IMPLEMENTASI DMAIC SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KETEPATAN WAKTU PELAYANAN JASA PEST CONTROL MELALUI LEAN SERVICE MARYADI TIRTANA SIREGAR Program Studi Manajemen Logistik Politeknik APP Jakarta Email :
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh peningkatan ketepatan waktu pelayanan jasa service delivery kepada konsumennya pada perusahaan jasa pembasmi hama.Tesis ini akan memperlihatkan aktifitas pemborosan (waste) yang menyebabkan ketidakcapainya waktu service delivery yang diberikan oleh teknisi kepada setiap segmen konsumennya terhadap waktu service delivery yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Perbaikan yang dilakukan untuk tercapainya ketepatan waktu service delivery yang ditetapkan oleh perusahaan dengan teknisi lapangannya adalah menggunakan pendekatan lean service dan analisa Six Sigma yang mudah diaplikasikan yang berfungsi untuk mempermudah dalam penentuan kategori aktifitas kerja. Peningkatan ketepatan waktu ini dilakukan dengan mengklasifikasi 3 kriteria aktifitas waktu nilai tambah yaitu non value added (NVA), business value added (BVA),dan value added (VA). Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan analisa six sigma, aktifitas yang memiliki klasifikasi aktifitas business value added dapat dikurangi waktu pekerjaannya, sehingga sisa waktu yang berlebih dapat digunakan untuk aktifitas value added (VA) yang kemudian dapat diketahui perbaikan nilai variasi dan sigma nya. Kata kunci : Ketepatan waktu, Lean service, Time Table Analysis, Six Sigma mengirimkan produk atau jasa tepat waktu. Perusahaan yang bergerak dalam bidang industry jasa berusaha untuk selalumenghasilkan jasa yang dapat memuaskan pelanggan dengan meminimisasi ketidakefisien yang terjadi pada bagian operasional.Salah satu ketidakefisien yang ada di bagian operasional adalah waktu pelayanan. Adapuncarauntuk menghilangkan ketidakefisien tersebut adalah melalui sistem analisa aktifitas pemborosan yang tidak memiliki nilai tambah (value added)bagi perusahaan. Adapun cara untuk menghilangkan ketidakefisien tersebut adalah melalui sistem analisa aktifitas pemborosan yang tidak memiliki nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Sistem ini berfungsi menghasilkan unit yang diperlukan dalam jumlah yang diperlukan pada waktu yang diperlukan di mana tujuan utama dari sistem ini adalah berusaha menghilangkan berbagai
PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan industri di tanah air, menyebabkan terjadinya persaingan yang cukup ketat antar perusahaan. Bersamaan dengan hal tersebut banyak perusahaan jasa khususnya perusahaan jasa pembasmi hama yang sudah banyak bermunculan di daerah Jakarta dan sekitarnya sehingga membuat persaingan semakin lebih ketat. Kualitas merupakan faktor dasar konsumen terhadap suatu jasa.Kualitas juga merupakan faktor utama yang membawa keberhasilan bisnis.(Parasuraman et.all,1985). Salah satu konsep dari Total Quality Management (TQM) adalah penyediaan kebutuhan yang tepat pada waktunya (Just In Time). Just in Time merupakan suatu sistem yang berusaha meniadakan pemborosan dalam segala bidang produksi atau jasa, sehingga dapat menghasilkan dan
MAJALAH MANAJEMEN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN VOL.17 NO.1 TAHUN 2015 38
jenis kesia-siaan waktu. Perkembangan perusahaan penyedia jasa pengendalian hama (pest control) di Jakarta saat ini mencapai 65 perusahaan (sumber : ASPPHAMI 2012). Sebagai contoh salah satu perusahaan penyedia layanan pest control, dengan setiap tahunnya terjadi peningkatan kebutuhan jasa pest control 8-30 % per tahunnya. Perkembangan ini memungkinkan perusahaan penyedia layanan jasa pengendali hama (pest control) untuk memperluas pasar dan meningkatkan pelayanannya dengan mengedepankan layanan teknis terbaik dan kepuasan pelanggan dimana persaingan perusahaan jasa pest control yang makin ketat. Kualitas pelayanan masyarakat dewasa ini tidak dapat diabaikan lagi, bahkan hendaknya disesuaikan dengan tuntutan era globalisasi.Fungsi waktu pelayanan harus memainkan peran kunci dalam mengelola beberapa koneksi penting antara pelanggan dan elemen kritis perusahaan, termasuk menghubungkan dengan pelanggan untuk produk, penyediaan layanan dan akuntabilitas keuangan (Moorman dan Ronald Karat, 1999). Selain itu, waktu pelayanan menempati posisi sentral dalam perusahaan, jika kebutuhan pelanggan ingin dipahami secara benar dan dipuaskan secara efisien (Kotler, 1997).Melihat hal kondisi-kondisi tersebut, meningkatknya laju pertumbuhan pekerjaan pembasmi hama di Jakarta tidak diikuti dengan pertumbuhan kualitas pelayanan jasa yangmemiliki variasi antara target waktu yang ditentukan oleh perusahaan dan aktualisasi pelayanan yang diberikan ke konsumen. Salah satunya diambil studi kasus perusahaan pembasmi hama (pest control) PT. Setra sari, yang berlokasi di Jakarta, dan memiliki 6 tim teknisi untuk memberikan pelayanan pembasmi hama ke kliennya. PT. Setra sari memiliki standar waktu pelayanan yang harus diberikan ke kliennya sesuai dengan pembagian cakupan tipe lokasi klien, luas area, dan target sasaran hama. keuntungan yang didapatkan dari sisi perusahaan adalah teknisi punya waktu lebih untuk mengerjakan ke konsumen, namun, kerugian yang didapatkan dari sisi konsumen adalah
pelayanan yang kurang memuaskan karena pekerjaan treatment yang terlalu cepat.
METODE PENELITIAN 1. Define (Definisi) Pertama-tama melihat dari alur-alur keseluruhan proses pada PT. Setra sari, lalu mengidentifikasi faktor yang terpenting dalam proses-proses yang ada di PT. Setra sari dengan cara menentukan Critical ToQuality (CTQ), menggunakan analisa aktifitas time table analysis. 2. Measure (Pengukuran) Pengukuran dilakukan terhadap datadata yang kami peroleh dan proses yang ada sekarang (current process). Data tersebut merupakan data pencapaian jam kunjungan. 3. Analyze (Analisa) Setelah tahapan identifikasi masalah dan pengukuran data pada proses yang ada, pada tahapan analisa ini ditentukan Critical to Quality (CTQ) kemudian mengukur proses yang berjalan dengan kapabilitas proses. 4. Improve (Perbaikan) Setelah mengetahui permasalahan yang terjadi, akan ditentukan solusi untuk memperbaikinya, yaitu melakukan perbaikan aktifitas non-value added, business value added, menjadi value added dengan metode usulan perbaikan aktifitas sehari-hari (daily activity). 5. Control (Kontrol) Apabila implementasi sudah dilakukan dan hasilnya sudah terlihat perbaikan, maka diperlukan tahapan kontrol. Pada tahapan ini, analisajuga diterapkan pada data dan proses untuk mengetahui perbandinganantara proses lama dan proses yang sudah mengalami perbaikan.
TINJAUAN TEORITIS Manajemen Kualitas Pelayanan Ketika pelanggan mempunyai suatu urusan atau keperluan pada sebuah organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta, ia akan merasa senang atau tidak senang saat dilayani oleh petugas. Jika pelanggan merasa
MAJALAH MANAJEMEN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN VOL.17 NO.1 TAHUN 2015 39
senang dilayani oleh petugas tersebut, maka pelayanan petugas sangat memuaskan atau pelayanan petugas berkualitas. Sebaliknya, Ketika pelanggan saling merasa dirugikan akibat pelayanannya berbelit-belit, tidak terbuka atau tidak transparan tentang apa yang diinginkan oleh petugas itu, maka dapat dikatakan pelayanannya tidak berkualitas. Kualitas juga dapat diartikan sebagai kesesuaian dengan persyaratan, kesesuaian dengan pihak pemakai atau bebas dari kerusakan atau cacat. Untuk itu kualitas pelayanan adalah suatu kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pelanggansesuai dengan prinsip : lebih mudah, lebih baik, cepat, tepat, akurat, ramah, sesuai dengan harapan pelanggan. Kualitas pelayanan juga dapat diartikan sebagai kegiatan pelayanan yang diberikan kepada seseorang atau orang lain, organisasi pemerintah atau swasta (sosial, politik, LSM, dll) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sepuluh faktor atau dimensi utama yang menentukan kualitas jasa adalah : 1. Reliability, mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi pengaruh penampilan kerja (performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependability). Dalam hal Ini perusahaan pemberi jasanya secara tepat semenjak saat pertama (right the first time)dalam memenuhi janjinya.Misalnya menyampaikan hasil jasanya sesuai dengan jadwal yang disepakatinya. 2. Responsiveness, yaitu kemauan atau kesiapan karyawan untuk memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan. 3. Competence, artinya setiap karyawan dalam perusahaan jasa tersebut memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasatersebut. 4. Access, yaitu meliputi kemudahan untuk dihubungi dan ditemui. Hal ini berartilokasi, fasilitas jasa yang mudah dijangkau, waktu menunggu yang tidak terlalu lama, saluran komunikasi mudah untuk dihubungi. 5. Courtesy,yaitu meliputi sikap yang sopan santun, respek, perhatian, dan keramahan para contact personnel (seperti resepsionis,operator telepon,dll).
6. Communication, artinya memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang dapat dipahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. 7. Credibility, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya, kredebilitas mencakup nama perusahaan, reputasi nama perusahaan, karakteristik contact personnel, dan interaksi dengan pelanggan. 8. Security,yaitu aman dari bahaya, resiko, keragu- raguan. Aspek ini meliputi keamanansecara fisik, keamanan finansial serta kerahasiaan. 9. Understanding knowing the customer,yaitu usaha untuk memahami kebutuhan pelanggan. 10. Tangible, yaitu bukti fisik dari jasa yang bisa berupa fasilitas fisik, peralatan yang digunakan, dan respresentasi fisik dari jasa. (Parasuraman et.all,1985). Sistem Lean Sistem produksi Lean atau yang lebih dikenal sebagai Lean adalah suatu upaya terus-menerus secara system untuk menghilangkan pemborosan (waste) dan meningkatkan nilai tambah (valueadded) produk (barang/jasa) agar memberikan nilai tambah kepada pelanggan(customer value). Selain itu terdapat pula definisi lain dari Lean yaitu suatu pendekatan sistemik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) atau kegiatan-kegiatan tidak bernilai tambah(nonvalue-adding activities) melalui peningkatanterus-menerus secara radikal dengan cara mengalirkan produk(material, work-in-process,output) dan informasi menggunakan sistem tarik (pullsystem) dari pelanggan internal dan eksternal untuk mengejar keunggulan dan kesempurnaan. (Gaspersz, 2007). Setelah memahami pengertian dasar dari Lean, maka dapat diketahui bahwa Lean mempunyai beberapatujuan, antaralain: (George,2002, hal.35) 1. Mengeliminasi pemborosan yang terjadi dalam bentuk waktu, usaha dan material pada saat melakukan proses produksi. 2. Menyesuaikan produk sesuai kebutuhan.
MAJALAH MANAJEMEN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN VOL.17 NO.1 TAHUN 2015 40
Prinsip-prinsip dalam penerapan sistem Lean 1. Suatu perusahaan yang telah melihat bahwa system produksi Lean akan memberikan suatu perubahan yang baik kepada usahanya,akan terdorong untuk mencoba melakukan penerapan system ini diperusahaannya. Sebelum melakukan penerapan,penting untuk diketahui beberapa prinsip yang mendasari pandangan untuk penerapan system Lean, yaitu(Gaspersz, 2007) 2. Mengidentifikasi nilaiproduk berdasarkan pada pandangan dari para pelanggan, di mana pelanggan menginginkan produk (barang, jasa) dengan kualitas yang superior, harga kompetitif dan pengiriman yang tepat waktu. Perusahaan harus berpikir melalui sudut pandang pelanggan dalam melakukan desain produk, proses produksinya serta pemasarannya. 3. Membuat dan melakukan identifikasi terhadap aliran proses produk sehingga kegiatan yang dilakukan dalam memproses produk dapat diamati secara detail. Pada umumnya banyak perusahaan tidak melakukan pembuatan aliran proses produk melainkan membuat aliran proses bisnis atau aliran proses kerja sehingga tidak dapat dijadikan pertimbangan apakah memberikan nilai tambah kepada produk yang dibuat. 4. Menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai tambah dari semua aktivitas yang terdapat dalam proses valuestream tersebut dengan menganalisa value stream yang telah dibuat. 5. Mengorganisasikan agar material, informasi dan produk mengalir dengan lancar dan efisien sepanjang proses valuestream dengan menggunakan sistem tarik(pullsystem). 6. Secara proses terus-menerus dan berkesinambungan dengan melakukan peningkatan dan perbaikan dengan cara mencari teknik-teknik dan alat peningkatan agar mencapai keunggulan dan peningkatan terus-menerus.
Six sigma Strategi penerapan six sigma yang diciptakan oleh DR. Mikel Harry dan Richard Schroeder disebut sebagai The Six Sigma Breakthrough Strategy. Strategi ini merupakan metode sistematis yang menggunakan pengumpulan data dan analisis statistik untuk menentukan sumber-sumber variasi dan cara-cara untuk menghilangkannya (Harry dan Scroeder, 2000). 1. Six sigma sebagai filosofi manajemen Six sigma merupakan kegiatan yang dilakukan oleh semua anggota perusahaan yang menjadi budaya dan sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Tujuannya meningkatkan efisiensi proses bisnis dan memuaskan keiginan pelanggan, sehingga meningkatkan nilai perusahaan. 2. Six sigma sebagai sistem pengukuran Six sigma sistem pengukuran menggunakan Defect per Million Oppurtunities (DPMO) sebagai satuan pengukuran. DPMO merupakan ukuran yang baik bagi kualitas produk ataupun proses, sebab berkorelasi langsung dengan cacat, biaya dan waktu yang terbuang. Dengan menggunakan tabel konversi ppm dan sigma pada lampiran, akan dapat diketahui tingkat sigma. Cara menentukan DPMO adalah sebagai berikut: • Hitung Defect per Unit (DPU) DPU = (1)
• Hitung DPMO terlebih dahulu menentukan probabilitas jumlah kerusakan. DPMO = (2)
Six Sigma sebagai program kualitas juga sebagai tool untuk pemecahan masalah. Six sigma menekankan aplikasi tool ini secara metodis dan sistematis yang akan dapat menghasilkan terobosan dalam peningkatan kualitas. Metodologi yang sistematis ini bersifat generik sehingga dapat diterapkan
MAJALAH MANAJEMEN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN VOL.17 NO.1 TAHUN 2015 41
• Variation = sesuatu yang dirasakan dan dilihat oleh pelanggan. Six sigma berfokus untuk mengetahui apa penyebab variasi dan mencegah terjadinya variasi itu, sehingga dapat meningkatkan kapabilitas dari proses • Stable Operation= menjaga konsistensi dari proses yang telah dipre-diksi sehingga dapat meningkatkan kapabilitas proses. • Design For Six Sigma (DFSS) = suatu desain untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan kemampuan proses. • DPMO (Defect Per Million Opportunity) = ukuran kegagalan dalam six sigma yang menunjukkan kegagalan per-sejuta kesempatan. • DMAIC = merupakan proses untuk peningkatan terus menerus menuju six sigma.
baik dalam industri manufaktur maupun jasa.(Snee, 1999). Tabel 1. Hubungan sigma dan DPMO Sigma Parts per Million 6 Sigma 3,4 defects per million 5 Sigma 233 defects per million 4 Sigma 6.210 defects per million 3 Sigma 66.807 defects per million 2 Sigma 308.537 defects per million 1 Sigma 690.000 defects per million 3. Metode dan Alat (Tools) Penting dalam Six Sigma Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Six Sigma dibanding metode lain adalah: 1. Six Sigma jauh lebih rinci daripada metode analisis berdasarkan statistik. Six Sigma dapat diterapkan di bidang usaha apa saja mulai dari perencanaan strategi sampai operasional hingga pelayanan pelanggan dan maksimalisasi motivasi atas usaha. 2. Six Sigma sangat berpotensi diterapkan pada bidang jasa atau non manufaktur disamping lingkungan teknikal, misalnya seperti bidang manajemen, keuangan, pelayanan pelanggan, pemasaran, logistik, teknologi informasi dan sebagainya. 3. Dengan Six Sigma dapat dipahami sistem dan variabel mana yang dapat dimonitor dan direspon balik dengan cepat. 4. Six Sigma sifatnya tidak statis. Bila kebutuhan pelanggan berubah, kinerja sigma akan berubah. Terminologi yang menjadi kunci utama konsep six sigma adalah sebagai berikut:
METODE PENELITIAN Dalam melakukan penelitian ini untuk mendapatkan data statistic nilai rata-rata, standar deviasi, penyimpangan variasi, dan nilai sigma (DPMO), menggunakan software SPSS versi 16. Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data dilakukan sebagai berikut : 1. Metode Observasi Dalam hal ini yang akan dilakukan adalah melihat serta mempelajari permasalahan yang ada dilapangan yang erat kaitannya dengan objek yang diteliti yaitu hasil pencapaian waktu pelayanan teknisi (service delivery). 2. Metode Studi Pustaka Metode yang dilakukan adalah dengan cara mencari bahan yang mendukung dalam pendefinisian masalah melalui studi jurnal yang erat kaitannya dengan objek permasalahan. 3. Metode Analisa Data Hasil pencapaian waktu pelayanan tahun 2011 yang akan dikelompokkan berdasarkan segmennya, sehingga diketahui angka rata-rata dan penyim-pangannya (variasi)
• CTQ(Critical to Quality) = atribut utama dari kebutuhan konsumen. CTQ dapat diartikan sebagai elemen dari proses/ kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap pencapaian kualitas yang diinginkan • Defect = kegagalan untuk memuaskan pelanggan • Process Capability = kemampuan proses untuk bekerja dan menghasilkan produk yang berkualitas
MAJALAH MANAJEMEN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN VOL.17 NO.1 TAHUN 2015 42
Tabel 2. Data Responden Penelitian No. 1 2 3 4 5 6 7
Nama Fahrizal Eman suherman Rahmat agus Rully sudrajat Agus suhendar Prayitno Yusuf indrawan
Jabatan Supervisor lapangan Teknisi Teknisi Teknisi Teknisi Teknisi Teknisi
Pengalaman Kerja 14 tahun 10 tahun 10 tahun 8 tahun 8 tahun 8 tahun 8 tahun
Gambar 1.Grafik pencapaian rata-rata pelayanan klien residential terhadap target perusahaan
Pengolahan data tahap Define(D) Pengolahan data dilakukan dengan mengukur nilai statistik, dari hasil pengumpulan data jam kunjungan kerja teknisi tiap segmennya. Pada proses Definediperlukan ketelitian untuk menganalisa SOP (Standar Operasional Prosedur) yang ada, untuk mengetahui permasalahan dalam service delivery. Data yang digunakan adalah data tahun 2011. 1. Langkah pertama untuk mengetahui pencapaian waktu teknisi terhadap target perusahaan, maka dihitung nilai rata-rata jam kunjungan dari masing-masing teknisi.
Pelayanan jasa pembasmi hama pada segmen klien Commercial, memiliki nilai target dari standar perusahaan sebesar 120 menit. Nilai rata-rata hasil jam pelayanannya selama tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4 Tabel 4. Rata-rata pencapaian jam pelayanan kunjungan klien commercial
Tabel 3. Rata-rata pencapaian jam pelayanan kunjungan klien residential
Pengolahan data tahap Measure Pengolahan data pada tahap ini adalah mengolah data dengan hitungan statistik, untuk mendapatkan nilai standar deviasi dan variasi tiap masing-masing segmen klien.Hasil nilai statistik dari nilai rata-rata, maka didapatkan masing-masing nilai standar deviasi dan variasi pada tabel 5. berikut ini.
MAJALAH MANAJEMEN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN VOL.17 NO.1 TAHUN 2015 43
Tabel 5. Nilai hasil statistik rata-rata jam teknisi tahun 2011 Minimum Maximum
Sum
Mean
Std. Deviation
Variance
Statistic
Statistic
normal yang dihasilkan dalam klien segmen ini, dapat dilihat pada gambar 2.
Segmen klien Statistic
Statistic Statistic Statistic Std. Error
Residential
80,00
102,00 1041,00 86,7500
1,73696
6,01702
36,205
Commercial
83,00
103,00 1132,00 94,3333
1,97075
6,82686
46,606
Industrial
78,00
93,00 1036,00 86,3333
1,29880
4,49916
20,242
3.6.2. Pengukuran data sigma klien Commercial Nilai kapabilitas proses yang diperoleh sesuai rumus : (2.5)
Valid N
(sumber : olah data statistik) Cp = 0,48 Cpk = 0,56
Hasil pengujian statistik deskriptif di atas menjelaskan bahwa pada jenis klien resedential memiliki nilai minimum sebesar 80% dan maksimum sebesar 102%, nilai ratarata sebesar 86,75%, yang berarti secara ratarata waktudelivery masih kurang dari batas yang telah ditetapkan yaitu selama 60 menit. Nilai standar deviasi sebesar 6,017 menunjukkan bahwa terjadi penyimpangan terhadap nilai rata-rata sebesar 6,017%.
Gambar 3. Kurva normal jenis pelayanan klien Commercial
Pengukuran data sigma klien Residential Nilai kapabilitas proses yang diperoleh sesuai rumus : (2.5)
Cp = 0,609 Cpk = Cp(1 – k)
Pengukuran data sigma klien Industrial Nilai kapabilitas proses yang diperoleh sesuai rumus :
(2.6) ( ) (
)
( )
Cp
(2.7)
Cpk = -0,12
= 0,56
Cpk = Cp(1 – k) Cpk = 1,30
Sesuai dengan tabel hubungan DPMO dan Cp pada bab 2, maka didapat nilai DPMO = 45.500 dan nilai sigma = 2, yang artinya bahwa dari sejuta kesempatan yang ada akan terdapat 45.500 kemungkinan bahwa proses akan menimbulkan defect atau nonconforming pada waktu service delivery dengan kapabilitas proses 0,609 atau 2 sigma setelah dikonversi berdasarkan nilai DPMO. Kurva
Gambar 4. Kurva normal jenis pelayanan klien Industrial
MAJALAH MANAJEMEN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN VOL.17 NO.1 TAHUN 2015 44
Pengolahan data tahap Analyze Hasil pengukuran pada tahap Measure, menunjukkan bahwa proses pemberian waktu pelayanan jasa pest control tidak sesuai dan masih menyimpang dengan target yang ditetapkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, pada tahap analyze, diperlukan analisa-analisa untuk memperbaiki proses service delivery agar sesuai dengan target perusahaan. Tahap yang digunakan untuk menganalisa permasalahan ketepatan waktu service delivery teknisi, yaitu menggunakan dua (2)
PEMBAHASAN Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan perbaikan aktifitas teknisi menggunakan metode time table analysis(lean service)dan perhitungan analisa six sigma dapat dilihat nilai perbaikan variasi pada setiap segmen klien, sebagai berikut : 1. Segmen klien Residential, pada awal sebelum menerapkan metode time table analysis mendapatkan nilai DPMO 158.655, dan nilai sigma 2,00 Setelah melakukan perbaikan menggunakan metode time table analysisdihasilkan peningkatan waktu sebesar 28% dari semula. Nilai DPMO yang diperoleh 5479 dan nilai sigma 4,10.Hal perbaikan ini dikarenakan tingkat kemudahan dalam melakukan pelayanan jasa pest control di perumahan, apartment. 2. Segmen klien Commercial, sebelum perbaikan mendapatkan nilai DPMO 211.856 dan nilai sigma 2,3. Setelah terjadi perbaikan dihasilkan niai DPMO 32.157 dan nilai sigma 3,35. Peningkatkan yang didapatkan sebesar 20,5 % dari semula. 3. Segmen klien Industrial, sebelum perbaikan dihasilkan nilai DPMO 500.000 dan nilai sigma 1,50. Setelah terjadi perbaikan didapatkan perbaikan dengannilai DPMO 450.000 dan nilai sigma 1,85. Peningkatan yang didapatkan sebesar 10 % persen.Hal ini dikarenakan tingkat kesulitan dalam melakukan pelayanan pest control di segmen klien industri.
Tabel 6. Rata-rata pengkategorian aktifitas teknisi selama 6 hari
Penilaian aktifitas teknisi berdasarkan analisa time table analysis, didapat untuk aktifitas yang memiliki value added bagi perusahaan dan klien sebesar 7 jam 15 menit dengan persentase 40 % , business value added sebesar 4 jam 9 menit dengan persentase 23 %, dan non value added sebesar 2 jam 38 menit dengan persentase 14 %.
KESIMPULAN Hasil pengolahan data menunjukkan, tercapainya peningkatan ketepatan waktu teknisi dalam melakukan aktifitas pelayanan jasa pest control (service delivery) pada setiap segmen klien sesuai target waktu yang ditetapkan perusahaan. Perbaikan aktifitas teknisi mengenai pengecekan alat dan pestisida dengan mengalihkan kepada supervisor tim untuk mengkordinasikan dan menyesuaikan jadwal pekerjaan teknisi, dinilai cukup efektif untuk
MAJALAH MANAJEMEN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN VOL.17 NO.1 TAHUN 2015 45
diterapkan penunjang pelayanan.
di tim operasional, sebagai tercapainya ketepatan waktu
George, Michael L.; Maxey, John; Rowlands, David T.; Price, Mark. (2005). The Lean Six Sigma Pocket Tool Book : a quick reference to nearly 100 tools for improving process quality, speed, and complexity. McGraw – Hill, New York. Hayler, Rowland; Nichols, Michael. (2005). What is Six Sigma Process Management. McGraw-Hill, New York. Hendradi, C.Tri. (2006). Statistik Six Sigma dengan Minitab : Panduan Cerdas Inisiatif Kualitas 6σ. Penerbit Andi. Yogyakarta. McLeod, Raymond Jr., Schell, George. (2001). Management Information Systems.Prentice-Hall, Inc., New Jersey. Montgomery, Douglas C. (2001). Introduction to Statistical Quality Control.4th edition.John Wiley & Sons, Canada. O’Brien, James A. (2003). Introduction to Information Systems : Essentials for the e-Business Enterprise. 11th edition.McGraw-Hill, New York. Pande, Peter S; Neuman, Robert P.; Cavanagh, Roland R. (2003).The Six Sigma Way :Bagaimana GE, Motorola dan Perusahaan Terkenal lainnya Mengasah KinerjaMereka. Edisi ke-2. Penerbit Andi, Yogyakarta. Pande, Peter S; Holpp, Larry. (2005). What is Six Sigma? Penerbit Andi, Yogyakarta
SARAN Kriteria dalam peningkatan waktu service delivey pada segmen jasa hama lainnya dengan parameter-parameter yang lebih menggambarkan variable kriteria dalam pengelompokan jenis kategori klien lainnya. Lingkup penelitian tidak hanya pada item aktifitas kerja teknisi sehari-hari, untuk penelitian pengembangan selanjutnya dapat mempertimbangkan item-item kualitas kemampuan (skill), tingkat pendidikan, dan cara penyampaian informasi pengendalian hama ke klien.
DAFTAR PUSTAKA Agrell, Per J. (1995).Six sigma for application field in service industry. International journal for industrial engineering. 41, 59-70 Braglia, Marcello, Andrea Grassi, (2007). Tgoal improvement using six-sigma. Journal of Industrial Engineering, 10 910) 55-65. Dolcemascolo, Darren, “Improving TheExtended Value Stream: Lean For The Entire Supply”, Productivity Press, hal. 35 - 37, New York, Tahun 2006. Gaspers, Vincent, ”Lean Six Sigma for Industry Manufacturing and Service Industri”,Gramedia, Jakarta, Tahun 2007.
MAJALAH MANAJEMEN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN VOL.17 NO.1 TAHUN 2015 46