Booklet Da’wah
.: Jumat, 22 Sya’ban 1435 H / 20 Juni 2014 M
1
Be rilmu Se be lu m Be rk a ta & Be ra ma l
ILMU SYARIAT, KEWAJIBAN YANG TERLUPAKAN
ِ : َوﺑَـ ْﻌ ُﺪ،ُﻠﻰ آﻟِِﻪ َو َﻣ ْﻦ َواﻻَﻩ اَ ْﳊَ ْﻤ ُﺪِ ِ َواﻟ ﱠ ٰ ﻠﻰ َر ُﺳ ْﻮِل ﷲ َو َﻋ َ ﺼﻼَُة َواﻟ ﱠﺴﻼَ ُم َﻋ
Menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap muslim. Namun ilmu yang dimaksud bukan seperti yang kebanyakan dipahami selama ini.
ِ َﻃَﻠ ﻀﺔٌ َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ ُﻣ ْﺴﻠٍِﻢ َ ْﺐ اﻟْﻌﻠِْﻢ ﻓَ ِﺮﻳ ُ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” Hadits ini sudah sangat sering disebut, baik dalam khutbah-khutbah, majelis-majelis taklim, maupun dalam pelajaran agama Islam di sekolah. Namun sayangnya, hadits ini masih dipahami dengan sangat global. Walhasil, banyak yang mencukupkan kewajiban itu dengan menimba ilmu-ilmu umum seperti matematika, fisika, kimia, biologi, akuntansi, psikologi, dan lain sebagainya. Definisi Ilmu Secara etimologis, ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai kenyataannya dengan pengetahuan yang mantap (lihat Kitabul Ilmi, Ibnu ‘Utsaimin dan Hasyiyah Tsalatsatul Ushul, An-Najdi, hal. 6) Sedang ilmu dalam terminologi syariat adalah apa yang turunkan kepada Rasul-Nya berupa keteranganAllah keterangan dan petunjuk (Kitabul Ilmi, hal. 11) atau mengetahui Al-Qur‘an dan As-Sunnah, serta ucapan para shahabat yang menafsirkan keduanya dan mengamalkannya . (Al-Haqiqatusy dengan diiringi rasa takut kepada Allah Syar’iyyah, hal. 119) Keutamaan Ilmu Syariat Ilmu syariat memiliki keutamaan yang banyak di Jangan dibaca saat Adzan berkumandang atau Khatib sedang Khutbah!
2
Booklet Da’wah
antaranya: 1. Ilmu adalah warisan para Nabi sebagaimana terdapat dalam hadits: “…Para ulama adalah pewaris para Nabi dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham akan tetapi mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya berarti ia telah mengambil bagian yang cukup.” (Shahih, HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 6297) 2. Allah mengangkat derajat orang-orang yang berilmu dalam firman-Nya: “…Allah mengangkat derajat orangorang yang beriman di antara kalian dan orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al Mujadalah: 11). Dalam ayat lain: “…Kami akan mengangkat derajat siapa yang kami kehendaki…” (QS. Yusuf: 76). Al-Imam Malik berkata: “Dengan ilmu.” (Madarikun Nazhar, hal. 36) 3. Ilmu akan dimanfaatkan oleh pemiliknya meski telah mati, seperti disebutkan dalam hadits: “Jika seorang manusia meninggal maka amalannya terputus kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang berdoa untuknya.” (Shahih, HR. Muslim dari Abu ) Hurairah 4. Ilmu merupakan tanda keinginan baik dari Allah kepada orang tersebut. Dalam hadits disebutkan: “…Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan pahamkan dia dalam agama.” (Shahih, HR Ahmad dan Ibnu Majah dari Mu’awiyah , lihat Shahih Al-Jami’, no. 6612) 5. Ilmu akan memudahkan jalan menuju jannah (surga). Dalam hadits disebutkan: “Barangsiapa yang menelusuri jalan yang ia cari ilmu padanya, maka Allah akan memudahkannya jalan menuju jannah.” (Shahih, HR Muslim) adalah 6. Orang yang benar-benar takut kepada Allah orang-orang yang berilmu. Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya hanyalah yang takut kepada Allah adalah ulama.” (QS. Fathir: 28)
Booklet Da’wah
3
Dan masih banyak lagi keutamaan ilmu, apa yang tersebut adalah sebagian kecil dari keutamaan ilmu. Hukum Menuntut Ilmu Nabi bersabda:
ِ َﻃَﻠ ﻀﺔٌ َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ ُﻣ ْﺴﻠٍِﻢ َ ْﺐ اﻟْﻌﻠِْﻢ ﻓَ ِﺮﻳ ُ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (Shahih, HR AlBaihaqi dan lainnya dari Anas dan lainnya. Dishahihkan AsySyaikh Al-Albani, lihat Shahihul Jami’ no. 3913) Ishaq bin Rahwiyah berkata: “Maknanya yaitu wajib menuntut ilmu pada apa yang dibutuhkan: tentang wudhunya, shalatnya, zakatnya jika dia punya harta, begitu pula haji dan yang lainnya”. (Jami’ Bayanil Ilmi, 1/52) Kewajiban menuntut ilmu bisa menjadi wajib kifayah jika ada sekelompok orang yang telah mempelajarinya, dan kewajiban itu gugur bagi yang lainnya. Namun bisa juga wajib ‘ain yakni setiap orang dari kaum muslimin harus mempelajarinya, sebagaimana diterangkan Ibnu Abdil Bar: “Ulama telah ber-ijma’ bahwa di antara ilmu itu ada yang fardhu ‘ain, wajib atas setiap orang pada dirinya. Dan ada yang fardhu kifayah, jika telah ada yang melakukannya maka gugur kewajiban itu bagi yang lain di daerah itu.” (Jami Bayanil Ilmi, 1/56-57) Untuk mengetahui mana yang wajib ‘ain dan mana yang wajib kifayah, maka perlu melihat penjelasan para ulama berikut ini: Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin menjelaskan: “Menuntut ilmu syariat adalah fardhu kifayah jika sebagian orang dalam jumlah cukup telah melakukannya. Maka bagi yang lain hukumnya sunnah… Dan bisa jadi fardhu ‘ain atas seseorang… Patokannya adalah ketika pengetahuan tentang seluk beluk ibadah atau muamalah yang akan segera dilakukan itu tergantung padanya (maka itu fardhu ‘ain untuk dipelajari, red).” (Lihat Kitabul Ilmi, hal. 21-22) , ilmu yang wajib (‘ain, red.) Menurut Al-Imam Ahmad untuk dituntut adalah yang akan menegakkan agama seseorang, dan tidak boleh ia menyepelekannya. Beliau lalu ditanya: “Seluruh ilmu itu akan menegakkan agama?” Beliau menjawab: “Yakni kewajiban yang wajib atas dirinya maka
4
Booklet Da’wah
wajib ia menuntutnya.” Beliau ditanya: “Seperti apa?” Jawabnya: “Yaitu yang ia tidak boleh bodoh dalam urusan shalatnya, puasanya dan sejenisnya.” (Hasyiyah Ushul AtsTsalatsah hal. 10 dan Adab Syar’iyyah, 2/35) Asy-Syaikh Abdurrahman An-Najdi mengomentari ucapan Al-Imam Ahmad tersebut, katanya: “Berarti yang wajib atas manusia untuk mengamalkannya adalah dasar-dasar iman, syariat -syariat Islam, perkara yang wajib ditinggalkan berupa hal-hal yang haram, lalu muamalat yang dibutuhkan dan yang lainnya. Sesuatu yang wajib itu tidak sempurna kecuali dengannya, maka hal itu wajib atasnya untuk dipelajari.” (Hasyiyah Ushul Ats-Tsalatsah, hal. 10) Adapun yang fardhu kifayah, para ulama juga telah menjelaskannya, sebagaimana telah diterangkan Asy-Syaikh Abdurrahman An-Najdi. Katanya: “Lain halnya dengan sesuatu yang lebih dari itu (yakni yang fardhu ‘ain) maka itu termasuk fardhu kifayah jika orang dalam jumlah memadai telah mempelajarinya. Maka dosa (tidak mempelajarinya) gugur bagi yang lain.” (Hasyiyah Ushul Ats-Tsalatsah hal. 10) Namun demikian, ada hal-hal yang menjadikan menuntut ilmu itu semakin ditekankan. Dijelaskan oleh Ibnu ‘Utsaimin : “Kemudian, di sana ada tiga hal yang dengannya tuntutan menuntut ilmu semakin kuat atas manusia: 1. Adanya bid’ah yang muncul. Hasan bin Tsawab berkata: Ahmad bin Hanbal mengatakan kepadaku: “Aku tak tahu sebuah zaman yang manusia lebih membutuhkan mencari hadits daripada zaman ini.” Maka saya katakan: “Mengapa?” Katanya: “Karena telah muncul bid’ah, sehingga orang yang tidak punya hadits akan terjatuh padanya.” (Adab Syar’iyyah 2/38, red) 2. Adanya orang-orang yang berani berfatwa tanpa ilmu. 3. Banyak orang yang berdebat pada masalah yang bisa jadi sudah jelas permasalahannya menurut para ulama, tapi masih ada saja yang berdebat tentangnya dan tanpa ilmu. (Lihat Kitabul Ilmi, hal. 21-22) Ilmu yang Bermanfaat kepada hamba-Nya Ilmu yang dianugerahkan Allah ada yang memberikan manfaat, ada pula yang tidak. Di sisi
Booklet Da’wah
5
lain, ada pula ilmu yang pada asalnya sama sekali tidak memberikan manfaat, sehingga manusia harus menjauhinya. Allah telah menyebut ilmu dalam Kitab-Nya Al Qur`an terkadang dengan memujinya seperti dalam firman-Nya:
ِ َﻫﻞ ﻳﺴﺘَ ِﻮي اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ ﻳـ ْﻌﻠَﻤﻮ َن واﻟﱠ ِﺬﻳﻦ ﻻ ﻳـ ْﻌﻠَﻤﻮ َن إِﱠﳕَﺎ ﻳـﺘَ َﺬ ﱠﻛﺮ أُوﻟُﻮ اﻷﻟْﺒ ﺎب َ َْ ْ ُ َ َ َ ُ ََ ُ َ
“Katakanlah, adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang-orang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az -Zumar: 9) “Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu. Segolongan berperang di jalan Allah dan yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang muslim dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendakiNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.” (QS. Ali ‘Imran: 13) Terkadang Allah menyebutnya dengan celaan. Ilmu yang Allah puji itu adalah ilmu yang bermanfaat dan yang Allah cela adalah ilmu yang asalnya tidak bermanfaat, atau bisa jadi pada asalnya bermanfaat, tapi orang yang dikaruniainya tidak bisa mengambil manfaat darinya. Sebagaimana Allah beritakan tentang sebuah kaum yang Allah beri ilmu namun ilmu itu tidak memberi mereka berfirman: manfaat. Allah “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tidak memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amat buruklah kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang dzalim.” (Al-Jumu’ah: 5) “Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami. Kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (hingga dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.” (QS. Al-A’raf: 175)
6
Booklet Da’wah
Ayat ini menjelaskan, ilmu itu sesungguhnya bermanfaat akan tetapi orang yang dikaruniainya tidak bisa memanfaatkannya. Adapun ilmu yang pada dasarnya dicela oleh Allah adalah seperti tercantum dalam Surat AlBaqarah ayat 102 dan Surat Ar-Rum ayat 7. “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (karena mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan pada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut. Sedang keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seorangpun sebelum mengatakan: ‘Sesungguhnya kami hanya cobaan bagimu, karena itu janganlah kamu kafir.’ Maka mereka mempelajari dari dua malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang suami dengan istrinya. Dan mereka itu tidak memberi mudharat kepada seorangpun dengan sihirnya kecuali atas izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepada mereka dan tidak memberi manfaat. Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa menukar kitab Allah dengan sihir itu, tiadalah keuntungan baginya di akhirat. Dan amat jahatlah perbuatan mereka menukar dirinya dengan sihir kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 102)
ِ اﳊﻴﺎةِ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴﺎ وﻫﻢ ﻋ ِﻦ ِ ِ اﻵﺧَﺮةِ ُﻫ ْﻢ َﻏﺎﻓِﻠُﻮ َن َ َُْ َ ََْ ﻳَـ ْﻌﻠَ ُﻤﻮ َن ﻇَﺎﻫًﺮا ﻣ َﻦ
“Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia, sedangkan mereka lalai tentang kehidupan akhirat.” (QS. Ar-Rum: 7) Karena ilmu itu ada yang terpuji yaitu yang bermanfaat dan ada yang tercela yaitu yang tidak bermanfaat, maka kita ilmu yang dianjurkan untuk memohon kepada Allah bermanfaat dan berlindung kepada-Nya dari ilmu yang tidak bermanfaat. (Fadhl ‘Ilmis Salaf hal. 11-13) Ilmu yang Bermanfaat menjelaskan tentang ilmu yang Ibnu Rajab Al-Hanbali bermanfaat. Beliau mengatakan, pokok segala ilmu adalah yang akan menumbuhkan rasa takut mengenal Allah kepada-Nya, cinta kepada-Nya, dekat dengan-Nya, tenang
Booklet Da’wah
7
dengan-Nya, dan rindu pada-Nya. Kemudian setelah itu berilmu tentang hukum-hukum Allah , apa yang dicintai dan diridhai-Nya dari perbuatan, perkataan, keadaan atau keyakinan hamba. Orang yang mewujudkan dua ilmu ini, maka ilmunya adalah ilmu yang bermanfaat. Ia, dengan itu, akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat, hati yang khusyu’, jiwa yang puas dan doa yang mustajab. Sebaliknya yang tidak mewujudkan dua ilmu yang bermanfaat itu, ia akan terjatuh ke berlindung darinya. dalam empat perkara yang Nabi Bahkan ilmunya menjadi bencana buatnya, ia tidak bisa mengambil manfaat darinya karena hatinya tidak khusyu’ kepada Allah , jiwanya tidak merasa puas dengan dunia, bahkan semakin berambisi terhadapnya. Doanya pun tidak karena ia tidak merealisasikan didengar oleh Allah perintah-Nya serta tidak menjauhi larangan dan apa yang dibenci-Nya. Lebih-lebih apabila ilmu tersebut bukan diambil dari Al Qur‘an dan As Sunnah, maka ilmu itu tidak bermanfaat atau tidak ada manfaatnya sama sekali. Yang terjadi, kejelekannya lebih besar dari manfaatnya. Ibnu Rajab juga menjelaskan, ilmu yang bermanfaat dari semua ilmu adalah mempelajari dengan benar ayat-ayat Alserta memahami maknanya Qur‘an dan hadits Nabi sesuai dengan yang ditafsirkan para shahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in. Lalu mempelajari apa yang berasal dari mereka tentang halal dan haram, zuhud dan semacamnya, serta berusaha mempelajari mana yang shahih dan mana yang tidak dari apa yang telah disebutkan. Kemudian berusaha untuk mengetahui makna-maknanya dan memahaminya. Apa yang telah disebutkan tadi sudah cukup bagi orang yang berakal dan menyibukkan diri dengan ilmu yang bermanfaat. (Fadhl ‘Ilmis Salaf ‘Alal Khalaf, hal. 41, 45, 46, 52, 53) Ilmu yang bermanfaat akan nampak pada seseorang dengan tanda-tandanya, yaitu: 1. Beramal dengannya. 2. Benci bila disanjung, dipuji, atau takabbur atas orang lain. 3. Semakin tawadhu’ ketika ilmunya semakin banyak.
Booklet Da’wah
8
4. Menghindar dari cinta kepemimpinan, ketenaran dan dunia. 5. Menghindar untuk mengaku berilmu. 6. Ber-su’uzhan (buruk sangka) kepada dirinya dan husnuzhan (baik sangka) kepada orang lain dalam rangka menghindari celaan kepada orang lain. (Lihat Fadhl ‘Ilmis Salaf, hal. 56-57 dan Hilyah Thalibil ‘Ilm, hal. 71) Sebaliknya ilmu yang tidak bermanfaat juga akan nampak tanda-tandanya pada orang yang menyandangnya yaitu: 1. Tumbuhnya sifat sombong, sangat berambisi dalam dunia dan berlomba-lomba padanya, sombong terhadap ulama, mendebat orang-orang bodoh, dan memalingkan perhatian manusia kepadanya. 2. Mengaku sebagai wali Allah , atau merasa suci diri. 3. Tidak mau menerima yang hak dan tunduk kepada kebenaran, dan sombong kepada orang yang mengucapkan kebenaran jika derajatnya di bawahnya dalam pandangan manusia, serta tetap dalam kebatilan. 4. Menganggap yang lainnya bodoh dan mencela mereka dalam rangka menaikkan derajat dirinya di atas mereka. Bahkan terkadang menilai ulama terdahulu dengan kebodohan, lalai, atau lupa sehingga hal itu menjadikan ia mencintai kelebihan yang dimilikinya dan berburuk sangka kepada ulama yang terdahulu. (Lihat Fadhl ‘Ilmis Salaf, hal. 53, 54, 57, 58) Sumber: http://asysyariah.com
ِ اﳊﻤ ُﺪِ ِ ر ﱢ ِ وﷲُ ﺗَـﻌ َﺎﱃ أ َْﻋﻠَﻢ ﺑِﺎﻟ ﱠ ﲔ َ ْ ب اْﻟ ٰﻌﻠَﻤ َ َ َ ْ َْ ﺼ َﻮاب َو ُ
Diterbitkan oleh: Pondok Pesantren Minhajus Sunnah Kendari Jl. Kijang (Perumnas Poasia) Kelurahan Rahandouna. Penasihat: Al-Ustadz Hasan bin Rosyid, Lc Kritik dan saran hubungi: 085241855585 Booklet Al-Ilmi versi online: www.ahlussunnahkendari.com Harap disimpan di tempat yang layak, karena di dalamnya terdapat ayat Al-Qur’an dan Hadits!! Berikan kesempatan kepada yang lain untuk membaca buletin ini !!