POLA PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA BURUH WANITA DI PT. BLAMBANGAN FOODPACKERS INDONESIA PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL Anies Yuni Lestari, Imron Hadi Tamim, I Gusti Putu Bagus Suka Arjawa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Email:
[email protected]
ABSTRACT The Economic condition, job opportunity, assumption about independent women, and selfsatisfaction are the reasons why women work as labors at PT. Blambangan FoodPackers Indonesia. Worked as labors make women have less intensive interaction toward their children because of full working hours. Therefore, it is a need to find the arrangement strategy of parenting model. The aim of this research refer to model of parenting which adopted by women labors and her families to their children. This research will also explain the dissention of parenting model between one woman worker family to the other women worker families. Structural functional theory by Talcott Parsons was used to analyze the process of parenting model. Qualitative method and descriptive approach was used as a method on this research. The result of this research showed that women labors applied authoritative parenting model/democratic. Temporary parenting model was done by grandmother and grandfather as permissive action/pampered. Structure and function of family play an important role on parenting model where there is cooperation between family members. Women factory workers used parenting model through (1) habituation, (2) exemplary, (3) advice, (4) giving an awards or punishment. Practice of parenting model was also supported by the factory proved on giving policy which facilitate parenting activities, but they should coordinate in advance with the company. Keywords: Parenting Model, Women Labors, Family, Structural Functional Approach.
1. PENDAHULUAN Kecamatan Muncar merupakan kawasan Industri pengolahan ikan terbesar kedua di Indonesia. Salah satu perusahaan yang berada diwilayah Muncar yakni PT. Blambangan FoodPackers Indonesia. Karyawan di PT. Blambangan FoodPackers Indonesia di dominasi oleh buruh wanita. Berikut merupakan jumlah buruh wanita dalam bentuk tabel. Jumlah Daftar Buruh PT. Blambangan FoodPackers Indonesia. No Golongan Jumlah Total Tenaga L P 1 Bulanan 52 30 82 2 Harian 14 10 24 Tetap
3
Harian Musiman Tetap Borongan
95
189
284
4 571 571 Jmlh 161 800 961 Sumber : PT. Blambangan FoodPackers Indonesia tahun 2014 Rata-rata usia buruh wanita di PT. Blambangan FoodPackers Indonesia adalah 20-50 tahun dengan jam kerja yang dibagi menjadi dua shift yakni pukul 07.00-15.00 WIB dan 15.00-23.00 WIB sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar waktu buruh wanita banyak dihabiskan ditempat bekerja. Dengan demikian hal tersebut menimbulkan permasalahan bagi buruh wanita yang berstatus menikah dan memiliki anak usia 0-18 tahun mengenai bagaimana pola pengasuhan anak pada keluarga buruh
wanita di PT. Blambangan FoodPackers Indonesia serta apa perbedaan pola pengasuhan anak yang diterapkan masingmasing keluarga buruh wanita di PT. Blambangan FoodPackers Indonesia.
2. KAJIAN PUSTAKA Pola pengasuhan anak sangat menarik untuk dibahas karena akan berkaitan mengenai latarbelakang masing-masing keluarga. Ariswandha (2013) dalam skripsinya “Pola Asuh Orang Tua Pada Keluarga Nelayan Tradisional di dusun Karanganom Kelurahan Karangrejo Kabupaten Banyuwangi”. Orang tua yang berprofesi sebagai nelayan tradisional di dusun karanganom menerapkan pola asuh otoriter (bersifat keras) dan permisif (acuh tak acuh) pada anaknya. Pola pengasuhan tersebut mengakibatkan anak menjadi berperilaku keras dan kurang patuh pada orang tua. Tingkat pendidikan, ekonomi, letak geografis serta mata pencaharian masyarakat mempengaruhi hal tersebut. Nisak (2013) dalam skripsinya “Pola Asuh Orang Tua dalam Menanamkan Kedisiplinan (Studi Kasus Pada Keluarga Buruh Pabrik di Kelurahan Patemon Kecamatan Gunungpati Kota Semarang)” mendapatkan hasil yang hampir serupa dengan penelitian dari Ariswandha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menanamkan kedisiplinan anak, orang tua pada keluarga buruh pabrik di Kelurahan Patemon menerapkan pola asuh otoriter (keras dan mengekang) dan demokratis (bebas dan bertanggung jawab). Otoriter dalam batasan- batasan tertentu yaitu dalam melatih kedisiplinan anak belajar, beribadah, bermain, disiplin dalam mengerjakan pekerjaan rumah dan disiplin mentaati peraturan dalam keluarga. Orang tua tidak selamanya otoriter dan mengekang segala aktivitas anak, namun anak dalam beraktivitas mendapatkan batasan-batasan dan pengawasan dari orang tua. Penelitian mengenai pola pengasuhan anak juga disampaikan dalam skripsi Widiastiti (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Pola Pengasuhan Anak pada Panti Asuhan Dharma Jati II di Desa Penatih, Denpasar” yang membedakan adalah orang-
orang yang bekerja pada institusi panti asuhan bertindak sebagai orang tua atau keluarga asuh bagi anak-anak, namun tetap memberikan pola pengasuhan yang sama layaknya didalam keluarga. Hasil penelitian yang dilakukan di Panti Asuhan Dharma Jati II menunjukan pola pengasuhan anak secara demokratis, sehingga dapat membangun karakteristik anak yang mandiri, bersahabat, sopan dan mampu mengendalikan diri. Penelitian dari Ariswandha dan Nisak lebih bertumpu pada pola pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua dan memunculkan pola pengasuhan yang berbeda terkait dengan latar belakang pekerjaan orang tua serta letak geografis penelitian. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widiastiti memunculkan pola pengasuhan yang diberlakukan suatu lembaga yakni Panti Asuhan dimana hal ini terkait dengan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh anak-anak penghuni panti asuhan. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian mengenai Pola Pengasuhan Anak pada Keluarga Buruh Wanita di PT. Blambangan FoodPackers Indonesia lebih menekankan pada pola pengasuhan anak oleh orang tua dan dengan pelibatan keluarga besar. Bentuk-bentuk keluarga tidak hanya terdapat pada keluarga inti atau batih saja, akan tetapi lebih dari itu keluarga inti bisa merujuk pada keluarga besar. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya juga muncul pada letak geografis dan sejauh yang diketahui peneliti, belum pernah terdapat penelitian yang serupa dengan penelitian ini. Penelitian ini akan lebih berfokus pada keterbukaan pola asuh yang tidak hanya dilakukan oleh ayah dan ibu, namun lebih membuka struktur-struktur baru dalam peluang pengasuhan anak yang dilakukan oleh keluarga luas yang tinggal dalam satu rumah dan tinggal secara berdekatan. Dalam penelitian Pola Pengasuhan Anak pada Keluarga Buruh Wanita di PT. Blambangan FoodPackers Indonesia, peneliti menggunakan teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons. Ia berpandangan bahwa setiap masyarakat hanya bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya apabila keteraturan sosial bisa dipertahankan. Dalam Ritzer & Goodman
(2010:121) suatu sistem harus memiliki empat fungsi yang disebut AGIL: 1. Adaptation (Adaptasi) : sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. buruh wanita akan mengalami sebuah penyesuaian dimana selain bekerja juga dituntut untuk mengasuh anak sehingga dibutuhkan keseimbangan dalam menjalankan peran-peran tersebut. Akan tetapi laki-laki atau suami tetap menjadi yang utama dalam pengelolaan pemenuhan kebutuhan nafkah. Kondisi adaptasi juga akan dirasakan oleh anak pada saat ibu bekerja, dimana dan dengan siapa anak akan diasuh maupun diawasi. 2. Goal attainment (Pencapaian Tujuan) : tujuan yang ingin dicapai dalam keluarga adalah kesejahteraan bersama terutama bagi anak dalam pemenuhan kebutuhan untuk kesehatan, sekolah serta kasih sayang penuh dari kedua orang tua. Kebutuhan tidak hanya harus dipenuhi melalui kebutuhan jasmani anak, akan tetapi pemenuhan kebutuhan secara rohani harus pula terpenuhi 3. Integration (Integrasi) : sebuah sistem harus mengatur antarhubungan bagianbagian yang menjadi komponennya. Pola pengasuhan anak tetap menjadi hal utama yang diprioritaskan didalam keluarga sesuai dengan kesepakatan laki-laki maupun perempuan disamping kegiatan bekerja demi pemenuhan kebutuhan seluruh keluarga. 4. Latency (Pemeliharaan pola) : sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi. Anak harus diperkenalkan dengan bentuk hubungan sosial melalui aturan dan nilai yang berlaku dimasyarakat. Buruh wanita harus bisa melihat hubungan yang harus dijaga, oleh sebab itu pola seperti memberikan waktu seperti berkumpul dan jalan-jalan bersama keluarga merupakan bentuk penjagaan hubungan yang harmonis antara buruh wanita dan keluarga. 3. METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini mengunakan pendekatan deskriptif dengan metode kualitatif. Pendekatan deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai
fenomena realitas sosial yang ada dimasyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi maupun fenomena tertentu (Bungin, 2012:6). Lokasi penelitian berada di Desa Blambangan, Kecamatan Muncar. Dengan pertimbangan bahwa banyak masyarakat Desa Blambangan yang bekerja sebagai buruh wanita di PT. Blambangan FoodPackers Indonesia. Penentuan informan ditetapkan dengan cara purposive. Purposive adalah teknik pengambilan sampel informan sebagai sumber data yang didasarkan dengan pertimbangan tertentu (Orang yang paling tahu, sebagai penguasa objek atau situasi) (Sugiyono, 2013:368). Informan dalam penelitian ini adalah buruh wanita (menikah, memiliki status keluarga utuh dan memiliki anak usia 0-18 tahun), suami, saudara, orang tua atau mertua yang tinggal berdekatan maupun dalam satu rumah. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Dusun Sukosari desa Blambangan, Kecamatan MuncarKabupaten Banyuwangi. Sebagai subjek penelitian adalah Buruh wanita PT. Blambangan FoodPackers Indonesia. PT. Blambangan FoodPackers Indonesia memiliki jumlah buruh yang didominasi oleh wanita sebagai pekerjanya terdiri dari buruh bulanan tetap, buruh harian tetap, buruh musiman dan borongan. 4.2 Latar Belakang Wanita Bekerja Menjadi Buruh Pabrik Penelitian ini mengambil 4 keluarga sebagai informan yakni Keluarga Ana Erwana (32 th.), Reza Kumamik (43 th.), Alfiatin (33 th.) dan Sumiarsih (39 th.). Terdapat dua faktor yang menyeabkan wanita bekerja sebagai buruh pabrik di PT. Blambangan FoodPackers Indonesia yakni faktor internal dan eksternal. 1. Faktor Internal: Membantu kebutuhan perekonomian keluarga dan rasa kepuasan diri
2. Faktor Eksternal: Peluang Kerja dan stigma wanita mandiri dari lingkungan. 4.3 Pola Pengasuhan Anak pada Keluarga Wanita Buruh Pabrik PT. Blambangan FoodPackers Indonesia. 4.3.1. Struktur dan Fungsi Buruh Wanita dalam Keluarga.
Tabel diatas menjelaskan bentuk keluarga dari wanita buruh pabrik yakni patrilokal. Patrilokal merupakan bentuk keluarga berdasarkan tempat tinggal bersama dengan keluarga pihak laki-laki atau dekat dengan keluarga pihak laki-laki. 1. Adaptasi: menyesuaikan diri dengan lingkungan. Membagi waktu antara bekerja dan mengasuh anak tersebut merupakan bentuk dari upaya penyesuaian diri wanita buruh pabrik. Intensitas pertemuan yang kurang optimal menjadikan wanita buruh pabrik hanya meluangkan waktu bersama pada saat hari libur. Hal itu dilakukan untuk menjalin keakraban dan komunikasi yang baik dengan anak 2. Pencapaian tujuan: dijalankan oleh sub sistem ekonomi. Masyarakat jawa mengartikan kata ‘Wanita’ atau ‘Wanito’ sebagai ‘Wani’ ‘di
Toto’, maksunya wani (berani) di toto (ditata). Ada dua makna yang tersirat, pertama wanita menjadi objek yang atur oleh laki-laki, yang kedua wanita yang berarti menata seluruh kegiatan rumah tangga. Apabila dikaitkan dengan pencapaian tujuan dalam keluarga maka wanita merupakan individu yang berani menata dan memelihara keuangan dalam rumah tangga. 3. Integrasi: dijalankan sub sistem hukum dan agama. Buruh wanita mewajibkan anak-anaknya utuk mengikuti kegiatan mengaji setiap sore. Pengontrolan dilakukan secara kerjasama dengan mertua untuk mengawasi kegiatan anak pada aktivitas mengaji apabila buruh wanita belum pulang dari tempat bekerja. Hal tersebut merupakan bentuk integrasi yang dilakukan wanita buruh pabrik dengan mertua yakni saling mendukung, mengingatkan dan mengerti satu sama lain 4. Mempertahankan Pola: hubungan sosial yang dipertahankan melalui aturan dan nilai. Keluarga Ana Erwana, Reza Kumamik dan Alfiatin memperkenalkan anak pada budaya dengan memasukkan anak pada sanggar Singo Sobo Banyuwangi. . Pengenalan pada budaya juga merupakan bentuk dari mempertahankan pola, sehingga anak lebih mengenal dan mencintai budaya yang dimiliki. 4.3.2. Pelibatan Keluarga Buruh Wanita dalam Pola Pengasuhan Anak. 1.Keluarga Reza Kumamik mengasuh anaknya sendiri karena anak (Nopiko 16 tahun) tersebut dianggap sudah dewasa. 2.Keluarga Ana Erwana menitipkan anak pada mertua yakni Sumini (78 th.) dan Meserat (54 th.) dengan menerapkan pola pengasuhan secara permisif. 3.Keluarga Alfiatin menitipkan anak pada mertua yakni Semi (74 th.) dan Supriyanto (70 th.) dengan menerapkan pola pengasuhan permisif. 4.Keluarga Sumiarsih menitipkan anak pada adik dari suami yakni Nana (25 th.) dengan pola pengasuhan yang demokratis.
4.3.3. Penerapan Pola Pengasuhan dan Pendidikan pada Anak Keluarga Buruh Wanita. 1.Penerapan melalui Pembiasaan Keluarga Ana Erwana dan Alfiatin membiasakan anak untuk rajin sholat dan belajar setiap sore. Hal yang sama dilakukan oleh keluarga Sumiarsih dan Reza Kumamik dimana mewajibkan untuk sholat namun tidak memaksa anak untuk belajar rutin setiap sore.
dilakukan oleh keluarga buruh wanita PT. Blambangan FoodPackers Indonesia. Pola pengasuhan anak cenderung pada sikap autoritatif, dimana orang tua mengajarkan anak untuk bersikap lebih bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukan oleh anak. Hal tersebut merupakan bentuk pengajaran secara informal didalam rumah dengan segala peraturan-peraturan yang dibuat untukdipatuhi supaya anak lebih disiplin dan bukan untuk mengekang anak.
2.Penerapan melalui Keteladanan. Keteladanan diwujudkan keluarga Ana Erwana dan Alfiatin dengan mengajak anaknya untuk sholat secara bersama-sama. Memberikan keteladanan yang baik juga dilakukan Keluarga Ana Erwana, Reza Kumamik, Alfiatin dan Sumiarsih yakni dengan mengajarkan anaknya untuk tidak berbicara kasar pada orang yang lebih tua melalui contoh menghormati kakek dan nenek sebagai pengasuh sementara. 3.Penerapan melalui Nasihat Nasihat merupakan bentuk upaya memberikan pemahama bagi anak untuk mampu menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. Wanita buruh pabrik tidak setiap waktu dapat menjaga anak sehingga butuh peran keluarga untuk mengasuh anak, sehingga anak juga harus diberikan pengertian agar bersikap baik selama dirumah keluarga yang mengasuh 4.Penerapan melalui Pemberian Penghargaan dan Hukuman Bentuk penghukuman dilakukan keluarga Alfiatin dengan tidak membiarkan anak menonton televisi sebelum belajar. Sebagai contoh apabila anak mendapatkan peringkat di kelas maka orang tua membelikan tas baru atau sepeda baru, namun tidak selalu harus memberikan penghargaan jika anak berprestasi. Cukup dengan memberikan ucapan selamat merupakan bentuk penghargaan orang tua ada anak. hal tersebut untuk meminimalisir tindakan anak yang selalu meminta upah atas tindakan yang dilakukannya. Penerapan pola pengasuhan anak yang sejauh ini peneliti lakukan tidak dijumpai sikap memanjakan secara berlebihan yang
4.4 Perbedaan Penerapan Pola Pengasuhan Anak pada Keluarga Buruh Wanita. Buruh wanita PT. Blambangan FoodPackers Indonesia secara keseluruhan menerapkan pola pengasuhan autoritatif atau demokratis. Dimana tidak adanya bentuk pemaksaan, penelantaran atau pengabaian pada anak. Kesamaan pola pengasuhan anak bukan berarti tidak menimbulkan perbedaan dalam mendidik anak. Adanya perbedaan pola pengasuhan anak jelas berkaitan dengan usia anak serta latarbelakang keluarga masing-masing pekerja. Perbedaan pola pengasuhan anak terkait dengan rentan usia yang berbeda pada masing-masing anak, dimana usia 4 sampai 10 tahun diberikan pendidikan melalui pembiasaan, keteladanan, nasihat, dan
pemberian hukuman. Berbeda dengan usia anak 16 tahun lebih cenderung diberikan pola pengasuhan melalui pemberian nasihat serta penghargaan dan pemberian hukuman. Hukuman yang dimaksud bukan melalui hukuman secara fisik maupun mental, akan tetapi hukuman yang diterapkan adalah tindakan konsekuensi yang harus ditanggung oleh anak. Perbedaan pola pengasuhan anak juga terjadi pada pola asuh yang diterapkan kakek dan nenek. Dimana kakek dan nenek menerapkan pola pengasuhan secara permisif atau memanjakan dengan memperlakukan anak-anak dan memberikan perhatian secara berlebihan. Perhatian yang berlebihan tersebut sangat bertolak belakang dengan pola pengasuhan yang dilakukan orang tua anak-anak tersebut. Berikut bagan mengenai perbedaan tentang pola pengasuhan anak.
Perbedaan Pola Pengasuhan Anak Orang Tua
KakekNenek
Autoritati f
Permisif anak
4.5 Komitmen Perusahaan dalam Mendukung Eksistensi Buruh wanita PT. Blambangan FoodPackers Indonesia sebagai Ibu. PT. Blambangan FoodPackers Indonesia telah mengupayakan komitmen dengan memperhatikan hak-hak dasar pekerja. Perusahaan PT. Blambangan FoodPackers Indonesia telah menjalankan UndangUndang Dasar tentang ketenagakerjaan wanita yakni dengan memberikan upah atau gaji sesuai yang telah disepakati, dan memberikan tambahan upah atau gaji apabila melaksanakan kegiatan lembur kerja. Sebagian besar karyawan adalah wanita, sehingga perusahaan memberikan cuti kehamilan menjelang persalinan, tunjungan biaya kelahiran dan memberikan tunjangan
kesehatan bagi suami serta anak dari wanita buruh pabrik. Perusahaan juga memberikan kelonggaran khusus bagi wanita buruh pabrik yang masih menyusui dapat meminta ijin untuk menyususi. Dengan ketentuan meminta ijin terlebih dahulu pada saat jam istirahat berlangsung. 5. Simpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang berjudul “Pola Pengasuhan Anak pada Keluarga Buruh Wanita PT. Blambangan FoodPackers Indonesia Perspektif Struktural Fungsional” maka dapat disimpulkan bahwa pola pengasuhan anak yang diterapkan oleh wanita buruh pabrik PT. Blambangan FoodPackers Indonesia adalah pola pengasuhan autoritatif. Bentuk pola pengasuhan autoritatif yakni seperti memberikan peraturan-peraturan wajib sholat, wajib belajar dan membebaskan anak memilih pilihannya namun harus dengan rasa tanggungjawabnya. Peraturan tersebut bukan untuk mengekang, akan tetapi mengajarkan pada anak untuk bersikap disiplin. Wanita buruh pabrik PT. Blambangan FoodPackers Indonesia juga menerapkan bentuk pola pendidikan non-formal melalui pendidikan pembiasaan, pendidikan dengan keteladanan, pendidikan melalui nasihat dan dialog serta pendidikan melalui pemberian penghargaan dan hukuman pada anak. Wanita buruh pabrik PT. Blambangan FoodPackers Indonesia mengalihkan pola pengasuhan sementara kepada keluarga lainnya seperti kakek-nenek dan bibi. Hal tersebut merupakan bagian dari pengaturan strategi untuk dapat melakukan aktivitas lain yakni bekerja sebagai buruh. Adapun latar belakang wanita bekerja sebagai buruh pabrik adalah membantu kebutuhan perekonomian keluarga, kepuasan diri, peluang kerja, dan stigma wanita mandiri dari masyarakat. Kegiatan pola pengasuhan anak akan dilakukan wanita buruh pabrik sebelum berangkat bekerja dan setelah pulang dari tempat bekerja. Pola pengasuhan yang diterapkan oleh wanita buruh pabrik PT. Blambangan FoodPackers Indonesia dengan kakek dan nenek sangat berbeda. Jelas disebutkan diatas bahwa wanita buruh pabrik mengedepankan pola pengasuhan anak secara autoritatif. Berbeda dengan pola
pengasuhan yang dilakukan kakek dan nenek yang cenderung mengarah pada pola pengasuhan anak secara permisif. Permisif merupakan bentuk sikap memanjakan anak secara berlebihan, sehingga anak tidak diajarkan untuk bertanggungjawab. 6.
Ghony M.Djunaidi dan Almanshur, Fauzan. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Ar-ruzz Media. Hartono,
Sunaryati. (2000). Ratifikasi Konfensi Perserikatan BangsaBangsa: Penghapusan segala bentuk Diskriminasi terhadap Wanita dan Undang-Undang Hak Asasi Manusia. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Hayati,
Latifatu; Puspita, Herien & Simanjuntak, Megawati. (2012). Kontribusi Ekonomi Dan Peran Ganda Perempuan Serta Pengaruhnya Terhadap Kesejahteraan Subjektif. Institut Pertanian Bogor (IPB). Vol.5, No. 17, http://ikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/ji kk/v5n1_2.pdf diakses pada 11 Desember 2013.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Masruhah Mansur. (1992). Wanita dalam Percakapan Antar Agama. Yogyakarta : LKPSM NU DIY. Ariswandha, Yuska Mahendra. (2013). “Pola Asuh Orang Tua pada Keluarga Nelayan di Dusun Karanganom Kelurahan Karangrejo Kabupaten Banyuwangi”. Skripsi. Jember. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Jember. Badan Pusat Statistik. (2013). Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi. http://banyuwangikab.bps.go.id/ind ex.php?hal=tabel&id=4. Diakses pada 24 November 2014. Bungin, Burhan. (2012). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Kementrian Sosial Republik Indonesia. (2011). Panduan Umum Program Kesejahteraan Sosial Anak. http://www.pksa-kemensos.com/wp content/uploads/2011/01/Pedoman _PKSA_2011.pdf). Diakses pada tanggal 2 Agustus 2015
Creswell, John W. (2012). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Muthali’in, Achmad. (2001). Bias Gender dalam Pendidikan. Surakarta. Muhammadiyah University Press 2001.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Nisak, Khaeratun Nanik. (2013). “Pola Asuh Orang Tua dalam Menanamkan Kedisiplinan (Studi Kasus Pada Keluarga Buruh Pabrik di Kelurahan Patemon Kecamatan Gunungpati Kota Semarang). Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Semarang.
Endraswara, Suwardi. (2010). Falsafah Hidup Jawa: Menggali Mutiara Kebijakan dari Intisari Filsafat Kejawen. Yogyakarta : Cakrawala. Evan,
Sara M. (1994). Lahir Untuk Kebebasan: Sejarah Perempuan Amerika. Diterjemahkan Oleh: Sri Kusdyantinah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. (2015). Peta Kabupaten Banyuwangi. banyuwangikab.go.id/profil/peta.ht ml. Diakses pada 26 Pebruari 2015.
Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan. Redaksi New Merah putih. (2009). Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974. Yogyakarta : New Merah Putih.
Setiadi, Elly M., dan Kolip, Lisman. (2011). Pengantar Sosiologi, Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial : Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta : Kencana
Puspitawati, Herien. (2009). “Mata Kuliah Pengantar Ilmu Keluarga: Teori Struktural Fungsional dan Aplikasinya dalam Kehidupan Keluarga”. Bogor: Perpustakaan IKK FEMA-IPB
Setiyono & Satmoko Yudo. (2008). Potensi Pencemaran dari Limbah Cair Industri Pengolahan Ikan di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Vol. 4, No. 2. Diakses pada tanggal 17 Desember 2013 dari digilib.bppt/ejournal/index.php/JAI/a rticle…/297
Ritzer, George & Goodman, J. Douglas. (2010). Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah, (2010). Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Malang: CV. ANDI OFFSET Saptari, Ratna. (1997). Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial: Sebuah Pengantar Studi Perempuan. Jakarta : PT. Pustaka Utama Grafiti
Silalahi, Karlinawati dan Meinarno, Eko A. (2010). Keluarga Indonesia:Aspek dan Dinamika Zaman. Jakarta: PT Grasindo Persada. Sugiyono.
(2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta
Widiastuti, AA. Istri Putera. (2010). “Pola Pengasuhan Anak pada Panti Asuhan Dharma Jati II di Desa Penatih, Denpasar”. Skripsi. Denpasar: Fakultas Sastra. Universitas Udayana.