah mas, saya setiap berangkat ke sawah sudah sangat jauh kesana ya pak? dari pagi pulang sore penghasilannya untuk Untuk tabungan di masa depan. tabungan masa depan, tapi kadang-kadang saya pulang siang hari juga. Ternyata ada ya di Desa seperti Harus seperti itu mas, menyiapkan matangini sudah menyiapkan tabungan di matang untuk masa depan. Oh ya mas ada apa masa tua seperti bapak ini, dirumah Ibu Lisna mas? walaupun bapak tidak menjadi keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor tapi bapak sudah bekerja keras untuk masa depan nanti. Ibu Lisna menjadi narasumber Oh gitu, sangat kenal dan dekat mas apalagi saya pak untuk penelitian disini. dengan anak-anaknya.
10 11
Bapak kenal? Oh kenal pak, memang bapak rumahnya dimana? Hanya berbeda tiga rumah saja dari rumah Ibu Lisna pak? Oh ia pak Ibu Lisna orangnya seperti apa sih pak dalam hal mengasuh kepada anak-anaknya?
12
Ibu Lisna orang tua tunggal pak?
13
Bagaimana Ibu Lisna mengasuh kedua anak nya pas sedangkan beliau sibuk bekerja?
14
Bapak pernah melihat Ibu Lisna ada dirumah waktu siang hari? Bapak kenal dengan anak-anak Ibu Lisna?
15
Iya benar, Ibu Lisna itu orang tua yang sangat kuat dan pekerja keras mas, dalam arti dia hanya sendiri mengasuh dua orang anak yang masih bersekolah ditingkat SD dan SMP. Semangatnya itu yang membuat saya salut dengannya. Iyah beliau diceraikan suami nya sepuluh tahun yang lalu. Setahu saya Ibu Lisna berangkat kerja sesudah anaknya berangkat sekolah, dan pulangnya itu pas jam anak pulang sekolah mas, jam 12 an lah. Sering mas, saya kadang bertemu dan bareng pulang kerumah pada saat siang hari. Bukan kenal lagi mas tapi sangat dekat dengan saya, kadang mereka kerumah saya bermain dengan saya dan anak saya pada waktu malam hari, kadang saya bermain kerumahnya mereka, ya kaya anak sendiri aja mas. Kebanyakan sama April dari pada sama Andika mas, kadang membantu mengerjakan PR mereka berdua. Tau mas, Andika yang bercerita sama saya.
16
Bapak kalau bermain April atau Andika?
17
Bapak tau Andika mendapatkan bantuan berupa fasilitas pendidikan dari SOS CV – FSP Bogor? Reaksi bapak apa? Ya alhamdulillah, sangat bangga masih ada lembaga seperti SOS CV – FSP Bogor yang masih peduli terhadap Desa Tegallangkap ini seperti Mas Martin dan Erik saja. Bapak kenal dengan mereka? Sangat kenal mas, mereka adalah pemuda asli sini yang peduli terhadap Desa Tegallangkap ini. Semua orang di Desa ini kenal dengannya mas. Andika itu orangnya seperti apa Andika itu sebenarnya dari dulu pintar mas, pak di rumah maupun prestasi di tapi waktu itu kebanyakan bermain dengan sekolah? teman-temannya sehingga prestasi dia tidak ada di sekolah. Tapi Andika yang dulu dengan yang sekarang berbeda mas. Berbedanya karena apa ya pak? Mungkin Andika sudah mulai berpikir, dia sekolah mendapatkan bantuan berupa fasilitas pendidikan sehingga Andika ini lebih bersemangat lagi belajar mas, Apakah Andika pernah bercerita Ya pernah waktunya kapan saya lupa, dia kepada bapak? sempat bilang kepada saya bahwa dia setelah mendapatkan bantuan dari SOS CV – FSP
18
19
20
21
22
dengan
itu rumah saya mas.
23
24
25
26
27
28
29
30 31
32
Ternyata dampak dari pemberian bantuan yang diberikan oleh SOS CV – FSP kepada Andika selain sangat membantu, membuat pemikiran anak semakin rajin ya pak? Tapi selama ini ada atau tidak pak tekanan yang dialami Andika atas bantuan yang diberikan? Bagaimana dengan April pak?
Bogor justru semakin giat belajar. Dia juga sempat bilang ingin membahagiakan Ibu saya. Ya memang sangat berguna dan bermanfaat sekali, selain itu anak berubah yang tadi nya agak malas-malasan kesekolah karena mendapatkan bantuan mau tidak mau harus berangkat sekolah. Tidak ada tekanan mas, justru sebaliknya membuat anak semakin semangat dan rajin bersekolah. April walaupun masih kelas lima SD dia orang nya tidak malu-malu mas, ya buktinya sama mas aja kalau ketemu bagaimana. Setahu saya tidak mas, tetapi Ibu Lisna ini sudah menyiapkan rencana apabila bantuan yang akan diberikan buat Andika sudah turun lalu Ibu Lisna akan menyiapkan bantuan yang sama buat April mas.
Benar pak, April adalah anak yang mudah bergaul dan tidak malu-malu dengan saya walaupun baru bertemu sekalipun dengan saya. Lalu April tidak mendapatkan bantuan ya pak? Seperti apa pak? Misal bantuan yang diberikan itu seragam sekolah dan sepatu sekolah yang belum lama diberikan dari pihak sekolah kepada Andika, ternyata Ibu Lisna ini menyiapkan sepatu dan seragam baru buat April mas. Oh dengan cara seperti itu Ibu Ia mas benar, Ibu Lisna sangat pintar Lisna menggunakan cara supaya membuat anak-anaknya supaya tidak anak mereka tidak ada yang iri bertengkar. Jadi Andika mendapatkan bantuan hati atau kecemburuan antara dari SOS CV – FSP Bogor yang bekerja sama Andika dan April? dengan pihak sekolah, lalu April mendapatkannya dari Ibunya sendiri. Dari segi keterampilan pak, mana Kalau dalam hal itu, keduanya mempunyai yang lebih menonjol pak, Andika bakat masing-masing. Seperti April bernyanyi atau April? sambil dance, kalau Andika bakatnya di sepakbola dan musik. Yang paling menonjol pak? Dua-dua nya sangat menonjol dan punya bakat di bidangnya masing-masing. Pernah tidak pak Ibu Lisna Tidak pernah mas, setahu saya beliau sangat membeda-bedakan antara April sayang sekali terhadap anak-anaknya. Tidak dengan Andika? pernah ada perbedaan dalam pengasuhan atau bahkan apapun. Mungkin Andika ini yang sedang masa remaja lebih difokus kan oleh Ibunya karena takut salah bergaul dengan teman-temannya. Kalau April yang masih kelas lima SD masih manja dengan Ibu nya. Seandainya April atau Andika Waktu hari minggu pagi saya pergi melihat melakukan kesalahan/nakal, Andika sedang mengepel rumahnya, ternyata adakah hukuman yang diberikan dia diberikan hukuman oleh Ibu nya karena oleh Ibu Lisna? tidak salat subuh dan pulang sampai adzan magrib pada hari sebelumnya. Kalau
hukuman pasti diberikan tetapi setahu saya Ibu Lisna tidak pernah main tangan/mencubit, menjewer anaknya tetapi lebih memberikan hukuman apabila ada anaknya melakukan kesalahan.
Transkrip Wawancara
Nama
: Edi
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 15
Jabatan/pekerjaan
: Siswa SMP
Tempat wawancara
: Lapangan sepakbola dekat rumah Ibu Lisna
Waktu wawancara
: Selasa, 5 Mei 2015, pukul 16.56-17.45
Wawancara No 1
2 3 4 5 6
7
8
9
10 11 12
13
Pertanyaan Jawaban Hai dek, perkenalkan saya daus Nama saya Edi kak. temannya Andika, nama kamu siapa? Kamu sering bermain bola disini Ia kak, tapi ada waktu nya kak tidak terlalu dengan Andika? sering. Emang rumah kamu dimana? Dekat rumah Andika kak. Biasa nya seminggu berapa kali Bisa 2 atau 3 kali kak. maen sepakbola di? Kamu kelas berapa di? Baru lulus kak kemaren, satu kelas sama Edi juga kak. Oh kamu kelas 3 SMP. Wah Sepertinya SMA kak di daerah Gunung selamat ya di sudah lulus. Kamu Malang kak. mau masuk mana di? Oh iya kamu teman sekelas Dia teman yang rajin dan pintar kak, saya Andika ya, Andika gimana kalo sangat senang berteman dengannya. dikelas di? Apa kamu pernah membolos Tidak pernah kak kalau masalah membolos. sekolah dengannya? Kalau mengerjakan PR atau bermain komputer sering kak dirumah pintar. Oh kamu sering kerumah pintar Ia kak, kak Martin dan Erik mengajarkan saya juga? dan teman-teman mengerjakan PR dan pelatihan komputer. Berarti kamu tau SOS CV – FSP Tau kak, Bogor dong? Apa yang kamu ketahui tentang Membantu anak-anak dan orang tua di Desa SOS CV – FSP Bogor? Tegallangkap sini kak. Kamu tau bantu apa di? Ya seperti Andika kak dibantu oleh kak Martin, diberikan perlangkapan untuk sekolah. Reaksi kamu mengetahuinya Reaksi saya sangat senang sekali kak.
14
bantuan tersebut? Oh gitu toh, kamu tidak di?
Tidak kak, tapi saya selalu ke rumah pintar belajar bareng teman-teman dan kak Martin. Pernah kak Andika bercerita. Pada saat menerima bantuannya Andika lagi di sekolah, tiba-tiba dipanggil oleh wali kelas. Ternyata balik kekelas lagi Andika memakai sepatu baru yang diberikan oleh kak Martin. Sangat senang kak si Andika, karena sepatu yang sebelumnya dia pakai sudah rusak dan bolong jadi saya sangat senang sebagai temannya dia mempunyai sepatu baru. Lebih semangat untuk kesekolah kak. Jadi dia tidak malu-malu lagi untuk berjalan dilingkungan sekolah. Kadang-kadang dia malu karena sepatunya rusak dan bolong jadi pada saat istirahat dia berada di kelas saja. Apalagi belajar kak, dia itu anak yang pintar kak. Kadang saya selalu menyontek dengan dia. Dengan sepatu baru saya yakin dia tambah termotivasi kesekolah dan belajar kak. Sangat kenal kak, saya kan sering kerumahnya kalau ada PR dari sekolah. Jadi sebelum saya bermain sepakbola sama Andika apabila ada PR saya mengerjakannya dirumah Andika kak.
15
Oh ya memang Andika penah bercerita sama kamu di masalah bantuan ya diberikan?
16
Oh gitu ceritanya. Kamu tahu perasaan Andika pada saat itu?
17
Ada perbedaan yang dialami Andika tidak di pada saat mempunyai sepatu baru pemberian kak Martin?
18
Oh gitu toh, dalam hal belajar di?
19
Ternyata bantuan yang diberikan sangat bermanfaat ya di, selain karena sepatu lama sudah rusak kesekolah lebih termotivasi lagi karena bantuan tersebut. Oh ia kamu kenal dengan orang tua dan adik Andika? Kalau April gimana sih orang nya Dia sama kak seperti Andika rajin belajar di? tidak malas-malasan. Karena faktor orang tua (Ibu Lisna) yang selalu mengingatkannya untuk belajar dahulu sebelum bermain. Kamu tahu tidak April Setahu saya tidak kak, kalau April itu mendapatkan bantuan juga atau mempunyai sepatu baru dibelikan sama tidak? Ibunya kak. Oh gitu, jadi supaya tidak saling Ia benar kak. iri ya di? Kamu tahu dari mana April Jadi pada saat saya sehabis pulang sekolah, dibelikan sepatu baru oleh saya bermain kerumah Andika kak, lalu Ibunya? ternyata dirumahnya sudah ada Ibunya Andika dan April sedang mencoba sepatu baru yang dipakai April. Jadi saya tahu pada hari yang sama Andika dapat bantuan sepatu baru dan April dibelikan sepatu baru oleh ibu nya. Oh gitu ya di. Kamu sedekat apa Saya tetangga Andika ka, dari SD sudah si dengan Andika? bareng terus, sudah kaya anak kembar saya dengan Andika kak kalau kemana-mana selalu berdua. Berarti kamu sering berada Benar kak saya kebanyakan dirumah Andika
20
21
22 23
24
25
dirumah Andika ya?
26 27
Kamu pernah main bareng dengan Andika dan April? Siapa yang menang di?
28
Menurut kamu lebih menonjol Andika atau April?
29
Oh gitu toh, oia kamu pernah melihat Ibu Lisna membedabedakan April dengan Andika di?
karena rumah Andika ada terasnya kak enak jadinya kalau bermain sama Andika dan teman-teman. Pernah kak maen karet, jadi laki-laki melawan perempuan. Perempuan kak April dan teman-temannya, karena perempuan jago-jago maennya kak. Dua-dua nya memiliki bakatnya masingmasing kak. Kalau Andika kan sepakbola bareng dengan saya dan suka bermain musik. Kalo April lebih kearah suaranya bagus kak, cocok jadi vokalis. Tidak pernah kak, kalau mereka belum pulang bermain pasti dicariin dua-duanya dan itu pun harus pulang. Tidak pernah juga Ibu Lisna membanding-bandingkan anaknya.