STRATEGI PENGELOLAAN LIKUIDITAS PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (STUDI KASUS BMT SM NU CABANG KAJEN) TUGAS AKHIR
Diajukan kepada STAIN Pekalongan Dalam Rangka Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md) di Bidang Ilmu Perbankan Syariah
Oleh : LINAWATI NIM. 231207025 PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARI’AH JURUSAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN ) PEKALONGAN 2011
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: LINAWATI
NIM
: 231207025
Jurusan
: Syariah
Program Studi
: D III Perbankan Syariah
Angkatan
: 2007
Menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul “STRATEGI PENGELOLAAN LIKUIDITAS PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus BMT SM NU Cabang Kajen)” adalah benar-benar karya penulis sendiri, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah penulis sebutkan sumbernya.
Demikian pernyataan ini dibuat sebenar-benarnya, apabila dikemudian hari terbukti tugas akhir ternyata plagiat, penulis bersedia mendapat sanksi.
Pekalongan, Yang menyatakan
LINAWATI NIM. 231207025
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Naskah Tugas Akhir A.n Sdri Linawati Kepada Yth : Ketua STAIN PEKALONGAN c/q Ketua Jurusan Syariah di – Pekalongan Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah tugas akhir saudari :
Nama
: LINAWATI
NIM
: 231207025
Judul
: STRATEGI
PENGELOLAAN
LIKUIDITAS
PADA
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus BMT SM NU Cabang Kajen)
Dengan ini kami mohon agar tugas akhir saudari tersebut dapat dimunaqasahkan. Demikian harap menjadi perhatian dan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Pembimbing I
Pembimbing II
H. Mubarok, Lc. M.S.I NIP. 19710609 200003 1 001
Gunawan Aji, M.Si NIP. 1504409274
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN Jl. Kusumabangsa No. 9 Telp (0285) 412575-412572 Fax. 423418 Email :
[email protected] –
[email protected]
PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan, mengesahkan Tugas Akhir saudari : Nama
:
LINAWATI
NIM
:
231 207 025
Judul TA
:
“STRATEGI PENGELOLAAN LIKUIDITAS PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH (STUDI KASUS BMT SM NU CABANG KAJEN)”
Dewan Penguji
Penguji I
Penguji II
SUSMININGSIH, M.Ag NIP. 197502111998032001
SITI AMINAH CHANIAGO, M.Si NIP. 196809072006042001 Ketua STAIN Pekalongan
DR. Ade Dedi Rohayana, M.Ag NIP.197101151998031005
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini penulis persembahkan sebagai ungkapan rasa sayang dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : Kupersembahkan rasa syukur kepada Allah SWT atas terselesaikannya penulisan Tugas Akhir ini. Kedua orang tuaku yang telah membesarkan dan mendidik dengan cinta, kesabaran, dan pengorbanan. Kakak-kakakku tersayang yang telah memberikan support dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan mendoakanku.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
MOTTO
1. Cara hidup sederhana memandang rendah kemewahan 2. Bergembiralah! Jangan pikirkan kegagalan hari ini, pikirkanlah kesuksesan yang akan datang esok … sukses akan diraih jika engkau gigih dan akan engkau temukan kegembiraan dalam menaklukkan berbagai rintangan. 3. Hal-hal terbaik dan terindah dalam kehidupan tidak bisa dilihat atau diraba, tetapi harus dirasakan dengan hati. 4. Kegagalan sejati adalah ketika kita tidak hasrat untuk bangkit kembali. 5. Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran. 6. Pahlawan bukanlah orang yang berani menetakkan pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya dikala ia marah. - Nabi Muhammad Saw -
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
ABSTRAK Nama : LINAWATI NIM : 231207025 Judul Tugas Akhir : STRATEGI PENGELOLAAN LIKUIDITAS PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus BMT SM NU Cabang Kajen) Pengelolaan likuiditas merupakan suatu keharusan yang dilakukan, baik oleh pihak perbankan, praktisi keuangan ataupun pihak ketiga yang berencana menitipkan dananya di bank. Pentingnya pengelolaan likuiditas suatu bank, merupakan salah satu cara untuk bisa menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Permasalahan dalam penelitian ini adalah, yang pertama, bagaimana pengelolaan likuiditas pada BMT SM NU Cabang Kajen? BMT SM NU Cabang Kajen memusat pada BMT SM NU Pekalongan maka pengelolaan likuiditas ditentukan oleh pusat. Apabila BMT SM NU Cabang Kajen kelebihan dana maka dana tersebut disimpan di BMT SM NU Pusat dan di pusat akan dikelola untuk BMT SM NU Cabang lain yang mengalami kekurangan dana. Apabila BMT SM NU Cabang Kajen mengalami kekurangan dana maka akan mengambil dana dari BMT SM NU Cabang Pusat. Yang kedua, apa saja alat likuid yang digunakan BMT SM NU untuk mempertahankan tingkat likuiditas? Untuk mempertahankan tingkat likuiditas BMT SM NU menggunakan : dana yang bersumber dari bank itu sendiri, dana ini digunakan apabila bank mengalami kesulitan untuk memperoleh dana dari luar; Dana yang berasal dari masyarakat luas, cara ini menggunakan simpanan giro, simpanan tabungan dan simpanan deposito ; Dana yang bersumber dari lembaga lain, seperti Bank Indonesia, pinjaman antar bank (call money) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Metode penelitian ini merupakan penggabungan dari penelitian lapangan (field research) artinya data-data di dalam penelitian ini diperoleh melalui studi lapangan dengan mengambil dari berbagai sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan likuiditas pada BMT SM NU Cabang Kajen memusat pada BMT SM NU Kota Pekalongan. Apabila BMT SM NU Cabang Kajen kekurangan dana maka akan mengambil dana dari pusat begitu juga sebaliknya apabila kelebihan dana akan disimpan di pusat. Dana yang ideal harus mencapai 100% dan kreditnya 70%. Sedangkan untuk mempertahankan tingkat likuiditas yaitu dengan cara yang pertama dana yang bersumber dari BMT itu sendiri (modal sendiri), maksudnya adalah dana yang diperoleh dari dalam BMT. Yang kedua dana yang berasal dari masyarakat luas, dan yang ketiga dana yang bersumber dari lembaga lain.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, kepada-Nya kami memohon ampun. Sholawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya yang telah membimbing manusia dari masa kegelapan menuju masa yang terang benderang. Penulis bersyukur karena dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak ada hambatan maupun rintangan yang berarti. Dengan modal kemauan dan kesabaran serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyusun Tugas Akhir ini walaupun masih jauh dari sempurna. Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dari semua pihak yang telah membantu sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan khususnya kepada :
Bapak Ade Dedi Rohayana, M.Ag, selaku Ketua STAIN Pekalongan
Bapak Ahmad Tubagus Surur, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Syariah
Bapak Ahmad Syukron, M.E.I, selaku Ketua Program Studi DIII Perbankan Syariah
Bapak H. Mubarok L.C. M.S.i dan Bapak Gunawan Aji, M.S.i selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan fikirannya untuk terus menerus membimbing penulis
Pihak BMT SM NU Cabang Kajen yang telah memberikan waktu dan banyak informasi tentang strategi pengelolaan likuiditas pada lembaga keuangan syariah.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak kelemahan dan kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis akan menerima dengan senang hati jika ada saran atau kritik demi perbaikan tugas akhir ini. Penulis berharap semoga apa yang penulis tuangkan dalam karya tulis ini dapat menambah informasi dan bermanfaat bagi semua pihak. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pekalongan, Penulis
LINAWATI NIM. 231207025
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
DAFTAR ISI URAIAN
HALAMAN
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................
ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................
v
HALAMAN MOTTO ...............................................................................
vi
ABSTRAK ..............................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..............................................................................
viii
DAFTAR ISI ............................................................................................
x
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................
1
B. Rumusan Masalah ...............................................................
4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..........................................
4
D. Penegasan Istilah .................................................................
5
E. Telaah Pustaka .....................................................................
7
F. Kerangka Teori ....................................................................
8
G. Metode Penelitian ................................................................
11
H. Sistematika Penulisan ..........................................................
14
LIKUIDITAS A. Pengertian ............................................................................
16
B. Instrument Likuiditas Pada Bank Syariah .............................
19
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
C. Jenis dan Sumber Alat Likuid ..............................................
26
D. Teori-teori Majaneman Likuiditas ........................................
32
BAB III GAMBARAN UMUM BMT SM NU KAJEN A. Pengertian BMT ..................................................................
37
B. Sejarah dan Perkembangan BMT SM NU ............................
38
C. Visi dan Misi BMT SM NU .................................................
41
D. Struktur Organisasi BMT SM NU ........................................
43
E. Struktur Organisasi KSU Nahdlatut Tujjar Kota Pekalongan
44
F. Struktur Organisasi BMT SM NU Cabang Kajen ..................
44
G. Tugas (Job Description) dan Tanggung Jawab Masing-Masing Bagian .......................................................
45
H. Pengurus BMT SM NU .......................................................
47
I. Unit-unit Usaha ...................................................................
49
J. Produk-produk BMT SM NU ..............................................
50
BAB IV STRATEGI PENGELOLAAN LIKUIDITAS A. Strategi Pengelolaan Likuiditas Pada BMT SM NU Cabang Kajen .......................................................................
56
B. Alat Likuid Yang Digunakan Untuk Mempertahankan Tingkat Likuiditas ............................................................... BAB V
61
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................
65
B. Saran ...................................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manajemen likuiditas adalah mengelola bagaimana bank dapat memenuhi baik kewajiban yang sekarang maupun kewajiban yang akan datang bila terjadi penarikan atau pelunasan asset liability yang sesuai perjanjian ataupun yang belum diperjanjikan (tidak terduga). Dalam kegiatan oprasionalnya bank dapat mengalami kelebihan ataukekurangan likuiditas. Dalam hal terajdi kelebihan likuiditas bank melakukan penempatan kelebihan likuiditas sehingga dapat memperoleh keuntungan. Sedangkan bila mengalami kekurangan likuiditas bank memerlukan sarana untuk menutupi kekuarangan likuiditas baik yang disebabkan oleh kalah kliring maupun untuk menambah likuiditas dalam rangka kegiatan pembiayaan sehingga kegiatan oprasional bank dapat berjalan dengan baik.1 Pengelolaan likuiditas merupakan faktor yang sangat penting dalam operasional perbankan, bahkan sangat menentukan bagi kemampuan suatu bank untuk bertahan dan berkembang dalam persaingan usaha yang makin kompetitif. Pentingnya pengelolaan likuiditas suatu bank secara garis besar adalah2:
1 2
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah. (Yogyakarta : Ekonisia, 2004). hlm. 63 Ibid
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
1. Untuk menurunkan serendah mungkin dana, hal ini dapat dilakukan dengan cara memilih komposisi sumber dana yang akan memberikan biaya yang paling rendah. 2. Untuk memenuhi ketentuan sumber dana yang diperlukan bank di dalam pemberian kredit, penanaman dana dalam valuta asing, penanaman dana dalam surat-surat berharga dan penanaman dalam aktiva tetap maupun untuk memenuhi kebutuhan modal sehari-hari. 3. Untuk memenuhi kebutuhan bank terhadap ketentuan-ketentuan otoritas moneter di dalam menjaga likuiditas minimum, misalnya untuk memenuhi legal reserve requirement dan untuk memenuhi standar loan to deposit ratio yang sehat. Seperti halnya dengan perusahaan lainnya lembaga keuangan berbasis syari’ah BMT SM NU yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana serta lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran yang menerapkan prinsip syari’ah didirikan dengan tujuan memperoleh laba. Dalam melakukan penilaian pemberian pinjaman kepada calon debitur, pihak BMT menggunakan prinsip 5 C3, yaitu: a. Character (watak dan sifat), yaitu penilaian terhadap karakter/kepribadian calon peminjam dengan tujuan untuk mengetahui kemungkinan peminjam memiliki kemauan baik untuk dapat melunasi kewajibannya. 3
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, ( Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 1999)hlm.104
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
b. Capacity
(kemampuan
membayar),
yaitu
penilaian
menyangkut
kemampuan pemohon dan usaha pemohon untuk dapat melunasi pembiayaan pada waktu yang dijanjikan. c. Capital (modal), yaitu penilaian terhadap kemampuan modal perusahaan, atau kecukupan modal agar dapat mengoperasikan perusahaan dengan baik. Proses penilaian ini dengan melihat:
Likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
Solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kewajiban keuangan
Rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan di dalam memperoleh keuntungan yang maksimal
d. Collateral (jaminan), yaitu penilaian terhadap jaminan yang dimiliki calon debitur untuk diserahkan kepada BMT. e. Condition, yaitu BMT wajib melakukan penilaian kondisi ekonomi pada saat sekarang maupun prospek masa yang akan datang yang berkaitan dengan jenis usaha peminjam. Setiap lembaga keuangan di dalam pemberian kredit kepada calon nasabah tidak melupakan unsur kehati-hatian (prendential principle), supaya terhindar dari resiko kredit macet. BMT sebagai lembaga keuangan mikro syari’ah yang menjalankan fungsi intermediary antara pemilik dana dan pengelola dana, maka BMT SM NU juga menerapkan prinsip kehati-hatian
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
(prendential principle) karena BMT SM NU mempunyai tanggung jawab untuk mengembalikan dana yang sudah dipercayakan oleh masyarakat untuk meminimalisir terjadinya resiko.4 Dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di lembaga keuangan syari’ah BMT Syirkah Muawanah Nahdatul Ulama dengan judul “STRATEGI PENGELOLAAN LIKUIDITAS PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH (STUDI KASUS BMT SM NU CABANG KAJEN)”
B. Rumusah Masalah Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi pengelolaan likuiditas pada BMT SM NU? 2. Alat likuid apa saja yang digunakan BMT SM NU untuk mempertahankan tingkat likuiditas?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah di atas maka tujuan dan kegunaan penulisan laporan tugas ini adalah sebagai berikut: a. Tujuan penelitian
4
Laporan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Untuk mengetahui pengelolaan likuiditas dan alat likuid yang digunakan untuk mempertahankan likuiditas pada lembaga keuangan syariah BMT SM NU.
b. Kegunaan Penelitian
Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk menambah pengetahuan mengenai pengelolaan likuiditas pada lembaga
keuangan
syari’ah.
Serta
menambah
wawasan
dan
pengetahuan bagi penulis dalam sistem manajemen perbankan syari’ah dan pemecahan masalah yang terjadi dalam dunia perbankan syari’ah dan sebagai bahan untuk memperkaya pengetahuan pembaca mengenai pengelolaan likuiditas pada lembaga keuangan syari’ah.
Secara praktis a) Bagi BMT SM NU Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak bank agar lebih memperhatikan pengelolaan likuiditas. b) Bagi investor Dapat membantu para investor untuk menilai kondisi keuangan perusahaan yang akan dipilih menjadi obyek modal yang akan ditanamkan.
D. Penegasan Istilah Adapun penjelasan tentang penegasan istilah sebagai berikut:
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
a. Strategi Di kalangan perbankan sejak dahulu selalu timbul pertentangan kepentingan antara likuidity dan profitability.5 Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin yang berfokus pada tujuan jangka panjang, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. b. Pengelolaan Suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. c. Likuiditas Kemampuan suatu bank atau suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Jadi yang dimaksud dengan strategi pengelolaan likuiditas adalah suatu proses penyusunan kegiatan agar tercapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya pada kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo (kewajiban jangka pendek).
5
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta : Ekonisia, 2004) hlm. 63
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
E. Telaah Pustaka Menurut Dewi Purwaningsih mahasiswa STAIN dalam TA nya yang berjudul Analisis likuiditas dan rentabilitas untuk menilai kinerja perusahaan Menjelaskan bahwa analisis likuiditas diperlukan untuk penilaian prestasi usaha serta digunakan pihak manajemen dalam penyusunan kebijakan strategi bank. Likuiditas dikatakan baik karena asset yang digunakan untuk memenuhi kredit relative kecil dan semakin baik pula kinerja bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 6 Menurut Sovia Rosa Indah mahasiswi STAIN Pekalongan dalam TA nya yang berjudul Analisis manajemen likuiditas pembiayaan mudharabah Menjelaskan bahwa likuiditas adalah risiko terjadinya kerugian yang merupakan akibat dari adanya kesenjangan antara sumber pendanaan yang pada umumnya berjangka pendek dan aktiva yang pada umumnya berjagka panjang. 7 Menurut Jaharudin Mahasiswa STAIN Pekalongan dengan TA nya yang berjudul Analisis Perbandingan Tingkat Likuiditas Bank Syariah dan Bank Konvensional likuiditas adalah ukuran kemampuan bank untuk membayar kembali kewajibannya terutama kewajiban dana jangka pendek atau kemungkinan ditariknya deposito / simpanan oleh deposan dan para debitur. Rata-rata rasio likuiditas perbankan syariah secara umum memiliki
6
Dewi Purwaningsih, Analisis likuiditas dan rentabilitas untuk menilai kinerja perusahaa, (Pekalongan:Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2008) hlm. 86 7 Sovia Rosa Indah, Analisis manajemen likuiditas pembiayaan mudharabah (Pekalongan:Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2009) hlm. 72
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
tingkat likuiditas yang lebih baik kualitasnya disbanding perbankan konvensional8.
F. Kerangka Teori Menurut Kumianny A. Saputra, Elly, Pwec Leng dalam bukunya yang berjudul
Pengaruh
Resiko
Sistematis
Likuiditas
Terhadap
Tingkat
Pengembalian Saham Badan-Badan Usaha Yang Go-Public Di Bursa Efek Jakarta Pada Tahun 1999, secara umum likuiditas sebagai kemampuan investor untuk menjual harga atau asset yang dimilikinya tanpa harus melakukan konsesi atau kelonggaran harta. Dalam konteks hubungan dengan surat berharga, faktor penentu dari likuiditas pasar sehubungan dengan surat berharga sangat tercermin dalam data perdagangan pasar dan faktor yang terpenting dari likuiditas itu adalah jumlah uang dari lembar saham yang diperdagangkan. Likuiditas pasar salah satunya dapat diukur dengan bid-as spread dari suatu saham, dimana semakin kecil bid-ask spread suatu saham berarti semakin likuid saham tersebut dan sebaliknya. 9 Dalam bukunya Bambang Riyanto yang berjudul Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan, likuiditas adalah berhubungan dengan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. 10 Pengertian likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu
8
Jaharudin, Analisis Perbandingan Tingkat Likuiditas Bank Syariah dan Bank Konvensional (Pekalongan : perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010) 9 Kumianny A. Saputra, Elly, Pwec Leng. Pengaruh Resiko Sistematis Likuiditas Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Badan-Badan Usaha Yang Go-Public Di Bursa Efek Jakarta Pada Tahun 1999. (FE Universitas Kristen Petra, Surabaya. 2000) hlm. 31 10 Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. (Yogyakarta : BPFE, 1995) hlm.25
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi
atau
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajiban
keuangannya pada saat ditagih (kewajiban jangka pendek). 11 Rasio ini menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. 12 Menurut Suad Husnan dalam bukunya yang berjudul Manajemen Keuangan, Teori Dan Penerapan Keputusan Jangka Pendek, suatu perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid dan sebaliknya apabila perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan ilikuid. Istilah aktiva likuid menunjukkan jumlah yang dimiliki dan aktiva yang sudah dirubah menjadi uang. Setiap aktiva mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda. Kas merupakan aktiva yang paling likuid karena sudah berbentuk kas, untuk aktiva lain likuiditas mempunyai dua dimensi yaitu:13 a. Waktu yang diperlukan untuk berubah menjadi kas b. Tingkat kepastian yang menyangkut dengan ratio perusahaan atau hanya aktiva tersebut. Dalam bukunya Zaenal Arifin yang berjudul Teori Keuangan Dan Pasar Modal, menyebutkan bahwa dalam pasar modal yang sempurna tingkat likuiditas perusahaan (yaitu jumlah kas, free cash flow dan kapasitas hutang
11
Ibid, hlm. 26 Houston dan Brigham, Manajemen Keuangan, (Jakarta : Erlangga, 2002), hlm. 79 13 Suad Husnan, Manajemen Keuangan, Teori Dan Penerapan Keputusan Jangka Pendek, (Yogyakarta : BPFE, 1997) hlm.436 12
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
yang tidak terpakai) tidak berkorelasi dengan kemampuan perusahaan membiaya proyek-proyeknya yang memiliki NPV positif. Namun bukti empiris menunjukkan adanya keterkaitan antara tingkat likuiditas dan tingkat investasi pada banyak perusahaan. Bukti yang dicatat oleh Fazzari, Hubbard dan Petersen (1988), Whited (1992), Fazzari dan Petersen (1993), Petersen dan Rajan (1994) dan Vogt (1994) menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara likuiditas dan investasi pada perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat, paling tidak pada perusahaan yang relatif kecil yang sulit mengakses dana ke pasar modal. Hal sama juga ditemukan Hoshi, Kashyap dan Scharfstein (1990) di Jepang. Temuan adanya hubungan antara likuiditas dan investasi ini ternyata juga berlaku untuk kondisi ekonomi makro suatu negara. Jika suatu pemerintahan ingin agar investasi di negaranya meningkat maka pemerintah harus menjaga agar likuiditas di sistem perbankan tersebut terjamin. 14 Dalam bukunya Muchdarsyah Sinungan yang berjudul Strategi Manajemen Bank, persoalan likuiditas bagi bank adalah persoalan yang amat penting dan berkaitan erat dengan kepercayaan masyarakat, nasabah, dan pemerintah. Bahkan begitu pentingnya persoalan likuiditas ini bank harus mengamati, mengikkuti dan terjun dalam usaha-usaha langsung agar posisi ini terjaga setiap hari. Manajemen likuiditas bank diartikan sebagai suatu proses pengendalian dari alat-alat likuid yang mudah ditunaikan guna memenuhi semua kewajiban bank yang segera harus dibayar. 15
14 15
Zaenal Arifin. Teori Keuangan Dan Pasar Modal, (Yogyakarta : Ekonisia, 2005), hlm. 233 Muchdarsyah Sinungan, Strategi Manajemen Bank, …
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Dalam buku yang berjudul Manajemen Dana Bank Syari’ah, Muhammad, menyebutkan perbankan sejak dahulu selalu timbul pertentangan kepentingan (conflict of interest) antara liquidity dan profitability, artinya bila bank mempertahankan posisi likuiditas dengan memperbesar cadangan kas, maka bank tidak akan memakai seluruh leonable funds yang ada karena sebagian dikembalikan lagi dlam bentuk cadangan tunai (cash reserve) dan ini berarti upaya pencapaian rentabilitas
(profitability)
akan berkurang.
Sebaliknya jika ingin mempertinggi rentabilitas maka sebagian cash reserve untuk likuiditas terpakai oleh bisnis bank, sehingga posisi likuiditas akan turun dibawah minimum. 16 Dalam buku Widyaningsih yang berjudul pengelolaan likuiditas pada bank Islam di Indonesia, pengertian likuiditas pada umumnya adalah mengenai posisi kas suatu perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban (membayar utang) yang jatuh tempo tepat pada waktunya. Apabila dikaitkan dengan lembaga bank, berarti kemampuan bank setiap waktu untuk membayar utang jangka pendeknya apabila tiba-tiba ditagih oleh nasabah atau pihak-pihak terkait. Jadi, yang dimaksud likuiditas disini adalah kemudahan mengubah aset menjadi uang tunai dari masing-masing bank yang bersangkutan.17
G. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian 16 17
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari’ah (Yogyakarta : Ekonisia, 2004), hlm. 63 Widyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2005), hlm. 140
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
a. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis pendekatan kualitatif yaitu pendekatan penelitian yang menekankan analisanya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika
hubungan
antara
fenomena
yang
diamati
dengan
menggunakan logika ilmiah. Dari penilaian itu akan memperoleh suatu deskriptif yang menggambarkan suatu karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu.18 b. Jenis Penelitian Jenis penilitian ini merupakan penggabungan dari penelitian lapangan (field research) artinya data-data di dalam penelitian ini diperoleh melalui studi lapangan dengan mengambil dari berbagai sumber. 19 2. Sumber Data
Sumber Data Primer Adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lapangan. Data primer ini diperoleh dari wawancara dengan pihak-pihak terkait yang mengetahui tentang masalah yang sedang dibahas yaitu terkait pengelolaan likuiditas.
Sumber Data Sekunder Adalah data kedua yang mengandung pembahasan dari permasalahan, yaitu buku-buku yang memiliki keterkaitan masalah tentang strategi pengelolaan likuiditas.
18 19
SaifudinAzwar. Metode Penelitian. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999) hlm.5 Ibid
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
3. Metode Pengumpulan Data a. Observasi Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari adanya penelitian baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitiannya. b. Interview Adalah pengumpulan data melalui tanya jawab langsung dengan beberapa pihak yang dikerjakan secara sistematis sambil bertatap muka antara peneliti dengan responden20. Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan manajer. c. Dokumentasi Adalah
penelitian
yang
dilakukan
terhadap
informasi
yang
didokumentasikan dengan gambar, tulisan dan lain-lain21 4. Metode Analisis Data a. Metode Deduktif Adalah proses pendekatan yang berangkat dari kebenaran umum mengenai suatu fenomena (teori) dan menganalisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data tertentu yang berciri sama dengan teori yang bersangkutan. Dengan kata lain bahwa metode deduktif adalah metode yang berangkat dari pengetahuan yang bersifat
20
Husaein Umar, Research Methods in Finance dan Banking, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm. 118 21 Ibid
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
umum dan bertitik pada pengetahuan umum itu akan digunakan untuk menilai sesuatu yang khusus.22 b. Metode Deskriptif Adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif, selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang ditelliti.
H. Sistematika Penulisan Pembahasan terhadap masalah yang dihadapi perusahaan akan lebih menjadi teratur dan terarah apabila direncanakan dan disusun sedemikian rupa, untuk itu penulis menggunakan sistematika pembahasan yang dibagi menjadi limam bab. Adapun rincian sistematika penulisan itu adalah sebagai berikut : Bab I pendahuluan Pada bab ini penulis akan menjelaskan dasar dan arah serta permasalahan yang akan dibahas yaitu mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penulisan, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Adapun bab II likuiditas, yang berisi tentang teori-teori yang menjadi dasar bagi penulisan dalam menganalisa dan melakukan pembahasan terhadap masalah yang dihadapi oleh perusahaan. Teori-teori yang digunakan dalam penulisan laporan akhir ini adalah mengenai pengertian strategi pengelolaan
22
Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ehalian Indonersia ), hlm. 42
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
likuiditas, instrument likuiditas pada bank syariah, jenis dan sumber alat likuid, teori manajemen likuiditas. Selanjutnya bab III gambaran umum BMT SM NU, dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berhubungan dengan perusahaan yang mencakup sejarah berdirinya BMT SM NU, visi dan misi BMT SM NU, manajemen yang digunakan BMT SM NU, struktur organisasi BMT SM NU. Dan dilanjutkan bab IV strategi pengelolaan likuiditas, dalam bab ini akan dianalisis data-data yang diperoleh dari perusahaan yang telah penulis sajikan yaitu analisis strategi pengelolaan likuiditas di BMT SM NU Pekalongan. Diakhiri bab V kesimpulan dan saran, pada bab terakhir ini penulis berusaha
mencoba
menarik
kesimpulan
sebagai
penyelesaian
dari
permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dan dari kesimpulan yang diperoleh, penulis berusaha memberikan saran-saran yang mungkin dapat membantu perusahaan dalam memecahkan masalahnya
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
BAB II LIKUIDITAS
A. PENGERTIAN Likuiditas adalah kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, terutama kewajiban dana jangka pendek. Dari sudut aktiva, likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah seluruh asset menjadi bentuk tunai (cash). Sedangkan dari sudut pasiva, likuiditas adalah kemampuan bank memenuhi kebutuhan dana melalui peningkatan porto liabilitas. Kemampuan liabilitas aset tergantung pada dua faktor utama, yaitu kandungan daya cair aset itu sendiri (self contained likuidity) dan daya jual aset tersebut. Daya cair aset (self liquiditing) ditentukan oleh pelaksanaan pemenuhan syarat-syarat penjualan aset tersebut, baik jangka waktu maupun cara pembayarannya, hal ini berkaitan dengan teori likuiditas yang disebut commercial loan theory. Sedangkan marketability aset ditentukan oleh kemampuan pengalihan aset tersebut kepada pihak lain secara final atau keberhasilan penawaran kepada pihak lain untuk berpartisipasi mendanai aset tersebut, hal ini berkaitan dengan teori yang disebut shiftability theory.23 Pengelolaan likuiditas bank juga merupakan bagian dari pengelolaan liabilitas (liability management). Melalui pengelolaan likuiditas yang baik, bank dapat memberikan keyakinan kepada para penyimpan dana bahwa mereka dapat memberikan keyakinan kepada para penyimpan dana bahwa
23
Zainul Arifin. Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah. (Jakarta : Alvabet, 2005) hlm. 151
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
mereka dapat menarik dananya sewaktu-waktu atau pada saat jatuh tempo. Oleh karena itu bank harus mempertahankan sejumlah alat likuid guna memastikan bahwa bank sewaktu-waktu dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 24 Pengertian likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan ditariknya deposito atau simpanan oleh deposan atau penitip. Dengan kata lain menurut definisi ini, suatu bank dikatakan likuid apabila dapat memenuhi kewajiban penarikan uang dari para penitip dana maupun dari para peminjam (debitur). Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua deposannya, serta dapat memnuhi permintaan kredit yang diajukan para debitur tanpa terjadi penangguhan. Dapat disimpulkan secara singkat bahwa likuiditas adalah kemampuan suatu bank atau suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas suatu bank sering dikaitkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang terdapat di bank tersebut pada waktu tertentu. Jadi strategi pengelolaan likuiditas adalah suatu proses penyusunan kegiatan agar tercapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya pada kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo (kewajiban jangka pendek). Pengelolaan likuiditas merupakan suatu fungsi terpeting yang dilaksanakan oleh
24
lembaga
Ibid
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
perbankan.
Untuk terlaksananya
fungsi
pengelolaan likuiditas secara efisien dan menguntungkan diperlukan adanya instrument dan pasar keuangan baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk keperluan yang bersifat mendasar, yaitu penempatan dan pemenuhan kebutuhan jangka pendek untuk perbankan yang berdasarkan prinsip syariah di Indonesia telah tersedia instrument sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (IMA) dan aturan-aturan tentang pasar keuangan antar bank dengan prinsip syariah (PUAS). Serta Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI). Pengertian likuiditas pada umumnya adalah mengenai posisi uang kas suatu perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban (membayar utang) yang jatuh tempo tepat pada waktunya. Apabila dikaitkan dengan lembaga bank, berarti kemampuan bank setiap waktu untuk membayar utang jangka pendeknya apabila tiba-tiba ditagih oleh nasabah atau pihak-pihak terkait. Jadi yang dimaksud likuiditas disini adalah kemudahan mengubah asset yang menjadi uang tunai dari masing-masing bank yang bersangkutan. Dalam kegiatan operasional, bank dapat mengalami kelebihan atau kekurangan likuiditas. Apabila terjadi kelebihan, maka bank memerlukan sarana untuk menutupi kekurangan tersebut.25 Bank merupakan perusahaan karenanya persoalan likuiditas bagi bank adalah persoalan yang sangat penting dan berkaitan erat dengan kepercayaan masyarakat, nasabah dan pemerintah. Bank harus selalu mengamati dan mengikuti dan terjun dalam usaha-usaha langsung agar posisi likuiditas ini
25
Widyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2005) hlm. 139
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
terjaga setiap hari. Pengendalian likuiditas bank dilakukan setiap hari berupa penjagaan semua alat-alat likuid yang dapat dikuasai oleh bank (uang tunai kas, saldo giro pada BI) yang dapat dipergunakan untuk memenuhi munculnya tagihan dari nasabah atau masyarakat yang datang setiap saat atau sewaktu-waktu. Manajemen likuiditas bank diartikan sebagai suatu program pengendalian dari alat-alat likuid yang mudah ditunaikan guna memenuhi semua kewajiban bank yang segera harus dibayar. Managemen likuiditas mengelola bagaimana bank dapat memenuhi baik kewajiban yang sekarang maupun kewajiban yang akan datang bila terjadi penarikan atau pelunasan asset liability yang sesuai perjanjian ataupun yang belum diperjanjikan (tidak terduga).
B. INSTRUMEN LIKUIDITAS PADA BANK SYARI’AH Instrumen-instrumen likuiditas yang dapat dijalankan bank syariah dalam rangka memenuhi kewajiban likuiditasnya, yaitu : 1. Giro Wajib Minimum (GWM) Giro Wajib Minimum (statury reserve requirement) adalah simpanan minimum bank umum dalam giro pada bank Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh bank Indonesia berdasarkan persentase tertentu dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Giro Wajib Minimum ini merupakan kewajiban bank dalam rangka mendukung pelaksanaan prinsip kehatihatian bank dan berperan pula sebagai instrumen moneter untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Untuk ketentuan mengenai besarnya
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
mata uang dan mekanisme GWM bagi bank syariah, kini telah ada pengaturannya tersendiri yaitu PBI No. 6/21/PBI/2004 tentang Giro Wajib Minimum dalam rupiah dan valuta asing bagi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Transaksi pembayaran dalam aktivitas perbankan dilakukan melalui mekanisme kliring dengan membebankan rekening pada bank Indonesia. Apabila dalam pelaksanaan saldo bank menjadi kurang dari Giro Wajib Minimum maka bank adau kantor cabangnya dikenakan kewajiban membayar. 26 2. Pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah (PUAS) Bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara pemilik dan pengguna dana dapat berpotensi mengalami kekurangan dan kelebihan likuiditas. Kekurangan likuiditas pada umumnya disebabkan oleh perbedaan jangka waktu antara penerimaan dan penanaman dana, sedangkan kelebihan likuiditas dapat terjadi karena dana yang terhimpun belum dapat disalurkan kepada pihak yang membutuhkan. Dalam rangka peningkatan pengelolaan dana bank, yaitu pengelola kelebihan dan kekurangan dana perlu diselenggarakan pasar uang antarbank. Agar bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syari’ah dapat juga mengelola kelebihan dan kekurangan dana secara efisien maka diperlukan pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah (PUAS) dan menggunakan piranti yang sesuai dengan prinsip syariah.
26
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta : Ekonisia, 2004) hlm. 63
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Piranti yang digunakan dalam PUAS adalah sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (IMA). Sertifikat ini digunakan sebagai sarana investasi bagi bank yang kelebihan dana untuk mendapatkan keuntungan dan dilain pihak untuk mendapatkan dana jangka pendek bagi bank syariah yang mengalami kekurangan dana. 27 Mengenai sertifikat IMA ini DSN MUI telah mengeluarkan fatwa tersendiri, yaitu fatwa No. 38/DSNMUI/X/2002, yang menjelaskan bahwa sertifikat IMA merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan dalam PUAS yang berdasarkan akad mudharabah. Sedangkan menurut pasal 3 PBI No. 2/8/PBI/2000, sertifikat IMA merupakan satu-satunya piranti dalam melakukan transaksi PUAS di Indonesia. 28 Ketentuan mengenai PUAS diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 2/8/PBI/2000 tentang pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan tanggal 23 Februari 2000 PBI No. 7/26/PBI/2005 tanggal 8 Agustus 2005 tentang perubahan atas PBI No. 2/8/PBI/2000 tentang PUAS. Mengenai PUAS ini juga telah dikeluarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) yaitu fatwa DSN MUI No. 37/DSN-MUI/X/2002 tanggal 23 Oktober 2002 Masehi atau 16 Sya’ban 1423 Hijriyah. Menurut fatwa DSN MUI No. 37/DSN-MUI/2002 pengertian pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah (PUAS) adalah kegiatan transaksi keuangan jangka pendek antar peserta pasar berdasarkan prinsip-prinsip syariah. 27 28
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta : Ekonisia, 2004) hlm. 79 Wirdyaningsih. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. (Jakarta : Kencana, 2005) hlm. 142
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Pasal 1 butir 4 Peraturan Bank Indonesia No. 2/8/PBI/2000, memberikan definisi PUAS yang lebih teknis yaitu kegiatan investasi jangka pendek dalam rupiah antar perserta pasar berdasarkan prinsip mudharabah. 29 3. Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI) Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI) diatur dalam PBI No. 2/9/PBI/2000 tanggal 23 Februari 2000 PBI No. 6/7/PBI/2004 tentang perubahan atas PBI No. 2/9/PBI/2000 tentang Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia. Selain itu juga terdapat fatwa yang menguatkan SWBI yaitu fatwa DSN No. 36/DSN-MUI/X/2002 yang dikeluarkan tanggal 23 Oktober 2003 M atau tanggal 6 Sya’ban 1423 Hijriyah. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 2//9/PBI/2000 yang dimaksud dengan Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadi’ah (pasal 1 ayat 4). Sedangkan yang dimaksud wadi’ah disini adalah perjanjian penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut (pasal 1 ayat 3).30 SWBI merupakan instrumen kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. SWBI memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :31 a. Merupakan tanda bukti penitipan dana berjangka pendek b. Diterbitkan oleh Bank Indonesia 29
Ibid Wirdyaningsih. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. (Jakarta : Kencana, 2005) hlm. 148 31 Wirdyaningsih. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. (Jakarta : Kencana, 2005) hlm. 149 30
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
c. Merupakan instrumen kebijakan moneter dan sarana penitipan dana sementara. d. Ada bonus atas transaksi penitipan dana Dalam fatwa DSN MUI No. 36/DSN-MUI/X/2002 ditetapkan antara lain sebagai berikut 32 :
Bank Indonesia selaku bank sentral boleh menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip syariah yang dinamanak Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI) yang dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk mengatasi kelebihan likuiditasnya.
Akad yang digunakan untuk instrumen SWBI adalah akad wadi’ah sebagaimana diatur dalam fatwa DSN No. 01/DSN-MUI/IV/2000 tentang giro dan fatwa DSN No. 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan.
Dalam SWBI tidak boleh ada imbalan yang diisyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian yang bersifat sukarela dari pihak Bank Indonesia
SWBI tidak boleh diperjualbelikan
4. Fasilitas Pembiyaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah (FPJPS) Pengaturan mengenai Fasilitas Pembiyaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah (FPJPS) diatur dalam peraturan Bank Indonesia No. 5/3/PBI/2003 tanggal 4 Februari 2003 PBI No. 7/23/PBI/2005 tanggal 3 Agustus 2005 tentang perubahan atas PBI No. 5/3/PBI/2003 tentang
32
Ibid
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
fasilitas pembiyaan jangka pendek bagi bank syariah. FPJPS adalah fasilitas pembiayaan dari Bank Indonesia kepada bank syariah yang hanya dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan. FPJPS mempunyai tujuan yaitu sebagai penyediaan plafon pendanaan yang hanya dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek.
Kesulitan
pendanaan jangka pendek adalah keadaan yang disebabkan oleh terjadinya arus dana masuk yang lebih kecil dibandingkan dengan arus dana keluar. FPJPS hanya dapat diberikan maksimum sebesar kewajiban yang tidak diselesaikan oleh bank Syari’ah pada saat penyelesaian akhir.33 Dalam keadaan yang sangat mendesak, untuk mengatasi bank syariah yang kesulitan likuiditas jangka pendek karena arus dana yang masuk ke bank tersebut lebih kecil dibanding arus dana yang keluar pada saat kliring, bank Indonesia telah mengeluarkan ketentuan tentang fasilitas pembiayaan jangka pendek bagi bank syariah (FPJPS). FPJPS ini dimaksudkan untuk menjalankan fungsi bank Indonesia sebagai “lender of the las resort” jika alternatif pembiayaan lain tidak dapat diperoleh bank syariah untuk mempertahankan likuiditasnya. 5. Kliring Ketentuan mengenai kliring yang berlaku bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah antara lain meliputi ukuran besarnya sanksi pelanggaran saldo giro negatif. Untuk menjadi peserta kliring bank syariah dapat berstatus sebagai peserta langsung atau peserta tidak
33
Wirdyaningsih. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. (Jakarta : Kencana, 2005) hlm. 152
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
langsung. Peserta langsung adalah peserta kliring yang dalam pelaksanaan kliring lokal dapat memperhitungkan warkat-warkat kliring dengan menggunakan identitas sendiri. Sedangkan peserta tidak langsung adalah peserta peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring lokal melalui peserta langsung yang menjadi induknya dari bank yang sama. Persyaratan dan tata cara untuk menjadi peserta kliring diatur dalam ketentuan mengenai penyelenggaraan kliring lokal sesuai dengan masingmasing sistem kliring yang digunakan. Seperti diketahui penyelenggaraan kliring lokal di Indonesia menggunakan empat sistem kliring yang terdiri dari manual, semi otomasi dan elektronik. 34 Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank dapat menutupi kekurangan dana baik yang disebabkan oleh kas yang masuk lebih kecil daripada pengeluaran atau pengambilan deposito yang berjumlah besar atau dapat juga disebabkan karena kalah kliring, yaitu dengan mencairkan salah satu instrumen-instrumen di atas. Sedangkan yang dimaksud instrumen-instrumen di atas adalah GWM, PUAS, SWBI, FPJPS dan kliring sehingga bank tetap dapat melakukan transaksi atau pembiyaan, ketiak sewaktu-waktu ditagih oleh nasabah atau pihak-pihak terkait.
34
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta : Ekonisia, 2004) hlm. 75
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
C. JENIS DAN SUMBER ALAT LIKUID Menurut terminologi yang berlaku umum dalam dunia perbankan, dapat disebutkan bahwa jenis-jenis alat likuid yang dimiliki oleh bank adalah: 1. Kas atau uang tunai (kertas dan logam) yang tersimpan dalam brankas (khasanah) bank tersebut; 2. Saldo dana milik bank tersebut yang terdapat pada Bank Sentral (Saldo Giro BI); 3. Tagihan atau deposito pada bank lain, termasuk bank koresponden; 4. Chek yang diterima, tetapi masih dalam proses penguangan pada Bank Sentral dan bank koresponden. Dalam dunia perbankan, keempat jenis alat likuid tersebut sering disebut “posisi uang” (money position) bank yang bersangkutan pada saat tertentu. Adapun menurut sumbernya, suatu bank dapat memperoleh alat-alat likuid yang diperlukan tersebut diatas dari berbagai sumber, yaitu : 1. Asset bank yang akan segera jatuh tempo : Kredit pinjaman kepada debitur atau cicilan pinjaman yang akan jatuh tempo dapat dianggap sebagai sumber likuiditas. Oleh karena itu, dalam kondisi kebijakan uang ketat, posisi likuiditas suatu bank akan rawan apabila keseluruhan portofolio kreditnya masuk kategori evergreen. Suratsurat berharga, instrument pasar uang seperti Bank Acceptance, Sertifikat Bank Indonesia, dan sertifikat deposito pada Bank lain yang akan segera jatuh tempo, dapat pula dianggap sebagai sumber likuiditas dalam golongan ini.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
2. Pasar uang Pasar uang adalah sumber likuiditas bank. Namun harus diakui bahwa tidak setiap bank mempunyai kemampuan untuk masuk ke pasar uang. Hal ini sangat dipengaruhi oleh besarnya suatu bank dan persepsi pasar uang atas Credit Worthiness bank tersebut. Dalam hal ini, para investor yang meminjamkan uangnya ke bank akan melakukan analisa yang mendalam dan selektif terhadap tingkat dan konsistensi perkembangan pendapatan bank, kualitas asset, reputasi kesehatan manajemen, dan kekuatan modal bank. 3. Sindikasi kredit Pembentukan sindikasi kredit, selain bertujuan menyiasati legal lending limit (3L) dan menyebarkan risiko, juga bertujuan untuk menjalin hubungan dengan bank-bank lain. Dengan demikian, ketika mengalami kesulitan likuiditas maka bank tersebut dapat menyidikasi sebagian portofolio kreditnya kepada bank lain untuk mengatasi masalah tersebut. 4. Cadangan likuiditas Khususnya bank yang tidak dapat segera memperoleh dana pada saat diperlukan, bank tersebut biasanya membentuk cadangan likuiditas. Cadangan likuiditas biasanya dibentuk dengan cara memelihara saldo Kas dan Giro BI pada batas maksimal yang diperolehkan. 5. Sumber dana yang sifatnya Last Resort Salah satu sumber likuiditas yang sifatnya last resort, yang umum digunakan oleh kebanyakan bank adalah fasilitas line of credit dari bank
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
lain. Bank yang menjalin hubungan koresponden dengan bank lain kemungkinan dapat meminta fasilitas stand by line of credit dari bank korespondennya tersebut. Selain itu, Bank Sentral bertindak sebagai leader of last resort untuk dunia perbankan atau lembaga keuangan bukan bank. Namun bantuan dana dari bank sentral biasanya baru akan dimanfaatkan oleh bank yang kesulitan likuiditas apabila sumber-sumber likuiditas lainnya tidak cukup untuk mengatasi kesulitan likuiditas yang dialaminya. Secara akuntansi perbankan, jenis-jenis alat likuid dan sasaran penggunaannya untuk memenuhi kewajiban pihak ketiga selalu termuat dalam laporan keuangan bank bersangkutan secara periodic, bank harian, bulanan maupun tahunan. Jika dilakukan klasifikasi jenis alat likuid menurut post pembukuan dalam neraca, alat likuid yang dimasukkan kedalam pos-pos tertentu ini adalah saldo masing-masing jenis alat likuid pada tanggal terakhir pada masa laporan likuiditas. Dalam hal ini, jenis alat likuid dimasukkan pada pos-pos aktiva, sedangkan kewajiban-kewajiban kepada pihak ketiga yang harus ditutup dengan alat likuid tersebut dimasukkan pada pos-pos pasiva. Klasifikasi masing-masing pos tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. A.
Aktiva 1. Kas, yang dimasukkan kedalam pos ini adalah uang kartal yang ada
dalam
kas
berupa
uang
kertas,
uang
logam
dan
commemorative coin yang dikeluarkan oleh Bank Sentral (Bank
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Indonesia) menurut nilai nominal dan menjadi alat pembayaran yang sah di Indonesia. 2. Bank Indonesia, yaitu semua simpanan / tagihan bank bersangkutan dalam Rupiah kepada Bank Indonesia, seperti saldo giro BI dan lainnya. 3. Surat-surat berharga dan tagihan lainnya. Yang termasuk golongan ini adalah surat-surat berharga dalam rupiah yang dibeli atau dimiliki oleh bank bersangkutan, seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Saham, Obligasi dan bukti tagihan lainnya yang belum diuangkan, termasuk tagihan yang timbul karena akseptasi wesel dan penjualan SBPU. 4. Antar Bank Aktiva, yaitu semua jenis simpanan dan tagihan bank bersangkutan kepada Bank atau Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB ) lainnya di Indonesia, seperti Giro, Call Money, surat berharga, deposit on call, deposito berjangka, sertifikat deposito, pinjaman yang diberikan, pembiayaan bersama, penyertaan, dana pelunasan obligasi dan lain-lain. 5. Kredit yang diberikan, yaitu semua realisasi pemberian pinjaman / kredit dalam rupiah yang diebrikan oleh bank yang bersangkutan kepada pihak ketiga bukan bank, termasuk pinjaman kepada pegawai bank itu sendiri. Termasuk dalam pos ini adalah kartu kredit dan fasilitas cerukan (overdraft).
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
B.
Pasiva 1. Giro, yaitu simpanan-simpanan dalam rupiah oleh pihak ketiga bukan bank, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindah bukuan. 2. Simpanan berjangka, yaitu simpanan dalam bentuk deposito berjangka, deposito asuransidan deposit on call dalam rupiah pihak ketiga bukan bank, yang penarikannya dapat dilakukan menurut suatu jangka waktu tertentu yang disepakati. 3. Tabungan, yaitu simpanan dalam rupiah ketiga bukan bank, yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan cara tertentu, misalnya dengan menggunakan buku tabungan, slip penarikan (bukan cek)dan kartu ATM. 4. Antar Bank Pasiva,
yaitu semua jenis kewajiban bank
bersangkutan dalam mata uang rupiah kepada bank atau LKBB lainnya, seperti giro, call money, surat berharga, deposit on call, deposito berjangka, pinjaman yang diterima, pembiayaan bersama dan lainnya. 5. Kewajiban lainnya yang segera jatuh tempo, yaitu semua kewajiban dalam rupiah yang setiap dapat ditagih oleh pemiliknya dan harus segara dibayar, misalnya kriman uang
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Pengendalian likuiditas bank dilakukan setiap hari berupa penjagaan agar semua alat-alat likuid yang dapat dikuasai oleh bank (uang tunai kas dan saldo giro) dapat dipergunakan untuk memenuhi munculnya tagihan dari nasabah atau masyarakat yang datang setiap saat atau sewaktu-waktu. Kewajiban bank yang muncul sewaktu-waktu itu adalah dana simpanan pemegang giro, pinjaman dari bank lain yang jatuh tempo atau kridit likuiditas yang jatuh tempo. Alat likuid yang digunakan untuk mengukur likuiditas adalah cash ratio. Cash ratio adalah alat pengukuran likuiditas bank yaitu suatu likuiditas minimum yang wajib dipelihara oleh setiap bank. Definisi dari minimum cash ratio atau minimum reserve requirement adalah perbandingan antara alat-alat likuid yang dikuasai bank dengan kewajiban yang segera dapat dibayar.35 Rumus minimum cash ratio adalah
Alat-alat yang dikuasai
x 100 %
Kewajiban-kewajiban segera dapat dibayar
Alat-alat likuid yang dikuasai bank adalah bagian dari kekayaan bank (aktiva) yang berbentuk uang tunai (cash). Komponen alat-alat likuid untuk semua jenis bank adalah sama, yaitu terdiri dari saldo kas dan saldo rekening giro pada BI. saldo kas adalah uang kartal yang ada dalam kas berupa uang kertas, uang logam dan commemorative coin yang 35
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. (Jakarta : Alvabet, 2005), hlm. 151
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
dikeluarkan oleh BI yang menjadi alat pembayaran yang sah di Indonesia. Sedangkan saldo rekening giro adalah giro kepunyaan bank pelapor pada BI. jumlah tersebut tidak boleh dikurangi dengan kredit yang diberikan BI kepada bank pelapor dan tidak boleh ditambah dengan fasilitas kredit yang sudah disetujui dan belum digunakan.
D. TEORI-TEORI MANAJEMEN LIKUIDITAS Teori tentang pengelolaan likuiditas perbankan, hampir sama tuanya dengan ilmu perbankan, yaitu pada abad ke 18. Teori perbankan yang umumnya berkaitan antara persoalan likuiditas dan upaya pencapaian tingkat rentabilitas yang memadai, berkembang sejalan dengan praktek ilmu manajemen yang mengatur gerak langkah Bank agar tetap servive dan mampu berkembang secara baik. Teori-teori perbankan ini kemudian berkembang pesat di Amerika pada abad 19 dan sistem multinasional banking mulai berkembang setelah Perang Dunia II yang perbaikan teori dan sistem-sistemnya berkembang pesat sekitar 30 tahun yang lalu. Sementara itu perubahan cepat pada sistem pelayanan Bank semenjak 1970-1971, melalui deregulasi perbankan di Amerika Serikat, telah mengembangkan sistem perbankan dan perdagangan yang bersifat universal dan multinasional. Ada 4 macam teori likuiditas perbankan yang dikenal 36, yaitu :
36
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, (Jakarta : PT. bumi aksara, 2000), hlm. 144
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
a. Commercial Loan Theory Teori ini dianggap yang paling kuno. Nama lain dari teori ini adalah “real bills doctrine”. Teori ini mulai dikenal sekitar 2 abad lalu dan pembahasan teori ini pertama kali dilakukan oleh Adam Smith dalam bukunya yang amat terkenal “The Wealth of Nations”, diterbitkan tahun 1776. Teori ini beranggapan bahwa bank-bank hanya boleh memberikan pinjaman “dengan surat dagang jangka pendek yang dapat dicairkan dengan sendirinya (self-liquidating)”. Dalam perbankan, suatu pemberian pinjaman jangka pendek merupakan pinjaman yang jatuh tempo kurang dari satu tahun dari sejak pinjaman diberikan, untuk menekankan bahwa pemberian pinjaman itu secara kuat didasarkan atas barang-barang “riil” dan bukannya pemberian-pinjaman untuk tujuan-tujuan spekulatif atau tujuan-tujuan yang semata-mata bersifat financial atau pembiayaan. Ungkapan alternative untuk teori kredit komersial ialah the real bills doctrine yang menyinari aspek teori ini. Sebuah bank memerlukan arus uang yang terus menerus dan banyak yang bergerak melalui bank untuk mempertahankan likuiditasnya sendiri, dan arus uang ini hanya dapat dicapai jika bank membatasi kegiatankegiatan memberi pinjaman pada pinjaman-pinjaman jangka pendek. Teori pemberian kredit komersial, atau the real bills doctrine, telah menjadi suatu teori perbankan yang tangguh, dan bertahan. Sisa-sisanya masih terdapat dalam badan-badan pembuat peraturan bank, prosedurprosedur pemeriksaan bank, dan pemikiran banyak pengusaha bank. Orang
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
tidak dapat mengerti perbankan zaman sekarang tanpa mengerti sejarah perbankan Amerika Serikat, dan orang tidak dapat mengerti sejarah perbankan tanpa mengerti teori pemberian pinjaman untuk dagang.
b. Shiftability Theory Kurang lebih pada pergantian abad yang lalu, sebuah teori perbankan muncul di kalangan Amerika, yaitu : apa yang dinamakan the shiftability theory (teori tentang aktiva yang dapat dipindahkan). Adalah perlu dicatat secara berhati-hati fakta bahwa teori baru itu tidak menggantikan teori tentang pemberian kredit komersial dalam arti bahwa teori kredit komersial itu sama sekali dicoret dan dianggap tidak berlaku lagi. Sebaliknya, teori tentang aktiva yang dapat dipindahkan tersebut mengambil pandangan yang lebih umum tentang usaha perbankan dengan memperluas daftar aktiva yang dianggap sah untuk pemilikan bank. Teori tentang aktiva yang dapat dipindahkan tidak menyatakan bahwa pemberian kredit komersial adalah aktiva bank yang tidak wajar, tetapi hanya menyatakan bahwa pemberian kredit komersial itu bukan satu-satunya aktiva yang wajar. Teori ini beranggapan bahwa likuiditas sebuah bank tergantung pada kemampuan bank untuk memindahkan aktivanya ke orang lain dengan harga yang dapat diramalkan. Jadi, misalnya, akan sangat dapat diterima bagi sebuah bank untuk menyimpan investasi-investasi pasar terbuka jangka-pendek dalam portofolio aktivanya. Jika dalam keadaan ini
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
sejumlah depositor harus memutuskan untuk menarik kembali uang mereka, maka bank hanya tinggal menjual investasi-investasi tersebut, mengambil uang yang diperoleh (atau dibeli), dan membayarnya kembali kepada para depositornya.
c. Anticipated Income Theory Pada akhir tahun 1940-an sebuah teori perbankan baru menjadi menonjol di Amerika Serikat, yakni: teori pendapatan yang diharapkan ( the anticipated income theory). Jika dimengerti dengan wajar dan tepat, maka teori ini hanyamerupakan saingan bagi teori kredit komersial, dan bukan bagi teori tentang aktiva yang dapat dipindahkan. Tidak dipersoalkan pandangan teori tentang aktiva yang dapat dipindahkan bahwa sumber likuiditas yang paling mendasar bagi sebuah bank adalah cadangan-cadangan sekunder. Teori pendapatan yang diharpkan, yang bertentangan dengan teori kredit komersial, berkesimpulan bahwa sama seklai benar bagi sebuah bank untuk memberikan pinjaman-pinjaman jangka-panjang dan pinjaman-pinjaman bukan untuk dagang. Dalam mencapai kesimpulan ini, teori tersebut menyerahkan coup de grace kepada the rela bills doctrine. Teori pemberian kredit komersial beranggapan bahwa sebuah bank hanya boleh memberikan pinjaman-pinjaman yang self-liquidating. Menurut teori pendapatan yang diharapkan itu tidak ada pinjaman yang self-liquidating.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
d. Liability Management Theory Manajemen pasiva adalah sesuatu yang menyesatkan. Ini tidak berarti bahwa bank itu hanya menata pasiva-nya saja dan pasif terhadap aktivanya. Tetapi teori itu tetap melihat struktur aktiva bank mempunyai peranan mencolok yang harus dimainkan dalam menyediakan likuiditas untuk bank. Teori ini juga terus melampaui cara pendekatan dengan satu dimensi dan menyatakan bahwa bank dapat juga menggunakan aktivanya untuk tujuan-tujuan likuiditas. Sebuah bank menghendaki likuidita, sebab penarikan-penarikan deposit. Sebuah bank tentu saja menurut hukum diminta membayar deposit rekening korannya apabila para nasabah memintanya, yang cukup dengan hanya menginstruksikan kepentingan bank akan likuiditas. Bank harus mampu memenuhi permintaan-permintaan pinjaman yang sehat dari para nasabahnya. Pinjaman-pinjaman dari bank itu tidak hanya sangat menguntungkan, tetapi sebuah bank tidak akan dapat memberi pinjaman kepada para depositornya bila mereka memerlukan uang, tetapi depositornya tidak disimpan terlalu lama.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
BAB III GAMBARAN UMUM BMT SM NU KAJEN
1.
Pengertian BMT Pengertian Baitul Maal Wa Tamwil adalah Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dalam membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsadan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang berintikan keadilan. BMT bukan hanya sebuah lembaga yang berorientasi bisnis, tetapi juga sosial, lembaga yang kekayaannya terdistribusi secara merata dan adil. Oleh karena itu BMT menjadi harapan bagi masyarakat untuk mendapatkan pembiayaan. Dalam beberapa operasional BMT, LKMS tersebut juga melakukan pemberdayaan umat. Pengertian menyeluruhnya adalah bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sebagai sosial. Sebagai lembaga sosial, Baitul Maal memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan lembaga Amil Zakat (LAZ) atau Badan Amil Zakat (BAZ) milik pemerintah, oleh karenanya Baitul Maal ini harus didorong untuk mampu berperan secara professional menjadi LAZ yang mapan. Fungsi tersebut paling tidak meliputi upaya pengumpulan dana zakat, infaq, sedekah, wakaf dan sumber dana-dana sosial yang lain, serta upaya
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
persyaratan zakat kepada golongan yang paling berhak sesuai dengan ketentuan nasabah.37 Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih memfokuskan kegiatan usahanya pada sektor keuangan, yakni simpan pinjam dengan pola syari’ah. Usaha ini seperti usaha perbankan yakni menghimpun dana dari anggota masyarakat dan menyalurkannya kepada sector ekonomi yang halal dan menguntungkan. Perbedaannya dengan bank terletak pada obyek dana, jika bank dapat menarik dana dari masyarakat tanpa syarat, maka BMT hanya boleh menarik dana dari masyarakat dengan syarat menjadi anggota atau calon anggota. Namun demikian, terbuka luas bagi BMT untuk mengembangkan lahan bisnisnya pada sektor riil maupun sector keuangan lain.
2.
Sejarah dan Perkembangan BMT SM NU38 Berdirinya BMT SM NU Kota Pekalongan bermula dari keinginan beberapa pengurus Cabang Nahdlatul Ulama’ Kota Pekalongan. Mereka berkeinginan untuk mendirikan atau memiliki badan usaha yang dikelola secara professional, yakni mendirikan perusahaan BMT yang tentunya dengan mengikuti kaidah yang benar menurut Syari’ah Islam, maka didirikanlah koperasi Serba Usaha Nahdlatut Tujjar. BMT SM NU adalah suatu usaha simpan pinjam syari’ah yang dikelola secara otonom yang berbadan hukum koperasi. BMT SM NU Kota Pekalongan yang merupakan unit usaha simpan pinjam syari’ah dan perdagangan sektor riil yang berbadan
37 38
Hartanto Widodo, Panduan Baitul Maal Wat Tamwil “BTM” (Bandung : Mizan, 1999) hlm. 81 Brosur Profil BMT SM NU Cabang Kajen
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
hukum Koperasi Serba Usaha (KSU) Nahdlatut Tujjar Nomor : 180/135/2004 tanggal 1 Oktober 2004 di bawah naungan Departemen Koperasi dan UKM. Jadi BMT SM NU Kota Pekalongan merupakan lembaga koperasi yang menggunakan sistem bagi hasil dan pada awal berdirinya di bawah bimbingan BMT NU Kabupaten Tegal. BMT SM NU Kota Pekalongan berdiri tepatnya pada tanggal 29 Agustus 2004 yang bertempat di Pringlangu Jalan Urip Sumoharjo 230 (Kantor Pusat) dengan modal awal Rp. 50.000.000,- yang diperoleh dari para pendirinya, dan hingga akhir Mei 2009 telah memiliki beberapa kantor, yaitu : a.
Kantor Pusat BMT SM NU Kota Pekalongan Komplek Gedung Aswaja, Jln. Sriwijaya Pekalongan Tlp. (0285) 4415700
b.
Kantor Cabang BMT SM NU Kradenan Jl. Urip Sumoharjo No. 230 Kradenan Tlp. (0285) 7935088
c.
Kantor Cabang BMT SM NU Siwalan Jl. Raya Rembun / SMP Siwalan Tlp. (0285) 7911987
d.
Kantor Cabang BMT SM NU Sragi Jl. Raya Purwodadi, Sragi Tlp. (0285) 7928998
e.
Kantor Cabang BMT SM NU Pemalang Jl. Jend. Sudirman Timur Pemalang Tlp. (0285) 5801619
f.
Kantor Cabang BMT SM NU Kajen Jl. Diponegoro No. 450 Kajen Tlp. (0285) 381011
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
g.
Kantor Cabang BMT SM NU Kesesi Jl. Raya Kesesi No. 581B Tlp. (0285) 4483312
h.
Kantor Cabang BMT SM NU Bojong Jl. Raya Bojong No. 2 Ketitang Kidul Tlp. (0285) 4482828
i.
Kantor Cabang BMT SM NU Comal Jl. Jend. Sudirman Timur No.8 Comal Tlp. (0285) 4475550
j.
Kantor Cabang BMT SM NU Subah Komplek Pasar Subah blok timur belkaanng Tlp. (0285) 666505
k.
Kantor Cabang BMT SM NU YKPI Comal Jl. Raya Sidorejo Comal / SMK Nusantara 1 Comal
l.
Kantor Cabang BMT SM NU Warungasem Jln. Raya Gapuro No.7 Warungasem Tlp. (0285) 4417861 BMT SM NU Kajen Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu
dari kantor kas BMT SM NU Kota Pekalongan yang merupakan unit usaha simpan pinjam syariah dan perdagangan sector riil. BMT SM NU Kajen berdiri pada tanggal 26 Maret 2007 dibawah naungan MWC NU Kajen atas kerja sama antara pengurus MWC NU Kajen dengan BMT SM NU Kota Pekalongan. Yang bertujuan untuk dapat berperan serta dalam rangka membangun dan mengembangkan tatanan perekonomian dan struktur masyarakat Islami yang berkeadilan, berkemakmuran berdasarkan Syari’at ridho Allah SWT.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
3.
Visi dan Misi BMT SM NU Visi BMT SM NU adalah sebagai berikut : a) Memobilisasikan potensi ekonomi umat dalam menopang dakwah Islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. b) Menjadikan BMT SM NU sebagai perusahaan yang professional untuk menghasilkan keuntungan dengan menepis riba, menuai pahala dan membagi laba. c) Menyelenggarakan berbagai program tabungan dan pembiayaan dan kegiatan lain yang mendukung dengan tingkat kepuasan maksimal bagi nasabah dan mitra usaha. 39 Untuk lebih realistiknya, maka visi tersebut dilanjutkan dengan misi sebagai berikut : a. Menggali dan mengumpulkan dana warga NU khususnya dan masyarakatnya pada umumnya dengan prinsip syari’ah b. Menyalurkan pembiayaan sektor ekonomi pada kelompok masyarakat ekonomi lemah dengan prinsip syari’ah c. Melaksanakan perdagangan surat-surat berharga d. Memperlancar pembangunan perumahan rakyat e. Mendorong pelaksanaan prinsip ekonomi syari’ah dalam bidang perdagangan umum dan pelayanan jasa
39
Ibid
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Adapun tujuan BMT SM NU Kota Pekalongan antara lain : a. Mengumpulkan dana dari keuntungan usaha untuk biaya operasional organisasi Nahdlatul Ulama Kota Pekalongan b. Meningkatkan mutu dan kualitas layanan warga Nahdliyyin di segala bidang c. Membantu kesulitan keuangan khususnya warga Nahdliyyin dalam tempo cepat, umumnya kepada para pengusaha menengah ke bawah. d. Menghimpun dana melalui Zakat, Infaq, Shodaqoh, dan sejenisnya untuk disalurkan kepada yang berhak (Baitul Maal) e. Menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana melalui tabungan dan deposito sesuai dengan prinsip syari’ah berdasarkan ketentuan yang berlaku (baitul tamwil) f. Menepis riba, menghindari transaksi keuangan baik berupa tabungan, deposito, maupun pembiyaan menggunakan sistem bunga yang dilarang oleh Islam. g. Menuai pahala, prinsip tolong menolong sesama muslim dengan tetap berpedoman pada prinsip perbankan syari’ah atas dasar keikhlasan kedua belah pihak. h. Membagi laba, prinsip yang dikembangkan di BMT SM NU adalah saling memberi keuntungan antara pihak BMT dengan penabung, deposan maupun kreditor.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
4.
Struktur Organisasi BMT SM NU
Pengurus KSU Nahdlatut Tujjar
Kepala Kantor
Dewan Pengawas Syariah
Administrasi Umum
Teller
Ass. Manjer Pasir Sari
Karyawan
Manajer BMT SM NU
Ass. Manjer Bojong
Ass. Manjer Kesesi
Karyawan
Accounting
Customer Service
Ass. Manjer Kajen
Ass. Manjer Siwalan
Karyawan
Ass. Manjer Pemalang
Karyawan
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMT SM NU
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Marketing
Ass. Manjer Comal
Ass. Manjer Sragi
Karyawan
5.
Struktur Organisasi KSU Nahdlatut Tujjar Kota Pekalongan RAPAT ANGGOTA
PENGAWAS
PENGURUS
KETUA
SEKRETARIS
BENDAHARA
UNIT USAHA
BMT SM NU KONSTRUKSI
PERDAGANGAN UMUM & JASA Gambar 3.2 Struktur Organisasi KSU Nahdlatut Tujjar Kota Pekalongan
6.
Struktur Organisasi BMT SM NU Cabang Kajen Kepala Unit Khairul Anwar, SH
Teller & Adm. Siti Mulailatul Munawaroh, SE
Marketing Bambang Widjanarko, SE
Gambar 3.3 Struktur Organisasi BMT SM NU Cabang Kajen
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
7.
Tugas (Job Discription) dan Tanggung Jawab maisng-masing bagian : a. Pengurus 1) Memimpin organisasi dan perusahaan koperasi 2) Menyelenggarakan rapat anggota 3) Menyampaikan pertanggungjawaban segala sesuatu yang menyangkut jalannya organisasi koperasi pada rapat anggota 4) Mewakili koperasi di dalam dan di luar pengadilan 5) Memutuskan
penerimaan
dan
penolakan
anggota
baru
serta
menghasilkan anggota sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar. 6) Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan koperasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan keputusan rapat anggota b. Pengawas 1) Mewakili anggota dalam pengawasan atas tata kerja kehidupan koperasi dan segala usaha yang dilakukan serta pelaksanaan kebijakan dari pengurus 2) Melaksanakan pengawasan terhadap segala kegiatan pengelolaan koperasi dan atau manager atau pengelola c. Manager 1) Mengkoordinir penyusunan rencana kerja dan anggaran di tiap-tiap bagian yang berada di bawah tanggung jawab kepada pengurus 2) Menghimpun dan mengkoordinir para karyawan dalam pelaksanaan tugas di bidang usaha
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
3) Atas
persetujuan
tertulis
dari
pengurus,
manager
dapat
menandatangani surat-surat berharga dengan bank dan mengesahkan pengeluaran sejumlah uang atau barang tertentu 4) Manager dibantu oleh staf administrasi keuangan, menyelenggarakan administrasi uang dan barang dengan tertib dan teratur. d. Bagian Pembukuan 1) Melayani permohonan pembukuan tabungan dan deposito 2) Mengadministrasikan permohonan pembukuan tabungan dan deposito 3) Melakukan peraturan manajemen tabungan dan deposito, baik unsur keuangan maupun pencatatannya 4) Memberi nomor rekening tabungan atau deposito bagi pemula e. Bagian Pembiayaan 1) Melayani
dan
menerima
permohonan
pembiayaan,
mengadministrasikan permohonan serta menyampaikan permohonan tersebut kepada petugas yang ditunjuk untuk ditindak lanjuti 2) Mempersiapkan pencairan pembiayaan, mengadministrasikan berkas nasabah pembiayaan serta membuat laporan f. Bagian Marketing 1) Memasarkan produk dan memasang iklan tentang BMT supaya lebih dikenal oleh kalangan umum 2) Jemput bola, melakukan penagihan ke setiap anggota yang diberikan pembiayaan sesuai dengan tanggal atau waktu yang disepakati, secara arif, mendidik dan efektif
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
3) Mengenalkan kepada nasabah secara langsung tentang produk-produk BMT g. Teller 1) Melakukan transaksi penerimaan dan pengeluaran uang baik secara tunai maupun non tunai 2) Melakukan pencatatan dan pembukuan semua unsur transaksi keuangan
8.
Pengurus BMT SM NU Badan Pengawas Syari’ah - KH. Musthofa Bakri - KH. Zaenuri Zaenal Musthofa - KH. Zaenal Arifin - KH. Masykur Abdul Khannan - KH. Zakaria Ansor Dewan Pengawas Manajemen - H. Abdul Mafachir - H. Sulaiman Ansor, SE - KH. M. Dananir Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) - Khudzil Khos - Abdul Basyir - Drs. RM. Firdaus
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Dewan Pengurus Harian - Ketua
: H. Achmad Rofiq, BA
- Wakil Ketua
: H. Achmad Sodiqin Basyari
- Sekretaris
: Drs. Much. Ngisom Cholil
- Bendahara
: H. Boenarso
Manajer - Manajer Unit Simpan Pinjam Syari’ah
: M. Rizki Munir, SE
- Manajer Unit Konstruksi
: Winda Astutiningtyas, ST
- Manajer Unit Perdagangan Umum & Jasa
: Khoiru Rusman, SE
- Jumlah Karyawan
: 40 Orang
- Jumlah Anggota
: 48 Orang
- Jumlah Calon Anggota
: 2515 Orang
Pembantu Umum - Dr. H. Zunuron - Dr. H. Muhammad Jaelani - H. Rukyat Karyawan - M. Fatkhurohman, Spi
-
Nisrochah
- M. Ariefauddin, Amd
-
Tanzillah
- Asy’ari Abdullah
-
Qomariah, SE
- Zainal Abidin
-
Rizkiyatus Sholehah
- Muhtarom
-
Mahyurotun
- Khoirul Anwar
-
Istiqomah
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
-
- Mutamakin
-
Siti Mulailatul Munawaroh, SE
- M. Kirom
-
Nurul Qomar, S.Ag
- Ana Shikatun Ni’mah
-
Yusron Khasani
- Aulia Milatina
-
Bambang Widjanarko
Chusnul Chotimah Pengelola BMT SM NU Kajen
9.
- Asisten Manager
: Khairul Anwar, SH
- Teller
: Siti Mulailatul Munawaroh, SE
- Marketing
: Bambang Widjanarko, SE
Unit-unit Usaha a. Simpan Pinjam Syari’ah, “Baitul Maal Wat Tamwil Syirkah Muawamah Nahdlatul Ulama” (BMT SM NU) 1) Kantor Pusat : Komplek Gedung Aswaja, Jln. Sriwijaya Pekalongan Tlp. (0285) 4415700 2) Kantor Cabang : -
Jl. Urip Sumoharjo No. 230 Kradenan Tlp. (0285) 7935088
-
Jl. Raya Rembun / SMP Siwalan Tlp. (0285) 7911987
-
Jl. Raya Purwodadi, Sragi Tlp. (0285) 7928998
-
Jl. Jend. Sudirman Timur Pemalang Tlp. (0285) 5801619
-
Jl. Diponegoro No. 450 Kajen Tlp. (0285) 381011
-
Jl. Raya Kesesi No. 581B Tlp. (0285) 4483312
-
Jl. Raya Bojong No. 2 Ketitang Kidul Tlp. (0285) 4482828
-
Jl. Jend. Sudirman Timur No.8 Comal Tlp. (0285) 4475550
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
-
Komplek Pasar Subah blok timur belakang Tlp. (0285) 666505
-
Jl. Raya Sidorejo Comal / SMK Nusantara 1 Comal
-
Jln. Raya Gapuro No.7 Warungasem Tlp. (0285) 4417861
b. Konstruksi : “Amanah Professional” Kantor di Komplek Gedung Aswaja, Jln. Sriwijaya Pekalongan Tlp. (0285) 4415700 c. Perdagangan Umum dan Jasa “Lima Sekawan” Kantor di Komplek Gedung Aswaja, Jln. Sriwijaya Pekalongan Tlp. (0285) 4415700 10. Produk-produk BMT SM NU Manajemen keuangan di BMT SM NU bertujuan untuk memperoleh dana dengan biaya yang paling minimal dan menginvestasikan dana dengan hasil yang paling maksimal. 40 Adapun cara-cara perolehan dana di BMT SM NU, antara lain dari penghimpunan dana melalui produk-produk simpanan (funding) maupun pembiayaan (financing). a. Produk Penghimpunan Dana BMT SM NU Kota Pekalongan Penghimpunan dana yaitu adapun cara-cara perolehan danad di BMT SM NU, antara lain dari penghimpunan dana melalui produk-produk sebagai berikut : 1) Simpanan Mudharabah, meliputi : a) Simpanan Berguna (SIGUN)
40
Petunjuk Pelaksanaan, Sistem dan Prosedur Pemberian Kredit / Pembiayaan BMT SM NU Pekalongan
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Adalah simpanan berguna anggota atau calon anggota yang dilakukan setiap saat dan dapat diambil kapan saja disaat kantor buka. Pembukaan rekening perorangan dengan setoran awal Rp. 5.000,- dan setoran selanjutnya Rp. 5.000,b) Simpanan Pendidikan (SIDIK) Adalah simpanan anggota atau calon anggota untuk persiapan pendidikan yang disetor setiap saat dan dapat diambil saat akan melanjutkan pendidikan. Setoran awal Rp. 15.000,- dan setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000,c) Simpanan Walimah (SIWAL) Adalah simpanan anggota atau calon anggota untuk persiapan pelaksanaan walimah nikah, khitan dan tasmiyah, disetor setiap saat dan dapat diambil sebelum pelaksanaan walimah digelar. Setoran awal Rp. 15.000,- dan setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000,d) Simpanan Hari Raya (SIHAR) Adalah simpanan anggota atau calon anggota untuk persiapan lebaran. Disetor setiap saat dan dapat diambil 10 hari sebelum lebaran. Setoran awal Rp. 15.000,- dan setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000,-
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
e) Simpanan Haji, Umroh / Ziarah (SIHAUZ) Adalah simpanan anggota atau calon anggota untuk melakukan haji, umroh dan ziarah, disetor setiap saat dan dapat diambil 10 hari sebelum pelaksanaan pendaftaran. Ketentuan simpanan ziarah/wisata religi : 1. Setoran simpanan Rp. 29.000 setiap bulan selama 9 bulan 2. Peserta berhak mendapatkan paket ziarah gratis dengan fasilitas : -
Ziarah dengan Bus AC Seat 2-2, Televisi, VCD dan Tape
-
Makan, minum dan snack 2 kali
-
Disediakan obat-obatan (PPPK) disepanjang perjalanan
-
Tiap
bus
dibimbing
oleh
mubaligh
ternama
Kota/Kabupaten Pekalongan -
Disediakan uang saku untuk peserta
-
Dan souvenir cantik
3. Hak ziarah dapat diwakilkan 4. Peserta yang tidak setor (nunggak) 4 bulan, maka hak ziarah gugur dan uang simpanan akan dikembalikan pada akhir periode. f) Simpanan Sunah Aqiqoh atau Sunah Qurban ( SIQOH) Adalah simpanan anggota atau calon anggota untuk persiapan aqiqoh/qurban, disetor setiap saat dan dapat diambil 10 hari
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
sebelum aqiqoh/qurban tiba. Setoran awal Rp. 15.000,- dan setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000,g) Simpanan Mudharabah berjangka (Deposito) Adalah simpanan anggota atau calon anggota yang hanya dapat diambil dalam jangka waktu tertentu. 2) Simpanan Wadiah Simpanan wadi’ah adalah titipan dari pemilik dana kepada BMT untuk dikelola atas seizinnya. Dimana BMT sebagai penerima amanat, wajib menjaga keutuhan dan keselamatan nilai nominal yang dititipkan, pemilik dana tidak mendapat bagi hasil, dan titipan dapat diambil setiap saat. Prosedur pembukaan rekening simpanan : a) Mengisi formulir permohonan b) Menunjukkan identitas diri c) Menyerahkan setoran awal d) Menyerahkan foto copy KTP/SIM b. Produk-produk pembiayaan BMT SM NU, antara lain : 1) Mudharabah adalah perjanjian antar pemilik dana dengan pengelola dana yang keuntungannya dibagi menurut rasio/nisbah yang telah disepakati di muka dan bila terjadi kerugian, akan ditutup dari keuntungan dari sisi yang lain bila dimungkinkan, bila mana tidak, maka pengelola akan menanggung kerugian pelayanan material dan kehilangan imbal kerja.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
2) Musyarakah, adalah perjanjian kerjasama antara anggota dengan BMT, dimana modal dari kedua belah pihak digabungkan untuk usaha tertentu yang akan dijalankan oleh anggota dan BMT, keuntungan dan kerugian ditanggung bersama sesuai kesepakatan bersama. 3) Ba’i Bit Taqsith, adalah proses jual beli dimana BMT membayar barang yang dibutuhkan kemudian dijual kepada pembeli dengan membayar harga yang disepakati untuk dibayar secara angsuran. 4) Bai Bitsaman Ajil, adalah proses jual beli dimana BMT membayar barang yang dibutuhkan kemudian dijual kepada pembelu dengan membayar harga yang disepakati untuk dibayar secara tunai. 5) Qordhul Hasan, adalah pembiayaan kebajikan/gambaran lunak, dimana anggota yang menerimanya hanya dikenakan membayar pokoknya saja tanpa bagi hasil. 6) Bai Murabahah¸ adalah proses jual beli dimana BMT membayar orang yang dibutuhkan kemudian dijual kepada pembeli dengan membayar harga yang disepakati untuk dibayar secara tunai. 7) Kredit modal kerja dangan akad nazar adalah kredit pembayaran modal kerja yang tidak harus mengangsur pokok pinjaman secara bulanan dan dapat dipakai sepanjang usahanya lancar, kemudian bagi hasil dioperasikan dengan akad nadzar.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
BAB IV STRATEGI PENGELOLAAN LIKUIDITAS
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) adalah suatu lembaga ekonomi rakyat kecil yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat kecil bawah dan kecil yang berdasarkan prinsip syari’ah dan prinsip koperasi. BMT merupakan sebuah sarana pengelolaan ekonomi umat, dari umat oleh umat dan untuk umat (demokrasi ekonomi). BMT hadir sebagai wahana transformasi ekonomi dari pemilik uang (aghniyaa’) kepada dhu’afa / pedagang kecil yang membutuhkan modal usaha. Baitul Maal adalah suatu lembaga keuangan yang berdasarkan syari’at Islam, menerima dan mendistribusikan dana Islam bersifat non komersial (non profit) berupa zakat, infaq, shodaqoh, hibah dan wakaf yang dipercayakan kepadanya untuk disalurkan kepada yang berhak. Baitul Tamwil adalah lembaga keuangan bersifat komersial berdasarkan akad simpan pinjam (wadi’ah), penyertaan (mudlarobah) dan perserikatan (musyarakah) kepada masyarakat untuk kegiatan usaha yang bersifat produktif dengan sistem bagi hasil (tanpa bunga / mark up / trust financing). BMT Syirkah Muawanah Nadlatul Ulama Kajen didirikan untuk dapat berperan serta dalam rangka membangun dan mengembangkan tatanan perekonomian dan struktur masyarakat islami yang berkeadilan, berkemakmuran berdasarkan syari’at dan ridho Allah SWT sehingga Nadlatul Ulama Kajen Kabupaten Pekalongan menjadi salah satu kelompok masyarakat yang memiliki
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
perhatian dan konsen
dengan persoalan bangsa ini. BMT SM NU Kajen
merupakan unit usaha simpan pinjam syari’ah yang berinduk kepada BMT SM NU kota Pekalongan berbadan hukum Koperasi Serba Usaha (KSU) Nahdlatut Tujjar nomor 180/135/2004 tanggal 1 Oktober 2004 dibawah naungan Departemen Koperasi dan UKM 41.
A. Strategi Pengelolaan Likuiditas pada BMT SM NU Cabang Kajen42 Sistem manajemen likuiditas yang digunakan BMT SM NU lebih sederhana dibandingkan bank syari’ah lainnya. Karena BMT SM NU merupakan suatu lembaga keuangan yang lebih bersifat mikro. Namun sama halnya dengan bank syari’ah BMT SM NU wajib menyediakan likuiditas tersebut dengan cukup dan mengelolanya dengan baik, karena apabila likuiditas tersebut terlalu kecil maka akan mengganggu kegiatan operasional BMT, namun likuiditas juga tidak boleh terlalu besar karena apabila jumlah likuiditas terlalu besar maka akan menurunkan efisiensi BMT, sehingga dampak pada rendahnya tingkat profitabilitas. Dalam hal ini BMT SM NU Cabang Kajen tidak mampu memenuhi kebutuhan dana dengan segera untuk memenuhi kebutuhan transaksi sehari-hari maupun guna memenuhi kebutuhan dana yang mendesak, maka munculah risiko likuiditas. Risiko likuiditas adalah risiko terjadinya kerugian yang merupakan akibat dari adanya kesenjangan antara sumber pendanaan yang pada umumnya berjangka pendek dan aktiva yang pada umumnya berjangka panjang. 41
Brosur BMT SM NU Cabang Kajen Hasil Wawancara dengan Bpk. Khairul Anwar, SH., Kepala Unit BMT SM NU Cabang Kajen, Rabu 8 Juni 2011, jam 14.30 WIB 42
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
BMT SM NU Cabang Kajen memusat pada BMT SM NU Pekalongan, maka pengelolaan likuiditas ditentukan oleh pusat. Apabila BMT SM NU Cabang Kajen kelebihan dana maka dana tersebut akan disimpan di BMT SM NU pusat dan di pusat akan dikelola untuk BMT SM NU cabang lain yang mengalami kekurangan dana. Apabila BMT SM NU Cabang Kajen yang kekurangan dana maka akan mengambil dana dari BMT SM NU pusat. Dana yang ideal harus mencapai 100% dan kreditnya 70%, apabila kurang untuk mencapai ideal maka akan dinaikkan oleh BMT SM NU pusat untuk menutupi kekurangan tersebut dan jika lebih maka dana tesebut akan diambil BMT SM NU pusat untuk mencapai ideal. Salah satu kendala operasional yang dihadapi oleh perbankan Islam adalah kesulitan dalam mengendalikan likuiditasnya secara efisien. Hal itu terlihat oleh beberapa gejala, antara lain43 : a. Tidak tersedianya kesempatan investasi segera atas dana-dana yang diterimanya. Dana-dana tersebut terakumulasi dan menganggur untuk beberapa hari sehingga mengurangi rata-rata pendapatan mereka. b. Kesulitan mencairkan dana investasi yang sedang berjalan, pada saat ada penarikan dana dalam situasi kritis. Akibatnya bank-bank Islam menahan alat likuidnya dalam jumlah yang lebih besar dari pada rata-rata perbankan konvensional.
Kondisi
ini
menyebabkan
berkurangnya
rata-rata
pendapatan bank. Penyimpanan dana yang hanya mencari keuntungan
43
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah, (Jakarta : Alvabet, 2003) hlm. 163
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
lebih banyak cenderung memindahkan dananya ke bank lain, sementara bagi nasabah yang loyal terkesan bahwa mengikuti prinsip syari’ah berarti menambah beban. Likuiditas adalah kemampuan pengadaan uang tunai apabila ia dibutuhkan, tanpa harus menjual aktiva jangka panjang dengan merugi di pasar yang tidak menguntungkan jika seorang banker hendak tetap bertahan dalam usahanya, ia harus mempunyai cukup likuiditas untuk membayar cekcek yang ditarik nasabahnya atas banknya kapan saja diajukannya. Jika suatu cek harus dikembalikan karena dana yang tidak cukup, seharusnya adalah karena dana yang tidak cukup dalam rekening nasabah itu bukan dana yang tidak cukup pada pihak bank. Banker juga memerlukan likuiditas yang cukup untuk memungkinkannya
memberikan pinjaman yang menguntungkan
apabila kesempatan muncul. 44 Pada umumnya kebutuhan likuiditas bank ditentukan oleh adanya beberapa faktor 45, yang meliputi : a. Kewajiban Reserve Kewajiban reserve adalah ratio antara komponen-komponen alat likuid dengan komponen-komponen kewajiban bank yang harus dipelihara bank dalam setiap periode tertentu, sebagaimana terjadi pada beberapa bidang perbankan lainnya, peraturan dibidang kewajiban reserve (statutory reserver reguirement) juga terus menerus merubah bank sentral sebagai otoritas moneter menetapkan kewajiban reserve itu dalam rangka 44
American Institute of Banking. Dasar-dasar Operasi Bank, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1995) hlm.183 45 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari’ah, (Yogyakarta : Ekonisia, 2004) hlm.64
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
pengendalian jumlah uang
beredar, disamping guna mendukung
pelaksanaan prinsip kehati-hatian. b. Tipe dana yang ditarik bank Tipe dana yang ditarik bank merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan estimasi kebutuhan likuiditas bank. Untuk dana investasi mudharabah, kebutuhan likuiditas bank timbul pada tanggal jatuh tempo atas investasi tersebut. Tetapi untuk wadi’ah (giro dan tabungan) kebutuhan likuiditas dapat timbul sewaktu-waktu apabila pemegang wadi’ah ingin menarik kembali sebagian atau seluruh simpanannya. Estimasi kebutuhan likuiditas khususnya yang berkaitan dengan wadi’ah kebanyakan didasarkan atas pengalaman tentang besarnya penarikan dana sehari-hari masa sebelumnya. Selain itu kemungkinan penarikan dana rekening (spreading resources). Besar kecilnya profitability para nasabah menarik dananya secara bersama-sama pada hari yang saama akan tergantung pada luas sempitnya spreading resources tersebut. c. Komitmen bank dalam pembiayaan atau investasi Komitmen bank kepada nasabah atau pihak lain dalam memberikan fasilitas pembiayaan atau melakukan investasi menimbulkan konsekuensi kewajiban bagi bank untuk merealisasikannya. Kewajiban komitmen ini oleh bank dicatat dalam rekening andinistratif. Ketidakmampuan bank untuk merealisasikan komitmen tersebut tidak saja berdampak pada reputasi dan bonafiditas bank, tetapi bank juga berpotensi untuk menghadapi tuntutan permintaan ganti rugi.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Kebutuhan likuiditas sangat berbeda-beda dari bank ke bank. Ini mudah diketahui apabila kita memperhatikan banyaknya
faktor yang
mempengaruhi likuiditas yang dibutuhkan untuk rekening-rekening dan untuk perluasan kredit. Jumlah likuiditas yang diperlukan tidak sama pada waktuwaktu yang berbeda, jika rekening sekarang berada pada tingkat yang tinggi, maka dibutuhkan banyak likuiditas untuk kemungkinan penurunan dari tingkat yang tinggi sampai ke seimbang, jika rekening telah menurun bank membutuhkan sedikit likuiditas. Likuiditas dimaksudkan untuk digunakan dan kebutuhan likuiditas adalah minimum bila rekening berada pada tingkat terendahnya dan maksimum bila rekening berada pada tingkat yang tinggi. Bank yang kekurangan aktiva likuid dapat memenuhi perbedaan ini dengan menjual aktiva lain yang tidak begitu likuid. Tetapi jika ia tidak mempunyai cukup likuiditas ketika kebutuhan meminta, ia dapat rugi besar. Pada waktu sebuah bank mengalami kekurangan aktiva likuid dan harus menjual aktivaaktiva lain, para investor biasanya juga berada dalam kemandekan yang sama, dan meraka juga berusaha menjual aktiva-aktiva jangka panjang mereka. Oleh karena itu bank ini mungkin terpaksa menjual dengan harga rendah. Kelemahan untuk likuiditas yang tidak cukup adalah kerugian modal atas penjualan aktiva tidak likuid dengan harga dibawah harga pembeliannya, atau kemungkinan lain adalah kerugian pendapatan yang sedianya dapat diperoleh
bank
dengan
memberikan
pinjaman
tetapi
tidak
dapat
dilaksanakannya karena kekurangan likuiditas. Kelebihan likuiditas adalah kerugian pendapatan. Bank dapat mencapai likuiditasnya 100% dengan
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
mempertahan semua aktivanya dalam bentuk uang tunai. Memelihara posisi likuid yang berlebih-lebihan biasanya berarti melepaskan daya menghasilkan yang potensial, karena aktiva yang dipegang untuk tujuan likuiditas memberikan hasil yang relatif kecil.
B. Alat likuid yang digunakan untuk mempertahankan tingkat likuiditas Penyebab utama terjadinya tingkat likuiditas tidak seimbang adalah rush. Rush artinya suatu peristiwa dimana nasabah mengambil dana secara besar-besaran, dalam satu hari banyak nasabah yang mengambil dananya tersebut untuk kebutuhan pribadinya. Sedangkan peristiwa rush biasanya terjadi ketika menjalang tahun ajaran baru dan menjalang hari raya idul fitri tiba.46 Maka sebelumnya BMT SM NU menjalankan strategi sederhana untuk meminimalisir terjadinya kekurangan dana, yaitu sebagai berikut : 1. Dengan cara meningkatkan laba ditahan 2. Dana pada kas diambil sekian persen untuk menambah modal atau kerugian 3. Mengumpulkan uang kas sebanyak-banyaknya baik dari pembiayaan nasabah yang macet atau mencari nasabah baru untuk membuka rekening tabungan 4. Menjalankan akad dan monitoring terhadap para nasabah 5. Mengikuti perkembangan moneter.
46
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta : Alvabet, 2003) hlm. 163
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Dengan adanya strategi sederhana tersebut, maka BMT SM NU dapat meminimalisir terjadinya kekurangan dana (risiko likuiditas) dan kegiatan operasional sehari-haripun tetap dapat berjalan secara normal karena dana yang ada di BMT SM NU tetap stabil. Alat-alat likuid yang digunakan BMT SM NU Cabang Kajen untuk mempertahankan tingkat likuiditas adalah sebagai berikut 47 : a. Dana yang bersumber dari BMT itu sendiri Perolehan dana dari sumber BMT itu sendiri (modal sendiri) maksudnya adalah dana yang diperoleh dari dalam BMT. Perolehan dana ini digunakan apabila bank megalami kesulitan untuk memperoleh dana dari luar. Kemudian dana ini dapat pula dicari sesuai dengan tujuan bank, misalnya apabila bank hendak melakukan pelunasan usaha atau menggantikan berbagai sarana dan prasarana yang lama dengan yang baru. Salah satu jenis dana yang bersumber dari BMT itu sendiri adalah modal setor dari pemegang sahamnya. Disamping itu dan yang bersumber dari BMT itu sendiri dapat pula berupa cadangan laba atau laba yang belum dibagi. Adapun pencarian dana yang bersumber dari BMT itu sendiri, terdiri dari : 1. Setoran modal dari pemegang saham, yaitu merupakan modal dari para pemegang saham lama atau pemegang saham baru 2. Cadangan laba, yaitu merupakan laba yang setiap tahun dicadangkan oleh bank dan sementara waktu belum digunakan 47
Hasil Wawancara dengan Bpk. Khairul Anwar, SH., Kepala Unit BMT SM NU Cabang Kajen, Rabu 8 Juni 2011, jam 14.30 WIB
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
3. Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba tahun berjalan tapi belum dibagikan kepada para pemegang saham. Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah mudah untuk memperoleh dana yang diinginkan (relatif kecil), sedangkan kerugiannya adalah untuk jumlah dana yang relatif besar harus melalui prosedur yang relatif lama. b. Dana yang berasal dari masyarakat luas Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasionalnya dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relative paling mudah jika dibandingkan dengan sumber lainnya. Dikarenakan asal dapat memberikan bagi hasil yang relatif tinggi dan dapat memberikan fasilitas menarik lainnya seperti hadiah dan pelayanan yang memuaskan. Keuntungannya dana yang tersedia dimasyarakat tidak terbatas. Kerugiannya adalah sumber dana dari sumber ini relatif lebih mahal jika dibandingkan dari dana modal sendiri. Untuk memperoleh dana dari masyarakat bank dapat menggunakan tiga macam simpanan (rekening), yaitu simpanan giro, simpanan tabungan dan simpanan deposito. Tujuan utama menyimpan uang dalam bentuk rekening giro adalah untuk kemudahan dalam melakukan pembayaran, terutama bagi mereka yang bergelut dalam dunia bisnis dan biasanya pemegang rekening giro tidak begitu memperhatikan bagi hasil yang diberikan. Tujuan
utama menyimpan uang direkening tabungan
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
disamping
kemudahan
untuk
mengambil
uangnya
juga
adanya
pengharapan bagi hasil yang lebih besar jika dibandingkan dengan rekening giro. Tujuan menyimpan uang direkening deposito dengan mengharapkan penghasilan bagi hasil yang lebih besar, hal ini disebabkan bagi hasil deposito yang diberikan kepada deposan paling tinggi dari simpanan lainnya. c. Dana yang bersumber dari lembaga lain Sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas. Perolehan dana sumber ini antara lain dapat diperoleh dari : 1. Bantuan likuiditas Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan bank
Indonesia kepada
bank-bank
yang
mengalami
kesulitan
likuisitasnya. 2. Pinjaman antar bank (call money), pinjaman ini diberikan kepada bankbank yang mengalami kalah kliring. 3. Surat berharga pasar uang (SBPU), dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat. SBPU diterbitkan dan ditawarkan dengan tingkat suku bunga sehingga masyarakat tertarik untuk membelinya.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengelolaan likuiditas merupakan faktor yang sangat penting dalam operasional perbankan, bahkan sangat menentukan bagi kemampuan suatu bank untuk bertahan dan berkembang dalam persaingan usaha yang makin kompetitik. BMT SM NU merupakan suatu lembaga keuangan yang lebih bersifat mikro. Namun sama halnya dengan bank syari’ah lainnya. BMT SM NU wajib menyediakan likuiditas dengan cukup dan mengelolanya dengan baik, karena apabila likuiditas tersebut terlalu kecil maka akan mengganggu kegiatan operasional BMT, namun likuiditas juga tidak boleh terlalu besar karena apabila jumlah likuiditas terlalu besar maka akan menurunkan efisiensi BMT sehingga berdampak pada rendahnya tingkat profitabilitas. BMT SM NU Cabang Kajen memusat pada BMT SM NU Cabang Pekalongan, maka pengelolaan likuiditas ditentukan oleh pusat. Apabila BMT SM NU Cabang Kajen kelebihan dana maka dana tersebut akan disimpan di BMT SM NU pusat untuk diambil kembali sewaktuwaktu apabila BMT SM NU Cabang Kajen kekurangan dana. Dana yang ideal pada BMT SM NU Cabang Kajen adalah 100% dan kreditnya 70%. 2. Alat likuid yang digunakan BMT SM NU Cabang Kajen untuk mempertahankan tingkat likuiditas yang pertama adalah dana yang
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
bersumber dari BMT itu sendiri (modal sendiri), maksudnya adalah dana yang diperoleh dari dalam BMT. Perolehan dana ini digunakan apabila BMT mengalami kesulitan untuk memperoleh dana dari luar. Yang kedua dana yang berasal dari masyarakat luas, sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional BMT dan merupakan ukuran keberhasilan BMT jika mampu membiayai operasionalnya dari sumber dana ini. dan yang ketiga dana yang bersumber dari lembaga lain, dana ini digunakan apabila BMT mengalami kesulitan dan pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas.
B. Saran Kelemahan untuk likuiditas yang tidak cukup adalah kerugian modal atas penjualan aktiva dengan harga di bawah harga pembeliannya, atau kemungkinan lain adalah kerugian pendapatan yang sedianya dapat diperoleh bank dengan memberikan pinjaman tetapi tidak dapat dilaksanakannya karena kekurangan likuiditas. Adapun saran dari penulis untuk BMT, diantaranya : 1. BMT dapat mencapai likuiditasnya 100% dengan mempertahankan semua aktivanya dalam bentuk uang tunai dan memelihara posisinya agar tetapi likuid. 2. Untuk meminimalisir terjadinya kekurangan dana BMT sebaiknya dengan cara meningkatkan laba ditahan. 3. Dana pada kas diambil sekian persen untuk menambah modal atau kerugian.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
4. Mengumpulkan uang kas sebanyak-banyaknya baik dari pembiayaan nasabah yang macet atau mencari nasabah baru untuk membuka rekening tabungan. 5. Mengikuti perkembangan moneter.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
DAFTAR PUSTAKA
America Institute of Banking. 1995. Dasar-dasar Operasi Bank. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Arifin, Zaenal. 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Yogyakarta : Ekonisia Arifin, Zasinul. 2005. Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah. Jakarta : Alvabet Houston. 2002. Manajemen Keuangan. Jakarta : Erlangga Husnan, Suad. 1997. Manajemen Keuangan, Teori Dan Penerapan Keputusan Jangka Pendek. Yogyakarta : BPFE Indah, Sovia Rosa. 2009.
Analisis Manajemen Likuiditas Pembiayaan
Mudharabah. Pekalongan : Perpustakaan STAIN Pekalongan Kasmir. 1999. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. rajagrafindo Persada Muhammad. 2004. Manajemen Dana Bank Syari’ah. Yogyakarta : Ekonisia Nazir, Muhammad Metode Penelitian, Jakarta: Ehalian Indonersia. Purwaningsih, Dewi. 2008. Analisis Likuiditas dan Rentabilitas untuk Menilai Kinerja Perusahaan. Pekalongan : Perpustakaan STAIN Pekalongan Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Yogyakarta : BPFE
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Saputra, Kumianny, 2000. Pengaruh Resiko Sistematis Likuiditas Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Badan-Badan Usaha Yang Go-Public Di Bursa Efek Jakarta Pada Tahun 1999. Surabaya: FE Universitas Kristen Petra Sinungan, Muchdarsyah. Manajemen Dana Bank. Jakarta : PT. Bumi Aksara Sinungan, Muchdarsyah. Strategi Manajemen Bank. Jakarta : PT. Bumi Aksara Soemitra, Andri. 2009. Bank & Lembaga Keuangan Syari’ah. Jakarta : Kencana
Umar, Husaein. 2000. Research Methods in Finance and Banking. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Widyaningsih, 2005. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta : Kencana Brosur Profil BMT SM NU Cabang Kajen Hasil Wawancara dengan Bapak Khoirul Anwar, SH. Kepala Unit BMT SM NU Cabang Kajen, Rabu 8 Juni 2011, jam 14.30 WIB. Petunjuk Pelaksanaan Sistem dan Prosedur Pemberian Kredit / Pembiayaan BMT SM NU Pekalongan
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/