IMPLEMENTASI BRAND IMAGE DALAM SEGI ARSITEKTUR (Studi Kasus Proyek Panin Bank PT Prada Tata Internasional)
Erin Wibowo
Abstract Every retail should have an evoking image. In architecture, characters and image of a company are implemented through the typical design. Bank, as one of retail companies which proliferates by expanding its network and customers,also needsa typical design signifying its character and objective. This paper will present an image-forming approach in Panin Bank office building study case. By collaborating architecture with other disciplines, such as marketing, psychology, interior and visual design, we can make a remarkable design. Key words: Typical Design, Bank, image making.
Abstrak Setiap jaringan usaha seharusnya memiliki suatu ciri khas {image) tertentu yang mudah diingat oleh masyarakat. Secara arsitektural, ciri khas atau image suatu jaringan usaha dapat diterapkan melalui desain tipikal pada bangunan kantornya. Bank, sebagai salah satu jenis usaha yang tumbuh dengan cara memperluas jaringan dan memperbanyak nasabah, juga membutuhkan suatu desain tipikal pada bangunan kantornya, yang merupakan perwujudan aspirasi dan karakter dari jaringan perbankan tersebut. Karya tulis ini akan menyajikan suatu analisa pendekatan pencarian identitas dalam studi kasus bangunan kantor Panin Bank. Dengan mengkolaborasikan ilmu arsitektur dengan ilmu lainnya, seperti marketing, psikologi, desain visual dan interior, kita dapat mewujudkan suatu desain yang berkarakter. Kata kunci: Desain tipikal, Bank, pembentukan citra.
STANDARISASI DESAIN Vocabulary, image-making and language are fundamental to architectural style. To imply that style is not important would be deceptive. One can say what one wants about process and technique;without evocative images, architecture is mute. - William Pedersen, FAIA, FAAR-
Standarisasi desain menjadi suatu keharusan bagi usaha retail yang telah memiliki nama dan jaringan tersendiri. Sebut saja berbagai jaringan ternama dalam berbagai bidang usaha seperti McDonalds, Dunkin Donuts, the Body Shop, Sogo, Starbucks, Gramedia, dan sebagainya. Semua jaringan tersebut telah memiliki kriteria desain tertentu bagi penampilan eksterior maupun interior bangunannya. Mengapa standarisasi desain diperlukan? Karena dengan begitu, mereka akan memiliki identitas visual yang mudah dikenali oleh para konsumen. Standarisasi desain juga memudahkan perusahaan dalam mengembangkan usaha mereka. Apabila suatu jaringan hendak membangun cabang baru, mereka tidak perlu 1
Asisten Dosen Tetap Jurusan Arsitektur - FDTP - Universitas Pelita Harapan Kohn, A. Eugene, Pedersen, William, and Fox, Sheldon, KPF The First 22 Years. Italia: 1'Arca Edizioni, 1999.
2
56
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 56- 76
repot-repot lagi memikirkan desain. Standarisasi desain telah menjadi suatu guidelines dalam membangun, sehingga hanya perlu disesuaikan dengan kondisi dan keadaan setempat. Salah satu keuntungan dari standarisasi desain adalah mempercepat waktu konstruksi. Proses desain tentu lebih dipersingkat dengan adanya design guidelines yang tinggal disesuaikan dengan kondisi setempat. Cepatnya waktu konstruksi ini tentu akan mempermudah pencapaian target pembangunan 54 cabang Panin Bank baru hingga akhir tahun 2005. Keuntungan lain dari standarisasi desain ini adalah mengurangi cost. Dalam ilmu ekonomi, tentu saja pembelian dalam partai banyak dapat mengurangi harga pembelian. Apabila material bangunan maupun furnitur di dalamnya telah memiliki standar, klien dapat langsung memesan pada supplier tertentu dalam jumlah banyak. Maka itu sebagai suatu usaha dengan jaringan yang besar, bangunan bank harus memiliki standar desain tersendiri. Dengan begitu konsumen dapat secara mudah mengenalinya dan karakter bank tersebut akan lebih menguat. Tak terelakkan, penampilan bank akan menguatkan atau melemahkan kredibilitas bank tersebut. Bank yang hidup dari nasabah, tentu harus menjaring lebih banyak nasabah untuk menumbuhkan usahanya. Maka itu, penampilan menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan.
Kompetitor Setiap commercial bank pasti memiliki suatu standar desain tersendiri bagi bangunan kantornya. Standar desain tersebut menunjukkan karakter dan ciri khas dari masingmasing bank. Termasuk juga dengan keinginan dan keterlibatan masing-masing pemilik bank dalam desain.
Gambar 1 Desain tipikal Bank BCA (Somber: dokumentasi pribadi)
Desain bangunan kantor Bank BCA yang baru memiliki ciri khas tersendiri. Umumnya pasti terdapat unsur reflective glass yang melengkung dan berwarna biru gelap khas seperti warna lambang BCA. Kaca tersebut dikelilingi oleh panel masif dari bahan alumunium composite, dilengkapi oleh signage BCA sendiri yang berukuran cukup besar di bagian tengah atas bangunan. Secara keseluruhan, fasade dari Bank BCA berkesan 'gemuk' dan kokoh.
Implementasi Brand Image Dalam Segi Arsitektur (Erin)
57
Gambar 2 Desain tipikal Bank Danamon (Sumber: dokumentasi pribadi)
Contoh lain dapat kita lihat dalam desain dari bank Danamon. Kesan yang ditampilkan oleh bangunan kantor bank Danamon adalah modern dan natural. Hal ini tersampaikan lewat penggunaan batu alam berwarna abu-abu muda kecoklatan yang selaras dengan signage Danamon berwarna hijau tua. Meskipun penggunaannya tidak dominan pada setiap fasade, tapi pasti ada bagian-bagian tertentu yang menggunakan batu alam. Fasadenya pun secara keseluruhan tampak didominasi oleh bidang masif.
Gambar 3 Desain tipikal bank Lippo (Sumber: dokumentasi pribadi)
Salah satu bank swasta yang cukup terkenal lainnya adalah Lippo Bank. Pihak Lippo Bank juga telah menyadari pentingnya suatu standarisasi desain Umumnya desain tipikal bangunan kantor Lippo Bank menggunakan reflective glass berwarna putih yang diapit dengan signage Lippo Bank yang berwarna merah dan biru pada sisi atas dan bawahnya.
Panin Bank Panin Bank berdiri pada tahun 1971, sebagai hasil merger dari tiga bank swasta nasional. Setelah itu, Panin Bank meningkatkan struktur permodalan yang dimilikinya dengan mengakuisisi empat bank swasta lainnya. Tahun 1982 Panin Bank go public sebagai bank pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Dengan pertumbuhan usaha rata-rata 25% per tahun, Panin Bank berkembang secara pasti dengan tetap menganut prinsip kehati-hatian dan menjadi salah satu dari 'sepuluh besar' bank swasta nasional di Indonesia. Sementara itu grup perusahaan yang bernaung di bawah Panin yang khusus bergerak di bidang jasa keuangan: asuransi, multifinance, sewa guna usaha, sekuritas, dan venture capital juga turut berkembang saling melakukan cross selling di antara mereka. Tahun 1998 Indonesia mengalami krisis moneter multidimensi mengakibatkan tutupnya sebagian dari bank-bank nasional yang berdampak berubahnya peta industri 58
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 56- 76
perbankan dari 222 bank pada tahun 1997 menjadi 173 bank pada tahun 1999. Program rekapitalisasi perbankan dilakukan pemerintah melalui BPPN bagi bank-bank yang memerlukan tambahan modal. Panin Bank dengan CAR 24,3% pada akhir tahun 1998 beruntung dapat tetap bertahan tanpa memerlukan bantuan rekapitalisasi dari pemerintah. Tahun 2000, Panin Bank mereposisi strategi bisnis dari Bank berorientasi korporasi menjadi lebih fokus ke sektor ritel dan consumer. Misinya adalah mentransformasikan Panin Bank menjadi salah satu bank terkemuka di Indonesia dalam bidang konsumer dan bisnis. Pada akhir tahun 2003, Panin Bank merupakan bank swasta nasional terbesar ke tujuh dari sisi aset yang berjumlah Rpl8,86 triliun, memiliki jaringan kantor cabang 154 buah, lebih dari 3000 ATM jaringan ALTO dan 2500 karyawan. Saat ini, telah ada sekitar 196 cabang dari Panin Bank dengan pusatnya di Senayan. Targetnya pada akhir tahun 2005, jumlah tersebut akan bertambah hingga 250 cabang.
Karakter dan brand image Panin Bank Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Panin Bank bermaksud mereposisi strategi bisnisnya dari Corporate Banking menjadi Retail and Consumer Banking. Ekspansi dan reposisi strategi bisnis ke sektor ritel dan consumer bertujuan untuk menjaring lebih banyak nasabah. Strategi bisnis Panin Bank yang berorientasi corporate sebelumnya memberikan brand image yang lebih konservatif. Panin Bank harus menunjukkan suatu kredibilitas dan profesionalisme dalam penampilan yang lebih resmi dan konservatif. Strategi Retail and Consumer Banking memiliki Target market profesional muda dari kelompok umur 25-40 tahun dan corporate (tetapi lebih difokuskan pada retail dan consumer banking). Untuk itu diperlukan suatu pembaharuan brand image Panin Bank yang sesuai dengan target market-nya yaitu image simple, modern, dan exclusive. Penerapan citra baru Panin ini dapat kita lihat misalnya pada: Website yang penuh warna, dan rangkaian produk yang variatif Iklan dengan model wanita muda yang berlatar rumah pinggir pantai -> menunjukkan kemandirian dan kemapanan - Slogan kartu magna panin 'freedom of access' -> melambangkan jiwa seorang profesional muda yang masih bebas dan berani Iklan kartu magna panin yang di-highlight dan diwarnai pada kartunya melambangkan features dan kegunaan yang sangat banyak dalam kartu itu Penetrasi pada teknologi dengan masuk pada segmen e-banking serta mobile banking
T.onslc. un'oi bank via AIM
don ESS
Gambar 4 Contoh iklan Panin Bank (Sumber: www.panin.co.id)
Implementasi Brand Image Dalam Segi Arsitektur (Erin)
59
Sama seperti bank-bank lainnya, bangunan kantor Panin Bank juga memiliki suatu standar desain tersendiri. Berikut merupakan garnbaran desain lama dari Panin Bank Office Building.
Gambar 5 Desain tipikal Panin Bank lama (Sumber: dokumentasi pribadi)
Desain lama Panin Bank tersebut berkesan konvensional, sederhana, dan kurang eksklusif. Hal ini disesuaikan dengan orientasi bisnis Corporate Banking sebelumnya (telah dijelaskan sebelumnya). Reposisi strategi bisnis Panin Bank menyebabkan adanya perubahan karakter dan brand image sehingga diperlukan suatu penampilan baru dari desain bangunan kantor Panin Bank yang dapat mendongkrak citra Panin Bank. Sedangkan Target Market profesional muda menjadi acuan kriteria penampilan baru Panin Bank yang fresh, modern, dan exclusive, sesuai dengan citra profesional muda. Dari target 250 cabang pada akhir tahun 2005 yang harus dibangun, PTI Architects mendapat kesempatan untuk merumuskan suatu standar desain Panin Bank yang baru, sesuai dengan strategi bisnis tersebut. Standar desain ini akan menjadi acuan desain bagi seluruh proyek yang sedang dan akan dikerjakan. Dengan letak proyek yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia, tentunya desain yang dibuat harus tetap kontekstual dengan lingkungan setempat tetapi tetap menunjukkan identitas Panin Bank itu sendiri.
DESAIN TIPIKAL PANIN BANK Conceptual Background Ada tiga aspek yang menjadi dasar pemikiran dalam proses standarisasi desain Panin Bank. Aspek pertama adalah bagaimana menyampaikan brand image Panin Bank itu sendiri ke dalam bangunannya. Aspek kedua yang cukup berpengaruh dalam decision making adalah keinginan klien. Sedangkan aspek ketiga adalah bagaimana cara membuat suatu desain yang dapat mengurangi cost, terutama dari segi konstruksi dan maintenance. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Panin Bank hendak membangun suatu image simple, modern, eksklusif, dan mudah dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu, standar desain dari Panin Office Building akan mengacu pada karakteristik tersebut. Di sini, PTI Architects mencoba mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu seperti marketing, desain visual komunikasi, psikologi, dan sebagainya, dengan ilmu arsitektur untuk mewujudkan karakter Panin Bank ke dalam bentuk desain.
60
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 56-76
Selain itu ada keinginan dari PTI untuk memberikan koneksi visual antara masingmasing kantor cabang dengan desain awal Panin Bank pusat yang berada di Jl. Jend. Sudirman. Ada beberapa elemen desain yang turut dimasukkan dalam standar desain yang baru. Pembahasan yang lebih lengkap akan dijelaskan pada subbab Elemen Eksterior.
Gambar 6 Panin Bank kantor pusat (Sumber: dokumentasi pribadi)
Keinginan klien merupakan faktor decision making yang amat besar. Desain tipikal Panin Office Building pun amat ditentukan oleh kemauan klien, yaitu pihak Panin sendiri. Untungnya pula, pihak klien tidak mengajukan penerapan ilmu FengShui dalam desain Panin Bank. Proses standarisasi desain menjadi lebih mudah terwujudkan melalui kerjasama dan dialog dalam pertemuan rutin dengan pihak Panin Bank selama proses desain berlangsung. Usaha ekspansi dengan mendirikan 54 cabang baru tentunya akan memakan biaya yang amat besar. Untuk itu, dalam membuat standar desain, PTI harus dapat mengusahakan desain yang dapat meminimalisasikan cost, dari segi konstruksi dan maintenance. Akan tetapi standar desain tersebut harus tetap dapat berfungsi dengan baik dan tetap merefleksikan image Panin Bank.
Elemen Eksterior a. Lokasi Meskipun PTI tidak ikut dalam menentukan lokasi, terdapat standar dari pihak Panin Bank sendiri dalam pemilihan lokasi untuk proyek bangunan kantor Panin Bank. Secara tidak langsung pemilihan lokasi ini juga turut mempengaruhi aspek desain terutama fasade bangunan kantor Panin Bank. • Letak Sebelum reposisi, Panin Bank umumnya mengambil lokasi di area pasar. Lokasi ini dianggap cukup strategis untuk menarik calon nasabah dari para pedagang setempat. Dengan begitu, brand image Panin Bank dahulu menjadi lebih konservatif dan sederhana. Ekspansi dan reposisi strategi bisnis ke sektor ritel dan consumer dengan misi menjadi salah satu bank terkemuka membuat pemilihan lokasi menjadi sangatlah penting. Lokasi tentu harus strategis untuk menjaring lebih banyak konsumen. Maka itu sekarang Panin Bank banyak memilih lokasi yang terletak di jalan-jalan utama atau jalan-jalan besar. Pemilihan lokasi ini dengan alasan selain mudah untuk dicapai, mudah dilihat oleh publik, dan sesuai dengan imagenya yang baru yaitu simple, modern, dan exclusive. Implementasi Brand Image Dalam Segi Arsitektur (Erin)
61
Gambar 7 Panin Bank cabang Jogjakarta (Sumber: Dokumentasi PTI)
• Luas site Luas lahan tentu saja harus diperhatikan. Ada kriteria luasan yang berbeda untuk bank cabang utama dan bank cabang pembantu. Bank cabang utama memerlukan lahan sekitar 500-800 m2. Sedangkan bank cabang pembantu memerlukan lahan sekitar 200-500 m2. Tentu saja luasan ini tidak mutlak, tergantung dari keinginan klien terhadap fungsi bangunannya. • Bentuk & perletakkan massa pada site Penentuan bentuk dan perletakkan massa tentu tidak lepas dari peraturan daerah setempat yang mengatur mengenai KDB, KLB, jumlah maksimum lantai. Akan tetapi, proyek bangunan kantor Panin Bank mengambil prinsip untuk memaksimalisasikan luas dasar dan jumlah lantai bangunan sesuai dengan ketentuan maksimum yang ada. b. Signage Fungsi signage amatlah penting sebagai penarik calon nasabah. Maka itu dibutuhkan sebuah konsultan khusus yang menguasai bidang signage ini. Dalam proyek Panin Bank, PTI bekerja sama dengan konsultan signage PT. Nata Surya Cemerlang. Meskipun PTI tidak turut menentukan logo dan tipe huruf dari Panin Bank, yang perlu diperhatikan dalam standarisasi desain di sini adalah ukuran dan perletakkan signage pada fasade bangunan. Selain posisi yang harus mudah dilihat, ukurannya juga harus cukup besar sehingga mudah dikenali. Ilmu merancang signage ini terkenal dengan istilah tipografi dalam desain gratis. Ada beberapa konsiderasi untuk tipe huruf, termasuk formula dalam menentukan ukuran dan legibilitas. Untuk menentukan ukuran signage padajarak yang lebih besar, kita dapat menggunakan suatu chart. Chart ini biasanya digunakan dengan asumsi huruf yang digunakan bergaya bold block dan sangat kontras dengan dasarnya. Rule of thumb-nya adalah: untuk setiap jarak 500 feet, digunakan huruf berukuran 12 inci.
62
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 56- 76
Message Legibility
* A A A A '.'
12"
24"
•«"
48"
1011
I
I
I
t
-{
It
5Q0M.
1000«
15001!
2000ft
1 milt.
Flfura 2 Whan datermiutg type sue tot timnoniiwilal graphics, desoiws aid sign cotnparces use etttrts fee Ihs ftw Das* run <jf Biumb is 12 inches til tensr hejjN tot eacfi MX) lett of vte#f«j dolinee
Gambar 8 Chart jarak dan ukuran signage (Sumber: Aldrich-Ruenzel, Nancy dan Fennel, John, Designer's Guide to Typography. NY: Watsonguptill publications, 1991.)
Dalam proyek Panin Bank, standar signage telah ditentukan oleh PTI, PT. Nata Surya Cemerlang, beserta pihak Panin Bank sendiri. Umumnya, pada bangunan yang berdiri sendiri, digunakan dua macam signage. Logo Panin Bank (high signage) diletakkan pada bagian atas (kepala) bangunan. Ukuran dari high signage ini adalah 1,20 m x 1,20 m, yang berarti jarak pandang maksimum adalah 2000 ft (± 600 m). Sedangkan pada bagian tengah (badan), diletakkan logo dan tulisan Panin bank (low signage). Tinggi dari low signage sekitar 60 - 90 cm, yang berarti jarak pandang maksimum adalah 1000 1500 feet (±300-450 m). Selain ukuran dan posisi signage, hal lain yang harus diperhatikan adalah pemilihan material untuk signage. Pemilihan material ini dapat mendukung atau sebaliknya melemahkan readability dan legibility suatu signage. Jenis material signage Panin Bank beragam tergantung pada kebutuhan dan desain dari arsitek sendiri. Terdapat rumusan standar sendiri yang mengatur material dan lighting dari signage Panin Bank. Logo Panin Bank yang berada di atas bangunan umumnya terbuat dari neon box atau bahan panaflex agar dapat menyala di malam hari. Sedangkan logo dan tulisan Panin Bank yang terletak di bagian tengah dapat terbuat dari bermacammacam material, tetapi biasanya digunakan material galvanized steel.
Gambar 9 Gambar 10 low signage Panin Bank high signage Panin Bank (Sumber: dokumentasi pribadi)
c. Material Penerapan image, terutama kesan eksklusif, amat ditentukan oleh material, yaitu dari warna dan kesan material yang dihasilkan. PTI telah membuat standar material sendiri untuk masing-masing cabang utama dan cabang pembantu. Standar material tersebut telah mengatur baik material untuk eksterior maupun interior bangunan. Secara umum, pemilihan material pada bagian fasade bangunan dapat dikategorikan melalui masing-masing bagian kaki, badan, dan kepala bangunan. i
Implementasi Brand Image Dalam Segi Arsitektur (Erin)
63
Pada bagian kaki yang menjadi base bangunan, umumnya digunakan material berwarna gelap dari material batu bata dengan finishing cat atau batu tempel. Penggunaan material masif berwarna gelap memberikan kesan fondasi yang kokoh sekaligus untuk mengurangi maintenance cost. Sedangkan area entrance maupun jendela menggunakan tempered glass.
Gambar 11 contoh bagian kaki tipikal Panin Bank (Sumber: dokumentasi PTI)
Pada bagian badan, umumnya digunakan kombinasi curtain wall (reflective glass) berwarna biru dengan alumunium frame atau dicampur dengan material masif dari batu bata dengan finishing cat putih tahan cuaca. Penekanan unsur vertikal pada curtain glass menggunakan RC kolom praktis / GRC kolom praktis plaster dengan finishing cat putih tahan cuaca. Sedangkan unsur horizontal menggunakan alumunium frame.
Gambar 12 contoh bagian badan tipikal Panin Bank (Sumber: dokumentasi PTI)
Pada bagian kepala, ada dua jenis kategori penggunaan material. Pada proyek Panin Bank yang menggunakan atap dak beton, alumunium louvre sebagai enclosure pada roof plan dan alumunium panel sebagai aksen mahkotanya. Pada proyek-proyek Panin Bank tertentu yang menggunakan atap perisai, digunakan material genteng dengan finishing cat biru.
Gambar 13 contoh bagian kepala tipikal Panin Bank (Sumber: dokumentasi PTI)
64
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 56- 76
Pemilihan jenis dan warna material memiliki makna dan tujuan tersendiri. Atap genteng biru, misalnya, merujuk pada warna biru dari slogan Panin Bank. Sedangkan penggunaan reflective glass ditujukan untuk memasukkan cahaya ke area kantor dan mereduksi panas yang masuk, sehingga dapat mengurangi cost dan beban AC. Dalam ilmu arsitektur, salah satu cara untuk mengatur jumlah energi yang masuk ke dalam ruang adalah dengan memperhatikan pemilihan material eksterior menurut sifat absorptive dan reflective-nya. d. Karakter Desain • Inspirasi desain Secara umum, desain Panin Office Building terinspirasi oleh desain bangunan Panin Office Pusat, Sudirman, Jakarta (gambar 6). Hal ini merupakan suatu usaha untuk menjembatani antara desain tipikal Panin Bank yang lama dengan desain tipikal Panin Bank yang baru. Penggunaan grid pada curtain wall, dengan unsur vertikal yang mendominasi, menjadi bagian utama dari fasade. • Elemen kaki, badan, dan kepala Pembahasan karakter desain pada fasade dapat dilihat pada masing-masing bagian kaki, badan dan kepala bangunan. Pada bagian kaki, cenderung digunakan material masif berwarna gelap sehingga memberikan kesan berat sebagai fondasi yang kokoh dan aman. Selain itu terdapat suatu kanopi pada level dua bangunan untuk menegaskan entrance dan melindunginya dari panas dan hujan. Pada bagian kaki ini pula dapat diletakkan low signage Panin Bank, yaitu signage yang terdiri dari logo dan tulisan Panin Bank sehingga mudah terlihat. . | : r- m teS
Gambar 14 contoh bagian kaki tipikal Panin Bank (Sumber: dokumentasi PTI)
Pada bagian badan, umumnya digunakan kombinasi grid curtain wall dengan alumunium sehingga berkesan ringan dan terang. Namun unsur vertikal dari material GRC kolom praktis lebih mendominasi sesuai dengan desain dari kantor Panin Bank pusat yang menjadi inspirasi. Pada bagian badan ini juga dapat diletakkan low signage apabila tidak diletakkan pada bagian kaki.
Implementasi Brand Image Dalam Segi •Arsitektur!(Erin.))!
&5
Gambar 15 contoh bagian badan tipikal Panin Bank (Sumber: dokumentasi PTI)
Pada bagian kepala, umumnya digunakan suatu bentuk seperti mahkota. Bentuk mahkota ini memberikan penegasan pada atap sekaligus memberikan aksen pada bangunan. Material yang digunakan pun memberikan kesan ringan dan mahkota yang seakan-akan melayang. Pada bagian ini juga pasti diletakkan high signage dari Panin Bank agar dapat terlihat dari jauh.
Gambar 16 contoh bagian kepala tipikal Panin Bank (Sumber: dokumentasi PTI)
Gabungan unsur horizontal dan vertikal yang membentuk grid pada curtain wall ini menjadi suatu ritme dan unity pada fasade bangunan. Komponen 'berat' pada bagian kaki dapat disatukan dengan komponen 'ringan' pada bagian badan dan kepala lewat grid ini. Komponen 'ringan' yang hadir lewat kombinasi kaca dan alumunium menyatu dengan grid yang sama dari jendela pada komponen 'berat' yang hadir lewat kombinasi dinding bata masif dan kaca. Integralitas bagian kaki, badan, dan kepala ini menghasilkan suatu sense of functionality, yang menyatakan kualitas intrinsik arsitektur. Fungsi kantor bank telah tersampaikan lewat kualitas karakter dari fasade bangunan. Sedangkan kesan simple, modern, dan exclusive pada fasade hadir lewat kombinasi antara pattern, texture, dan chromatic pada material.
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 56- 76
Berikut ini merupakan sketsa gambaran umum desain tipikal bangunan kantor Panin Bank: „
„—<•,• i. •
w r a \ « i
r
KEPALA • bentuk mahkata • penggunaan aiumurwim louvre - peksiakan hign signage
.
BADAN
'
- curtain wall (ratec&ve) biirwatr a biru danat dipadukan dengan bidarsg masil bofwama puuh • PerwtkanaH unsur vertical dangan kotom GRC piitih - grid pada curtain wall - altamatvc peletakan low &ignag«
KAKI • Penggunaan bidang masif berwama goiap - alternate peletakan low signage -kanopt - grid pada joncteia
Gambar 17 Sketsa gambaran desain tipikal Panin Bank (Sumber: dokumentasi pribadi)
• Elemen arsitektur lokal Akan tetapi, dalam lokasi tertentu di mana masih ada peraturan tentang elemen arsitektur lokal yang mengikat atau dalam lokasi di mana arsitektur lokalnya masih begitu kental, maka bagian kepala ini dapat disesuaikan dengan bentuk atap setempat. Sebagai contoh, Panin Bank cabang Solo dan Panin Bank cabang Jogja memiliki bentuk atap yang sesuai dengan elemen arsitektur lokal.
r, "imn ISIl
Jl
jjjfelllll! ^it^^^^m
m7"-
""""~
Gambar 18 Panin Bank cabang Solo (Sumber: dokumentasi PTI)
Selain itu, jendela atau ornamen pada fasade juga dapat disesuaikan dengan elemen arsitektur lokal. Seperti yang dapat kita lihat pada Panin Bank cabang Jogjakarta, selain bentuk atap yang selaras dengan lingkungan setempat, bentuk jendela dan signage logo Panin Bank yang d\-emboss seperti ukiran memberikan warna lokal pada desain tipikal Panin Bank.
Implementasi Brand Image Dalam Segi Arsitektur (Erin)
67
Gambar 19 Panin Bank cabang Jogjakarta (Sumber: dokumentasi PTl)
Dari segi marketing, penerapan elemen arsitektur lokal ini bagus untuk menarik simpati nasabah daerah setempat. Para calon nasabah akan merasa terdapat suatu keselarasan dengan Panin Bank. Sedangkan berdasarkan ilmu arsitektur, penerapan elemen arsitektur lokal ini menunjukkan suatu desain tipikal Panin Bank yang kontekstual dan fleksibel terhadap lingkungannya. Masing-masing bangunan kantor Panin Bank telah menunjukkan suatu sikap yang menunjukkan bentuk dan bahasa masing-masing terhadap konteks lingkungannya. Baik konteks tersebut berupa kota besar maupun kota kecil, desain tipikal Panin Bank telah mengalami suatu transformasi. Transformasi yang bukan berarti mengikuti persis konteks yang ada, tetapi mengambil aspek tertentu dari konteks tersebut sebagai intervensi terhadap desain.
Elemen Interior a. Program Ruang • Kantor Bank Untuk membuat suatu standarisasi desain bagi proyek Panin Bank, tentunya kita harus membuat suatu acuan kebutuhan dan program ruang. Di sini program ruang yang dibuat untuk Panin Bank cabang utama hampir sama dengan Panin Bank cabang pembantu. Hal yang membedakan adalah jumlah kebutuhan ruang pada masing-masing cabang. Berikut merupakan bagan program ruang untuk masing-masing cabang: Program Ruang Cabang Pembantu
Lantai dasar
68
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 20Q6 : 56-76
arQng Room
Back Office
Teller
Waiting .Area
Custodian
Banking Hall
Customer Series
Ji ml tangga
Lantai dua
Manager
1 i
1 l
Priority Room
Marketing Area
i
Meeting Room
_ __
„
_ „
Meeting i oom
1 1
LI/ tangga
Lantai tiga
mi
0§«
Lantai empat dan seterusnya Keterangan: Sirkulasi pengunjung Sirkulasi staff Hanya hubungan visual Gambar 20 Bagan program ruang cabang pembantu
Program Ruang Cabang Utama Lift/
ParMr
""WP
Lantai dasar
Head Teller
Teller
1 Back Office
Strong Room
,SDB
Custodian
J
-
i
Waiting Area
— — Banking
Hall
1 Lift/ tangga
Lantai dua
Implementasi Brand Image Dalam Segi Arsitektur (Erin)
Customer Service
Branch Manager
1
i
l
i
i
Meeting Room
Priority Room
Marketing Area
Meeting room
i
LIB/ tangga
Lantai tiga
Lantai empat dan seterusnya
Keterangan: Sirkulasi pengunjung Sirkulasi staff Hanya hubungan visual Gambar 21 Bagan program ruang cabang utama
Secara garis besar, seluruh cabang utama dan cabang pembantu harus memiliki perbandingan area banking hall 60% dari area back office. Meskipun program ruang antara cabang pembantu dan cabang utama hampir sama, yang membedakan adalah kebutuhan luas ruang berdasarkan jumlah meja dan staff pada masing-masing cabang. Akan tetapi perbedaan kebutuhan ruang ini tidak mutlak, tentu saja harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing kantor cabang. Berikut merupakan tabel kebutuhan ruang pada cabang utama dan cabang pembantu secara garis besar : Cabang Utama
Cabang Pembantu
Teller
±6
±3
Marketing
±6
±4
± 6-8 orang
± 4-6 orang
±4
±2
±20m 2
± 10 m2
± 28 orang
± 8 orang
Meeting room pada marketing area Customer Service SDB Staff
Tabel 1 Tabel kebutuhan ruang cabang utama dan cabang pembantu
Dalam penerapan program ruang ini, ada beberapa ketentuan yang harus selalu diikuti. Ruang Branch Manager harus berdekatan dengan Priority Room dan Marketing area agar dapat segera menemui customer. Kegiatan pada area teller harus dapat diawasi langsung oleh ruang back office. Ruang SDB yang dijaga oleh custodian memiliki persyaratan teknis tertentu yaitu konstruksi beton dengan pintu baja. Gambar detail ruang SDB dapat dilihat pada halaman lampiran. Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 56- 76
• parkir Area parkir merupakan faktor penting untuk menarik nasabah. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak peristiwa di mana para calon customer membatalkan niatnya hanya karena sulit mencari parkir. Umumnya dalam tiap proyek Panin Bank, lantai dasar digunakan untuk parkir dengan acuan satu parkir per 100 m (menurut acuan standar dari dinas tata kota DKI). Hal ini disebabkan oleh terbatasnya lahan yang ada untuk parkir karyawan dan parkir nasabah. Kebanyakan lahan yang ada tidak memungkinkan adanya parkir outdoor yang memadai. Meskipun begitu, parkir tetap menjadi prioritas utama dengan menyediakan lahan parkir pada lantai dasar, basement, atau lantai atas. Pembuatan basement sedapat mungkin dihindari dalam setiap proyek bangunan kantor Panin Bank.
Gambar 22 Area parkir Panin Bank cabang Jember (Sumber: dokumentasi PTI)
Lahan yang cukup luas namun menyempit pada bagian belakang menjadi suatu keuntungan untuk kebutuhan parkir. Maka itu area parkir pada Panin Bank cabang Jember ini dibuat pada lantai dasar (semi basement) dan dua lantai pada lahan di belakang bangunan kantor Panin Bank.
Gambar 23 Area parkir basement Panin Bank cabang Kerawang (Sumber: dokumentasi PTI)
Proyek Panin Bank cabang Kerawang ini merupakan satu-satunya proyek Panin Bank yang memiliki basement. Memang seharusnya klien menginginkan sedapat mungkin tidak ada basement. Akan tetapi peraturan setempat yang tidak mengatur mengenai batas ketinggian maksimum bangunan membuat kelonggaran untuk membangun kantor Panin Bank dengan lima lantai. Untuk itu diperlukan basement untuk menampung peningkatan jumlah kebutuhan parkir.
Implementasi Brand Image Dalam Segi Arsitektur (Erin)
71
Gambar 24 Area parkir Panin Bank cabang Batam (Sumber: dokumentasi PTI)
Kebutuhan jumlah parkir untuk bangunan Panin Bank cabang Batam berlantai enam ini tidak dapat dipenuhi hanya dengan lantai dasar saja. Untungnya kontur tanah di sekeliling bangunan dapat digunakan sebagai ramp untuk menuju lantai dua pada bangunan. Untuk itu area parkir pada Panin Bank cabang Batam ini dapat dibuat dua lantai di atas tanah. b. Material Sama seperti bagian eksterior, PTI juga telah membuat standar material interior yang meliputi furnitur, pintu, lantai, ceiling, dan dinding partisi. Interior dari desain tipikal Panin Bank ini banyak didominasi oleh penggunaan material kayu dan kaca. Penentuan warna dan jenis material untuk seluruh interior telah dipertimbangkan agar dapat menghasilkan kesan simpel, modern dan eksluksif. Daftar tabel standar material tersebut dapat dilihat pada halaman lampiran. c. Standar Furniture Keseragaman furnitur juga harus diperhatikan. Untuk itu, telah dibuat suatu standar furnitur yang akan digunakan oleh Panin Bank Office Building. Selain penentuan produk dari perusahaan tertentu, PTI juga turut mendesain beberapa furnitur seperti meja office. Standar material untuk furnitur ini juga termasuk dalam tabel standar material bagi cabang utama dan pembantu yang terlampir di belakang laporan. Standar furniture ini amat berperan penting dalam penentuan lay out bangunan nantinya, karena telah memiliki standar dimensi untuk masing-masing kebutuhan. Contohnya adalah Standar ukuran CHUBB SAFE DEPOSIT LOCKER "Inova" yang akan digunakan untuk menentukan ruang SDB.
Gambar 25 Gambar 26 meja teller Panin Bank ja customer office me (Sumber: dokumentasi PTF)
72
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 56- 76
Gambar 27 meja office (Sumber: dokumentasi PTI)
Keseragaman furnitur ini selain akan menambah estetika, juga dapat turut mengurangi cost dengan pembelian partai banyak. Penentuan furnitur sejak awal amat membantu dalam pembuatan program ruang karena standar luasan masing-masing furnitur sudah langsung diketahui.
Karakter Desain Interior Desain interior tipikal Panin Bank banyak didominasi oleh penggunaan material kayu dan kaca. Pemilihan material ini ditujukan untuk menghadirkan kesan simple, modern, dan eksklusif, sesuai dengan image yang diharapkan oleh Panin. Selain itu unsur kaca memberikan kesan ringan, luas, modern, dan terbuka.
Gambar 28 image interior Panin Bank cabang Tuban (Sumber: dokumentasi PTI)
Faktor kenyamanan dan kelegaan harus dipikirkan. Hal ini semata-mata untuk memberikan pelayanan yang baik dan kepuasan pada customer. Bahkan menurut teori motivasi Frederic Herzberg4 dalam ilmu manajemen bisnis, ruang kerja yang nyaman {working condition) akan turut mendukung kinerja para staff dalam meningkatkan Sule, Ernie Tisnawati, dan Saefullah, Kurniawan. 2005. Pengantar Manajemen Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Implementasi Brand Image Dalam Segi Arsitektur (Erin) .
! »
' ' •
'I
.
73
pelayanannya. Jika ruang gerak staff terbatas dengan kondisi ruangan yang buruk, tentu pelayanan terhadap nasabah juga dapat terpengaruhi. Dalam teori Herzberg, working condition merupakan salah satu elemen hygiene factor yang akan menentukan motivasi dan kinerja staff.
Gatnbar 29 image interior Panin Bank Cabang Muara Karang (Number: dokumentasi PTI)
PTI juga mencoba memasukkan unsur-unsur budaya lokal pada interior desain tipikal Panin Bank. Nuansa merah pada interior Panin Bank cabang Muara Karang disesuaikan dengan daerah Pluit yang banyak dihuni oleh etnis Tionghoa. Bagi etnis Tionghoa, waraa merah dianggap sebagai waraa yang baik. Pada Panin Bank cabang Tuban, motif batik Tuban yang terkenal diambil sebagai motif untuk para-para (partisi) ruangan. Selain itu, kain batik juga dapat digunakan untuk dekorasi ruangan. Sebagai contoh pada Panin Bank cabang Jogja, kain batik digunakan sebagai dekorasi dinding pengganti lukisan.
Gambar 30 motif panji lori dari batik Tuban (Sumber: dokumentasi PTI)
74
Jurnal Umiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 56- 76
'
:
,
•
Gambar 31 image interior Panin Bank cabang Jogjakarta (Suniber: dokumentasi PTI)
KESIMPULAN Standarisasi Desain menjadi suatu keharusan bagi bangunan-bangunan retail yang telah memiliki nama dan jaringan tersendiri. Dengan adanya standarisasi desain, mereka memiliki identitas visual (image making) yang mudah dikenali oleh para konsumen. Standarisasi desain juga menjadi guidelines dalam membangun, sehingga hanya perlu disesuaikan dengan kondisi dan keadaan setempat. Salah satu keuntungan dari standarisasi desain ini adalah mengurangi cost. Usaha ekspansi dan reposisi strategi bisnis Panin Bank dari Corporate Banking menjadi Retail and Consumer Banking bertujuan untuk menjaring lebih banyak nasabah. Target market dari strategi bisnis yang baru ini adalah para profesional muda dari kelompok umur 25-40 tahun dan corporate (tetapi lebih difokuskan pada retail dan consumer banking). Untuk itu diperlukan suatu pembaharuan brand image Panin Bank yang sesuai dengan target market-nya yaitu image simple, modern, dan exclusive. Dengan letak proyek yang variatif di seluruh Indonesia, tentunya desain yang dibuat harus tetap kontekstual dengan lingkungan setempat tetapi tetap menunjukkan identitas Panin Bank itu sendiri. Maka itu rumusan kriteria standar desain Panin Bank harus berkarakter dan kontekstual. Desain tipikal bangunan kantor Panin Bank yang baru merupakan perwujudan keinginan klien dan karakter Panin Bank. Melalui integritas seluruh aspek desain, baik eksterior maupun interior, PTI telah berhasil menciptakan suatu desain tipikal yang berkarakter, kontekstual, dan fungsional. Desain tipikal yang baru ini juga menjadi suatu katalisator yang mampu menjembatani desain Panin Bank yang lama dengan desain Panin Bank yang baru lewat penerapan kembali beberapa unsur-unsur dari desain kantor Panin Bank yang lama.
Implementasi Brand Image Dalam Segi Arsitektur (Erin)
75
DAFTAR PUSTAKA Aldrich-Ruenzel, Nancy dan Fennel, John, Designer's Guide to Typography. NY: Watsonguptill publications, 1991. Bianpoen. Diktat Mata Kuliah Seminar Perancangan Arsitektur dan Lingkungan. Jakarta. Cravens, David W. and Piercy, Miguel F, Strategic Marketing 7lh edition. NY: McGraw Hill, 1993. Kartajaya, Hermawan, Hermawan Kartajaya on MARKETing. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2002. Kohn, A. Eugene, Pedersen, William, and Fox, Sheldon, KPF The First 22 Years. Italia: 1'ArcaEdizioni, 1999. Manlian R. Metode Konstruksi. Jakarta: 2003. Neufeldt, Victoria, and Guralnik, David, B, Webster's New World College Dictionary. New York : A Simon & Schuster Macmillan Company, 1999.. Reed/Cotter/Gill/Smith, Commercial Banking. Englewood, New Jersey: Prentice Hall Inc, 1976. Siahaan, Sahat, Utilitas Bangunan. Jakarta: 2000. Sule, Ernie Tisnawati, dan Saefullah, Kurniawan, Pengantar Manajemen Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005. Suyatno, Thomas, Marala, Djuhaepah T., Abdullah, Azhar, Aponno, Johan Thomas, Ananda, C. Tinon Yunianti, dan Chalik, H.A, Kelembagaan Perbankan Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999. Viney, Christopher, McGrath's Financial Institutions Instruments and Markets. Sydney: McGraw Hill, 2000. www.epanin.com/PaninBank www.panin.co.id
76
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 56- 76