IMPLEMENTASI MODEL HOMESCHOOLING DI KOMUNITAS SEKOLAH RUMAH PELANGI CIPUTAT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruaan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Serjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh : MOH FAUZI IBRAHIM NIM : 104018200621
JURUSAN KI-MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
LEMBARAN PENGESAHAAN PEMBIMBING SKRIPSI
IMPLEMENTASI MODEL HOMESCHOOLING DI KOMUNITAS SEKOLAH RUMAH PELANGI CIPUTAT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruaan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Serjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh MOH FAUZI IBRAHIM 104018200621
Dibawah Bimbingan
Dr. Faridal Arkam, M.Pd NIP. 195003071979031004
PROGRAM STUDI MANJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Implementasi Model Homeschooling di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat“ telah diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada hari Kamis, Tanggal 24 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan. Jakarta, 24 Juni 2010 Panitia Ujian Munaqasah Tanggal dan Tanda Tangan Ketua Jurusan/ Ka. Prodi KI-MP Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil NIP. I9560530 198503 1 002
(………..…...……) (….….………….)
Ketua Prodi Manajemen Pendidikan Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd NIP. 19650717 199403 1 003
(……………..…...) (………..……….)
Penguji I (……………..…...) (….……………..)
Akbar Zainudin, MM NIP. Penguji II Bahrissalim, M.Ag NIP. 196803071998031002
(………..…...……) (….….………….)
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP.19571005 198703 1 003
ABSTRAKSI Moh Fauzi Ibrahim, 2010. Implementasi Model Homeschooling di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat. Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing : Dr. Faridal Arkam, M.Pd. Homeschooling adalah suatu proses pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga sendiri terhadap anggota keluarganya yang masih usia sekolah, dengan memilih model/kurikulum yang sesuai dengan gaya belajar anak. Sehingga motivasi belajar pun memegang peranan penting dalam memberikan gairah dan semangat belajarnya. Rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi: Pertama: Bagaimana implementasi model homeschooling di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat?. Kedua: Apakah faktor penunjang pada implementasi model homeschooling?. Ketiga: Apakah faktor penghambat pada implementasi model homeschooling? Keempat: Bagaimanakah upaya untuk mengatasi hambatan pada implementasi model homeschooling di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat?. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dalam bentuk studi kasus. Data diperoleh dari Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan. Sedangkan Pengumpulan data diperoleh dengan metode wawancara, observasi. dan dokumentasi. Instrumennya yaitu peneliti sendiri dan pedoman pengumpulan data. Keabsahan data dengan perpanjangan keikutsertaan peneliti, dan ketekunan pengamatan. Analisis data dalam penelitian ini berproses secara induksiinterpretasi-konseptualisasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat telah mengimplementasikan Model Homeschool Montessori (unit pembelajaran/unit studies), Model Homeschool Charlotte Mason. dan jenis Homeschooling Komunitas tanpa melupakan minat dan kebutuhan anak seusianya, sehingga anak pun dapat termotivasi belajarnya. Adapun faktor penunjang : Fasilitas belajar mengajar yang lebih baik dan ruang gerak sosialisasi anak semakin luas, Adanya kebutuhan yang sama antara orang tua (pengajar) dan anak untuk membuat struktur yang lebih lengkap dalam meyelenggarakan aktivitas pendidikan, Orang tua (pengajar) akan lebih banyak mendapatkan dukungan karena masing-masing dapat mengambil tanggung jawab dalam skala yang lebih besar, Anak bisa belajar dari sumber manapun yang dapat dipelajarinya. Sedangkan Faktor penghambatnya: Memerlukan kerjasama dan fleksibilitas untuk menyesuaikan jadwal, suasana, dan fasilitasnya, Anak dengan keahlian/berkebutuhan khusus harus bisa menyesuaikan dengan lingkungan dan menerima perbedaan lainnya sebagai proses pembentukan jati diri, Anggapan sepele dari masyarakat. Upaya mengatasi hambatan; Memberikan fasilitas sebagai penunjang belajar anak, Melakukan kreasi baru untuk membangkitkan semangat dan motivasi belajar anak, Memperhatikan faktor internal dan eksternal anak dengan tetap bangkitkan motivasi belajar anak tanpa terganggu dengan status pilihan belajarnya
KATA KUNCI : Model Homeschooling, Motivasi Belajar
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT. Sholawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang diutusNya untuk memberi petunjuk kepada umat manusia ke jalan yang lurus, penyebar kedamaian dan ketentraman ke seluruh pelosok negeri. dan kepada seluruh keluarganya serta para sahabatnya yang setia mengikutinya. Sebagian dari manusia diciptakan dengan keunggulan intelektual dan mereka biasa disebut sebagai manusia cerdas. Keberadaan kelompok manusia cerdas adalah suatu potensi sumber daya manusia yang dapat membawa perbaikan di segala relung kehidupan. Namun, mereka juga akan dapat membawa kehancuran apabila menyalahgunakan kecerdasannya tersebut. Di sinilah tugas para pendidik untuk mengantisipasi segala kemungkinan negatif yang akan muncul dan untuk terus menggali dan memperhatikan keseimbangan Manusia dan pendidikannya. Uraian tersebut di atas merupakan suatu dorongan pribadi penulis untuk menyusun skripsi dengan judul Implementasi Model Homeschooling di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan. Sebagai manusia, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai pihak yang secara tulus ikhlas memberikan bantuannya secara moril maupun materiil, dimungkinkan skripsi ini tidak akan bisa selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Drs. Rusydi Zakariya, MA., Ketua Jurusan Kependidikan Islam, Bapak Drs. Muarif SAM, M.Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan,
Bapak Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd., Dosen penasehat akademik dan para dosen yang telah mentransformasikan ilmunya kepada penulis sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. 3. Bapak Dr. Faridal Arkam, M.Pd., Dosen pembimbing skripsi yang dengan tulus ikhlas dan Sabar telah meluangkan waktu yang berharga untuk memberikan bimbingan, bantuan serta motivasinya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Erlina, SPd, Pimpinan Komunitas Homeschooling Pelangi Ciputat, yang telah sudi kiranya menerima penulis dengan baik dan terbuka dalam melakukan penelitian di lembaganya, sehingga penulis dapat dengan mudah memperoleh data-data yang dapat mendukung penulisan skripsi ini. 5. Ayahanda tercinta H. Isbai (Ibrahim) dan Ibunda Hj. Wanon (Fatimatuz Zahro),yang merupakan sumber kehidupan saya, pembimbing pertama dan utama hidup saya, pendidik saya yang telah membesarkan dan mendidik saya untuk bersikap terbuka, berani dan bijaksana dalam menghadapi hidup ini. yang mempunyai peran penting dan tak terhingga, sehingga rasanya ucapan terima kasih ini tidak cukup menggambarkan wujud penghargaan saya ini. serta Kepada Adik-adikku (Mu’tiqah, Asmani dan Ni’matul Imanah), yang memberikan keceriaan dan semangat dalam hidup: dengan cinta kita, canda kita, tangis kita dan harapan-harapan kita. 6. Sahabat-sahabatku yang senantiasa berjalan dalam irama perjuangan bersamasama yang bermarkas di MABES NKRI. Shalihin Mudjiono (Joni) sang Pemburu Mimpi, Dai Mu’min yang selalu istiqamah pergi ke Mushalla, Rudi Purwanto (Pa’le’) manusia imajiner sejati yang kesehariannya selalu berimajinasi dalam keoptimisan hidupnya, Kamal Basya sang demonstran kondang, Achmad Romdhoni yang paling betah menghuni kamar mandi, dan Shalihin Kacong sang komandan pasukan khusus NKRI. Semoga ikatan persahabatan dan Persaudaraan kita abadi selalu. 7. Ade’qu Dina Murdliah yang senantiasa memberikan spirit hidup dan menjadi teman setia, baik suka maupun duka. Sungguh sangat saya banggakan dan saya sayangi. Semoga ikatan ini barokah dan diridlo’i oleh Allah SWT.
8. Teman-teman KI-Manajemen Pendidikan angkatan 2004-2005 khususnya kelas A. M. Amin Nasrullah, Ridwan Munandar, Sulaiman, Edy Sudrajad, Dede Kurnia R., Achmad Zahruddin, Jamal Ripani, Robi Amin, Mukhyar Hardi, Budi Ikhsanudin, Rustana, Sukhro W., Siti Farhanah, Nur Fajriyah, Mulyani, Laily Wulandari, Eva, Pupuy, Evi, Lala, Juju, Murni D. Bunda Sinta, Yusmiati, Tati, Memah, Widiah, Shofa, dan Astri. Semoga kekompakan kita tetap terjaga dan terpelihara selama-lamanya. Untuk mereka penulis berharap, semoga Allah selalu memberikan kasih sayangNya berupa kesehatan, kebahagiaan, keluasan ilmu dan ketaqwaan yang semakin mendalam. Dan untuk hasil karya yang belum sempurna ini, penulis berharap semoga tidak menjadi kesia-siaan, tetapi dapat memberi manfaat kepada dunia pendidikan di Indonesia. Amin.
Jakarta, 08 Juni 2010 Penulis
Moh Fauzi Ibrahim
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................. 8 C. Pembatasan Masalah ................................................................ 8 D. Perumusan Masalah ................................................................. 8 E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 9 F. Manfaat Penelitian ................................................................... 9 BAB II : KAJIAN TEORI ......................................................................... 10 A. Pendidikan Luar Sekolah ......................................................... 11 1. Karakteristik pendidikan luar sekolah ............................... 12 B. Homeschooling ........................................................................ 14 1. Pengertian Homeschooling ................................................ 14 2. Sejarah Adanya Homeschooling ....................................... 18 3. Homeschooling di Indonesia ............................................. 19 4. Faktor-Faktor Pemicu dan Pendukung Homechooling ..... 23 5. Jenis-jenis Homeschooling ................................................. 24 6. Manfaat dan Keunggulan Homeschooling ......................... 26 7. Kiat-kiat melaksanakan Homeschooling ........................... 28 8. Tujuan Homeschooling ...................................................... 29 9. Model Homeschooling ....................................................... 30 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 35 A. Metode Penelitian ................................................................... 35 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 36
iv
C. Variable Penelitian ................................................................... 36 D. Sumber Data ............................................................................ 37 E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 37 F. Teknik pengolahan Data dan Analisa Data .............................. 40 BAB IV : HASIL PENELITIAN ................................................................ 42 A. LATAR BELAKANG OBJEK PENELITIAN .................. 42 1. Gambaran Umum Komunitas Homeschooling Pelangi ..... 42 2. Visi dan Misi ...................................................................... 45 3. Keadaan Guru/Pembimbing ............................................... 45 4. Program kerja Komunitas ................................................. 46 5. Fasilitas dan Sarana Pembelajaran ..................................... 47 6. Kegiatan Ekstra Kulikuler ................................................. 47 7. Program Unggulan ............................................................ 48 8. Prestasi Komunitas ............................................................ 48 B. PAPARAN DATA HASIL PENELITIAN .......................... 49 1. Implementasi Model Homeschooling ................................ 49` a. Model jan Jenis Homeschooling yang diterapkan........ 51 b. Tujuan Melaksanakan Model Homeschooling ............. 55 c. Kurikulum dan Materi Pembelajaran yang diterapkan 57 d. Model Pembelajaran Homeschooling ......................... 60 e. Sistem Evaluasi Implementasi Model Homeschooling 61 f. Faktor
Penunjang
Dalam
Implementasi
Model
Homeschooling ............................................................ 68 g. Faktor Penghambat Dalam Implementasi Model Homeschooling ............................................................ 73 h. Upaya Mengatasi Hambatan Pada Implementasi Model Homeschooling ................................................. 75
v
C. PEMBAHASAN .................................................................... 78 1. Implementasi Model Homeschooling ................................ 80 a. Model jan Jenis Homeschooling yang diterapkan ....... 80 b. Tujuan Melaksanakan Model Homeschooling............. 81 c. Kurikulum dan Materi Pembelajaran yang diterapkan 82 d. Model Pembelajaran .................................................... 83 e. Sistem Evaluasi Implementasi Model Homeschooling 84 f. Faktor
Penunjang
Dalam
Implementasi
Model
Homeschooling ............................................................ 84 g. Faktor Penghambat Dalam Implementasi Model Homeschooling ............................................................ 88 h. Upaya Mengatasi Hambatan Pada Implementasi Model Homeschooling ................................................. 89 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 93 B. Saran......................................................................................... 95 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 96 LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jumlah Siswa-Siswi Tingkat SD Tahun Ajaran 2009-2010 ................. 61 Tabel 2 : Jumlah Siswa-Siswi Tingkat SMP Tahun Ajaran 2009-2010 .............. 61 Tabel 3 : Jumlah Siswa -Siswi Tingkat SMA Tahun Ajaran 2009-2010............. 61 Tabel 4 : Data Komunitas Sekolah Rumah Pelangi ............................................. 62 Tabel 5 : Data Guru Komunitas Sekolah Rumah Pelangi 2009/2010 ................. 63 Tabel 6 : Keadaan Sarana dan Prasarana ............................................................. 65
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Kegiatan Ekstra Kulikuler ................................................................. 66
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di abad ini, tantangan yang amat besar yang harus kita hadapi adalah globalisasi yang sedang melanda, maka haruslah ada minimal satu kesatuan pendidikan yang bertaraf internasional yang setara dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) hingga muncullah sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, melalui proses pendidikan. Demokratisasi
penyelenggaraan
pendidikan
harus
mendorong
pemberdayaan masyarakat dengan memperluas partisipasi masyarakat dalam pendidikan dengan meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi
profesi
dan
organisasi
masyarakat
dalam
penyelenggaraan
pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Sebab pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Peran pemerintah adalah dengan membentuk suatu badan hukum pendidikan sehingga semua penyelenggara pendidikan dan
atau satuan
pendidikan formal baik yang didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat harus berbentuk badan hukum pendidikan. Badan hukum pendidikan yang dimaksud akan berfungsi memberikan pelayanan kepada peserta didik Masyarakat tersebut dapat berperan sebagai sumber, pelaksana, pengguna hasil pendidikan. Sedangkan pada keluarga berperan sebagai tempat untuk memperoleh pendidikan yang utama serta pembentukan awal dari keperibadian
1
2
(karakter) dan pola belajar anak, maka pentingnya pendidikan keluarga itu diperoleh sebelum pendidikan yang lain. Hal ini tergambar dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional yaitu bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kemajuan bidang pendidikan mencapai puncaknya dengan timbulnya konsepsi pendidikan baru yang berbeda dengan konsep pendidikan yang sudah ada dan telah lama berlangsung. Dalam konsepsi tersebut diketengahkan tentang pendidikan luar sekolah yang merupakan sistem baru dalam dunia pendidikan. Sesuai dengan paradigma baru dalam UU sisdiknas pasal 13 yang disahkan oleh DPR-RI tanggal 11 Juni 2003 yaitu perubahan mendasar mengenai jalur pendidikan yaitu mengubah jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah menjadi 3 jalur, yaitu jalur pendidikan formal, non formal dan informal1 Yang berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi dalam abad ini dengan bentuk isi dan penyelenggaraan program pendidikan yang beraneka ragam dari tingkat sederhana samapai tingkat yang kompleks. Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan tersebut dapat dimaklumi oleh karena: a. Adanya penemuan-penemuan baru dalam dunia pendidikan b. Institusi-institusi penyelenggaraan pendidikan yang demikian efektif dan efisien. c. Pengaruh berbagai faktor yang menunjang proses pendidikan 2 Sedangkan dalam asas pendidikan yang selama ini sebagai titik tolak bagi penyelenggara pendidikan, yaitu asas pendidikan yang dikenal dengan istilah “long life education” atau pendidikan seumur hidup
1 UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 2 Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 1
3
Dari 3 jalur (formal, non formal dan informal) tersebut memang dianut dalam sistem pendidikan nasional sebelum berlakunya UU No 2 tahun 1989. Akan tetapi terdapat berbagai faktor yang pada hakekatnya pendidikan formal kurang bisa memenuhi, sehingga perlu mengadakan jenis kegiatan pendidikan lain yang disebut pendidikan informal dan non formal. Faktor-faktor tersebut meliputi: a.
Kemajuan teknologi yang antara lain membuat usangnya hasil penemuan masa lampau, sekaligus dengan itu membuka perspektif-perspektif baru.
b.
Lahirnya persoalan-persoalan baru terhadap apa orang harus belajar tentang bagaimana menghadapinya, soal-soal mana tidak dapat diserahkan hanya kepada lembaga pendidikan formal.
c.
Keinginan untuk maju, untuk belajar yang kian meningkat, mereka yang ingin menambah atau memperbaiki pengetahuan serta kecakapannya.
d.
Perkembangan alat-alat komunikasi yang memperluas kemungkinan untuk mengikuti pendidikan apa tanpa datang kesekolah atau memperluas kemungkinan untuk menyajikan program pendidikan secara sistematis tanpa mengumpulkan orang yang bersangkutan dalam suatu tempat yang sama.
e.
Terbentuknya macam-macam organisasi sosial yang menambah medan pendidikan serta kebutuhan akan penyelenggaraan pendidikan informal dan non formal yaitu karena keluarga dan organisasi-organisasi tersebut banyak yang ingin menambah pengetahuan serta keterampilan anggotanya lewat forum pendidikan dalam keluarga/organisasi yang dapat diandalkan.3 Maka para orang tua yang tidak puas dengan sistem pendidikan yang
diterapkan sekolah akhirnya mencari alternative di luar sekolah formal. Salah satu metode ataupun model pendidikan yang sudah banyak diterapkan diluar negeri dan mulai banyak dilirik para orang tua di Indonesia adalah homeschooling. Dari sinilah perlu adanya pertanyaan yang mendasar, yaitu mengapa perlunya homeschooling, setiap orang tua pasti menginginkan anaknya dapat berkembang optimal dan merasa nyaman melalui masa pendidikannya, namun pada kenyataannya ada orang tua merasa lembaga pendidikan yang ada tak lagi 3 Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar …, h. 69-70
4
dapat memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Jika orang tua dihadapkan pada situasi itu, Maka homeschooling dapat menjadi salah satu pilihan bagi keluarga untuk mendidik anaknya sendiri di rumah. Karena model pendidikan homeschooling memugkinkan anak memperoleh kurikulum spesifik dan teknik mengajar yang sesuai dengan kebutuhan anak”. Homeschooling juga dapat menjadi jawaban pilihan program pendidikan yang fleksibel dan sesuai dengan minat pendidikan anak Adapun homeschooling termasuk sistem pendidikan yang disebut pendidikan informal. Pendidikan ini sama sekali tidak terorganisasi secara struktural, tidak mengenal adanya kredensial, lebih merupakan hasil pengalaman belajar individu mandiri dan pendidikannya tidak terjadi di dalam medan interaksi belajar-mengajar buatan sebagaimana pada pendidikan formal dan non formal. Contoh konkritnya seperti pendidikan yang terjadi sebagai sebab akibat wajar dari fungsi keluarga, media massa, acara-acara keagamaan, pertunjukan-pertunjukan seni atau hiburan, kampanye-kampanye, partisipan dalam kelompok-kelompok organisasi. Homeschooling
merupakan
pendidikan
berbasis
rumah
yang
memungkinkan anak berkembang sesuai dengan potensi diri mereka masingmasing. Dr. Howard Gadner seorang peneliti di Harvard University dengan bukunya fremes of Mind, sudah menyempaikan teorinya tentang multiple intelligence atau kecerdasan majmuk. Ada 8 kecerdasan yang kemungkinan akan bertambah karena beliau terus membuat kajian dan penelitian secara intensif : a. Kecerdasan Linguistik, kemampuan untuk menggunakan kata-kata baik secara lisan maupun tertulis, seperti yang dilakukan para presenter, aktor, sastrawan, jurnalis dan lain-lain. b. Kecerdasan metematis-logis, kemampuan menggunakan angka dan penalaran secara logis, seperti yang dilakukan para akuntan, ahli matematika, ilmuwan, peneliti, programmer dan lain-lain. c. Kecerdasan Spasial, kemampuan membuat visualisasi secara akurat bentuk bangunan, ruang dan warna, seperti pematung, arsitek, pilot dan lain-lain.
5
d. Kecerdasan Kinetetis, kemahiran dalam menggunakan anggota tubuh, seperti para penari, para atlet, actor dan lain-lain. e. Kecerdasan musical, kemampuan yang berhubungan dengan bunyi nada atau suara, seperti para pemusik, penyanyi, pencipta lagu dan lain-lain. f. Kecerdasan interpersonal, kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain seperti para negosiator, politikus, diplomat, tenaga pemasaran dan lain-lain. g. Kecerdasan intrapersonal, kemampuan untuk memahami diri sendiri sebagaimana para konsultan, psikolog, rohaniawan, pendidik dan lain-lain. h. Kecerdasan Naturalis dan lain-lain. 4 Teori Multiple Intelligence atau kecerdasan majmuk telah membuka mata kita bahwa ada begitu banyak cara untuk membuat anak-anak memahami suatu materi pelajaran. Kita harus menyadari bahwa anak-anak ini mungkin bisa belajar dengan sangat baik dengan cara mereka sendiri. Pada umumnya pendidik, orang tua dan lain-lain. Hanya peduli pada kemampuan dalam arti yang paling tradisional dan akademis yaitu membaca, menulis, mengeja, IPA, IPS dan Matematika dalam bentuk buku pelajaran dan lembar latihan standar serta belajar dengan cara duduk manis didalam kelas dan mendengarkan guru berceramah. Pada hal ada begitu banyak potensi dalam diri anak yang tidak bisa dinilai hanya dengan cara-cara seperti itu. Hal inilah yang mendasari banyak orang tua untuk menghomeschooling anak-anak mereka. Homeschooling memberi banyak keluasan bagi anak untuk menikmati proses belajar tanpa harus merasa tertekan dengan beban-beban yang terkondisi oleh target kurikulum. Seorang homeschooler bisa saja hanya meluangkan beberapa menit mengerjakan lembar kerja matematika, tetapi bisa berbulan-bulan asyik meneliti satu spesies serangga. Hal ini tentu saja tidak mungkin terjadi di sekolah formal. Orang tuapun tidak harus menjadi orang yang tau segalanya untuk bisa menghomeschooling anaknnya, bahkan yang penting dalam homeschooling adalah sikap mental belajar kepada anak-anak sehingga mereka bisa belajar dengan cara mereka sendiri serta belajar apa saja dimana saja dan dari siapa saja. Hal-hal yang 4
Paul Subiyanto, Mendidik Dengan Hati, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004), h.39-40
6
sangat minim bisa dilakukan oleh siswa sekolah formal karena kesibukan mereka mengerjakan pekerjaan rumah, belajar untuk ulangan, les, dan sebagian yang belum mereka nikmati secara aktif dari dalam hati mereka. Bagi kebanyakan orang bersekolah di rumah masih di anggap aneh, sekolah itu harus formal disekolah. Namun, ada juga orang tua yang merasa lebih nyaman menerapkan homeschooling bagi anak-anaknya. Selain lebih aman, orang tua bisa lebih intensif membantu tumbuh kembang anak. Namun ada pula sejumlah orang tua yang tidak mau dipusingkan dengan urusan tersebut. Mereka merasa lebih nyaman menerapkan sistem belajar di rumah atau dengan istilah homeschooling, karena pada intinya pendidikan berasal dari rumah. Begitulah dasar pemikiran mereka. Sehingga homeschooling saat ini mulai menjadi salah satu pilihan orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Pilihan ini terutama disebabkan oleh adanya pandangan/pemikiran orang tua tentang kesesuaian bagi anak-anaknya. Bisa juga karena orang tua merasa lebih siap untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anaknya di rumah. Ini banyak dilakukan dikota-kota besar terutama oleh mereka yang pernah melakukannya ketika berada di luar negeri. Kegiatan belajar yang dialihkan dari sekolah ke rumah merupakan bentuk ketidak puasan orang tua terhadap sistem pendidikan formal yang ada. Para orang tua lantas memutuskan untuk membuat pendidikan alternatif bagi anak-anaknya. Mereka juga melihat belajar tidak menjadi sesuatu yag menyenangkan bagi anakanaknya. Malah seperti menjadi siksaan. Homeschooling dapat menjadi jawaban pilihan program pendidikan yang fleksibel dan sesuai dengan minat pendidikan anak. Proses Pembelajaran itu sangat komplek, yang melibatkan komponen internal dan eksternal. Dua komponen tersebut berproses dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Komponen internal terdiri atas tujuan, materi pelajaran, metode, media dan evaluasi. Sedangkan komponen eksternal mencakup guru, orang tua dan masyarakat sekeliling. Demikian pula seorang anak belajar karena didorong oleh kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan dan cita-cita. Kekuatan mental yang
7
mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengerahkan perilaku manusia, termasuk belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. Dalam hal ini setiap anak memiliki kebutuhan yang berlainan dalam hal minat dan perhatian, kemauan dan cita-citanya. Ada yang mau belajar jika telah dimotivasi untuk belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor penentu dalam pencapaian prestasi belajar. Anak yang memiliki motivasi belajar tinggi akan mudah diarahkan untuk mencapai prestasi belajar. Motivasi dapat dibangkitkan dari dalam diri anak (motivasi intrinsik) dan dapat pula dibangkitkan dari luar (motivasi ekstrinsik). Motivasi dalam diri anak akan tumbuh apabila anak tahu dan menyadari bahwa yang akan dipelajari bermakna atau bermanfaat. Ada dua potensi yang dapat membangkitkan motivasi belajar yang efektif, yaitu keingintahuan dan keyakinan anak akan kemampuan dirinya. Pada umumnya anak memiliki rasa ingin tahu dan memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya. Karena itu orang tua (pengajar) perlu harus dapat membangkitkan motivasi belajar anak. Sebab pendidikan selama ini hanya dilihat sebagai satu alat yang dapat mendidik anak dengan baik, sama halnya dengan seseorang berpakaian yang selalu berganti-ganti kadang merah, hitam serta putih. Oleh sebab itu dari terlaksananya sistem pendidikan homeschooling ini, diharapkan mampu dalam meningkatkan motivasi belajar anak yang sebagai subjek pada terlaksananya pendidikan. Dengan demikian motivasi belajar pun memegang peranan penting dalam memberikan gairah dan semangat dalam belajar, sehingga anak yang bermotivasi kuat memiliki energi yang banyak pula untuk melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan gambaran yang telah diuraikan di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan tersebut dengan judul “IMPLEMENTASI
MODEL
HOMESCHOOLING
SEKOLAH RUMAH PELANGI CIPUTAT”.
DI
KOMUNITAS
8
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka Identifikasi masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana implementasi model homeschooling ?
2.
Apakah faktor penunjang pada implementasi model homeschooling ?
3.
Apakah faktor penghambat pada implementasi model homeschooling ?
4.
Bagaimanakah upaya untuk mengatasi hambatan pada implementasi model homeschooling?
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka kami membatasi masalah dalam lingkup sebagai berikut : 1.
Implementasi model homeschooling yang dilaksanakan oleh Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat.
2.
Kurikulum, materi, metode, serta sistem evaluasi model homeschooling yang dilaksanakan oleh Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat.
3.
Faktor penunjang, penghambat dan upaya mengatasi hambatan dalam pelaksanaan model homeschooling yang dilaksanakan oleh Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat.
D. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah yang akan difokuskan pada penelitian ini adalah “Implementasi Model Homeschooling di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat”
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan, tujuan operasional yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui secara komprehensif implementasi model homeschooling di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat.
9
2.
Untuk mengetahui faktor penunjang pada implementasi model homeschooling di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat
3.
Untuk
mengetahui
faktor
penghambat
pada
implementasi
model
homeschooling di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat. 4.
Untuk mendeskripsikan upaya mengatasi hambatan pada implementasi model homeschooling di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat
F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1.
Sebagai
bahan
masukan
bagi
pihak
pelaksana
pendidikan
model
homeschooling agar menjadi dasar dalam proses mendidik anak. 2.
Sebagai
bahan
rujukan
bagi
para
peneliti
yang
meneliti
tentang
Homeschooling di Indonesia 3.
Bagi mentor atau pengajar, dapat memberikan masukan alternatif dalam mendidik anak homeschooling. Dan diharapkan dapat menyusun rencana pengajaran sehingga dapat mengembangkan potensi anak.
4.
Bagi anak, diharapkan dapat lebih
meningkatkan motivasi belajarnya
dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. 5.
Bagi penulis, dapat mengetahui implementasi model homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak dengan baik.
BAB II KAJIAN TEORI
A. PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH Kita menyadari bahwa Sumber Daya Manusia kita masih rendah, dan tentunya kita masih punya satu sikap yakni optimis untuk dapat mengangkat SDM tersebut. Salah satu pilar yang tidak mungkin terabaikan adalah melalui pendidikan, baik pendidikan formal, in formal maupun non formal atau lebih dikenal dengan pendidikan luar sekolah (PLS). Seperti kita ketahui, bahwa rendahnya SDM kita tidak terlepas dari rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, terutama pada usia sekolah. Rendahnya kualitas SDM tersebut disebabkan oleh banyak hal, misalnya ketidakmampuan anak usia sekolah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sebagai akibat dari kemiskinan yang melilit kehidupan keluarga, atau bisa saja disebabkan oleh angka putus sekolah, hal yang sama disebabkan oleh faktor ekonomi Oleh sebab itu, perlu menjadi perhatian pemerintah melalui semangat otonomi daerah adalah mengerakan program pendidikan non formal tersebut, karena UU Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara lugas dan tegas menyebutkan bahwa pendidikan non formal akan terus ditumbuhkembangkan dalam kerangka mewujudkan pendidikan berbasis masyarakat, dan pemerintah ikut bertanggungjawab kelangsungan pendidikan non formal sebagai upaya untuk menuntaskan wajib belajar 9 tahun 1
1
UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 Pasal 27 ayat 1 dan 2
10
11
Fungsi Pendidikan sebagai sarana alih Pengetahuan dapat ditinjau dari teori human capital “ Bahwa Pendidikan tidak lagi dipandang sebagai kebutuhan mewah lagi, melainkan sebagai kebutuhan pokok setiap individu, sehingga setiap orang membutuhkan pendidikan untuk mengantisipasi kemajuan pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern.” 2 Dalam kerangka perluasan dan pemerataan pendidikan untuk seluruh warga Indonesia, secara bertahap dan bergulir harus terus ditingkatkan jangkauan pelayanan serta peran serta masyarakat dan pemerintah daerah untuk menggali dan
memanfaatkan
seluruh
potensi
masyarakat
untuk
mendukung
penyelenggaraan pendidikan, tanpa terkecuali pendidikan melalui jalur non Formal dan in formal (pendidikan Luar Sekolah), Di dalam khazanah pendidikan luar sekolah selama ini sudah dikenal beberapa istilah yang erat sangkut-pautannya dengan Pendidikan Luar Sekolah, istilah-istilah yang dimaksud penting untuk dikenali dalam rangka membangun konsep, batasan atau pengertian Pendidikan Luar Sekolah. Istilah – istilah tersebut yaitu : a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Mass Education, Community Education, Fundamental Education, Extention Education, Community Development, Adult Education, Learning Society, Life Long Education, dan Formal, Non Formal and Informal Education. 3 Namun istilah yang sudah lama dikenal dan digunakan oleh masyarakat
secara luas di Indonesia adalah Pendidikan Non Formal dan In Formal. Di dalam pengembangan Pendidikan Luar Sekolah, yang perlu menjadi perhatian bahwa, dalam usaha memberdayakan masyarakat kiranya dapat membaca dan merebut peluang dari otonomi daerah, pendidikan luar sekolah pada era otonomi daerah sebenarnya diberi kesempatan untuk berbuat, karena mustahil 2
Nuryanis dan Romli, Pendidikan Luar Sekolah; Kontribusi Dipenamas dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2003), h. 2 3 Sanapiah Faisal, Pendidikan Luar Sekolah; di Dalam Sistem Pendidikan dan Pembangunan Nasional, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h. 40-41
12
peningkatan dan pemberdayaan masyarakat menjadi beban pendidikan formal saja, akan tetapi pendidikan formal juga memiliki tanggungjawab yang sama Pendidikan Luar Sekolah
menjadi tanggungjawab masyarakat dan
pemerintah, sejalan dengan Pendidikan Berbasis Masyarakat, penyelenggaraan PLS lebih memberdayakan masyarakat sebagai perencana, pelaksanaan serta pengendali, PLS perlu mempertahankan falsafah lebih baik mendengar dari pada didengar, Pemerintah daerah propinsi, kabupaten dan kota secara terus menerus memberi perhatian terhadap PLS sebagai upaya peningkatan SDM, dan PLS sebagai salah satu solusi terhadap permasalahan masyarakat, terutama anak usia sekolah yang tidak mampu melanjutkan pendidikan, dan anak usia putus sekolah. 1. Karakteristik pendidikan luar sekolah Peranan pendidikan Luar Sekolah sangatlah besar dalam pembangunan Manusia Indonesia secara utuh, karena pendidikan Luar Sekolah atau yang juga kita kenal dengan Pendidikan Non Formal dan Informal mampu menjangkau seluruh
lapisan
masyarakat
Indonesia.
Pendidikan
Luar
sekolah
perlu
mendapatkan perhatian dan perlakukan yang setara dengan pendidikan Formal (Persekolahan). Pendidikan Luar Sekolah juga menjadi pelengkap dan penyeimbang dari pendidikan Formal. Hal ini karena Pendidikan Luar Sekolah memiliki karakteristik yang berbeda dengan sekolah formal. Adapun Ciri-ciri Pendidkan Luar sekolah diantaranya: 1. Beberapa bentuk pendidikan luar sekolah yang berbeda ditandai untuk mencapai bermacam-macam tujuan. 2. Keterbatasan adalah suatu perlombaan antara beberapa PLS yang dipandang sebagai pendidikan formal dari PLS sebagai pelengkap bentuk-bentuk pendidikan formal 3. Tanggung jawab penyelenggaraan lembaga Pendidikan Luar Sekolah dibagi oleh pengawasan umum/masyarakat, pengawasan pribadi atau kombinasi keduanya. 4. Metode pengajaran juga bermacam-macam dari tatap muka atau guru dan kelompok-kelompok belajar sampai penggunaan audio televise, unit latihan keliling demonstrasi, kursus-kursus korespondensi, alat-alat bantu visual. 4
4
Joesoef Soelaiman, Konsep Dasar … h. 54-55
13
Di Indonesia saat ini banyak sekali kita kenal tentang “Sekolah Alternatif”. Istilah pendidikan alternatif merupakan istilah generik dari berbagai program pendidikan yang dilakukan dengan cara berbeda dari cara tradisional. Secara umum pendidikan alternatif memiliki persamaan, yaitu: pendekatannya berisfat individual, memberi perhatian besar kepada peserta didik, orang tua/keluarga, dan pendidik serta dikembangkan berdasarkan minat dan pengalaman. Pendidikan luar sekolah (Out of school education) adalah pendidikan yang dirancang
untuk
membelajarkan
warga
belajar
agar
mempunyai
jenis
keterampilan dan atau pengetahuan serta pengalaman yang dilaksanakan di luar jalur pendidikan formal (persekolahan). Karakteristik yang dimiliki Pendidikan Luar Sekolah adalah: 1. Pendidikan Luar Sekolah sebagai Subtitute dari pendidikan sekolah. Artinya, bahwa pendidikan luar sekolah dapat menggantikan pendidikan jalur sekolah yang karena beberapa hal masyarakat tidak dapat mengikuti pendidikan di jalur persekolahan (formal). Contohnya: Kejar Paket A, B dan C 2. Pendidikan Luar Sekolah sebagai Supplement pendidikan sekolah. Artinya, bahwa pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk menambah pengetahuan, keterampilan yang kurang didapatkan dari pendidikan sekolah. Contohnya: private, les, training 3. Pendidikan Luar Sekolah sebagai Complement dari pendidikan sekolah. Artinya, bahwa pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk melengkapi pengetahuan dan keterampilan yang kurang atau tidak dapat diperoleh didalam pendidikan sekolah. Contohnya: Kursus, try out, pelatihan dll 5 Dari sini, kita tahu bahwa homeschooling merupakan salah satu sekolah alternatif yang dikenal dimata masyarakat luas dengan sebutan sekolah rumah. Jalan sekolah alternative ini diambil disebabkan dengan secara empiris barangkali salah satu faktor yang mempengaruhi mengapa terjadi pergeseran dinamika pemikiran masyarakat terhadap pola pendidikan di Indonesia adalah salah satunya dikarenakan para orang tua murid sudah begitu menyadari bahwa sudah lama pendidikan kita di “hantui “oleh tingginya kekerasan sosiologis yang selama ini terjadi dalam interaksi dunia pendidikan kita. Kasus tawuran, seks bebas dan narkoba dikalangan pelajar dengan jumlah korban jiwa yang tidak sedikit adalah 5
2008
______, “Pendidikan Luar Sekolah”, dari http://ww.wikipedia.org, 25 Februari
14
salah satu faktor yang menyebabkan para orang tua terbangun landasan berfikirnya untuk melakukan terobosan mencari pendidikan alternatif yang relatif “aman” buat anak-anaknya dan rezim diktatorianisme pendidik terhadap peserta didik yang selama ini menjadi budaya dalam pola pendidikan kita juga telah membuka mata sebagian masyarakat terutama para orang tua murid untuk lebih mempertimbangkan putra-putrinya untuk sekolah di pendidikan formal. Dengan fenomena yang terjadi tersebut, akhirnya hadirnya homeschooling secara menjadi jawaban dari keresahan para orang tua dengan perkembangan pendidikan yang semakin menjadikan anak tidak mandiri.
B. HOMESCHOOLING 1. Pengertian Homeschooling Istilah Homeschooling ini mungkin masih jarang didengar oleh kebanyakan masyarakat di Indonesia, tapi sebenarnya proses homeschooling yang berarti sekolah rumah, sudah diterapkan hamper oleh seluruh keluarga. Bukankah setiap anak mendapatkan pendidikan di rumahnya, bagaimana sang ibu mulai mengajarkan anak berbicara, berhitung bahkan membaca. Sebenarnya disitulah proses homeschooling dimulai. Hanya saja, proses pendidikan orang tua itu tidak berlangsung lama. Saat anak memasuki usia sekolah dasar, orang tua lebihbanyak mengandalkan system sekolah umum untuk perkembangan pendidikan anaknya. Selain Homeschooling , ada Istilah “Home Education”, atau “homebased learning” yang digunakan untuk maksud yang kurang lebih sama. Dalam bahasa Indonesia ada yang menggunakan istilah “sekolah rumah” disebut apapun, yang penting adalah esensinya. 6 . Banyak pertanyaan dan keingintahuan mengenai homeschooling yang kadangkala juga disebut dengan istilah home education atau home-based learning Dalam bahasa Indonesia, terjemahan yang biasanya digunakan untuk homeschooling adalah ”sekolah rumah”. Istilah ini dipakai secara resmi oleh 6
Yayah Komariyah, Homeschooling; Trend Baru Sekolah Alternatif, (Jakarta: Sakura Publishing, 2007), h. 4
15
Departemen
Pendidikan
Nasional
(Depdiknas)
untuk
menyebutkan
homeschooling. Selain sekolah rumah, homeschooling kadang kala juga diterjemahkan dengan istilah sekolah mandiri. Homeschooling adalah model pendidikan alternatif selain di sekolah. Homeschooling dipraktikkan oleh jutaan keluarga di seluruh dunia. Walaupun ada keinginan untuk membuat sebuah definisi mengenai apa yang dimaksud dengan homeschooling, tetapi tak mudah untuk melakukannya. Tak ada sebuah definisi tunggal mengenai homeschooling karena model pendidikan yang dikembangkan di dalam homeschooling sangat beragam dan bervariasi. “Karena hukum yang mengatur sekolah di rumah dan karenanya definisi legal dari istilah “siswa sekolah di rumah”sangat berbeda antar Negara bagian, perkiraan yang akurat sulit didapatkan” 7 . Salah satu pengertian umum homeschooling adalah “model pendidikan di mana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya” 8 . Jadi, alihalih menyerahkan begitu saja tanggung jawab pendidikan anak kepada guru dan sistem sekolah, orang tua homeschooling bertanggung jawab secara aktif atas proses pendidikan anaknya. Homeschooling kini layak menjadi salah satu pilihan orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Pilihan ini terutama disebabkan oleh adanya pandangan atau penilaian orang tua tentang kesesuaian bagi anak-anaknya. Bisa juga karena orang tua lebih siap untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anaknya di rumah. Ini banyak dilakukan di kota-kota besar,terutama oleh mereka yang pernah melakukannya ketika berada di luar negeri. Sekolah rumah (homeschooling) adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakakuan oleh orang tua atau keluarga di mana proses belajar berlangsung dalam suasana yang kondusif. Tujuannya agar 7
Mary Griffith, Belajar Tanpa Sekolah; Bagaimana Memanfaatkan Seluruh Dunia Sebagai Ruang Kelas Anak Anda, (Bandung: Nuansa, 2006), h. 11 8 _______, “Konsep Homeschooling”, dari http://www.elexmedia.co.id, 25 Agustua 2003
16
setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal. Homeschooling merupakan program pengajaran anak yang diberikan tidak di sekolah tradisional. Kegiatan mengajar dapat dilakukan di rumah atau di suatu tempat pada komunitas tertentu. Siswa homeschooling bisa terdiri dari satu anak, beberapa saudara bahakan beberapa anak di mana orang tua mereka setuju untuk memberikan program homeschooling ini kepada anaknya. Pengajar atau guru dari program homeschooling ini biasanya dilakukan oleh orang tua atau orang lain yang ditunjuk sebagai gurunya. 9 Di dalam benak bnayak orang, homeschooling sering kali diartikan sebagai school-at-home, sekolah di rumah. Artinya si ibu akan mengajar anak di salah satu ruangan di rumah , sementara si anak duduk dengan rapih di meja makan mendengarkan intruksi ibunya yang menjadi guru. Home schooling adalah alternative pendidikan lain dariorganisasi sekolah,anak belajar di bawah pengawasan orang tuanya, anak dan orang tuanya yang akan menentukan isi atau materi pelajaran mereka. Mereka pun memiliki control penuh aka nisi pelajarannya. Perlu ditekankan, homeschooling bukan memindahkan sekolah ke rumah. Kegiatan belajar mengajar agak berbeda dengan di sekolah. Orang tua pun tidak perlu selalu menjadi guru tetapi orang tua lebih berperan sebagai fasilitator . tujuannya agar membuat anak cinta belajar bukan demi menciptakan anak jenius yang menguasai semua bahan yang diajarkan. Secara Prinsip, homeschooling atau sekolah rumah adalah pendidikan pilihan yang diselenggarakan oleh orang tua, proses belajar
mengajar
diupayakan berlangsung dalam suasana kondusif dengan tujuan agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal 10 . Maka dapat diambil inti dari definisi homeschooling adalah suatu proses pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga sendiri terhadap anggota keluarganya yang
9
Abe Saputro, Rumahku Sekolahku; Panduan Bagi Orang Tua Untuk Menciptakan Homesholing, (Yogyakarta: Graha Pustaka, 2007) h. 45 10 Maulia D. Kembara, Panduan Lengkap Homeschooling, (Bandung: Progressio, 2007), h. 16
17
masih usia sekolah, dengan memilih model/kurikulum yang sesuai dengan gaya anak belajar. Pembelajaran homeschooling (sekolah rumah) sebaiknya menyesuaikan dengan standar kompetensi yang telah ditentukan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Ini agar sejalan dengan pertumbuan dan kemampuan anak, di samping dapat diikutkan dalam evaluasi dan ujian yang diselenggarakan secara nasional. Standar kompetensi menjadi panduan yang harus dimiliki seorang anak pada kelas tertentu. Anak kelas VI SD atau setara, misalnya, minimal sudah harus menguasai pelajaran matematika sampai batas tertentu pula. Standar kompetensi ini dapat diperoleh di Dinas Pendidikan yang ada di daerah masing-masing. Evaluasi bagi anak yang mengikuti homeschooling dapat dilakukan dengan mengikutkan pada ujian Paket A yang setara dengan SD atau Paket B setara SMP, dan paket C pada setara SMA. Pada dasarnya, kata Seto, dapat pula dilakukan dengan menginduk ke sekolah formal yang ada untuk proses evaluasi. Menurut dia, harusnya ini bisa dilakukan karena sekolah rumah bukan sekolah liar. Homeschooling seusai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 ayat 1. bunyi Undang-Undang tersebut adalah: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” 11 . Selain itu, dalam UU SISDIKNAS Nomor 20, Pasal 27 disebutkan bahwa: “(1) Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri dan (2) Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.” 12
11 12
UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 pasal 27 ayat 1,2
18
Sementara itu, menurut data yang dihimpun oleh Direktorat Pendidikan Kesetaraan Departemen Pendidikan Nasional, ada sekitar 600 peserta homeschooling di Indonesia. Sebanyak 83,3 % atau sekitar 500 orang mengikuti homeschooling majemuk dan komunitas sedangkan sebanyak 16,7 %, atau sekitar 100 orang mengikuti homeschooling tunggal. Untuk lebih jelasnya tentang definisi dari homeschooling majemuk dan homeschooling tunggal akan dituliskan pada item selanjutnya.
2. Sejarah Adanya Homeschooling Filosofi berdirinya sekolah rumah adalah “manusia pada dasarnya makhluk belajar dan senang belajar; kita tidak perlu ditunjukkan bagaimana cara belajar. Yang membunuh kesenangan belajar adalah orang-orang yang berusaha menyelak, mengatur, atau mengontrolnya” (John Cadlwell Holt dalam bukunya How Children Fail, 1964). Dipicu oleh filosofi tersebut, pada tahun 1960-an terjadilah perbincangan dan perdebatan luas mengenai pendidikan sekolah dan sistem sekolah. Sebagai guru dan pengamat anak dan pendidikan, Holt mengatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak ditentukan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh sistem sekolah itu sendiri. Pada waktu yang hampir bersamaan, akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an,
Ray
dan
Dorothy
Moor
melakukan
penelitian
mengenai
kecenderungan orang tua menyekolahkan anak lebih awal (early childhood education). Penelitian mereka menunjukkan bahwa memasukkan anak-anak pada sekolah formal sebelum usia 8-12 tahun bukan hanya tak efektif, tetapi sesungguhnya juga berakibat buruk bagi anak-anak, khususnya anak-anak lakilaki karena keterlambatan kedewasaan mereka 13 . Sejak tahun 1970-an, pergerakan sekolah di rumah sudah tumbuh dengan pesat. Beberapa sumber memperkirakan bahwa di Amerika Serikat ada 1.5 sampai 2 juta anak yang bersekolah di rumah. 13
_______, “Konsep Homeschooling”, dari http://www.elexmedia.co.id, 25 Agustua 2003
19
Setelah pemikirannya tentang kegagalan sistem sekolah mendapat tanggapan luas, Holt sendiri kemudian menerbitkan karyanya yang lain Instead of Education; Ways to Help People Do Things Better, (1976). Buku ini pun mendapat sambutan hangat dari para orangtua homeschooling di berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun 1977, Holt menerbitkan majalah untuk pendidikan di rumah yang diberi nama: Growing Without Schooling. Serupa dengan Holt, Ray dan Dorothy Moore kemudian menjadi pendukung dan konsultan penting homeschooling. Setelah itu, homeschooling terus berkembang dengan berbagai alasan. Selain karena alasan keyakinan (beliefs) , pertumbuhan homeschooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah formal.
3. Homeschooling di Indonesia Homeschooling bukanlah sesuatu yang baru bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Sesungguhnya
bangsa
Indonesia
sudah
lama
mengenal
homeschooling. Sebelum sistem pendidikan Belanda hadir di bumi tercinta ini, homeschooling sudah berkembang di Indonesia. Di pesantren-pesantren, misalnya, banyak para kyai, bunya, dan tuan guru secara khusus mengajar anak-anaknya di rumah. Begitu pula para pendekar dan bangsawan zaman dahulu. Mereka suka mendidik anak-anaknya secara mandiri di rumah atau padepokannya ketimbang memercayakan pendidikannya kepada orang lain. “Mengenai tempat belajar, homeschooling tidak memiliki batasan tempat karena proses belajar itu dapat terjadi di mana saja, baik dalam ruang fisik maupun ruang maya.” 14 . Perkembangan homeschooling di Indonesia belum diketahui secara persis karena belum ada penelitian khusus tetang akar perkembangannya. Istilah homeschooling merupakan khazanah relatif baru di Indonesia. Namun jika dilihat dari konsep homeschooling sebagai pembelajaran yang tidak berlangsung di sekolah formal alias otodidak, maka sekolah rumah sudah tidak merupakan hal baru. Tak kurang para tokoh besar semacam KH. Agus Salim, 14
Abe Saputro, Rumahku Sekolahku,… h. 12
20
Ki Hajar Dewantara, dan Buya Hamka Juga mengambangkan cara belajar dengan system persekolahan rmah (homeschooling), bukan sekedar agar lulus ujian kemudian memperoleh ijazah, namun agar lebih mencintai dan mengembangkan ilmu itu sendiri. 15 . Sejak tanggal 4 Mei 2006, di Jakarta telah dideklarasikan berdirinya ASAH PENA (Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif oleh beberapa tokoh dan praktisi pendidikan di kantor departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pelindungnya adalah Dr. Ace Suryadi (Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah) dengan para penasehat, antara lain Prof. Dr. Mansyur Ramli (Kepala Balitbang Depdiknas) dan Dr. Ella Yuliawati (Direktur Kesetaraan Depdiknas) Apresiasi Depdiknas terhadap lahirnya ASAH PENA tentu memperkuat keyakinan bahwa homeschooling bisa merupakan salah satu alternatif pendidikan pada masa depan 16 . Dalam pengertian homeschooling ala Amerika Serikat, sekolah rumah di Indonesia sudah sejak tahun 1990-an. Misalnya Wanti, seorang ibu yang tidak puas dengan sistem pendidikan formal. Melihat risiko yang menurut Wanti sangat mahal harganya, dia banting setir. Tahun 1992 Wanti mengeluarkan semua anaknya dari sekolah dan memutuskan mengajar sendiri anak-anaknya di rumah. Ia mempersiapkan diri selama 2 tahun sebelum menyekolahkan anaknya di rumah. Semua kurikulum dan bahan ajar diimpor dari Amerika Serikat.Wanti sadar keputusannya mengandung konsekuensi berat. Dia harus mau capek belajar lagi, karena bersekolah di rumah berarti bukan anaknya saja yang belajar, tetapi justru orangtua yang harus banyak belajar. Dalam level komunitas, akar homeschooling ini dapat juga ditelusuri dari pendidikan berbasis agama seperti pesantren atau komunitas adat yang melakukan pembelajaran secara mandiri tanpa ketergantungan pada model pendidikan formal yang ada. Saat ini, perkembangan homeschooling di Indonesia dipengaruhi oleh akses terhadap informasi yang semakin terbuka dan membuat para orang tua 15
Chris Verdiansyah, Homeschooling; Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku, (Jakarta : Kompas Media Nusantara, 2007), h. 19 16 Maulia D. Kembara, Panduan Lengkap,… h. 43
21
memi- liki semakin banyak pilihan untuk pendidikan anak- anaknya. Banyak keluarga
Indonesia
homeschooling
yang
belajar
untuk memenuhi
di
luar
kebutuhan
negeri
menyelenggarakan
pendidikan anak-anaknya.
Selain itu, ketidakpuasan terhadap kualitas pendidikan di sekolah formal juga menjadi pemicu bagi keluarga-keluarga Indonesia untuk menyelenggarakan homeschooling yang dinilai lebih dapat mencapai tujuan- tujuan pendidikan yang direncanakan oleh keluarga 17 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan program pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan jalur informal. Badan penyelenggara PKBM sudah ada ratusan di Indonesia. Di Jakarta Selatan aja, ada sekitar 25 lembaga penyelenggara PKBM dengan jumlah siswa lebih kurang 100 orang. Setiap program PKBM terbagi atas Program Paket A (untuk setingkat SD), B (setingkat SMP), dan Paket C (setingkat SMA). PKBM sebenarnya menyelenggarakan proses pendidikan selama 3 hari di sekolah, selebihnya, tutor mendatangi rumah para murid. Para murid harus mengikuti ujian guna mendapatkan ijazah atau melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Perbedaan Ijazah dengan sekolah umum, PKBM langsung mengeluarkannya dari pusat Pendidikan yang dilakukan oleh orang tua sangatlah penting artinya, karena orang tua adalah manusia yang paling deket dengan anak-anak. “Ketika orang tua baik mungkin anak akan menjadi baik, dan sebaliknya.” 18 . Meskipun belum sempurna, namun alumni homeschooling cukup banyak yang menjadi tokoh pergerakan nasional, di antaranya adalah Ki Hadjar Dewantara dan Buya Hamka. Bersekolah di rumah bukan sekedar ide mengasyikkan tentang kebebasan dalam pendidikan, tetapi juga kesuksesan. “Melintasi gerbang abad 21, kebebasan keluarga dalam soal pendidikan memicu imajinasi ratusan ribu orang. Kebebasan itu bernama “bersekolah di rumah”. Ini bukan merupakan hal yang baru. Bersekolah di rumah sudah dikenal sudah beberapa lama dan 17 18
_______, “Konsep Homeschooling”, dari http://www.elexmedia.co.id, 25 Agustua 2003 Setiawan Benni, Manifesto Pendidikan di Indonesia, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2006), h. 62
22
bertumbuh dengan cukup pesat, sehingga membangunkan kesadaran masyarakat tentang cara kita mendidik” 19 . Dari sini dapat terbaca, bahwa adanya homeschooling bukanlah sesuatu yang baru lagi bagi bangsa Indonesia khususnya dunia pendidikan. Meskipun keadaan homeschooling pada masa lalu lebih banyak dikenal dengan sebutan “Pembelajaran
Otodidak”,
namun
pada
eksistensinya
sama
dengan
homeschooling yang kita kenal saat ini. Belakangan model sekolah rumah mulai tidak asing dan menjadi pilihan orang tua. Di dunia maya bertebaran berbagai blog, situs dan mailing list tempat para homeschooler bertukar informasi
mulai dari perkembangan
kegiatan anak-anak mereka sehari-hari hingga berbagai kurikulum atau materi. Sekolah rumah bisa dilaksanakan secara tunggal oleh keluarga itu sendiri atau bergabung dalam komunitas belajar. Komunitas yang telah terbentuk anatara lain: Morning Star Academy, Komunitas Homeschooling Berkemas, Homeschooling Kak Seto, dan Kerlip, ada pula Asosiasi Homeschooler. Belakangan artis dewi Hugess meluncurkan sekolah rumah
berbasis
elekteronik pertama di Indonesia, Homeschooling Selain pembelajaran dengan materi pendidikan akademik juga disediakan materi non-akademik
dalam
bentuk eksploration advancement, dan project yang disesuaikan dengan bakat dan minat anak. Walaupun pendidikan di dalam rumah sebagai pendidikan in formal merupakan kewengangan penuh keluarga/orang tua, dalam rangka menjamin terpenuhinya hak pendidikan dan perkembangan anak, orang tua yang akan mennyelenggarakan sekolah ini diwajibkan melaporkan kepada pemerintah. Penyelenggaraan sekolah rumah teap perlu mendaftarkan komunitas belajar pada bidang yang mnangani pendidikan kesetaraan yaitu dians pendidikan kabupaten/ kota setempat. Di negara tertentu ada juga yang diwajibkan
menandatangani
kesepakatan antara orang tua dan pemerintah. Intervensi pemerintah ini 19
Linda Dobson, Tamasya Belajar; Panduan Merancang Program di Rumah Untuk Anak Usia Dini, (Bandung: Mizan LC, 2005), h. 15
23
dilakukan dalam rangka menjamin kualitas pelayanan pendidikan yang akan diberikan di rumah, sejalan dengan tingkat kompetensi yang harus dcapai anak sesuai
denga
jenjang
pendidikan
yang
diikutinya.
Pemerintah
juga
memfasilitasi terselenggaranya ujian nasional bagi peserta yang terdaftar di komunitas belajar Sebagai lembaga pendidikan alternatif, persekolahan di rumah jaga akan mendapat Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) atau semacam Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di sekolah formal. Semua penyelenggara pendidikan alternatif memang berhak mendapat BOP.
4. Faktor-Faktor Pemicu dan Pendukung Homechooling • Kegagalan sekolah formal
Baik di Amerika Serikat maupun di Indonesia, kegagalan sekolah formal dalam menghasilkan mutu pendidikan yang lebih baik menjadi pemicu bagi keluarga-keluarga
di
Indonesia
maupun
menyelenggarakan
homeschooling.
Sekolah
di rumah
mancanegara ini
dinilai
untuk dapat
menghasilkan didikan bermutu. • Teori Inteligensi ganda
Salah satu teori pendidikan yang berpengaruh dalam perkembangan homeschooling adalah Teori Inteligensi Ganda (Multiple Intelligences) dalam buku Frames of Minds: The Theory of Multiple Intelligences (1983) yang digagas oleh Howard Gardner. Gardner menggagas teori inteligensi ganda. Pada awalnya, dia menemukan distingsi 7 jenis inteligensi (kecerdasan) manusia. Kemudian, pada tahun 1999, ia menambahkan 1 jenis inteligensi baru sehingga menjadi 8 jenis inteligensi manusia. Jenis-jenis inteligensi tersebut adalah:Inteligensi linguistik; Inteligensi matematis-logis; Inteligensi ruangvisual;
Inteligensi
kinestetik-badani;
Inteligensi
musikal;
Inteligensi
interpersonal; Inteligensi intrapersonal; Inteligensi ligkungan; dan Inteligensi eksistensial. Teori Gardner ini memicu para orang tua untuk mengembangkan potensipotensi inteligensi yang dimiliki anak. Kerapkali sekolah formal tidak mampu
24
mengembangkan inteligensi anak, sebab sistem sekolah formal sering kali malahan memasung inteligensi anak. (Buku acuan yang dapat digunakan mengenai teori inteligensi ganda ini dalam bahasa Indonesia ini, Teori Inteligensi Ganda, oleh Paul Suparno, Kanisius: 2003). • Sosok homeschooling terkenal
Banyaknya tokoh-tokoh penting dunia yang bisa berhasil dalam hidupnya tanpa menjalani sekolah formal juga memicu munculnya homeschooling. Sebut saja, Benyamin Franklin, Thomas Alfa Edison, KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara dan tokoh-tokoh lainnya. Benyamin Franklin misalnya, ia berhasil menjadi seorang negarawan, ilmuwan, penemu, pemimpin sipil dan pelayan publik bukan karena belajar di sekolah formal. Franklin hanya menjalani dua tahun mengikuti sekolah karena orang tua tak mampu membayar biaya pendidikan. Selebihnya, ia belajar tentang hidup dan berbagai hal dari waktu ke waktu di rumah dan tempat lainnya yang bisa ia jadikan sebagai tempat belajar. • Tersedianya aneka sarana
Dewasa ini, perkembangan homeschooling ikut dipicu oleh fasilitas yang berkembang di dunia nyata. Fasilitas itu antara lain fasilitas pendidikan (perpustakaan, museum, lembaga penelitian), fasilitas umum (taman, stasiun, jalan raya), fasilitas sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit), fasilitas bisnis (mall, pameran, restoran, pabrik, sawah, perkebunan), dan fasilitas teknologi dan informasi (internet dan audivisual). Sehingga dimanapun anak didik berada, disitu menjadi kelas dan tempat mereka belajar.
5. Jenis jenis Homeschooling Banyak orang tua yang berfikir bahwa homeschooling itu hanya dapat dilakukan di rumah serta diajar oleh orang tua sendiri. Padahal kenyataannya tidak demikian. Menurut Dr. Seto Mulyadi Psi, Msi ada beberapa klasifikasi jenis homeschooling yaitu homeschooling majemuk dan homeschooling
25
tunggal. Sedangkan kegiatan yang terdapat dalam homeschooling ada tiga, yaitu homeschooling majemuk, tunggal dan komunitas. Homeschooling tunggal adalah: homeschooling yang dilaksanakan oleh orangtua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya. Biasanya homeschooling jenis ini diterapkan karena adanya tujuan atau alas an khusus yang tidak dapat diketahui atau dikompromikan dengan komunitas homeschooling lainnya. Alasan lain adalah karena lokasi atau tempat tinggal si pelaku homeschooling yang tidak memungkinkan berhubungan dengan komunitas homeschooling lain. Homeschooling majemuk adalah: homeschooling yang dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu. Sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orangtua amsing-masing. Alasannya terdapat kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga untuk melakukan kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari konsorsium, kegiatan olahraga, (misalnya keluarga atlet tenis), keahlian musik/seni, kegiatan social, dan kegiatan keagamaan. Sedangkan komunitas homeschooling adalah gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olahraga, musik/seni, dan bahasa), sarana/prasarana, dan jadwal pembelajaran. 20 . Sedangkan Alasan orang tua memilih komunitas homeschooling sebagai pilihan untuk pembelajaran anak-anaknya antara lain: 1. Terstuktur dan lebih lengkap untuk pendidikan akademik, pembangunan akhlak mulia, dan pencapaian hasil belajar. 2. Tersedia fasilitas pembelajaran yang baik, misalnya bengkel kerja, laboratorium IPA/bahasa, auditorium, fasilitas dolahraga dan kesenian. 3. Ruang gerak sosialisasi anak didik lebih luas tetapi dapat dikendalikan 4. Dukungan lebih besar karena masing-masing bertaggungjawab untuk saling mengajar sesuai keahlian masing-masing 5. Sesuai untuk anak usia di atas sepuluh tahun
20
Maulia D. Kembara, Panduan Lengkap,… h. 30-33
26
6. Menggabungkan keluarga tinggal berjauhan melalui internet dan alat-alat informasi-komunikasi lainnya untuk tolak banding (benchmarking) termasuk untuk standarisasi 21 . Bagi orang tua yang melakukan homeschooling majemuk dan komunitas homeschooling bisa membentuk network untuk berbagi pengalaman dengan orang tua lain yang juga mendidik anaknya secara homeschooling. Dengan demikian penentuan dari jenis-jenis Homeschooling mana yang akan dilakukan, tidaklah lepas dari peran orang tua dan anak dalam menentukannya, sehingga terwujudlah suasana belajar yang diinginkan bebas, refleksi, menyenangkan dan sesuai dengan minat anak. Sebagai lingkungan terdekat perilaku orang tua sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan anak. Seperti bagaimana pola asuh yang diterapkan orang tua , sikap orang tua, suasana dalam keluarga, hubungan antar saudara dan stimulasi psikologis yang diberikan. 22
6. Manfaat dan Keunggulan Homeschooling Ada beberapa hal yang harus kita tahu tentang beberapa keuntungan atau manfaat dari pelaksanaan homeschooling. Berikut beberapa manfaat dari pelaksanaan homeschooling, antara lain: 1.
Anak-anak Menjadi Subjek Belajar, selama ini ada kesan, ketika anak belajar dia seolah-olah menjadi objek kurikulum. Dengan kata lain, kegiatan belajar-mengajar yang selama ini diselenggaraan bukan menjadikan kurikulum itu untuk anak, tetapi bahkan sebaliknya, yaitu anak untuk kurikulum. Akibatnya, terjadilah kegiatan belajar yang “memaksa” anak untuk menyesuaikan dengan kurikulum. Idealnya memang, kurikulumlah yang menyesuaikan diri dengan kebutuhan setiap anak.
2.
Objek yang Dipelajari Sangat Luas dan Nyata, homeschooling akan membawa anak-anak untuk belajar didunia nyata, di alam yang sangat
21
Kak Seto, Homeschooling Keluarga Kak Seto, (Jakarta: PT. Mizan Pustaka, 2007), h. 38-
40 22
Wied Harry, Supriyapto Yahya, Kumpulan Artikel Psikologi Anak I, (Jakarta: Gramedia, 1999), h. 18
27
terbuka. Disamping itu, objek yang dipelajari anak pun bisa sangat luas. Meskipun pada saat ini telah menjamur sekolah-sekolah formal yang memanfaatkan alam sebagai media belajar, namun ketika ank-anak tersebut mulai memasuki pendidikan yang lebih tinggi, mereka pun kembali lagi pada suasana ruang-ruang kelas yang serbabaku dan tertutup. 3.
Ajang Menanamkan Cinta Belajar, selama ini tidak sedikit orangtua yang yang karena kesibukannya, cenderung memasrahkan pendidikan anakanaknya kepada sekolah-sekolah formal. Ini tidak salah. Namun, terkadang pemasrahan itu disertai juga dengan ketidakpedulian terhadapnasib pendidikan anak-anaknya. Bahkan, ada anggapan umum bahwa belajar hanyalah sebatas di sekolah formal, bukan ditempat yang lebih luas. Dengan adanya homeschooling maka anak diajarkan untuk mencintai belajar dimanapun dia berada, tidak terkait dengan pelajaran yang dilaksanakan di bangku sekolah, tapi anak-anak dapat belajar pada lingkungan sekitarnya dan itu disertai dengan kepedulian orangtua terhadap mereka.
4.
Memberikan Kemudahan Belajar Karena Fleksibel, sebagai bentuk dari system pendidikan informal kunci utama penyelenggaraan homeschooling adalah adanya kelenturan atau fleksibilitas. Jadi todak boleh kaku dan terlalu berstruktur sebagaimana sekolah formal. Kalau terlalu disusun dalam kurikulum yang baku, maka homeschooling justru akan kehilangan makna utamanya. Mendukung Belajar secara Kontekstual 23
5.
Selain memiliki banyak manfaat, homeshooling memiliki keunggulan, adapun beberapa keunggulan dari homeshooling adalah: Homeshooling sebagai salah satu alternatif proses pendidikan akan membuka peluang seluas-luasnya kepada anak didik untuk mengembangkan diri, memilih akses terbaik guna meraih “kehausan” mereka terhadap materi pendidikan. Selain itu orang tua dapat memaksimalkan diri dalam memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak-anaknya. 23
Kak Seto, Homeschooling,…. h. 44-56
28
Homeschooling mendorong adanya interaksi antara oang tua dengan anak lebih intensif. Orang tua memainkan fungsi sentral mendidik anak-anak mereka sehingga tahu perkembangan otak, emosi, dan sosial anak secara langsung. Pengawasan orang tua lebih intensif kepada anak-anaknya. Orang tua tidak khawatir anaknya jauh dari rumah. Homeschooling memungkinkan orangtua
untuk
terus
menerus
mendampingi
sekaligus
memonitor
perkembangan mental, pembelajaran, kontak sosial, dan penguasaan intelekual mereka. Dalam homeschooling, tugas “guru” yang diambil orang tua lebih berfungsi untuk menanamkan sikap mental mandiri. 7. Kiat-kiat melaksanakan homeschooling Pelaksanaan
program
pendidikan
homeschooling
cukup
banyak
perbedaannya, mulai dari pengaturan materi, jadwal belajar, pengajar dan kegiatan kegiatan yang lainnya. Sehingga orang tua yang sekaligus menjadi guru bagi anaknya harus betul-betul memahami bagaimana strategi dan kiatkiat untuk melaksanakan pendidikan homeschooling bagi anaknya. Agar pelaksanaan program bersekolah di rumah bisa berjalan dengan optimal dan menghasilkan output yang diharapkan. Setiap anak memiliki cara dan gaya belajar yang unik. Ada anak yang belajar dengan duduk di bangkunya dan menekuni bukunya dengan rajin. Ada anak yang hanya bisa belajar bila tubuhnya boleh bergerak bebas dan masih banyak gaya dan cara anak-anak belajar. Disini orang tua yang sekaligus menjadi guru bagi anaknya yang belajar di rumah akan mengetahui cara dan gaya belajar anak-anak yang dididiknya. Dengan demikian kurikulum atau buku ajar yang digunakan dapat disesuaikan dengan anak tersebut. 24 Untuk melaksanakan sekolah rumah, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orang tua dan anak didik. antara lain: 1. 2.
Menyukai anak dengan sepenuh hati dan senang berada bersamanya Memiliki rasa humor
24
Lilik Mawartiani, Homeshooling Untuk Anak, Mengapa Tidak?, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), h. 79
29
3.
Mampu membaca, menulis, dan mengerjakan matematika dasar dan mau meningkatkan ketrampilan jika diperlukan 4. Berpegang teguh pada filosofi yang mendorong kita untuk melaksanakan pengajaran di rumah 5. Bersedia mengambangkan ketrampilan komunikasi atau mendengarkan 6. Bersiap menerima kritik atau keputusan untuk melaksanakan program bersekolah di rumah 7. Memiliki system atau jaringan pendukung atau mitra pendukung 8. Bisa belajar dari kesalahan 9. Mau mengembangkan ketrampilan menetapkan batas 10. Mau mengembangkan kesabaran 11. Mau membangun ketrampilan mengamati 12. Mau berubah 25 . 8. Tujuan Homeschooling Pendidikan informal melalui homeschooling berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional
serta
pengembangan
sikap
dan
kepribadian
professional, sekaligus memperluas akses terhadap pendidikan dasar dan menengah. Tujuan diselenggarakannya homeschooling , yaitu: a. Untuk menjamin penyelesaian pendidikan dasar dan menengah yang bermutu bagi peserta didik yang berasal dari keluarga yang menentukan pendidikan anaknya melalui homeschooling. b. Untuk menjamin pemenuhan kebutuhan belajar bagi semua manusia muda dan orang dewasa melalui akses yang adil pada program – program belajar dan kecakapan hidup. c. Untuk menghapus disparitas gender dalam pendidikan dasar dan menengah d. Untuk melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan akademik dan kecakapan hidupsecara fleksibel untuk meningkatkan mutu kehidupan 26 Jadi homeschooling merupakan pendidikan alternative yang disesuaikan pada kebutuhan pribadi dan kebutuhan lingkungan, serta tantangan perkembangan zaman. Walaupun belajar dengan beberapa orang anak seperti sekolah formal, namun esensinya tetap homeschooling. Karena mereka tetap belajar secara bebas, fleksibel, menyeangkan dan sesuai dengan minat mereka. Tidak ada ketentuan waktu untuk belajar.
25
Marty Layne, Ibuku Guruku; Belajar di Rumah dalam Balutan Kearifan dan Kehangatan, (Bandung: Mizan LC, 2005), h. 32-33 26 Direktorat Pendidikan Kesetaraan , Komunitas Sekolah, …, h. 13
30
9. Model Homeschooling Pendidikan yang dilakukan orang tua terhadap anak sangatlah penting artinya, karena kedua orang tua adalah manusia yang paling dekat dengan anak/peserta didik. Anak akan diarahkan baik atau jahat tergantung tanggung jawab oarng tua. Hal yang harus menjadi perhatian oaring tua sekarang adalah bagaimana menciptakan sebuah keluarga yang penuh kasih dan komunikatif, karena kedua hal ini merupakan fondamen terbentuknya anak yang baik. Hubungan keluarga yang penuh cinta kasih dan komunkatif akan menjadikan anak merasa dirinya dihargai dan diperhatikan oleh kedua orang tuanya. Berbagai permaslahan yang timbul sekarang mungkin akan terjawab ketika orang tua itu memperhatikan permasalahan yang dihadapi anakanaknya. 27 Dengan pendekatan yang penuh cinta kasih dan komunikatif ini, anak akan terbuka dengan orang tuanya, sehingga orang tua akan memberikan pengarahan tentang baik buruknya suatu perbuatan, dan pada akhirnya anak akan dapat berfikir positif tanpa ada paksaan. Dengan demikian, upaya orang tua mendidik dan mencerdaskan anak pada dasarnya adalah mendidik dan mencerdaskan diri mereka sndiri. Diharapkan agar tidak selalu mengedepankan ego manusia dewasa yang selalu menomorsatukan logika dan kalkulasi itu hanya mengotori pikiran pikiran dan rohani mereka. Apabila orang tua mendidik anak dengan sikap pasti benar, dan anak dipihak lain, selalu salah sikap seperti ini kan mudah tercermin dalam setiap prilaku dan pilihan kata-kata yang terlontar ke hadapan anak. “Sekali lagi anakanak hidup di masa sekarang, sedangkan masa depan adalah proyeksi orang dewasa Merenggut masa sekarang anak-anak sama saja merusak masa depan mereka“. 28 Begitu bnayak metode pendidikan yang dapat diterapkan untuk homeschooling. Orang tua bisa memilih model yang sesuai dengan gaya anak27 28
Setiawan Benni, Manifesto Pendidikan,... h. 62 Paul Subiyanto, Mendidik Dengan Hati, ... h. 34
31
anak belajar. Model homeschooling sangat beragam, mulai yang sangat tidak terstruktur (unschooling) hingga yang sangat terstruktur (school athome).Unschooling adalah membiarkan anak-anak belajar apa saja sesuai minatnya dan orang tua hanya menfasilitasinya. School at-home adalah model belajar seperti sekolah regular, dengan menggunakan buku pegangan seperti sekolah, hanya saja belajarnya di rumah. Diantara dua model itu, ada banyak sekali model belajar yang dapat diterapkan dalam homeschooling, misalnya : Montessori, waldorf, unit studies, dll. Beberapa Model homeschooling sebagai berikut : 1.
Model Homeschool Charlotte Mason Charlotte Mason mengajukan Filosofi Pendidikannya yang meliputi
'Narration, Copywork, Nature Notebook, Fine Arts, Languages, Literaturebased curriculum' dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. model homeschool ini adalah konsep "Buku Hidup". Lain dengan text book yang ditulis oleh beberapa penulis mengenai satu subjek tertentu, 'buku hidup' ditulis oleh satu penulis. Buku ini 'bercerita' dan tidak hanya menyampaikan fakta. Anak biasanya akan lebih ingat bila mereka membaca cerita daripada membaca textbook. Dalam model Charlotte Mason, anak membaca buku kemudian menceritakannya kembali dengan bahasanya sendiri. Hal ini memastikan bahwa mereka mengerti apa yang dibacanya. Model ini juga menekankan 'nature notebook'. Orang tua dan anak perlunya keluar rumah, melakukan pengamatan dan mencatatnya dalam buku, bila perlu dengan gambar. 2.
Model Homeschool Klasik Model ini padat literatur (bukan padat gambar) dan berdasar pada trivium
'grammar, logic dan rhetoric', yang sebanding dengan konsep yang lebih mudah yaitu Pengetahuan, Pengertian, dan Kebijakan. a. Tahapan 'grammar' (sampai usia 12) adalah saat anak menerima dan mengumpulkan informasi-Pengetahuan. Anak menerima fakta, walaupun belum memahami namun sejalan dengan bertambahnya usia mereka, mulai mencerna fakta tersebut.
32
b. Tahapan 'logic' (usia 13 - 15) adalah saat pemahaman anak mulai matang. Mereka mulai mengerti sebab akibat. Pengetahuan membawa logika. c. Tahapan 'rhetoric' (usia 16 - 18) adalah saat anak bisa menggunakan pengetahuan dan logika untuk berkomunikasi, menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, berdiskusi dan berdebat - Kebijakan. Setiap mata pelajaran yang dipelajari mempunyai 3 tahapan tersebut. Dengan memberikan fakta, membantu anak untuk mengerti, dan menguji anak dalam pemahamannya. 3.
Model Homeschool Montessori Maria Montessori menyatakan bahwa anak mempunyai kemampuan
untuk belajar. Orang dewasa hanya perlu mengatur lingkungan anak agak mendukung proses anak belajar. Orang dewasa tidak mengatur anak, tetapi membantu anak belajar dengan lingkungannya, dalam situasi natural, dalam kelompok yang tidak dibatasi oleh umur. a. Unschooling : Anak belajar materi apa yang dia sukai. Sangat tidak terstruktur tapi sering cocok untuk sebagian anak, terutama anak kecil. b. Unit studies : Semua mata pelajaran terpadu menjadi satu tema. Sebagai contoh, membaca buku Little House on the Prairie dan belajar sejarah, seni, ilmu pengetahuan alam, matematika, semua melalui buku tersebut. c. Belajar jarak jauh 4.
Model Homeschool Waldorf Konsep pengajaran Waldorf bertumpu pada anak secara keseluruhan (the
whole child), yang meliputi Kepala, Hati dan Tangan. Model ini menekankan dongeng (storytelling) and seni (art). Rudolf Steiner (penggagas Waldorf) mengatakan "model ini bukan sistem pedagogi, melainkan sebuah seni, sehingga apa yang sudah ada pada manusia dapat dibangkitkan. Pendidikan Waldorf bukan untuk mendidik, melainkan untuk membangkitkan."
33
Model ini tidak berusaha untuk menanamkan materi intelektual kepada anak, tetapi membangkitkan kemampuan anak untuk mencari pengetahuan dan untuk menikmati proses belajar. 29 Homeschooling memiliki keunggulan karena bimbingan dan layanan pengajaran dilakukan secara individual. Proses pembelajaran lebih bermakna karena terintegrasi dengan aktifitas sehari-hari. Lebih dari itu, waktunya pun lebih fleksibel karena dapat disesuaikan dengan kesiapan anak dan orang tua. Menyelenggarakan homeschooling menuntut kemauan orang tua untuk belajar,mencipatakan yang kreatif dan menyenangkan, dan memelihara minat dan antusias belajar anak. Homeschooling juga memerlukan kesabaran orang tua, kerja sama antar anggota keluarga, dan konsisten dalam penanaman kebiasaan. Menurut pakar pendidikan Universitas Negeri Jakarta. Arief Rahman Hakim, orang tua yang ingin menjalankan konsep pendidikan rumah harus memenuhi tiga syarat. Pertama, syarat akademis, yaitu memiliki latar belakang pendidikan yang cukup. Kedua,
syarat psikologis, yaitu memiliki jiwa
pendidik. Dan ketiga, harus memiliki syarat pedagogis, yaitu keahlian menularkan pengetahuan kepada orang lain. Selain itu, menurut Kepala Lab School di Rawamangun ini, praktisi homeschooling juga harus memiliki program pelajaran dan system evaluasi yang jelas. 30 Dengan demikian para orang tua hanya bisa memilih dan melaksanakan dari beberapa model di atas. Hanyalah untuk pendidikan yang terbaik untuk anak, sehingga anak pun tidak merasa tersiksa dalam belajar dengan kegiatan belajar yang menyenangkan. Maka anak dapat termotivasi belajarnya. Menurut Kak Seto, berkat konsep homeschooling dengan model dan kurikulum yang disusun bersama, motivasi belajar akan muncul dari dalam diri anak. Belajar sambil bermain, membuat anak merasa nyaman, meskipun belajar sepanjang hari. “Anak-anak jadi senang belajar dengan motivasi
29
_______, “Konsep Homeschooling”, dari http://www.elexmedia.co.id, 25 Agustua 2003 Liza desylanhi, “Homeschooling, Siapa Mau Coba?, dari www. VHR media.net-Voice of Human rights, 20 September 2006 30
34
internal, motivasi dari anak itu sendiri. Sehingga kegiatan home schooling ini, jika ditanya kapan belajarnya, dari bagun tidur sampai tidur lagi. Di mana belajarnya? Di mana saja! Bisa di kamar tidur, ruang tengah, kamar tamu, di halaman, atau juga di luar. Entah pergi ke sawah, ke panti asuhan, penitipan bayi-bayi terlantar, sampai mungkin juga belajar di mall. Tapi yang penting, anak-anak dilibatkan untuk menyusun model dan kurikulumnya, mencari sumber belajar,” 31
31
Liza desylanhi, “Homeschooling, Siapa Mau Coba?, dari www. VHR media.net-Voice of Human rights, 20 September 2006
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan Metode Kualitatif. ”Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandang sebagai bagian dari kebutuhan” 1 Karakteristik penelitian kualitatif antara lain berlangsung pada latar yang alamiah, peneliti merupakan instrumen atau alat pengumpulan data utama, dan analisis data yang dilakukan dengan mendeskripsikan segala sesuatu yang terjadi pada latar penelitian dengan selengkapnya. Oleh karena itu data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang datanya berupa kata-kata (bukan angka) yang berasal dari wawancara, catatan laporan, dokumen dan
lain-lain,
atau
penelitian
yang
1
Lexy J Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya.2004) h.
4
35
36
didalamnya
mengutamakan
untuk mendiskripsikan secara analisis suatu
peristiwa atau proses sebagaimana adanya dalam lingkungan yang alami untuk memperoleh makna yang dalam, dari hakekat proses tersebut Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengeani fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Penelitian ini bertujuan menggambarkan realitas empiris sesuai dengan fenomena yang terjadi secara rinci dan tuntas serta untuk mengungkapkan gejala secara holistik kontekstual melalui pengumpulan data dari latar yang alami dengan peneliti sebagai instrumen kunci. Adapun jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian studi kasus. Menurut Suharsimi Arikunto penelitian studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci, dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga, atau gejala tertentu. Studi kasus merupakan penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Peneliti ingin memepelajari secara spesifik mengenai latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subyek dari fokus penelitian. Lebih lanjut penelitian ini bermaksud untuk melukiskan secara lengkap dan akurat tentang fenomena sosial, sehingga peneliti menggunakan desain penelitian kualitatif. B. Lokasi dan Waktu penelitian Waktu penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Maret s/d Juni 2010, dan sebagai tempat penelitiannya adalah Komunitas Homeschooling Pelangi Jl. Kutilang C24/7 Sarua Permai Ciputat Tangerang Selatan C. Variabel Penelitian dan Indikator Variabel Variabel diartikan bermacam-macam dalam metodologi penelitian variable dimaksud adalah segala sesuatau yang akan menjadi obyek penelitian dalam penelitian ini terdapat satu variabel yaitu Implementasi Model Homeschooling. Adapun Indikator variabel dalam penelitian ini meliputi :
37
1. Model dan jenis Homeschooling yang diterapkan, 2. Tujuan Melaksanakan Model Homeschooling 3. Kurikulum dan Materi Pembelajaran Homeschooling yang diterapkan 4. Metode Pembelajaran Homeschooling 5. Sistem evaluasi implementasi Model 6. Faktor penunjang model Homeschooling 7. Faktor Penghambat Dalam Implementasi Model Homeschooling 8. Upaya mengatasi hambatan Implementasi Model Hemeschooling D. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini menggunakan dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber data skunder. 1.
Yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sumber data primer adalah Kepala Komunitas, Pengajar, staf administratif dan Orang tua peserta didik Homeschooling.
2.
Sedangkan sumber data skunder adalah sumber data yang tidak langsung, misalnya lewat orang lain, internet atau dokumen yang ada. Sumber data skunder adalah data tertulis dari lembaga dan hasil observasi peneliti.
E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti dalam hal ini menggunakan metode sebagai berikut : 1. Metode Observasi. Metode observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. 2 Observasi ini digunakan untuk mengetahui keadaan umum Komunitas Sekolah
Rumah
Pelangi
Ciputat
dan
bagaimana
implementasi
2
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 203
model
38
homeschooling yang diterapkan di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat tersebut dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Dalam pengumpulan data melalui observasi ini instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah pedoman observasi yang berisi daftar jenis kegiatan atau keadaan yang ingin diteliti. Dalam halini dipertegas oleh Suharsimi Arikunto bahwa metode ini merupakan observasi sistematis yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instruman pengamatan. 3 Metode ini merupakan cara pengumpulan data yang dilaksanakan melalui pengamatan langsung yaitu melihat langsung kondisi lapangan. Metode penelitian ini digunakan untuk menggali situasi secara umum di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat, seperti lingkungan Komunitas, sarana dan prasarana, fasilitas belajar mengajar dan kegiatan belajar mengajar serta suasana kerja kepegawaian, tenaga edukatif serta tenaga administrative dalam rangka menigkatkan motifasi belajar anak. 2. Metode Wawancara. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan nara sumber atau responden dengan menggunakan alat atau panduan wawancara. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terbuka dan wawancara tidak terstruktur. Alasannya digunakan wawancara jenis ini adalah pada wawancara ini memiliki kelebihan-kelebihan diantaranya yaitu dapat dilakukan secara personal yang memungkinkan sekali diperoleh informan yang sebanyak-banyaknya. Secara psikologis wawancara ini lebih bersifat obrolan dan bebas sehingga tidak menjenuhkan informan akan tetapi mengenai pokok permasalahan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Instrument yang digunakan adalah peneliti sendiri yang didukung dengan pedoman wawancara dan recorder. 3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian ; Suatu Pendekatan Praktik, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1985), h. 130
39
Wawancara yang peneliti gunakan bertujuan untuk mengetahui secara mendetail tentang pokok permasalahan mengenai peranan manajemen personalia dalam meningkatkan mutu pendidikan yang ada di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat yang peneliti ambil sebagai tema dalam penulisan skripsi ini. Sehingga didapatkan data-data yang valid dari nara sumber obyek penelitian. 3. Metode Dokumentasi. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenal hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkrip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. 4 Dokumentasi dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu dokumen resmi dan dokumen pribadi. Dokumen resmi merupakan dokumen yang berasal dari suatu lembaga atau organisasi. Dokumen resmi terbagi atas dokumen internal (berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tetapi digunakan dikalangan sendiri)dan dokumen eksternal (yang berupa majalah, buletin, penyataan dan berita yang disiarkan kepada media masa). Dokumen pribadi merupakan catatan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaan. Dokumen pribadi dapat berupa buku harian, surat pribadi dan autobiografi. Metode dokumentasi ini penulis pergunakan berdasarkan dokumen resmi dalam bentuk dokumen internal yang ada Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat. Penulis tidak menggunakan dokumen pribadi karena peneliti tidak menemukan data dokumen tersebut. Metode dokumentasi ini penulis pergunakan untuk mengetahui tentang latar belakang obyek penelitian. Latar belakang obyek penelitian ini meliputi sejarah singkat berdiri dan berkembangnya Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat, kondisi Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat, kondisi motivasi siswa Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat, kondisi guru dan karyawan Komunitas Homeschooling Pelangi Ciputat 4
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian…,h. 132.
40
F. Tehnik Pengelolaan dan Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterngan atau data-data yang diperoleh agar data-data tersebut dapat dipahami bukan saja oleh orang yang meneliti (peneliti), akan tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian itu. Data yang didapat selanjutnya di analisis secara deskriptif untuk mendapatkan kesimpulan akhir dari tujuan penelitian. Analisa data dilakukan selama pengumpulan data dan setelah data terkumpul. Setelah data dari laporan terkumpul dengan menggunakan beberapa metode diatas, maka peneliti mengolah dan menganalisa data tersebut dengan menggunakan analisis deskriptif-kualitatif. .Peneliti menganalisis data hasil penelitian dengan analisis
deskriptif
kualitatif yang merupakan suatu teknik yang menggambarkan, menguraikan dan menginterpretasikan arti data-data yang terkumpul dengan member perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti. analisis data yang dilakukan dengan menata dan menelaah secara sistematis semua data yang diperoleh, penarikan kesimpulan dan verifikasi hasil Peneliti menggunakan teknik analisis data ini dengan menata dan menelaah secara sistematis semua data yang diperoleh. Sehingga diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang obyek penelitian berdasarkan fokus penelitian yang penulis ambil.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. LATAR BELAKANG OBJEK PENELITIAN 1. Gambaran Umum Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat, merupakan Asosiasi Homeschooling dan Pendidikan Alternatif yang terdapat di kecamatan ciputat. Merupakan Perkumpulan pendidikan bagi para homeschooler dan pendidikan alternatif yang ada di Indonesia, khususnya di Kota Tangerang Selatan. Dengan bentuk kemasan yang disebut Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat. Komunitas Sekolah Rumah Pelangi adalah komunitas sehati, sepikir dalam Jalan Kebenaran Hidup dalam mendidik anak-anak untuk tumbuh dan berubah menjadi lebih berhikmat mengenal Kebenaran Yang Memerdekakan. Sehingga mereka tetap menjadi pemilik Istana Surga sampai pada akhirnya, menjadi berkat serta sumber suka-cita bagi orang tua, lingkungan dan bangsa negara Republik Indonesia. Komunitas Sekolah Rumah Pelangi berdiri tahun 1985, pertama kali yang berdiri adalah tingkat TK. Keluarga lulusan TK selanjutnya membentuk SD Kristen Pelangi. Karena SD hanya belajar di gedung perumahan maka tidak pernah diijinkan menjadi sekolah formal. Akhirnya, setelah ada UU No. 20/2003 menjadi Komunitas Sekolah Rumah, pada jalur pendidikan informal dan telah mengembangkan program TK-SD-SMP-SMASMK, dikelola oleh Keluarga Budi Trikorayanto dan para orangtua yang
42
43
menjadi guru-guru anak-anak. Ujian dilakukan bersama Sekolah Formal mitra (UN/UASBN) dan PKBM mitra (UNPK). Dalam setahun ada 3x pilihan mengikuti ujian akhir berstandar nasional. Sampai Junir 2008 ini telah meluluskan 608 siswa melalui UN (sekolah mitra) maupun UNPK; anggota komunitas/peserta didik saat ini berjumlah 167 siswa. Tabel 1. Jumlah Siswa -Siswi Tingkat SD Tahun Ajaran 2009-2010 Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
I II III IV V VI JUMLAH
3 6 5 5 9 9 37
1 2 5 5 7 7 27
4 8 10 10 16 16 64
Tabel 2. Jumlah Siswa -Siswi Tingkat SMP Tahun Ajaran 2009-2010 Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
I II III
4 4 7
15 15 3
19 19 10
JUMLAH
15
33
48
Tabel 3. Jumlah Siswa -Siswi Tingkat SMA Tahun Ajaran 2009-2010 Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
I II III
6 6 4
4 4 2
10 10 6
JUMLAH
16
10
26
44
Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat sebagai lembaga sosial kemasyarakatan yang telah direstui oleh pemerintah sebagai bagian dari Pendidikan Luar Sekolah dalam hal pengorganisasian kebutuhan anak homeschooler & Pendidikan alternatif antara lain berupa memberikan panduan belajar serta buku-buku yang diperlukan, mendatangkan mahasiswa atau pengajar di rumah ( tidak akan dipungut biaya bagi mereka yang tidak mampu), memfasilitasi anak untuk ujian kesetaraan, ujian nasional ataupun ujian internasional dan mendata instrumen belajar yang dibutuhkan anak. Komunitas Sekolah Rumah/Homeschooling diakui dan dilindungi UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sesuai dengan Pasal 4 dan Pasal 27 sebagai Jalur Pendidikan Informal, yaitu pendidikan mandiri oleh keluarga dan lingkungan. Antara jalur pendidikan formal (sekolah biasa), nonformal (pkbm) dan informal (homeschool) dapat saling pindah jalur dengan berkelanjutan dan melengkapi. Tabel 4. Data Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Nama
Komunitas Sekolah Rumah Pelangi
NSS
0000000000
Jenjang Pendidikan
SD, SMP, SMA
Status Sekolah
Swasta
Akreditas
B
Alamat Sekolah
Jl. kutilang c24/7 sarua permai Pamulang Tangerang Selatan Banten 15415. Telp. 021-71680857
Telepon
(021)71680857
Email
[email protected]
Website
http://homeschoolpelangi.blogspot.com
Nama Kepala Sekolah
Erlina vf ratu
Nama Kontak Person
Budi Trikorayanto
45
2. Visi dan Misi a.
Setiap anak memperoleh pendidikan yang terbaik sesuai dengan potensi dan minatnya masing-masing.
b.
Menghormati dan melayani setiap anak dalam pilihan belajarnya, memotifasi dan memfasilitasi belajar mereka, serta membimbing mereka kepada kebenaran yang memerdekakan
3. Daftar Guru/Pembimbing Komunitas SekolahRumah Pelangi Guru/Pembimbing adalah orang tua dan atau guru purna waktu yang secara khusus membimbing anak pembelajar sekolah rumah dalam belajar mandiri. Anak yang dibimbing adalah anak sendiri dan atau anak-anak anggota komunitas. Beberapa orang tua menyerahkan anaknya untuk dibimbing komunitas. Adapun data guru/pembimbing di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat sebagai berikut:
Tabel 5. Data Guru/Pembimbing Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Tahun Ajaran 2009/2010 NO
Tingkat Mengajar
NAMA SD
SMP
SMA
9
9
1
Pak Budi
2
Bu Erlin
3
Pak John
4
Pak Agustinus
5
Kak Alain
6
Pak Jamal
9
7
Pak Yunus
9
8
Pak Yeremia
9
9
Bu Musi
9
10
Bu Murni
9
11
Bu Sherin
9
12
Bu Watimena
9
13
Bu Menik
9
14
Bu Dian
9
9 9 9
9 9
46
9
9
15
Bu Sasha
16
Kak Dharma
9
17
Pak Thomas
9
18
Bu Titi
9
19
Kak Maria
9
20
Bu Manalu
9
21
Kak Jacklyn
9
22
Bu Netha
9
23
Kak Sara
9
24
Pak Jali
9
25
Bu Tini
9
4. Program kerja Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Adapun program kerja Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Wilayah Tangerang Selatan antara lain sebagai berikut: a. Mensosialisasikan Alternatif Pendidikan Homeschooling di lingkungan Tangerang Selatan dalam bentuk terjun langsung pada masyarakat yang kurang mampu, mengadakan seminar-seminar dan penyuluhan di pos PAUD, PKK, menerbitkan buletin dan blog Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat, publikasi di media baik cetak ataupun alternatif, dll. b. Mewadahi kegiatan, penguatan pada anak berkebutuhan khusus, anak berbakat istimewa dan anak marjinal di Tangerang Selatan. c. Mengadakan Family day, parents talk sebagai bentuk pendidikan keluarga dan masyarakat. d. Fasilitator antara masyarakat homeschooler dan pendidikan alternatif dengan pemerintah di Tangerang Selatan. Kegiatan-kegiatan yang menunjang sosialisasi ataupun penguatan masyarakat yang ingin melaksanakan Homeschooling & pendidikan alternatif. Pada tanggal 5 Mei 2007, Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan melaksanakan rapat kerja.
47
5. Fasilitas dan Sarana Pembelajaran Komunitas Sekolah Rumah Pelangi dalam menjalankan kegiatan pembelajaran sekolah rumah ditunjang dengan beberapa sarana dan fasilitas pendidikan yang cukup lengkap, diantaranya: Gedung Pusat Belajar, seluruh sarana prasarana olah raga di Perumahan Sarua Permai, bengkel praktek mekanik otomotif di SMK Fensensius, komputerinternet bersama warnet2, hutan tanaman bakau seluas 7.550 hektar di Banyu Asin Sumatera Selatan
Tabel 6. Keadaan Sarana dan Prasarana Komunitas Sekolah Rumah Pelangi No
Bangunan
Ket.
Jumlah
Kondisi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Ruang teori / kelas Ruang perpustakaan Ruang computer Ruang serba Guna Ruang kepala sekolah Ruang wakil kepala sekolah Ruang guru Ruang tata usaha Ruang reproduksi/lab. Praktik Ruang kami/WC guru Ruang BP/BK Ruang UKS Ruang OSIS Tempat Ibadah Ruang Kantin Ruang media pendidikan Ruang Gudang Ruang KM/WC Siswa Pos Jaga Lapangan olah raga/upacara
Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
11 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
6. Kegiatan Ekstra Kulikuler Kegiatan ekstra kulikuler merupakan kegiatan yang dilakukan diluar jam sekolah regular. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka menambah pengetahuan dan pengalaman bagi anak didik. Di Komunitas Sekolah Rumah
48
Pelangi juga memiliki kegiatan ekstra kulikuler seperti sekolah formal pada umumnya. Jadi selain belajar berkomunitas di kelas, ada beberapa kegiatan ekstra kuler, diantaranya: Belajar di Desa Nelayan di Muara Sungai Simpang Heran, Banyu Asin Sumatera Selatan; belajar dan menjadi anak kost di komunitas mahasiswa UGM di Yogyakarta; pendalaman mekanik otomotif bersama SMK Fensensius Jakarta, kelas bahasa inggrtis bersama native speaker Mr. John Jica & Ms. Sherine Jica dan juga olah raga. Gambar 1. Kegiatan Ekstra Kulikuler Komunitas Sekolah Rumah Pelangi
7. Program Unggulan 1.
Bengkel School bersama SMK FENSENSIUS Jakarta Jurusan Mekanik Otomotif.
2.
Kelas Hutan bersama HTI Bakau PT Ciptamas Bumisubur Sumatera Selatan.
3.
Distance Learning SD/Kelas Jauh bersama SDN Pondok Cabe IV.
4.
Komunitas Tumbuh dan Berbuah bersama GBI Pamulang Raya.
5.
Praktek melayani komunitas pemulung bersama NGO Nehemia Plan
8. Prestasi Komunitas 1.
Merupakan lembaga Sekolah Rumah paling tua dan yang pertama kali melakukan kemitraan ujian dengan sekolah formal.
2.
Memfasilitasi komunitas Homeschooling lain untuk dapat mengikuti UN (Homeschool Kak Seto Jakarta Selatan, SunHomeschooling Jakarta Timur, Rumah Berkemas Jakarta Selatan, School of Universe Parung, Bayiti Janati Jakarta Timur, Maya Lighthouse International School Jakarta Selatan.
49
B. PAPARAN DATA HASIL PENELITIAN 1.
Implementasi Model Homeschooling di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Dalam upaya memberikan layanan pendidikan yang terbaik bagi anak-
anak, para orang tua berusaha memilih pendidikan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan belajar mereka. Akan tetapi relita yang ada menunjukkan ketidakefektifan dan ketidakefisienan sebagian besar proses belajar pada pendidikan formal yang ada saat ini, sehingga banyak orang tua yang memilih mendidik anaknya di rumah (Homeschooling) atau di komunitas sekolah alternative yang dinilai lebih banyak memberikan pengembangan terhadap potensi dan karakter terhadap anak serta meningkatkan motivasi yang tinggi untuk anak belajar. Salah satu bentuk pendidikan Alternatif
yang saat ini sedang
berkembang pesat di Indonesia, yaitu jenis pendidikan HOMESCHOOLING, terutama setelah pemerintah mengakui keberadaannya sejak ditanda tanganinya perjanjian antara pemerintah dengan ASAH PENA pada tahun 2007 1 . Untuk menjalankan pendidikan Homeschooling ini cukup mudah, karena tidak terlalu terbentur dengan peraturan dan system baku dan formal. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Allain selaku WAkil kepala Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat: “Kalau kita mau melaksanakan system belaar seperti Homeschooling ini, biasanya dimulai dengan kelompok pembelajar, kelompok belajar itu tidak perlu banyak orang, sekitar lima orang kemudian kita bimbing, semakin lama otomatis akan banyak relasi dan teman2 yang bergabung. Dan ketika sudah berkembang, di Diknas itu ada jalur khusus yang mengesahkan badan Homeschooling. Otomatis kita akan mengurusin untuk didaftarkan ke depdiknas. Untuk diberikan status. Untuk pendaftarannya dilakukan di depdiknas pusat”. Dari pernyataan tersebut bahwasanya untuk memulai melaksanakan Homeschooling komunitas itu cukup mudah, yaitu cukup dengan satu sampai 1
Dokumentasi surat kerjasama antara Pemerintah dan Masyarakat yang diwakili oleh
Asah Pena
50
lima orang untuk memulai melaksanakan Homeschooling, jika ingin dikatakan sebagai komunitas atau Homeschooling majemuk. Namun jika ingin melaksanakan Homeschooling sendiri itu juga bisa. Homeschooling yang terdapat di Indonesia saat ini, sesuai dengan Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 termasuk jalur pendidikan informal. Jadi bukan lagi menjadi sesuatu yang tidak biasa di Indonesia. Homeschooling sudah terdapat badan yang sah sebagai pelegitimasi Homeschooling di Indonesia, da sudah ada bentuk kerjasamanya antara pemerintah dengan masyarakat yang diwakili oleh ASAH PENA yang diketuai oleh Kak Seto Mulyadi. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Allain : “…Homeschooling ini masuk di jalur informal. Jadi bukan lagi menjadi sesuatu yang tidak biasa di Indonesia. Jadi sudah ada badan yang sah sebagai pelegitimasi Homeschooling, dah sudah ada bentuk kerjasamanya antara pemerintah dengan masyarakat yang diwakili oleh ASAH PENA” Komunitas sekolah Rumah Pelangi yang terdapat di daerah ciputat Tangaerang selatan menjadi salah satu sekolah alternative yang menawarkan system dan metode baru dan kreatif. Dan sudah mendapatkan legitimasi secara sah dari pemerintah Kota Tangerang Selatan. Karena Homeschooling sudah menjadi bagian dari jalur pendidikan di Indonesia, yaitu jalur Informal. Untuk bergabung di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat ini cukup mudah, yaitu seperti yang dikatakan oleh Bapak Allain: “...kalau prosedur pendaftaran seperti biasa, petama meninjau lokasi sekolah, jenjang anaknya kelas berapa, pemilihan programnya apakah setiap hari, disekolah apa di rumah, dengan tanpa adanya tes masuk. Peserta didik jika sudah cocok maka langsung bisa belajar bersama kami di komunitas pelangi ini. Untuk penempatan kelas di sekolah pelangi kita lihat dulu dia pindahan atau bukan, kalau pindahan kita lihat kelas disekolah sebelumnya.” Jadi kalau peneliti gambarkan, bahwa untuk mendaftarakan anakanaknya, orang tua tidak terlalu sulit, karena komunitas Homeschooling mempermudah pendaftarannya dengan tidak memberlakukan tes masuk. Tinggal milih mau belajar dikelas berapa. Tentunya usia dan kemampuan anak akan menajdi seleksi alam dalam proses perjalanannya.
51
a) Model dan Jenis Homeschooling yang diterapkan Pelaksanaan pendidikan Homeschooling di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi menggunakan Jenis dan model yang khusus untuk Homechooling. Tentunya berbeda dengan pendidikan formal pada umumnya. Bapak Allain menuturkan kepada peneliti : “Dari yang saya ketahui dan saya jalankan selama ini, model yang digunakan di Homeschooling pelangi adalah model Montessori, jadi siswa dituntut untuk berkreativitas dan berekspresi dan begitu juga pembimbingnya tidak semesti guru, bisajuga kaka guru, orang yang berpengalaman yang berfungsi untuk membimbing, dan pembelajarannya pun tidak kaku dan monoton misalnya bab perbab atau pembahasan perpembahasan, akan tetapi kita bisa mengambil pembelajaran penelitian di luar sekolah, teknis presentasi masih banyak metode yang bisa digunakan dalam praktek pembelajaran hmeschooling ini”. Dari Pelangi
hasil pengumpulan data, bahwa Komunitas Sekolah Rumah
Ciputat
Homeschooling
Tangerang komunitas,
Selatan jenis
Jenis ini
yang
merupakan
terapkan gabungan
adalah dari
Homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok, sarana dan prasarana, serta jadwal pelajaran. Apabila dilihat ada kemiripan antara Walaupun belajar
Homeschooling dengan sekolah biasa.
dengan beberapa orang
anak seperti sekolah formal,
namun esensinya tetap Homeschooling. Karena mereka tetap belajar secara bebas, fleksibel, menyenangkan dan sesuai dengan minat mereka. Tidak ada ketentuan waktu untuk belajar. Sehingga anak mampu mengutarakan aspirasi dan inisiatif mereka dalam belajar. Sedangkan model yang diimplementasikan adalah
Montessori dan
homeschool unit pembelajaran (unit studies) yang memakai minat anak dalam suatu subjek. Serta versi orang tua, pengajar, dan anak juga yang mengarahkan. Dalam model siswa tidak belajar satu mata pelajaran tertentu (matematika, bahasa, IPA, IPS) tetapi mempelajari banyak mata pelajaran sekaligus melalui sebuah tema yang dipelajari. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti mendapatkan penemuan dan penilaian terhadap proses pembelajaran anak didik di komunitas sekolah
52
rumah Pelangi, yaitu : “Terlihat bahwa anak-anak tersebut sangat antusias pada pelaksanaan outing, yang tempatnya di perkumpulan tukang ojek daerah kampong sawah ciputat, keduanya pun bertanya banyak hal pada salah satu tukang ojek mulai keluarga, pekerjaan, sampai penghasilan tukang ojek tersebut. Sesuai outing, mereka pun menulis dengan bentuk cerita tentang apasaja pengalamannya tadi, dalam bahasa mereka sendiri. Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan juga mengimplementasikan model Montessori, dimana murid dituntut untuk kreatif dalam memilih materi pelajaran yang sesuai dengan beberapa mata pelajaran sekaligus di dalam kelas, dan model The Living Books yaitu anak membaca buku kemudian menceritakannya kembali dengan bahasanya sendiri. Hal ini memastikan bahwa mereka mengerti apa yang dibacanya Pendekatan ini mengajarkan kebiasaan baik, keterampilan dasar (menulis,
membaca,
matematika),
serta
mengekspos
anak
dengan
pengalaman nyata, seperti berjalan-jalan, mengunjungi museum, berbelanja ke pasar, mencari informasi di perpustakaan. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Allain Handryatno selaku Wakil kepala Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat tentang model dan jenis yang diterapkan beliau menuturkan : “Selain model ,Montessori kami juga menerapkan model unit pembelajaran (unit studies) yang memakai minat anak dan kemudian menyatukannya dalam bidang seperti matematika, bahasa, sains, dan outing. Serta versi pengajar dan inisiatif anak juga yang mengarahkan. Tetapi hal tersebut bukanlah yang utama karena yang terpenting dalam proses belajar tetaplah menanamkan mental belajar sehingga anak memperkaya khasanah keilmuannya dengan mandiri dan bukan tergantung pada buku teks maupun lembar kerja. Buku dan lembar kerja hanyalah sarana pendukung saja, itupun bila anak bersedia. Keluarga Ibu Larsih memulai bergabung dengan model pendidikan Homeschooling dikarenakan kecewa dengan pendidikan formal yang ada, dimana ketika anaknya yang tergolong hiper aktif dan pendek pemikirannya, dimasukkan di Sekolah Dasar Formal, namun pihak sekolah baik guru maupun kepala Sekolah memberlakukan anaknya dengan tidak wajar.
53
Sehingga Ryan kecewa dan tidak mau lagi belajar. Oleh karena itu Ibu Larsih mencarikan pendidikan alternative yang bisa menerima Ryan belajar dengan nyaman dan happy. Ibu larsih menuturkan: “Anak saya itu kan punya konsentrasi pendek dan hiper aktif, awalnya saya masukkan ke SD formal, tapi anak saya kurang ada perubahan dan gurunya kurang memahami terhadap kondisi anak saya, saya kecewa dengan sekolah disitu. Maka saya cari sekolah yang bisa menerima anak saya. Pernah saya sekolahkan di SD lain, namun kepala sekolahnya bilang kalau anak saya tidak bisa belajar disekolah tersebut. Sekolah formal memang terkadang kurang banyak memperhatikan secara khusus bagi siswa yang memilki kelain mental, terutama bagi siswa yang hiper aktif. Apalagi guru yang tidak sabar dan memilki jiwa penyayang, cendrung memarahi dan menyakiti secara fisik anak didik yang kelihatannya agak nakal. Keterbatasan siswa untuk bergabung dengan sekolah formal juga menjadi kendala saat ini. Trauma dan rasa takut terhadap Sekolah Formal memang menjadi momok di duni anak-anak. Untuk diajak kesekolah terkadang anak-anak merasa sebuah penjara yang penuh dengan kekerasan dan ketidakadilan social. Seperti yang terjadi pada Ryan anak Ibu larsih. Beliau menuturkan: “Dulu soalnya ketika sekolah di SD negeri anak saya dibentak-bentak, dicubit dan dikasarin. Jadi trauma untuk masuk ke sekolah lagi. Tapi sekarang dengan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki bisa belajar di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat ini”. Setelah mengalami kekecewaan terhadap SekolahFormal, akhirnya Ibu larsih memasukkan anaknya ke Homeschooling setelah bertemu dengan Ibu Erline dan Pak Budi. Dari sinilah Ibu Larsih terbuka dan sadar bahwa Homeschooling lah yang tepat dan pas untuk anaknya Ryan melanjutkan belajar demi masa depannya. Seperti yang diungkapkan beliau : “Puji tuhan, ketika saya ketemu ibu erlin dan pak budi mengikuti seminar Homeschooling, kemudian saya berfikir bahwa anak saya sepertinya tepat untuk diHomeschoolingkan. Akhirnya tahun ajaran 2009 saya punya tekad dengan didorong oleh teman-teman komunitas saya di rumah, saya mencoba untuk menghubungi ibu erline untuk mendaftarkan anak saya di Homeschooling pelangi. Disini kan harganya bisa terjangkau. Itu juga ada dorongan dari bisikan tuhan
54
untuk mencarikan anak saya sekolah kembali di sekolah alternative”. Ryan merupakan anak yang sangat aktif dan membutuhkan tempat untuk mengekspresikan diri. Memilih Homeschooling model pendidikan merupakan trend pendidikan yang baru di Indonesia yang menurut keluarga ibu Larsih lebih mengantarkan Ryan pada pencapaian terbaiknya. Menurut hasil wawancara dengan keluarga homeschooler Ibu Larsih tentang Jenis dan model Homeschooling yang diterapkan. Keluarga Ibu Larsih dalam menjalankan pendidikan Homeschooling menggunakan jenis Komunitas, yaitu dengan dimasukkannya Ryan ke Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat, dan model yang digunakanpun juga mengikuti apa yang diterapkan di komunitas tersebut. beliau menuturkan : “Dalam pelaksanaan Homeschooling sendiri Kami menerapkan Model Montessori dan sebagai tambahan The Living of Book yang dikembangkan oleh charlott Maseon, dan saya menggunakan bentuk Homeschooling komunitas untuk jenisnya. Karena di komunitas anak saya bisa bersosialisasi dengan teman sebayanya. Menurut hasil wawancara dengan Ibu Ria yang juga sebagai keluarga homeschooler tentang model Homeschooling yang diterapkan beliau menuturkan : “Iya Dalam pelaksanaan Homeschooling, model dan jenis yang diterapkan Homeschooling komunitas dan model unit pembelajaran (unit studies) yang memakai minat anak dalam suatu saya dan kemudian menyatukannya dalam bidang seperti matematika, bahasa, sains, TIK, dan outing. Serta versi orang tua juga yang mengarahkan. Beliau juga masuk pada Homeschooling komunitas dan model homeschool unit pembelajaran (unit studies) yang memakai minat anak dalam suatu subjek dan kemudian menyatukannya dalam bidang seperti matematika, bahasa, sains, TIK (teknologi informasi dan komunikasi), dan outing. Serta versi orang tua juga yang mengarahkan. Orang tua dan anak membuat kesepakatan dalam menyusun jadwal belajar. Anak juga diberi tanggung jawab dan hak untuk belajar. Dalam komunitas anak belajar selama 2 hari Selasa dan Kamis dengan materi sains
55
dan outing, selebihnya orang tua yang memberikan dan mendampingi anak dalam belajar dirumah, pagi pukul 08.00-11.00 wib anak belajar mandiri dan malam pukul 18.00-19.00 wib anak belajar tentang kesulitan pada saat belajar mandiri, orang tua memberikan stimulus kepada anak untuk mendiskusikan meteri secara bersama-sama. Sehingga, dapat melatih anak untuk berfikir dan mandiri, serta mampu melewati proses berfikir secara mandiri. b) Tujuan Melaksanakan Model Homeschooling Setiap lembaga pendidikan yang ada, pasti memilki tujuan yang ingin dicapai, termasuk Homeschooling Pelangi Cipuat, Tujuan Homeschooling pada Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Berdasarkan hasil wawancara dengan dengan Bapak Allain Handryatno selaku Wakil kepala Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan tentang tujuan dalam pelaksanaan Homeschooling. beliau menuturkan: “Tujuan dalam pelaksanaan Homeschooling ini Hanya ingin lebih meningkatkan potensi anak secara optimal lebih cepat, fleksibel dalam materi, meningkatkan potensi dan kreatifitas yang anak miliki, yang terpenting supaya anak tidak terhambat. Dengan demikian, berdasarkan pernyataan diatas, Tujuan
dari
implementasi model Homeschooling pada Komunitas Sekolah Rumah Pelangi adalah untuk meningkatkan potensi secara optimal pada anak, jadwal belajar dan materi fleksibel tergantung kesepakatan orang tua dan anak, peningkatan potensi dan kreatifitas yang dimiliki oleh anak dan tidak terhambat dalam segala hal. Selain diatas, pelaksanaan Homeschooling ini juga ingin membentuk karakter anak didik yang baik. Sesuai dengan potensi positif yang dimilkinya. Sehingga karakternya terbangun adalah benar-benar karakter yang menjadi modal anak-anak bermasyarakat dikemudian hari. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Bapak Allain : “Disini menjadikan siswa terbentuk karakternya dengan baik, sehingga secara otomatis generasi kita terbentuk dengan baik juga.
56
Karakter yang kita bangun dan kita kembangkan berdasarkan dengan nilai-nilai kehidupan yang ada. Baik agama dan social masyarakat yang ada. Kami selalu memperhatikan betul-betul karakter yang akan berkembang dalam diri anak” Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan keluarga Homeschooler Larsih
tentang
bagaimana
mengetahui
pelaksanaannya serta tujuan dalam
memilih
Homeschooling,
proses
Homeschooling
beliau
menuturkan : “Saya mengetahui Homeschooling itu yang pasti melalui media, browsing di Internet di situsnya kak Seto dan penduannya dari Homeschooling Jakarta dari situs www.Sumardiono.com. “dan tujuan saya memilih Homeschooling sebagai model pendidikan bagi anak saya ya hanya untuk mengoptimalkan minat dan bakat anak saya, karena anak saya termasuk aktif dan perkembangannya sangat cepat. Alasan anak secara
memilih optimal,
Homeschooling fleksibel
dalam
yaitu materi,
meningkatkan relatif
murah
potensi yang
terpenting supaya anak tidak terhambat. Beliau berpikir bahwa Yohanes Gerandtino memiliki tingkat kecerdasan dan kebutuhan belajar yang berbeda dengan yang lain begitu pula sebaliknya. Yohanes Gerandtino bisa belajar lebih capat dan takut terhambat karena terhalang oleh sistem pendidikan yang menekan bukan kebebasan pada anak. Anak bisa berkompetensi atau mahir dalam kognitif, motorik, maupun afektifnya. Mencari banyak pengetahuan tentang Homeschooling dari buku-buku, internet, shering sama teman dan keluarga. Kemudian setelah satu tahun belajar tentang Homeschooling, mencari literatur yang mendukung baru memulai daftar ke diknas untuk menjadi keluarga homeschooler, sebelumnya membuat kesepakatan terlebih dahulu antara orang tua dan anak. Jadi ada kesepakatan antara orang tua dan anak dalam memilih. Beliau berpikir bahwa Yohanes Gerandtino memiliki tingkat kecerdasan dan kebutuhan belajar yang berbeda dengan yang lain begitu pula sebaliknya. Yohanes Gerandtino bisa belajar lebih capat dan takut terhambat karena terhalang oleh sistem pendidikan yang menekan bukan kebebasan pada anak. Anak bisa berkompetensi atau mahir dalam kognitif, motorik, maupun
57
afektifnya. Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan keluarga Homeschooler Ibu
Ria
tentang
pelaksanaannya
bagaimana
serta
tujuan
mengetahui
Homeschooling,
proses
Homeschooling
beliau
dalam memilih
menuturkan : “Saya mengetahui Homeschooling serta proes pelaksanaanya dari buku-buku, internet, banyak shering sama teman dan keluarga. “tujuan memilih Homeschooling Untuk meningkatkan potensi anak saya secara optimal, fleksibel dalam materi, relatif murah yang terpenting supaya anak saya tidak terhambat. c) Kurikulum diterapkan
dan
Materi
Pembelajaran
Homeschooling
yang
Pelaksanaan pendidikan di Homeschooling Pelangi Ciputat memang berbeda dengan proses pembelajaran yang di sekolah formal. Kalau di Homeschooling anak-anak bisa belajar dimanapun kapanpun, dan dengan siapapun. Sehingga terjadi fleksibelitas belajar. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Allain : ”....Kalau disini kita membimbing anak agar bisa belajar dimana saja yang mereka suka, bisa mengembangkan teori sendiri, dirumah bisa, disekolah bisa dibawah pohonpun bisa. Fleksibelitas tersebut tentunya tidak mengindahkan kurikulum nasional untuk mencapai tujuan pendidikan Dari pernyataan tersebut diatas, kita bisa menilai bahwa praktek pembelajaran yang dilakukan di Homeschooling itu lebih fleksibel, tidak terikat oleh ruang dan waktu yang kaku dan membosankan. Namun tetap mengacu pada kurikulum Nasional yang ada. Sedangkan untuk jadwal pelaksanaan pembelajaran di komunitas pelangi tidak terlalu padat oleh mata pelajaran. Karena setiap harinya hanya belajar satu sampai dua mata pelajaran. Kalau jam pelajarannya hanya tiga jam maksimal setiap mata pelajaran. Hal ini juga tergantung materi dan metode yang digunakannya. Ibu Jaqline menuturkan : “Setiap mata pelajaran 1 jam. Dalam satu hari ada 1 mata pelajaran, tapi kadang-kadang ada 2 mata pelajaran. Tergantung guru dan minat anak didik untuk belajar. Disini kita Masuk jam 07.00 pagi secara
58
serentak, mulai setara TK, SD, SMP dan AMA Namun kelas VII dan VIII itu siang jam 13.00 karena kita ada keterbatasan ruangan”. Pelaksanaan kurikulum, dan system Evaluasi Homeschooling pada Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan Dalam pelaksanaan pembelajaran di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat pemilihan kurikulum dan materi pelajaran masih ditentukan oleh pihak sekolah dengan mengacu pada kurikulum Nasional yang dikeluarkan oleh DIKNAS. Jadwal dan materi disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi anak bisa dengan mengadaptasi kurikulum (diknas) dan membuat kurikulum sendiri atau kombinasi keduanya. Waktu bisa kapan saja, materi bisa apa saja sesuai kebutuhan anak. Bapak Allain menjelaskan kepada peneliti : “Kalau kurikulum tetap masih dibikin oleh lembaga, dengan tidak keluar dari kurikulum depdiknas. Dengan sekolah formal kita tidak menyimpang jauh, hanya kita menerapkan metode-metode Homeschooling. Lebih meningkatkan kreatifitas anak-anak, dengan model mentoserri kita kombinasikan dengan kurikulum nasional, tujuannya untuk meningkatkan kreatifitas anak didik untuk pencapaian prestasinya”. Dengan demikian Kurikulum di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat dibuat sendiri disesuaikan dengan potensi anak didik dan tentunya tidak keluar dari kurikulum nasional. Misalnya keluarga peternak mengajarkan memerah susu, membantu kambing/sapi melahirkan, member vaksinasi, menghitung berapa liter susu yang
dihasilkan,
menghitung
keuntungan berjualan susu, daging sapi dll. Pelayanan khusus untuk anak berkebutuhan khusus seperti melatih mereka menguasai life skill untuk kehidupan mereka selanjutnya. Menurut hasil wawancara peneliti dengan pengajar di lembaga Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat tentang
bagaimana
materi,
metode seta sistem evaluasi yang digunakan dalam melaksanakan model Homeschooling beliau menuturkan : “Saya tanamkan ke anak, bahwa belajar bisa dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Untuk materi mengkombinasikan antara kurikulum diknas dan kurikulum sendiri. Jadi kita sesuaikan juga
59
dengan kebutuhan dan potensi yang dimilki oleh anak didik di sini. Proses belajar mengajar dapat dilaksanakan di berbagai lokasi dan tempat yang sudah ada baik milik pemerintah, masyarakat maupun pribadi, seperti gedung sekolah, madrasah, sarana-sarana yang dimiliki pondok pesantren dan yang lain, seperti masjid dan gereja. Termasuk belajar di atas pohon dan di lapangan. Tentunya materi yang digunakan masih mengacu pada kurikulum nasional. Diantara materi yang diberikan itu bisa diambil dari internet atau dari yang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Jacqueline Mercy Oroh : “Kalu materi kita guru yang menyiapkan, yang diambil dari sekolah elektronik yang sudah disediakan di internet. Sedangkan materi belajarnya itu adalah membaca, kemudian mereka mempresentasikan kembali apa yang dibacanya, sehingga mereka butuh konsentrasi tinggi dalam belajar” Walaupun materinya dan kurikulum dalam sistem Homeschooling itu masih fleksibel dan terkesan bebas. Namun guru yang mengajar di Homeschooling komunitas perlu memiliki target dalam mengajar. Sehingga kompetensi yang dicapainya tidak keluar dari acuan kurikulum Nasional sebagai kurikulum bersama. Pengajar di Homeschooling memang lebih flaksibel dan lebih akrab dengan siswa, sehingga bagi siswa yang memilki tingkat kecerdasan yang rendah bisa mendapatkan perlakuan lebih dari guru. Hal ini disampaikan oleh Jacqueline Mercy Oroh : “Guru memang harus ada target dalam mengajar, namun kita harus mengimbangi juga bagi siswa yang agak lambat dan yang cepat dalam mengakap pelajaran. Ini juga tergantung pada kemampuan anak dalam menangkap pelajaran. Jika terdapat yang lamban, maka kita berikan pendampingan khusus kepadanya”. Untuk menunjang kreativitas dan fleksebelitas system belajar si Homeschooling, maka buku yang dijadikan sebagai referensi juga sangat fleksibel. Dari manapun dan dari siapapun anak diperbolehkan untuk mendapatkan bacaan lain. Yang terpenting kompetensi yang ingin dicapai tidak keluar dari referensi yang diperoleh. Untuk saat ini duni teknologi dan informasi banyak memberikan nilai positif dalam pelaksanaan pembelajaran dan pendidikan. Termasuk di Homeschooling pelangi Ciputat. Ibu Jacqueline
60
Mercy Oroh menuturkan : “Buku-buku yang digunakan oleh murid ada buku panduan yang dianjurkan oleh guru, namun soal referensi materi bisa mengambil dari mana saja, yang penting sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dicapai pada pelajaran yang akan dipelajari”. Sebagaimana hasil wawancara dengan keluarga homeschooler tentang proses anda pemberikan
materi,
metode, serta system evaluasi pada
pelaksanaan model Homeschooling dikeluarganya beliau menuturkan: “Mengenai proses pemberian materi, metode dan evaluasinya Saya cari-cari kurikulum untuk Sekolah Dasar apa saja lalu saya terapkan di rumah, tidak formal saya menyelipkan pelajaran sambil bermain. Contohnya kemarin saya membawa anak saya ke Bintaro Plaza di lantai dua kan ada “Mairimain” yang merupakan arena edukatif. d) Metode Pembelajaran Homeschooling Sedangkan metode yang digunakan dalam menyampaikan materi dan kurikulum pembelajaran di Komunitas Pelangi adalah metode Peta pikiran yang dibangun oleh Adamcho menjadi metode utama, namun metode yang lain masih juga dioergunakan, tergantung kebutuhan pengajar dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Bapak Allain mengungkapkan : “Kita dalam mengajar selama ini menggunakan Metode adamco peta pikiran(maind map), termasuk juga Tanya jawab, diskusi dll. Mereka pasti bisa jawab apa yang guru tanyakan. “Di pelangi ini kita tidak menutup kemungkinan digunakannya metode yang dirasa bagus untuk digunakan disini. Misalnya bahasa inggris kita kombinasikan dengan bahasa Indonesia belengual. Misalnya matematika dengan metode menghitung cepat, metode presentasi, mind map, system adamco juga kita jalankan, jadi kita tidak menutup metode-metode apa saja bisa kita gunakan ini tujuannya untuk mengembangkan proses pembelajaran Dengan demikian di komunitas Pelangi metode pembelajaran yang digunakan tidak baku dan kaku, namun ada metode utama yang setiap guru harus menggunakan pada materi yang dianggap Utama dan penting untuk dipahami oleh anak didik. Namun untuk metode yang lain menjadi metode pendukung dan pelengkap. Karena jika menggunakan satu metode, maka murid akan jenuh dalam belajar. Bapak Allain memperkuat dengan
61
pernyataannya : “Metode yang digunakan kita padukan, ada yang ceramah, mengikuti buku paket, dengan cara siswa sendiri yang memilih materi dan membuat soal-soal latihan, sistem diskusi, sistem video, yaitu siswa diajak nonton bareng dan diminta bikin catatan poin-poin yang dapat dimabil sebagai pelajarandalam film tersebut dan diminta untuk menjelaskan kembali. Jadi belum ada sistem yang baku dalam penggunaan metode belajar, masih terbuka dengan metode yang ada. Disini guru dituntut sekreatif mungkin dalam mengajar. Seperti metode sircle teaching (belajar setengah lingkaran) tujuannya guru mampu memantau secara individu terhadap siswa Sedangkan materi, metode pembelajarannya. Untuk materi mengkombinasikan antara kurikulum diknas dan kurikulum sendiri dengan memberikan pengertian pada anak, bahwa belajar bisa dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Serta memberikan dorongan pada anak untuk giat dan rajin belajar dengan memberikan system evaluasi, agar orang tua dan anak tahu letak kesulitan dan kesalahannya, begitu pula kemahirannya Sistem evaluasi pembelajarannya dengan protofolio. e) Sistem evaluasi implementasi Model Sistem evaluasi dan penilaian juga merupakan bagian dari system pendidikan di Indonesia, jadi setiap lembaga pendidikan harus memeiliki system evaluasi dan penilaian terhadap hasil blejar siswa. termasuk di Homeschooling. Jika peneliti nilai system evaluasi yang digunakan oleh pelangi Ciputat masih seperti pendidikan formal pada umumnya. Namun terdapat tambahan dalam kreatifitas kemandirian belajar siswa. hal ini diungkapkan oleh Bapak Allain : “Ujian tengah semester dan akhir semester juga masih deberlakukan. Seperti halnya perkuliahan, anak dituntut lebih aktif, lebih rajin, ada system komunikasi dalam presentasi. Jadi kerjasama antara guru dan anak, tidak guru aja yang aktif seperti pada umumnya. Jadi bukan guru saja yg pinter, anak juga bisa lebih pinter, sehingga ada komunikasi dua arah, jika murid lebih tahu, maka guru menerimanya. Sedangkan laporan dan penilaian pendidikan anak Homeschooling dilakukan dengan portofolio atau penilaian/report Homeschooling yang berisi
62
penjelasan apa saja yang dilakukan oleh anak, bisa berbentuk deskripsi, karya atau CD. Akan tetapi, secara umum pelaksanaannya masih disesuaikan dengan system pendidikan Nasional. Demikian pula Penilaian dan Ujian Kesetaraannya. Bapak Allain juga menjelaskan tentang penilaian bagi anak Homeschooling yang akan berpindah ke jenjang yang lebih tinggi. Bapak Allain menjelaskan saat wawancara dengan peneliti : “Sistem evaluasinya juga kita dengan protofolio. Yang pelaksanaannya dalam komunitas selama dua hari yaitu hari selasa, dengan materi program OCC (Outing Class Club) dan hari kamis, dengan meteri sains (pengetahuan umum) dan special class. Disni kita bisa menilai, bahwa penilaian yang dilakukan oleh pihak komunitas Homeschooling pelangi sangat komprehensif, karena menilai secara utuh apa yang dilakukan dan dijalani oleh anak selama belajar di kelas yang sedang dijalaninya. Sehingga penilaiannya bisa lebih objektif dan berbasis keadilan untuk semua. Untuk kenaikan tingkat kelas di Homeschooling pelangi menggunakan model Akselerasi, jadi siswa tidak perlu menunggu 6 tahun untuk tingkat dasar, 3 tahun untuk SMP dan SMA. Itu semua bisa ditempuh lebih cepat dari waktu normal sekolah formal biasa. Jadi siswa bisa naik kelas lebih cepat dari teman-teman
seusianya
di
sekolah
formal.
Bapak
Allain
dalam
wawancaranya dengan peneliti menuturkan: “…di Homeschooling ada juga program akselerasi, kalau di sekolah formal, misalnya SD itukan enam tahun, SMP tiga tahun dan SMA tiga tahun, maka di Homeschooling bisa menyelesaikan jenjang tersebut dengan lebih cepat dari yang biasa. Misalnya lima tahun ada anak didik yang dinilai mampu mengikuti ujian, maka dia boleh mengikuti ujian Nasional. Tentunya dengan berpatokan pada kemampuan anak. Kalau di SMP atau SMA minimum dua tahun dan tidak perlu sampai tiga tahun. Jika kita nilai sudah mampu untuk ikut ujian, kita usulkan untuk ikut ujian”. Dengan demikian dapat digambarkan bahwa Yang mengusulkan untuk ikut ujian tersebut adalah dari pembimbing, kemudian ketua, kita lihat prestasi anak tersebut sudah mampu apa belum. Penilaiannya kita tdak hanya dilihat dari materi-materi saja, melainkan kita lihat keagresifan dan keaktifan anak tersebut di kelas. Anak didik juga diperbolehkan untuk mengajukan
63
untuk mengikti ujian, dengan terlebih dahulu di evaluasi oleh pembimbing terhadap factor-faktor yang mendukung diperbolehkannya anak mengikuti ujian di pertengahan. Sistem evaluasinya dengan penilaian secara berkala dan continu tentang keaktifan, keagresifan, kerajinan, dan sikapnya anak tersebu Namun untuk melaksanakan ujian nasional, pihak Homeschooling masih bekerjasama dengan sekolah formal yang ada, aatau mengikuti ujian kesetaraan
yang
diselenggarakan
oleh
pemerinyah.
Tapi
Beberapa
Homeschooling yang sudah bagus biasanya bisa melaksanakan ujian Nasional sendiri. Kalau di Pelangi seperti yang diungkapkan oleh Bapak Allain : ”Kami bekerjasama dan bergabung dengan sekolah formal yang lain juga untuk keikutsertaan anak-anak homeshooling dalam Ujian Nasional. Bisa juga ikut jalur persamaan yang ada di Depdiknas, atau bergabung dengan sHomeschooling yang lain juga”. Jadi di Pelangi masih melaksanakan Ujian Nasional dengan bekerjasama dengan sekolah Formal yang ada. Dan juga ada yang mengikuti paket kesetaraan yang dilekasanakan oleh Diknas setelah pelaksanaan Ujian Nasional Reguler. Karena Homescholling yang dijalankan di pelangi ini merupakan jenis komunitas, dimana orang tua sudah menyerahkan anak-anaknya untuk dibinan dan diajari oleh pihak pengajar di komunitas, maka kerjasama dan mitra untuk mendidik anak-anaknya tidak lepas begitu saja. Bapak Allain menjelaskan kepada peneliti saat diwawancara: “Kita bekerjasama dengan orang tua dalam membangun karakter anak, dirumah orang tua adalah guru bagi anak-anaknya, orang tua bisa langsung mengajar anaknya di sekolah dengan cara berkomunikasi dengan pihak sekolah pelangi untuk materi yang harus diajarkan pada anak selama anak belajar di rumah. Jadi kita flaksibel. Orang tua bisa izin untuk mengajar anaknya di rumah, untuk materi dari sekolah”. Dari penjelasan Bapak Allain diatas, menunjukkan bahwa Pihak orang tua dan komunitas senantiasa bekerjasama dalam membangun karakter anak. Baik di rumah mapun di komunitas. Bahkan jika berhalangan orang tua juga bisa izin untuk belajar total dirumah selama beberapa hari. Tentunya materi dan kurikulumnya minta ke komunitas.
64
Motivasi belajar anak Homeschooling tentunya juga berbeda dengan anak-anak yang belajar di sekolah formal. Karena fleksibelitas dan kreativitas yang
diterapkan
di
Homeschooling
mampu
mendorong
anak-anak
Homeschooling di Pelangi lebih tinggi. Sehingga prestasi yang diraih oleh anak-anak lebih besar. Hal ini tentunya dikarenakan bimbingan yang sangat intens yang dilakukan oleh pihak komunitas sangat membantu menyelesaikan segala bentuk permasalahan belajar mereka. Bapak Allain saat diwawancarai oleh peneliti menuturkan : “…Yang kita perhatikan, dari waktu kewaktu kecakapan dan prestasi siswa dalam pelajaran semakin berkembang pesat, karena kita memang menekankan pada kemandirian belajar anak, guru hanya sebagai pendamping belajar dan pembimbing. Motivasi belajar anak juga meningkat dengan cukup baik, kalau sebelumnya ketika awal mereka masuk sedikit kesulitan kita membingbing mereka, mungkin karena mereka sudah terbiasa dengan lingkungan sebelumnya”. Kalau kita lihat dari pernyataan Bapak Allain diatas, motivasi belajar anak antara sebelum bergabung dengan sesudah belajar di komunitas Homeschooling ada peningkatan dalam belajar. Ini menunjukkan bahwa Homeschooling mampu meningkatkan motivasi belajar anak. Peran guru disini juga sangat penting dalam mendorong minta dan motivasi belajar anak. Seperti diajak bercanda dan menjadi teman bermain ketika jam pelajaran sudah selesai. Hal ini diungkapkan oleh seorang guru : “Saya senangnya mengajar sambil memberikan gurauan dan hiburan. Tentunya mengajar yang benar. Yang pasti dengan sepenuh hati saya mengajar dan kasih sayang. Seperti kita berikan pujian kepada anak didik. Baik yang berprestasi maupun yang tidak. Apapun karya mereka, kami guru selalu memberikan pujian dengan memberikan perbaikan yang memotivasi belajar mereka”. Selain dengan cara pendampingan dan bimbingan yang dilakukan di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat, peraturanpun seperti sekolah formal juga diberlakukan disini. Namun tidak untuk menggunakan seragam sekolah yang tertentu seperti sekolah formal. Disini peraturannya lebih pada waktu dan kedisplinan belajar. Saat peneliti menemui Bapak Allain, beliau mengatakan: “Peraturan yang diberlalukan di sekolah pelangi sama seperti sekolah
65
formal. Jam tujuh dia harus sudah dating di sekolah. Bagi yang tidak mengikuti peraturan tetap akan diberi surat peringatan, memanggil orang tuanya. Kalau untuk seragam kami bebas, jadi kami mengikuti metode mentosseri, lebih enjoy dan flaksibel. Ada seragam hanya digunakan pada hari senin. Mereka kami ajak untuk menyatu dengan alam dan berpakaian yang happy dalam hati mereka masing-masing. Itulah yang jadi daya tarik sekolah pelangi”. Menurut hasil wawancara dengan Pengajar di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat tentang tingkat motivasi belajar anak di Homeschooling sangat tinggi, dan antusiasme untuk ingin tahu sesuatu dengan sendirinya itu sangat besar, beliau menuturkan : “Menurut saya motivasi belajar anak-anak sangat tinggi, kalau mereka datang ke komunitas pasti langsung membuka buku dan mengulang pelajaran yang kemaren dipelarinya. PR yang diberikan oleh guru di komunitas tanpa saya suruh kerjakan, pasti anak-anak kerjakan sendiri. Kecuali jika ada yang tidak dimengerti baru nanya ke saya. Memang Homeschooling menyediakan tempat bagi anak yang multi karakter dan latar belakang keluarga yang juga berbeda,. Kebutuhan setiap anak berbeda-beda, tidak semua lembaga pendidikan formal menyediakan dan tau akan pendidikan yang dibutuhan setiap anak. Orang tua lebih tau dan paham akan kebutuhan pada anak, sedangkan di sekolah
formal kebutuhan anak kurang diperhatikan dan cenderung
diabaikan. Untuk itu, ibu Jacqueline lebih memilih Homeschooling untuk mengajar, karena bisa memperhatikan secara penuh dan berkelanjutan siswa yang memilki pebedaan mental dan IQ. Pemberian hadiah dan pujian juga akan mempengaruhi dorongan terhadap motivasi belajar anak. Hadiah dan pujian bagi siswa merupakan bagian dari cara yang dilakukan oleh pengajar di komunitas Homeschooling. Seperti yang dilakukan oleh seorang guru. Beliau menuturkan : “Kalu saya dengan cara memberikan kata-kata motivasi, pendampingan dan reward kepada yang giat. Jadi banyak cara yang saya berika kepada anak-anak agar motivasi belajar mereka tinggi. Kita juga bangkitkan cita-cita mereka agar menjadi orang sukses kelak dikemudian hari. Maka untuk menuju cita-cita itu mereka harus giat belajar. Kalau perlu kita putarkan film atau tanyangan bagaimana orang sukses itu merancang masa depannya. Dari tayangan itu mereka bisa mengambil pesan kalau ingin jadi orang sukses maka harus rajin
66
belajar dan bekerja”. Karena guru sekaligus orang tua yang tau letak kekurangan dan kemampuan anak-anak
didik mereka maka guru-guru yang mengajar di
komunitas sekolah rumah Pelangi Ciputat sangat memperhatikan motivasi dan minat belajar anak dari waktu kewaktu dengan cara memberikan tugas dan lainnya. Dan hasilnya motivasi dan minat belajar anak mengalami perkembangan yang membanggakan. Seperti yang dituturkan seorang pengajar : “….Tentunya semakin meningkat, dulunya ketika diajak belajar sangat susah dan malas-malasan, kini tanpa disuruh belajar bereka belajar sendiri. Kita cukup memberikan tugas dan materi pokok untuk dipelajari dikelas, mereka langsung mencari referensi sendiri dan rangkuman materi sendiri. Begitu pula jika ada tugas, mereka pasti mengerjakan semua. Karena kalau tidak mengerjakan, mereka malu ama yang lain yang mengerjakan”. Sedangkan untuk membantu melaksanakan model Homeschooling di pelangi Cipuatat difasilitasi oleh beberapa guru atau mentor sebagai fasilitator anak-anak Homeschooling belajar. Namun para pengajar ini tidak seperti wajarnya tenaga pendidik yang terdapat di sekolah formal. Mereka itu yang penting memilki sifat pembimbing dan penyabar. Seperti ungkapan Bapak Allain : “Kalau pengajar kita tidak ada standarisasinya, ada yang S1, ada D3, dan ada yang lulusan SMA. Intinya katagorinya memiliki jiwa membimbing anak, menyayangi anak, dan penyabar, tentunya yang punya kualitas. orang tua pun bisa bertindak sebagai guru”. Jadi tenaga pendidik yang digunakan oleh pihak komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat ini tidak menngunakan standarisasi tenaga pendidik seperti yang diamanatkan dalam UU no 40 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Dimana guru minimal berpendidikan S1. Namun disini lebih menekankan pada jiwa penyayang anak dan penyabar dalam menghadapi anak-anak. Berbeda juga dengan tenaga pendidik di sekolah formal pada umumnya, Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat menerapkan system mengajar One Teacher One class (satu guru memegang satu kelas atau lebih).
67
Sehingga seorang guru dituntut untuk banyak belajar dan bekerja keras untuk menangani satu kelas dengan seluruh mata pelajaran yang harus dikuasai. Kecuali jika tdak bisa maka minta bantuan pada guru yang lain. Seorang guru menuturkan: “Satu kelas itu dipegang oleh satu guru untuk semua mata pelajaran yang diajarkan, sehingga setiap guru minimal memang memahami secara garis besar seluruh mata pelajaran. Namun kita tidak terlalu kesulitan, karena disamping kita harus belajar di rumah dan di kelas juga, kita kan juga bisa belajar dengan murid. Sehingga kita hanya sebagai fasilitator belajar di kelas”. Karena Ryan masih Tingkat Sekolah Dasar. Penerapan pembelajaran yang tidak formal, kombinasi antara pelajaran dan bermain. Sistem evaluasi pembelajarannya dengan protofolio. Menerapkan semi Homeschooling yaitu anak-anak melakukan pembelajaran di sekolah tetapi di satu sisi para orang tua (di rumah) juga mengembangkan
menyediakan fasilitas untuk anak-anak belajar dan
diri
guna
memperoleh
keterampilan,
pengetahuan
Homeschooling sendiri didapatkan dari internet dan buku-buku. Walapun
anaknya
diserahkan
kepada
komunitas,
akan
tetapi
keterlibatan orang tua sebagai guru sekaligus teman bermain di rumah, Ibu larsih tidak lepas begitu saja, namun setiap hari dan setiap saat beliau selalu mengontrol dan mengawasi belajar anaknya. Termasuk jadwal bermain dan belajarnya. Di rumah beliau tidak mendatangkan tambahan guru, akan tetapi ditangani sendiri. Seperti penuturan beliau kepada peneliti : “…Saya tangani sendiri, Saya terus berkoordinasi dengan guru di Homeschooling komunitas, kalau ada yang belum dipahami maka saya juga bisa bantu ngepush lebih di rumah. Saya juga mengatur jadwal belajar dan jadwal bermainnya, sehingga jam belajar dan bermainnya bisa teratur”. Sebagaimana
hasi
wawancara
peneliti
Homeschooler Ibu Ria tentang proses pelaksanaan
dengan
keluarga
Homeschooling,
memberikan sistem evaluasi pada pelaksanaan beliau menuturkan : “Saya memberikan pengertian pada anak bahwa belajar bisa kapanpun dan dimanapun. Serta memberikan dorongan pada anak untuk giat dan rajin belajar dengan memberikan evaluasi, agar
68
orang tua dan anak tahu letak kesulitan dan kesalahannya, begitu pula kemahirannya. Beliau berpikir bahwa Yohanes Gerandtino memiliki tingkat kecerdasan dan kebutuhan belajar yang berbeda dengan yang lain begitu pula sebaliknya. Yohanes Gerandtino bisa
belajar
lebih
capat
dan
takut
terhambat karena terhalang oleh sistem pendidikan yang menekan bukan kebebasan pada anak. Anak bisa berkompetensi atau mahir dalam kognitif, motorik, maupun afektifnya.
f) Faktor Penunjang Dalam Implementasi Model Homeschooling Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan Yang dimaksud faktor pendukung dalam penelitian ini adalah semua hal yang mendukung dalam penelitian ini (Implementasi model Homeschooling)
pada
Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat
Tangerang Selatan adalah sebagai berikut: Guna mendukung proses belajar mengajar dalam program pendidikan kesetaraan (Homeschooling) tersebut maka diperlukan adanya sarana dan prasarana
penunjang,
seperti
Gedung
belajar,
perpustakaan
dan
laboratorium: Proses belajar mengajar dapat dilaksanakan di berbagai lokasi dan tempat yang sudah ada baik milik pemerintah, masyarakat maupun pribadi, seperti gedung sekolah, madrasah, sarana-sarana yang dimiliki pondok
pesantren,
Pusat
Kegiatan
Belajar
Masyarakat
(PKBM),
perpustakaan umum, masjid, Gereja, pusat-pusat majelis taklim, balai desa, kantor, organsisasi-organisasi kemasyarakatan, rumah penduduk,
dan
tempat-tempat lainnya yang layak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Pelaksanaan Proses belajar mengajar di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi dilaksanakan di sebuah gedung yang terletak di sebuah komplek perumahan. Namun sarana tempat belajar saat ini masih kurang menampung jumlah murid yang semakin lama semakin bertambah. Oleh
69
karena itu pihak komunitas mulai membangun sebuah gedung dengan dua lantai, saat ini masih dalam tahap penyelesaian. Tempat belajar komunitas Homeschooling disini sangat asri dan tenang untuk melaksanakan proses pembelajaran, hal ini dikarenakan tempatnya masih bernuansa alam, yang jauh dari kebisingan kendaraan motor. Seperti yang diungkapkan oleh Hal ini sesuai dengan pernyataan Wakil kepala komunitas Bapak Allain Handryatno : “Kami saat ini sudah memiliki tempat belajar sendiri walaupun masih belum cukup menampung seluruh jumlah siswa secara ideal. Oleh karena itu kami sedang membangun gedung yang di depan itu. Bulan depan mudah-mudahan sudah bisa ditempati.” Untuk
menunjang
kelancaran
pengelolaan
kelompok
belajar diperlukan sarana belajar seperti petpustakaan. Di komunitas pelangi Ciputat sarana perpustakaan juga tersedia disini. Bapak Allain menuturkan : “Selain gedung yang tersedia, disni juga dilengkapi dengan perpustakaan dan Laboratorium computer. Sehingga kegiatan belajar bisa tertunjang dengan adanya sarana tersebut. Anakanak bisa belajar di perpustakaan dan ada waktu khusus untuk anak-anak belajar di laboratorium computer”. Untuk
menjamin
penyelenggaraan
pendidikan
kesetaraan
berlangsung dengan baik, maka dilakukan pembinaan dan pengawasan, maka Direktorat Pendidikan Luar Sekolah
Kesetaraan-Direktorat Jenderal Pendidikan
melaksanakan pembinaan terhadap penyelenggaraan
pendidikan kesetaraan program Paket A, B, dan C melalui standar, norma, prosedur, dan acuan teknis pengelolaan kelompok belajar. Begitu pula Kasubdin propinsi membindangi PLS membina pelaksanaan
dan
Kabupaten/Kota
penyelenggaraan,
yang
kegiatan
belajar, evaluasi, dan kegiatan lain yang berkaitan. Hal ini terbukti dengan bantuan yang diberikan oleh pihak pemerintah kepada komunitas sekolah rumah Pelangi. Hal ini dibenarkan oleh Wakil kepala komunitas : “Program Bantuan Operasional Sekolah
sudah dapat kami
70
rasakan, Bantuan Operasional Pendidikan juga telah pemerintah berikan kepada kami. Jadi pemerintah sudah memperhatikan dengan serius keberadaan Homeschooling kami. Seperti pemerintah memperhatikan sekolah-sekolah formal pada umumnya”. Sedang untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang lain, pihak komunitas melengkapi dengan beberapa sarana dan prasarana pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengajar di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat mengenai faktor pendukung model Homeschooling, beliau menuturkan: “....faktor penghambat dari pelaksanaan homescholing, Tidak semua sekolah formal bisa menfasilitasi yang sesuai dengan kebutuhan anak, maka faktor penunjang kami yaitu adanya fasilitas cukup lengkap. Seperti komputer, buku-buku, materi yang sudah disesuaikan, modul, dll. Dan kami yakin dapat memenuhi kebutuhan anak. Serta punya program yang jelas. Sedangkan factor penghambatnya kurangnya konsistensi dengan jadwal dan. keragu-raguan masyarakat tentang pendidikan khususnya Homeschooling. Selain itu, adapun faktor penunjang yang lainnya, adalah: Anak memiliki keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi ketika belajar serta sumber belajar yang ada cukup lengkap. Faktor penunjang dalam implementasi Homeschooling pada Keluarga Ibu Larsih, yaitu: 1) Sekolah rumah merupakan sebuah program belajar mandiri di rumah. Maka, pendekatan yang digunakan pun bersifat lebih individual. Setiap anak akan memperoleh pendidikan dengan
potensi dan
kecenderungan minat masing-masing. Setiap karakter khas anak, dan perkembangan dirinya, dapat selalu dipantau
orang
tua
secara
personal. 2) Anak dan orang tua akan terlibat aktif dalam kegiatan sehari-hari sehingga keakraban dalam keluarga akan semakin kuat terjalin, sementara pengaruh buruk dari lingkungan dapat diminimalisir.
71
Sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Larsih tentang faktor penunjang dalam pelaksanaan Homeschooling, beliau menuturkan : ” Bagi saya rumah adalah tempat yang tepat untuk proses belajar bagi anak, bersifat lebih indivual dalam segi pendekatan membuat anak saya merasa nyaman, saya dapat selau memantau setiap perkembangan anak saya sesuai dengan potensinya. Dan saya tidak perlu kawatir akan pengaruh buruk lingkungan luar, dan tentunya ikatan emosi antara ibu dan anak semakin kuat. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu keluarga homeschooler Ibu Ria tentang factor pendukung model homechooling, beliau menuturkan: “ Tidak semua sekolah bisa menfasilitasi yang sesuai dengan kebutuhan anak, maka faktor penunjang kami yaitu adanya fasilitas cukup lengkap. Seperti komputer, buku-buku, internet, dll. Dan kami yakin dapat memenuhi kebutuhan anak. Serta punya program yang jelas. Sedanagkan faktor penghambatnya kurangnya konsistensi dengan jadwal dan anggapan sepele dari masyarakat. Karena Tidak semua sekolah dapat menfasilitasi yang sesuai dengan kebutuhan anak, maka factor penunjang dalam implementasi Homeschooling pada Keluarga Ibu Ria, yaitu : 1) Dengan memberikan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak. Seperti komputer, buku-buku, internet, dll. Dan merasa sangat yakin dapat memenuhi kebutuhan anak. 2) Punya program yang jelas. 3) Jam dan tempat belajarpun lebih fleksibel. 4) Cita-cita atau aspirasi anak, serta kemampuan anak. Selain diatas factor yang menunjang pelalsanaan Homeschooling diantaranya; Banyaknya informasi tentang homescooling dari internet, buku-buku, majalah, dan Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan khususnya. Yang memberikan banyak informasi tentang pelaksanaan pendidikan putranya dan menambah pengetahuan baru tentang pendidikan. Serta dolangkapi juga dengan Adanya fasilitas yang
72
cukup lengkap. Seperti komputer, buku-buku, materi-materi yang telah disesuikan dengan anak seusianya (Tingkat SD), modul, dll. beliau menuturkan: “Saya kasih dia laptop, Cuma itu saja. Untuk internet emang masih saya batasi karena takut menyalahgunakan internet sehingga membahayakan dia ”Saya merasa bahwa pendidikan tidak hanya didapat di pendidikan formal saja. Karena saya hanya menginginkan anak mahir/paham, cepat dan tidak ada hambatan dalam menuntut ilmu khususnya pendidikan dan belajar. Selain diatas, Ibu Ria juga mengungkapkan bahwa pendukung yang sangat utama selain fasilitas adalah Memberi banyak keleluasaan bagi anak untuk menikmati
proses belajar tanpa harus merasa tertekan
dengan beban-beban yang terkondisi oleh target kurikulum, menyediakan waktu belajar yang lebih fleksibel Belajar di rumah akan mendukung terhadap terciptanya lingkungan yang lebih komunikatif antar anggota keluarga. Dengan metode ini anak-anak diajak untuk tidak hanya berkutat dengan buku-buku. Mereka diajak ke alam terbuka seperti di sawah, sungai, dan hutan atau ke tempat-tempat social seperti panti asuhan dan panti jompo. Melalui cara belajar seperti ini lambat laun mereka akan mempunyai kesadaran bahwa pengetahuan yang diperoleh akan betulbetul diketahui manfaat dan fungsinya, bukan sekadar pengetahuan kognitif. Serta Memudahkan memantau perkembangan anak baik fisik maupun psikis. Hal ini sesuai dengan ungkapan Ibu Ria: ”. ya kalau belajar di rumah kan komunikasi keluarga bisa terjalin dengan baik, anak tidak jenuh dengan hanya belajar buku-buku saja tetapi metode yang kami terapkan itu lebih aplikasi atau langsung, mereka bisa memperoleh pengetahuan lebih banyak tentang dunia luar karena kita sering mengajak mereka ke berbagai tempat seperti panti asuhan dan panti jompo Dll. Saya dan suami akan tetap tahu perkembangan anak kami baik fisik maupun psikis.
73
g) Faktor Penghambat Dalam Implementasi Model Homeschooling Faktor penghambat dalam implementasi model Homeschooling pada Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan yaitu: a.
Karakter dan latar belakang anak yang berbeda-beda
b.
Anggapan sebelah mata dari masyarakat.
c.
Kurangnya
keingintahuan
masyarakat
tentang
pendidikan
(Homeschooling). d.
Serta keragu-raguan masyarakat tentang pendidikan khususnya Homeschooling.Kurangnya konsistensi dengan jadwal. Mengenai factor penghambat dalam Implementasi model
Homeschooling, hasil wawancara dengan pengajar Homeschooling, beliau menuturkan : ”Tidak semua sekolah formal bisa menfasilitasi yang sesuai dengan kebutuhan anak, maka faktor penunjang kami yaitu adanya fasilitas cukup lengkap. Seperti komputer, bukubuku, materi yang sudah disesuaikan, modul, dll. Dan kami yakin dapat memenuhi kebutuhan anak. Serta punya program yang jelas. Sedangkan factor penghambatnya kurangnya konsistensi dengan jadwal dan. keragu-raguan masyarakat tentang pendidikan khususnya Homeschooling. Mengenai faktor penghambat dalam Implementasi model Homeschooling, hasil wawancara dengan pengajar Homeschooling, beliau menuturkan : “Memilih Homeschooling konsekuensinya bertanggung jawab sepenuhnya akan pendidikan anak, sekarang membeli mainan educativ tidaklah murah, kalau tidak mempunyai pengetahuan dan katerampilan yang lebih maka itu akan menghambat pelaksanannya juga harus konsisten dalam mengawasi perkembangan anak kalau lengah sedikit saja kan kita yang repot. Dari hasil wanwancara diatas, menunjukkan bahwa factor pengenghambat dari implementasi model Homeschooling di keluarga ibu
74
Larsih yaitu: 1) Menyediakan fasilitas sendiri 2) Pengawasan. Sekolah rumah memang membutuhkan perencanaan dan pengawasan optimal. Disiplin dan konsistensi orang tua dalam mengajar atau memfasilitasi akan mempengaruhi sukses tidaknya sekolah rumah yang akan dijalani. 3) Kapabilitas orang tua. Tidak hanya berkaitan dengan kemampuan mengajar anak tetapi juga kemauan orang tua untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Namun yang paling penting apakah orang tua mempunyai kepercayaan diri yang cukup besar untuk mengambil alih tanggung jawab pendidikan anak sepenuhnya. Tentang faktor penghambat untuk mengimplementasikan model Homeschooling yang selama ini dijalankan oleh keluarga Ibu Larsih tidak terlalu membuat lelah untuk mendidik anak-anaknya. beliau menuturkan: “Faktor penghambat dalam pelaksanaannya, mereka kan kakak-adik dan dengan usia yang dekat satu sama lain saling menggoda dari situ biasanya timbul pertengkaran kecil. Perlunya banyak menyediakan waktu buat anak jadi kita cenderung mengabaikan kepentingan pribadi kami. Dari
pernyataan
tersebut
diatas,
menunjukkan,
bahwa
penghambat dari implementasi model Homeschooling di adalah : 1) Pengorbanan Pribadi, Orang tua yang memilih HS harus menyadari bahwa mereka akan kehilangan waktu pribadi untuk diri sendiri, karena sebagian besar waktu dihabiskan bersama anak-anak. 2) Perlunya pengawasan yang konsisten terhadap perilaku anak. Selain factor penghambat diatas, Ibu Hanny B. Bawanda juga menambahkan bahwa faktor penghambat yang paling utama, adalah : Anggapan
sepele
dan
miring
dari
masyarakat
tentang
anak
Homeschooling yang berimbas pada metal mereka. Beliau menuturkan: “Mengenai factor penghambat dalam pelaksanaannya, anggapan miring masyarakat tentang anak Homeschooling berimbas pada anak-anak, misalnya kurang bersosialisasilah
75
atau ada kelainan mental lah dan laonn. paling itu aja. Berdasarkan proses wawancara dengan Ibu Ria selaku keluarga homeschooler tentang factor penghambat, beliau menuturkan: “Mengenai factor penghambat dalam pelaksanaannya, Tidak semua sekolah bisa menfasilitasi yang sesuai dengan kebutuhan anak, maka faktor penunjang kami yaitu adanya fasilitas cukup lengkap. Seperti komputer, buku-buku, internet, dll. Dan kami yakin dapat memenuhi kebutuhan anak. Serta punya program yang jelas. Sedangkan faktor penghambatnya kurangnya konsistensi dengan jadwal dan anggapan sepele dari masyarakat. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa faktor penghambat yang dialami oleh keluarga Ibu Ria, yaitu : a. Kurangnya konsistensi dengan jadwal. b. Anggapan sepele dari masyarakat, bahwa anak Homeschooling itu tidak sekolah. Selain diatas ibu Ria selaku keluarga homeschooler tentang faktor penghambat menambahkan, beliau menuturkan : ”Saya merasa bahwa pendidikan tidak hanya didapat di pendidikan formal saja. Karena saya hanya menginginkan anak mahir/paham, cepat dan tidak ada hambatan dalam menuntut ilmu khususnya pendidikan dan belajar, Anak yang kelebihan energy untuk melakukan banyak aktivitas dan kami kelelahan mengimbanginya. Sedangkan pada factor penghambat yang paling utama, adalah : Anak yang kelebihan energy untuk melakukan banyak aktivitas dan orang tua kelelahan untuk mengimbanginya.
h) Upaya
Mengatasi
Hambatan
Pada
Implementasi
Model
Homeschooling Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Dalam sistem pendidikan di Indonesia, Homeschooling merupakan jalur pendidikan informal. Dalam upayanya Komunitas Homeschooling Pelangi Ciputat telah menjawab semua persoalanpersoalan dan keraguan masyarakat dibidang pendidikan, khususnya Homeschooling yaitu Homeschooling dalam undang-undang. Didalam
76
masyarakat memang awalnya memandang bahwa Homeschooling itu terbelakang. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Allain : “Dalam upaya mengatasi hambatan dengan mendirikan kominitas, masuk asosiasi, aktif dalam milis Homeschooling. Melakukan kesepakatan jadwal, tidak bosan-bosan mengingatkan anak dengan memberikan stimulus sehingga anak tertarikdan menjalin komunikasi yang baik dengan anak. Karena setiap warga negara memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang berhak memperoleh pendidikan khusus. Maka Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat sebagai wadahnya komunitas, dengan melakukan kesepakatan jadwal, materi, silabus, serta selalu memberikan stimulus pada anak sehingga anak merespon dengan ide-ide mereka. Dalam megatasi pengahambat dan keterbatasanyang ada. Pihak komunitas menuturkan: Saya juga tidak kehabisan akal dalam memberikan inisiatif baru, demi lancarnya dalam melakukan Homeschooling. Saya juga tidak pantang menyerah dalam mencapai tujuannya, supaya anak mau belajar, merasa nyaman dalam belajar dan berfikir betapa pentingnya belajar. Peneliti : Apa yang anda lakukan untuk membangkitkan semangat dan motivasi belajar anak ? Sebagai Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat, berupaya untuk lebih meningkatkan potensi anak secara optimal lebih cepat, fleksibel dalam materi, meningkatkan potensi dan kreatifitas yang anak miliki, supaya anak tidak terhambat dalam belajarnya. Dalam mengatasi hambatan dalam implementasi model Homeschooling juga butuh peran dan kekopakan dari semua golongan termsuk guru. Disini guru juga memegang peran strategis dalam membantu menyelesaikan hambatan-hambatan yang ada. Seorang pengajar menuturkan : “Saya sebagai pengajar pun berusaha mengerti apa yang dinginkan anak. Dan saya perlu untuk mengenal pola belajar anak. Saya juga sebagai pendamping setia anak dalam belajar. Sehingga apa yang terjadi dengan anak-anak
77
tersebut bisa kami atasi”. Dalam upayanya mengatasi hambatan pada keluarga Larsih, menurut beliau hampir tidak ada hambatan dalam proses belajar mengajar di rumah, karena anak sudah terbiasa dengan orang tua (ibu) sebagai pengajar. Beliau menuturkan : “Saya juga tidak duduk diam, demi lancarnya dalam melakukan Homeschooling. Saya juga tidak pantang menyerah dalam mencapai tujuannya, supaya anak mau belajar, merasa nyaman dalam belajar dan berfikir betapa pentingnya belajar. “Salah satu penunjangnya adalah informasi dari internet tapi bukan yang utama, buku-buku, majalah, serta masuk komunitas. Sedangkan faktor penghambat utama yaitu anak yang kelebihan energi untuk melakukan banyak aktivitas dan kami orang tua kelelahan mengimbanginya.Untuk upayanya kami bisa mendiskusikannya dengan keluarga dan dengan komunitas”. Dari pernyataan diatas dapat peneliti uraiakan secara umum bahwa Dalam upayanya mengatasi hambatan pada keluarga Ibu larsih beliau hampir tidak ada hambatan dalam proses belajar mengajar di rumah, karena anak sudah terbiasa dengan orang. Yaitu : 1) Masuk
komunitas
pelaksanaan
untuk
pendidikan
menambah yang
pengetahuan
dilaksanakan
tentang
khususnya
Homeschooling. 2) Berbagi pengalaman antara keluarga homeschooler tentang praktek belajar yang terbaik untuk anak, sebagai orang tua yang bijak. 3) Menanamkan pada anak belajar itu tidak hanya di sekolah formal bisa di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Sesuai dengan tanggung jawab anak untuk belajar dan proses kelanjutan Berdasarkan proses wawancara dengan Ibu Ria selaku keluarga homeschooler tentang cara untuk mengatasi penghambat yang terjadi pada psoses Homeschooling, beliau menuturkan: “Dalam mengatasi hambatan dengan mendirikan kominitas, masuk asosiasi, aktif dalam milis Homeschooling. Melakukan kesepakatan jadwal, tidak bosan-bosan
78
mengingatkan anak dengan memberikan stimulus sehingga anak tertarik dan komunikasi”. Dari penuturan tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam implementasi Homeschooling pada Keluarga Ibu Ria yaitu : a.
Dengan bergabung masuk di komunitas, masuk asosiasi, aktif dalam milis Homeschooling.
b.
Melakukan kesepakatan jadwal.
c.
Tidak bosan-bosan mengingatkan anak dengan memberikan stimulus sehingga anak tertarik dengan belajar dan berkomunikasi antara orang tua dan anak tentang kesulitannya dalam belajar.
C. Pembahasan ”Rumah” identik dengan keberadaan orang tua. ”Rumah” bukanlah ruang atau tempat secara fisik. ”Rumah adalah rasa nyaman yang menyenangkan dan ruang gerak yang aman untuk tumbuh kembang seorang anak yang diciptakan melalui kehadiran secara terus menerus dari orang tua, baik secara fisik maupun secara moral. Kehadiran orang tua harus dirasakan dan disadari oleh anak-anak ketika anak-anak dapat melihat dan mendengarnya secara fisik maupun dengan perasaan aman dan nyamannya. Ketika mereka tidak dapat melihat dan mendengar kehadiran orang tuanya. Dari konsep rumah inilah, maka keluarga ada. Keluarga adalah lembaga terkecil dimana sebuah kehidupan dimulai. Pada saat kehidupan dimulai, saat yang sama dimulailah pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses pemindahan dan pembentukan kehidupan yang sudah ada dalam kehidupan ayah, ibu dan saudara kepada kehidupan anak sebagai anggota keluarga yang baru melalui contoh, teladan dan pelatihan. Sehingga masing-masing kehidupan dapat terbentuk secara unik dan saling memberi makna. Ketika pendidikan dalam keluarga tidak dilaksanakan dengan baik, maka anak tidak bisa menemukan jati diri atau identitas dalam dirinya. Anak terlahir didunia tidak mengerti kenapa dia dilahirkan dalam keluarganya.
79
Kegamangan akan identitas diri inilah yang membuat anak ragu-ragu menjalani kehidupan dan masuk dalam lingkungan masyarakat diluar dirinya. Kalau ini terus menerus berlangsung, maka yang kita lihat adalah anak-anak yang terombangambing tidak percaya diri dan terus menerus mencari sesuatu diluar dirinya untuk menolong menopang identitas diri yang palsu. Maka fungsi pendidikan adalah untuk menolong seseorang dari kecil untuk tidak meniru orang lain, tetapi senantiasa menjadi dirinya sendiri. Dalam hal kegiatan untuk mencapai tujuan akademik terlibat pula pemikiran-pemikiran sosial, emosional, dan intelektual. Demikian pula daya lekat dari sebuah ingatan tidak mungkin terjadi tanpa keterlibatan unsur emosi. Emosi bisa memperkuat ingatan dan dapat mempertajam penguasaan ilmu pengetahuan dengan tuntas. Dengan demikian perlunya keluarga atau orang tua, memahami setiap anak memiliki kebutuhan yang berlainan dalam hal minat dan perhatian. Ada yang mau belajar jika telah dimotivasi belajarnya. Selain itu ada juga yang belajar banyak melibatkan organ-organ sensoris yang multidimensial, dan mereka berkemudahan mempelajari sesuatu jika pelajaran itu dihubungkan dengan delajaran-pelajaran terdahulu. Mereka berkemungkinan mempelajari sesuatu itu bersifat insidentil (yang tidak direncanakan) dan kadang-kadang pula dalam situasi yang tidak sadar. Maka yang perlu dipertimbangkan adalah peran lingkungan yang turut menentukan meningkat tidaknya mutu aktivitas belajar secara optimal. Upaya menciptakan lingkungan belajar efektif adalah tuntutan sistem pendidikan nasional sebagai tanggung jawab kurikulum dan jalannya pendidikan di Indonesia, tanpa meninggalkan peran serta keluarga didalamnya. Lingkungan efektif itu mencakup dua hal, yaitu lingkungan fisik dan nonfisik. Keduanya dapat membantu menerapkan prinsip-prinsip belajar diatas. Hal-hal yang mencakup lingkungan belajar non fisik adalah suasana emosional diri anak itu sendiri, keadaan sosial ekonominya, kesemangatan dan perkembangan intelektualnya. Maka diperlukanlah penerapan prinsip-prinsip diatas dan penyediaan lingkungan belajar efektif, yang dapat dipastikan mutu proses dan hasil belajar yang diharapkan akan tercapai dengan baik. Sebab belajar
80
itu tidak terbatas pada keterlibatan faktor intelektual saja, akan tetapi juga mental, emosional dan multisensoris dari setiap alat penginderaan manusia. Hal tersebut menunjukkan keterlibatan faktor lingkungan diluar diri manusia. Begitu pula proses pengajaran yaitu proses kompleks yang melibatkan komponen internal dan eksternal. Dua komponen tersebut berproses dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Komponen internal terdiri atas tujuan, materi pelajaran, metode, media, dan evaluasi, sedangkan komponen eksternal mancakup, pengajar, orang tua, dan masyarakat sekitarnya.
1. Implementasi Model Homeschooling a. Model dan jenis Homeschooling yang diterapkan, Sebagaimana dari hasil pengumpulan data, bahwa Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan telah mengimplementasikan model homeschool Montessori yaitu unit pembelajaran (unit studies) yang memakai minat anak dalam suatu subjek dan kemudian menyatukannya dalam bidang seperti matematika, bahasa, sains, TIK (teknologi informasi dan komunikasi), dan outing. Serta versi orang tua, pengajar, dan anak juga yang mengarahkan. Model ini dapat menjadi model pembelajaran yang santai sambil bereksplorasi berdasarkan minat melalui suatu obyek atau pendekatan alamiah yang terdapat dalam paket unit pengajaran. Keuntungan model ini terletak pada minat anak. Pada kenyataannya, anak akan belajar lebih baik bila ia memiliki minat pada topik/materi belajar. Kekurangannya, kadang-kadang orang tua terlalu bersemangat dan berlebihan dalam membahas topik/materi belajar. Akibatnya, anak menjadi takut membicarakan hal lain yang ia minati. Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan juga mengimplementasikan model homeschool Charlotte Mason yang meliputi 'Narration, Copywork, Nature Notebook, Fine Arts, Languages, Literaturebased curriculum' dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam model Charlotte Mason, anak membaca buku kemudian menceritakannya kembali dengan bahasanya sendiri. Hal ini memastikan bahwa mereka mengerti apa yang dibacanya. Model ini juga menekankan 'nature notebook'. Yaitu orang
81
tua/pengajar dan anak keluar rumah (outing), melakukan pengamatan dan mencatatnya dalam buku, bila perlu dengan gambar. Kemudian anak menulis ulang apa yang ia lakukan dalam bentuk cerita. Model homeschool ini disebut juga dengan konsep "Buku Hidup". Lain dengan text book yang ditulis oleh beberapa penulis mengenai satu subjek tertentu, buku hidup ini ditulis oleh satu penulis. Buku ini bercerita dan tidak hanya menyampaikan fakta. Anak biasanya akan lebih ingat bila mereka membaca cerita daripada membaca text book. Selain itu mereka juga mengimplementasikan Homeschooling komunitas, jenis ini merupakan gabungan dari Homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok, sarana dan prasarana, serta jadwal pelajaran. Apabila dilihat ada kemiripan antara Homeschooling dengan sekolah biasa. Walaupun belajar dengan beberapa orang anak seperti sekolah formal, namun esensinya tetap Homeschooling. Karena mereka tetap belajar secara bebas, fleksibel, menyenangkan dan sesuai dengan minat mereka. Tidak ada ketentuan waktu untuk belajar. Sehingga anak mampu mengutarakan aspirasi dan inisiatif mereka dalam belajar.
b. Tujuan Melaksanakan Model Homeschooling Berdasarkan Pemaparan data penelitian diatas, Tujuan implementasi
model
dari
Homeschooling pada Komunitas Sekolah Rumah
Pelangi adalah untuk meningkatkan potensi secara optimal pada anak, jadwal belajar dan materi fleksibel tergantung kesepakatan orang tua dan anak, peningkatan potensi dan kreatifitas yang dimiliki oleh anak dan tidak terhambat dalam segala hal. Selain
diatas,
pelaksanaan
Homeschooling
ini
juga
ingin
membentuk karakter anak didik yang baik. Sesuai dengan potensi positif yang dimilkinya. Sehingga karakternya terbangun adalah benar-benar karakter yang menjadi modal anak-anak bermasyarakat dikemudian hari
82
c. Kurikulum dan Materi Pembelajaran Homeschooling yang diterapkan Pelaksanaan pendidikan di Homeschooling Pelangi Ciputat memang berbeda dengan proses pembelajaran yang di sekolah formal. Kalau di Homeschooling anak-anak bisa belajar dimanapun kapanpun, dan dengan siapapun. Sehingga terjadi fleksibelitas belajar. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Allain : Dalam praktek pembelajaran yang dilakukan di Homeschooling itu lebih fleksibel, tidak terikat oleh ruang dan waktu yang kaku dan membosankan. Namun tetap mengacu pada kurikulum Nasional yang ada. Sedangkan untuk jadwal pelaksanaan pembelajaran di komunitas pelangi tidak terlalu padat oleh mata pelajaran. Karena setiap harinya hanya belajar satu sampai dua mata pelajaran. Kalau jam pelajarannya hanya tiga jam maksimal setiap mata pelajaran. Hal ini juga tergantung materi dan metode yang digunakannya. Pelaksanaan kurikulum, dan system Evaluasi Homeschooling pada Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan Dalam pelaksanaan pembelajaran di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat pemilihan kurikulum dan materi pelajaran masih ditentukan oleh pihak sekolah dengan mengacu pada kurikulum Nasional yang dikeluarkan oleh DIKNAS. Dengan demikian Kurikulum di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat dibuat sendiri disesuaikan dengan potensi anak didik dan tentunya tidak keluar dari kurikulum nasional. Misalnya keluarga peternak mengajarkan memerah susu, membantu kambing/sapi melahirkan, member vaksinasi, menghitung berapa liter susu yang
dihasilkan,
menghitung
keuntungan
berjualan susu, daging sapi dll. Pelayanan khusus untuk anak berkebutuhan khusus seperti melatih mereka menguasai life skill untuk kehidupan mereka selanjutnya. Proses belajar mengajar dapat dilaksanakan di berbagai lokasi dan tempat yang sudah ada baik milik pemerintah, masyarakat maupun pribadi, seperti gedung sekolah, madrasah, sarana-sarana yang dimiliki
83
pondok pesantren dan yang lain, seperti masjid dan gereja. Termasuk belajar di atas pohon dan di lapangan. Tentunya materi yang digunakan masih mengacu pada kurikulum nasional. Diantara materi yang diberikan itu bisa diambil dari internet atau dari yang lain. Walaupun materinya dan kurikulum dalam sistem Homeschooling itu masih fleksibel dan terkesan bebas. Namun guru yang mengajar di Homeschooling komunitas perlu memiliki target dalam mengajar. Sehingga kompetensi yang dicapainya tidak keluar dari acuan kurikulum Nasional sebagai kurikulum bersama. Pengajar di Homeschooling memang lebih flaksibel dan lebih akrab dengan siswa, sehingga bagi siswa yang memilki tingkat kecerdasan yang rendah bisa mendapatkan perlakuan lebih dari guru. Untuk menunjang kreativitas dan fleksebelitas system belajar si Homeschooling, maka buku yang dijadikan sebagai referensi juga sangat fleksibel. Dari manapun dan dari siapapun anak diperbolehkan untuk mendapatkan bacaan lain. Yang terpenting kompetensi yang ingin dicapai tidak keluar dari referensi yang diperoleh. Untuk saat ini duni teknologi dan informasi banyak memberikan nilai positif dalam pelaksanaan pembelajaran dan pendidikan. Termasuk di Homeschooling pelangi Ciputat
d. Metode Pembelajaran Homeschooling Metode yang digunakan dalam menyampaikan materi dan kurikulum pembelajaran di Komunitas Pelangi adalah metode Peta pikiran yang dibangun oleh Adamcho menjadi metode utama, namun metode yang lain masih juga dioergunakan, tergantung kebutuhan pengajar dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Dengan demikian di komunitas Pelangi metode pembelajaran yang digunakan tidak baku dan kaku, namun ada metode utama yang setiap guru harus menggunakan pada materi yang dianggap Utama dan penting untuk dipahami oleh anak didik. Namun untuk metode yang lain menjadi metode pendukung dan pelengkap. Karena jika menggunakan satu metode, maka murid akan jenuh dalam belajar
84
e. Sistem Evaluasi Implementasi Model Sedangkan Evaluasi dan Laporan pendidikan anak Homeschooling dilakukan dengan portofolio atau penilaian/report Homeschooling yang berisi penjelasan apa saja yang dilakukan oleh anak, bisa berbentuk deskripsi, karya atau CD. Yang bertujuan supaya mengetahui tingkat kesulitan dan kemahiran anak dalam proses belajarnya, mengenali anak dalam semangat atau menurun belajarnya, dan melakukan perbaikan apabila anak mengalami kemunduran dalam belajarnya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa timbul dan menguatnya motivasi yang ada pada diri anak dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu : adanya cita-cita dalam diri anak, kemampuan yang dimiliki anak, kondisi anak yang sehat, kemampuan orang tua (pengajar) dalam memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, dan upaya orang tua (pengajar) yang bersungguhsungguh dalam membelajarkan anak. Oleh karena itu, diharapkan orang tua (pengajar) dapat memanfaatkan faktor-faktor tersebut dengan baik agar motivasi belajar anak dapat berkembang. Perilaku- perilaku diatas, bisa dijadikan sebuah patokan bahwa anak-anak didik tersebut telah termotivasi belajarnya.
f.
Faktor Penunjang Dalam Implementasi Model Homeschooling Berdasarkan pengumpulan data, bahwa Komunitas Sekolah Rumah
Pelangi Ciputat Tangerang Selatan. Berupaya dalam meningkatkan motivasi belajar anak telah terbukti pada kesehariannya yang digambarkan dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi/record sebagai faktor penunjangnya yaitu: a.
Anak bisa belajar dengan siapa saja, dimana saja dan dengan siapa saja.
b.
Jam dan tempat belajarpun lebih fleksibel.
c.
Proses pembelajarannya sesuai dengan gaya belajar dan minat anak.
d.
Objek materinya pun sangat dekat dengan kehidupan anak sehari-hari. Homeschooling ada untuk mereka yang membutuhkan. Untuk anak
85
yang berlebih secara intelektual, emosi dan ekonomi, anak berkebutuhan khusus, anak yang memiliki gangguan belajar dsb. Masyarakat di setiap kelas atas, menengah ataupun untuk para anak petani, nelayan yang kurang mampu dan hanya cukup puas dengan bisa membaca, menulis dan berhitung saja. Sebagai komunitas Homeschooling, Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan telah berusaha semaksimal mungkin dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Melalui perpaduan kedua proses pengajaran yaitu proses kompleks yang melibatkan komponen internal dan eksternal. Dua komponen tersebut berproses dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Komponen internal terdiri atas tujuan, materi pelajaran, metode, media, dan evaluasi, sedangkan komponen eksternal mancakup, pengajar, orang tua, dan masyarakat sekitarnya. Yang selama ini terkesan, ketika anak belajar dia seolah-olah menjadi objek kurikulum. Dengan kata lain, kegiatan belajar-mengajar yang selama ini terselenggarakan bukan menjadikan kurikulum itu untuk anak, tetapi bahkan sebaliknya, yaitu anak untuk kurikulum. Akibatnya, terjadilah kegiatan belajar yang memaksa anak untuk menyesuaikan dengan kurikulum. Yang idealnya, memang, seharusnya kurikulumlah yang menyesuaikan diri dengan kebutuhan setiap anak. Anak diberi hak untuk memilih kurikulum yang ingin diikutinya. Dengan Homeschooling, anak diberi peluang untuk menentukan materi-materi yang ingin dipelajarinya. Anak menjadi subjek dalam kegiatan belajar. Bahkan bukan hanya materi pelajaran yang dipilih oleh anak, gaya belajar anak ; apakah dia tipe somatis/kinestetis, auditif, visual, atau intelektual. Jadi menjadikan anak sebagai subjek dalam belajar maka, belajar anak pun dapat berlangsung secara nyaman dan menyenangkan. Melalui
Homeschooling,
dapat
memanfaatkan
untuk
mengembalikan anak yang semula menjadi objek belajar ke subjek belajar. Dengan ini belajarnya pun dapat termotivasi sebab anak bisa menunjukkan keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi ketika belajar, anak bergairah belajar, serta kemandirian dalam
86
belajarnya dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada. Setelah melakukan pendidikan di komunitas Homeschooling, anakanak Homeschooling sangat termotivasi belajarnya, sebab dia mampu melakukan peningkatan-peningkatan dalam belajarnya dan tidak merasa bosan. Karena anak sudah merasa pola belajar yang dilakukannya sekarang adalah kebutuhan yang sesuai dengan anak dan orang tua. Homeschooling juga memberikan pola belajar yang fleksibel, maka anak merasa nyaman, efektif dengan belajar dimana, kapan, bersama siapa saja. Tak lupa pula orang tua sebagai motivator yang hebat bagi anak. Sehingga anakanak di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat tidak mau pergi kesekolah formal lagi. Sebagaimana yang terjadi anak termotivasi belajarnya, yang sesuai dengan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi/record. Sebagai hasil bahwa meningkatnya motivasi belajarnya yaitu anak-anak memiliki keinginan dan keberanian, serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar. Penampilan berbagai usaha belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar sampai berhasil. Anak lebih mandiri dan bersemangat dalam belajarnya. Juga keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi ketika belajar. Sedangkan pada Keluarga Ibu Ria berada di lingkungan perumahan. Pada bulan Juli 2006, beliau daftar ke Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan sebagai keluarga homeschooler. Alasan Keluarga ini memilih Homeschooling yaitu meningkatkan potensi anak secara optimal, fleksibel dalam materi, relatif murah yang terpenting supaya anak tidak terhambat. Dengan mencari banyak pengetahuan tentang Homeschooling dari buku-buku, internet, sharing sama teman dan keluarga. Kemudian setalah satu tahun belajar tentang Homeschooling, mencari literatur yang mendukung baru memulai daftar ke diknas untuk menjadi keluarga homeschooler pertama di Tangerang Selatan, sebelumnya membuat kesepakatan terlebih dahulu antara orang tua dan anak. Yohanes Gerandtino hampir tidak pernah mengeluh bosan
87
dalam belajar, malah keingintahuannya semakin tinggi. Lebih suka menganalisis dari pada belajar yang banyak menghafal dan mengarang. belajar apa yang dia suka, membaca yang kemudian didiskusikan dengan orang tua. Karena orang tua merasa bahwa pendidikan tidak hanya didapat di pendidikan formal saja. Orang tua hanya menginginkan anak mahir/paham, cepat dan tidak ada hambatan dalam menuntut ilmu khususnya pendidikan dan belajar. Orang tua tidak hanya berdiam diri, demi lancarnya dalam melakukan Homeschooling. Tidak pantang menyerah dalam mencapai tujuannya, supaya anak mau belajar, merasa nyaman dalam belajar dan berfikir betapa pentingnya belajar. Sesuai dengan hasil pengumpulan data: wawancara, observasi, dan dokumentasi/record. Sebagai hasil bahwa meningkatnya motivasi belajar anak memiliki keinginan, keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar. Penampilan berbagai usaha belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar sampai berhasil. Anak lebih mandiri dan bergairah dalam belajarnya, serta keinginan, keberanian menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi ketika belajar. Adapun faktor penunjang secara umum, dalam implementasi model Homeschooling pada Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan, selain faktor-faktor diatas sebagai berikut : a.
Fasilitas belajar mengajar yang lebih baik yang tidak diperolah dalam format sekolah formal. Serta ruang gerak sosialisasi anak semakin luas walaupun masih dalam batas-batas yang dapat dikendalikan.
b.
Adanya kebutuhan-kebutuhan yang sama antara orang tua (Pengajar) dan anak untuk membuat struktur yang lebih lengkap dalam meyelenggarakan aktivitas pendidikan akademis dalam pembangunan akhlak mulia, mengembangkan intelegensi, dan keterampilan hidup dalam pembelajaran, penilaian, dan kriteria keberhasilan dalam mencapai standar mutu tertentutanpa kehilangan jati diri dan identitas diri yang dibangun dalam
88
keluarga dan lingkungannya. c.
Orang tua dan pengajar akan lebih banyak mendapatkan dukungan karena masing-masing dapat mengambil tanggung jawab dalam skala yang lebih besar, saling mengajar untuk bidang yang lebih dikuasai dan dapat memperdalam sesuai keahliannya. Serta anak bisa belajar dari sumber manapun yang dapat dipelajarinya. 2
g.
Faktor Penghambat Dalam Implementasi Model Homeschooling Sedangkan faktor penghambat secara umum yang dihadapi dalam
implementasi model Homeschooling pada Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan, sebagai berikut : a.
Penyelenggara Homeschooling memerlukan kompromi dan fleksibilitas untuk menyesuaikan jadwal, suasana dan fasilitas tertentu yang dapat menampung beberapa anak dari keluarga pada saat kegiatan dilaksanakan bersama-sama.
b.
Anak dengan keahlian atau berkebutuhan khusus, harus juga bisa menyesuaikan dengan lingkungan lainnya dan menerima perbedaanperbedaaan lainnya sebagai proses pembentukan jati diri.
c.
Anggapan sepele dari masyarakat, bahwa anak Homeschooling itu tidak sekolah. Sehingga masyarakat menganggap bahwa Homeschooling adalah tidak belajar dan hanya buang-buang waktu saja. Dengan demikian, ada banyak hal yang melatarbelakangi pilihan
orang tua untuk bersekolah di rumah yang disesuaikan dengan faktor penunjang dan penghambatnya, sebagai berikut : a.
Anak yang berlebih secara intelektual tidak puas dengan pola pembelajaran di sekolah yang baginya lambat. Materi pelajaran yang harusnya bisa selesai dalam 1 minggu harus diajarkan dalam 1 bulan sehingga anak ini mengganggu temannya atau mengganggu proses pembelajaran di kelas. Pengajar tidak mampu menangkap kelebihan yang dimiliki si anak sebagai
2
Kesimpulan dari hasil wawancara dan observasi pada Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan.
89
potensi, tapi malah mencapnya sebagai pembuat onar. b.
Anak yang tidak menyenangi mata pelajaran tertentu (misalnya), Bahasa Indonesia atau anak dari Medan terpaksa belajar Bahasa Daerah Jawa. Hal ini tentu menyebabkan anak malas belajar dan sekali lagi menjadi “masalah” di kelas, karena pemaksaan beban materi pelajaran yang “kurang perlu” dan kurang aplikatif bagi anak.
c.
Anak yang memiliki gangguan belajar seperti hiperaktif, disleksia atau kekurangan dalam menangkap pelajaran. Anak ini memerlukan waktu yang agak lama untuk mencerna dan mengutarakan kembali apa yang pengajar katakan. Sebenarnya si anak pintar, namun akhirnya ia dianggap bodoh oleh sekolah.
d.
Anak yang tidak mampu secara ekonomi untuk menyekolahkan di sekolah yang dianggap bagus atau bahkan yang biasa sekalipun. Hal ini karena kebutuhan primer seperti untuk makan saja susah apalagi untuk sekolah.
h.
Upaya
Mengatasi
Hambatan
Pada
Implementasi
Model
Homeschooling Dengan demikian Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang dan keluarga Homeschooler, sama-sama berupaya dalam mengatasi hambatan-hambatannya sebagai berikut : a.
Memberikan fasilitas untuk penunjang belajar anak, namun tidak melupakan untuk selalu melakukan kontrol dan pengawasannya.
b.
Mensosialisasikan pembelajaran menjadi Keluarga yang baik anatar anak dan guru seperi Ayah-Ibu dengan anak yang bijak.
c.
Mensosialisasikan cara belajar yang menyenangkan, efisien dan efektif untuk anak. Dengan memberikan pengertian pada anak agar dapat belajar atas kesadaran sendiri. Bahwa belajar bisa dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja.
d.
Menambahkan pengetahuannya melalui praktek langsung dalam kehidupan nyata. Dengan membiarkan anak merasakannya sebagai sebuah pengalaman yang baru.
90
e.
Tidak takut untuk melakukan terobosan melalui kreasi tertentu untuk membangkitkan semangat dan motivasi belajar anak.
f.
Memperhatikan faktor internal dan eksternal anak dengan baik dan segera menangani dengan bijak, jika ternyata anak memiliki masalah dengan lingkungan pergaulannya.
g.
Tetap bangkitkan semangat dan motivasi belajar anak tanpa terganggu dengan status pilihan belajarnya. Oleh
karena
itu,
beberapa
orang
tua
menganggap
pilihan
menyekolahkan anaknya di rumah merupakan pilihan terbaik sehingga dapat mengembalikan peran orang tua, keluarga sebagai pendidik pertama bagi anak. Karena orang tualah yang paling tahu dengan kondisi jiwa, psikis anak dan apa yang di inginkan si anak. Orang tua juga yang dianggap berkewajiban memberikan pendidikan yang di minati anak sesuai dengan kebutuhan anak. Rumahku adalah surgaku menjadi impian bahwa surga pendidikanku adalah di rumahku adalah pilihan tepat bagi perkembangan anak. Khususnya anak yang berkebutuhan khusus yang memerlukan pelayanan khusus. Hal ini tidak didapatkan di sekolah. Meskipun sekarang sudah ada model sekolah inklusi namun tetap saja sekolah menjadi momok bagi rusaknya kepercayaan diri si anak. Kurikulum yang menyamaratakan kemampuan anak normal dan anak berkebutuhan khusus, atau lingkungan sekolah yang kurang mendukung hingga pada perlunya shadow teacher atau pengajar pendamping yang tentunya membutuhkan biaya yang sangat mahal. Selain upaya-upaya diatas, dari implementasi model Homeschooling yang di pilih oleh Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan, mampu memberikan konstribusi bagi anak untuk terus belajar dan meningkatkan semangat belajarnya. Dengan upaya mengatasi hambatan untuk meningkatkan motivasi belajar anak, sebagai berikut : a.
Melalui minat yang ingin dicapai anak, yang akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajarnya. Minat ini dapat memperkuat motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, sebab tercapainya suatu keinginan akan mewujudkan aktualisasi diri anak. Oleh karena itu,
91
keinginan seorang anak perlu diiringi dengan kemampuan dan kecakapan untuk mencapainya. Kemampuan anak untuk mempelajari sesuatu akan semakin mendorongnya untuk mempelajari materi belajarnya. Sebab keberhasilan yang dicapai dengan kemampuan yang dimilikinya tersebut akan memuaskan dan menyenangkan hatinya. Jadi secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan anak akan memperkuat motivasinya dalam belajar. b.
Memperhatikan kondisi anak yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang anak yang sedang sakit, lapar, marah, dan sedih. Akan mengganggu konsentrasi/perhatian dan keinginan untuk belajar. Sebaliknya anak yang sehat dan gembira akan mudah memusatkan perhatian untuk belajar. Dengan kata lain kondisi jasmani dan rohani anak berpengaruh terhadap motivasi belajar anak. Lingkungan anak ini meliputi lingkungan fisik seperti keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, lingkungan sosial seperti pear group, komunikasi dengan pengajar, orang tua, dan sebagainya. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman teman yang nakal dapat mengganggu kesungguhan belajar anak. Sebaliknya, lingkungan yang nyaman dan indah, pergaulan antar teman, orang tua, pengajar, masyarakat yang rukun akan memperkuat motivasi belajarnya. Oleh karena itu, kondisi lingkungan yang sehat, kerukunan hidup dan rasa aman perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tertib, dan indah maka semangat atau motivasi belajar mudah diperkuat.
c.
Memperhatikan unsur-unsur dinamis, merupakan unsur yang berkembang mengikuti perkembangan zaman yang dapat membangkitkan keinginan untuk belajar. Seperti lingkungan budaya anak yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi, dan sebagainya. Merupakan unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran. Keadaan lingkungan budaya seperti tersebut diatas dapat menumbuhkan motivasi belajar. Oleh karena itu, orang tua (pengajar) profesional diharapkan mampu memanfaatkan unsur-unsur tersebut sebagai sumber belajar anak untuk memotivasi belajarnya.
92
d.
Upaya orang tua (pengajar) dalam membelajarkan anak yaitu partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik sudah merupakan upaya membelajarkan anak. Ada beberapa upaya pembelajaran yang dapat dilakukan oleh orang tua (pengajar) dengan pemahaman tentang diri anak dalam rangka kewajiban tertib belajar, pemanfaatan penguatan berupa reward dan punishmunt secara tepat guna, dan mendidik dengan cinta belajar.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Kmunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat telah mengimplementasikan Model Homeschool Montessori (unit pembelajaran/unit studies) dan Model Homeschool Charlotte Mason,
serta homeschooling komunitas, tanpa
melupakan minat dan kebutuhan anak seusianya. Homeschooling menjadi pilihan bagi orang tua dan terus berkembang dengan
berbagai
alasan.
Selain
karena
alasan
keyakinan
(belief),
pertumbuhan homeschooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah formal. Keadaan pergaulan sosial disekolah formal yang tidak sehat juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan homeschooling. Tujuan
keluarga Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat untuk
memilih homeschooling sebagai pilihan untuk memperoleh pendidikan yang terbaik. Hanya ingin lebih meningkatkan potensi anak secara optimal lebih cepat, fleksibel dalam materi, meningkatkan potensi dan kreatifitas yang anak miliki, yang terpenting supaya anak tidak terhambat. Banyak pula alasan orang tua memilih homeschooling. Secara general, alasan utama orang memilih homeschooling adalah tidak puas dengan model sekolah umum (formal) dan ingin memberikan pendidikan
93
94
yang
berkualitas
kepada
anak.
Selain
itu,
ada
yang
melakukan
homeschooling karena ada kebutuhan khusus pada anak; misalnya autis, anak-fokus, berbakat, dsb. Oleh karena itu mereka memilih dengan penuh pertimbangan
untuk
mengimplementasikan
menentukan model
solusi
homeschooling
yang yang
tepat
untuk
sesuai
dengan
perkembangan anak. Adapun faktor penunjang dalam implementasi model homeschooling pada Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat, sebagai berikut : a.
Fasilitas belajar mengajar yang lebih baik dan ruang gerak sosialisasi anak semakin luas walaupun masih dalam batas-batas yang dapat dikendalikan.
b.
Adanya kebutuhan-kebutuhan yang sama antara orang tua (Pengajar) dan anak
untuk
membuat
struktur
yang
lebih
lengkap
dalam
meyelenggarakan aktivitas pendidikan. c.
Orang tua dan pengajar akan lebih banyak mendapatkan dukungan karena masing-masing dapat mengambil tanggung jawab dalam skala yang lebih besar. Serta anak bisa belajar dari sumber manapun yang dapat dipelajarinya. Sedangkan
faktor
penghambat
dalam
Implementasi
model
homeschooling di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat, sebagai berikut : a.
Penyelenggara homeschooling memerlukan kompromi dan fleksibilitas untuk menyesuaikan jadwal, suasana dan fasilitasnya.
b.
Anak dengan keahlian atau berkebutuhan khusus dan karakter yang berbeda, harus juga bisa menyesuaikan dengan lingkungan lainnya dan menerima perbedaan sebagai proses pembentukan jati diri.
c.
Anggapan sepele dari masyarakat, bahwa anak homeschooling itu
tidak
sekolah. Sehingga masyarakat menganggap bahwa homeschooling adalah tidak belajar dan hanya buang-buang waktu saja. Komunitas Sekolah Rumah Pelangi memiliki beberapa cara dan strategi dalam usahanya meningkatkan motivasi belajar anak, antara lain:
95
a.
Memberikan fasilitas untuk penunjang belajar anak, namun tidak melupakan untuk selalu melakukan kontrol dan pengawasannya. Serta menambahkan pengetahuan anak melalui praktek langsung dalam kehidupan nyata.
b. Dengan membiarkan anak merasakannya sebagai sebuah pengalaman. Yang tidak
takut
untuk
melakukan
terobosan
melalui
kreasi
tertentu untuk membangkitkan semangat dan motivasi belajar anak. c. Memperhatikan faktor internal dan eksternal anak dengan baik dan segera menangani
dengan
bijak,
jika
ternyata
anak
memiliki
masalah dengan lingkungan pergaulannya. Dengan tetap bangkitkan semangat dan motivasi belajar anak tanpa terganggu dengan status pilihan belajarnya. B. SARAN Zaman yang semakin maju dengan beraneka teknologi ternyata telah membuat dunia semakin panas dan penuh konflik. Tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Penyatuan visi dan misi, teguh dalam menjalankan sistem belajar, dan berbagai kurikulum yang ternyata sulit diterapkan dalam dunia pendidikan yang sebenarnya. Hingga munculah
sumber
daya
manusia (SDM) yang
berkualitas, melalui proses pendidikan yang berkualitas pula. Adapun
homeschooling,
diharapkan
menambah
upaya
dalam
meningkatkan motivasi belajar anak, sebagai berikut : a.
Mengenali ciri-ciri menurunnya semangat dan motivasi belajar anak. Dan segera adakan perbaikan jika orang tua telah menemukan
penyebab
menurunnya semangat dan motivasi belajar anak. b.
Ciptakan suasana sehat dan menyenangkan dalam keluarga. tekankan keberhasilan yang hendak dicapai anak, dengan
Senantiasa memberikan
penjelasan. Dengan menghindari memotivasi anak dengan mencaci maki atau menyebut anak dengan sebutan yang menyakitkan hatinya. c.
Tetapkan prioritas utama yang harus diperbaiki oleh anak, dengan tetap
membiarkannya
menikmati
masa
kanak-kanaknya.
Tidak
96
membanding- bandingkan anak dengan
anak
yang
lainnya,
dengan
orang tua/saudara sekalipun orang tua berharap motivasi belajar anak akan bangkit karenanya. d.
Tidak menuntut anak untuk selalu sempurna dalam mengerjakan suatu tugas. Dengan Memberikan teguran yang halus pada anak. Ucapan yang tidak menyakiti hati anak akan mendorongnya untuk memperbaiki diri.
e.
Atur dan tingkatkan jumlah belajar secara bertahap pada anak, hingga akhirnya mencapai jumlah jam belajar seperti yang dikehendaki. Serta selalu mengawasi tanpa mengekang seluruh kegiatannya untuk tetap menjaga semangat belajarnya. Karena semua membutuhkan proses dan pelatihan yang tidak sebentar.
Tak lupa pula peranan Komunitas Sekolah Rumah Pelangi dan orang tua homeschooler yang tak lain adalah saling mendukung dan bahu- membahu dalam meningkatkan motivasi belajar anak
DAFTAR PUSTAKA
Abe Saputro, Rumahku Sekolahku, Panduan Bagi Orang Tua Untuk Menciptakan Homesholing, Yogyakarta : Grha Pustaka, 2007 Cece Wijaya, Pendidikan Remedial-sarana pengembangan mutu sumber daya manusia, Bandung : PT Remaja rosda karya. 1996 Chris Verdiansyah, Homeschooling; Rumahku Kelasku, Dunia Sekolahku, Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2007 Direktorat Pendidikan kesetaraan , Komunitas Sekolah Rumah sebagai Satuan pendidikan kesetaraan, Jakarta 2007 Faisal. Sanapiah, Pendidikan Luar Sekolah Didalam Sistem pendidikan dan Pembangunan Nasional, Surabaya : Usaha Nasional. 1981 Hot Topic, 15 Dec 2006 Sumber: Majalah Inspire Kids. Home-schooling, Tak Sekadar Belajar di Rumah. http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_luar_sekolah/ 25 Februari 2008 Joesoef. Soelaiman, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, Jakarta : Bumi Aksara. 1992 Lilik Mawartiani, Homeshooling untuk Anak, Mengapa Tidak?, Yogyakarta : Kanisius, 2007 Linda Dobson, Tamasya Belajar; Panduan Merancang Program di Rumah Untuk Anak Usia Dini, Bandung: Mizan LC, 2005 Liza Desylanhi Wed, 20 Sep 2006, Copyright © 2005 - 2007 VHRmedia.net Voice of Human Rights. Loy Kho, Homescooling Untuk Anak Mengapa Tidak, Yogyakarta : Kanisius. 2007 Marty Layne, Ibuku Guruku; Belajar di Rumah dalam Balutan Kearifan dan Kehangatan, Bandung : Mizan LC, 2005 Mary Griffith, Belajar Tanpa Sekolah; Bagaimana Memanfaatkan seluruh Dunia Sebagai Ruang Kelas anak Anda, Bandung : Nuansa, 2006
97
Maulia D. Kembara, Panduan Lengkap Homeschooling , Bandung: Progressio, 2007 Moleong. Lexy J. (b) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosda Karya. 2005 Nuryanis dan Romli, Pendidikan Luar Sekolah; Kontribusi Dipenamas dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional, Jakarta: Departemen agama RI, 2003 Paul Subiyanto, Mendidik Dengan hati, Jakarta : PT Elex Media Komputindo. 2004 Saifullah. Ali, Pendidikan Pengajaran & Kebudayaan, Surabaya : Usaha Nasional. 1982 Sanapiah Faisal, Pendidikan Luar Sekolah; di Dalam Sistem Pendidikan dan Pembangunan Nasional, Surabaya: Usaha Nasional, 1981 Santoso.Slamet & Joesoef. Soelaiman, Pendidikan Luar sekolah, Surabaya : C.V. Usaha Nasional. 1979 Setiawan. Benni, Manifesto Pendidikan di Indonesia, Yogyakarta : Ar- Ruzz. 2006 Seto Mulyadi, Homeschooling Keluarga Kak- Seto, Jakarta : PT. Mizan Pustaka, 2007 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian ; Suatu Pendekatan Praktik, Yogyakarta: Bina Aksara, 1985 Supardi, dkk, Dasar-dasar Perilaku Organisasi, Jakarta: UII Pres Soemanto.Wasty, Psikologi Pendidikan - Landasan Kerja Pimpinan Pendidikan, Jakarta : PT Bina Aksara. 1987 UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 _____Konsep Homeschooling, http://www.elexmedia.co.id/EMK143071088%20%20Homeschooling.pdf , 2009 Yayah Komariyah, Homeschooling; Trend baru sekolah alternatif, Jakarta: Sakura Publishing, 2007
HASIL OBSERVASI LAPANGAN
IMPLEMENTASI MODEL HOMESCHOOLING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK
Tempat/Tgl Observasi
NO
: Kelas VII dan VIII Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat, 20 Maret 2010
REFLEKSI
HASIL OBSERVASI
ANALISIS
Metode pembelajaran dan pendekatan yang digunakan oleh guru mampu meningkatkan motivasi belajar anak belajar di Homeschooling
Dengan metode Maind Map yang diterapkan oleh pendidik/tutor Anak didik terlihat antusias dan semangat dalam belajar di homeschooling, sehingga materi yang diberikan oleh tutor dengan mudah dipahami dan dikuasai oleh anak-anak. Ini terlihat ketika anak-anak diminta untuk menjelaskan materi yang mereka pelajari dengan metode Maind Map dan Presentasi terlihat menguasai dan paham. Namun ada sebagian anak yang kurang begitu paham dan menguasai materi, tutor segera mendekati anak yang kurang paham tersebut, kemudian memberikan bantuan secara khusus untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi anak tersebut.
Metode yang digunakan oleh guru/tutor serta pendekatannya dalam belajar di homeschooling mampu memberikan semangat dan motivasi belajar kepada anak-anak homeschooler. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dijalankan di komunitas sekolah rumah pelangi ciputat mampu memberikan dorongan untuk belajar dengan mandiri. Tutor juga akan lebih mudah mengetahui siswa mana yang mengalami kesulitan dalam belajar, dan memberikan bantuan dengan pendekatan kekeluargaan. Anak didik pun tidak ada keseganan untuk berbagi cerita tentang permasalahan belajar dan yang lainnya.
01
Tempat/Tgl Observasi NO
02
: Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat, 25 Maret 2010
REFLEKSI
HASIL OBSERVASI
Di pagi hari itu, terlihat beberapa Kontrol orang tua terhadap orang tua yang mengantarkan perkembangan anak-anak di anak-anak mereka untuk belajar komunitas Homeschooling di komunitas, termasuk Ibu Ria orang tua dari Yohanes Gerantino seorang anak didik di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat. Selama anak-anak belajar bersama tutor di kelas, para orang senantiasa mengamati proses belajar anak-anaknya sampai jam pulang, kecuali beberapa orang tua yang hanya mengantar dan menjemput saja.
ANALISIS
Walaupun orang tua sudah menyerahkan anak-anak mereka ke komunitas homeschooling untuk belajar, namun orang tua tidak lepas begitu saja, seperti di pendidikann formal. Namun orang tua mengawasi saat belajar di komunitas dan menemani belajar saat di rumah. Disini keterlibatan
Tempat/Tgl Observasi NO
: Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat, 29 Maret 2010
REFLEKSI
HASIL OBSERVASI
ANALISIS
Motivasi belajar anak-anak homeschooling dengan metode dan model pembelajaran yang diterapkan oleh tutor/guru dalam belajar, baik di kelas maupun di luar kelas komunitas.
Terlihat bahwa anak-anak tersebut sangat antusias pada pelaksanaan outing, yang tempatnya di perkumpulan tukang ojek daerah kampung sawah ciputat, keduanya pun bertanya banyak hal pada salah satu tukang ojek mulai keluarga, pekerjaan, sampai penghasilan tukang ojek tersebut. Sesuai outing, mereka pun menulis dengan bentuk cerita tentang apasaja pengalamannya tadi, dalam bahasa mereka sendiri
Dengan antusiasme yang dimiliki oleh anak-anak homeschooling, menunjukkan bahwa semangat dan motivasi belajar anak dapat berkembang sesuai dengan kesadaran dan keinginan sendiri tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun. Keberanian dan kemapuan mengeksplorasi kemampuan dalam mengembangkan materi menjadi sesuatu yang lebih praktis dan operasional di lapangan dan di kehidupan yang lebih nyata dan komplek, seperti kehidupan tukang becak.
03
Tempat/Tgl Observasi NO
REFLEKSI
: Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat, April 2010 HASIL OBSERVASI
Interaksi antara guru/tutor Ibu Jauqline banyak memberikan dengan anak-anak didik saat kalimat motivasi kepada anakbelajar maupun disaat bermain anak sebelum memulai belajar dan berdoa bersama. Dia terlihat sangat akrab dan ramah dengan anak-anak saat mengajar. dia memposisikan sebagai guru sekaligus orang tua, interaksi anak didik dengan guru terlihat intim dan seperti keluarga yang sedang belajar bersama. Tidak terlihat dan terkesan seperti sekolahan. Terlihat anak-anak juga menikmati interaksi yang seperti itu. Ketika jam pelajaran di kelas sudah selesai, anak-anak dengan penuh semangat masih bercanda dan gendong-gendongan dengan ibu Jauqline. Bahkan ada yang cubit-cubitan. Ibu Jauqline memanggil seorang anak yang tadi di kelas banyak bercanda, beliau memberikan bimbingan agar kalau belajar jangan banyak bercanda dan bergurau.
04
ANALISIS
Kehangatan dan keakraban dalam interaksi pembelajaran dan keseharian di komunitas homeschooling bisa terjadi. Tidak ada sekat pemisah antara guru dan anak didik. Guru adalah orang tua sekaligus teman bermain di komunitas. Sehingga anak didik merasa nyaman belajar dengan guru yang ada. Tidak ada rasa takut untuk belajar apalagi bosan dan membete’kan. Karena belajar harus tercipta rasa aman dan menyenangkan, jika tidak terjadi hal tersebut, maka belajar tidak akan memerdekakan anak-anak yang sedang mengembangkan potensi yang dimilkinya.
Tempat/Tgl Observasi NO
05
REFLEKSI
: Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat, 22 Mei 2010 HASIL OBSERVASI
Tingkat sosialisasi anak-anak Terlihat anak-anak ketika jam homeschooling dengan teman- pelajaran sudah selesai, mereka teman seusianya langsung berlari-lari bermain bersama. Ada yangbermain dikelas, belajar di perpustakaan, naik-naik ke pohon, makan bersama di kantin. Terlihat mereka saling berinteraksi dengan baik. Sosialisasi mereka dengan teman seusianya begitu hangat dan akrab. Seperti satu keluarga besar yang sedang belajar bersama.
ANALISIS
Ternyata mitos yang selama ini, anak-anak homeschooling yang kurang bersosialisasi dengan teman-teman seusianya, ternyata tidak terjadi di komunitas sekolah rumah Pelangi Ciputat. Kemampuan mereka dalam bersosialisasi dan bermain dengan teman-teman seusianya cukup baik, bahkan bisa dikatan lebih kuat jalinan emosionalnya.
Tempat/Tgl Observasi NO
06
: Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat, 23 Mei 2010
REFLEKSI
HASIL OBSERVASI
ANALISIS
Sarana dan prasarana yang menjadi pendukung dalam implementasi model homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak.
Di komunitas sekolah rumah Pelangi Ciputat dilengkapi dengan beberapa sarana dan prasarana yang menunjang terhadap pelaksanaan pembelajaran di komunitas. Terlihat sebuah gedung lama yang terdiri dari enam kelas, dan satu gedung baru yang saat ini dalam tahap penyelesaian, gedung baru ini terdiri dari dua lantai. Di gedung lama dilengkapi dengan perpustakaan dan laboratorium praktek. Di kantor yayasan juga dilengkapi dengan sarana laboratorium computer dan perpustakaan, sehingga membuat aktivitas pembelajaran disini berjalan dengan baik.
Dari hasil observasi tersebut menunjukkan, bahwa komunitas Sekolah Rumah Pelangi mampu melengkapi sarana prasarana pendidikan dan pembelajarannya dengan lengkap, walaupun masih belum sempurna. Namun dengan sarana yang ada, proses pendidikan dan pembelajaran di komunitas homeschooling bisa berjalan dengan baik dan maksimal. Anak didik dapat mengembangkan segala potensi yang dimilkinya dengan mandiri dan mampu mengeksplorasi pengetahuan yang ada dengan sarana pendukung tersebut.
HASIL DOKUMENTASI PENELITIAN
HASIL WAWANCARA DENGAN ORANG TUA HOMESCHOOLING Nama
: LARSIH (ORANG TUA DARI RYAN & VALEN)
Tempat/Tgl Lahir
: KARANG ANYAR, 7 MARET 1979
Agama
: KRISTEN
Pendidikan terakhir
: SMEA
Pekerjaan
: GURU
Alamat /Tlp
: JL. SUKA KARYA RT/RW 09/02 Kmp. BUARAN CIPUTAT (081318313363)
NO
PERTANYAAN / JAWABAN Apakah pemilihan belajar di homeschooling merupakan pilihan anak sendiri apa pilihan orang tua?
1
Anak saya itu kan punya konsentrasi pendek dan hiper aktif, awalnya saya masukkan ke SD formal, tapi anak saya kurang ada perubahan dan gurunya kurang memahami terhadap kondisi anak saya, saya kecewa dengan sekolah disitu. Maka saya cari sekolah yang bisa menerima anak saya. Pernah saya sekolahkan di SD lain, namun kepala sekolahnya bilang kalau anak saya tidak bisa belajar disekolah tersebut. Pujithan, ketika saya ketemu ibu erlin dan pak budi mengikuti seminar homeschooling, kemudian saya berfikir bahwa anak saya sepertinya tepatb untuk dihomeschoolingkan. Akhirnya tahun ajaran 2009 saya punya tekad dengan didorong oleh teman-teman komunitas saya di rumah, saya mencoba untuk menghubungi ibu erline untuk mendaftarkan anak saya di homeschooling pelangi. Disini kan harganya bisa terjangkau. Itu juga ada dorongan dari bisikan tuhan untuk mencarikan anak saya sekolah kembali di sekolah alternative. Dan dari mana anda pertama kali mengetahui tentang homeschooling “Saya mengetahui homeschooling itu yang pasti melalui media, browsing di Internet di situsnya kak Seto dan penduannya dari Homeschooling Jakarta dari situs www.Sumardiono.com. “dan tujuan saya memilih homeschooling sebagai model pendidikan bagi anak saya ya hanya untuk mengoptimalkan minat dan bakat anak saya, karena anak saya termasuk aktif dan perkembangannya sangat cepat. Kenapa anda lebih memilih anak anda belajar di Homeschooling dari pada di sekolah formal?
2
Ketika sekolah di SD yang lalu anak saya pernah trauma untuk tidak sekolah lg di SD tersebut karena pernah diejek anak-anak dan juga pernah dipukul oleh gurunya. Sehingga dia takut untuk belajar lagi di sekolah tersebut. Saya tidak memaksa untuk anak saya belajar dimana saja, yang penting anak saya itu nyaman. Kami memilih disini juga karena disini masih steril dan belum terkontaminasi oleh pergaulan bebas, seperti menggunakan kata-kata binatang untuk panggilan orang lain.
Bagaimana orang tua Mengajar anak-anak di rumah, apakah diajar sendiri atau mendatangkan orang lain? 3
Saya tangani sendiri, Saya terus berkoordinasi dengan guru di homeschooling komunitas, kalau ada yang belum dipahami maka saya juga bisa bantu ngepush lebih di rumah. Saya juga mengatur jadwal belajar dan jadwal bermainnya. Apakah anda sering menemani atau membantu anak anda apabila mengalami kesulitan belajar di rumah?
4
Iya. Saya sering menemani anak saya untuk belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan dari sekolah. Kalau belum mengerti saya terus damping anak saya sampai paham dan mengerti apa yang belum dimengerti. Terkadang saya berbagi tugas dengan bapaknya, kalau saya lagi ada kerjaan ayahnya yang menemani belajar. Saya juga kalau tidak tau terhadap pelajaran yang ditanyakan, saya diskusi dulu dengan bapak, kalau perlu saya hubungi ibu erlin untuk minta bantuan memecahkan masalah yang ditanyakan anak saya. Apakah anak Ibu, lebih antusias belajar di homeschooling, dari pada belajar di sekolah formal sebelumnya ?
5
Sangat antusias sekali, ada perubahan yang sangat besar terhadap minat belajar anak saya, kalau dulu ketika sekolah di SD, belajar itu seperti menakutkan, kalau saya kelihatan memegang buku pasti dia itu takut untuk dekat dengan saya. Dia itu trauma dengan belajar, walaupun mau digebukin, bahkan mending tidak memakan dari pada saya belajar mengerjakan PR. Dulu soalnya dibentak-bentak, dicubit dan dikasarin. Jadi trauma untuk masuk ke sekolah lagi. Tapi sekarang dengan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki bisa belajar di pelangi. Piji tuhan sekarang belajar sudah bagus. Belajarnya sudah mulai terjadwal dan terkontrol, kalau saya pulang kerja dari kantor itu, saya sering menemukan anak saya itu belajar sendiri di kamarnya. Menurut anda tugas orang tua sebagai pengajar, pentingkah memperhatikan kebutuhan dan memperhatikan lingkungan/tempat anak belajar ?
6
Penting sekali mas, seperti tetangga saya anaknya gara-gara mengenal pergaulan bebas, sekarang sudah mengenal narkoba dan minuman keras. Dia sering pulang malam dan kondisi mabok. Makanya saya jaga betul pergaulannya, baik di rumah maupun di sekolah, kan seusia anak saya butuh pendampingan orang tua untuk bergaul dengan teman sebayanya. Sebagai orang tua, apakah anda bisa mendorong perhatian anak untuk senang belajar di rumah bersama anda?
7
8
Iya saya Biasanya bekerjasama dengan suami, biasanya ayahnya sering memberikan janji sebagai hadiah kalau dia rajin belajar dan mendapatkan nilai bagus. Biasanya ayahnya janjikan untuk pergi ke ancol seperti minggu kemarenayahnya ajak ke ancol. Atau dijanjiaan ke mall dan bioskop dan jalan-jalan. Sarana dan media belajar apa yang orang tua siapkan untuk menunjang pendidikan anak di rumah
Terus terang kalau saya hanya buku, kaset, atau saya CD yang bisa membantu untuk belajar di rumah dengan meninton televise. Sekarang anak saya umur 4 tahun aja sudah seperti anak dewasa.karena keingin tahuan terhadap barang-barang yang ada. Termasuk visual. Bagaimana orang tua memposisikan diri sebagai orang tua sekaligus pengajar bagi anak anda di lingkungan rumah? 9
Kalau di sekolah saya sebagai guru, kalau di rumah jika lagi mengerjakan PR, maka saya sebagai guru. Tapi ketika ketika bermain dan nnton kita sebagai teman. Kalau nonton film juga kita temani jangan sampai nonton tayangan yang berbahaya dan tidak mendidik. Seperti film naruto, casper, dll. Bagaimana orang tua membantu mengatasi kesulitan belajar anak di Homeschooling?
10
Kesulitannya biasanya saya miskomunikasi dengan dia, apa yang dia inginkan saya kadang susah dipahami. Dia banyak cerita dan banyak bicara, sehingga saya susah mengerti apa yang dimaksud. Maklum dia kan anaknya supaer aktif. Apa yang anda lakukan untuk membangkitkan semangat dan motivasi belajar anak ?
11
Saya selalu mengepush, saya sering Tanya aja PR ga? Saya Tanya lagi pelajaran apa yang di sekolah yang dipelajari, dapaet nilai apa. Saya selalu liatin kerjaan dia di rumah. Dirumah juga ada wajib belajar, kalau bangun tidur siang wajib belajar, setelah makan malam juga wajib lejar, baru setelah itu boleh bermain dan nonton televise.
Apa yang anda harapkan pada pendidikan anak anda, khususnya homeschooling yang sekarang sedang anda jalankan? 12
Saya berharap anak saya menjadi orang yang sukses dan menjadi dirinya sendiri tidak menjadi orang lain yang ikut-ikutan orang. Tentnya takut dan taat kepada tuhan. Serta tercapai lah apa yang dicita-citakannya selama ini. Serta bisa menikmati materi dari kemampuan dia sendiri. Bukan karena orang lain.
13
Bagaimana cara orang tua supaya anak bisa bersosialisasi dengan anak sebayanya di lingkungan masyarakat? Saya juga memberikan kebebasan bagi anak saya untuk berteman dengan teman-teman sebayanya. Kan di komunitas mereka sudah berteman dengan banyak teman. Kalau di rumah saya atur waktu dia belajar diluar rumah dengan saya control terus agar tidak bergaul dengan teman-teman yang kurang baik. Kalau hari sabtu biasanya saya jadwalkan untuk bermain sepeda dengan teman-temannya. Jadi justru kalau di homeschooling temannya lebih banyak dan lebih flaksibel dengan usia yang ditemaninnya.
14
Apakah biaya yang dikeluarkan oleh orang tua bagi anak homeschooling lebih mahal dari pada pendidikan formal? Justru biaya yang saya keluarkan untuk sekolah di homeschooling ini lebih murah dan
terjangkau, kan tidak ada banyak biaya untuk ini dan itu seperti di sekolah formal. Emang kalau di homeschooling yang elit biayanya cukup mahal. Tapi di homeschooling pelangi cukup murah dan terjangkau. Emang kalau di formal ka nada buku paket yang sering memberatkan biaya orang tua. 15
Bagaimana cara orang tua menyiapkan anak anda untuk menghadapi Ujian Nasional, ? Saya selallu memperketat dan menambah jam belajar. Kalau perlu saya minta tambahan materi dari kominitas pelangi ibu erlin untuk memberikan materi pendukung dan penguat untuk menghadapi ujian Nasional. Menemani tentunya lebih diperketat dan saya mengurangi jam kerja diluar rumah.
HASIL WAWANCARA DENGAN ORANG TUA HOMESCHOOLING Nama
: RIA (ORANG TUA DARI YOHANES GERANDTINO)
Tempat/Tgl Lahir
: JAKARTA, 25 JANUARI 1981
Agama
: KRISTEN
Pendidikan terakhir
: SMK
Pekerjaan
: IBU RUMAH TANGGA
Alamat /Tlp
: JL. SALAK RAYA NO.75 PONDOK BENDA PAMULANG (021-98692368)
NO
PERTANYAAN / JAWABAN Apakah pemilihan belajar di homeschooling merupakan pilihan anak sendiri apa pilihan orang tua?
1
Karena pendidikan disini kan mata pelajarannya lebih ringan, karena Cuma ada lima pata pelajaran pokok yang dipelajari. Waktu belajar disini lebih banyak dan belajarnya lebih padat. Juga karena deket dari rumah dan lingkungannya lebih aman dan terjamin, termasuk makanan. Dan saya juga bisa mudah berkomunikasi dnegan guru di homeschooling komunitas. Sehingga kalau ada kesulitan saya bisa mudah membantu mengatasinya di rumah. Kenapa anda lebih memilih anak anda belajar di Homeschooling dari pada di sekolah formal?
2
Saya Cuma menawarkan dan Tanya mau belajar dimana? Saya bawa dia kesini dan saya Tanya gimana kamu mau belajar disini tidak..? itu tidak ada paksaan, saya Cuma cariin dan dicoba selama tiga hari belajar disini saya Tanya lagi, apakah betah mau belajar terus disini apa tidak.? Ternyata dia bilang betah dan ingin terus belajar disini, Bagaimana orang tua Mengajar anak-anak di rumah, apakah diajar sendiri atau mendatangkan orang lain?
3
Ada, kalau dinegeri dia jarang dan kurang belajar. Kalau disini PR setiap hari ada, sehingga motivasi belajar lebih tinggi terus. Saya pegang sendiri untuk mengajar anak, saya tidak lepas tangan, saya diajari untuk mengerjakan PR. Tapi anak saya sering beljaar sendiri, saya hanya melihat dan menilai dari hasil belajar. Kalau saya banyak intervensi belajarnya, maka bisa jadi saya dan anak saya berantem adu argumentasi. Saya hanya menilai hasil belajar anak saya, kalau ada yang salah saya betulin dan kalau benar saya kasih ajungan jempol.
Apakah anda sering menemani atau membantu anak anda apabila mengalami kesulitan belajar di rumah? 4
Iya, saya selalu menemani saat anak saya mengalami kesulitan belajar, termasuk dalam mengerjakan tugas atau PR. Tapi saya hanya menemani dan membimbing saja. Yang belajar tetap anak sendiri Apakah anak tersebut, lebih antusias belajar bersama anda di rumah, dari pada belajar di sekolah formal ?
5
.iya anak saya sekarang tidak usah disuruh untuk belajar dan mengerjakan PR, dia mengerjakan sendiri. Kalau dulu sebelum masuk di homeschooling komunitas untuk diajak belajar sangat susah, bahkan harus diancem-ancem dulu baru mau belajar. Puji tuhan sekarang saya hanya ngontrol dan mengawasi. Karena teman-temannya diatas seusianya. Dan teman-temannya saya minta untuk dibawa ke rumah. Memang saya agak keras untuk bergaul. Karena takut terkontaminasi dengan pergaulan yang tidak benar. Menurut anda tugas orang tua sebagai pengajar, pentingkah memperhatikan kebutuhan dan memperhatikan lingkungan/tempat anak belajar ?
6
Penting sekali, apalagi di rumah, karena lebih banyak hidup di lingkungan di rumah, kalau di sekolah itu kan Cuma 3 jam. Kita bisa kuasai anak secara total dan maksimal ketika berada di rumah. Termamsuk belajarnya dan bertemannya. Kita selaku orang tua harus slektif dalam mengawasi pergaulan dan kehidupan sehari-hari anak dilingkungan sebayanya Sebagai orang tua, apakah anda bisa mendorong perhatian anak untuk senang belajar di rumah bersama anda?
7
Iya, karena Saya selalu bilang kalau nilai kamu bagiu dan dapet rengking, maka saya kasih sesuatu, otomatis dia kan belajarnya lebih sriuslagi. Kalau setiap satu minggu saya selalu mengecek pelajarannya yang selama seminggu dipelajarinya. Saya berikan motivasi dengan cara beri dia hadiah.
Sarana dan media belajar apa yang orang tua siapkan untuk menunjang pendidikan anak di rumah 8
Saya kasih dia laptop, Cuma itu saja. Untuk internet emang belum saya batasi karena takut menyalahgunakan internet sehingga membahayakan dia. Bagaimana orang tua memposisikan diri sebagai orang tua sekaligus pengajar bagi anak anda di lingkungan rumah?
9
Ketika sedang mengerjakan tugas dan belajar, maka saya disini sebagai guru. Tapi ketika dalam keadaan santai dan bekerja tugas-tugas rumah, maka saya sebagai teman dan orang tua. Pokoknya antara saya dan anak selalu berbagi pengalaman. Jadi teman sekaligus guru untuk belajar . Bagaimana orang tua membantu mengatasi kesulitan belajar anak di Homeschooling?
10 Kalau anak saya mengalami kesulitan, saya bantu dengan pelan-pelan dan tidak terlalu
menekan untuk bisa, karena anak saya otaknya masih lemah, saya selalu ulang setiap hari agar bisa inget dan bisa menyelesaikan kesulitannya. Kesulitannya kan dia susah bersosialisasi dengan orang lain, namun ketika sudah beradaptadsi, maka dia sudah menajdi anak yang normal seperti teman-teman yang lain sebayanya. Apa yang anda lakukan untuk membangkitkan semangat dan motivasi belajar anak ?
11
Yaitu say berikan hadiah jika nilainya bagus, sehingga anak itu termotivasi untuk belajar di rumah. Kalau belajar di sekolah saya setiap hari menunggunya dan menemaninya belajar di sekolah, sehingga dia bisa serius untuk belajar di sekolah dan di rumah Apa yang anda harapkan pada pendidikan anak anda, khususnya homeschooling yang sekarang sedang anda jalankan?
12
13
Saya berharap naka saya tambah lebih maju dan mencapai cita-citanya melalui homeschooling. Menjadi orang sukses dan bisa berguna bagi orang lain yang lebih membutuhkan bantuan kita. Bagaimana cara orang tua supaya anak bisa bersosialisasi dengan anak sebayanya di lingkungan masyarakat? Anak saya banyak teman-temannya, bahkan yang jauh dari seusianya juga banyak. Selain berteman di komunitas yang sangat akrab seperti keluarga, di rumah juga saya berikan kebebasan untuk bergaul dengan teman-teman sebayanya. Namun emang saya selalu awasi dengan siapa dia bermain. Kalau perlu dia saya suruh bawa temantemannya bermain di rumah. Kita berikan fasilitas bermainseperti laptop dan taman belajar kecil di rumah. Ada jadwal yang ditempel di kamarnya, kapan dia waktu beljar, dan kapan dia waktu bermain.
14
Apakah biaya yang dikeluarkan oleh orang tua bagi anak homeschooling lebih mahal dari pada pendidikan formal? Lebih mahal biaya ni formal, kalau di formalkan ada buku paket yang harus dibeli. Kalau disini kan bukunya dari mana saja, yang penting bisa menambah pengetahuan sesuai dengan kompetensi anak. Biayanya jauh berbeda perbandingannya, sekitar 80 berbanding 50 lah. Kan SPP disini setiap keluarga berbeda untuk bayar, kalau mampu mengikuti setandar minimal, tapi kalau tidak mampu bisa membayar seadanya dan semampunya. Tidak ada paksaan bagi yang tidak mampu untuk bayar penuh sesuai dengan standar minimum.
15
Bagaimana cara orang tua menyiapkan anak anda untuk menghadapi Ujian Nasional, ? Kita tingkatkan belajarnya, bukunya-bukunya dan foto copiyan yang dibawa dari sekolah untu tambahan mengulang pelajaran yang pernah dipelajarinya. Dan juga saya berikan tambahan les di lembaga les, seperti primagama. Di rumah kan juga ada wajib belajar, setiap hari itu minimal 1-2 jam. Karena Cuma satu jadi saya lebih mudah untuk ngontrol.
HASIL WAWANCARA DENGAN PENGAJAR HOMESCHOOLING Nama
: JACQUELINE MERCY OROH
Tempat/Tgl Lahir
: JAKARTA, 15 JANUARI 1976
Agama
: KRISTEN PROTESTAN
Pendidikan terakhir
: S1
Pekerjaan
: GURU/PEMBIMBING KELAS 3 DAN 4 SD
Alamat /Tlp
: JL. ALAM ASRI 3 BLOK J I NO.12 VILLA DAGO PAMULANG
NO
1
PERTANYAAN / JAWABAN Kenapa anda tertarik memilih mengajar di homeschooling dari pada mengajar di sekolah formal.? Saya milih di homeschooling ini karena belajarnya lebih cepat dan antara guru dan murid seperti ada kekeluargaan. Berbeda dengan di sekolah formal yang gurunya kurang memmperhatikan muridnya. Jadi disini seperti layaknya ibu dan anak. Kami menikmati sekali disini. Waktu dan materi belajar sangat fleksibel. Kami langsung berinteraksi secara intens dengan murid tanpa ada pemisah. Bagaimana kesan anda mengajar di pendidikan homeschooling?
2
Saya mengajar disini sangat senang sekali, karena ada kebersamaan diantara guru dan murid. Jadi seperti mendapatkan keluarga besar gitu.
Apakah anak-anak homeschooling, lebih antusias belajar bersama anda, dari pada belajar di sekolah formal ?
3
Anak-anak kalau belajar dengan saya pasti bersemangat, karena kalau saya mengajar pasti banyak bercandanya. Jadi murid belajar tidak terlalu tegang-tegang banget. Tapi kalau lagi serius ya kita serius. Karena murid juga paham antara yang bercanda dan serius.
Bagaimanakah pilihan materi pelajaran dan metode yang anda gunakan dalam melaksanakan model homeschooling yang anda jalankan ?
4
Kalu materi kita guru yang menyiapkan, yang diambil dari sekolah elektronik yang sudah disediakan di internet. Sedangkan materi belajarnya itu adalah membaca, kemudian mereka mempresentasikan kembali apa yang dibacanya, sehingga mereka butuh konsentrasi tinggi dalam belajar. Kita dalam mengajar selama ini menggunakan Metode adamco peta pikiran(maind map), termasuk juga Tanya jawab, diskusi dll. Mereka pasti bisa jawab apa yang guru tanyakan.
Apakah pilihan materi pembelajaran merupakan pilihan anak sendiri atau ditentukan oleh pengajar atau orang tua 5
Guru memang harus ada target dalam mengajar, namun kita harus mengimbangi juga bagi siswa yang agak lambat dan yang cepat dalam mengakap pelajaran. Ini juga tergantung pada kemampuan anak dalam menangkap pelajaran. Jika terdapat yang lamban, maka kita berikan pendampingan khusus kepadanya. Apakah anda mengalami kesulitan yang menjadi penghambat dalam mengajar anakanak di homeschooling?
6
Kita selaku guru ketegasan itu emang perlu. Paling yang agak sulit itu disini kan banyak murid yang bercandain guru, isengin guru. Sehingga memancing emosi kadangkadang. Namun saya sendiri selalu ambil nilai positifnya aja. Kalau sudah ada yang berlebihan, biasanya kita bertindak juga dengan tegas. Berikan teguran, kalau perlu kita juga berikan sanksi. Namun doktrin yang penting terhadap keseriusan belajar. Bagaimanakah upaya anda dalam mengatasi hambatan yang ada dalam pelaksanaan model homeschooling ? Kita dengan sabar dan tekun dalam memperbaiki semua yang kita hadapi, termasuk perbedaan karakter dan kenakanlan anak-anak yang berlebihan. Kita berlakukan juga peraturan yang tegas dan kita juga harus memulai disiplin dari diri kita sendiri sebagai guru.
Apakah selama anda mengajar di homeschooling ini, perkembangan belajar anak semakin menurun atau meningkat, sebelum dan setelah dilaksanakannya model homeschooling kepada anak?
7
Tentunya semakin meningkat, dulunya ketika diajak belajar sangat susah dan malasmalsan, kini tanpa disuruh belajar bereka belajar sendiri. Kita cukup memberikan tugas dan materi pokok untuk dipelajari dikelas, mereka langsung mencari referensi sendiri dan rangkuman materi sendiri. Begitu pula jika ada tugas, mereka pasti mengerjakan semua. Karena kalau tidak mengerjakan, mereka malu ama yang lain yang mengerjakan. Sebagai seorang pengajar, apakah anda mampu mendorong motivasi anak untuk senang belajar bersama anda? Bagaimana cara anda supaya anak senang belajar dengan anda?
8
Saya senangnya mengajar sambil memberikan gurauan dan hiburan. Tentunya mengajar yang benar. Yang pasti dengan sepenuh hati saya mengajar dan kasih sayang. Seperti kita berikan pujian kepada anak didik. Baik yang berprestasi maupun yang tidak. Apapun karya mereka, kami guru selalu memberikan pujian dengan memberikan perbaikan yang memotivasi belajar mereka. Bagaimana anda memposisikan diri sebagai pengajar bagi anak - anak homeschooling?
9
Kalau saya flaksibel dalam memposisikan antara guru dan murid. Kita kan komunitas sudah dianggap seperti keluarga, namun jika dalam posisi serius belajar, maka posisi antara guru dan murid adalah guru-murid. Namun jiga di luar pelajaran kita ibu dan anak lagi seperti layaknya keluarga. Kami diluar pelajaran menjadi teman belajar, bergurau, bercanda ngobrol bareng-bareng. Kadang-kadang ada yang manja dan iseng
pada guru. Kita menikmatilah mengajar disini. Bagaimana yang anda lakukan apabila terdapat anak yang nakal dan malas belajar pada model homeschooling yang sedang anda jalankan ? 10
Kita mengajar anak-anak yang nakal biasanya saya pandangi dengan pandangan mata, itu isyarat kalau saya lagi marah atau kurang suka dengan sikap mereka. Baru kita berikan nasihat bahwa sikap dan tindakan kamu itu tidak baik, bisa merugikan orang lain. Bahkan bisa membahayakan diri kamu sendiri. Apa yang anda lakukan untuk membangkitkan semangat dan motivasi belajar anak ?
11
Kalu saya dengan cara memberikan kata-kata motivasi, pendampingan dan reward kepada yang giat. Jadi banyak cara yang saya berika kepada anak-anak agar motivasi belajar mereka tinggi. Kita juga bangkitkan cita-cita mereka agar menjadi orang sukses kelak dikemudian hari. Maka untuk menuju cita-cita itu mereka harus giat belajar. Kalau perlu kita putarkan film atau tanyangan bagaimana orang sukses itu merancang masa depannya. Dari tayangan itu mereka bisa mengambil pesan kalau ingin jadi orang sukses maka harus rajin belajar dan bekerja. Bagaiaman cara memberlakukan anak didik yang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda antara yang rendah dan yang tinggi.?
12
13
Saya tetap kasih semangat kepada yang kecerdasannya dibawah standard, saya bilang kepada mereka sebenarnya kamu ini pinter, namun karena kepintaranmu itu kurang diasah, maka kamu ga paham terhadap pelajaran. Maka dari motivasi seperti ini anakanak yang kurang cerdas bisa semangat kembali untuk belajar. Kita sampaikan juga ke mereka kepintaran itu sebenarnya tergantung kita sendiri, kalau kita mau pintar, maka kita akan pintar, namun sebaliknya. Seperti pisau kalau ingin tajam maka harus diasah. Kita juga sampaikan ke orang tua tentang keterbatsan anaknya dalam menerima pelajaran, sehingga orang tua uga membantu memberikan tambahan pelajaran di rumah, karena sebenarnya orang tua itulah kunci utama dalam pendidikan homeschooling. Kita disini hanya membantu untuk memberikan bimbingan dan memberikan lingkungan social yang menurut orang anak-anak homeschooling ada keterbatasan dalam sosialisasi. Berapa jam lama efektif anak harus belajar bersama anda di homeschooling ? Setiap mata pelajaran 1 jam. Dalam satu hari ada 1 mata pelajaran, tapi kadang-kadang ada 2 mata pelajaran. Tergantung guru dan minat anak didik untuk belajar. Disini kita Masuk jam 07.00 pagi secara serentak, mulai setara TK, SD, SMP dan AMA Namun kelas VII dan VIII itu siang jam 13.00 karena kita ada keterbatasan ruangan.
14
Apakah guru yang mengajar di homeschooling ini masing-masing mata pelajaran berbeda guru? Satu kelas itu dipegang oleh satu guru untuk semua mata pelajaran yang diajarkan, sehingga setiap guru minimal memang memahami secara garis besar seluruh mata pelajaran. Namun kita tidak terlalu kesulitan, karena disamping kita harus belajar di rumah dan di kelas juga, kita kan juga bisa belajar dengan murid. Sehingga kita hanya sebagai fasilitator belajar di kelas.
15
Apakah buku-buku yang digunakan di homeschooling ditentukan atau dibebaskan? Buku-buku yang digunakan oleh murid ada buku panduan yang dianjurkan oleh guru, namun soal referensi materi bisa mengambil dari mana saja, yang penting sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dicapai pada pelajaran yang akan dipelajari. Apakah peraturan dan sanksi juga diberlakukan kepada anak-anak di homeschooling Sanksi juga kita berlakukan, hukuman itu juga kita berikan sebagai sanksi. Karena peraturan yang berlaku di homeschooling sama dengan sekolah formal
.
HASIL WAWANCARA DENGAN PENGAJAR HOMESCHOOLING Nama
: HANNY B. BAWANDA
Tempat/Tgl Lahir
: MADIDIR UNE 12 JULI 1980
Agama
: KRISTEN PROTESTAN
Pendidikan terakhir
: D-III PERHOTELAN
Pekerjaan
: GURU/PEMBIMBING KELAS VII, VIII DAN IX SMP
Alamat /Tlp
: GRAHA HIJAU 2 D-10 JL. WR SUPRATMAN CIPUTAT 15412 (08129000001)
NO
PERTANYAAN / JAWABAN Kenapa anda tertarik memilih mengajar di homeschooling dari pada mengajar di sekolah formal.?
1
Kita lebih bisa kreatif, kita bisa ada bekerjasama antara guru dan murid, tidak seperti di sekolah formal guru yang aktif, sedangkan murid menunggu ditanya guru baru interaktif. Di homeschooling juga kita bisa menjadi mitra kerja yang baik. Dan ini merupakan tantangan baru bagi saya. Disini terjadi keakraban anatara guru dan murid tidak kaku. Bagaimana kesan anda mengajar di pendidikan homeschooling?
2
Enak aja belajar dengan mereka, namun emang karakter yang agak kesulitan kita atasi. Mereka kan berangkat dari latar belakang keluarga yang berbeda. Dan karakternya juga berbeda-beda. Apakah anak-anak homeschooling, lebih antusias belajar bersama anda, dari pada belajar di sekolah formal ?
3
Iya mereka itu sangat antusias belajar disini, karena dsisini mereka tidak kaku, disini mereka bisa lebih flakibel dalam belajar. Tidak seperti di sekolah formal yang terikat oleh kurikulum dan waktu. Saya juga mengajar diperkuat dengan sentuhan kasih sayang, layaknya orangtua mendidik anaknya. Jadi keakraban dalam belajar itu tercipta disini Bagaimanakah pilihan materi pelajaran dan metode yang anda gunakan dalam melaksanakan model homeschooling yang anda jalankan ?
4
Kita materi mengambil kurikulum formal mengaju pada kompetensi yang ada, namun kita juga bertanya kepada anak-anak kira-kira mereka itu nyaman tidak belajar materi yang ada. Dalam memberikan materi pun kita tidak ada tekanan murid harus paham dan harus mengerjakan tugas, kita juga harus sesuaikan dengan kondisi murid. Jika mereka lagi mud maka kita belajar dengan serius, namun jika tidak mud, maka kita ajak dulu mereka untur bermain sambil belajar diluar atau memberikan permainan dikelas.
Kita mengggunakan metode peta pikiran adamcho sebagai metode utama, kemudian yang lain juga kita terapkan, seperti diskusi, presentasi, Tanya jawab. Namun ceramah jarang saya gunakan dalam mengajar. Dalam satu hari kita belajar 2 mata pelajaran, namun kalau metode yang akan digunakan adalah peta pikiran biaasnya satu hari hanya cukup1 mata pelajaran. Begitu juga Jadwalnya kita juga tidak kaku, mata pelajaran juga sering kita gabungkan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain, yaitu denagn cara kita kaitkaitkan pelajaran yang satu dengan yang lain. Misalnya pelajaran bahasa inggris. Kita suruh mereka berpidato ke depan, secara bersamaan kita juga sudah belajar bahasa Indonesia. Apakah pilihan materi pembelajaran merupakan pilihan anak sendiri atau ditentukan oleh pengajar atau orang tua 5
Materi yang kami ajarkan itu kita yang memilih, namun siswa dibebaskan untuk mencari bahan-bahan yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajri dikelas. Sehingga mereka tidak kaku pada satu buku. Sehingga terdapat variasi dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengajar anak-anak di homeschooling?
6
Kesulitannya adalah penyakit malas, mereka sudah terkontaminasi dengan kecangggihan tekhnologi, seperti internet dan game. Jadi untuk mengontrol mereka itu butuh kerja keras agar mereka bisa tetap semangat belajar. Bagaimanakah upaya anda dalam mengatasi hambatan yang ada dalam pelaksanaan model homeschooling ? Kita berikan doktrin tentang pentingnya belajar dengan giat sejak dini, karena belajar saat ini akan menentukan kesuksesan masa depan. Doktrin ini yang selalu kita tanamkan sebelum masuk mata pelajaran. Sehingga mereka ketika mulai belajar bisa konsentrasi untuk beljar dan tetap semangat yang tinggi. Apakah selama anda mengajar di homeschooling ini, perkembangan belajar anak semakin menurun atau meningkat, sebelum dan setelah dilaksanakannya model homeschooling kepada anak?
7
Iya, saya lihat dari waktu ke waktu, semangat belajar anak-anak semakin meningkat. Kalau dulu pas awal mereka masuk disini emang masih terbawa ddari sekolah yang sebelumnya bagi yang pindahan. Namun ketika saya terapkan metode homeschooling semakin lama semakin antusias belajar dengan saya di kelas. Sebagai seorang pengajar, apakah anda mampu mendorong motivasi anak untuk senang belajar bersama anda? Bagaimana cara anda supaya anak senang belajar dengan anda?
8
Saya merasakan anak-anak selalu senang belajar dengan saya baik di kelas maupun diluar kelas, saya sepertinya dianggap seperti teman belajar mereka. Kalau anak-anak mengalami kesulitan belajar pasti saya yang didatangi pertama oleh anak-anak. Saya selalu menggunakan pendekatan orang tua dengan anak dalam membetrikan pelajaran. Saya doktrin, kalau anda gagal maka saya juga sedih, karena saya kan mama dan papa kamu disekolah.
Bagaimana anda memposisikan diri sebagai pengajar bagi anak - anak homeschooling? 9
Saya memposisikan sebagai orang tua sekaligus guru bagi anak-anak disini. Terkadang saya benrtindak sebagai orang tua, terkadang saya juga bertindak sebagai guru, atau saya juga memposisikan sebagai teman bermain mereka. Bagaimana yang anda lakukan apabila terdapat anak yang nakal dan malas belajar pada model homeschooling yang sedang anda jalankan ?
10
Saya marahi mereka, kalau perlu kita berikan sanksi, namun sanksi yang saya berikan itu juga mendidik anak-anak untuk tidak mengulangi lagi perbuatan nakalnya. Kita berikan penjelasan kalau apa yang dilakukan itu tidak baik. Kalau emang parah saya juga berkoordinasi dengan orang tuanya agar dibantu juga memberikan pendidikan di rumah dengan giat. Apa yang anda lakukan untuk membangkitkan semangat dan motivasi belajar anak ?
11
Saya biasanya membaca kalimat motivasi yang saya sudah tulis terlebih dahulu di papan. Jadi ketika mereka masuk ke kelas langsung menemukan tulisan itu. Saya juga sering memberikan permainan yang sekiranya bisa membangkitkan semangat belajar mereka. Terkadang saya biarkan mereka mencari tempat dan waktu untuk belajar, jadi saya biarkan walaupun mereka belajar sampai keatas pohon atau keatas gedung. Mereka berarrti ingin tahu ada apa diatas, dan mereka juga mungkin ingin merasakan belajar di tempat yang berbeda termasuk diatas pohon. Bagaiaman cara memberlakukan anak didik yang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda antara yang rendah dan yang tinggi.?
12
13
Kalau saya biasanya lebih banyak memberikan pendampingan kepada anak-anak yang memiliki tingkat kecerdasan dibawah standar. Karena dia butuh teman yang intens untuk menemani belajar. Kalau yang cerdas cukup diberikan arahan materi, mereka langsung kreatif dalam mengembangkan pelajaran. Saya juga berikan materi tambahan yang khusus agar mereka membancanya dan mengerjakannya. Kita perlakukan dengan tenang dan ajak tukar pikiran agar apa yang jadi masalah bisa cepat keluar dan terpecahkan. Berapa jam lama efektif anak harus belajar bersama anda di homeschooling ? Kalau belajar di kelas normalnya kita 1 jam setiap mata pelajaran.tapi jika matapelajarannya itu sulit, maka kita tambahkan smpai 3 jam setiap mata pelajaran. Kan sehari kadang-kadang 1 mata pelajaran yang kita berikan. Sisanya mereka belajar di rumah bersama orang tua. Namun jika orang tua tidak sempat menemani belajar biasanya guru yang di komunitas dipanggil untuk menemani belajar di rumah.
14
Apakah guru yang mengajar di homeschooling ini masing-masing mata pelajaran berbeda guru? Kalau kita system borong, Kalau di homeschooling emang berbeda dengan guru di sekolah formal pada umumnya, kalau di sekolah formal kan satu guru mengajar satu mata pelajaran, tapi kalau disini satu guru harus mengurusi satu kelas atau dua kelas
sekaligus, termasuk mengajar seluruh mata pelajaran yang ada di kelas tersebut. Guru memang dituntut untuk banyak belajar dan tidak hanya menjadi guru saja, namun juga harus menjadi pembimbing bagi anak-anak. Keuntungan kita bisa nambah-nambah ilmu yang lain selain ilmu yang kita miliki selama ini. 15
Apakah buku-buku yang digunakan di homeschooling ditentukan atau dibebaskan? Kalau buku-buku pelajaran yang digunakan anak-anak kita bebaskan, namun ada beberapa buku yang kita anjurkan sebagai acuan utama. Untuk tambahan bacaan yang lain kita bebaskan mau cari dari mana saja tentang materi yang diajarkan, yang penting masih dalam kerangka kompetensi yang kita akan capai. Sekarang kan belajar dari manapun sudah banyak, termasuk internet, televise dan dari orang lain.
HASIL WAWANCARA DENGAN PENGAJAR HOMESCHOOLING Nama
: MARIA FRANSISKA NAIBAHO
Tempat/Tgl Lahir
: MEDAN, 06 MEI 1985
Agama
: KRISTEN PROTESTAN
Pendidikan terakhir
: SMU
Pekerjaan
: GURU/PEMBIMBING KELAS 5 DAN 6 SD
Alamat /Tlp
: BENDA TIMUR2
NO
PERTANYAAN / JAWABAN Kenapa Ibu tertarik memilih mengajar di homeschooling dari pada mengajar di sekolah formal.?
1
Bagaimana kesan Ibu mengajar di pendidikan homeschooling? 2
Apakah anak-anak homeschooling, lebih antusias belajar bersama Ibu, dari pada belajar di sekolah formal ? 3
Bagaimanakah pilihan materi pelajaran dan metode yang Ibu gunakan dalam melaksanakan model homeschooling yang Ibu jalankan ? 4
Apakah pilihan materi pembelajaran merupakan pilihan anak sendiri atau ditentukan oleh pengajar atau orang tua 5
Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengajar anak-anak di homeschooling? 6
Bagaimanakah upaya anda dalam mengatasi hambatan yang ada dalam pelaksanaan model homeschooling ?
Apakah selama anda mengajar di homeschooling ini, perkembangan belajar anak semakin menurun atau meningkat, sebelum dan setelah dilaksanakannya model homeschooling kepada anak? 7
Sebagai seorang pengajar, apakah anda mampu mendorong motivasi anak untuk senang belajar bersama anda? Bagaimana cara anda supaya anak senang belajar dengan anda? 8
Bagaimana anda memposisikan diri sebagai pengajar bagi anak - anak homeschooling? 9
Bagaimana yang anda lakukan apabila terdapat anak yang nakal dan malas belajar pada model homeschooling yang sedang anda jalankan ? 10
Apa yang anda lakukan untuk membangkitkan semangat dan motivasi belajar anak ? 11
Bagaiaman cara memberlakukan anak didik yang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda antara yang rendah dan yang tinggi.? 12
13
Berapa jam lama efektif anak harus belajar bersama anda di homeschooling ?
14
Apakah guru yang mengajar di homeschooling ini masing-masing mata pelajaran berbeda guru?
15
Apakah model homeschooling yang jalankan selama ini mampu meningkatkan prestasi belajar anak?
HASIL WAWANCARA DENGAN PIMPINAN KOMUNITAS HOMESCHOOLING Nama Tempat/Tgl Lahir Agama Pendidikan terakhir Pekerjaan Alamat/Tlp
NO
: ALLAIN HANDRYATNO, A.MD. : AMBON, 12 MEI 1977 : KRISTEN : D3 MANAJEMEN PERHOTELAN : GURU (WAKIL KEPALA KOMUNITAS) : VILLA DAGO ALAM ASRI I BLOK H5/3 PAMULANG (081932059774)
PERTANYAAN / JAWABAN Dari manakah awal anda mengetahui tentang homeschooling, dan bagaimana sikap anda pertama mengetahui adanya homeschooling ?
1
Saya mengenal system homeschooling dari teman saya, yaitu cirri hasnya sekolah rumah, dimana siswa lebih fleksibel dalam belajar demikian suasana belajar lebih santai akan tetapi target pembelajaran tersebut harus memenuhi target kurikulum. Jadi ketika pertama kali saya mendengar system belajar homeschooling saya langsung tertarik. Kemudian saya mendengar sekolah pelangi pernah memenangi kompetisi dari word competition tentang pengembangan sekolah. Saya langsung mencoba melamar dan ternyata langsung diterima. Lama-kelamaan ternyata saya rasakan memiliki daya tarik dan tantangan tersendiri bagi saya. Untuk mengembangkan skill dan kemampuan saya dalam dunia pendidikan Respon saya terhadapa keberadaan system homeschooling sangat antusias dan besar sekali dalam perjalanannya saya sangat interes sekali dengan homeschooling. Saya juga mengenal homeschooling dari salah seorang guru di homeschooling pelangi, dia banyak cerita tentang homeschooling. Terutama ketika homeschooling pelangi mendapat hadiah dari word competition. Pimpinan kami penjadi juara pada kompetisi tersebut. Yaitu pembangunan karakter anak didik dan pengembangan system pembelajaran. Saya sudah 4 tahun Hadiah yang diberikan dalam kompetisi dunia berbentuk sertifikat dan ada juga bantuanya. Disini menjadikan siswa terbentuk karakternya dengan baik, sehingga secara otomatis generasi kita terbentuk dengan baik juga. Bagaimana proses awal untuk bisa melaksanakan komunitas homeschooling disini, sehingga mampu diterima oleh masyarakat?
2
Kalau kita mau melaksanakan system belaar seperti homeschooling ini, biasanya dimulai dengan kelompok pembelajar, kelompok belajar itu tidak perlu banyak orang, sekitar lima orang kemudian kita bombing, semakin lama otomatis akan banyak relasi dan teman2 yang bergabung. Dan ketika sudah berkembang, di Diknas itu ada jalur khusus yang mengesahkan badan homeschooling. Otomatis kita akan mengurusin untuk didaftarkan ke depdiknas. Untuk diberikan status. Untuk pendaftarannya dilakukan di depdiknas pusat.. homeschooling ini masuk di jalur informal. Jadi bukan lagi menjadi sesuatu yang tidak biasa di Indonesia. Jadi sudah ada badan yang sah sebagai pelegitimasi homeschooling, dah sudah ada bentuk kerjasamanya antara pemerintah dengan masyarakat yang diwakili oleh ASAH PENA.
Dan dalam perkembangannya itu, siswa merasa tertantang untuk mengembangkan karakternya, sistem belajar yang tidak terlalu kaku, siswa mampu berkreativitas sedemikian rupa, dengan tidak keluar dari koridor2 kurikulum. Dalam pelaksanaan ujian pun anak-anak kita tidak kalah dengan siswa di sekolah formal Dalam pelaksanaan homeschooling, model dan jenis homeschooling apakah yang terapkan di komunitas ini ?
3
Dari yang saya ketahui dan saya jalankan model yang digunakan di homeschooling pelangi adalah model Montessori, jadi siswa dituntut untuk berkreativitas dan berekspresi dan begitu juga pembimbingnya tidak semesti guru, bisajuga kaka guru, orang yang berpengalaman yang berfungsi untuk membimbing, dan pembelajarannya pun tidak kaku dan monoton misalnya bab perbab atau pembahasan perpembahasan, akan tetapi kita bisa mengambil pembelajaran penelitian di luar sekolah, teknis presentasi masih banyak metode yang bisa digunakan dalam praktek pembelajaran hmeschooling ini. Di pelangi ini kita tidak menutup kemungkinan digunakannya metode yang dirasa bagus untuk digunakan disini. Misalnya bahasa inggris kita kombinasikan dengan bahasa Indonesia belengual. Misalnya matematika dengan metode menghitung cepat, metode presentasi, mind map, system adamco juga kita jalankan, jadi kita tidak menutup metode-metode apa saja bisa kita gunakan ini tujuannya untuk mengembangkan proses pembelajaran. Kenapa anda memilih melaksanakan model homeschooling ini, apa tujuannya ? Tujuan dalam pelaksanaan homeschooling ini Hanya ingin lebih meningkatkan potensi anak secara optimal lebih cepat, fleksibel dalam materi, meningkatkan potensi dan kreatifitas yang anak miliki, yang terpenting supaya anak tidak terhambat
4
Kelebihannya : Homeschooling di pelangi ini adalah kefleksibelitasannya dalam pembelajaran, anak-anak bisa berekspresif sedemikian rupa, sehingga keterampilan yang terdapat di anak tersebut bisa terlihat. Kalau di sekolah formal kan biasanya perbab, atau semuanya sama, kemudian minggu ini satu bab minggu depan satu bab, minggu depan ujian.seperti itu kan terasa kaku. Kalau disini kita membimbing anak agar bisa belajar dimana saja yang mereka suka, bisa mengembangkan teori sendiri, dirumah bisa, disekolah bisa dibawah pohonpun bisa. Fleksibelitas tersebut tentunya tidak mengindahkan kurikulum nasional untuk mencapai tujuan pendidikan. Kekurangannya : kekurangannya pasti ada, misalnya ada beberapa anak yang tidak sesuai dengan sistem yang kita terapkan. Tapi kita tidak mundur justru hal itu menjadi tantangan bagi kita untuk mengambil langkah yang lebih maju, kita terus berusaha, Bagaimanakah materi kurikulum, serta sistem evaluasi yang anda gunakan dalam melaksanakan model homeschooling tersebut ?
5
Kalau kurikulum tetap masih dibikin oleh lembaga, dengan tidak keluar dari kurikulum depdiknas. Dengan sekolah formal kita tidak menyimpang jauh, hanya kita menerapkan metode-metode homeschooling. Lebih meningkatkan kreatifitas anak-anak, dengan model mentoserri kita kombinasikan dengan kurikulum nasional, tujuannya untuk meningkatkan kreatifitas anak didik untuk pencapaian prestasinya. Ujian tengah semester dan akhir semester juga masih deberlakukan. Seperti halnya perkuliahan, anak dituntut lebih aktif, lebih rajin, ada system komunikasi dalam presentasi. Jadi kerjasama antara guru dan anak, tidak guru aja yang aktif seperti pada umumnya. Jadi bukan guru saja yg pinter, anak juga bisa lebih pinter, sehingga ada komunikasi dua arah, jika murid lebih tahu, maka guru menerimanya.
Kalau pengajar kita tidak ada standarisasinya, ada yang S1, ada D3, dan ada yang lulusan SMA. Intinya katagorinya memiliki jiwa membimbing anak, menyayangi anak, dan penyabar, tentunya yang punya kualitas. orang tua pun bisa bertindak sebagai guru. 6
Bagaimana cara orang tua bisa bergabung di komunitas homeschooling ini? kalau prosedur pendaftaran seperti biasa, petama meninjau lokasi sekolah, jenjang anaknya kelas berapa, pemilihan programnya apakah setiap hari, disekolah apa di rumah, dengan tanpa adanya tes masuk. Untuk penempatan kelas di sekolah pelangi kita lihat dulu dia pindahan atau bukan, kalau pindahan kita lihat kelas disekolah sebelumnya,
Bagaimana metode pembelajaran yang digunakan, untuk bisa membangun motivasi belajar anak?
6
Metode yang digunakan kita padukan, ada yang ceramah, mengikuti buku paket, dengan cara siswa sendiri yang memilih materi dan membuat soal-soal latihan, sistem diskusi, sistem video, yaitu siswa diajak nonton bareng dan diminta bikin catatan poinpoin yang dapat dimabil sebgai pelajarandalam film tersebut dan diminta untuk menjelaskan kembali. Jadi belum ada sistem yang baku dalam penggunaan metode belajar, masih terbuka dengan metode yang ada. Disini guru dituntut sekreatif mungkin dalam mengajar. Seperti metode sircle teaching (belajar setengah lingkaran) tujuannya guru mampu memantau secara individu terhadap siswa. Apakah faktor pendukung, penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan model homeschooling yang anda laksanakan ? Pendukung : Pemberian materi yang teratur, tugas-tugas yang diberikan, sarana yang lengkap (meliputi perpustakaan, laboratorium, lab computer, program ekstra kulikuler. Belajar di luar sekolah, seperti ke planetarium museum gajah, museum fatahillah, taman mini. Ini untuk memperkuat secara teori yang mereka dapatkan di sekolah dengan kenyataan yang ada di lapangan.
7
Penghambat : Tidak semua cocok dengan system ini, kita minimalisir hambatan seperti ini. Banyak keluhan pribadi, yang menyatakan kurang berkembang dengan system yang ada. Tidak mampu mengikuti system pembelajaran yang kita terapkan,misalnya kurang mampu dalam berkomunikasi pada saat presentasi. maka kita minimalisir dengan cara bimbingan individu. Prestasi : Kami pernah mendapatkan penghargaan dari departemen social pada hari memperingati hari kesetiakawanan sosial. Kamisekolahpelangi dinilai mampu memberikan dampak positif terhadap lingkungan social yang ada disekitar kami. Peran orang tua : Kita bekerja samadengan orang tua dalam membangun karakter anak, dirumah orang tua adalah guru bagi anak-anaknya, orang tua bisa langsung mengajar anaknya di sekolah dengan cara berkomunikasi dengan pihak sekolah pelangi untuk materi yang harus diajarkan pada anak selama anak belajar di rumah. Jadi kita flaksibel. Orang tua bisa izin untuk mengajar anaknya di rumah, untuk materi dari sekolah.
Bagaimanakah upaya anda dalam mengatasi hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan model homeschooling tersebut ? 8
Apakah selama pelaksanaan homeschooling ini, perkembangan belajar anak semakin menurun atau meningkat, sebelum dan setelah dilaksanakannya model homeschooling?
9
Yang kita perhatikan, dari waktu kewaktu kecakapan dan prestasi siswa dalam pelajaran semakin berkembang pesat, karena kita memang menekankan pada kemandirian belajar anak, guru hanya sebagai pendamping belajar dan pembimbing. Motivasi belajar anak juga meningkat dengan cukup baik, kalau sebelumnya ketika awal mereka masuk sedikit kesulitan kita membingbing mereka, mungkin karena mereka sudah terbiasa dengan lingkungan sebelumnya. Apakah ada peraturan yang mengikat seperti di sekolah formal juga diberlakukan di homeschooling pelangi?
10
Peraturan yang diberlalukan di sekolah pelangi sama seperti sekolah formal. Jam tujuh dia harus sudah dating di sekolah. Bagi yang tidak mengikuti peraturan tetap akan diberi surat peringatan, memanggil orang tuanya. Kalau untuk seragam kami bebas, jadi kami mengikuti metode mentosseri, lebih enjoy dan flaksibel. Ada seragam hanya digunakan pada hari senin. Mereka kami ajak untuk menyatu dengan alam dan berpakaian yang happy dalam hati mereka masing-masing. Itulah yang jadi daya tarik sekolah pelangi. Apakah biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua untuk mengikuti Pendidikan homeschooling itu mahal, biaya pendidikan apa saja yang dikeluarkan oleh orang tua ?
11
Untuk biaya pendidikan di sekolah pelangi tergantung kemampuan ekonomi orang tua, jika orang tua mampu bayar banyak kita terima, jika mampu sedikit juga kita terima. Kalau untuk biaya SPPnya ada standarnya, namun tetap kembali pada kemampuan orang tua sesuai dengan kesepakatan. Karena tujuan homeschooling adalah untuk membantu orang tidak mampu suapaya dapat belajar di sekolah. Apa yang menjadi keunggulan dari homeschooling dilembaga anda dengan pendidikan yang terdapat di sekolah formal?
12
13
Flaksibelitas terhadap waktu, materi pelajaran, metode pembelajaran,
Sejauh mana masyarakat mengetahui tentang homeschooling di lingkungan anda dan bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan komunitas Homeschooling disini? Kami punya jalur sendiri, punya teman. Kita juga mempunya tim promusi dan sekarang kita juga punya sistem internet dengan online. Brosur dan dibeberapa pameran-pameran kita sudah punya nama juga. Pimpinan kami jiuga merupakan ketua asosiasi homeschooling tangerang selatan. Masyarakat sudah mengetahui tentang kami, terutama masyarakat yang berada di sekitar sekolah pelangi. Bahkan di luar negeri pun sudah ada yang bergabung, Respon sekali masyarakat terhadap keberadaan homeschooling pelangi,
14
Bagaimana anda mensosialisasikan Homeschooling kepada masyarakat di sekitar lingkungan komunitas ini? Pendekatan tetap ada di sekitar lingkungan kami, misalnya Kita melakukan pendekaan memalui pimpinan rt, kepala kelurahan setempat, ada juga program lain, seperti peringatan 17 agustusan disitu kita memberikan program promosi.
15
Apakah faktor lingkungan disini, sangat mendukung anak lebih nyaman dalam proses belajar berlangsung ? Lingkungan disini adalah lingkungan yang masih alami, jadi lebih tenang, lebih nyaman dan siswa lebih konsentrasi dalam belajar. Dan alam yang ada disekitar kami dapat membantu anak-anak belajar dengan alam sekitar, belajar dibawah pohon, dikebon, diatas pohon, dll.
16
Apa yang anda harapkan terhadap pendidikan, sekarang sedang anda jalankan?
khususnya homeschooling yang
Harapan saya homeschooling tetap berjalan dengan baik, untuk anak-anak mungkin lebih ditingkatkan pembangunan karakternya, fasilitasnya lebih ditingkatkan lagi, metode-metodenya lebih dikambangkan lagi, pembingnya lebih berkualitas, jalurnya bisa lebih diakui oleh depdiknas secara keseluruhan. Sehingga kedepannya pendidikan secara utuh bisa lebih maju,
17
Apakah komunitas homeschooling disini mendapatkan izin dan bantuan dari pemerintah setempat? Homeschooling pelangi sudah mendapatkan legitimasi hokum dari pemerintah pusat. Untuk bantuan homeschooling juga mendapatkan bantuan dari pemerintah.
18
Apakah pemerintah juga memberikan bantuan kepada komunitas homeschooling, seperti bantuan BOS atau BOP? Program Bantuan Operasional Sekolah sudah dapat kami rasakan, Bantuan Operasional Pendidikan juga telah pemerintah berikan kepada kami. Jadi pemerintah sudah memperhatikan dengan serius keberadaan homeschooling kami. Seperti pemerintah memperhatikan sekolah-sekolah formal pada umumnya.
19
Apakah ada batasan minimal dan maksimal anak bisa mengikti pendidikan homeschooling di komunitas homeschooling ini? Soal usia disekoalh kami tidak ada batasan usia, usia berapapun asalkan dia mau mengikuti peraturan yang ada silahkan, misalkan sudah usia 21 tahun ingin masuk SMA, itu diperbolehkan. Kalau batas minimal kita batasi seperti sekolah formal pada umumnya, 5 tahun itu TK.
20
Bagaimana dan melalui jalur apa keikutsertaan anak didik pada pelaksanaan Ujian Nasional?
Kami bekerjasama dan bergabung dengan sekolah formal yang lain juga untuk keikutsertaan anak-anak homeshooling dalam Ujian Nasional. Bisa juga ikut jalur persamaan yang ada di Depdiknas, atau bergabung dengan shomeschooling yang lain juga,
21
Apakah ijazah yang diperoleh dari jalur pendidikan homeschooling bisa diterima di lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi? Untuk ijazah sementara ini kita dikeluarkan oleh sekolah formal yang kita ajak kerjasama dalam pelaksanaan ujian, tapi tahun ini kita usahakan kita keluarkan sendiri. Yaitu dari Depdiknas melalui ASAH PENA. Ijazahnya dakui oleh lembaga pendidikan yang lebih tinggi untuk anak bisa melanjutkan pendidikan selanjutnya. Misalnya di SMA atau di perguruan tinggi.
22
Bagaimana tingkat kelulusan anak didik homeschooling pada Ujian Nasional? Cukup baik, sebagaian besar mereka lulus semua.
23
Apakah ada kegiatan ekstra kulikuler yang dilaksanakan di komunitas homeschooling seperti pendidikan formal? Program ekskul seperti olahraga ( sepak bola, renang) kesenian, ada persami (perkumpulan Sabtu-Minggu) acaranya sharing untuk kebersamaan.
24
Bagaimana pengaturan anak didik dalam proses kenaikan tingkat kelas di komunitas homeschooling? di homeschooling ada juga program akselerasi, kalau di sekolah formal, misalnya SD itukan enam tahun, SMP tiga tahun dan SMA tiga tahun, maka di homeschooling bisa menyelesaikan jenjang tersebut dengan lebih cepat dari yang biasa. Misalnya lima tahun ada anak didik yang dinilai mampu mengikuti ujian, maka dia boleh mengikuti ujian Nasional. Tentunya dengan berpatokan pada kemampuan anak. Kalau di SMP atau SMA minimum dua tahun dan tidak perlu sampai tiga tahun. Jika kita nilai sudah mampu untuk ikut ujian, kita usulkan untuk ikut ujian. Yang mengusulkan untuk ikut ujian tersebut adalah dari pembimbing, kemudian ketua, kita lihat prestasi anak tersebut sudah mampu apa belum. Penilaiannya kita tdak hanya dilihat dari materi-materi saja, melainkan kita lihat keagresifan dan keaktifan anak tersebut di kelas. Anak didik juga diperbolehkan untuk mengajukan untuk mengikti ujian, dengan terlebih dahulu di evaluasi oleh pembimbing terhadap factor-faktor yang mendukung diperbolehkannya anak mengikuti ujian di pertengahan. Sistem evaluasinya dengan penilaian secara berkala dan continu tentang keaktifan, keagresifan, kerajinan, dan sikapnya anak tersebut.
HASIL WAWANCARA DENGAN PPIMPINAN KOMUNITAS HOMESCHOOLING Nama
: ERLINA.
Tempat/Tgl Lahir
:
Agama
: KRISTEN
Pendidikan terakhir
:
Pekerjaan
: KEPALA KOMUNITAS
Alamat/Tlp
: VILLA DAGO ALAM ASRI I BLOK H5/3 PAMULANG (081932059774)
NO
PERTANYAAN / JAWABAN Dari manakah awal anda mengetahui tentang homeschooling, dan bagaimana sikap anda pertama mengetahui adanya homeschooling ?
1
Bagaimana proses awal untuk bisa melaksanakan komunitas homeschooling disini, sehingga mampu diterima oleh masyarakat? 2
Dalam pelaksanaan homeschooling, model dan jenis homeschooling apakah yang terapkan di komunitas ini ? 3
Kenapa anda memilih melaksanakan model homeschooling ini, apa tujuannya ? 4
Bagaimanakah materi kurikulum, serta sistem evaluasi yang anda gunakan dalam melaksanakan model homeschooling tersebut ? 5
6
Bagaimana cara orang tua bisa bergabung di komunitas homeschooling ini?
Bagaimana metode pembelajaran yang digunakan, untuk bisa membangun motivasi belajar anak? 6
Apakah faktor pendukung, penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan model homeschooling yang anda laksanakan ? 7
Bagaimanakah upaya anda dalam mengatasi hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan model homeschooling tersebut ? 8
Apakah selama pelaksanaan homeschooling ini, perkembangan belajar anak semakin menurun atau meningkat, sebelum dan setelah dilaksanakannya model homeschooling? 9
Sarana dan media belajar apa yang orang tua siapkan untuk menunjang pendidikan anak di komunitas Homeschooling 10
Apakah biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua untuk mengikuti Pendidikan homeschooling itu mahal, biaya pendidikan apa saja yang dikeluarkan oleh orang tua ? 11
Apa yang menjadi keunggulan dari homeschooling dilembaga anda dengan pendidikan yang terdapat di sekolah formal? 12
13
Sejauh mana masyarakat mengetahui tentang homeschooling di lingkungan anda dan bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan komunitas Homeschooling disini?
14
Bagaimana anda mensosialisasikan Homeschooling kepada masyarakat di sekitar lingkungan komunitas ini?
15
Apakah faktor lingkungan disini, sangat mendukung anak lebih nyaman dalam proses belajar berlangsung ?
16
Apa yang anda harapkan terhadap pendidikan, sekarang sedang anda jalankan?
17
Apakah komunitas homeschooling disini mendapatkan izin dan bantuan dari pemerintah setempat?
18
Apakah pemerintah juga memberikan bantuan kepada komunitas homeschooling, seperti bantuan BOS atau BOP?
19
Apakah ada batasan minimal dan maksimal anak bisa mengikti pendidikan homeschooling di komunitas homeschooling ini?
20
Bagaimana dan melalui jalur apa keikutsertaan anak didik pada pelaksanaan Ujian Nasional?
21
Apakah ijazah yang diperoleh dari jalur pendidikan homeschooling bisa diterima di lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi?
22
Bagaimana tingkat kelulusan anak didik homeschooling pada Ujian Nasional?
21
Apakah ada kegiatan ekstra kulikuler yang dilaksanakan di komunitas homeschooling seperti pendidikan formal?
khususnya homeschooling yang
21
Bagaimana pengaturan anak didika dalam proses kenaikan tingkat kelas di komunitas homeschooling?
KET : WAKTU WAWANCARA
Biodata Penulis Nama TTL Alamat Status Telp/HP Emai Blog
: Moh Fauzi Ibrahim : Sampang, 27 Maret 1981 : Jl. Bendungan Udik RT/RW 005/004 Karet Semanggi Kecamatan Setia Budi Jakarta selatan : Mahasiswa : 08129452793/021‐94140630 :
[email protected] : www. Bunudjaya.blogspot.com
PENDIDIKAN FORMAL
¾ ¾ ¾ ¾
Madrasah ibtidaiyah Almas’udiyah Sampang jawa timur SMP Alma’udiyah Sampang Jawa Timur MA Almas’udiyah Sampang Jawa Timur S1 Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENDIDIKAN NON FORMAL
¾ Lembaga Pengembangan Bahasa Arab Pondok pesantren RUA Sampang Jawa Timur (2000‐2003) ¾ Kursus Bahasa Ingris ILCS Ciputat (2007) ¾ Pendidikan dan pelatihan Wawasan Kebangsaan LEMHANAS RI (2009) ¾ Diklat Wawasan Kebangsaan Kesbangpol Provinsi Banten (2008)
PENGALAMAN ORGANISASI
¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾
Sekjen DPP HIMPUNAN MAHASISWA KOSGORO 1957 (2008‐2013) Departemen Kajian Strategi dan Kebijakan DPP AMPI Presiden BEM Manajemen pendidikan (2006‐2007) Sekretaris Jenderal Forum Komunikasi Mahasiswa Manajemen pendidikan (FOKSIMADI) (2006‐Sekarang) Menteri Litbang BEM UIN Jakarta (2007‐2008) Ketua Bid. Pendidikan, Kebudayaan dan keagamaan Lingkar Studi Mahasiswa Indonesia (LISUMA) (2008‐2009) Ketua Presidium Gerakan Mahasiswa Nusantara (GEMANTARA) (2009) Wakil Sekjend PB Forum Mahasiswa dan Santeri RUA (2006‐2009) Ketua I Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia PC Ciputat (2008‐2009)
PENGALAMAN KERJA
¾ ¾ ¾ ¾
Kepala Lajnah tarbiyah Asasiyah Sampang Jawa Timur (2003‐2004) Sekretaris Koperasi Al Mas’udiyah sampang jawa timur (2002‐2004) Wartawan Majalah Nasional LINTAS Ciledug ( 2006) Direktur Sekolah Guru Kreatif (2007‐Sekarang)
PUBLIKASI KARYA
¾ Liberalisasi pendidikan, ancaman terhadap keadilan sosial (Satelit News 2006) ¾ Rancang Bangun Pendidikan Multikultural di Indonesia (Satelit News 2006) ¾ Anggaran Pendidikan sudah Memenuhi amanat Undang‐undang 45 (Jentera 2007)
Jakarta, 12 Maret 2010