Aan Zainul Anwar Edi Susilo
Implementasi Manajemen Risiko Likuiditas Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus Bmt Aman Utama Jepara)
IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO LIKUIDITAS LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus BMT Aman Utama Jepara) Aan Zainul Anwar 1) Edi Susilo 2) Universitas Islam Nahdlatul Ulama
[email protected] 1)
[email protected] 2) Kata kunci: Manajemen Risiko, Likuiditas, BMT, lembaga keuangan mikro syariah
Abstrak Regulasi atau peraturan yang mengatur tentang manajemen risiko dan pengawasan pada lembaga keuangan mikro syariah berbadan hukum koperasi (BMT) masih minim serta masih sangat lemah, dan ini berbeda dari perbankan. BMT sebagai lembaga keuangan hanya mengandalkan pengaturan internal. Oleh karena itu penelitian ini tentang penerapan manajemen risiko likuiditas di BMT Aman Utama Jepara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan manajemen risiko likuiditas di BMT Aman Utama Jepara, manajemen risiko likuiditas dan menjadi masukan bagi lembaga-lembaga sejenis di Indonesia serta memberikan masukan untuk regulator. Penelitian ini disimpulkan bahwa manajemen risiko likuiditas di BMT Aman Utama Jepara dikelola secara tradisional oleh pengalaman sehari-hari dan kebutuhan anggota dalam siklus penarikan tabungan dan pengeluaran pembiayaan. proses manajemen risiko meliputi identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian tidak dilakukan secara sistematis dengan standar manajemen risiko yang baik
Keywords: Risk Management, liquidity, BMT, syariah micro finance
Abstract Regulation on risk management in cooperative as one of the legal entity, is still minimal, supervision were very minimal, and this is different from banking. BMT as financial institutions rely solely on self-regulation. Therefore the author motivated to hold a research on the implementation of liquidity risk management in the BMT Aman Utama Jepara. This research aims to determine the application of liquidity risk management in the BMT Aman Utama Jepara, on liquidity risk management and become inputs for similar institutions in Indonesia as well as provide input to the regulator.The results of this research concluded that liquidity risk management in BMT Aman Utama Jepara managed traditionally by daily experiences and the needs of members in a cycle of withdrawal of savings and financing disbursements. Risk management process includes identification, measurement, monitoring and control is not performed systematically by the standards of good risk management
JDEB
Vol. 12 No. 2 Oktober 2015
203
Aan Zainul Anwar Edi Susilo
Implementasi Manajemen Risiko Likuiditas Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus Bmt Aman Utama Jepara)
empat puluh empat juta sembilan ratus tujuh
Pendahuluan Fungsi
utama
sebuah
lembaga
keuangan baik bank maupun lembaga keuangan
mikro
non
bank
adalah
menyalurkan kredit atau pembiayaan untuk menghasilkan
pendapatan
sehingga
kelangsungan hidupnya bisa terjaga (going concern). Di sisi lain, bank dan lembaga keuangan mikro (micro finance) harus dapat menyediakan dana tunai untuk keperluan pengambilan tabungan dan deposito kepada nasabahnya yang harus tersedia setiap waktu. BMT Aman Utama adalah salah satu lembaga keuangan mikro yang berbadan hukum Koperasi yang ada di Kota Jepara Jawa Tengah. Lembaga ini telah beroperasi dari tahun 2009 yang lalu. Sampai akhir tahun 2012 ini, BMT Aman Utama telah memiliki asset sebesar Rp. 4.486.692.070,(empat milyar empat ratus delapan puluh enam juta enam ratus sembilan puluh dua ribu tujuh puluh rupiah), dari asset tersebut terdapat simpanan suka rela yang sewaktuwaktu
dapat
diambil
sebesar
Rp.
2.080.419.393,- (dua milyar depalan puluh juta empat ratus sembilan belas ribu tiga ratus sembilan puluh tiga rupiah) dan simpanan berjangka wadiah dengan jangka waktu antara satu bulan, tiga bulan, enam bulan, dua belas bulan, dua belas bulan dan tiga
puluh
enam
bulan
sebesar
Rp.
1.744.972.000,- (satu milyar tujuh ratus 204
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
puluh dua ribu rupiah). Dari jumlah dana pihak ketiga yang telah berhasil dihimpun tersebut, kas dan bank yang ada di BMT Aman utama untuk menjaga likuiditasnya sebesar Rp. 1.563.721.211,- (satu milyar lima ratus enam puluh tiga juta tujuh ratus dua puluh satu ribu dua ratus sebelas rupiah). Sesuai dengan Pasal 93 undangundang nomor 17 tahun 2012, ayat: 1) Koperasi Simpan Pinjam wajib menerapkan prinsip kehati-hatian. 2) Dalam
memberikan
Pinjaman,
Koperasi Simpan Pinjam wajib mempunyai kemampuan
keyakinan dan
atas
kesanggupan
peminjam untuk melunasi Pinjaman sesuai dengan perjanjian. 3) Dalam
memberikan
Pinjaman,
Koperasi Simpan Pinjam wajib menempuh
cara
yang
tidak
merugikan Koperasi Simpan Pinjam dan kepentingan penyimpan. 4) Koperasi Simpan Pinjam wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan
timbulnya
risiko
kerugian terhadap penyimpan. 5) Koperasi Simpan Pinjam dilarang melakukan investasi usaha pada sektor riil. 6) Koperasi
Simpan
Pinjam
yang
menghimpun dana dari Anggota
UNISNU JEPARA
Aan Zainul Anwar Edi Susilo
Implementasi Manajemen Risiko Likuiditas Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus Bmt Aman Utama Jepara)
harus menyalurkan kembali dalam
Tinjauan Pustaka
bentukPinjaman kepada Anggota.
Pengertian Risiko
Sedangkan menurut pasal 94 ayat 1
Berbagai risiko yang dihadapi oleh bank
UU no 17 tahun 2012, Koperasi Simpan
menurut Selamet dan Hoscaro (2008)
Pinjam wajib menjamin Simpanan Anggota.
diklasifikasikan sebagai berikut:
Ketentuan dalam undang-undang Koperasi
tebaru
yaitu
undang-undang
a. Risiko likuiditas adalah risiko yang timbul
karena
bank
tidak
mampu
nomor 17 tahun 2012, di atas disebutkan
melakukan off setting tertentu dengan
perlunya Koperasi menerapkan prinsip
harga karena kondisi likuiditas pasar
kehati-hatian (prudensial) dalam mengelola
yang
dananya baik yang disalurkan dalam bentuk
gangguan di pasar. Risiko likuiditas
pembiayaan, maupun dalam mengelola
pendanaan dimana risiko yang timbul
likuiditasnya agar anggota mendapatkan
karena bank tidak mampu mencairkan
jaminan
assetnya atau memperoleh pendanaan
keamanan
dipercayakan
dana
kepada
yang
Koperasi
telah untuk
mengelolaanya.
tidak
memadai
atau
terjadi
dari sumber dana lain. b. Risiko pasar adalah risiko yang timbul
Maka dari itu BMT harus dapat
akibat adanya perubahan variabel pasar,
mengelola likuiditasnya yang aman untuk
seperti: suku bunga, nilai tukar, harga
menjaga kepercayaan masyarakat. Regulasi
equity dan harga komoditas sehingga
tentang manajemen risiko likuiditas untuk
nilai portofolio/asset yang dimiliki bank
BMT sampai saat ini belum ada secara
menurun.
spesifik dan detail. Maka BMT dalam mengelola
likuiditasnya
lebih
c. Risiko kredit adalah risiko yang timbul akibat kegagalan (default) dari pihak lain
mengandalkan regulasi yang dibuat dan
(nasabah/debitur)
dijalankannya sendiri (self regulation). Hal
kewajibannya.
dalam
memenuhi
ini akan menjadi kelemahan lembaga seperti
d. Risiko operasional adalah risiko akibat
BMT, bila regulasi yang dibuatnya sendiri
kurangnya sistem informasi atau sistem
ternyata
pengawasan
internal
yang
akan
menghasilkan
kerugian
yang
tidak
tidak
kelangsungan
mampu likuiditasnya
menjamin dengan
manajemen risiko likuiditas yang aman.
diharapkan.
Maka dari itu penulis tergerak untuk
e. Risiko kepatuhan adalah risiko yang
mengadakan penelitian tentang pelaksanaan
timbul sebagai akibat tidak dipatuhinya
manajemen risiko likuiditas di BMT Aman
atau tidak dilaksanakannya peraturan-
Utama Kabupaten Jepara.
peraturan atau ketentuan-ketentuan yang
JDEB
Vol. 12 No. 2 Oktober 2015
205
Aan Zainul Anwar Edi Susilo
Implementasi Manajemen Risiko Likuiditas Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus Bmt Aman Utama Jepara)
berlaku atau yang telah ditetapkan baik
sebagainya yang berdampak pada kondisi
ketentuan internal maupun eksternal.
ekonomi secara umum; dan risiko yang tidak
f. Risiko hukum adalah risiko yang terkait
sistematis (unsystematic risk) yaitu risiko
dengan bank yang menanggung kerugian
yang unik, yang melekat pada suatu
sebagai akibat adanya tuntutan hukum,
perusahaan atau bisnis tertentu saja.
kelemahan dalam aspek legal atau yuridis.
Kelemahan
ini
Dari
pengertian
tersebut
dapat
diakibatkan
ditarik kesimpulan bahwa manajemen risiko
antara lain oleh ketiadaan peraturan
adalah: rangkaian prosedur dan metodologi
perundang-undangan yang mendukung
yang digunakan untuk mengidentifikasi,
atau kelemahan perikatan seperti tidak
mengukur, memantau, dan mengendalikan
terpenuhinya
risiko yang timbul dari kegiatan usaha
syarat-syarat
syahnya
kontrak dan pengikatan agunan yang
lembaga keuangan mikro.
tidak sempurna.
Risiko Dalam Perspektif Islam
g. Risiko reputasi adalah risiko yang timbul
Menurut
Fathurrahman
(2011),
akibat adanya publikasi negatif yang
dalam perspektif Islam, manajemen risiko
terkait dengan kegiatan usaha bank atau
merupakan usaha untuk menjaga amanah
karena adanya persepsi negatif terhadap
Allah akan harta kekayaan demi untuk
bank.
kemaslahatan manusia. Perspektif Islam
h. Risiko Strategik adalah risiko yang
dalam pengelolaan risiko suatu organsiasi
timbul karena adanya penetapan dan
dapat dikaji dari kisah Yusuf dalam
pelaksanaan strategi usaha bank yang
mentakwilkan mimpi sang raja pada masa
tidak
itu. Kisah ini termaktub dalam Qur’an
tepat,
pengambilan
keputusan
bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahanperubahan eksternal.
Nugroho
(2008),
membedakan
risiko atas dua kelompok besar yaitu risiko yang sistematis (systematic risk), yaitu risiko yang diakibatkan oleh adanya kondisi atau situasi tertentu yang bersifat makro, seperti perubahan situasi politik, perubahan kebijakan ekonomi pemerintah, perubahan situasi pasar, situasi krisis atau resesi, dan 206
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
sebagai berikut: (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru): "Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk‐ gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus‐kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang‐orang itu, agar mereka mengetahuinya." QS: 12: 46. Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa UNISNU JEPARA
Aan Zainul Anwar Edi Susilo
Implementasi Manajemen Risiko Likuiditas Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus Bmt Aman Utama Jepara)
yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. QS: 12: 47. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. QS: 12: 48. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur." QS: 12: 49. Dalam Hadits juga dikisahkan, Nabi Muhammad SAW pernah membetulkan kesilapan seorang Badwi yang menyalah tafsirkan makna tawakal. Badwi itu datang ke masjid untuk menghadap Rasulullah selepas melepaskan untanya tanpa diikat.
risiko merupakan unsur penting dalam dunia keuangan syariah. Untuk itu, ulama telah menyumbangkan
dia bertawakal kepada Allah. Mendengar jawaban itu, Rasulullah SAW bersabda: "Ikatlah untamu, baru kamu bertawakal. Bertawakal
dilakukan
selepas
kamu
berusaha mengikat unta, supaya ia tidak lari, bukan membiarkan unta lepas begitu saja."
terdapat dua aksioma atau kaidah fiqh yang terkait dengan risiko, yakni al kharaj bi al dhaman dan al ghunmu bi al ghurm.Kedua kaidah ini menekankan adanya risiko dalam realitas keuangan. Kedua kaidah fiqh ini memiliki arti bahwa setiap return yang didapat dari aset, secara intrinsik terkait dengan tanggung jawab atas kerugian yang muncul dari aset tersebut. Artinya, return yang akan didapatkan sebanding dengan risiko kerugian yang melekat dalam aset tersebut. Kaidah ini sangat berbeda dengan konsep keuangan berbasis bunga. Konsep bunga memisahkan antara return dengan tanggung jawab untuk menanggung kerugian. Pemilik modal akan tetap mendapatkan return tanpa harus menanggung risiko. Hal ini dilakukan dengan menentukan return yang fixed (pasti) atas nominal dana yang dipinjamkan. Manajemen
pada
Lembaga
Definisi tentang keuangan mikro
Dengan demikian jelaslah, Islam memberi isyarat untuk mengatur posisi risiko dengan sebaik-baiknya, sebagaimana melakukan
Risiko
Keuangan Mikro
(HR.Tirmidzi).
Rasul
pemikiran
tentang risiko.Dalam keuangan syariah,
Ketika ditanya kenapa dia membiarkan untanya tidak diikat, dia menjawab bahwa
beberapa
aktivitas
perhitungan yang sangat
dengan
matang dalam
melakukan risk management. Menurut Khan dan Ahmed (2008),
(micro finance) sangat beragam, seperti
dikutip
oleh
Ismawan
Otero dan
Budiantoro, (2005) menyebut microfinance sebagai singkatan dari microenterprise finance yang secara mudah diartikan “pelayanan keuangan bagi usaha mikro”. Gerakan Bersama Pengembangan Keuangan
JDEB
Vol. 12 No. 2 Oktober 2015
207
Aan Zainul Anwar Edi Susilo
Implementasi Manajemen Risiko Likuiditas Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus Bmt Aman Utama Jepara)
Mikro
Indonesia
(Gema
PKM)
mendifinisikan sebagai berbagai pelayanan keuangan
(simpanan,
yaitu undang-undang nomor 25 tahun 1992 masih tetap berlaku.
pinjaman,
Dalam perjalanannya, BMT sampai
pembayaran, asuransi, dan sebagainya) yang
tahun 2004, belum ada regulasi khusus yang
diperuntukkan
mikro
mengatur tentang BMT sebagai lembaga
dengan menggunakan system dan proses
keuangan mikro syariah. Baru pada akhir
yang sesuai dan kontekstual. Sedangkan
2004 pemerintah mengeluarkan regulasi
sebuah institusi yang didirikan oleh Bank
yang mengatur tentang juklak kegiatan
Dunia yaitu CGAP (The Consultative Group
usaha koperasi jasa keuangan syariah yaitu
to Assist the Poorest) menyebutkan bahwa
Kepmenegkop UKM nomor 91 tahun 2004.
keuangan mikro sebagai suatu metodologi
Tahun 2007, kementerian negara
kredit yang dilakukan dengan penggantian
koperasi dan UKM mengeluarkan regulasi
kolateral yang efektif untuk modal kerja,
tentang KJKS
serta dilakukan dalam jangka pendek dan
peraturan menteri negara koperasi dan usaha
ditujukan pada pengusaha mikro.
kecil dan menengah Republik Indonesia
Manajemen Risiko Likuiditas
nomor: 06/PER/M.KUKMI/I/2007 tentang
bagi
pengusaha
secara
borongan
Saat ini telah dikeluarkan undang-
petunjuk
teknis
undang baru tentang perkoperasian, yaitu
produktif
koperasi
undang-undang nomor 17 tahun 2012.
(P3KUM)
Namun sayangnya undang-undang tersebut
peraturan menteri negara koperasi dan usaha
sampai saat ini belum diikuti oleh Peraturan
kecil dan menengah Republik Indonesia
Pemerintah dan Keputusan Menteri sebagai
nomor:
landasan
tentang
pola
program
yaitu
dan
syariah,
pembiayaan usaha
mikro
diikuti
oleh
35.2/PER/M.KUKM/X/2007
pelaksanaannya.
Maka
undang-undang
tersebut
manajemen koperasi jasa keuangan syariah
sampai saat ini belum bisa dijalankan
dan unit jasa keuangan syariah koperasi,
dengan baik oleh para Koperasi yang
kemudian peraturan menteri negara koperasi
merupakan objek pelaksananya. Diperlukan
dan usaha kecil dan menengah Republik
setidaknya 10 Peraturan Pemerintah dan 8
Indonesia
nomor:
Keputusan Menteri untuk melaksanakan
35.3/Per/M.KUKM/X/2007
tentang
undang-undang nomor 17 tahun 2012.
pedoman penilaian kesehatan koperasi jasa
pelaksanaan
Sebelum dikeluarkannya Peraturan
pedoman
standar
operasional
keuangan syariah dan unit jasa keuangan
Pemerintah dan Peraturan Menteri seperti
syariah
tersebut di atas, maka ketentuan yang
menteri negara koperasi dan usaha kecil dan
melekat pada undang-undang yang lama,
menengah
208
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
koperasi,
kemudian
Republik
Indonesia
peraturan
nomor:
UNISNU JEPARA
Aan Zainul Anwar Edi Susilo
Implementasi Manajemen Risiko Likuiditas Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus Bmt Aman Utama Jepara)
39/Per/M.KUKM/XII/2007 pedoman
pengawasan
tentang koperasi
jasa
penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu penelitian
murni
dan
penelitian
keuangan syariah dan unit jasa keuangan
terapan.Sedangkan jika dilihat dari jenis
syariah. Inilah regulasi tentang BMT yang
data yang dikumpulkan, dikenal adanya
oleh kementerian koperasi dan UKM
penelitian
disebut sebagai KJKS dan UJKS (koperasi
kualitatif serta gabungan kuantitatif dan
jasa keuangan syariah dan unit jasa
kualitatif yang dikenal dengan penelitian
keuangan syariah).
gabungan.Jika dilihat dari tujuan, penelitian
Bank Indonesia telah mengeluarkan Consultatif
penelitian
dapat dibedakan ke dalam tiga tingkatan, yaitu deskriptif, komparatif dan asosiatif.
likuiditas untuk perbankan di Indonesia
Dilihat dari metode pendekatan, dapat
yang isinya adalah pedoman lengkap
dibedakan ke dalam enam jenis penelitian,
perbankan untuk mengelola likuiditasnya
yaitu (1) penelitian survey, (2) eksperimen,
agar bisa berjalan dengan baik sesuai acuan
(3) grounded research, (4) evaluasi, (5)
Basel
penelitian kebijakan dan (6) analisis data
yang
manajemen
dan
risiko
II
Paper
kuantitatif
diberlakukan
secara
internasional. Manajemen risiko likuiditas yang baik harus dikelola sesuai dengan bagan dalam gambar 1 berikut:
sekunder. Pilihan
jenis
penelitan
yang
dilakukan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif
analitis.Penelitian
deskriptif
Gambar 1. Manajemen Risiko Likuiditas
Sumber: Direktorat Penelitian Dan Pengaturan Perbankan (Bank Indonesia), 2009
Teknik Analisis Data
analitis diksudkan untuk mengukur dengan
Menurut Singarimbun dalam Efendi
cermat fenomena sosial tertentu, dalam hal
dkk (2012), berdasarkan tujuan, jenis
ini adalah studi kasus atas penerapan
JDEB
Vol. 12 No. 2 Oktober 2015
209
Aan Zainul Anwar Edi Susilo
Implementasi Manajemen Risiko Likuiditas Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus Bmt Aman Utama Jepara)
manajemen risiko likuiditas di lembaga
keseluruhan
data
yang
terkumpul
keuangan mikro syariah.
berdasarkan domain yang telah ditetapkan.
Menurut Spradley (1980) dalam
Pada analisis komponensial, yang
Sugiyono (2010), terdapat tahapan analisis
dicari untuk diorganisasikan dalam domain
data yang dilakukan dalam penelitian
bukanlah keserupaan dalam domain, tetapi
kualitatif, yaitu analisis domain, analisis
justru yang memiliki perbedaan yang
taksonomi,
kontras. Data ini dicari melalui observasi,
analisis
analisis
tema
(domain
komponensial
kultural.Analisis
domain
dan
dokumentasi
yang
terseleksi, dengan teknik pengumpulan data
memperoleh gambaran yang umum dan
yang bersifat triangulasi tersebut, sejumlah
menyeluruh dari obyek penelitian atau
dimensi yang spesifik dan berbeda pada
situasi sosial untuk ditemukan berbagai
setiap elemen akan dapat ditemukan.
atau
dilakukan
wewancara
untuk
domain
analysis)
dan
kategori
diperoleh
dari
Analisis
tema
budaya
atau
pertanyaan grand dan miniatur. Peneliti
discovering culture themes, merupakan
menetapkan domain tertentu sebagai pijakan
upaya
penelitian
banyak
mengintegrasikan lintas domain yang ada.
domain yang dipilih maka akan semakin
Dengan ditemukannya benang merah dari
banyak waktu yang dipergunakan untuk
hasil analisis domain, taksonomi dan
penelitian.
komponensial tersebut, maka selanjutnya
selanjutnya,
makin
Dalam analisis taksonomi, setelah
mencari
benang
akan dapat tersusun
merah
yang
suatu konstruksi
peneliti menentukan domain penelitian
bangunan situasi sosial/objek penelitian
(analisis domain), sehingga ditemukan
yang sebelumnya masih gelap atau remang-
domain atau kategori dari situasi tertentu,
remang, dan setelah dilakukan penelitian
selanjutnya domain yang dipilih oleh
maka menjadi lebih terang dan jelas.
peneliti
ditetapkan
sebagai
penelitian.Pengumpulan
data
fokus
Dari penjelasan di atas, penelitian
dilakukan
yang dilakukan adalah penelitian analitis
secara terus-menerus melalui pengamatan,
dengan
analisis
taksonomi.
wawancara mendalam dan dokumentasi
taksonomi dilakukan setelah menentukan
sehingga data yang terkumpul menjadi
domain penelitian yaitu manajemen risiko,
banyak.Oleh karena itu pada tahap ini
dari beberapa domain risiko, yaitu:
diperlukan analisis lagi yang disebut analisis
1) Risiko likuiditas
taksonomi.Dengan
2) Risiko pasar
taksonomi
adalah
demikian
analisis
analisis
terhadap
Analisis
3) Risiko kredit (pembiayaan) 4) Risiko operasional
210
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
UNISNU JEPARA
Aan Zainul Anwar Edi Susilo
Implementasi Manajemen Risiko Likuiditas Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus Bmt Aman Utama Jepara)
5) Risiko kepatuhan
pertemuan dengan pelaku-pelaku usaha,
6) Risiko hukum
tokoh-tokoh masyarakat dan penyuluhan
7) Risiko reputasi
koperasi oleh Dinas Koperasi, UMKM dan
8) Risiko Strategik
Pengelolaan Pasar Kabupaten Jepara, maka
Dari delapan domain risiko diatas, dipilih
satu
domain
diadakan
secara bersama-sama mendirikan koperasi
penelitian yaitu risiko likuiditas.Jadi analisis
dalam bentuk Koperasi Serba Usaha. Proses
taksonomi yang dilakukan adalah dengan
pendirian berjalan terus khususnya secara
memilih satu domain risiko yaitu risiko
kelembagaan
likuiditas
pengesahan, maka pendirian koperasi ini
untuk
untuk
terkumpul sejumlah anggota yang kemudian
dilakukan
penelitian
diupayakan
dan
harus
dimohonkan
ada
penerapan manajemen risiko likuiditas
dinotariskan
untuk
tersebut di lembaga keuangan syariah yaitu
mendapat pengesahan badan hukum yang
BMT Aman Utama Jepara.
legal kepada Dinas Koperasi, UMKM dan
Hasil Penelitian Profil BMT Aman Utama Jepara
Pengelolaan Pasar Kabupaten Jepara. Pada tanggal 29 Juli 2009 KSU BMT AMAN
Koperasi Serba Usaha BMT AMAN
UTAMA dibuka secara resmi oleh Bapak
UTAMA merupakan koperasi dengan pola
Wakil Bupati Jepara, H. Ahmad Marzuqi,
syari’ah
SE.
di
pendiriannya
Kabupaten dipelopori
Jepara oleh
yang
Gerakan
Pemuda Ansor Cabang Jepara. Berawal dari terbentuknya
di BMT Aman Utama Jepara
Pimpinan
BMT Aman Utama Jepara yang
Cabang GP Ansor Kabupaten Jepara masa
telah berkembang cukup pesat mengelola
khidmah 2008–2012, yang disana muncul
manajemen
semangat pemberdayaan ekonomi ummat.
berikut:
Dalam kepengurusan GP. Ansor tersebut
1.
terdapat Ekonomi
kepengurusan
Penerapan Manajemen Risiko Likuiditas
Departemen yang
secara
Pemberdayaan
dengan
pola
Pengawasan Oleh Pengurus dan Pengawas
menerus
Di BMT Aman Utama pengawasan
melakukan pemikiran dan diskusi untuk
yang dilakukan oleh pengurus dan pengawas
mewujudkan
pemberdayaan
dengan mengadakan rapat rutin setiap bulan
ummat, maka sebagai program riil di
miniman dua kali. Dalam rapat tersebut
wacanakan untuk membentuk koperasi
manajer menjelaskan perkembangan terkini
dengan pola syari’ah.
BMT Aman Utama kepada pengurus dan
program
terus
likuiditasnya
Setelah melakukan berbagai tahapan baik pertemuan intern pengurus GP. Ansor, JDEB
pengawas,
selanjutnya
pengurus
dan
pengawas memberikan masukan-masukan Vol. 12 No. 2 Oktober 2015
211
Aan Zainul Anwar Edi Susilo
Implementasi Manajemen Risiko Likuiditas Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus Bmt Aman Utama Jepara)
kepada manajer tentang apa yang harus dilakukan.
1. Kas tunai masing-masing kantor pada setiap harinya maksimal Rp.
Bila
dianggap
penting,
maka
pengurus mengeluarkan surat keputusan sebagai pedoman kerja kepada manajer dan
50.000.000,2. Penyimpanan kas tersebut harus di dalam brankas
karyawan dalam bentuk Peraturan khusus
3. Yang berhak membuka brankas
sebagai system pengawasan yang dilakukan
hanya manajer cabang dan teller.
oleh pengursus dalam pengelolaan kas
Manajer cabang pemegang kunci
harian di kantor KSU BMT Aman Utama.
kode, sedangkan teller pemegang
Namun di lapangan prakteknya pengurus
kunci manual.
tidak
pernah
membuka
brankas
dan
4. Setiap pagi menjelang buka, kas
melakukan cash opname sekalipun. Hal ini
tersebut dikeluarkan sebagai kas
menunjukkan bahwa pengawasan oleh
teller dan dihitung oleh teller dengan
pengurus dan pengawas tidak dilakukan
diketahui oleh manajer.
secara aktif atau hanya dilakukan secara
5. Hasil hitung tersebut secara rinci
pasif. Kepercayaan pengurus dan pengawas
sesuai pecahannya dan dibuatkan
kepada manajer sangat tinggi walaupun
berita acara kas yang ditanda tangani
resiko
oleh teller dan manajer.
penyelewengannya
juga
tinggi.
Pemahaman pengurus dan pengawas akan manajemen risiko likuiditas masih rendah
Kas Bank
terutama di tingkat Pengawas, dengan tidak
1. Penyimpanan kas bisa dilakukan di
dilakukannya pengawasan aktif dan on the
Bank atau Koperasi lain dengan
spot control.
rekening atas nama KSU BMT
2.
Kebijakan,
Prosedur
dan
Limit
Risiko Likuiditas BMT Aman Utama BMT
Aman
Utama
dalam
Aman Utama. 2. Pengurus bisa memberikan kuasa kepada
manajer
pusat
untuk
pelaksanaan kebijakan, prosedur dan limit
melakukan transaksi di Bank atau
likuiditasnya berdasarkan Peraturan Khusus
Koperasi yang ditunjuk.
bernomor tentang
003/Persus/BMT-AU/I/2014 Ketentuan
Pengelolaan
Kas.
3. Masing-masing kantor cabang bisa menyimpan kas di Koperasi atau
Peraturan ini berisi:
Bank terdekat dengan persetujuan
Penyediaan Kas:
manajer pusat dengan rekening atas nama KSU BMT Aman Utama Cabang.
212
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
UNISNU JEPARA
Aan Zainul Anwar Edi Susilo
Implementasi Manajemen Risiko Likuiditas Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus Bmt Aman Utama Jepara)
4. Manajer cabang bisa member kuasa kepada
manajer
cabang
untuk
seluruh karyawan dalam pengelolaan kas harian.
melakukan transaksi pada Bank atau Koperasi yang ditunjuk.
Pencairan
pembiayaan
kantor
cabang dibatasi wewenangnya hanya Rp.
5. Masing-masing kantor cabang bisa
10.000.000,- ke bawah. Jumlah yang lebih
menyimpan kas di sesame kantor
besar menjadi wewenang kantor pusat.
cabang untuk keperluan transaksi on
Namun proses awal pengajuan sampai
line dengan persetujuan manajer
pencairan semua dilakukan oleh kantor
pusat.
cabang. Bila ada pencairan diatas Rp.
6. Penarikan kas antar cabang harus diketahui oleh manajer pusat.
10.000.000,-
kantor
cabang
cukup
pemberitahuan ke kantor pusat melalui
Opname Kas
telepon saja. Demikian juga bila ada
1. Setiap tutup kas, maka teller harus
pencairan dengan jumlah yang diluar
melakukan opname kas dengan
wewenang manajer pusat dengan limit final
diketahui oleh manajer.
Rp. 50.000.000,-, kantor pusat cukup
2. Apabila dalam proses opname kas
pemberitahuan via telepon kepada pengurus
ada selisih, maka teller dan manajer
dan pengawas. Proses awal hingga akhir
harus
dilakukan oleh kantor cabang.
segera
mengecek
semua
transaksi yang terjadi pada hari itu sampai akhirnya benar.
3.
Proses Manajemen Risiko dan Sistem Informasi Manajemen
3. Apabila setelah melakukan transaksi
a) Identifikasi risiko
dengan teliti dan seksama masih juga
BMT
Aman
Utama
dalam
belum ditemukan, maka harus segera
melakukan penghimpunan dana mempunyai
dibuatkan berita acara selisih dan
produk yang dapat diambil setiap saat dan
dilaporkan kepada manajer pusat
produk berjangka yang pengambilannya
untuk
dilakukan sesuai perjanjian dan sesuai
mendapatkan
kebijakan
selanjutnya.
karakteristik proudknya.
4. Opname kas harus dibuatkan berita
Pada
dasarnya
produk
acara dengna ditanda tangani teller
penghimpunan dana BMT Aman Utama
dan manajer.
didominasi
Peraturan Khusus ini ditanda tangani
pengambilannya terikat dengan karakteristik
oleh Ketua Pengurus dan Manajer Pusat,
produknya. Dari Rp. 7.348.550.223,- dana
tertanggal 2 Januari 2014, sebagai pedoman
yang
berhasil
oleh
simpanan
dihimpun,
hanya
yang
Rp.
2.604.983.948,- yang merupakan simpanan JDEB
Vol. 12 No. 2 Oktober 2015
213
Aan Zainul Anwar Edi Susilo
Implementasi Manajemen Risiko Likuiditas Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus Bmt Aman Utama Jepara)
dapat disetor dan diambil sewaktu-waktu,
BMT
Aman
Utama
tidak
sisanya merupakan simpanan berjangka
mempunyai metode pengukuran likuiditas
dengan waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12
yang dipakai setiap harinya. Pengukuran
bulan, 24 bulan dan 36 bulan. Dari sumber
likuiditas hanya didasarkan pada kebiasaan
dana
harian
ini
BMT
Aman
Utama
telah
anggota
dalam
pengambilan
mengidentifikasi resiko yang relative aman
tabungannya dan pencairan pembiayaan
yaitu dengan produk yang didominasi
yang telah disetujui. Bila terjadi kekurangan
simpanan
dengan
pengambilan
karakteristik
waktu
likuiditas untuk kas, kantor cabang member
ditentukan
sesuai
tahukan
yang
perjanjian.
kepada
kantor
pusat
untuk
menyediakan likuiditasnya dan menunda
Walaupun identifikasi seperti ini
pencairan pembiayaan yang telah disetujui
tidak tertulis dan belum terdapat secara
pencairannya. Alat pengukuran yang lazim
metodologis di kantor BMT Aman Utama.
dipakai
Di sisi penyaluran dana, BMT Aman Utama
berdasarkan proyeksi arus kas, berdasarkan
didominasi
pendek
rasio likuiditas, berdasarkan profil maturitas
dengan jangka waktu rata-rata 1 tahun
dan stress testing, sama sekali tidak dikenal
kurang dengan pola angsuran per bulan.
oleh manajer dan karyawannya dan tidan
Namun ada produk pembiayaan dengn pola
menjadi dasar kebijakan oleh pengurusnya.
pelunasannya per 3 bulan yang terkadang
c)
pembiayaan
mitra/anggota
hanya
jangk
membayar
bagi
di
dunia
perbankan
yaitu
Pemantauan Pemantauan
likuiditas
telah
hasilnya kemudian memperpanjang akad
dilakukan secara harian oleh manajer pusat
pembiayaannya. Hal ini dapat merugikan
ke kantor-kantor cabang dengan cara
BMT Aman Utama.
komunikasi intensif melalui telepon, sms
Terdapat
dengan
dan email. Namun
seperti,
mengantisipasi likuiditas dalam jangka
ramadhan, tahun ajaran baru dan simpanan
panjang tidak dilakukan, bahkan metode
arisan motor milik GP Anshor Kab. Jepara
pengukurannya
yang jatuh temponya 2 tahun sekali dan
indicator yang dikenal di dunia perbankan
sekali penarikan jumlahnya bisa mencapai
belum dikenal oleh pengurus, manajer dan
diatas 2 milyar. Hal ini telah diantisipasi
karyawan BMT Aman Utama. Sehingga bila
dengan simpanan di Bank dan Koperasi lain
dalam jangka panjang terjadi rush ataupun
dengan pola tabungan bulanan untuk
kekurangan likuiditas, belum ada scenario
mengantisipasi jatuh tempo produk tersebut.
untuk mengantisipasinya.
b) Pengukuran
d) Pengendalian
jumlah
214
waktu-waktu
pengambilan
besar
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
pemantauan untuk
seperti
early
warning
UNISNU JEPARA
Aan Zainul Anwar Edi Susilo
Implementasi Manajemen Risiko Likuiditas Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus Bmt Aman Utama Jepara)
Saat ini BMT Aman Utama belum
minimal dua kali dalam satu bulan
ada divisi atau unit pengendalian internal.
antara
Pengendalian
dan
transaksi
dengan
lainnya
langsung
dilakukan dengan mendengarkan
ditangani oleh kantor pusat dengan personal
keterangan dari manajer BMT Aman
1 orang manager dan 1 orang administrasi
Utama tentang perkembangan dan
keuangan (akunting). Di kantor cabang
permasalahan terkini yang terjadi
pengendalian transaksi dan operasional
untuk
lainnya dilakukan oleh manajer cabang. Bila
diperlukan.
operasional
manajer
pengawas
proses
maupun
seluruh
pengurus
diambil
pusat.
keputusan
Rapat
yang
ada permasalahan maka kantor cabang
3. Manajemen risiko likuiditas di BMT
segera memberitahukan kepada kantor
Aman Utama Jepara dikelola secara
pusat, manajer pusat melakukan rapat
tradisional berdasarkan pengalaman
dengan
harian dan siklus kebutuhan anggota
pengurus
untuk
mengambil
keputusan.
dalam pengambilan tabungan dan
Kesimpulan
pencairan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
manajemen risiko yang meluputi
sebagai berikut:
identifikasi,
1. BMT Aman Utama yang berbadan hukum
Koperasi
adalah
pembiayaan.
Proses
pengukuran,
pemantauan dan pengendalian tidak
entitas
dilakukan
secara
sistematis
dibawah pengawasan Kementerian
berdasarkan alat ukur dan standar
Koperasi. Namun
manajemen risiko yang baik.
regulasi yang
telah dikeluarkan oleh Kementerian
Saran
Koperasi dan UKM belum bisa
Berdasarkan kesimpulan di atas,
dipakai sebagai standar pengelolaan
maka
manajemen risiko di BMT-BMT di
manajemen risiko BMT Aman Utama
seluruh Indonesia. Hal ini karena
adalah:
pada prakteknya BMT beroperasi sebagaimana
perbankan
saran-saran
1. BMT
untuk
Aman
perbaikan
Utama
perlu
dengan
mengembangkan model metodelogi
menghimpun dan menyalurkan dana
manajemen risiko yang tepat untuk
dari
mengidentifikasi,
masyarakat
sebagai
anggota/calon anggotanya. 2. Pengawasan yang dilakukan oleh
mengukur,
memantau dan pengendalikan risiko likuiditas.
pengurus dan pengawas bersifat pasif dengan melakukan rapat rutin JDEB
Vol. 12 No. 2 Oktober 2015
215
Aan Zainul Anwar Edi Susilo
Implementasi Manajemen Risiko Likuiditas Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus Bmt Aman Utama Jepara)
2. Pengawasan dari pengawas dan pengurus perlu dilakukan secara aktif, terstruktur dan sistematis. 3. BMT Aman Utama sudah saatnya membentuk satu unit atau divisi internal audit. Daftar Pustaka Karim, Adiwarman (2004) “ Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”. PT. Raja Grafindo Persada Jakarta. Karim, Adiwarman (2010) “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”. PT. Raja Grafindo Persada Jakarta. Direktorat Penelitian Dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia (2009), “Manajemen Risiko Likuiditas Untuk Perbankan Di Indonesi” Consultative Paper Situs Resmi Bank Indonesia http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/P erbankan/ Ismawan, B. dan Budiantoro, S (2005).“Keuangan Mikro Sebuah Revolusi Tersembunyi dari Bawah”.Gema PKM Indonesia. Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 91/KEP/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.
di Indonesia”, Persada Jakarta.
PT RajaGrafindo
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 39/PER/M.KUKM/XII/2007 Tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 35.3/PER/M.KUKM/X/2007 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah. Selamet dan Hoscaro (2008), “Manajemen Risiko Bank Syariah”, http://shariaeconomy.blogspot.com/20 08/11/manajemen_risiko_bank_syariah .html. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.
Khan, dan Ahmed, (2008) “Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah” , penerjemah dan pengantar Ikhwan Abidin Basri, (Bumi Aksara, Jakarta). N.
Idroes (2008),“Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya
216
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis
UNISNU JEPARA