KONSEP PEMBIAYAAN KPRS (KREDIT PERBAIKAN RUMAH SWADAYA) MIKRO SYARIAH BERSUBSIDI MELALUI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH ( STUDI DI BMT HUSNAYAIN ) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh : MEUTIA SARI NIM : 203046101729
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/ 2008 M
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini penulis menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan ini telah penulis cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli penulis atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Mei 2008 M 08 Rabi’ul akhir 1429 H Meutia Sari
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, tiada kata dan bahasa yang pantas penulis curahkan, selain memanjatkan Sang Penguasa Alam Semesta Allah SWT yang telah memberikan secercah kekuatan dan cahaya-Nya kepada penulis, yang pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam tak lupa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat-Nya dan suri tauladan kita dalam aktivitas kehidupan. Dengan kesadaran dan kelemahan yang penulis miliki, penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa dalam melaksanakan skripsi ini banyak rintangan dan hambatan yang selalu menyertai, namun bukan berarti skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya pembimbing dan dukungan baik secara moral maupun materil dari seluruh pihak. Oleh karenanya penulis merasa berkewajiban untuk menghaturkan terimakasih yang tak terhingga kepada: 1. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bpk. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. 2. Ketua Program Studi Muamalah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Euis Amalia, M.Ag.; Sekretaris Program Studi Muamalah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bpk. Ah. Azharuddin
Lathif, M.Ag.; Ketua Program Non-Reguler Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bpk. Drs Djawahir Hejazziey, SH., MA. dan Sekretaris Program Non-Reguler Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bpk. Ahmad Yani, MA., beserta staff dan seluruh dosen yang telah memberi ilmu, membimbing dan mengarahkan penulis sejak masa perkuliahan hingga berakhirnya skripsi ini. 3. Pembimbing skripsi, Bpk Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA dan Bpk Muhammad Maksum, S.Ag, MA. Terima kasih atas waktunya di tengah kesibukan Bapak dalam memberikan bimbingan dan saran bagi penulis. 4. Kepada pihak BMT Husnayain khususnya Bpk. Drs. Komarudin selaku Direktur dan Bpk. Sunarto Bag. Pembukuan, juga Mba eka dan Mba Ifa, yang dengan sangat ramah telah membantu penulis dalam pengumpulan data. 5. Orang Tua tercinta dan tersayang, Ayahanda Drs. Syamsurizal M. Ali dan Ibunda Mariana yang menjadi pendorong utama penyusunan skripsi ini, yang selalu mengharapkan anaknya bisa memakai Toga kebanggaan dengan hasil yang memuaskan atas perjuangan selama kurang lebih 4,5 tahun demi mewujudkan cita-cita walaupun mundur jauh dari target. Terimakasih atas kasih sayang, air mata, pengorbanan dan semua doa-doa yang terpanjatkan untuk penulis. 6. Keluarga Tercinta, Abusyik Usman (terimakasih tYa diBeliin pRinter) dan Alm. Mimi, Om acut (yg Beliin Camdic sbg Hdiah Lulus, kamsamita..) dan Om aye’ (yg sLLu bgun mLm diKala TyA mau Sidang, syukron), Bang Agam dan Kamal (trimaksih atas kecerewetanya). Mereka semua orang yang berjasa dan memiliki pengaruh besar dalam
proses kehidupan penulis. Dorongan berupa semangat yang tertuang melalui doa, daya dan upaya selalu dicurahkan untuk penulis. 7. ”Buatlah dirimu berharga didepan 1 cinta...dengan mengabdi pada 1 hati... dan setialah pada 1 nama yang mampu membuat mu bahagia & berikan cinta itu pada org yg kamu cintai” ......... (: Wahyu Mikurazon / aCon :)......... 8. Oia, bUat Teman-teman PS.C: dHonie (jeNg, mKsh ya aTs sUppoRtnY mLrng Qu NnTn dVd KoreA ”Daadanhi Gomapsumnida ;) ChoIr/@moY...(tMn sPerjuangan Munaqosah..fiGhting ;) oW_neNg (sIbuk kRJa bu..jGn lp sKripSi ;) mBa yU’Lis (kPn NyUsul mUnaQosah??), seeRti (mksh reNtalnyA uNi...). dan yg lain Ifa, Bunda Eis, Mami IstY, UuT, Nit@, panJi, yA2t, SobAt, gUdeNk, BabE, wAiz, wIdi..tRims 4 aLL. Demikian ucapan terima kasih penulis haturkan kepada seluruh pihak, semoga Allah SWT membalas dan melipatgandakan jasa dan kebaikan kalian. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya, terutama bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Mohon maaf atas segala kekurangannya, semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Jakarta, 14 Mei 2008 M 08 Rabi’ul Akhir 1429 H
Penulis
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN SESUAI KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 158 / 1987 Nomor: 0543 b/U/1987 A. Konsonan Tunggal Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dengan huruf dan tanda sekaligus. Di bawah ini daftar huruf Arab itu dan transliterasinya dengan hurup latin.
HURUF NAMA
HURUF LATIN
NAMA
ا
Alif
-
Tidak dilambangkan
ب
Ba’
b
Be
ت
Ta’
t
Te
ث
Ś
Ś
s (dengan titik di atas)
ج
Jim
J
Je
ح
Ha’
h
Ha (dengan titik di bawah)
خ
Kha’
khu
ka dan ha
د
Dal
d
De
ARAB
ذ
Żal
Ż
Zet (dengan titik di atas)
ر
Ra’
R
Er
ز
Zai
z
Zet
س
Sin
s
Es
ش
Syin
sy
es dan ye
ص
Şad
Ş
es (dengan titik di bawah)
ض
Dad
d
de (dengan titik di bawah)
ط
Ţa’
Ţ
te (dengan titik di bawah)
ظ
Za’
z
zet (dengan titik di bawah)
ع
‘ain
‘
koma terbalik (di atas)
غ
gain
G
Ge
ف
fa’
F
Ef
ق
qaf
Q
Ki
ك
kaf
K
Ka
ل
lam
L
El
م
mim
M
Em
ن
nun
N
En
و
wawu
W
We
هـ
ha’
H
Ha
ء
hamzah
..‘.
Apostrof
ي
ya
Y
Ye
B. Vokal (tunggal dan lengkap) Vokal bahasa Arab, sama seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal (monoftong) dan vokal rangkap (diftong). 1. Vokal Tunggal Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harokat, transliterasinya sebagai berikut: Tanda
Nama
Huruf latin
Nama
َـ
Fathah
a
u
ِـ
Kasrah
i
ُـ
Dammah
u
i
u
2. Vokal Rangkap Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf. Tanda dan
Nama
Tanda dan Huruf
Nama
Au
A dan U
Ai
A dan I
Huruf
ْو.....َ ي ْ ....َ
Fathah dan wawu Fathah dan ya
harokat
Contoh:
ﺐ َ َآ َﺘ
Kataba
ﺳ ِﺌ َﻞ ُ
Su'ila
َﻓ َﻌ َﻞ
Fa'ala
ﻒ َ َآ ْﻴ
kaifa
ُذ ِآ َﺮ
zukira
َه ْﻮ َل
Haula
ﺐ ُ َﻳ ْﺬ َه
Yazhabu
C. Maddah Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harokat atau huruf, transliterasinya berupa huruf atau tanda. Harakat dan Huruf
Nama
Huruf dan Tanda
Nama
ي َ .. َا....
Fathah, alif dan
ي ِ ....
Kasrah dan Ya
Ī
ُو.....
Dummah dan Ya
Ū
ﻗَﺎ َل
qāla
ِﻗ ْﻴ َﻞ
qīla
ﻲ ْ َر َﻣ
ramā
َﻳ ُﻘ ْﻮ ُل
yaqūlu
Ya
Ā
A dan garis di atas I dan garis di atas U dan garis di atas
Contoh:
D. Ta Marbutah Transliterasi untuk Ta Marbutah ada dua : 1. Ta Marbutah hidup ta Marbutah yang hidup atau yang mendapat harokat fathah, kasroh, dan dummah. Transliterasinya adalah /t/. 2. Ta Marbutah mati ta Marbutah yang mati atau mendapat harokat sukun, transliterasinya adalah /t/. 3. Kalau pada kata terakhir dengan ta Marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta Marbutah itu transliterasinya dengan /h/. Contoh:
ﻃﻔَﺎ ِل ْ ﺿ ُﺔ ا َﻷ َ َر ْو
raudah al-atfāl raudatul atfāl
اَﻟ َﻤ ِﺪ ْﻳ َﻨ ُﺔ اﻟ ُﻤ َﻨ ﱠﻮ َر ُة
al-madīnah al-munawwarah al-madīnatul-munawwarah
ﺤ ْﺔ َ ﻃ ْﻠ َ
Talhah
E. Syaddah (Tasydid) Syaddah yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan sebuah tanda yaitu syaddah atau tasydid, dalam tranliterasi ini tanda syaddah dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang diberi syaddah itu. Contoh:
َر ﱠﺑﻨَﺎ
Rabbanā
ﺞ ّ اﻟﺤَـ
al-hajj
َﻧ ﱠﺰ َل
Nazzala
ُﻧ ﱢﻌ َﻢ
Nu"ima
F. Kata Sandang (di depan hurup syamsiah da qamariah) Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan tanda
ال
namun dalam transliterasi ini tidak dibedakan antara kata
sandang yang
bersambung dengan huruf qomariah atau syamsiyyah Contoh:
ﺟ ُﻞ ُ اﻟﺮﱠ
Arrajulu
اﻟ َﻘ َﻠ ُﻢ
Alqalamu
اﻟﺴﱠﻴﱢﺪَ ُة
assayyidatu
اﻟ َﺒ ِﺪ ْﻳ ُﻊ
Albadī'u
G. Hamzah Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof. Namun itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak ditengah atau di akhir kata. Apabila terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh:
ن َ ﺧ ُﺬ ْو ُ َﺗ ْﺄ
Ta'khużūna
ن ْ ِإ
Inna
اﻟﻨﱠ ْﻮ ُء
An-nau'
ت ُ ُأ ِﻣ ْﺮ
Umirtu
ﻲ ٌء ْ َﺷ
Syai'un
َأآَـ َﻞ
Akala
H. Penulisan Kata Pada dasarnya setiap kata baik fi’il atau kata kerja, isim maupun huruf, ditulis terpisah. Hanya kata-kata terentu penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim, dirangkaikan dengan kata lain. Hal ini karena ada huruf atau harokat yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini penulissan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh:
ﻦ َ ﺧ ْﻴ ُﺮ اﻟﺮﱠا ِز ِﻗ ْﻴ َ ن اﷲ َﻟ ُﻬ َﻮ ْ َو ِإ
Wa innallāha lahua khair arrāziqīn Wa innallāha lahua khairurrāziqīn
ن َ َﻓ َﺄ ْوﻓُﻮا ا ْﻟ َﻜ ْﻴ َﻞ َو ا ْﻟ ِﻤ ْﻴﺰَا
Fa aufūl al-kaila wa-almīzān Fa aufūl-kaila wal-mīzān
ﺨﻠِﻴﻞ َ ِإ ْﺑﺮَا ِه ْﻴ ُﻢ اﻟ
Ibrāhīm al-khalīl Ibrāhīmul-khalīl
ﺠﺮَاهَﺎ َو ُﻣ ْﺮﺳَﺎهَﺎ ْ ﷲ َﻣ ِ ﺴ ِﻢ ا ْ ِﺑ
Bismillāhi majrehā wa mursāhā
ﻦ ِ ﺖ َﻣ ِ ﺞ ا ْﻟ َﺒ ْﻴ ﺣﱡ ِ س ِ َو ِﻟﱠﻠ ِﻪ ﻋَﻠَﻲ اﻟﻨﱠﺎ
Walillāhi 'alan-nāsi hijju al-baiti
ﻼ ً ﺳ ِﺒ ْﻴ َ ع ِإ َﻟ ْﻴ ِﻪ َ ﺳ َﺘﻄَﺎ ْ ا
manistatā'a ilaihi sabīla Walillāhi 'alan-nāsi hijjul-baiti manistatā'a ilaihi sabīla
I. Pemakaian Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti yang berlaku dalam ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, antara lain digunakan untuk menulis awal nama diri dan permulaan kalimat. Apabila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang
ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut. Bukan huruf awal kata sandang. Contoh:
َو ﻣَﺎ ُﻣﺤَ ﱠﻤ ٌﺪ ِإ ﱠﻻ َرﺳُﻮ ٌل
Wa mā Muhammadun illā rasūl
ن ا ْﻟﺬِي ُأ ْﻧ ِﺰ َل ِﻓ ْﻴ ِﻪ َ ﺷ ْﻬ ُﺮ َر َﻣﻀَﺎ َ
Syahru Ramadāna al-lazī unzila fīh
ن ُ ا ْﻟ ُﻘﺮْﺁ
al-Qur'ānu Syahru Ramadānal-lazī unzila fīhil Qur'ānu
س ِ ﺿ َﻊ ﻟِﻠﻨﱠﺎ ِ ﺖ ُو ٍ ن َأ ﱠو َل َﺑ ْﻴ ِإ ﱠ
Inna awwala baitin widia linnāsi
J. Tajwid Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman transliterasi ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan ilmu Tajwid. Karena itu, peresmian pedoman transliterasi ini perlu disertai dengan pedoman tajwid.
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
i
PEDOMAN TRANSLITERASI
iv
DAFTAR ISI
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
8
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
9
D. Kajian Pustaka
10
E. Metode Penelitian
12
F. Sistematika Penulisan
15
TINJAUAN TEORITIS A. Pembiayaan Murabahah 1. Pengertian
17
2. Landasan Syari’ah/Hukum
21
3. Rukun dan Syarat
25
4. Aplikasi dan skema pembiayaan
28
5. Perbedaan murabahah dengan pembiayaan konsumen (consumer finance)
29
B. Lembaga Keuangan Mikro Syariah 1. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro Syariah
34
2. Manajemen Lembaga Keuangan Mikro Syariah
37
3. Peranan Lembaga Keuangan Mikro Syariah
40
4. Tujuan Lembaga Keuangan Mikro Syariah
42
BAB III GAMBARAN UMUM BMT HUSNAYAIN
A. Profil Singkat BMT Husnayain
45
B. Visi, Misi dan Motto BMT Husnayain
47
C. Struktur Organisasi BMT Husnayain
47
D. Produk-Produk BMT Husnayain
49
E. Wilayah Penyaluran Dana BMT Husnayain
54
F. Kerjasama Dengan Pihak Lain
54
BAB IV ANALISIS KONSEP PEMBIAYAAN KPRS MELALUI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARI’AH BMT HUSNAYAIN A. Konsep Pembiayaan KPRS
56
B. Aplikasi Pembiayaan KPRS 1. Syarat-syarat calon pemohon pembiayaan KPRS
58
2. Prosedur pembiayaan KPRS
60
3. Sasaran pembiayaan KPRS
63
C. Analisis Kesesuaian Konsep Pembiayaan KPRS berdasarkan Prinsip Syariah melalui BMT Husnayain BAB V
67
PENUTUP A. Kesimpulan
69
B. Saran
71
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), dan Keputusan Presiden Nomor 124 tahun
2001 jo Nomor 8 tahun 2002 dan Nomor 34 tahun 2002 tentang Komite Penanggulangan Kemiskinan, pemerintah telah secara tegas menetapkan bahwa penanggulangan kemiskinan merupakan prioritas tertinggi. Sehubungan dengan itu, Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat memprioritaskan koordinasi kebijakan dalam penanggulangan kemiskinan jangka panjang (2004-2015). Percepatan penanggulangan kemiskinan merupakan tanggung jawab semua pihak baik pemerintah maupun swasta. Salah satu upaya mempercepat pengendalian kemiskinan dapat melalui penyadaran dan pembelajaran kepada masyarakat berpenghasilan rendah untuk dapat menumbuhkembangkan usahanya. Kelemahan yang selama ini terjadi pada masyarakat berpenghasilan rendah adalah kesulitan dalam mengakses permodalan di lembaga keuangan bank. Lembaga keuangan yang ada selama ini tidak menjangkau pembiayaan skala kecil apalagi ditunjang dengan persyaratan yang ada di bank tidak dapat dipenuhi oleh masyarakat berpenghasilan rendah.1 Seiring berjalannya waktu, beberapa lembaga keuangan tumbuh dan berkembang pesat di Indonesia, yaitu Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang 1
M. Amin Aziz, Pedoman Pendirian BMT (Jakarta: PINBUK PRESS, 2004), h.25.
mempunyai kedudukan sangat penting sebagai lembaga ekonomi Islam berbasis syariah ditengah proses pembangunan Nasional. Berdirinya Lembaga Keuangan Syariah (LKS) merupakan implementasi dari pemahaman umat Islam terhadap prinsipprinsip muamalah dalam prinsip hukum ekonomi Islam yang selanjutnya direpresentasikan dalam bentuk perantara ekonomi Islam sejenis lembaga keuangan syariah bank dan non-bank. Upaya untuk menjalankan ekonomi rakyat dalam rangka menjalankan amanat rakyat yang diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi nasional agar terwujud pengusaha menengah yang kuat dan besar jumlahnya, serta terbentuknya keterkaitan dan kemitraan yang saling menguntungkan antara usaha kecil, menengah dan koperasi, penetapan kebijaksanaan dasar strategi dan program yang tepat akan mempercepat pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi yang berarti akan mempercepat pula upaya untuk mewujudkan demokrasi ekonomi. Strategi dasar yang perlu dikembangkan untuk memberdayakan ekonomi rakyat meliputi perlunya keberpihakan dalam bentuk political will, penciptaan iklim yang kondusif dan pemberian bantuan serta penguatan kualitas SDM. Sementara strategi dan program pendampingan perlu dikembangkan dengan berangkat dari kendala dan kelemahan yang masih dihadapi oleh usaha kecil, menengah dan koperasi.2 Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa lembaga keuangan bank maupun non bank yang bersifat formal dan beroperasi di pedesaan, umumnya tidak dapat
2
Baihaqi, Pokok-Pokok Kesepahaman Antara Dirjen Bangda Depdagri Dengan Pinbuk Sebagai Upaya Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Dalam Rangka Pembangunan Daerah (Jakarta: Bangda DEPDAGRI 1997), h. 21.
menjangkau lapisan masyarakat dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Ketidakmampuan tersebut terutama dalam sisi penanggungan resiko dan biaya operasi dalam identifikasi usaha dari pemantauan penggunaan kredit yang layak usaha. Ketidakmampuan lembaga keuangan ini penyebab terjadinya kekosongan pada segmen pasar keuangan di wilayah pedesaan. Kekosongan ini diisi oleh lembaga keuangaan illegal yaitu para Renternir dengan mengunakan sistem suku bunga yang tinggi. Untuk menanggulangi kejadian-kejadian seperti ini perlu adanya suatu lembaga yang mampu menjadi jalan tengah. Wujud nyatanya adalah dengan memperbanyak pengoperasian lembaga keuangan berprinsip bagi hasil, yaitu: BPRS dan BMT. Dari sekian banyak lembaga keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan lembaga ekonomi Islam yang dibangun berbasis keumatan, sebab dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat.3 Baitul maal wat Tamwil (BMT) pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep ekonomi Islam terutama dalam bidang keuangan. Istilah Baitul Maal telah ada sejak zaman Rasulullah, meskipun keberadaannya belum berbentuk lembaga yang permanen seperti sekarang dan hanya tatanan praktis. Kelembagaan Baitul Maal secara mandiri sebagai lembaga ekonomi yang berdiri pada masa Umar bin Khattab atas usulan ahli fiqh bernama Walid bin Hisyam.4 Baitul Maal wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul Maal dan Baitul Tamwil. Baitul Maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan
3
Hendi Suhendi, dkk,. BMT dan Bank Islam Instrumen Lembaga Keuangan Syariah (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), h.5. 4
Pusat pengkajian dan Pengembangan Usaha Kecil, Pendidikan dan Pelatihan Baitulmaal Wa Tamwil (tt: PSUK, 1995), h.1.
penyaluran dana yang non-profit, seperti: zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan Baitul Tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersil. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarat kecil berlandaskan syariah.5 BMT sebagai lembaga keuangan syariah non-bank yang sifatnya informal. Disebut informal karena lembaga ini didirikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang berbeda dengan kelembagaan keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya. Bila dijalankan dengan baik BMT sangatlah efektif untuk menjangkau masyarakat miskin, sesuai dengan kapasitas lembaganya. Mulai dari kelompok fakir miskin yang bisa memperoleh manfaat dari baitulmaal melalui pinjaman kebajikan (qordul hasan) yang bersumber dari dana zakat, infak, sodaqoh, maupun para pengusaha gurem yang selama ini kesulitan untuk mengakses kredit dari bank akan lebih mudah memperoleh pembiayaan dari BMT. Inilah konsep implementatif yang secara nyata layak diharapkan untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi sosial ini merupakan manifestasi prinsip perekonomian
Islam
yang
menekankan
pada
keadilan,
kepedulian,
dan
pemerataan/distribusi pendapatan, sehingga lebih menjamin hubungan yang harmonis antarkelas masyarakat. Di Indonesia lembaga keuangan Baitul Mal wa Tamwil (BMT) sebagai lembaga simpan pinjam, dalam formalitasnya BMT mengikuti ketentuan UU Nomor
5
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah “Deskripsi dan Ilustrasi”(Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h.96.
10 tahun 1998 beserta ketentuan pelaksananya seperti Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992 yang mengatur mengenai bank dengan prinsip bagi hasil. BMT berbentuk koperasi simpan pinjam merupakan unit usaha otonom yang hanya menaungi kegiatan simpan pinjam, akan tetapi bila usahanya selain dari koperasi simpan pinjam, seperti koperasi serba guna, maka BMT dapat melaksanakan kegiatan otonom dari unit simpan pinjam yang ada. Hal ini tertulis dalam UU Nomor 25 tahun 1992 tentang pengoperasian dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1999 tentang pelaksana kegiatan usaha koperasi.6 Sebelum menjalankan usahanya, BMT mesti mendapatkan sertifikat operasi dari PINBUK. PINBUK merupakan salah satu lembaga swadaya masyarakat yang memiliki kepedulian untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia. PINBUK sebagai lembaga primer karena prakteknya, PINBUK menetaskan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Sementara itu, PINBUK sendiri mesti mendapat pengakuan dari Bank Indonesia (BI) sebagai lembaga pengembangan swadaya masyarakat yang mendukung program proyek hubungan Bank Indonesia dengan kelompok swadaya masyarakat. Selama ini, perkembangan BMT di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peran Pusat Inkubasi Usaha Kecil (PINBUK) yang secara kelembagaan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) didampingi atau didukung PINBUK dalam hal mendorong pendirian BMT-BMT di Indonesia. Dan pada gilirannya BMT merupakan reprentasi
6
Baihaqi Abd Madjid dan Saifuddin A Rosyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan sistem Syariah: perjalanan gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia (Jakarta: PINBUK, 2000).
dari kehidupan masyarakat dimana BMT itu berada, dengan jalan ini BMT mampu mengakomodir kepentingan ekonomi masyarakat.7 Kebutuhan primer masyarakat adalah Rumah. Setiap manusia akan berusaha untuk memenuhi setiap kebutuhannya. Akan tetapi, untuk kebutuhan rumah layak huni tidak semua masyarakat dapat memenuhinya dikarenakan mahalnya harga bahan bangunan yang menjadi hambatan bagi sebagian masyarakat dalam menjaga agar rumah mereka tetap layak huni di tengah berbagai kerusakan akibat cuaca yang kurang bersahabat. Melihat kondisi tersebut, salah satu kebijakan yang baru direalisasikan pemerintah
dalam
06/PERMEN/M/2007
Peraturan
Menteri
adalah
Negara
mengalokasikan
Perumahan subsidi
Rakyat
perumahan
Nomor: untuk
kepemilikan/pembangunan/perbaikan Rumah Sederhana Sehat (RSH) bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), baik konvensional maupun dengan prinsip syariah, melalui perbankan/lembaga keuangan non bank/koperasi yang bertujuan untuk membantu masyarakat yang mengalami kesulitan biaya agar dapat melakukan renovasi rumah mereka sehingga layak huni. Sebagaimana diketahui, bahwa sesuai dengan Undang Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998, Indonesia menganut dual banking sistem yakni perbankan konvensional dan perbankan syariah, oleh karena itu pemerintah senantiasa berupaya mengembangkan sistem pembiayaan kepemilikan/ pembangunan/perbaikan rumah bersubsidi baik dengan sistem konvensional maupun dengan prinsip syariah. Upaya
7
M. Sholahudin, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Islam (Surakarta: Muhamadiyah University Press, 2006), h.75.
tersebut dilakukan untuk memberikan pilihan kepada masyarakat luas dalam memperoleh Rumah Sederhana Sehat (RSH). Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.02/2005 telah membuka peluang bagi lembaga bank, lembaga keuangan non bank, dan koperasi untuk menjadi Lembaga Penerbit Kredit/Pembiayaan yang dapat berpartisipasi
dalam
melaksanakan
kebijakan
subsidi
perumahan.
KPRS
(Kredit/pembiayaan Perbaikan Rumah Swadaya) Mikro Syariah Bersubsidi dengan prinsip syariah adalah pembiayaan yang diterbitkan oleh Lembaga Penerbit Pembiayaan yang telah beroperasi dengan prinsip syariah kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam rangka memfasilitasi pembangunan atau perbaikan rumah yang telah dimiliki yang dilakukan secara swadaya. Subsidi ini ditujukan bagi keluarga/rumah tangga yang baru pertama kali memiliki rumah atau baru pertama kali menerima subsidi perumahan dan termasuk ke dalam MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah). Adapun Perjanjian Kerjasama Operasional (PKO) antara Kementerian Negara Perumahan Rakyat dengan lembaga keuangan mikro syariah / Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dalam melaksanakan program KPRS Mikro Syariah Bersubsdi ini adalah BMT Husnayain Pasar Rebo sebagai perwakilan daerah DKI Jakarta. Terdorong dari pemikiran inilah, penulis mencoba untuk menyusun sebuah tulisan dalam bentuk skripsi dengan judul “ Konsep Pembiayaan KPRS (Kredit/pembiayaan Perbaikan Rumah Swadaya) Melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi di BMT Husnayain Pasar Rebo) ”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah Mengingat banyaknya bmt-bmt yang bermunculan sekarang ini, maka penulis hanya akan meneliti pada BMT Al-Husnayain Pasar Rebo. Agar permasalah yang dibahas dalam skripsi ini tidak meluas maka penulis membatasinya pada permasalahan Konsep Pembiayaan KPRS (Kredit/pembiayaan Perbaikan Rumah Swadaya) Melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Perlu diketahui bahwa pembiayaan KPRS pada BMT Husnayain adalah (Kredit/Pembiayaan Perbaikan Rumah Swadaya). Namun, disini penulis tetap menggunakan istilah yang lebih umum yaitu KPRS. 2. Perumusan Masalah Dalam merealisasikan batasan masalah di atas, maka penulis mencoba merumuskan masalah untuk memudahkan dalam pembahasan selanjutnya. Adapun rumusan masalah yang akan dirumuskan adalah sbb: 1. Bagaimanakah konsep pembiayaan KPRS melalui lembaga keuangan mikro syariah di BMT Husnayain Pasar Rebo? 2. Siapa saja sasaran dari pembiayaan KPRS melalui lembaga mikro syariah di BMT Husnayain Pasar Rebo? 3. Apakah pembiayaan KPRS yang dipraktekkan BMT Husnayain Pasar Rebo telah sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah ynag telah dirumuskan oleh penulis di atas maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini diantaranya:
1. Untuk mengetahui konsep pembiayaan KPRS melalui lembaga Keuangan Mikro pada BMT Husnayain Pasar Rebo. 2. Untuk mengetahui sasaran dari pembiayaan KPRS melalui Lembaga Mikro Syariah di BMT Husnayain Pasar Rebo. 3. Untuk mengetahui
pembiayaan KPRS pada BMT Husnayain apakah telah
sesuai dengan prinisp syari’ah. Adapun manfaat dari hasil penulisan skripsi ini adalah 1. Manfaat teoritis: hasil ini diharapkan berguna bagi kalangan pelajar, mahasiswa, dan akademis lain. 2. Manfaat praktis: hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pelaku-pelaku ekonomi Islam yang bergerak pada Baitul Mal wat Tamwil agar sesuai dengan misi dan visi. 3. Manfaat kebijakan: hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada lembaga-lembaga yang terkait dengan permasalahan ini.
D. Kajian Pustaka Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan, penulis melihat bahwa masalah pokok penelitian ini tampaknya sangat penting dan prospektif. Karena penelitian mengenai pembiayaan KPRS ini melalui Lembaga keuangan mikro syaraiah belum pernah ada yang membahas tentang ini sebelumnya, akan tetapi sudah ada yang membahas mengenai KPR Syariah (Kredit Kepemilikan Rumah) pada lembaga keuangan perbankan syariah. Adapun judul skripsi
terdahulu yang membahas tentang KPR Syariah adalah Adapun kajian pustaka yang di gunakan adalah: 1.
Dian Lestari (2006) melakukan penelitian tentang Analisa Pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR) pada BTN Syariah kantor cabang syariah JakartaHarmoni. Kesimpulan: pembiayaan KPR Syariah merupakan praktik murabahah dengan pesanan. Bila semua rukun dan syarat pada akad-akad dalam pembiayaan ini terpenuhi sempurna maka dapat dikatakan bahwa transaksi tersebut sah. Maka praktik KPR Syariah dinilai sah dan sesuai dengan syara’.
2.
Mahfudin (2007) melakukan penelitian tentang kesesuaian aplikasi jual-beli murabahah dalam pembiayaan KPR Syariah. Studi Pada Unit Usaha Syariah PT. Bank Permata Tbk. Kesimpulan: biaya kredit dalam pembiayaan bank syariah berdasarkan murabahah atau mark-up harga adalah pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan pembiayaan berdasarkan bunga tetap (fixed). Yaitru pad sisi factor yang mempengaruhi kedaunya, pembagian resiko, hubungan antara bank dan nasabah, dan juga pada penyelesaian hutang bagi nasabah akan dikenakan sanksi apabila telat membayarnya. Dari kedua penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh sdra. Mahfudin dan
sdri. Dian Lestari ternyata memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan. Adapun persamaan yang penulis maksudkan yaitu sama-sama berkaitan dengan pembiayaan Murabahah. Sedangkan letak perbedaannya yaitu maksud KPRS bagi
penulis adalah (Kredit/pembiayaan Perbaikan Rumah Swadaya) pada lembaga keuangan mikro syariah. Menurut sdra. Anwari dan sdri. Dian Lestari KPR Syariah (Kredit Kepemilikan Rumah) pada lembaga Perbankan. Jadi penelitian yang sudah ada pada bagian pengertian KPRS-lah yang membedakannya.
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi lapangan (field research), yaitu dengan objek penelitiannya adalah BMT Husnayain Pasar Rebo. Dan juga penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research), yaitu dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, sumber bacaan lainnya yang berkaitan dengan pembahasan. Penelitian ini bersifat deskriptif-analisis 2.
Jenis Data
a.
Data Primer: data yang diperoleh langsung oleh peneliti dalam proses penelitian. Data primer ini diperoleh melalui informasi dan data-data yang terkait dengan penelitian yang berasal dari BMT seperti wawancara langsung terhadap pihakpihak yang bersangkutan, dan literature-literatur lainnya.
b. Data Sekunder: buku, karya ilmiah, dokumen-dokumen dan lainnya. 3. Sumber Data a. Primer: data yang diperoleh secara langsung dari sumber data atau dari hasil penelitian lapangan. Penulis secara langsung mengadakan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dengan masalah ini yaitu Bpk. Drs. Komaruddin selaku Direktur BMT Husnayain Pasar Rebo.
b. Sekunder: data yang diterima melalui studi dokumentasi yang ada hubungannya dengan materi skripsi ini. Penulis melakukan studi kepustakaan dengan melakukan kunjungan ke berbagai perpustakaan untuk mencari data dari berbagai literatur. 4. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam pengumpulan data skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: a. Penelitian kepustakaan (library research), merupakan data sekunder yang digunakan untuk mendukung data primer, dalam hal ini penulis mengadakan penelitian terhadap literatur yang ada kaitannya dengan penulisan skripsi ini, literatur ini berupa buku, majalah, surat kabar, internet, dan lain-lain yang berkaitan dengan tema skripsi tersebut. b. Penelitian Lapangan (field research), data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah jenis data primer, yaitu data yang diperoleh dari BMT. Dengan metode ini penulis memperoleh data dan informasi tentang Konsep KPRS melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1) Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap fenomene-fenomena yang diselidiki.8 Hal-hal yang dilakukan dalam observasi adalah mengenai keadaan yang sebenarnya terjadi di lokasi penelitian yang berkaitan dengan pembiayaan KPRS.
8
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, cet-XXI, (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), h. 132.
2) Dokumentasi yaitu mengumpulkan data berdasarkan dokumen-dokumen tentang KPRS yang ada pada BMT Husnayain dan laporan-laporan lain yang terkait dengan masalah penelitian. 3) Wawancara (interview), sumber data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang didapatkan dari lapangan atau pengumpulan data dengan melakukan interview kepada pihak-pihak yang dapat memberikan informasi untuk penelitian ini. 5. Teknik Analisa Data Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan penelitian kualitatif yag bersifat deskriptif, yakni penelitian yang menggambarkan data dan informasi berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh di lapangan mengenai konsep KPRS pada BMT Husnayain. 6. Teknik Penulisan Adapun sistem penulisan skripsi ini, mengacu kepada “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Isalam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penulisan dan pembahasan skripsi ini, penulis akan membagi bahasan kedalam lima bab untuk mengemukakan hal-hal yang dianggap penting dan berkaitan dengan judul penulisan yang secara garis besar adalah sebagai berikut: BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab ini mencakup: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penelitian dan teknik penulisan, kajian pustaka serta sistematika penulisan. BAB II
TINJAUAN TEORITIS Dalam bab ini akan dibahas tentang pengertian pembiayaan murabahah, landasan syariah, aplikasi, skema pembiayaan Pengertian lembaga keuangan mikro syariah, manajemen lembaga keuangan mikro syariah, peranan, dan tujuan.
BAB III GAMBARAN UMUM BMT HUSNAYAIN Dalam bab ini akan diuraikan tentang : sejarah berdirinya, visi, misi dan motto, stuktur organisasi, produk-produk BMT Husnayain, Wilayah penyaluran dana BMT Husnayain dan Kerjasama dengan pihak lain. BAB IV
ANALISIS KONSEP PEMBIAYAAN KPRS MELALUI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH dalam bab ini membahas tentang : Konsep pembiayaan KPRS. Aplikasi pembiayaan KPRS melalui
LKMS : syarat-syarat calon pemohon
pembiayaan KPRS, prosedur pelaksanaan pembiayaan KPRS dan sasaran pembiayaan KPRS. Analisis kesesuaian konsep KPRS dengan prinsip syariah melalui lembaga keuangan mikro syari’ah pada BMT Husnayain BAB V
PENUTUP
Bab ini mencakup tentang: kesimpulan dan saran
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARI’AH
A. Pembiayaan Murabahah 1. Pengertian Pembiayaan Murabahah Secara etimologis Murabahah berasal dari kata رﺑﺤﺎ-ﻳﺮﺑﺢ- رﺑﺢyang berarti beruntung. Dengan kata lain mengusahakan keuntungan dalam perdagangan. Jadi murabahah adalah saling menguntungkan9 Secara terminologis, Murabahah adalah suatu bentuk jual beli dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian penjual mensyaratkan keuntungan dalam jumlah tertentu.10 Dalam beberapa Kitab Fiqh, Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah. Murabahah terlaksana antara penjual dan pembeli berdasarkan harga barang, harga asli pembelian penjual yang diketahui oleh pembeli dan keuntungan penjual pun diberitahukan kepada pembeli.11 Di dalam Kamus Istilah Fiqh sendiri dijelaskan bahwa murabahah adalah suatu bentuk jual-beli barang dengan tambahan harga (cost plus) atas dasar harga
9
Mahmud Yunus, kamus arab-Indonesia, (Jakarta: Hidayakarya Agung, 1990), cet ke-8, h. 136
10
Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam: Suatu Pengantar, (Jakarta: Kalam Mulia, 1995), jilid 2, h. 70.
11
Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press, 2005), h.14.
pembelian yang pertama secara jujur.12 Dalam Daftar Istilah Buku Himpunan Fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) yang dimaksud murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.13 Sedangkan dalam PSAK 59 tentang Akutansi Perbankan Syariah paragraf 52 dijelaskan bahwa murabahah adalah akad jual-beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.14 Hal yang sama didefinisikan oleh Praktisi Perbankan Adiwarman Karim yaitu Murabahah adalah suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati. Misalnya, seseorang membeli barang kemudian menjualnya dengan keuntungan tersebut dapat dinyatakan dengan nominal rupiah atau dalam bentuk persentase dari harga pembeliannya, misalnya 10% atau 20%.15 Muhammad mendefinisikan murabahah adalah suatu perjanjian jual beli antara bank dengan nasabah, dimana pihak bank membeli barang yang diperlukan nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yabg bersangkutan sebesar
12
M. Abd. Mujieb, et. Al., Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994), cet ke-2,. h.225.
13
Dewan Syariah Nasional MUI, Himpunan Fatwa DSN untuk Lembaga Keuangan Syari’ah, (Penerbit Dewan Syari’ah Nasional Majlis Ulama dan Bank Indonesia), h. 21. 14
15
Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press, 2005), cet ke 1, h.14
Adiwarman Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.86.
harga perolehan ditambah dengan margin (tingkat keuntungan) yang disepakati antara bank dan nasabah.16 Sementara itu, dari sudut pandang Muhammad syafi’i Antonio menjelaskan bahwa bai al-Murabahah itu adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah penjual harus memberitahu harga pokok yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan dengan tambahannya. Prinsip murabahah umumnya diterapkan dalam pembiayaan pengadaan barang investasi. Murabahah sangat berguna bagi seseorang yang membutuhkan barang secara mendesak tetapi kekurangan dana. Lalu kemudian meminta kepada pihak yang memberi dana (dalam kasus ini, BMT) agar membiayai pembelian barang tersebut dan bersedia menebusnya pada saat barang diterima. Harga jual didalam murabahah adalah harga pokok ditambah profit margin (tingkat keuntungan) yang disepakati. Dalam transaksi jual beli murabahah ini BMT bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Kesepakatan harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan tidak dapat berubah menjadi lebih mahal selama berlakunya akad.17 Yang membedakan dengan jenis jual beli lain adalah keharusan memberitahukan harga pokok suatu barang kepada nasabah.
16
17
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: Ekonisia, UII, 2004), h. 201.
Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Cabang Bank Syari’ah, (Jakarta: Bank Indonesia, 1999), h. 33.
Dari berbagai pengertian murabahah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa murabahah adalah akad jual beli barang yang bersifat amanah, dimana dalam hal ini lembaga keuangan selaku pihak penjual harus menyebutkan dengan jelas harga perolehan dan keuntungan yang akan disepakati oleh penjual dan pembeli. Karena dalam murabahah ini ditentukan berapa tingkat keuntungan yang diperoleh. Adapun sistem pembayarannya dapat dilakukan baik secara tunai maupun dicicil. Dalam pelaksanaanya lembaga keuangan memberi kekuasaan penuh kepada nasabah untuk membeli barang yang diperlukan. Selanjutnya, pada saat yang bersamaan lembaga keuangan menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga asal ditambah sejumlah keuntungan yang disepakati dan dibayarkan oleh nasabah pada jangka waktu tertentu, sesuai dengan kesepakatan antara lembaga keuangan dan Nasabah. Dalam transaksi murabahah, penjual (Lembaga Keuangan) juga harus memperlihatkan atau menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan dan tidak termasuk barang haram. 2. Landasan Syari’ah Murabahah a. Al-Qur’an. Murabahah termasuk kedalam salah satu bentuk jual-beli. Landasan hukum murabahah bersumber dari al-quran, as-sunah dan ijma. Oleh karena itu murabahah diperbolehkan secara hukum, karena Allah SWT tela menghalalkan jual-beli. Kebolehan jual-beli murabahah ini terlihat dalam QS. An-Nisa (4) : 29
ن ِﺗﺠَﺎ َر ًة َ ن َﺗﻜُﻮ ْ ﻞ إِﻟﱠﺎ َأ ِﻃ ِ ﻦ ءَاﻣَﻨُﻮا ﻟَﺎ َﺗ ْﺄ ُآﻠُﻮا أَ ْﻣﻮَاﻟَ ُﻜ ْﻢ َﺑ ْﻴ َﻨ ُﻜ ْﻢ ﺑِﺎ ْﻟﺒَﺎ َ ﻳَﺎَأ ﱡﻳﻬَﺎ اﱠﻟﺬِﻳ (ن ِﺑ ُﻜ ْﻢ َرﺣِﻴﻤًﺎ )اﻟﻨﺴﺎء َ ن اﻟﱠﻠ َﻪ آَﺎ ﺴ ُﻜ ْﻢ ِإ ﱠ َ ض ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ وَﻟَﺎ َﺗ ْﻘ ُﺘﻠُﻮا َأ ْﻧ ُﻔ ٍ ﻦ َﺗﺮَا ْﻋ َ (٢٩):٤ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka yang berlaku diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah maha Penyayang kepadamu.” (An-Nisa (4) : 29) Landasan lain tentang murabahah tertera dalam QS. Al-Baqarah (2) : 275
ﻦ َ ن ِﻣ ُ ﺸ ْﻴﻄَﺎ ﻄ ُﻪ اﻟ ﱠ ُ ﺨ ﱠﺒ َ ن إِﻟﱠﺎ َآﻤَﺎ َﻳﻘُﻮ ُم اﱠﻟﺬِي َﻳ َﺘ َ ن اﻟﺮﱢﺑَﺎ ﻟَﺎ َﻳﻘُﻮﻣُﻮ َ ﻦ َﻳ ْﺄ ُآﻠُﻮ َ اﱠﻟﺬِﻳ ﺣ ﱠﺮ َم َ ﻞ اﻟﱠﻠ ُﻪ ا ْﻟ َﺒ ْﻴ َﻊ َو ﺣﱠ َ ﻞ اﻟﺮﱢﺑَﺎ َوَأ ُ ﻚ ِﺑَﺄ ﱠﻧ ُﻬ ْﻢ ﻗَﺎﻟُﻮا ِإ ﱠﻧﻤَﺎ ا ْﻟ َﺒ ْﻴ ُﻊ ِﻣ ْﺜ َ ﺲ َذِﻟ ا ْﻟ َﻤ ﱢ ….اﻟ ﱢﺮﺑَﺎ (٢٧۵): ٢ ()اﻟﺒﻘﺮة Artinya: ”Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaadn mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba….” (Al-Baqarah (2): 275) b. Hadis
ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َ ﷲ ِ ﺻﻠﱠﻰ ا َ ل اﷲ ُ ﺳ ْﻮ ُ ل َر َ ﻗَﺎ: ل َ ﻦ أ ِﺑ ْﻴ ِﻪ ﻗَﺎ ْﻋ َ ﺐ ٍ ﺻ َﻬ ْﻴ ُ ﻦ ِ ﺢ ْﺑ ِ ﻦ ﺻَﺎِﻟ ْﻋ َ ﻂ َا ْﻟ ُﺒﺮﱢ ﺑِﺎ ُ ﺧ ْﻠ َ َو, ﺿ ُﺔ َ َا ْﻟ ُﻤﻘَﺎ َر, ﻞ ٍﺟ َ َا ْﻟ َﺒ ْﻴ ُﻊ إﻟَﻰ أ: ﻦ َا ْﻟ َﺒ ْﺮ َآ ُﺔ ث ِﻓ ْﻴ ِﻬ ﱠ ٌ ﻼ َ َﺛ: ﺳﱠﻠ َﻢ َ َو ( )رواﻩ اﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ.ﺖ ﻟَﺎ ِﻟ ْﻠ َﺒ ْﻴ ِﻊ ِ ﺴ ِﻌ ْﻴ ِﺮ ِﻟ ْﻠ َﺒ ْﻴ اﻟ ﱠ Artinya: “Dari Shalih bin Suhaib ra, dari ayahnya berkata: “Bersabda Rasulullah saw: “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli
secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual. (HR. Ibnu Majah)18 Hadis di atas tergolong hadis yang sanadnya lemah, walau demikian dapat diambil faedahnya, dimana nabi mengutarakan adanya suatu keberkahan dalam 3 (tiga) hal, salah satunya adalah menjual dengan tempo pembayaran (kredit) karena didalamnya unsur saling berbaik hati, saling mempermudah urusan dan memberikan pertolongan kepada orang yang berhutang dengan cara penundaan pembayaran.
c.
Ijma Ijma mayoritas ulama tentang kebolehan jual-beli dengan cara murabahah.19
d. Fatwa DSN MUI 1). Fatwa
DSN
NO.04/DSN-MUI/IV/2000
Tanggal
1
April
tentang
Murabahah20, Memutuskan bahwa dalam rangka membantu masyarakat guna melangsungkan dan meningkatkan kesejahteraan dan berbagai kegiatan, bank syari’ah perlu memiliki fasilitas murabahah bagi yang
18
Al Imam al-Hafiz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwaini, sunan Ibnu Majah, (Beirut: al-Fikr, 1995), Jilid I, h.720 19
Dewan Syariah Nasional (DSN), Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta: DSN, 2003), edisi ke 2, h.25. 20
Ibid., h.25.
memerlukannya, yaitu menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. 2). Fatwa DSN NO.13/DSN-MUI/IX/2000 Tanggal 16 September tentang Uang Muka dalam Murabahah21, memutuskan bahwa dalam akad pembiayaan murabahah, Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) dibolehkan untuk meminta uang muka apabila kedua belah pihak bersepakat. Besar jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan. 3). Fatwa DSN NO.16/DSN-MUI/IX/2000 Tanggal 16 September 2000 tentang Diskon dalam Murabahah22, memutuskan bahwa harga dalam murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan. Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon; karena itu, diskon adalah hak nasabah. Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan dan ditandatangani. 4). Fatwa DSN NO.17/DSN-MUI/IX/2000 Tanggal 16 September 2000 tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-nunda Pembayaran23, memutuskan bahwa sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenankan LKS kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-
21
Ibid., h.83.
22
Ibid., h.98.
23
Ibid., h.105.
nunda pembayaran dengan disengaja. Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force majeur tidak boleh dikenakan sanksi. 5). Fatwa DSN NO.23/DSN-MUI/III/2002 Tanggal 28 Maret 2002 tentang Potongan Pelunasan dalam Murabahah24. Memutuskan bahwa jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang telah disepakati, LKS boleh memberikan potongan dari kewajiban pembayaran tersebut, dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad.
3. Rukun dan Syarat Murabahah Murabahah merupakan salah satu dari jenis pembiayaan berdasarkan konsep jual beli, yaitu menjual dengan harga asal (modal) ditambah margin (keuntungan) yang disepakati.sebagaimana halnya jual beli. Dengan demikian hukum dan rukunnya berpedoman pada hukum dan rukun jual beli yaitu: a. Sighat, yaitu ijab dan qabul b. Al-‘Aqidain, yaitu orang yang berakad, dalam hal ini penjual dan pembeli c. Al-Ma’qud ‘Alaih, yaitu harga barang yang dijual belikan. Menurut ulama Hanafiah, orang yang berakad, barang yang dibeli, dan harga barang termasuk kedalam syarat-syarat jual-beli, bukan rukun jual beli.25
24
Ibid., h. 148.
25
Harun Nasrun, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), h. 115.
Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli di atas adalah sebagai berikut: a. Syarat yang berkaitan dengan ijab dan qabul Ulama fiqh mengemukakan bahwa syarat ijab dan qabul adalah sebagai berikut: 1). Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal . 2). Qabul sesuai dengan ijabnya. 3). Ijab dan Qabul dilakukan dalam satu Majlis.26 b. Syarat orang yang berakal Para ulama fiqh sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual beli harus memenuhi syarat baligh dan berakal. Oleh karena itu, jual beli yang dilakukan oleh anak kecil yang sudah mumyyiz, menurut ulama Hanafiyah, hukumnya sah jika akad yang dilakukan membawa keuntungan bagi anak tersebut, dan tidak sah membawa kerugian.27 c. Syarat harga barang (as-Saman) dan barng yang dijual belikan Para ulama membedakan as-Saman dengan as-Si’ir, menurut mereka asSaman adalah harga pasar yang berlaku ditengah-tengah masyarakat secara aktual. Sedangkan as-Si’ir adalah modal barang yang seharusnya diterima para pedagang sebelum dijual ke konsumen. Adapun syarat-syarat harga barang adalah:
26
Ibid., h.116.
27
Ibid.
1). Ketentuan harga jual ditetapkan di awal perjanjian dan tidak boleh berubah selama perjanjian. 2). Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Selain itu, juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga untuk pembayaran yang berbeda. 3). Harga yang disepakati adalah harga jual sedangkan harga beli harus diberitahukan. 4). Apabila jual beli dilakukan dengan saling mempertukarkan barang, maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan oleh Syara’, seperti, babi dan khamar, karena kedua jenis benda ni tidak bernilai Syara’.28 Menurut Muhammmad Syafi’I Antonio syarat Murabahah adalah sebagai berikut: a. Penjual memberitahukan biaya modal kepada nasabah. b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang diterapkan. c. Kontrak harus bebas dari riba. d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli juka terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. e. Jika penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan dengan hutang.
28
Ibid, h. 118-119
f. Secara prinsip, jika syarat dalam 1, 4 atau 5 tidak dipenuhi, maka pembeli memiliki pilihan sebagai berikut: 1). Melanjutkan pembelian seperti apa adanya. 2). Kembali kepada penjual dan menyatakan tidak setuju atas barang yang di jual. 3). Membatalkan kontrak29
4. Aplikasi dan Skema Murabahah Secara umum aplikasi dari Ba’i al Murabahah dapat digambarkan dalam skema berikut ini Skema Bai’ al Murabahah30 1. Negosiasi Pesanan dengan Kriteria 2. Akad Jual Beli LEMBAGA KEUANGAN
6. Bayar
NASABAH / PEMBELI 5.Terima Barang& Dokumen
SUPPLIER / 3. Beli Barang
PENJUAL
4. kirim
Keterangan:
29
Muhammad Syafi’I Antonio, bank syariah suatu pengenalan umum, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 146 30
Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Cabang Bank Syari’ah, h. 33
1. Lembaga Keuangan dan nasabah melakukan negosiasi tentang jenis barang, jumlah, kualitas, harga dan keuntungan yang akan diambil Lembaga Keuangan, dan cara pembayarannya. 2. Kesepakatan transaksi jual beli antara Lembaga Keuangan (penjual) dengan nasabah, dibuatkan akad jual beli. 3. Lembaga Keuangan membayarkan uang langsung kepada pemasok atau supplier, senilai harga barang yang dipesan 4. Pemasok atau supplier mengirim barang pesanan kepada pembeli. 5. Dokumen jual beli oleh pemasok atau supplier disampaikan ke Lembaga Keuangan. 6. Pembeli (nasabah) melakukan pembayaran kepada Lembaga Keuangan sesuai dengan kesepakatan (diangsur atau dibayar sekaligus dalam jangka waktu tertentu).
5. Perbedaan Murabahah Dan Pembiayaan Konsumen (Customer Finance)31 Banyak pihak yang mengatakan bahwa murabahah tidak berbeda dengan pembiayaan konsumen (customer finance) yang selama ini dilakukan oleh lembaga keuangan, dalam hal objek yang diserahkan yaitukomoditas atau barang, harga pokok ditambah dengan keuntungan, pembayarannya yang dapat dilakukan dengan tunai atau cicilan dan sebagainya.
31
Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press, 2005), cet ke 1, h.52
Sesuai keputusan menteri keuangan nomor 1251 / KMK.013 / 1988 yang dimaksud dengan pembiayaan konsumen adalah kegiatan pembiayaan yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsuman dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen. Berdasarkan definisi tersebut, terdapat beberapa hal yang perlu digarisbawahi dan merupakan dasar dari kegiatan pembiayaan konsumen, yaitu: a. Pembiayaan konsumen merupakan salah satu alternative pembiayaan yang dapat diberikan kepada konsumen b. Objek pembiayaan usaha jasa pembiayaan konsumen adalah barang kebutuhan konsumen, biasanya kendaraan bermotor, alat elektronik, dan lain sebagainya. c. Sistem pembayaran angsuran dilakukan secara berkala, biasanya dilakukan perbulan dan tagihannya langsung kepada konsumen. d. Jangka pengembalian bersifat fleksibel, tidak terikat dengan ketentuan seperti financial lease.
Tabel 2.1 Perbedaan jual beli murabahah dan pembiayaan konsumen32
32
Ibid,h.54-55
No 1 2
Masalah Akad Obyek penyerahan
Jual beli Murabahah
Pembiayaan Konsumen
9 Jual beli
9 Pinjam meminjam
9 Harus ada barang
9 Belum tentu ada barangnya
9 Barang yang diperjual belikan
9 Uang yang akan dipergunakan untuk membeli barang yang
(barangnya harus ada)
9 Barang
dapat
diserahkan
dibutuhkan
sewaktu akad
9 Barang berupa harta yang jelas harganya
9 Barang milik sendiri (lembaga keuangan) Artinya terjaga
3
Harga perolehan
9 Harus diberitahukan kepada 9 Tidak ada keharusan, karena nasabah
yang diserahkan uang bukan
barang
barang (bahkan tidak tahu harga perolehan harganya)
4
Tanda bukti 9 Tanda terima barang
9 Tanda
nasabah
Terima
Uang
Tunai
Nasabah (TTUTN), promise atau sejenisnya
5
Hutang nasabah
9 Sebasar harga jual, yaitu harga 9 Pokok kredit ditambah dengan perolehan
barang
ditambah
keuntunagn yang disepakati
9 Berkurang sebesar pembayaran
bunga (tergantung system bunga yang dikenakan-tetap, floating, dsb)
angsuran yang dilakukan (tidak 9 Berkurang sebesar pembayaran membedakan lagi unsur pokok
poko kredit dan pembayaran
dan keuntungan)
bunga (pada umumnya bank
9 Bagi nasabah tidak mengenal hutang margin
pokok
dan
hutang
mempergunakan
system
perhitungan anuitas-pembayaran angsuran pokok kecil awalnya)
9 Ada hutang pokok dan hutang bunga
6
Perhitungan 9 Belum ditemukan perhitungan 9 Perhitungannya
dari
sisa
keuntungan
keuntungan.
outstanding pokok kredit yang
9 keuntungan harus disepakati.
diberikan
9 Dilakukan sekali dari harga
(biasanya bank mempergunakan
perolehan
barang
setelah
sistem
kepada
nasabah
perhitungan
anuitas-
dikurangi uang muka (jika
bunga pada awalnya, karena
ada). Jika telah sepakati tidak
modal nya dipergunakan juga
diperbolehkan berubah, sampai
besar)
akhir akad
7
Nasabah
9 Sebesar sisa hutangnya (hutang 9 Sebesar sisa pokok kredit dan
melunasi
awal
sebelum
pembayaran angsuran)
dikurangi
dengan
biasanya
bunga
diterima
jatuh tempo 9 Bank syariah diperkenankan
yang
sebagai
belum
potongan
pelunasan
memberikan biaya potongan 9 Dengan cara perhitungan anuitas, yang
sisa pokok kredit pada awalnya
besarnya merupakan kebijakan
tersisa besar dan secara bertahap
bank
menurun
pelunasan
8
Jaminan
dipercepat,
9 Nasabah dapat diminta untuk 9 Nasabah memberikan jaminan
9
harus
menyerahkan
jaminan
Diskon dari 9 Pada prinsipnya menjadi milik 9 Menjadi milik bank, sebagai supplier
nasabah
9 Diskon
pendapatan non operasi yang
tidak
jelas
pemiliknya, merupakan dana kebajikan
10
Denda
9 Hanya kepada nasabah yang 9 Bagi mampu
tapi
tidak
mau
membayar
tidak
membayar (tidak diperhatikan tidak mampu)
tidak diperkenankan membayar 9 Denda merupakan
yang
nasabah yang mampu ataupun
9 Nasabah yang tidak mampu 9 Denda
nasabah
yang
diterima
pendapatan
non
yang
diterima
diakui
sebagai pendapatan non operasi bank.
halal
11
Uang muka
9 Harus diserahkan kepada bank 9 Dapat disetor langsung kepada
syariah
supplier (self financing)
9 Jika pesanan dibatalkan, bank mengalami rugi maka nasabah harus menggantikan kerugian riil bank dari uang muka
9 Jika
dilaksanakan,
sebagai
pengurang hutang nasabah
12
Pembagian
9 Jika
murabahah 9 Pada
umumnya
bank
pokok dan
pembayarannya
keuntungan
secara
(untuk
pembagian pokok dan margin 9 Pembagian
kepentingan
harus
bank)
proporsional merata dan tetap
angsuran
selama jangka waktu angsuran
awalnya porsi pokok lebih kecil
9 Tidak
dilakukan
tangguh, dilakukan
dikenal
maka secara
pembayaran
pokok dulu atau margin dulu,
membedakan porsi pokok dan bunga dilakukan
secara
anuitas, yaitu dengan jumlah yang
sama
pada
dan porsi bunga lebih besar dan akhir sebaliknya
pembayaran angsuran adalah 9 Dimungkinkan untuk membayar pengurang hutang nasabah.
bunga
dulu,
atau
membayar
pokok saja.
B. Lembaga Keuangan Mikro Syariah 1. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro Syariah Lembaga keuangan dalam arti luas adalah lembaga perantara dari pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Lembaga keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya dalam bentuk asset keaungan atau tagihannya lebih utama dibandingkan dengan asset non financial atau asset riil.
Lembaga keuangan merupakan bagian dari sistem keuangan dalam ekonomi modern yang melayani masyarakat pemakai jasa-jasa keuangan. Lembaga keuangan dapat dikelompokkan dalam berbagai cara yang paling umum adalah mengelompokkan lembaga keuangan berdasarkan kemampuannya menghimpun dan dari masyarakat secara langsung atau dasar tersebut lembaga diklasifikasikan kepada dua jenis lembaga, yakni lembaga keuangan depositori dan lembaga non depositori. Lembaga keuangan depositori ini menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan (deposito) misalnya giro, tabungan, deposito berjangka yang diterima dari penabung atau unit surplus. Lembaga yang menawarkan jasa seperti ini adalah bank-bank. Sedangkan yang dimaksud lembaga keuangan non depositori atau sering disebut lembaga keuangan bukan bank yang mana kegiatan usahanya bersifat kontraktual, yaitu menarik dana dari masyarakat dengan menawarkan kontrak untuk melindungi penabung terhadap resiko ketidakpastian dan dapat mengelola dana khusus dari klien dan membantu masing-masing pengusaha maupun usaha patungan atau dana mudharabah. Dengan demikian, lembaga ini memerankan tabungan dari mereka dan membantu pegusaha mencari dana untuk mengembangkan bisnis mereka.33
33
Muhammad, kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), h. 91.
Lembaga keuangan mikro melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi mikro, antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi. Definisi lain adalah keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat yang bersifat profit motif. Atau lembaga ekonomi keuangan syariah non perbankan yang sifatnya informal. Disebut informal karena lembaga ini didirikan oleh kelompok swadaya masyarakat yang berbeda dengan lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan lainnya.34 Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa Lembaga Keuangan Mikro Syariah adalah sebuah lembaga ekonomi rakyat kecil, yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil berdasarkan prinsip syariah dan prinsip koperasi.35 Lembaga Keuangan Mikro Syariah selain berfungsi sebagai Lembaga yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Lembaga ini juga berfungsi sebagai Lembaga Ekonomi yang bertugas meningkatkan kegiatan para pengusaha kecil menyangkut produksi, konsumsi, distribusi barang dan jasa dengan tujuan akhir mengembangkan usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kegiatan menabung dan pembiayaan usaha ekonomi. Secara konsep Lembaga Keuangan Mikro Syariah adalah suatu lembaga yang didalamnya mencakup dua jenis kegiatan sekaligus, yaitu: 34
H.A. Djazuli, Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 183. 35
Peraturan Dasar dan Contoh AD-ART BMT, (Jakarta: PINBUK, 2000), h.1.
a. Kegiatan mengumpulkan dana dari berbagai sumber seperti zakat, infak dan sedekah dan lain-lain yang dapat dibagikan atau disalurkan kepada yang berhak dalam mengatasi kemiskinan. b. Kegiatan produktif dalam rangka menciptakan nilai tambah baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang bersumber daya manusia.36 Atas landasan pengertian itu, maka lembaga keuangan Mikro Syariah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya. b. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat disekitarnya. c. Milik bersama masyarakat menengah kebawah dari lingkungan Lembaga Keuangan Mikro Syariah itu sendiri, bukan milik orang seorang atau orang dari luar masyarakat itu. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Lembaga Keuangan Mikro Syariah harus dirumuskan secara sederhana sehingga mudah untuk didirikan. Artinya, lembaga keuangan non perbankan ini harus dirumuskan secara sederhana agar dapat ditangani dan dimengerti oleh para nasabah yang sebagian besar berpendidikan rendah. Aturan-aturan dan mekanisme kerja di Lembaga keuangan Mikro Syariah dibuat dengan lentur, efisien dan efektif sehingga memudahkan nasabah untuk memanfaatkan fasilitasnya. Selain itu, kebijakan yang diambil Lembaga Keuangan Mikro Syariah hendaknya terkait dengan kepentingan mendasar
36
Muhammad, kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), h. 129.
dari para anggota. Hal ini perlu dilaukakan agar pihak-pihak yang terlibat terus termativasi untuk membina dan mnembnagkan lebih lanjut.37
2. Manajemen Lembaga Keuangan Mikro Syariah Bila kita mempelajari literatur manajemen, sesungguhnya manajemen yang diterapkan atau dipakai setiap instansi bahkan lembaga keuangan itu hampir memiliki kesamaan tujuan, hanya ada pengembangan-pengembangan tersendiri pada setiap instansi atau lembaga tersebut. Maka dari itu akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian pokok, yaitu pertama, manajemen sebagai proses, kedua, manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dan ketiga, manajemen sebagai suatu seni dan sebagai suatu ilmu. Dari ketiga pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan sumber daya (men, money, materials, machines, methods dan market) untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Dunia sekarang sedang mengalami perubahan yang cepat, 15 tahun dari sekarang lingkungan sosial dan struktur sosial ekonomi dunia diperkirakan akan berubah dan berbeda bila dibandingkan dengan yang pernah kita alami diakhir abad 20. Demikian pula strategi, struktur dan sistem manajemen organisasi bisnis
37
PINBUK, Peraturan Dasar dan Contoh AD-ART BMT, (Jakarta: PINBUK, 2000), h. 184.
termasuk lembaga keuangan yang harus mengantisipasi dan menyesuaikan perubahan yang terjadi dan berjalan sangat cepat. Dalam menghadapi globalisasi, manajemen Lembaga Keuangan Mikro Syariah dituntut untuk melakukan strategi manajemen, yaitu: a. Meningkatkan daya saing lewat peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) b. Reformasi c. Effisiensi d. Dinamis.38 Disamping strategi manajemen diatas, manajemen Lembaga Keuangan Mikro Syariah haruslah professional dan Islami, yakni: 1. Administrasi keuangan, pembukuan dan prosedur ditata dan dilaksaakan dengan sistem akutansi sesuai dengan standar akutansi Indonesia iang disesuiakan dengan prinsip-prinsip syariah. 2. Aktif, berprakarsa, proaktif, menemukan masalah, menganalisa masalah dengan tajam,
dan
menyelesaikan
masalah
dengan
bijak,
bijaksana,
yang
“memenangkan semua pihak”39 Karena Lembaga Keuangan Mikro Syariah masih belum berkembang secara merata, maka pendekatan pemantapan atau pengembangan dalam menghadapi globalisasi dapat ditempuh:
38
Soeharto Prowirokusumo, Mengembangkan Strategi Ekonomi, (Jakarta: 1998), h. 89.
39
PINBUK, BMT sebagai Alternative Model lembaga keuangan Mikro, (Jakarta: PINBUK), h. 12.
a. Meningkatkan
Sumber Daya Manusia (SDM) anggota Lembaga Keuangan
mikro syariah serta pengelolaanya lewat pendidikan, pelatihan dan magang kewirausahaan sehingga meningkatkan managerial dam leadership-nya. b. Melakukan kemitraan untuk memepercepat alih dan penguasaan manajemen, tekhnologi dan akses pasar. c. Penciptaan alam yang kondusif dan pengembangan infrastuktur oleh pemerintahan. Dengan peningkatan tersebut diharapkan akan mempercepat peningkatan produktivitas, profesionalisme, dan efisiensi usaha.40
3. Peran Lembaga Keungan Mikro Syariah Lembaga keuangan Mikro Syariah dilihat dari berbagai fungsinya merupakan lembaga intermediasi keuangan antara pemilik dana (surplus unit) dan peminjam (deficit unit). Lembaga Keuangan Mikro Syariah beroperasi berlandaskan prinsip-prinsip ekonomi Islam yang pada intinya menerapkan bahwa dana pada dasarnya merupakan salah satu alat produksi untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Dan didasari bahwa keterbatasan perbankan dalam melayani usaha Mikro membuahkan peluang yang sangat besar bagi Lembaga Keuangan Mikro Syariah untuk melayani pangsa pasar usaha mikro yang jumlahnya demikian besar. Karena permasalahan yang dihadapi usaha mikro tersebut sangat krusial, diantaranya sulit mengakses dana atau modal, kurangnya pengetahuan dan skill terutama menyangkut 40
Soeharto Prowirokusumo, Mengembangkan Strategi Ekonomi, (Jakarta: Sinar Harapan, 1998)
aspek-aspek produksi dan sempitnya pasar bagi produk-produk usaha kecil mereka. Dalam situasi sekarang ini, dimana semakin bertambah banyaknya pengusaha kecil, peluang Lembaga Keuangan Mikro Syariah sangatlah berperan besar dan semakin dibutuhkan. Diantara peran Lembaga Keuangan mikro Syariah ini mencoba memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha mikro tersebut, diantaranya dengan menyediakan dana ataupun bantuan modal bagi pengusaha kecil, serta dilanjutkan pada tahap bimbingan dan penyuluhan baik berupa seminarseminar, lokakarya maupun pelatihan-pelatihan. Namun, peran Lembaga keuangan Mikro Syariah tidak hanya sebatas sampai disitu saja. Setelah usaha mikro dapat berproduksi, maka permasalahan yang akan muncul adalah sulitnya pendistribusian barang. Disinilah Lembaga Keuangan Mikro Syariah mencoba menbantu mencarikan pangsa pasar buat pengusaha mikro tersebut supaya bisa dikenal dan diterima oleh masyarakat, sehingga peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah bisa tercapai dengan maksimal dan tidak terputus ditengah jalan. Maka dari itu dalam tubuh Lembaga Keuangan Mikro syariah dibutuhkan tenaga-tenaga ahli yang memiliki profesional yang tinggi dalam operasionalnya supaya antara Lembaga Keuangan Mikro syariah dengan masyarakat (pengusaha mikro) dapat melangsungkan hubungan yang saling menguntungkan. Tuntutan profesionalisme tersebut mengharuskan Lembaga Keuangan Mikro syariah bekerja dengan prinsip: a. Dari, oleh dan untuk anggota. b. Keanggotaan berdasarkan kesadaran dan bersifat terbuka. c. Bergerak dalam bidang tabungan dan kredit diantara anggota
d. Menyelenggarakan pertemuan secara teratur. e. Menyelenggarakan pendidikan anggota terus menerus. f. Manajemen, pengelolaan lembaga Keuangan Mikro Syariah bersifat terbuka.41 4. Tujuan Lembaga Keuangan Mikro Syariah Pembentukan lembaga keuangan mikro syariah sebagai lembaga ekonomi rakyat yang tidak memakai sistem bunga adalah sebagai manifestasi ibadah yang ditujukan untuk dapat direalisasikan kegiatan-kegiatan ekonomi yang sesuai dengan ajaran Islam. Lebih jauh lagi Lembaga Keuangan Mikro Syariah mempunyai tujuan sebagai berikut: a. Meningkatkan dan mengembangkan ekonomi umat khususnya para pengusaha kecil. b. Meningkatkan produktivitas usaha dengan memberikan pembiayaan kepada para pengusaha kecil yang membutuhkan dana. c. Membebaskan umat (pengusaha kecil) dari cengkraman bunga dan rentenir. d. Meningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan usaha, disamping meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan penghasilan umat Islam. e. Menghimpun dana umat Islam yang selama ini enggan untuk menyimpan dananya (uangnya) di bank-bank atau lembaga keuangan konvensional. f. Dan tujuan lainnya yang mengarah kepada perbaikan ekonomi umat Islam.
41
Baihaqi Abd. Madjid, Saifuddin A. Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah, (Jakarta: PINBUK, 2000), h.225.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, maka Lembaga Keuangan Mikro Syariah harus menjalankan fungsinya, yaitu: a. Dalam pemasaran, mencari dan menganalisa proyek-proyek pembiayaan pengusaha kecil bawah dan mikro, mengadministrasikan perkembangan proyekproyek tersebut dengan segala aspeknya. b. Menerima dan mengendalikan dana yang diterima dari berbagai sumber dana. c. Mencari dan bekerjasama dengan nasabah penabung dan nasabah pembiayaan. d. Mencari dan memasukkan dana titipan ZIS pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah e. Melakukan proses akutansi pelaporan peneriamaan dan pemanfaatan ZIS f. Memanfaatkan dana ZIS dan melakukan pembinaan dan pengembangan mustahik. g. Pembinaan dan pengawasan internal Lembaga keuangan Mikro Syariah. h. Menyempurnakan dan memperkuat Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro Syariah, salah satu caranya yaitu bekerjasama dengan lembaga Keuangan mikro Syariah lain, baik dari segi permodalan, sistem ataupun metodenya.42 Secara umum, LKMS bertujuan untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan usaha ekonomi umat dan masyarakat pada umumnya. Sedang secara khusus bertujuan:
42
Pusat Pengkajian Dan Pengembangan Usaha Kecil (P3UK), Pendidikan Dan Pelatihan BMT, (Diktat), h. 5.
a. Memecahkan bersama kebutuhan modal yang dihadapi warga, selaku pengusaha mikro sebagai bagian dari pelaku ekonomi negeri ini. b. Membantu memecahkan kebutuhan dana mendesak yang sering kali dihadapi warga, sehingga dapat menghindarkan mereka dari rentenir dengan bunga yang tinggi.
BAB III GAMBARAN UMUM BMT HUSNAYAIN
A. Sejarah Singkat BMT Husnayain 43 Berawal dari keperihatinan, dimana para pengusaha lemah/pedagang-pedagang kecil terjebak dalam jeratan hutang rentenir, dan sudah menjadi berita umum pedagangpedagang yang membutuhkan modal usaha harus menanggung beban renten dengan tingkat bunga 20% sampai dengan 30% per bulan dan mereka yang tidak dapat mengembalikan pinjaman dan bunganya menjadi sasaran empuk para rentenir untuk menghisap harta bendanya sehingga menjadi bangkrut. Untuk memperbaiki keadaan tersebut maka pesantren husnayain bersama jama’ah masjid abu bakar siddiq mengadakan pembicaraan untuk pembentukan satu lembaga yang keberpihakan kepada pengusaha kecil dengan prinsip keadilan dengan mengusung syariat islam. Alhamdulillah setelah beberapa kali pertemuan yang dipimpin langsung oleh pimpinan pesantren Husnayain KH. Kholil Ridwan, LC, hadir pula para pendiri lainnya yaitu KH Maryadi M. Kewang, BA, H Sobar Harahap, H. M. Zen Ridwan, Ir. H. M. Nasir, H. Musadad, SH, H.Sjamsudin Harahap, H. M. Zein Ridwan, Ir. H. Mulyadi, Sutrisna, Bsc, Drs. Komarudin dan Ust. Saelani Hasan maka pada hari Jum’at tanggal 10 JumadilTsani 1420 H/21 September 1999 diputuskan dan ditetapkan berdirinya Lembaga Keuangan Mikro Syariah bernama Baitul Maal Wattamwil (BMT) Husnayain sebagai unit dari Kopontren Husnayain. 43
BMT Husnayain, Profil BMT Husnayain, (Jakarta: BMT Husnayain, t.th), h.2.
Dengan bermodalkan keyakinan dan semangat mengembangkan ekonomi kerakyatan berdasarkan syariah islam, pendiri memberikan amanah kepada pengelola BMT Husnayain untuk menjalankan usaha ini dengan memberikan Modal awal sebagai penggerak sebesar Rp.16.000.000,- (enam belas juta rupiah) pada awal bulan Oktober tahun 1999 BMT Husnayain resmi beroperasi.
IDENTITAS BMT HUSNAYAIN44 Nama Lembaga
: BMT HUSNAYAIN (Unit Kopontren Husnayain)
Bidang Usaha
: Simpan Pinjam dan Sosial
Alamat
: Jl. Lapan No.25 Rt.09/01 Pekayon Pasar Rebo JakartaTimur
Status Kantor
: Milik Pesantren Husnayain, Luas 5 x 12 M2 Permanen
Telepon
: 021 - 8702698, 87720936
Fax
: 021 - 8702698
Akta Pendirian
: No.094/BH/kwk.9/III/1995
NPWP
: 1.8505332.1-005
TDUP
: No.1724/09-05/TDUP/IX/98
B. Visi, Misi Dan Motto BMT Husnayain 45 1. Visi
44
Ibid, h..4.
45
Ibid, h. 3.
Menjadi BMT terbaik dan terdepan menuju kebangkitan ekonomi ummat untuk mencapai keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan. 2. Misi a. Menyelamatkan Ummat agar tidak terjerumus kedalam ekonomi Ribawi b. Mengembangkan pengusaha kecil dan menengah agar tetap dapat bersaing dengan yang lain c. Mempererat ukhwah Islamiyah melalui pembianaan ekonomi ummat. 3. Motto “ MENEPIS RIBA MENGGAPAI BERKAH ”
C. PENDIRI, STRUKTUR ORGANISASI DAN ANGGOTA BMT HUSNAYAIN46 I. PENDIRI 1. KH. Ah. Kholil Ridwan, Lc. 2. KH. Maryadi M. Kewang, Spd I 3. H. Sobar Harahap, SE, MM 4. Ir. H. M. Nasir 5. H. Musadad, SH 6. Ir. H. Mulyadi 7. Ir. H. syamsudin Halik 8. H. syamsudin Harahap 9. H. M. Zein Ridwan 10. Sutisna, BSc 46
Ibid, h. 5.
11. Drs. Komaruddin 12. Ust. Saelani Hasan
II. STUKTUR ORGANISASI
DEWAN SYARI’AH KETUA : KH. Ah. Kholil Ridwan Anggota : 1. KH. Maryadi M. Kewang, SPdI 2. H.Syamsul Ulum. SH DEWAN PENGAWAS/PEMBINA Ketua
: H. Sobar Harahap, SE. MM
Anggota
: Sutrisna, BSc (Pengawas Operasional) Syamsudin Harahap
DIREKTUR
: Drs. Komarudin
MARKETING
: Nurul Anwarudin
Account Officer
: 1. Yayat Supriadi 2. H. Saring 3. Dwi Cahyono 4. Dani Arsyah 5. Alfian
PEMBUKUAN
: Sunarto
KASIR
: Eka Wahyuningsih
Customer Service
: Marwiyah Kholifah
BAITUL MAAL
: 1. Asmuni Taher
1. Agus pijianto
III. ANGGOTA
1. Angota penyimpanan sebanyak 3.275 orang 2. Angggota pembiayaan sebanyak 930 orang
D. PRODUK-PRODUK BMT HUSNAYAIN 47 1. Produk Baitul Tamwil terdiri dari: a. Simpanan, dengan mendapat bagi hasil, antara lain: 1). Simpanan muamalah Adalah simpanan bagi semua kalangan yang setoran awalnya Rp. 10.000,- dan selanjutnya minimal Rp. 5.000,- dan dapat diambil setiap saat. 2). Simpanan Haji dan Umrah Adalah simpanan bagi masyarakat yang sifatnya membantu dan mempermudah mewujudkan niatnya untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Diambil apabila sudah cukup untuk melaksanankan salah satu ibadah tersebut. 3). Simpanan Qurban dan Idul Fitri
47
Ibid, h. 7.
Adalah simpanan bagi masyarakat untuk mempermudah melaksanakan ibadah qurban atau persediaan uang belanja hari raya Idul Fitri, diambilnya ketika menjelang kedua hari raya tersebut tiba, khusus simpanan Qurban bisa diambil berupa uang atau berupa hewan qurban. 4). Simpanan Pendidikan Adalah bentuk simpanan yang dapat mampermudah orang tua dalam masalah biaya pendidikan, juga untuk mendidik para siswa atau anakanak dalam hal menabung, diambil ketika pembayaran sekolah. 5). Simpanan Aqiqah Adalah simpanan dalam rangka mensyi’arkan sunnah nabi yang hampir dilupakan oleh masyarakat, yaitu ketika anak kita akan lahir sudah dipersiapkan dana untuk membeli kambing sebagai aqiqah, diambil berupa uang atau berupa kambing. 6). Simpanan Walimah Merupakan simpanan yang dikhususkan untuk
ikhwan dan akhwat
yang ingin melangsungkan pernikahan untuk persiapan yang lebih baik. b. Simpanan berupa Wadiah (Titipan) 1). Simpanan Amanah Debitur 2). Simpanan Lebaran c. Simpanan berupa investasi Adalah simpanan khusus atau simpanan berjangka bagi anggota atau calon anggota (masyarakat) yang mempunyai uang mulai dari Rp. 5.000.000,-
dengan syarat tidak dapat diambil minimal selama empat bulan dan mendapatkan bagi hasil lebih besar dari tabungan di atas. d. Pembiayaan 1). Pembiayaan Mudharabah (Bagi Hasil) Yaitu, BMT Husnayain memberikan dana sebagai modal usaha, yang hasilnya akan dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama dimuka, 60% untuk pedagang dan 40% untuk BMT. 2). Pembiayaan Murabahah (Jual Beli) Yaitu, BMT Husnayain membelikan barang yang harganya disepakati dengan ditambah keuntungan, kemudian pembayarannya dicicil selama jangka waktu yang telah ditentukan. 3). Pembiayaan Musyarakah (Kerjasama) Yaitu, pembiayaan yang bekerjasama antara pemilik modal dengan nasabahnya dan masing-masing menyetorkan modal dalam jumlah yang sama atau berbeda sesuai kesepakatan. Pencampuran modal tersebut digunakan untuk mengelola proyek usaha yang layak, dan pembagian keuntungan akan dibagi hasilkan berdasarkan nisbah yang telah disetujui dalam akad 4). Pembiayaan Rahnun (Gadai) Yaitu, BMT Husnayain meminjamkan uang kemudian nasabah atau anggota menyerahkankan barang, sebagai jaminan. 2. Produk Baitul Maal
Yaitu usaha dana Zakat, Infaq dan shadaqoh dari para dermawan yang disalurkan berupa program : a. Beasiswa Fakir Miskin dan Dhu’afa. Melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga lain dan keterlibatan para donator yang sekaligus merupakan nasabah/anggota BMT Husnayain, sampai saat ini telah memberikan santunan beasiswa, pendidikan kepada 70 anak Yatim dah dhu’afa dari tingkat SD s/d SMU. b. Sumbangan Kemanusiaan Memberikan sumbangan kepada saudara-saudara kita yang terkena Musibah, seperti: bencana alam tsunami di pangandaran Ciamis Jawa barat yang disalurkan melalui Asosiasi BMT se Indonesia, bencana banjir dan lian-lain. c. Pengobatan Gratis Memberikan pelayanan kesehatan kurang lebih kepada 200 pasien yang kurang mampu wilayah kel. Pekayon Ps. Rebo Jakarta Timur. d. Qardhul Hasan (Pinjaman Kebijakan) Yaitu: memberikan pinjaman baik untuk modal usaha atau untuk keperluan lainnya, tanpa harus memberikan bagi hasil, yang disalurkan berupa pembiayaan (Qardhul Hasan) khusus untuk kaum Dhuafa. 3. SARAS (Simpanan Anggota Rumah Sehat) a. Akad wadiah berjangka b. Setoran simpanan 6 bulanan berturut-turut c. Minimal jumlah mengendap Rp.1 juta Rupiah
d. Tutup rekening sisa saldo minimal Rp.25 Ribu Rupiah 4. PARAS (Pembiayaan Anggota Rumah Sehat) a. Perbaikan Rumah b. Pembangunan Rumah.
E. WILAYAH PENYALURAN DANA BMT HUSNAYAIN 48 1. Masyarakat pekayon dan sekitarnya 2. Pedagang Kecil Pasar Rebo 3. Pedagang Kecil Pasar Cibubur 4. Pedagang Kecil Pasar Induk Kramat Jati 5. Pedagang Kecil Wilayah Cijantung 6. Pedagang Kecil Pasar Ciracas 7. Pedagang Kecil Pasar Palsigunung 8. Pedagang Kecil Wilayah Areman 9. Pedagang Kecil Wilayah Kalisari 10. Pedagang Kecil Wilayah kampung Baru 11. Pedagang Kecil Wilayah Kampung Rambutan 12. Pedagang Kecil Wilayah Kampung Gedong.
48
Ibid, h. 8.
F. KERJASAMA DENGAN PIHAK LAIN 49 1. Kerjasama dengan Pihak Bank a. Bank Muamalat Indonesia, melalui Program Pembiayaan b. BPRS Al Barokah, melalui Program Pembiayaan c. BPRS Wakalumi, melalui Program Pembiayaan dan Pelatihan d. Bank Mandiri, melalui Program Pemberdayaan Usaha Kecil (PPUK) e. Bank Permata Syariah, melalui Program Pengembangkan Elektrik Banking System f. Bank tabungan Negara Syariah, melalui Program Pembiayaan untuk cabang (KJKS MC Husnayain) 2. Kerjasama dengan Pihak Non Bank a. Kementrian Koperasi melalui Program P2KER dan Program PKPS BBM b. BAZIS DKI program PPUMK c. PNM BMT melalui Program Pembiayaan dan Pelatihan d. BMM (Microfin) Program Pembiayaan dan Pelatihan 3. Kerjasama untuk Baitul Maal a. Rumah Zakat Indonesia melalui Program Beasiswa Pendidikan bagi Anak Yatim dan Dhuafa b. Bada Amil Zakat Nasional (BAZNAS) melaui Program Kesehatan Pengobatan Grati bagi Fakir Miskin
49
Ibid, h. 9.
c. LAZ TAKAFUL melalui Program Buka Puasa Bersama sekaligus Santunan bagi Anak yatim dan Dhuafa d. BAZIS DKI melalui program Buka Puasa Bersama sekaligus Santunan bagi Anak yatim dan Dhuafa e. Yayasan Bina Insan Mandiri melalui Program Beasiswa Pendidikan Anak
Yatim dan Dhuafa.
BAB IV
ANALISIS KONSEP PEMBIAYAAN KPRS MELALUI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARI’AH BMT HUSNAYAIN PASAR REBO
A. Konsep Pembiayaan KPRS pada BMT Husnayain Ada 5 (lima) kondisi masyarakat miskin terkait tempat tinggal, yaitu masih kontrak/sewa, menumpang dirumah orang tua atau mertua, tinggal di tempat usaha, sudah punya rumah tapi belum mampu membangun rumah, dan sudah punya rumah tapi tidak layak huni (tidak sehat). Bagi masyarakat berpenghasilan rendah, memiliki rumah layak huni merupakan kemewahan sejati sekaligus peningkatan status sosial. Namun, seringkali kemewahan sejati hanya sekedar mimpi. Kini impian tersebut dapat terwujud melalui kredit pembangunan/perbaikan rumah swadaya (KPRS) mikro bersubsidi. Masih banyaknya warga miskin yang hidup dirumah yang tidak layak huni menjadikan lembaga keuangan mikro syariah melakukan upaya chanelling dengan pihak lain guna mengatasi persoalan tersebut. Hal ini menjadi salah satu alasan dilaksanakannya program Rehabilitasi rumah pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah BMT. Salah satunya adalah BMT Husnayain Pasar Rebo. KPRS Mikro Syariah Bersubsidi atau Pembiayaan Pembangunan/ Perbaikan Rumah Swadaya Bersubsidi dengan prinsip syariah adalah Pembiayaan yang diterbitkan oleh Lembaga Penerbit Pembiayaan yang telah beroperasi dengan prinsip syariah kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam rangka memfasilitasi pembangunan atau perbaikan rumah yang telah dimiliki yang dilakukan secara
swadaya, dengan karakteristik nilai pinjaman relatif kecil dan jangka waktu pinjaman relatif pendek sampai dengan 4 (empat) tahun. Kementerian Perumahan Rakyat bekerja sama dengan PINBUK dalam menyalurkan Kredit/pembiayaan Perbaikan atau pembangunan Rumah secara Swadaya (KPRS). Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) dalam hal ini akan merekomendasikan BMT-BMT yang dinilai sehat untuk menyalurkan KPRS tersebut ke masyarakat. Program KPRS yang telah dilaksanakan di tahun ketiga ini dalam distribusinya melibatkan BMT-BMT agar dana subsidi yang dikeluarkan dapat dinikmati oleh masyarakat berpenghasilan rendah atau yang tidak bisa mengakses ke Perbankan. BMT menyalurkan pembiayaan tersebut kepada masyarakat sesuai dengan akad murabahah. KPRS ini dilakukan secara swadaya maksudnya masyarakat yang mengajukan pembiayaan sebelumnya telah memiliki tanah untuk kemudian didirikan bangunan atau pembiayaan perbaikan rumah bagi masyarakat yang telah memiliki rumah tapi kurang memadai. Kelompok masyarakat yang akan diberikan pembiayaan digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu: kelompok pertama, mereka yang pendapatannya antara Rp. 1,7 juta – Rp. 2,5 juta perbulan. kelompok kedua antara Rp. 1 juta – Rp. 1,7 juta, dan kelompok ketiga dibawah Rp. 1 juta. Program ini merupakan sebuah terobosan karena selama ini lebih dari 30 tahun program-program KPR yang sudah sering kita dengar hanya disalurkan melalui melalui Bank sehingga yang dapat mengakses pun rata-rata mereka yang berada di perkotaan atau mereka yang bekerja di sektor formal. Sedangkan mereka yang berada di sektor
informal relatif tidak bisa menjangkau. Maka melalui BMT Husayain inilah pembiayaan perumahan itu bisa diakses oleh masyarakat. Adapun tujuan dari pembiayaan KPRS ini adalah: 1.
Fasilitasi anggota dan calon anggota berpenghasilan rendah untuk pembangunan atau perbaikan rumah
2.
Pemberdayaan komunitas perumahan
3.
Memperkuat peran dan posisi Lembaga Keuangan Mikro-Baitul Mal Wattamil sebagai instrument pembangunan perumahan.
B. Aplikasi Pembiayaan KPRS pada Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah 4. Syarat-syarat mendapatkan pembiayaan: a. Syarat umum: 1) Usaha minimal sudah satu tahun 2) Menjadi anggota bmt husnayain 3) Tidak menjual barang haram 4) Foto copy KTP Suami/Istri dan Kartu Keluarga 5) Foto copy Surat Nikah 6) Pasphoto Suami/Istri ukuran 4x6 = 1 lembar 7) Jaminan (Jika Diperlukan) b. Syarat pemohon Pembiayaan KPRS 1) Foto copy KTP (suami/istri), Kartu Keluarga dan Surat Nikah. 2) Foto copy Sertifikat Hak Milik Tanah/Rumah Pemohon.
3) Surat Keterangan Keabsahan Kepemilikan Tanah/Rumah Dari Pemerintah Kecamatan Atau Pejabat Terkait. 4) Surat ijin Mendirikan Bangunan (IMB) Dari Instansi Terkait/Pemerintah Kecamatan, Bagi Pemohon Yang Akan Bangun Rumah Baru. 5) Slip Gaji/Surat Keterangan Penghasilan (bagi yang berpenghasilan tetap) dari kantor/perusahaan yang bersangkutan. 6) Surat keterangan berpenghasilan tidak tetap (yang diketahui oleh Lurah/Kepala Desa setempat). 7) Surat Pernyataan belum pernah mendapat subsidi perumahan. 8) Foto dan gambar rencana rumah yang ingin dibangun 9) Foto rumah yang akan diperbaiki 10) Rincian Anggaran Belanja (RAB) yang ditanda tangani oleh pemohon dan manager LKM BMT yang bersangkutan. 11) Scedhule/jadwal Pelaksanaan Pembangunan/Perbaikan Rumah. 12) Akad pembiayaan pembangunan/Perbaikan Rumah antara LKM BMT dengan pemohon/MBR 13) Foto copy Buku tabungan/SARAS
5. Prosedur Pembiayaan KPRS Prosedur pengajuan pembiayaan adalah cara-cara yang harus dilakukan dalam melaksanakan pemberian pembiayaan, setiap pemberian pembiayaan harus dibuatkan suatu perjanjian antara BMT sebagai pemberi pembiayaan dan nasabah sebagai pemohon, tanpa perjanjian tidak dibenarkan oleh pemerintah,
dalam perjajian pembiayaan dicantumkan segala hak dan kewajiban kedua belah pihak. Untuk mendapatkan pembiayaan KPRS (Kredit Perbaikan Rumah Swadaya) pada BMT Husnayain ada beberapa tahap yang harus dilalui yang pelaksanaannya adalah sebagai berikut: a. Pengajuan permohonan, dilakukan oleh nasabah dengan mengisi formulir permohonan yang berasal dari BMT yang pengembaliannya disertai dengan lampiran-lampiran persyaratan yang diperlukan oleh BMT sebagai analisa lebih lanjut, pada tahap ini juga nasabah memilih pembiayaannya dan juga lamanya jangka waktu pembayaran yang sesuai dengan kemampuan nasabah. b. Wawancara, formulir permohonan dan persyaratan yang telah di ajukan tersebut adalah menjadi dasar penilaian pertama oleh BMT, apakah permohonan yang dianggap memenuhi syarat untuk diproses lebih lanjut. Pemohon yang dianggap memenuhi syarat akan dipanggil untuk mengadakan wawancara dengan pihak BMT Husnayain. c. Survey, setelah pihak BMT mengadakan wawancara kepada nasabah untuk membenarkannya, pihak BMT mengadakan survey atau kunjungan langsung kepada nasabah yang benar-benar layak membutuhkan pembiayaan subsidi ini. Adapun hasil survey berupa foto rumah yang akan diperbaiki kemudian didokumentasikan sebagai bukti. d. Analisis data, data yang telah dikumpulkan oleh BMT baru kemudian di analisis lebih lanjut, apakah permohon layak mendapatkan pembiayaan ini.
e. Bila pengajuan pembiayaan telah memenuhi kelayakan, syarat dan ketentuan dari BMT, BMT akan memberikan PARAS (Pembiayaan Anggota Rumah Sehat) dan mengajukan subsidi KPRS kepada kantor MENPERA f. Selanjutnya kantor MENPERA bersama PINBUK akan menverifikasi permohonan subsidi BMT dan membuat berita acara serta mencairkan subsidi KPRS melalui BMT. g. Setelah
mendapat
surat
putusan
dari
kantor
MENPERA
bahwa
permohonannya layak untuk dapatkan subsidi, BMT membuat surat penegasan pembiayaan, putusan BMT atas permohonan pembiayaan KPRS akan diberitahukan kepada pemohon dengan surat penegasan pembiayaan. h. Sebelum pencairan dana pembiayaan, nasabah harus melaksanakan akad wakalah yaitu BMT Husnayain mewakilkan kepada nasabah untuk membeli bahan-bahan material yang dibutuhkan nasabah untuk memperbaiki rumah dan lainnya. i. Realisasi pencairan dana pembiayaan KPRS yang diberikan pihak BMT untuk pemohon yang telah disetujui. Adapun subsidinya tidak berupa uang melainkan
berupa
barang-barang
bangunan
yang
dibutuhkan
nasabah/pemohon untuk memperbaiki rumah. j. Kewajiban
pemohon,
dengan
adanya
penandatanganan
perjanjian
pembiayaan maka timbul hak dan kewajiban debitur antara lain: 1). Hak dan kewajiban untuk memelihara rumah dengan baik. 2). Kewajiban untuk memenuhi pembayaran angsuran pembiayaan dengan baik
Dari penjelasan mengenai prosedur pembiayaan diatas, penulis menganggap bahwa prosedur pembiayaan berdasarkan teori itu lebih rumit dan berbelit-belit. Sedangkan prosedur pembiayaan yang ada pada BMT Husnayain sangatlah sederhana, dimana nasabah tidak dibebankan dengan persyaratan yang berbelitbelit. Hanya dengan surat pengantar dari RT/RW bahwa rumah yang ditempati pemohon adalah miliknya sendiri, pembiayaan subsidi ini dapat terlaksana dengan mudahnya, walaupun jaminan masih diperlukan hanya sebagai unsur kehatian-hatian tapi tidak dijadikan sebagai yang utama. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa nasabah lebih menyukai suatu prosedur yang simple (sederhana) dari pada yang berbelit-belit. Dan pada kenyataannya, prosedur pembiayaan di BMT Husnayain ini lebih efektif, ini terbukti bahwa BMT husnayain lebih mudah dalam menjaring nasabah dan semakin banyak nasabahnya. 6. Sasaran pembiayaan KPRS a. Kelompok Sasaran adalah keluarga/rumah tangga termasuk perorangan baik yang berpenghasilan tetap maupun tidak tetap, b. Belum pernah memiliki rumah, c. KPRS Mikro Bersubsidi diberikan kepada kelompok sasaran, yang memiliki: − Kavling tanah milik bersertifikat atau surat bukti keabsahan kepemilikan tanah lainnya sepanjang dianggap mencukupi dan dapat diterima oleh Lembaga Penerbit Pembiayaan (BMT Husnayain) yang memberikan pembiayaan perumahan.
− Ijin mendirikan bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh kecamatan atau instansi yang lebih tinggi untuk membangun atau memperbaiki rumah. d. Belum pernah menerima subsidi perumahan dan termasuk ke dalam kelompok Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), sebagai berikut: Kelompok Sasaran
Batasan Penghasilan (Rp./Bulan)
I
1.700.000 ≤ Penghasilan* ≤ 2.500.000
II
1.000.000 ≤ Penghasilan < 1.700.000
III
Penghasilan < 1.000.000
*Penghasilan adalah penghasilan pemohon didasarkan atas gaji pokok pemohon atau pendapatan pokok pemohon perbulan.
e. Subsidi perumahan dalam bentuk subsidi untuk menambah dana pembangunan atau perbaikan rumah sehingga dapat menurunkan pagu pembiayaan yang diangsur setiap bulan secara tetap berikut marginnya. Berikut besaran nilai subsidi untuk masing-masing kelompok sasaran: Maksimum Nilai Subsidi / Rumah Tangga (Rp) Kelompok Sasaran I
Skim KPRS Syariah Bersubsidi 5.000.000
Skim KPRS Syariah Bersubsidi 5.000.00
II
7.000.000
7.000.000
III
9.000.000
9.000.000
f. Maksimum harga rumah yang dapat disubsidi disesuaikan dengan kelompok sasarannya, yaitu maksimum Rp 42.000.000 untuk kelompok sasaran I, maksimum Rp 30.000.000 untuk kelompok II, dan maksimum Rp 20.00.000 untuk kelompok III.
Kelompok Sasaran
Batas Maksimum Dana Membangun/ Memperbaiki Rumah (Rp)
I
42.000.000,-
II
30.000.000,-
III
20.000.000,-
g. Minimum uang muka tidak diatur dalam Permenpera, sedangkan maksimum pembiayaan yang dapat diberikan oleh Lembaga Penerbit Kredit untuk membeli rumah disesuaikan dengan kelompok sasaran. h. Ketentuan tentang tenor tidak diatur dalam Permenpera, namun akan merupakan kesepakatan antara Lembaga Penerbit pembiayaan BMT Husnayain dengan nasabah, disesuaikan dengan kemampuan masing-masing kelompok sasaran.
TENOR Untuk Tenor 4 tahun Kelompok
Minimum
Batas pembiayaan (Rp)
Maksimum
Maksimum
Sasaran
SARAS
Minimum
Maksimum
Subsidi
Tenor (th)
I
2.200.000
10.000.000
15.200.000
5.000.000
4
II
1.900.000
8.000.000
10.300.000
7.000.000
4
III
1.800.000
6.000.000
9.000.000
9.000.000
4
Untuk Tenor 3 tahun Kelompok
Minimum
Sasaran
SARAS
Minimum
I
1.800.000
7.900.000
II
1.500.000
6.400.000
Maksimum
Maksimum
Subsidi
Tenor (th)
12.400.000
3.750.000
3
8.400.000
5.250.000
3
Batas pembiayaan (Rp) Maksimum
III
1.400.000
4.900.000
6.750.000
6.750.000
3
Maksimum
Maksimum
Untuk Tenor 2 tahun Batas pembiayaan (Rp)
Kelompok
Minimum
Sasaran
SARAS
Minimum
Maksimum
Subsidi
Tenor (th)
I
1.250.000
5.600.000
9.000.000
2.500.000
2
II
1.050.000
4.600.000
6.100.000
3.500.000
2
III
1.000.000
3.600.000
4.500.000
4.500.000
2
Untuk Tenor 1 tahun Kelompok
Minimum
Maksimum
Maksimum
Sasaran
SARAS
Minimum
Maksimum
Subsidi
Tenor (th)
I
680.000
2.900.000
4.900.000
1.250.000
1
II
560.000
2.400.000
3.300.000
1.750.000
1
III
500.000
1.900.000
2.250.000
2.250.000
1
Batas pembiayaan (Rp)
Untuk Tenor 6 bulan Batas pembiayaan (Rp)
Kelompok
Minimum
Maksimum
Maksimum
Sasaran
SARAS
Minimum
Maksimum
Subsidi
Tenor (th)
I
350.000
1.200.000
2.500.000
625.000
0,5
II
275.000
1.250.000
1.700.000
875.000
0,5
III
250.000
1.000.000
1.125.000
1.225.000
0,5
•
Subsidi diberikan maksimum sebesar pembiayaan yang diajukan oleh debitur yang disetujui oleh Lembaga penerbit Pembiayaan (BMT Husnayain).
•
Margin ditetapkan oleh Lembaga Penerbit Pembiayaan (BMT Husnayain) sesuai
dengan
kesanggupan
BMT
yang
dituangkan
didalam
MoU
(Memorandum Of Understanding) dan atau PKO (Perjanjian Kerjasama Operasional).
C. Analisis Kesesuaian Konsep Pembiayaan KPRS (Kredit Perbaikan Rumah Swadaya) Mikro Syariah Bersubsidi Berdasarkan Prinsip Syari’ah Melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah BMT Husnayain Dalam pembiayaan KPRS pada BMT husnayain sebenarnya terdapat 2 akad murabahah yang melibatkan 3 pihak. Murabahah pertama dilakukan secara tunai antara BMT Husnayain (sebagai pembeli) dengan penjual bahan-bahan bangunan/material sebagai bentuk penyedian bahan bangunan yang dibutuhkan oleh nasabah. Dan Murabahah kedua dilakukan secara cicilan/angsuran antara BMT (sebagai penjual) dengan nasabah BMT (sebagai pembeli). Lazimnya dalam bisnis, tentu mengambil keuntungan dari transaksi ini. Pembiayaan KPRS ini dapat diilustrasikan dengan sederhana, seorang calon nasabah yang membutuhkan dana untuk memperbaiki/membangun rumah guna memiliki rumah yang layak huni, calon nasabah datang kepada BMT untuk mengajukan pembiayaan. Biasanya calon nasabah sudah mengetahui harga bahan bangunan/material yang dibutuhkan secara tunai. Lembaga keuangan mikro syariah BMT Husnayain akan
menentukan margin keuntungan yang diambilnya dari hasil analisa LKMS BMT Husnayain, maka akad pembiayaan KPRS ini terjadi. Secara Fiqh, Transaksi pembiayaan KPRS bersubsidi terdiri dari beberapa bagian. Pertama, transaksi Hawalah yaitu ketika pengalihan sebagian kewajiban nasabah kepada pemerintah melalui dana subsidi. Kedua, transaksi Wakalah, yaitu ketika BMT ditunjuk oleh nasabah sebagai wakilnya untuk membelikan bahan-bahan bangunan/material yang dibutuhkannya. Ketiga, transaksi Murabahah pertama, yaitu ketika BMT sebagai wakil membeli keperluan nasabah itu secara tunai. Apabila BMT telah melaksanakan amanatnya dengan membeli bahan bangunan tersebut maka secara prinsip BMT telah memiliki bahan bangunan tersebut. Keempat, transaksi Murabahah kedua, yaitu ketika BMT sebagai pemilik barang menjual secara cicilan kepada nasabah. Kelima, kepemilikan bahan bangunan tersebut berpindah tangan ke nasabah, padahal nasabah belum lunas membayar penuh ke BMT, maka timbullah dayn (utang yang timbul bukan akibat pinjam-meminjam uang). Walaupan tidak wajib biasanya diikuti dengan transaksi keenam, yaitu menahan barang jaminan (rahn). Apabila rukun Hawalah terpenuhi (adanya muhil / yang berhutang yang memindahkan hutangnya yaitu nasabah, muhal / pemberi hutang yaitu BMT Husnayain, dan muhal’alaih / yang menerima pemindahan yaitu pemerintah). Rukun Wakalah terpenuhi (adanya muwakkil / yang mewakilkan yaitu Nasabah, wakil / yang diwakilkan yaitu BMT Husnayain, hal-hal yang diwakilkan: pembelian bahan bangunan/material, dan ijab qabul), dan syaratnya juga terpenuhi (dalam hal pihak muwakkil dan wakil adalah cakap hukum, mukallaf, berkuasa dan mampu mengerjakan hal-hal yang diwakilkan; sedangkan mengenai hal-hal yang diwakilkan adalah segala sesuatu yang
dapat diketahui dan dikerjakan secara jelas dan tidak bertentangan dengan syara’) serta terpenuhi Murabahah pertama, yaitu ketika BMT sebagai wakil nasabah membeli barang yang dibutuhkan nasabah secara tunai (original seller) dengan terpenuhi sempurna (adanya penjual-pembeli, barang yang diperjual-belikan dan ijab qabul), syarat-syarat pun terpenuhi. Demikian pula rukun dan syarat pada murabahah kedua juga terpenuhi sempurna. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa transaksi tersebut sah, maka praktik pembiayaan KPRS melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah BMT Husnayain dinilai sah dan sesuai syara’. Dalam hal jual-beli Murabahah pada prinsipnya penyerahan barang harus dilakukan pada saat transaksi jual-beli (akad) berlangsung. Dengan metode pembayaran secara tunai atau cicilan. Sehingga bila segala rukun dan syarat serta komponen Murabahah sebagaimana Fatwa DSN telah terlaksanan maka jual-beli Murabahah sesuai syariah secara kaffah terwujud.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Sebagai penutup dari skripsi ini, penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan hasil pembahasan masalah konsep pembiayaan KPRS melalui LKMS BMT Husnayain didalam prakteknya. Serta beberapa saran dan bentuk sumbangan pemikiran yang hendaknya dapat diperhatikan bersama, terutama bagi pihak-pihak instansi yang terkait dibidang ini. Dari uraian di atas dapat dirangkai kesimpulan sebagai berikut: B. KPRS Mikro Syari’ah disalurkan melalui lembaga penerbit kredit/pembiayaan dalam rangka memfasilitasi pembangunan atau perbaikan rumah yang memenuhi ketentuan rumah sederhana sehat secara swadaya. KPRS Mikro Syari’ah diberikan dengan batasan pagu pinjaman sesuai dengan kemampuan masing-masing kelompok sasaran untuk jangka waktu pinjaman (Tenor) 1 sampai dengan 4 tahun dan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh lembaga penerbit pembiayaan (BMT Husnayain). Lembaga penerbit pembiayaan (BMT Husnayain) yang berpartisipasi dalam program KPRS Mikro Syari’ah bertanggung jawab sepenuhnya untuk menyediakan pokok pinjaman yang dibutuhkan Skim subsidi untuk masing-masing kelompok sasaran adalah berupa subsidi yang diberikan sebagai bantuan pembiayaan pembangunan/perbaikan perumahan untuk mengurangi nilai pokok pinjaman sehingga dapat mengurangi besaran angsuran yang harus dibayar.
Secara umum prosedur pengajuan pembiayaan KPRS (Perbaikan/ Pembangunan Rumah Swadaya) mikro syari’ah melalui lembaga keuangan BMT adalah melalui 4 tahap, yakni: a. Tahap pengajuan permohonan pembiayaan KPRS mikro syariah oleh nasabah kepada pihak BMT. b. Tahapan analisa yang dilaksanakan oleh BMT, dalam hal ini meliputi 3 pilar analisa kemauan, kemampuan dan angsuran. c. Tahap persetujuan (keputusan permohonan) yaitu tahapan keputusan diterima atau ditolaknya permohonan tersebut. d. Sebelum nasabah
menandatangani
akad
pembiayaan
murabahah
pada
pembiayaan perbaikan rumah, nasabah harus melaksanakan akad wakalah yaitu BMT mewakilkan kepada nasabah untuk membeli dan menerima barang-barang material yang diperlukan nasabah untuk memperbaiki rumah. e. Tahapan pelaksanaan perbaikan/pembangunan rumah. C. Adapun sasaran dari pembiayaan KPRS mikro syari’ah adalah: a. Masyarakat mempunyai tanah dan rumah: - Yang layak dalam lingkungan sehat; - Yang layak dalam lingkungan tidak sehat; - Yang tidak layak dalam lingkungan tidak sehat b. Masyarakat tidak mempunyai rumah, mempunyai: - Tanah dalam lingkungan sehat - Tanah dalam lingkungan tidak sehat c. Masyarakat tidak mempunyai tanah dan rumah
d. Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang memiliki Usaha dan Penghasilan yang tidak mempunyai akses ke Lembaga Perbankan. e. Belum pernah memmdapatkan subsidi perumahan. D. Berdasarkan hasil penelitian penulis, sejauh ini konsep KPRS pada BMT Husnayain tidak bertentangan dengan prinsip syariah, baik dari segi dasar hukum yang digunakan sebagai landasan maupun praktek operasionalnya. Dalam pembiayaan KPRS ini akad jual-beli murabahah sudah terpenuhi, seperti dalam hal rukun dan syarat sah jual-beli; terpenuhinya ketentuan adanya penjual dan pembeli, adanya sighat; adanya barang yang diperjual-belikan serta harus barang yang halal menurut syari’ah, dan adanya nilai tukar pengganti.
B. Saran 1. Bagi lembaga keuangan mikro syari’ah (khusunya BMT Husnayain) yang mulai berkembang saat-saat ini diharapkan lebih meningkatkan pelayanan, buat inovasiinovasi baru yang tidak bertentangan dengan syari’ah islam, tingkatkan sosialisasi produk-produk BMT kepada masyarakat baik melalui media massa, elektronik maupun dilakukan secara langsung. Sehingga masyarakat dapat lebih jelas membedakan antara BMT dan lembaga keuangan lainnya. 2. Bagi masyarakat umum, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman akan BMT lebih dalam lagi khususnya mengenai produk-produk pada BMT. Sehingga masyarakat dapat beralih untuk menggunakan dan memanfaatkan BMT sebagai pilihan utama.
3. Bagi akademis, diharapkan dapat lebih meningkatkan kualitas kurikulum dalam bidang perbankan syari’ah, dan dapat meningkatkan kualitas SDM-nya sehingga tercipta SDM yamg handal & profesional dalam bidang perbankan syari’ah serta dapat diterima dengan baik dalam masyarakat luas
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Departemen Agama RI, 1992. Al Imam al-Hafiz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibnu Majah, Beirut: al-Fikr, 1995, Jilid I. Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Suatu Pengenalan Umum. Jakarta: Tazkia Institute, 1999, Cet.Ke-1. Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002, Edisi Revisi V. Bank Indonesia. Petunjuk Pelaksanaan Pembukuan Kantor Cabang Bank Syari’ah. Jakarta: BI, 1999. BMT Husnayain. Profil BMT Husnayain. Jakarta: BMT Husnayain. _____________. Brosur BMT Husnayain. Jakarta: BMT Husnayain. Dewan Syari’ah Nasional-MUI. Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional. Jakarta: DSN, 2003, Cet.Ke-2. Djazuli, H.A dan Janwari, Yadi. Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat: Sebuah pengenalan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, Cet.Ke-1. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1992, Cet-XXI. Haroen, Nasrun., H., DR., MA. Fiqh Muamallah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000, Cet.Ke-1. Karim, Adiwarman, Ir., SE., MBA., MAEP., Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, cet.ke-1 Lubis, Ibrahim, Ekonomi Islam: Suatu Pengantar. Jakarta: Kalam Mulia, 1995.
Majdid, Abd. Baihaqi, dan Rasyid, A. Saifuddin. Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syari’ah. Jakarta: PINBUK, 2000. Muhammad. Manajemen Dana Bank Syari’ah. Jakarta: Ekonisia – UII, 2001. Muhammad. Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Ekonomi Islam. Jakarta: Salemba empat, 2002. Mujieb, Abd. Muhammad. Kamus Istilah Fiqh. Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994. Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta: 2007. PINBUK. BMT Sebagai Alternatif Model Lembaga Keuangan Mikro. Jakarta: PINBUK, 1998. ________, Peraturan Dasar dan Contoh AD-ART BMT, Jakarta: PINBUK, 1998. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Usaha Kecil (P3UK). Pendidikan dan Pelatihan BMT, Diktat. Prowikusumo, Soeharto. Mengembangkan Strategi Ekonomi. Jakarta: Sinar Harapan, 1998. Suhendi, Hendi. dkk. BMT dan Bank Islam Instrumen Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004. Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia, 2003. Sholahudin, Muhammad. Lembaga Ekonomi Muhamadiyah University Press, 2006.
dan
Keuangan
Islam.
Surakarta:
Wiroso, SE., MBA., Jual-beli Murabahah. Yogyakarta: UII Press, 2005, Cet.Ke-1. www.kemenpera.go.id Yunus, Mahmud. Kamus Bahasa Arab-Indonesia. Jakarta: Hidayakarya Agung, 1990, Cet.Ke-8 Zuhaili, Wahbah. Al-Fiqhu al-Islami wa Adilatuhu, terjemahan Md. Akhir haji Yacoob, et.al., Malaysia, dewan Bahasa dan Pustaka, 1995, Cet.Ke 1.
HASIL WAWANCARA Nama Jabatan Hari/tgl Tempat
: Drs. Komarudin : Direktur BMT Husnayain : 15 Februari 2008 : Kantor BMT Husnayain Pasar Rebo
1. Tanya: Apa yang dimaksud dengan pembiayaan KPRS? Jawab: Pembiayaan KPRS adalah Kredit/pembiayaan Perbaikan Rumah Swadaya. Masyarakat berpenghasilan rendah saat ini sudah bisa menikmati fasilitas kredit/pembiayaan perbaikan rumah. Pemerintah memberikan subsidi sampai Rp 9 juta per unit. Pembiayaan itu bisa diakses melalui lembaga keuangan bukan bank dan sekarang sudah ada di BMT Husnayain. 2. Tanya: Apa akad yang digunakan dalam pembiayaan KPRS ini? Jawab: Akad murabahah, BMT membeli barang-barang yang diperlukan nasabah untuk memperbaiki rumahnya. Karena dari Kementrian Perumahan Rakyat sendiri tidak dibolehkan memberikan berupa uang, harus berupa barang. Ditakutkan dana subsidi yang diberikan tidak digunakan sesuai kesepakatan yaitu untuk menrenovasi rumah melainkan untuk hal-hal yang lain seperti membeli sepeda motor,dll. 3. Tanya: Mengapa BMT Husnayain terpilih sebagai BMT penerima dana subsidi untuk pembiayaan KPRS dari pemerintah?apa yang menjadi criteria dari pemerintah? Jawab: Karena BMT Husnayain sudah memenuhi criteria yang diajukan dari pemerintah. Ketentuan LKM-BMT • Berbadan hukum koperasi (minimal 2 tahun) • Memiliki RAT dalam 2 tahun terakhir • Memiliki asset diatas 1 milyar rupiah • Sehat secara kelembagaan dan keuangan • Di Rekomendasikan PINBUK • Bersubsidi dan sanggup sebagai LKM-BMT pelaksana KPRS/KPRS mikro syari’ah bersubsidi • Menyediakan sebagian/seluruh pokok pembiayaan KPRS/KPRS mikro syari’ah bersubsidi • Mempunyai produk Tabungan/Simpanan Anggota Rumah Sehat (SARAS) dan pembiayaan anggota Rumah Sehat (PARAS) • Anggota dan calon anggota memiliki usaha produktif berskala kecil/mikro atau memiliki penghasilan
• Sanggup bertanggung jawab antar LKM-BMT dikabupaten/kota untuk menjamin kelancaran pelaksanaan subsidi dan tepat sasaran minimal direkomendasikan oleh 3 LKM-BMT di kab/kota • Sanggup membuat laporan penyerapan dana subsidi. 4. Tanya: Berapa jumlah nasabah BMT Husnayain sampai dengan tahun 2008? Jawab: Jumlah nasabah BMT Husnayain untuk tabungan ± 5000 orang dan untuk pembiayaan ± 2000 orang. Untuk pembiayaan KPRS mikro syariah sudah 21 orang, batas yang diberikan oleh Pemerintah adalh 100 orang untuk 100 unit rumah. 5. Tanya: Bagaimana prosedur pengajuan pembiayaan KPRS pada BMT Husnayain? Jawab: Secara umum prosedur pengajuan pembiayaan KPRS (Perbaikan/Pembangunan Rumah Swadaya) mikro syari’ah melalui lembaga keuangan BMT adalah melalui 4 tahap, yakni: f. Tahap pengajuan permohonan pembiayaan KPRS mikro syariah oleh nasabah kepada pihak BMT. g. Tahapan analisa yang dilaksanakan oleh BMT, dalam hal ini meliputi 3 pilar analisa kemauan, kemampuan dan angsuran. h. Tahap persetujuan (keputusan permohonan) yaitu tahapan keputusan diterima atau ditolaknya permohonan tersebut. i. Bila pengajuan pembiayaan telah memenuhi kelayakan, syarat dan ketentuan dari BMT, BMT akan memberikan PARAS (Pembiayaan Anggota Rumah Sehat) dan mengajukan subsidi KPRS kepada kantor MENPERA j. Selanjutnya kantor MENPERA bersama PINBUK akan menverifikasi permohonan subsidi BMT dan membuat berita acara serta mencairkan subsidi KPRS melalui BMT. k. Sebelum pencairan dana subsidi, nasabah harus menandatangani akad pembiayaan murabahah pada pembiayaan KPRS, nasabah harus melaksanakan akad wakalah yaitu BMT mewakilkan kepada nasabah untuk membeli dan menerima barang-barang material yang diperlukan nasabah untuk kebutuhan memperbaiki rumah. l. Tahapan pelaksanaan atau penandatanganan akad pembiayaan KPRS. m. Realisasi pembangunan/perbaikan rumah. 6. Tanya: Dalam pelaksanaannya apa saja persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah dalam mengajukan pembiayaan KPRS ini? Jawab: 1) Foto copy KTP (suami/istri), Kartu Keluarga dan Surat Nikah. 2) Foto copy Sertifikat Hak Milik Tanah/Rumah Pemohon. 3) Surat Keterangan Keabsahan Kepemilikan Tanah/Rumah Pemerintah Kecamatan Atau Pejabat Terkait.
Dari
4) Surat ijin Mendirikan Bangunan (IMB) Dari Instansi Terkait/Pemerintah Kecamatan, Bagi Pemohon Yang Akan Bangun Rumah Baru. 5) Slip Gaji/Surat Keterangan Penghasilan (bagi yang berpenghasilan tetap) dari kantor/perusahaan yang bersangkutan. 6) Surat keterangan berpenghasilan tidak tetap (yang diketahui oleh Lurah/Kepala Desa setempat). 7) Surat Pernyataan belum pernah mendapat subsidi perumahan. 8) Foto dan gambar rencana rumah yang ingin dibangun 9) Foto rumah yang akan diperbaiki 10) Rincian Anggaran Belanja (RAB) yang ditanda tangani oleh pemohon dan manager LKM BMT yang bersangkutan. 11) Scedhule/jadwal Pelaksanaan Pembangunan/Perbaikan Rumah. 12) Akad pembiayaan pembangunan/Perbaikan Rumah antara LKM BMT dengan pemohon MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) 13) Foto copy Buku tabungan SARAS (Simpanan Anggota Rumah Sehat) 7. Tanya: Siapa sajakah yang menjadi sasaran dari pembiayaan KPRS ini? Jawab: Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang memiliki usaha dan penghasilan yang tidak mempunyai akses kelembaga perbankan. Belum memiliki rumah atau sudah memiliki rumah tapi tidak layak huni. Belum pernah menerima subsidi perumahan. 8. Tanya: Bagaimanakah cara pembayaran pembiayaan KPRS yang dilakukan oleh BMT Husnayain? Jawab: Secara angsuran atau cicilan pada setiap bulannya, adapun jangka waktunya tergantung pada pilihan nasabah. Maksimal lamanya 4 tahun. 9. Tanya: Berapa jumlah saldo tabungan minimum di BMT Husnayain agar nasabah dapat memperoleh pembiayaan KPRS ini? Jawab: Dalam peraturan MENPERA saldo minimal nasabah Rp. 1 juta rupiah, tapi BMT Husnayain tidak memberlakukan itu, melihat kondisi masyarakat yang tidak memungkinkan, jadi kami hanya menetapkan saldo minimal Rp.500.000,10. Tanya: Apakah dalam pembiayan ini diwajibkan menyediakan jaminan? Jika iya, jaminan dalam bentuk apa yang ditetapkan oleh BMT Husnayain? Jawab: Jaminan bukankah satu syarat yang mutlak untuk dipenuhi dalam pembiayaan KPRS ini, tetapi jaminan dimaksudkan untuk menjaga agar si nasabah tidak main-main dengan pembiayaan ini. Kami tidak ingin memberatkan nasabah, hanya dengan surat keterangan dari RT/RW atas kepemilikan rumah itu saja bisa dijadikan jaminan. Karena kami benar-benar
tulus membantu masyarakat sekitar demi mendapatkan tempat tinggal yang layak huni. 11. Tanya: Untuk tujuan apakah nasabah mengajukan pembiayaan KPRS ini? Jawab: Untuk merenovasi rumah agar menjadi tempat tinggal layak huni Dengan adanya tambahan subsidi dari pemerintah otomatis meringankan pinjaman nasabah. 12. Tanya: Bagaimanakah cara BMT dalam menyelesaikan pembayaran macet? Jawab: Memberikan Surat peringatan. Surat pemanggilan. Reschedule ulang. Penambahan jangka waktu. Dan jika nasabah masih mengalami kendala dalam pembayaran tiap bulannya, maka kami memberikan kebijakan terakhir yaitu Pengurangan jumlah pinjaman nasabah tiap bulan. 13. Apa keuntungan dan kerugian yang didapat oleh BMT Husnayain dalam menerapkan pembiayaan KPRS? ¾ Keuntungan o Kepuasan bathin karena dapat menolong orang-orang yang benar-benar membutuhkan tempat tinggal yang layak. o Bertambahnya citra BMT dimata Masyarakat sekitar. o Bertambahnya kepercayaan masyarakat terhadap BMT Kerugian o Memakan cukup banyak waktu dan biaya tranportasi, karena untuk mensurvey lokasi perbaikan rumah. 14. Tanya: Apakah pembiayaan ini memberikan pengaruh terhadap tingkat pendapatan BMT Husnayain? Jawab: o Jelas memberi pengaruh karena dengan adanya program ini BMT lebih dikenal oleh masyarakat umum khususnya masyarakat Pasar Rebo dan sekitarnya, selama ini masyarakat masih memandang sebelah mata BMT, dengan adanya program citra BMT bertambah baik. 15. Tanya: Apakah pembiayaan KPRS ini telah sesuai dengan ketentuan syariah?
Jawab: Pembiayaan KPRS (Perbaikan Rumah Swadaya) Mikro Syari’ah telah sesuai dengan prinsip syari’ah dimana akad jual-beli murabahah sudah terpenuhi, seperti dalam hal rukun dan syarat sah jual-beli; terpenuhinya ketentuan adanya penjual dan pembeli, adanya sighat; adanya barang yang diperjual-belikan serta harus barang yang halal menurut syari’ah.