Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBUATAN AKTA KEMATIAN DI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA Oleh: RIFKI SETIADI NIM. E42011046 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Tahun 2015 E-mail :
[email protected]
Abstrak Skripsi ini membahas tentang implementasi pembuatan akta kematian, yang bertujuan untuk dapat memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan implementasi akta kematian di Kecamatan Sungai Kakap. Skripsi ini berdasarkan adanya fenomena masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui dan memahami akta kematian dikarenakan sosialisasi yang diberikan belum cukup optimal kepada masyarakat dan partisipasi masyarakat juga kurang untuk mengikuti sosialisasi tersebut guna untuk mencapai target yang ditentukan. Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Subjek dalam penelitian yakni aparat Disdukcapil, aparat Kecamatan, aparat Desa, Ketua RT selaku implementor dan masyarakat yang terlibat dalam implementasi kebijakan akta kematian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan yakni banyak masyarakat yang belum mengetahui dan memahami tentang akta kematian dan juga kurangnya partisipasi masyarakat dalam sosialisasi yang diberikan. Ini terjadi dikarenakan faktor komunikasi, faktor sumber daya dan disposisi sikap pelaksana yang masih kurang dalam pengimplementasian kebijakan akta kematian di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. jadi rekomendasi peneliti kepada semua petugas yang terkait dalam kebijakan dapat memberikan ide – ide yang lebih kreatif untuk menarik dan mempermudah masyarakat agar lebih cepat untuk mengurus administrasi kependudukan khususnya akta kematian. Kata-kata Kunci: implementasi, akta kematian, masyarakat..
THE IMPLEMENTATION OF MAKING DEATH CERTIFICATE AT SUNGAI KAKAP SUB-DISTRICT KUBU RAYA REGENCY Abstract This research discusses the Implementation of making death certificate, the target is to get a picture of the implementation of the death certificate in Sungai Kakap Sub-district. this research is obtained by the phenomenon are still many people who do not know and understand the death certificate because socialization is given not quite optimal to the community and community participation is also less socialization to follow in order to achieve the specified targets. This research used a descriptive with qualitative methods. Subjects in this research is Disdukcapil apparatus, Sub-district apparatus, Village apparatus, Chairman of RT as the implementor and the people involved in this death certificate policy implementation. Data collection techniques used are interview and documentation techniques. The conclusion of this research is many people who do not know and understand about the death certificate and also the lack of community participation in socialization given. This happens because the communication factor, the factor of resources and disposition executive attitudes that are still lacking in the implementation of policies in the death certificate at Sungai Kakap Sub-district Kubu Raya Regency. so the researchers recommendation to all officers, involved in the policy may provide a more creative ideas , to attract and facilitate faster in order to take care of the administration of residence. Keywords: Implementation, Death Certificates, Society.
1 RIFKI SETIADI, NIM. E42011046 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
dinamis, tertib, dan tidak diskriminatif
A. PENDAHULUAN
dalam 1.
pencapaian
keberhasilan
implementasi kebijakaan publik yang telah
Latar Belakang Penelitian Menurut data Badan Pusat Statistik
dibuat.
Oleh
sebab
itu
harus
ada
(2014) melalui Sensus Penduduk tahun
penyesuaian terhadap beberapa ketentuan
2010, Indonesia memiliki jumlah penduduk
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
sebesar 237.641.326 jiwa (data BPS).
2006 tentang Administrasi Kependudukan.
Jumlah dengan angka mencapai 200 juta jiwa
tersebut
menempatkan
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas,
Indonesia
maka pada tanggal 24 Desember 2013 telah
sebagai negara terpadat nomor 4 dunia.
ditetapkan Undang Undang Nomor 24
dengan jumlah penduduk yang begitu besar
Tahun 2013 tentang perubahan atas Undang
maka dapat dikatakan bahwa hal ini
Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
berbanding lurus dengan potensi sumber
administrasi
daya manusia yang dapat diperoleh. Namun
Undang-Undang No. 24 Tahun 2013 Pasal
sejalan
dengan
pertumbuhan
terus
bertambahnya
44
tentang
penduduk
menimbulkan
bahwa:
kependudukan.
akta
kematian
Dalam
disebutkan
berbagai masalah bagi Indonesia itu sendiri,
1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh
salah satunya kepadatan penduduk ditingkat
ketua rukun tetangga atau nama lainya
pusat maupun daerah oleh sebab itu tidak
di domisili penduduk kepada instansi
sedikit masalah- masalah sosial yang terjadi
pelaksana setempat paling lambat 30
di
implementasi
(tiga puluh ) hari sejak tanggal
kebijakan publik. Implementasi kebijakan
kematian. (UU No 24 tahun 2013 pasal
merupakan tahapan yang sangat penting
44 ayat 1)
dalam keseluruhan struktur kebijakan dan
2) Berdasarkan
dalamnya
implementasi
termasuk
juga
merupakan
suatu
dimaksud
laporan
pada
(1),
Pejabat
kegiatan yang begitu kompleks, melibatkan
Pencatatan
banyak aktor dengan berbagai kepentingan
Register
mereka masing-masing.
menerbitkan kutipan Akta kematian.
Dalam
Akta
mencatat
pada
kematian
dan
rangka
meningkatkan
Administrasi
Kependudukan
dimaksud pada ayat (2) dilakukan
tentu saja harus sesuai dengan standar
berdasarkan keterangan kematian dari
seperti
pihak berwenang.
pelayanan
pelayanan
Kependudukan
yang
Administrasi profesional,
memenuhi standar teknologi informasi,
3) Pencatatan
Sipil
ayat
sebagaimana
kematian
sebagaimana
4) Pengurusan dan penerbitan dokumen pendudukan tidak dipunggut biaya. 2
RIFKI SETIADI, NIM. E42011046 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
tersebut adalah disposisi (sikap pelaksana) Dalam Undang-Undang No. 24 Tahun
2013
kependudukan
tentang juga
administrasi
disebutkan
bahwa
karena sesuai undang-undang No. 24 tahun 2013 bahwa
setiap kematian wajib
dilaporkan oleh ketua rukun tetangga atau
kegunaan akta kematian antara lain:
nama lainya di domisili penduduk kepada
a. Merupakan alat bukti yang paling kuat
instansi pelaksana setempat paling lambat
dalam menentukan kedudukan hukum
30 (tiga puluh ) hari sejak tanggal kematian.
seseorang.
Dari undang-undang tersebut dapat dilihat
b. Merupakan
akta
otentik
yang
bahwa masyarakat tidak lagi berkewajiban
mempunyai alat pembuktian sempurna
melaporkan kematian melainkan ketua RT
di depan hakim atau pengadilan.
yang
c. Memberikan kepastian hukum yang sebenar-benarnya
tentang
berkewajiban
melaporkan
setiap
peristiwa kematian penduduknya. Oleh
kejadian-
sebab itu dalam hal ini disposisi atau sikap
kejadian mengenai kelahiran, kematian,
pelaksana memiliki peran penting dalam
perkawinan dan pengakuan anak serta
menjalankan penyampaian kebijakan dari
perceraian.
pihak
yang
berwenang
karena
sikap
d. Dari segi praktisnya akta kematian
pelaksana tersebut merupakan faktor dalam
pada khususnya di Catatan Sipil dapat
menyampaikan informasi dan komunikasi
digunakan untuk tanda bukti yang
yang
otentik dalam hal pengurusan warisan,
mengetahui,
klaim asuransi, persyaratan perkawinan
pentingnya pembuatan akta kematian.
janda atau duda dan pensiunan. Menindaklanjuti
masyarakat
memahami,
tentang
Di dalam pelaksanaan implementasi tersebut,
kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah
Raya
Daerah Kabupaten Kubu Raya melalui
tentang
Peraturan Daerah Kabupaten Kubu Raya
kependudukan dan pencatatan sipil yaitu
No. 3 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Peraturan Daerah Kubu Raya No.3 Tahun
Administrasi Kependudukan diduga belum
2011 tentang penyelenggaran administrasi
berjalan optimal seperti yang diharapkan.
kependudukan. Adapun fenomena yang
Menurut
terjadi di Kecamatan Sungai Kakap adalah
pemuktahiran semester 1 tahun 2014 bahwa
masih banyaknya masyarakat yang belum
jumlah penduduk Kabupaten Kubu Raya
mempunyai akta kematian. Adapun salah
adalah 596.430 jiwa. Dengan realisasi tahun
satu
2014
pemerintah membuat
Kabupaten suatu
faktor
yang
hal
mengakibatkan
Kubu
kebijakan
dianggap
perlu
diperhatikan dalam implementasi kebijakan
hasil
pada
data
cakupan
manual
penerbitan
dan
akta
kematian sebesar 584 jiwa atau 14% dari 3
RIFKI SETIADI, NIM. E42011046 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
target Nasional yaitu 4.054 jiwa dan jumlah
(dua) sisi yaitu sisi proses dan hasil.
penduduk
Kerena
yang
belum
memiliki
akta
masih
banyaknya
jumlah
kematian sebesar 3.470 jiwa atau 86 %.
masyarakat yang belum membuat akta
Yang terlihat pada table 1 berikut:
kematian di Kecamatan Sungai Kakap
Tabel 1 Daftar Kepemilikan Akta Kematian PerKecamatan di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2014
peneliti
ingin
melihat
hasil
dari
implementasi yang dilakukan tersebut. Dari Sembilan
kecamatan
yang
ada
di
Jumlah yang No Kecamatan Memiliki Akta Kematian 787 452 1 Sungai Raya (19,42 %) (11,1 %) Kuala 229 7 2 Mandor B (5,65 %) (0,17 %) Sungai 596 21 3 Ambawang (14,70 %) (0,51 %) 519 5 4 Terentang (12,80 %) (0,12 %) 163 10 5 Batu Ampar (4,02 %) (0,24 %) 350 14 6 Kubu (8,63 %) (0,34 %) 467 8 7 Rasau Jaya (11,52 %) (0,19 %) Teluk 278 13 8 Pakedai (6,86 %) (0,32 %) Sungai 665 54 9 Kakap (16,40 %) (1,33 %) 4.054 584 Jumlah (100 %) (14 %) Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kubu Raya 2014
Kabupaten Kubu Raya penulis memilih
2.
Kematian di Kecamatan Sungai Kakap
Jumlah Penduduk Yang Meninggal
Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah
Kecamatan Sungai Kakap sebagai fokus penelitian
dikarenakan
masih
banyak
masyarakat yang telah meninggal tetapi tidak memiliki akta kematian di kecamatan tersebut selain itu masalah ini adalah masalah yang urgent yaitu masalah yang harus segera diselesaikan agar proses administrasi kedepannya berjalan dengan baik.
3.
Rumusan Permasalahan Berdasarkan
dikemukakan merumuskan
di
uraian atas,
masalah
yang
maka
penulis
sebagai
berikut:
Mengapa Implementasi Kebijakan Akta
Kabupaten Kubu Raya tidak efektif?
yang telah diuraikan masalah pada bagian sebelumnya dan agar penulisan ini tidak
4.
Tujuan Penelitian
meluas, maka penulis mengambil fokus
Berdasarkan
permasalahan
dirumuskan,
maka
penelitian pada : Implementasi Kebijakan
telah
Pembuatan Akta Kematian di Kecamatan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya
penyebab implementasi kebijakan akta
dilihat
kematian di Kecamatan Sungai Kakap
dari
segi
keberhasilan
pengimplementasian dapat dilihat dari 2
tujuan
yang dari
Kabupaten Kubu Raya yang tidak efektif ? 4
RIFKI SETIADI, NIM. E42011046 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Sungai Kakap Kabupaten Kubu 5.
Raya.
Manfaat Penelitian. 1) Manfaat Teoritis
c. Bagi
Program
Studi
Ilmu
Penelitian ini diharapkan berguna
Pemerintahan
untuk pengembangan teori dan
Pemerintah
menambah pengetahuan di bidang
Kalimantan
kebijakan publik terutama yang
Universitas
berkaitan
penelitian ini sebagai salah satu
dengan
implementasi
kebijakan publik..
Provinsi Barat
dan
Tanjungpura,
sumbangan
2) Manfaat Pratis Adapun
Kerjasama
pemikiran
mahasiswa bagi peningkatan
manfaat
praktis
dari
taraf pendidikan di Kalimantan
penelitian ini adalah:
Barat.
a. Bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil
Kabupaten
Kubu Raya, hasil penelitian ini diharapkan
dapat
digunakan
sebagai bahan masukan bagi peningkatan
kinerja
instansi
dan penilaian proses sosialisasi yang
B. TEORI DAN METODOLOGI
berhubungan
1. Teori a) Kebijakan publik Menurut James Anderson dalam
dengan
Agustino (2012:7) memberikan pengertian
pembuatan akta kematian di
atas dasar definisi kebijakan publik, yaitu
Kecamatan
serangkaian kegiatan yang mempunyai
Sungai
Kakap
Kabupaten Kubu Raya.
maksud atau tujuan tertentu yang diikuti
b. Bagi pihak masyarakat, hasil dari
penelitian
memberikan
ini
bisa
dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok
aktor
yang
berhubungan
pengetahuan
dengan sesuatu permasalahan atau sesuatu
tentang pentingnya disposisi
hal yang diperhatikan. Sedangkan menurut
(sikap pelaksana) yang harus
Tachjan (2000:15) kebijakan merupakan
dilakukan
oleh
rangkaian keputusan yang mengandung
terkait.
Sehingga
meningkatkan masyarakat
dalam
pihak-pihak dapat
konsekuensi moral yang di dalamnya ada
partisipasi
keterkaitan dan kepentingan rakyat banyak
membuat
dan keterkaiatan terhadap tanah air atau
akta kematian di Kecamatan
tempat dimana yang bersangkutan berada. b) Implementasi Kebijakan Publik 5
RIFKI SETIADI, NIM. E42011046 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Implementasi “implementation”,
berasal
dari
implementasi
kata dapat
membutuhkan
informasi
atau
menyampaikan pengaduan.
dikatakan sebagai pelaksanaan program atau kebijakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. menurut
makna Implementasi
Grindle
Indikator ini digunakan untuk menilai
Winarno
seberapa besar kelompok sasaran yang
2012:149) memberikan pandangan bahwa
sudah dapat dijangkau oleh kebijakan
secara
publik yang diimplementasikan.
umum
(dalam
2) Cakupan
implementasi
adalah
membentuk suatu kaitan yang memudahkan
3) Frekuensi
tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan
Frekuensi merupakan indikator untuk
sebagai
kegiatan
mengukur seberapa sering kelompok
pemerintah. implementasi menurut Van
sasaran dapat memperoleh layanan
Meter
Winarno
yang dijanjikan oleh suatu kebijakan.
implementasi
Semakin tinggi frekuensi layanan maka
dampak
Van
dari
Horn
2012:149)
suatu
(dalam
membatasi
kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang
akan
dilakukan
kebijakan tersebut.
oleh
individu-individu
atau
kelompok pemerintah maupun swasta yang
semakin
baik
implementasi
4) Bias (Menyimpang)
diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah
Bias
ditetapkan.
digunakan
untuk
menilai
pelayanan
yang
diberikan
Selanjutnya
dalam
mengukur
merupakan
indikator
apakah oleh
kinerja implementasi kebijakan Purwanto
implementor
dan Sulistyastuti (2012:106-110) ada tujuh
kelompok masyarakat
indikator, antara lain:
menjadi
1) Akses
pelayanan yang diberikan pemerintah
Indikator
akses
mengetahui
digunakan
bahwa
pelayanan
yang
dijangkau
oleh
untuk
program
diberikan kelompok
atau mudah
sasaran.
menyimpang
yang
sasaran
kepada
yang bukan
untuk
menikmati
melalui suatu kebijakan. 5) Ketepatan Layanan (Service Delivery) Indikator ini digunakan untuk menilai apakah
pelayanan
yang
diberikan
Selain itu akses juga mengandung
dalam implementasi suatu program
pengertian
dilakukan tepat waktu atau tidak.
kebijakan
bahwa mudah
implementor oleh
Indikator ini sangat penting untuk
masyarakat yang menjadi kelompok
menilai output suatu program yang
sasaran
memiliki sensitivitas terhadap waktu.
kebijakan
dikontak
apabila
mereka
6) Akuntabilitas 6 RIFKI SETIADI, NIM. E42011046 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Indikator ini digunakan untuk menilai apakah tindakan para implementor
1.
Komunikasi
dalam menjalankan tugas mereka untuk menyampaikan kepada
keluaran
kelompok
kebijakan
sasaran
dapat
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi
selama
di
lapangan
menunjukkan masih kurangya sosialisasi
dipertanggungjawabkan atau tidak.
yang diberikan oleh pihak implementor
7) Kesesuaian program dengan kebutuhan
dalam hal ini dinas Dis Dukcapil. Selain itu
Indikator
ini
digunakan
untuk
disaat melakukan sosialisasi
partisipasi
mengukur apakah berbagai keluaran
masyarakat kurang sehingga masih banyak
kebijakan yang diterima oleh kelompok
masyarakat
sasaran
memahami pentingnya akta kematian
memang
sesuai
dengan
bemum
mengetahui
dan
kebutuhan mereka atau tidak. 3. Sumber Daya Berdasarkan
hasil
penelitian
terhadap seluruh informan dan dokumentasi
2. Metode Penelitian Penelitian
dengan
judul
selama melakukan penelitian di lapangan
Implementasi Kebijakan Pembuatan Akta
mengenai Sumber Daya. Dalam melakukan
Kematian di Kecamatan Sungai Kakap
implementasi menunjukan bahwa perlu
Kabupaten Kubu Raya menggunakan jenis
adanya
penelitian
sosialisasi
deskriptif
dan
pendekatan
penambaan agar
pegawai
imlementasi
dalam berjalan
kualitatif. Menurut Tohardi dalam materi
dengan lancar selain
kuliah (2012) penelitian deskriptif yaitu
prasarana juga di perlukan agar imlementasi
penelitian
untuk
kebijakan pembuatan akta kematian ini
sikap,
tercapai sesuai Perda Kubu Raya No.3
yang
mengambarkan
bertujuan
situasi
tertentu,
perilaku, pandangan, fenomena, proses
tahun
yang
kependudukan.
berlangsung
dalam
masyarakat,
2011
itu sarana dan
tentang
administrasi
peneliti berusaha untuk mengumpulkan fakta untuk mengembangkan konsep, model namun tidak bertujuan untuk menguji teori atau hipotesis
4. Disposisi Berdasarkan
hasil
wawancara,
tetang disposisi (sikap pelaksna) yaitu lamanya laporan aparatur desa ke dinas pencatatan sipil atas warga yang meninggal
C. HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN
DAN
dunia. Lamanya laporan yang diberikan aparatur desa tentang masyarakat yang 7
RIFKI SETIADI, NIM. E42011046 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
meninggal
dunia
membuat
proses
pemerintah masih kurang dan perlu
pembuatannya menjadi terhambat.
adanya pengembangan serta pelatihan
2.
agar sumber daya yang telah ada bisa
Struktur Birokrasi Hasil wawancara dan dokumentasi
yang dilakukan , struktur birokrasi pada
diberdayakan secara maksimal. 3. Disposisi (sikap pelaksana), dalam
kecamatan juga sudah tertata dengan baik
pelaksanaan
dengan
dan
Pelaksana) harus sesuai dengan aturan
kewenangan dalam pelaksanaan program
yang berlaku karena lamanya laporan
yang jelas. Bahkan perangkat desa juga
ketua
diikut
kependududkan yang mana laporan
adanya
sertakan
pembagian
dalam
tugas
sosialisasi
dan
RT
Disposisi
tentang
harus
(sikap
administrasi
penyelenggaraan program ini. Sehingga
tersebut
adanya hierarki yang baik dan masyarakat
bulannya agar dapat diperbaharui
juga dengan mengetahui dengan mudah
dengan
manfaat dari sosiaisasi dilaksankankan ini.
pemerintah
yang
dilaporkan
baru
tiap
sehingga
desa
dapat
memperbaharui data yang lama dan proses administrasi D. SIMPULAN,
SARAN,
DAN
dapat berjalan
dengan lancar tanpa terjadi hambatan. Hal ini tettu saja harus di perhatikan
KETERBATASAN
agar implementasi kebijakan yang dpat tercapai sesuai yang diinginkan.
a) Simpulan 1. Komunikasi,
dalam
melakukan
4. Struktur birokrasi yang ada harus
sosialisasi Pihak pelaksana kebijakan
sesuai dengan kebutuhan dan sasaran
telah berupaya agar informasi yang
yang
diterima kepada masyarakat tentang
pelaksanaan implementasi kebijakan
wajib dan pentingnya melaksanakan
di
kebijakan ini baik secara langsung
Kabupaten Kubu Raya,
maupun melalui selebaran-selebaran
birokrasi
atau poster-poster, maupun melalui
dengan baik
media suara seperti radio. partisipasi
masyarakat
ingin
dicapai.
Kecamatan
dianggap
Dan
Sungai
sudah
dalam
Kakap struktur tertata
Namun dalam
implementasi kebijakan ini masih rendah .
b) Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, ada
2. Sumber Daya, dalam pelaksanaan
beberapa masukan atau saran kepada pihak
implementasi, sumber daya aparatur
Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu 8
RIFKI SETIADI, NIM. E42011046 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Raya agar dapat mencapai target akta
1.
Adanya batasan waktu dimana waktu
kematian seperti yang telah ditentukan,
yang di berikan lembaga yaitu
yakni :
sebanyak 11 hari atau kurang dari 2
1. Perlu adanya pendekatan dan sosialisasi
minggu. Dalam waktu 11 hari tersebut
kembali kepada masyarakat terhadap
penulis melakukan wawancara, dan
pentingnya memiliki akta kematian ini.
dokumentasi sekaligus melakukan
Sehingga
analisis data.
mereka
benar-benar
tahu
tentang manfaat melaksanakan kebijakan
2.
ini.
Kurangnya literature yang dimiliki penulis karena sulitnya mendapatkan
2. Perlu adanya prosedur yang jelas, apaapa
saja
yang
dibutuhkan
buku-buku terutama tentang
sebagai
pemerintahan karena masih pada
kelengkapan dalam pembuatan akta kebijakan
ini,
dipermudah
sehingga
masyarakat
untuk
melakukan
pembuatan akta kematian. 3. Perlu
adanya
E. REFERENSI
penambahan
operator
pelaksana sehingga dapat terlaksana secara optimal. 4. Implementasi kebijakan akta kematain di Kecamatan
Sungai
dilaksanakan Namun,
dengan untuk
Kakap
telah
cukup
baik.
meningkatkan
implementasi kebijakan akta kematian tersebut, sebaiknya semua petugas yang terkait
dalam
kebijakan
dapat
memberikan ide – ide yang lebih kreatif untuk
menarik
dan
mempermudah
masyarakat agar lebih cepat dan mudah untuk
mengurus
lingkungan asrama.
administrasi
kependudukan khususnya akta kematian.
1.
Buku-Buku:
Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta. Moleong, L.J., 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : Rosda Prodi IP, Fisip Untan. 2014. Pedoman Penulis Skripsi Program Studi Ilmu Pemerintahan. Pontianak : Universitas Untan. Purwanto, E.A., Sulistyastuti. 2012. Implementasi Kebijakan Publik, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta : Gava Media. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
c) Keterbatasan Penelitian Adapun Keterbatasan ini dirasakan
------. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
oleh peneliti yaitu 9 RIFKI SETIADI, NIM. E42011046 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Subarsono, 2005. Analisis Kebijakan Publik Yogyakarta : Pustaka Pelajar Tachjan, H. 2011. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung : AIPI – Puslit KP2W Lemlit UNPAD. Tohardi, Ahmad. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerjasama Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Dengan Universitas Tanjungpura Pontianak
3.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan. Peraturan Daerah No. Tahun 2011 tentang Penyelengaraan Pengyelengaraan Administrasi Kependudukan 4.
Wahab, S.A. 2012. Analisis Kebijakan. Jakarta : Bumi Aksara Widodo, Joko. 2008. Analisis Kebijakan Publik. Malang : Bayu Media Publishing. ------. 2011. Analisis Kebijakan Publik. Malang : Bayu Media Publishing.
Undang-Undang:
Rujukan Elektronik:
Tempo, 2014. Penduduk Indonesia Masuk Peringkat 4 Dunia. Pada Tanggal 14 Februari 2014 melalui :
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik. Yogyakarta : Caps. ------. 2012. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta : Caps Penerbit.
2.
Skripsi:
Hidayat. 2013. Pengaruh Komunikasi terhadap Implementasi Kebijakan Akta Kelahiran Di Desa Sungai Besar Kecamatan Matan Hilir Kabupaten Ketapang. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tanjungpura. Pontianak. Joan Ria Sindy. 2014 Implementasi Program Kartu Tanda Penduduk Elektronik Di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tanjungpura. Pontianak.
10 RIFKI SETIADI, NIM. E42011046 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip kerjasama Universitas Tanjungpura dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat