PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TEKNIK THE POWER OF TWO TERHADAP KEMAMPUAN MEMBERIKAN TANGGAPAN SISWA KELAS VIII DI SMP ISLAM AL-SYUKRO CIPUTAT TAHUN AJARAN 2012/2013 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Dosen Pembimbing: Nuryani, M.A.
Oleh
Ika Setiowati 109013000055
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
i
ii
iii
iv
ABSTRAK Ika Setiowati NIM 109013000055. “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning) Teknik The Power of Two terhadap Kemampuan Memberikan Tanggapan Siswa Kelas VIII di SMP Islam Al-Syukro Ciputat Tahun Ajaran 2012/2013”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Nuryani, S.Pd., M.A. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran aktif teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan. Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Al Syukro Universal pada siswa kelas VIII. Permasalahan yang muncul adalah penggunaan teknik pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakter siswa dan kemampuan berbicara siswa khususnya dalam memberikan tanggapan masih tergolong rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan pada pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning) teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Universal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi eksperimen dengan desain penelitian Control group Pretest and Posttest Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dan diperoleh dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik the power of two dan kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan metode konvensional. Instrumen penelitian berupa tes kemampuan memberikan tanggapan pada kemenarikan kutipan novel remaja yang disampaikan secara lisan. Dari hasil perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t, diperoleh nilai thitung > ttabel (10,66 > 2,12). Maka hipotesis akhir atau H1 diterima. Nilai rata-rata kemampuan siswa setelah diajarkan menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik the power of two (posttest) lebih tinggi daripada nilai rata-rata sebelum diajarkan menggunakan teknik the power of two (pretest). Nilai rata-rata pretest yang diperoleh yaitu 58,29 sedangkan nilai rata-rata posttest adalah 74,82. Dengan demikian, strategi pembelajaran aktif teknik the power of two berpengaruh terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Universal. Kata kunci: Kemampuan Memberikan Tanggapan, Teknik The Power of Two
v
ABSTRACT Ika Setiowati NIM 109013000055. “The Influence of Active Learning Strategy The Power of Two Tecniques on Students The Ability of Give Responses Class VIII in SMP Islam Al-Syukro Universal Ciputat Academic Year 2012/2013”. Department of Education Indonesian Language and Literature Faculty Tarbiyah dan Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University in Jakarta. Advisior: Nuryani, S.Pd., M.A. This research aims to determain the influence of active learning strategy the power of two tecniques on students the ability give responses. The research was conducted at SMP Islam Al Syukro Universal grade VIII. The problem that arises is the use of learning techniques that were not appropriate to the character of the students and the students speaking ability especially in responding is still relatively low. Based on these problems, the authors formulate the problem on the influence of active learning strategies (active learning) of the power of two techniques of the ability give responses in the VIII grade students in SMP Islam Al Syukro Universal. The method used in this research is quasi-experimental research design with Contol group pretest and posttest design. Sampling was done by purposive sampling technique and obtained two class as a samples is experimental class who teach using active learning strategy the power of two tecniques and control class who teach using conventinal. The research instrument of this test the ability to give responses to quote for attractiveness teeneger novel orally delivered. From the calculation of hypothesis testing using t-test, the value of t calculate > t table (10,66> 2,12). Then the final hypothesis or H1 can be accepted. The average value of ability students who after taught using active learning strategy the power of two tecniques (posttest) is higher than average value before using the power of two tecniques (pretest). The average value obtained pretest is 58,29 while the average posttest score was 74,82. Thus, active learning strategy the power of two tecniques have influential on ability give of students responses VIII grade students in SMP Islam Al Syukro Universal. Keywords: Capabilities Provide Responses, The Power of Two Tecniques
vi
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah Swt, karena atas rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Selawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw, semoga syafaatnya selalu menyertai kita semua hingga akhir zaman. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis terbatas, maka adanya bimbingan pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dra. Nurlena Rifai, M.A. Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 3. Dra. Hindun, M.Pd. Sekertaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 4. Nuryani, S.Pd. M.A. dosen pembimbing yang selalu sabar membimbing penulis, selalu memberikan motivasi, serta rela meluangkan waktunya sampai penyusunan skripsi ini selesai. 5. Seluruh dosen dan Staff Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 6. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakutlas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa memberikan pelayanan serta sebagai media untuk sumber referensi penulis. 7. Bapak Fauzan Budi. C, S.T. kepala SMP Islam Al Syukro Universal yang telah banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung. 8. Seluruh staff dan guru SMP Islam Al Syukro Universal, khususnya Ibu Wiwi Adawiyah, S.Pd.I. guru pamong Bahasa Indonesia yang telah memberikan dukungan moril dan ide kepada penulis selama proses penelitian.
vii
9. Ayahanda Muhammad Sadam dan Ibunda Purwati yang selalu memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Adikku tercinta Novalia Rahmawati yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan menghibur ketika penulis sedang mengalami kesulitan. 11. Desy Listyaningrum dan Siti Nurfitriani sebagai sahabat sekaligus pemberi motivasi dan semangat bagi penulis. 12. Siswa-siswi SMP Islam Al Syukro Universal, khususnya kelas VIII A dan VIII B. 13. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semoga Allah Swt dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amin.
Jakarta, 12 Juli 2013
Ika Setiowati
viii
DAFTAR ISI LEMBAR HALAMAN JUDUL...................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI.............................................ii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH..............................iii LEMBAR PERNYATAAN PENULIS........................................................................iv ABSTRAK......................................................................................................................v ABSTRACT....................................................................................................................vi KATA PENGANTAR..................................................................................................vii DAFTAR ISI..................................................................................................................ix DAFTAR TABEL.........................................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 6 D. Perumusan Masalah....................................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6 F. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6 BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ........................... 8 A. Deskripsi Teoritis .......................................................................................... 8 1. Hakikat Strategi Pembelajaran.................................................................. 8 2. Hakikat Pembelajaran Aktif (Active Learning) ........................................ 16 3. Hakikat Teknik The Power of Two............................................................19 4. Hakikat Tanggapan ................................................................................... 25 B. Penelitian yang Relevan ................................................................................ 35 C. Kerangka Berpikir ......................................................................................... 37 D. Hipotesis Penelitian ........................................................................................39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 40 A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 40 B. Metode dan Desain Penelitian ....................................................................... 40 C. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 41 D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 42 E. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 44 F. Teknik Analisis Data................................................................... ................... 46 G. Hipotesis Statistik...........................................................................................52
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................................ 53 A. Gambaran Sekolah ........................................................................................ 53 B. Deskrpsi Data ................................................................................................ 58 C. Analisis Data.................................................................................................. 60 D. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ............................. 64 E. Analisis Data Angket................................................................... .................. 84 F. Intepretasi Data........................................................................ ...................... 88 G.Pembahasan Penelitian........................................................................ ........... 89 BAB V PENUTUP ........................................................................................................ 91 A. Simpulan ....................................................................................................... 91 B. Saran .. ........................................................................................................... 92 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................93 LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12 Tabel 4.13
Kriteria Penilaian Kemampuan Siswa dalam Memberikan Tanggapan Deskripsi Skala Penilaian Kemampuan Memberikan Tanggapan Kemenarikan Novel Remaja (Asli atau Terjemahan) Kategori Penilaian Kemampuan Memberikan Tanggapan Berdasarkan Skala Penilaian Profil SMP Islam Al Syukro Universal Pendidik SMP Islam Al-Syukro Universal Nama-nama Tenaga Kependidikan SMP Islam Al-Syukro Universal Nilai Pretest dan Posttest kelas VIII A Nilai Pretest dan Posttest kelas VIII B Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol Nilai Pretest dan Posttest Kelas Ekperimen Hasil Uji Normalitas Sampel X dan Y dengan Uji Liliefors (Kelas Kontrol) Hasil Uji Normalitas Sampel X dan Y dengan Uji Liliefors (Kelas Eksperimen) Data Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Memberikan Tanggapan Kutipan Novel Siswa Kelas VIII SMP Islam Al Syukro Universal (Kelas Kontrol) Data Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Memberikan Tanggapan Kutipan Novel Siswa Kelas VIII SMP Islam Al Syukro Universal (Kelas Eksperimen) Analisis Data Hasil Angket Hasil Analisis Pengolahan Angket Penggunaan Teknik The Power of Two
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen
Lampiran 2
Naskah Kutipan Novel Remaja
Lampiran 3
Denah Tempat Duduk Kelas Eksperimen
Lampiran 4
Denah Tempat Duduk Kelas Kontrol
Lampiran 5
Hasil Wawancara
Lampiran 6
Data Angket Siswa
Lampiran 7
Data Nilai Pretest Siswa Kelas Eksperimen
Lampiran 8
Data Nilai Posttest Siswa Kelas Eksperimen
Lampiran 9
Tabel Z
Lampiran 10
Tabel Uji-t
Lampiran 11
Daftar Kritis Uji Liliefors
xii
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, menyatakan bahwa tujuan pendidikan
nasional
adalah
mencerdaskan
kehidupan
bangsa
dan
mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan suatu individu yang selanjutnya berujung pada maju dan mundurnya suatu bangsa. Pendidikan yang baik memungkinkan dapat mengembangkan kemampuan siswa secara optimal dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadi maupun kebutuhan masyarakat. Perkembangan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi akhirakhir ini, menuntut perlunya mengubah pola pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran yang lebih aktif dan partisipatif. Pembelajaran di Indonesia yang menggunakan pembelajaran konvensional masih banyak ditemukan di sekolah-sekolah misalnya, ceramah dan pemberian tugas yang sedikit sekali melibatkan keaktifan siswa. Pembelajaran
menggunakan
metode
ceramah
merupakan
suatu
pembelajaran dimana peran guru lebih dominan dibandingkan peran siswa. Selain itu, guru kurang memperhatikan individu siswa, guru tetapi lebih menitikberatkan pada kelas. Akibatnya, daya pikir siswa kurang berkembang, minat, dan motivasinya terhadap pelajaran pun berkurang. Kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab ketidakterarikan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Padahal bahasa Indonesia memiliki peranan
2
yang sangat penting bukan hanya untuk membina keterampilan komunikasi saja melainkan untuk kepentingan penguasaan ilmu pengetahuan. Melalui bahasalah manusia belajar berbagai macam pengetahuan yang ada di dunia. Dalam konteks persekolahan, bahasa digunakan para siswa untuk mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah. Mengingat
fungsi
penting
pembelajaran
bahasa,
sudah
selayaknya
pembelajaran bahasa di sekolah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan harus diorientasikan pada pembentukan kemampuan berbahasa. Namun, berbagai tradisi lama dalam melaksanakan pembelajaran bahasa masih kerap dijumpai di sekolah-sekolah. Bukti nyata dari kondisi ini adalah masih banyak guru yang melaksanakan pembelajaran dengan hanya berorientasi menyampaikan pengetahuan kepada para siswa. Atas dasar pemikiran ini, guru banyak memilih metode ceramah atau penugasan dalam menyampaikan materi kepada siswa. Akibatnya pembelajaran menjadi monoton, kurang merangsang perkembangan potensi anak, dan kurang memotivasi anak untuk berprestasi sehingga berdampak terhadap rendahnya kompetensi siswa serta bermuara pada ketidaktercapainya tujuan pendidikan. Kondisi pembelajaran yang tidak dinaungi oleh prinsip pembelajaran yang tepat dan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan tujuan serta karakteristik siswa ini, merupakan kondisi pembelajaran yang tidak bermutu dan dapat membuat siswa menjadi pasif dalam belajar. Guna menciptakan pembelajaran yang bermutu dan mampu mengaktifkan siswa, seorang guru hendaknya senantiasa belajar untuk mengajar dengan berbagai metode dan teknik belajar yang bervariasi dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam pelajaran bahasa Indonesia, dikenal empat aspek keterampilan berbahasa yaitu membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Dalam pembelajaran bahasa, salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa adalah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara ini menempati kedudukan yang penting karena merupakan ciri dari kemampuan komunikatif siswa. Namun, diakui atau tidak, pembelajaran berbicara yang selama ini terjadi di sekolah masih jauh dari kondisi yang diharapkan. Hal ini tercermin
3
dari masih banyaknya guru yang memperlakukan sama antara pembelajaran berbicara dengan pembelajaran lainnya. Pembelajaran berbicara yang kurang baik ini, biasanya terjadi karena guru lebih menekankan kemampuan penampilan siswa dan tidak disertai latihan agar siswa mampu menyusun idenya sendiri. Kondisi lain yang lebih parah adalah bahwa pembelajaran berbicara terkadang tidak dilaksanakan guru. Siswa lebih banyak dilatih menulis dan membaca sehingga kemampuan berbicara menjadi sangat rendah. Guru tidak pernah secara intens membina dan melatih siswa berbicara. Seolah-olah bagi guru pembelajaran berbicara cukup dilakukan dengan cara membaca teks di depan kelas dan guru lupa bagaimana melatih agar mereka benar-benar mampu berbicara dengan baik. Padahal seharusnya guru memberikan bimbingan, permodelan, dan strategi yang dibutuhkan siswa agar terampil berbicara. Pembelajaran berbicara sering terabaikan karena guru lebih banyak melatih siswa membaca dan menulis. Hal ini terbukti saat peneliti melihat nilai rata-rata menulis siswa mencapai 80 dan berbanding terbalik dengan nilai berbicara mereka yang rata-rata hanya 60. Ini disebabkan karena masih adanya anggapan sebagian besar guru bahwa kemampuan berbicara bukanlah kemampuan yang akan diujikan secara nasional dalam ujian nasional. Padahal jika disadari bersama, walaupun kemampuan berbicara bukanlah bagian dari ujian nasional, namun kemampuan berbicara merupakan atribut siswa yang akan digunakan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana kesan masyarakat jika siswa yang berpendidikan saja tidak terampil dalam berbicara. Permasalahan yang peneliti jumpai di sekolah menengah pertama, khususnya pada keterampilan berbicara adalah kurangnya kemampuan siswa dalam bertanya dan memberikan tanggapan baik pada bacaan yang mereka baca atau informasi yang mereka dengar. Banyak siswa yang mengalami kesulitan saat akan menuangkan idenya ke dalam ucapan dan mereka cenderung lebih suka menuangkannya ke dalam tulisan di selembar kertas
4
daripada diungkapkan. Kurang mampunya siswa dalam memberikan tanggapan melalui ucapan disebabkan karena jarangnya siswa berlatih untuk mengemukakan pendapat, sehingga saat disuruh memberikan tanggapan mereka terlihat kurang percaya diri dengan jawabannya, kurang mampu mengemukakan tanggapan dengan bahasa yang baik, dan pemilihan teknik pembelajaran berbicara yang kurang tepat. Ketidakmampuan siswa dalam memberikan tanggapan terlihat ketika siswa belajar memberikan tanggapan yang berkenaan dengan kemenarikan pada kutipan novel remaja yang dibaca. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan siswa ke dalam proses belajar, sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, siswa perlu mendengar, melihat, berpikir, mengajukan pertanyaan, dan membahasanya dengan siswa lain. Hal ini dilakukan supaya siswa bisa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan membantu siswa untuk lebih percaya diri dalam mengungkapkan ide di depan teman dan gurunya. Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan dan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan peserta didik. Kedudukan peserta didik dalam kurikulum KTSP menuntut peserta didik untuk secara aktif mencari tahu pengetahuan yang dipelajari. Namun, kendalanya masih banyak siswa yang pasif atau kurang aktif terhadap pelajaran, sehingga diperlukan strategi untuk membuat siswa tersebut aktif guna menyesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Strategi pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran merupakan strategi yang melibatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru dan menghasilkan suatu karya. Sebaliknya, anak tidak diharapkan pasif menerima ceramah dari guru layaknya gelas kosong yang menunggu untuk diisi. Di sini guru juga dituntut berpikir kreatif untuk mampu menciptakan suasana menarik tanpa membuat bosan dalam proses belajar mengajar. Perlunya pembelajaran aktif dalam pembelajaran adalah untuk mengoptimalkan kadar
5
keaktifan siswa dalam belajar merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses pembelajaran serta hasil pembelajaran. Berbagai uraian di atas menandakan perlunya usaha untuk melakukan perubahan dalam proses pembelajaran yakni dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif teknik the power of two (kekuatan berdua) dalam proses pembelajaran khusunya dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memberikan tanggapan. Strategi pembelajaran aktif teknik the power of two merupakan suatu teknik pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan bersama. Karenanya dua orang atau dua siswa lebih baik daripada satu. Lebih lanjut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning) teknik the power of two terhadap kemampuan berbicara siswa khusunya dalam memberikan tanggapan dengan mengangkatnya menjadi bahan kajian dalam skripsi yang berjudul ―Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning) Teknik The Power of Two terhadap Kemampuan Memberikan Tanggapan pada Siswa Kelas VIII di SMP Islam Al-Syukro Universal Ciputat Tahun Ajaran 2012/2013‖
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah yang masih timbul dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut: 1. Masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah dengan menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran. 2. Minimnya strategi dan teknik pembelajaran yang dimiliki guru. 3. Kemampuan berbicara siswa masih tergolong rendah khususnya dalam memberi tanggapan melalui ucapan. 4. Siswa cenderung lebih suka memberi tanggapan dalam bentuk tulisan. 5. Keterampilan berbicara masih diabaikan para guru dengan berbagai alasan yang menyebabkan siswa menjadi kurang tertarik untuk belajar berbicara.
6
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah yang diteliti sebagai berikut: 1. Pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran aktif (active learning) teknik The Power of Two. 2. Kemampuan berbicara khususnya memberikan tanggapan pada kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) 3. Objek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Islam Al Syukro Ciputat tahun ajaran 2012/2013.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning) teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Universal Tahun Ajaran 2012/2013?
E. Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning) teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Universal Tahun Ajaran 2012/2013.
F. Manfaat Penelitian Manfaat hasil dari penelitian ini di harapkan berguna untuk berbagai pihak, baik secara teoretis maupun secara praktis, diantaranya sebagai berikut: 1. Secara teoretis Secara teoretis diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam upaya
meningkatkan
pembelajaran
bahasa
khususnya
mengenai
7
keterampilan berbahasa (berbicara) dan memberikan sumbangan pemikiran sebagai perkembangan bahasa Indonesia. 2. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada: a. Peneliti Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam menerapkan strategi pembelajaran aktif dengan berbagai teknik dalam kegiatan pembelajaran
serta
mengetahui
tingkat
keberhasilan
dalam
penerapan strategi ini.
b. Guru Dapat membantu meningkatkan keterampilan berbicara siswa khususnya kemampuan memberikan tanggapan di masa yang akan datang, membantu guru dalam menentukan strategi dan teknik yang kreatif untuk menunjang keberhasilan pembelajaran, dan mampu menarik perhatian siswa.
c. Siswa Dari hasil penelitian ini siswa diharapkan memiliki keretampilan berbicara dengan baik dan kemampuan dalam memberikan tanggapan.
d. Lembaga Dapat memberikan konstribusi kepada sekolah untuk berupaya dalam peningkatan mutu lulusannya dengan menggunakan teknikteknik pembelajaran yang baik dan meningkatkan profesionalisme guru dalam mendidik siswa.
8
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis 1. Hakikat Strategi Pembelajaran a. Pengertian Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran merupakan komponen penting dalam sistem pembelajaran yang memuat alternatif yang harus dipertimbangkan untuk dipilih dalam rangka perencanaan pembelajaran. Menurut Gagne strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.1 Artinya, bahwa proses pembelajaran yang dilakukan seseorang (peserta didik) akan menyebabkan mereka berpikir secara unik untuk dapat menganalisis dan memecahkan masalah di dalam mengambil sebuah keputusan. J.R David dalam Teaching Strategis for College Class Room mengemukakan “a plan method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal“. Menurut pengertian ini strategi pembelajaran meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.2 Hal-hal yang akan dilaksanakan dirancang terlebih dahulu dengan menentukan sebuah kegiatan dan menyiapkan metode atau perangkat lain guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Untuk melaksanakan startegi tertentu diperlukan metode pengajaran misalnya metode ceramah, diskusi kelompok, tanya jawab, dan lain-lain. Hal ini sependapat dengan Gerlach dan Elly yang menyatakan bahwa strategi adalah suatu cara yang terpilih untuk menyampaikan tujuan
1
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. III, h. 3. 2 Isjoni, Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. I, h. 2.
9
pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.3 Singkat kata, bahwa strategi adalah cara-cara terpilih yang digunakan oleh seorang guru dalam rangka menyampaikan pelajaran di sekolah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Joni yang dimaksud strategi adalah suatu prosedur yang digunakan untuk memberikan suasana kondusif kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.4 Memberikan suasana kondusif di sini adalah suasana yang aman, nyaman, dan aktif guna tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Jika suasana belajar kondusif atau mendukung maka tujuan pembelajaran pun akan mudah tercapai. Romiszowski mengatakan bahwa strategi adalah sebagai titik pandang dan arah berbuat yang diambil dalam rangka memilih metode pembelajaran yang tepat, yang selanjutnya mengarah pada yang lebih khusus, yaitu rencana, taktik, dan latihan.5 Di dalam strategi, rencana, taktik, dan latihan sangat diperlukan untuk menjalankan metode pembelajaran yang telah ditentukan sehingga strategi dapat dijalankan guna mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Zain strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.6 Dalam proses pembelajaran, strategi dapat diartikan sebagai pola umum kegiatan guru dan peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Secara singkat, dijelaskan bahwa strategi merupakan pola umum kegiatan siswa dan guru yang diciptakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
3
Asep Herry Hernawan, Asra, dan Laksmi Dewi, Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, h. 88. 4 Ibid. 5 Darmasyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta: Bumi aksara, 2010), Cet. I, h. 18. 6 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 5.
10
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik simpulan bahwa strategi adalah suatu cara atau prosedur yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pembelajaran merupakan terjemahan dari “intruction”. Hal ini diungkapkan oleh Gagne yang menyatakan bahwa “intruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated”.7 Pembelajaran
adalah
seperangkat
peristiwa
yang
mempengaruhi
pembelajar dalam mempermudah mempelajari sesuatu. Di
dalam
proses
pembelajaran
terdapat
peristiwa
saling
mempengaruhi antara pengetahuan guru terhadap pengetahuan siswa. Proses saling mempengaruhi saat belajar tersebut membuat siswa menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu dengan berbagai macam media pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran menurut Hernawan pada hakikatnya adalah proses komunikasi transaksional antara guru dan siswa dimana dalam proses tersebut bersifat timbal balik, proses transaksional juga terjadi antara siswa dengan siswa.8 Bentuk komunikasi transaksional tersebut dapat diterima, dipahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses pembelajaran. Artinya, bahwa sebuah proses pembelajaran itu terjadi jika ada pemahaman dan timbal balik antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa. Apabila dalam proses pembelajaran siswa telah mampu memahami apa yang mereka pelajari berarti komunikasi transaksional tersebut dapat dikatakan berhasil. Menurut Sanjaya, pembelajaran diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa
7
Wina, Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), Cet. I, h. 27. 8 Hernawan, Op. Cit., h. 3.
11
seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu.9 Sebagai proses kerja sama, pembelajaran tidak hanya menitikberatkan kegiatan guru atau kegiatan siswa saja. Lingkungan dan potensi yang dimiliki siswa seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut sangat mendukung tercapaiannya tujuan yang dikehendaki. Peran aktif siswa dan guru dalam proses pembelajaran sangat menentukan tingkat keberhasilan suatu pembelajaran. Mohammad Surya menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 10 Interaksi seseorang dalam lingkungan di sekitar dapat memberikan pengalaman yang nantinya akan mampu memberikan perubahan perilaku kepada dirinya ke arah yang lebih positif. Pengalaman tersebut dapat berupa penambahan pengetahuan dan perubahan tingkah laku yang dimiliki oleh orang tersebut. Di sini lingkungan sangat memberikan pengaruh besar dalam pembelajaran. Pendapat lain dikemukakan oleh Oemar Hamalik bahwa pembelajaran adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. 11 Peserta didik diberikan cara-cara mudah oleh guru supaya mereka mampu memahami pelajaran yang telah disampaikan serta mampu belajar secara aktif dan mudah. Cara atau metode yang akan digunakan guru dalam proses pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
9
Sanjaya, Op. Cit., h. 26. Hernawan, Loc. Cit. 11 Ibid. 10
12
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang disengaja atau upaya yang dirancang oleh pendidik dengan tujuan untuk menciptakan susana lingkungan kelas yang aman, nyaman, aktif, inovatif, kreatif, dan efektif dalam melakukan kegiatan belajar serta terjadinya interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Terciptanya suasana lingkungan yang aman, nyaman, dan kondusif akan membuat siswa lebih fokus untuk belajar dan hal ini sangat membantu guru dalam mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.12 Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif seorang guru dan siswa harus mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik, aktif dan optimal. Tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efisien apabila dalam melakukan pembelajaran, waktu, dan faktor pendukung lain telah diperhitungkan dengan baik agar tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya. Kozna menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.13 Seorang pendidik atau guru harus mampu memilih kegiatan yang sesuai dengan tujuan dan dapat memberikan fasilitas pendukung serta bantuan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. Senada dengan pendapat di atas, Uno mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih
kegiatan
pembelajaran.14
belajar
Pemilihan
yang
akan
kegiatan
digunakan tersebut
selama
dilakukan
proses dengan
mempertimbangkan kondisi, situasi, sumber belajar, kebutuhan, dan
12
Sanjaya, Op.Cit., h. 187. Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. I, h. 1. 14 Ibid., h. 3. 13
13
karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut Dick dan Carey, strategi pembelajaran adalah seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.15 Prosedur atau cara-cara yang digunakan guru dirancang untuk menciptakan pembelajaran yang pada akhirnya akan menimbulkan hasil belajar bagi siswa itu sendiri. Strategi pembelajaran di sini tidak hanya sebatas prosedur atau tahapan saja, melainkan termasuk pengaturan materi atau paket program pembelajaran. Menurut Wiranaputra, strategi pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.16 Artinya, bahwa strategi pembelajaran berisi gambaran awal atau caracara yang disusun secara berurutan oleh pendidik dan berfungsi sebagai pendoman perencanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar yang ditentukan. Darmansyah menjelaskan lebih terperinci bahwa strategi pembelajaran merupakan cara pengorganisasian isi pelajaran, penyampaian pelajaran, dan pengelola kegiatan belajar dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat dilakukan guru untuk mendukung terciptanya efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.17 Isi dan cara penyampaian dalam kegiatan pembelajaran merupakan hal penting yang harus diorganisasikan secara sistematis, efektif, dan efisien. Hal tersebut senada dengan Gerlach dan Ely yang menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran
merupakan
cara-cara
yang
dipilih
untuk
menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran 15
Ibid., h. 1. Iskandarwassid, Op. Cit., h. 6. 17 Darmasyah, Op.Cit., h. 17. 16
14
tertentu.18 Seorang guru di sekolah hendaknya mampu memilih cara-cara yang akan digunakan dirinya untuk menyampaikan materi pembelajaran di kelas supaya materi dapat disampaikan dengan baik dan siswa mampu menerima serta memahaminya. Abizar mengartikan strategi pembelajaran sebagai pandangan yang bersifat umum serta arah umum dari tindakan untuk menentukan metode yang akan dipakai dengan tujuan utama agar pemerolehan pengetahuan oleh siswa lebih optimal.19 Artinya, bahwa strategi pembelajaran merupakan prosedur yang masih bersifat umum dan luas yang digunakan untuk menambah pengetahuan siswa secara optimal. Dalam melaksanakan strategi pembelajaran, seorang guru membutuhkan metode yang sesuai dengan strategi pembelajaran yang dipilih. Perancangan metode tersebut dilakukan agar peserta didik mampu mengerjakan hal-hal yang harus mereka kerjakan dengan baik dan optimal. Jika seorang guru telah mampu merancang strategi pembelajaran, maka ia akan mudah memilih dan menentukan metode yang tepat untuk menjalankan strategi pembelajaran tersebut. Ketepatan pemilihan metode mampu membantu siswa menangkap informasi pengetahuan yang diberikan oleh guru. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik simpulan bahwa strategi pembelajaran adalah rencana kegiatan belajar yang dirancang oleh guru dan dilakukan oleh siswa dengan memilih metode yang memungkinkan pembelajaran yang efektif dalam upaya penambahan informasi dan pengetahuan baru demi tercapainya tujuan pembelajaran yang ditentukan. Strategi
pembelajaran
merupakan
rencana
tindakan
dalam
pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan, sedangkan upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan 18
Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan, Pengembangan Pembelajaran Aktif dengan ITC, (Yogyakarta: Skripta Media Creative, 2012), Cet. I, h. 57. 19 Darmasyah, Op .Cit ., h. 18.
15
nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, maka dibutuhkan metode. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Selain strategi dan metode, ada istilah teknik dan taktik. Teknik dan taktik merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode, sedangkan taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu.
b. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Hamruni menjelaskan ada empat prinsip penggunaan strategi pembelajaran, yaitu:20 1) Berorientasi pada tujuan (kompetensi) Segala aktivitas guru dan peserta didik, harus diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini sangat penting, sebab mengajar adalah proses yang bertujuan. 2) Aktivitas Belajar bukan kegiatan menghafal sejumlah informasi. Belajar adalah berbuat memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus mampu mendorong aktivitas peserta didik. 3) Individualitas Mengajar merupakan usaha mengembangkan setiap individu peserta didik. Meskipun seseorang mengajar pada sekelompok peserta didik, namun pada hakikatnya yang ingin seseorang capai adalah perubahan perilaku setiap peserta didik. 20
Arifin, Op.Cit., h. 58-60.
16
4) Integritas Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi peserta didik dan bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja melainkan mengembangkan kemampuan afektif juga psikomotorik.
Prinsip-prinsip di atas pada dasarnya menekankan pada strategi pembelajaran untuk mengaktifkan peserta didik dalam belajar. Seorang guru harus mampu mengemas strategi pembelajaran aktif untuk menyampaikan materi yang mampu mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik.
2. Hakikat Pembelajaran Aktif (Active Learning) a. Pengertian Pembelajaran aktif Pembelajaran aktif sudah menjadi bagian penting dari proses pembelajaran di sekolah. Di berbagai sekolah, guru disarankan untuk mengemas pembelajaran dengan strategi-strategi pembelajaran aktif yang disesuaikan dengan karakter peserta didik. Menurut Hakiim, pembelajaran aktif adalah kegiatan mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan mata pelajaran yang dipelajarinya.21 Siswa diberikan kesempatan untuk lebih aktif mempelajari materi pelajaran, sehingga pengetahuan atau informasi yang diperoleh akan lebih lama diingat dan disimpan. Selain itu, siswa juga mampu memecahkan masalah yang dihadapi dan mampu menarik kesimpulan dari materi yang mereka pelajari. Di sini guru hanya bertindak sebagai fasilitator saja. Pembelajaran aktif sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Peserta didik yang pasif atau hanya menerima pelajaran dari guru ada kecenderungan untuk melupakan apa yang telah dipelajari.
21
Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 54.
17
Oleh sebab itu, diperlukan perangkat untuk mengikat informasi baru tersebut dan mengikatnya dalam otak. Belajar yang hanya mengandalkan indra pendengaran mempunyai beberapa kelemahan. Filosof Cina, Konfusius mengatakan: “ Apa yang saya dengar, saya lupa” “Apa yang saya lihat, saya ingat” “Apa yang saya lakukan, saya paham”22
Pernyataan di atas menekankan pentingnya belajar aktif agar pembelajaran yang seseorang lakukan di sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan tersebut sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi pembelajaran karena mereka lebih banyak mendengar dari pada mempraktekannya. Secara singkat, bahwa pembelajaran aktif cenderung lebih membuat peserta didik lebih mengingat materi pelajaran, sedangkan pembelajaran pasif membuat peserta didik mudah melupakan materi pelajaran. Pembelajaran aktif menurut Arifin adalah pembelajaran yang menuntut keaktifan peserta didik dan guru.23 Di dalam proses pembelajaran yang dituntut untuk aktif bukan hanya siswa melainkan guru juga harus aktif karena keduanya memiliki peran masing-masing yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Misalnya, peran aktif siswa dalam memberikan umpan balik terhadap materi yang disampaikan guru. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Orlich mengungkapkan active learning encompasses a wide range of teaching strategies, all of which engage the learner in the actual
22
Melvin Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Aktif, terjemahan dari Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subject oleh Raisul Muttaqien, (Bandung: Nusa Media, 2006), Cet. III, h. 23. 23 Arifin, Op. Cit., h. 17.
18
instruction that takes place.24 Menurut pengertian ini, belajar aktif meliputi berbagai strategi pengajaran, yang semuanya melibatkan pelajar dalam instruksi yang sebenarnya terjadi. Pembelajaran aktif membutuhkan strategi yang mampu melibatkan keaktifan guru dan siswa guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif dan
memungkinkan
siswa
berperan
secara
aktif
dalam
proses
pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar.
b. Karakteristik Pembelajaran Aktif Menurut Bonwell pembelajaran aktif memiliki karakteristik sebagai berikut:25 1) Penekanan informasi
proses oleh
pembelajaran
pengajar,
bukan
melainkan
pada pada
penyampaian pengembangan
keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas. 2) Peserta didik tidak hanya mendengarkan materi secara pasif, tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi. 3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi. 4) Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisis, dan melakukan evaluasi. 5) Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
24
Orlich, dkk, Teaching Strategies: A Guide to Effective Intruction, (USA: Wadsworth, 2000).
h. 40. 25
Arifin, Op. Cit., h. 5.
19
Menurut Arifin, ciri utama strategi pembelajaran aktif adalah keterlibatan peserta didik secara aktif, baik fisik maupun psikis untuk mengikuti proses pembelajaran.26 Keadaan peserta didik di dalam kelas harus merasa enjoy, nyaman, gembira, dan tidak merasa terkekan, tegang, maupun menakutkan. Jika suasana tersebut tercipta dalam proses pembelajaran, maka pembelajaran aktif pun akan mudah dilaksanakan. Menurut pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran aktif adalah mengembangkan sikap kritis, analitis, dan aktif bagi peserta didik dalam memberikan umpan balik materi yang telah diajarkan dengan rasa nyaman, gembira, dan tidak ada tekanan.
3. Hakikat Teknik The Power of Two a. Pengertian Teknik The Power of Two Salah satu hal yang berkaitan dengan prosefionalisme guru adalah komitmennya
yaitu
seorang
guru
berkomitmen
untuk
selalu
memperbaharui dan juga meningkatkan kemampuannya dalam suatu proses bertindak dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang masih konvensional dengan hanya berpusat pada guru harus diperbaharui dengan kegiatan pembelajaran yang lebih menekankan kegiatan antar siswa atau peserta didik. Teknik the power of two merupakan teknik yang dirancang untuk menghindari pembelajaran yang hanya berpusat pada guru semata (teacher centered). Di sini peserta didik dituntut untuk aktif dan belajar dengan sesama temannya sehingga guru tidak lagi menjadi pusat pembelajaran semata. Teknik merupakan cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode.27 Misalnya, cara yang bagaimana 26
27
Ibid., h. 60.
Ian Konjo Ipass, Pengertian Pendekatan, Metode, Teknik, Model, dan Strategi Pembelajaran, diunduh dari (http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/pengertian-pendekatanmetode-teknik.html), pada 6 Juni 2013 pukul 20.00 WIB.
20
yang harus dilakukan agar metode diskusi yang dilakukan dapat berjalan efektif dan efisien? Dengan demikian, sebelum seorang melakukan proses diskusi sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi terlebih dahulu. Menurut Darmansyah, teknik adalah sebuah cara khas yang operasional, yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berpegang pada proses sistematis yang terdapat dalam metode.28 Teknik lebih bersifat tindakan nyata berupa usaha atau upaya yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Gerlach dan Ely teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai.29 Alat atau media yang dipilih oleh guru dalam mewujudkan tindakan nyata guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. The power of two berarti kekuatan dua (kepala/pikiran). Artinya bahwa strategi pembelajaran aktif ini menekankan untuk berpikir dua orang dalam menyelesaikan masalah yang diajukan oleh guru.30 Dalam teknik ini, siswa dibuat berkolaborasi dengan pasangannya atau membentuk suatu kelompok kecil yang terdiri dari dua siswa guna menyelesaikan masalah yang diajukan oleh guru. Berpikir dua kepala atau dua orang jauh lebih baik daripada berpikir sendiri-sendiri karena dengan adanya pasangan atau teman belajar seorang siswa mampu berbagi pendapat, percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya, dan mampu menyelesaikan masalah bersama. Dalam teknik the power of two setiap pasangan
kelompok
dibuat
berdasarkan
heterogenitas,
karena
keanekaragaman pengetahuan yang dimiliki siswa dapat saling melengkapi artinya siswa diajarkan untuk berinteraksi serta bekerja sama. Seperti yang dikemukakan oleh Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan: Dalam pelaksanaan strategi ini, guru hendaknya mengetahui tingkat perbedaan kemampuan setiap peserta didik, sehingga dalam diskusi tersebar peserta didik yang pandai atau aktif dengan peserta didik yang biasanya pasif berbicara. Semua peserta didik dianjurkan 28
Iskandarwassid, Op. Cit., h. 41. Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. I, h. 2. 30 Arifin, Op. Cit., h. 64. 29
21
untuk menyampaikan pendapatnya kemudian hasil diskusi berdua dipresentasikan di depan kelas maupun ditulis di papan tulis.31 Jadi, dalam pelaksanaan teknik the power of two, kelompok diskusi peserta
didik
akan
lebih
baik
jika
dibagi
oleh
guru
dengan
mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Artinya, satu kelompok terdiri atas dua siswa, satu siswa dipilih karena memiliki kemampuan berbicara yang kurang dan satu siswa lainnya dipilih karena memiliki kemampuan berbicara yang lebih dalam menyampaikan pendapat khususnya dalam mememberikan tanggapan. Sebelum pelaksanaan teknik the power of two setiap peserta didik dapat membaca terlebih dulu materi yang akan didiskusikan, sehingga ada pengetahuan awal yang akan dikembangkan dalam diskusi. Dikutip dari Silberman teknik the power of two digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dan menegaskan manfaat dari sinergi, bahwa dua kepada adalah lebih baik daripada satu.32 Teknik ini memiliki prinsip bahwa berpikir berdua lebih baik dari pada berpikir sendiri. Pembelajaran menggunakan teknik the power of two membuat siswa mendominasi aktifitas belajar. Hal ini terjadi karena teknik the power of two mendorong pembelajaran kooperatif dan memperkuat arti penting serta manfaat sinergi dari dua orang. Teknik the power of two merupakan pembelajaran yang efektif karena dalam belajar berkelompok hanya terdiri dari dua siswa saja (berpasangan). Teknik the power of two tidak hanya memberi kesempatan kepada siswa berpasangan (berdu-dua) dalam kelompok kecil, tetapi teknik the power of two juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara mandiri terlebih dahulu, dimana setiap siswa menghubungkan materi barunya dengan materi atau pemahaman yang telah dimilikinya. Hal tersebut menjadikan siswa memiliki tanggung jawab secara individu sekaligus kelompok.
31 32
Ibid. Silberman, Op. Cit., h. 173.
22
b. Langkah-langkah Teknik The Power of Two Menurut Arifin, langkah-langkah teknik pembelajaran aktif the power of two, meliputi:33 1) Guru menentukan topik yang akan dipelajari. 2) Guru menyampaikan pertanyaan kepada semua peserta didik. 3) Peserta didik dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan secara individual. 4) Setelah itu, peserta didik diminta sharing (diskusi) pendapat dengan teman duduk di sampingnya (berdua) 5) Guru melakukan elisitasi (semua hasil diskusi peserta didik di papan tulis). 6) Guru melakukan klarifikasi dari hasil diskusi peserta didik.
Mengutip dari Muttaqien, prosedur teknik the power of two adalah sebagai berikut:34 1) Berikan siswa pertanyaan atau beberapa pertanyaan yang memerlukan perenungan dan pemikiran. 2) Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan secara perseorangan. 3) Setelah semua siswa menyelesaikan jawaban mereka, aturlah menjadi sebuah pasangan dan perintahkan mereka untuk berbagi jawaban satu sama lain. 4) Perintahkan pasangan untuk membuat jawaban baru bagi tiap pertanyaan, memperbaiki tiap jawaban perseorangan. 5) Bila semua pasangan telah menuliskan jawaban baru, bandingkan jawaban dari tiap pasangan dengan pasangan lain di depan kelas.
Secara singkat, langkah-langkah the power of two dimulai dari penentuan topik, membuat pertanyaan, berpikir untuk menjawab pertanyaan secara individual, mendiskusikan dengan teman, kemudian 33 34
Arifin, Op. Cit, h. 66. Silberman, Loc.cit.
23
menyampaikan hasil diskusi. Dalam menyampaikan hasil diskusi dapat dilakukan dengan menuliskan di papan tulis atau dipresentasikan di depan kelas. Sedangkan untuk meningkatkan keterampilan berbicara khususnya kemampuan memberikan tanggapan, maka hasil diskusi diungkapkan secara lisan dan dipresentasikan di depan kelas oleh kedua siswa.
c. Kelebihan dan Kekurangan Teknik The Power of Two Teknik the power of two memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu:35 1) Kelebihan Teknik The Power of Two Terdapat beberapa kelebihan atau keuntungan dalam teknik the power of two, diantaranya: a) Siswa tidak terlalu menggantungkan guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dan belajar dari siswa lain. b) Meningkatkan motivasi dan rangsangan untuk berpikir. c) Siswa lebih bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas. d) Melatih siswa untuk dapat bekerjasama dengan orang lain. e) Mengembangkan kemampuan dalam menemukan ide, atau gagasan kemudian membandingkan dengan orang lain. f) Meningkatkan prestasi akademik serta kemampuan sosialnya.
2) Kekurangan Teknik The Power of Two Di samping memiliki kelebihan, strategi pembelajaran the power of two juga memiliki kekurangan diantaranya: a) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan banyak tenaga, pemikiran dan waktu.
35
Irsyadul Albaab, The Power of Two, diunduh dari (http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/05/29/the-power-of-two-465865.html), pada 30 November 2012 pukul 21.00 WIB.
24
b) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar, maka dibutuhkan fasilitas alat dan biaya. c) Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
Jadi, teknik the power of two memiliki kelebihan dalam menambah kepercayaan siswa dalam berpikir, memudahkan siswa dalam menemukan informasi, meningkatkan motivasi belajar, dan mampu melatih siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain. Namun, teknik the power of two juga memiliki beberapa kekurangan yakni membutuhkan banyak tenaga, pemikiran, biaya, dan waktu. Tetapi jika dilihat secara teliti, kelebihan yang didapat dari penggunaan teknik the power of two lebih banyak dibandingkan dengan kekurangannya. Pembelajaran yang banyak melibatkan panca indra dalam proses berpikir dapat memungkinkan pembelajaran menjadi lebih bermakna, sehingga dengan demikian memungkinkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Salah satunya dengan strategi pembelajran aktif teknik the power of two. Untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi pembelajaran
aktif
teknik
the
power
of
two
tersebut,
penulis
membandingkan dengan metode ceramah. Metode ceramah merupakan cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.36 Metode ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu:37 1) Kelebihan a) Guru mudah menguasai kelas b) Mudah mengorganisasikan tempat duduk atau kelas c) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar d) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya e) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik 36 37
Djamarah, Op. Cit., h. 97 Ibid.
25
2) Kekurangan a) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata) b) Siswa dengan kemampuan visual yang tinggi akan sulit menerima meteri pengajaran dibandingkan siswa dengan kemampuan aditif yang tinggi. c) Jika metode ini selalu digunakan dan memakai waktu lama maka akan membosankan bagi siswa. d) Guru sulit menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya. e) Menyebabkan siswa menjadi pasif
Dari penjelasan tersebut, kelebihan dari metode ceramah lebih dominan dirasakan oleh guru daripada siswa. Hal itu terjadi karena di sini guru menjadi pusat kegiatan pembelajaran yang membuat siswa bosan dalam belajar, menjadi verbalsime, kurang tertarik untuk belajar, dan membuat siswa menjadi pasif di kelas.
4. Hakikat Tanggapan a. Pengertian Tanggapan Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berbicara adalah dapat dilakukan dengan memberikan tanggapan terhadap sebuah bacaan. Memberikan tanggapan khusunya secara lisan dapat membantu siswa untuk berani berbicara di hadapan teman dan gurunya dan ini sangat membantu siswa terampil dalam berbicara. Tanggapan menurut Bigot adalah bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan.38 Artinya, bahwa tanggapan merupakan informasi yang didapatkan dari proses mengamati yang hasilnya akan disimpan dalam ingatan.
38
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), Cet. XIII, h. 36.
26
Pengertian tersebut senada dengan Linschoten yang mengemukakan bahwa menanggap adalah melakukan kembali sesuatu perbuatan atau melakukan sebelumnya sesuatu perbuatan tanpa hadirnya objek fungsi primer yang merupakan dasar dari modalitas tanggapan itu.39 Menanggapi dilakukan dengan mengingat, melakukan, atau meniru kembali perbuatan pada suatu objek yang telah diamati tanpa hadirnya objek tersebut. Misalnya setelah seseorang membaca novel atau kutipan novel, ia akan menemukan hal menarik di dalam novel tersebut, kemudian orang tersebut akan mengingat kemenarikan itu dan langsung menanggapi kemenarikan novel tanpa kehadiran novel di depannya atau tanpa membaca ulang novel tersebut. Hal ini juga diungkapkan oleh Sabri bahwa tanggapan adalah bayangan/kesan kenangan dari apa yang pernah seseorang amati/kenali.40 Suatu kejadian atau apa yang pernah dilihat atau diamati secara langsung atau tidak langsung akan tersimpan di memori otak seseorang. Setelah itu, kejadian tersebut suatu ketika akan teringat kembali pada benak seseorang yang timbul dari alam bawah sadar dan ini membuat seseorang mereproduksinya kembali. Menurut Herbart, tanggapan merupakan unsur dasar dari jiwa manusia. Tanggapan sebagai kekuatan psikologis yang dapat menolong atau menimbulkan
keseimbangan,
ataupun
merintangi
atau
merusak
keseimbangan. Tanggapan diperoleh dari pengindraan dan pengamatan.41 Kekuatan psikologis yang mampu menimbulkan keseimbangan merupakan kekuatan positif yang akan menimbulkan rasa senang dan mampu menjadi penggerak tingkah laku manusia sedangkan tanggapan sebagai kekuatan psikologis yang merusak keseimbangan cenderung memancing atau mempertahankan rasa tidak senang seseorang terhadap sesuatu hal yang telah diamati. 39
Ibid. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), Cet. III, h. 60. 41 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. V, h. 25. 40
27
Setelah seseorang mengamati sesuatu objek, maka ia baru akan mampu menanggapi objek tersebut. Secara tidak sadar itu merupakan proses tanggapan seseorang untuk menyukai atau tidak menyukai suatu objek. Menurut Soemanto tanggapan didefinisikan sebagai bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan.42 Kesan tersebut menjadi kesadaran yang nantinya dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan konteks pengalaman waktu sekarang serta antisipasi keadaan untuk masa yang akan datang. Setelah seseorang mengamati sebuah objek maka orang tersebut akan menghasilkan bayangan yang kemudian akan dikembangkan dan dihubungkan pada masa yang telah dialami dan menjadi antisipasi di kemudian hari. Tanggapan adalah mengingat kembali sesuatu yang pernah kita amati, gambaran ingatan dari sesuatu pengamatan.43 Penanggapan pada umumnya adalah pengalaman menghadirkan kembali bekas-bekas yang diterima dahulu dari pengamatan, yang sekarang digambarkan kembali dalam kesadaran. Gambaran ingatan dari pengamatan seseorang yang telah diterima kemudian teringat dan dihadirkan kembali dengan sadar. Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik simpulan bahwa tanggapan adalah bayangan yang tinggal dalam ingatan seseorang setelah melalui proses pengamatan terlebih dahulu. Dalam proses pengamatan, tanggapan tidak terikat oleh tempat dan waktu (bebas). Tanggapan itu bermula dari adanya suatu tindakan pengamatan yang menghasilkan suatu kesan sehingga menjadi kesadaran yang dapat dikembangkan pada masa sekarang atau pun menjadi antisipasi pada masa yang akan datang. Jadi jelaslah bahwa pengamatan merupakan modal dasar dari tanggapan, sedangkan modal dari pengamatan adalah alat indera yang meliputi penglihatan dan penginderaan lainnya.
42
Ibid. HMPS BK Unikama, “Tanggapan”, diunduh dari (http://hmpsb.blogspot.com/2012/02/makalah-tentang-pengertian-tanggapan.html), pada 18 43
Maret 2013 pada 17.30 WIB.
28
b. Macam-macam Tanggapan Menurut Soemanto tanggapan dibagi menjadi tiga macam, yaitu:44 1) Tanggapan masa lampau yang dapat disebut sebagai tanggapan ingatan. 2) Tanggapan masa sekarang yang dapat disebut sebagai tanggapan imajinatif. 3) Tanggapan masa mendatang yang dapat disebut sebagai tanggapan antisipatif.
Menurut Sabri tanggapan dibagi menjadi dua, yaitu tanggapan latent dan tanggapan aktuil. Tanggapan latent adalah tanggapan-tanggapan yang ada di dalam bawah sadar seseorang sedangkan tanggapan aktuil adalah tanggapan-tanggapan yang berada dalam kesadaran seseorang.45 Sedangkan dari segi bentuknya Sabri membagi tanggapan menjadi dua macam, yaitu:46 1) Tanggapan kenangan
yaitu tanggapan
yang hanya sekedar
reproduksi dari pengamatan-pengamatan di masa lampau. 2) Tanggapan khayal yaitu tanggapan yang seolah-olah hasil baru. Namun, sebenarnya tanggapan khayal tidak sepenuhnya baru, melainkan dapat dibentuk dengan menggunakan kesan/pengalaman lama yang telah disusun oleh daya khayal sebagai sesuatu yang baru.
c. Tipe-tipe Tanggapan Tipe tanggapan menurut Sabri dibagi menjadi dua yaitu:47 1) Tipe visuil yaitu tanggapan yang terjadi pada orang yang lebih mudah atau cenderung untuk menimbulkan tanggapan dari apa yang pernah dilihatnya.
44
Soemanto, Loc. Cit. Sabri, Loc. Cit. 46 Ibid., h. 60-61. 47 Ibid., h. 60. 45
29
2) Tipe auditif/akustis adalah tanggapan yang terjadi pada orang yang cenderung
menimbulkan
tanggapan
dari
apa
yang
pernah
didengarnya.
Menurut penemuan Meumann, pada umumnya kita lebih menguasai tanggapan
visuil
dari
benda-benda
sedangkan
untuk
perkataan-
perkataan/verbal kita lebih cenderung menimbulkan tanggapan-tanggapan auditief atau motoris.48 Artinya, benda-benda yang seseorang lihat mudah ditanggapi dengan indra penglihatan sedangkan perkataan yang seseorang dengar akan mudah ditanggapi dengan indra pendengaran.
d. Macam-macam Kemampuan Memberikan Tanggapan Tanggapan adalah pendapat ataupun reaksi seseorang setelah melihat, mendengar ataupun merasakan sesuatu. Kemampuan memberikan tanggapan meliputi kemampuan memberikan persetujuan, komentar, sanggahan, atau pertanyaan. Semua tanggapan harus disampaikan dengan sopan guna menanggapi suatu permasalahan yang harus disertai jalan keluar (solusi). 1) Menyatakan Komentar dan Persetujuan Dalam
berpikir
bersama
seseorang
hendaknya
mampu
menyampaikan tanggapan terhadap suatu pendapat atau argumen dengan menyampaikan komentar atau persetujuan. Ini sangat penting guna menciptakan kondisi yang komunikatif. Dalam menyampaikan komentar, hendaknya mencermati kriteria berikut ini:49 a) Komentar hendaknya disampaikan dalam uraian yang sistematis, logis, dan objektif. b) Komentar selalu terarah pada sasaran yang diinginkan, sehingga menarik perhatian, memperjelas, serta menginformasikan realitas yang sesungguhnya. 48 49
Ibid. J. S. Kamadhi, Diskusi yang Efektif, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), Cet. I, h. 44.
30
c) Kata, kelompok kata, kalimat yang digunakan hendaknya tepat dan lugas agar tidak menimbulkan perbedaan penafsiran. d) Untuk mendukung dan memperkuat komentar dapat dilengkapi fakta, grafik, gambar, statistik, foto, atau bahkan pendapat para pakar.
Demikian pula dalam menyampaikan persetujuan, hendaknya seseorang menyampaikan persetujuan bukan didasarkan pada aspekaspek subjektif, tetapi pada objektivitas. Untuk itulah hendaknya seseorang tidak melihat „siapa‟ yang berbicara, tetapi selalu mengacu pada „apa‟ yang dibicarakan atau pokok persoalan. Adapun hal-hal yang perlu memperhatikan dalam menyampaikan persetujuan yaitu sebagai berikut:50 a) Persetujuan hendaknya didasarkan pada objektivitas; memang demikianlah realitasnya. Artinya, ada kesamaan antara gagasan dan kenyataan. b) Persetujuan hendaknya didasarkan universalitas kebenaran, dilihat dari
aspek
luas,
sifat,
maupun
kebenaran.
Seseorang
menyampaikan persetujuan karena kebenaran yang disampaikan bersifat universal; berlaku bagi siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. c) Persetujuan yang disampaikan hendaknya dilengkapi dengan data, fakta, bukti, atau referensi yang berkaitan dan mendukung.
Sedangkan
dalam
mengungkapkan
ketidaksetujuan
dalam
menanggapi tidak diperlukan banyak hal, yang diperlukan hanya menjaga kesopanan agar teman yang ditanggapi tidak tersinggung atau marah. Hal senada juga dikemukakan oleh Tony Lynch, The point to stress here is that expressing disagreement does not require elaborately polite formulae. Depending on the 50
Ibid, h. 44-45.
31
background and experience of your class, it may be helpful to point out that disagreeing is expected in discussion at all levels of anglophone academic culture, and unlikely to cause offence unless it is angry a personal.51 Pendapat tersebut menyebutkan titik penekanan di sini adalah bahwa mengekspresikan ketidaksetujuan tidak memerlukan rumus kesopanan yang rumit. Tergantung pada latar belakang dan pengalaman siswa. Hal ini mungkin akan membantu untuk menunjukkan ketidaksetujuan dalam diskusi di semua tingkat budaya akademik wilayah berbahasa dan tidak menyebabkan pelanggaran kecuali jika itu kemarahan pribadi. Jadi, latar belakang dan pengalaman
siswa
dalam
berbahasa
khususnya
kemampuan
menyampaikan ketidaksetujuan sangat diperlukan untuk menanggapi suatu hal, melalui penyampaian bahasa yang sopan agar tidak membuat seseorang marah atau tersinggung.
2) Menyampaikan Sanggahan Dalam
proses
berpikir
bersama,
peserta
harus
berani
menyampaikan sanggahan. Artinya, berani menyampaikan penolakan atas kebenaran, baik menolak kebenaran yang disampaikan secara keseluruhan maupun sebagian kebenaran. Dengan menyampaikan sanggahan seseorang dihadapkan dengan kedewasaan berpikir. Kedewasaan berpikir hanya mungkin terjadi jika seseorang selalu mempertanyakan, menganalisis, dan membahas realitas yang didengar, dilihat, disaksikan, maupun dirasakan. Dengan menyampaikan sanggahan, berarti seseorang telah menunjukkan sikap, pandangan, ide, gagasan, maupun argumennya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tidak terjebak dalam situasi apriori (asal tidak setuju), yaitu:52 51
Kenneth Anderson, Joan Maclean, dan Tony Lynch, Study Speaking, (New York: Cambridge University Press, 2004), Cet. I, h. 157. 52 Kamadhi, Op. Cit., h. 45-46.
32
a) Bersikap Objektif Bersikap objektif dalam menyampaikan sanggahan sangat penting. Bersikap objektif di sini, tidak melihat „siapa‟ yang dihadapi dan disanggah, melainkan bobot dan nilai kebenaran tersebut. Bersikap objektif, sebagai salah satu dasar sanggahan, akan
menjadikan
menyanggah
jika
setiap
siswa
berhadapan
(peserta dengan
diskusi)
argumen,
berani konsep,
kesimpulan, yang kontroversial dan tidak benar. b) Bersikap Rasional Baik
dalam
menyampaikan hendaknya
menyampaikan pertanyaan,
seseorang
komentar,
maupun
bersikap
dalam
rasional,
mengulas, menyanggah
terlebih
dalam
menyampaikan sanggahan, berkaitan dengan hakikat sanggahan yaitu perwujudan sikap. Setiap sanggahan adalah keputusan. Maka, dengan menyanggah berarti seseorang telah memutuskan apakah realitas yang didengar pantas diakui karena sesuai dengan kenyataan atau diingkari karena tidak sesuai dengan kenyataan. Dalam bersikap rasional, seseorang terlibat dalam realitas sehingga
terdorong
untuk
menganalisis,
mempertanyakan,
menimbang, dan memutuskan, yang akhirnya memunculkan sanggahan. Dalam
sanggah
menyanggah,
seseorang
harus
memperhatikan aturan atau tata tertib. Ini dimaksudkan agar sanggah menyanggah, sebagai perwujudan proses berpikir bersama, terjadi secara seimbang. Ada dua macam sanggahan yang perlu dicermati oleh orang yang hendak menyanggah, yaitu:53
53
Ibid., h. 46-48.
33
a. Menolak seluruh kebenaran Menolak seluruh kebenaran berarti menolak seluruh kebenaran yang dinyatakan. Penolakan ini sering disebut juga sanggahan kontraris. Contoh: Seluruh warga Negara Indonesia taat membayar pajak. Pak Jamal adalah orang yang saleh.
Argumen tersebut dapat disanggah secara kontraris atau menolak seluruh kebenaran. Ini terjadi jika tidak sependapat dengan isi dan luas pengertian yang dinyatakan, karena seseorang tahu bahwa pernyataan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan. Sanggahan untuk pernyataan di atas adalah: Seluruh warga Negara Indonesia tidak taat membayar pajak. Pak Jamal bukan orang yang saleh. Jika sanggahan tersebut dicermati, seseorang melihat penolakan seluruh kebenaran yang disampaikan. Tentu orang tersebut
tidak
asal
menolak
atau
asal
menyanggah.
Sanggahan yang seseorang sampaikan harus didukung data, fakta, bukti, dan keterangan lengkap. Seseorang tidak dapat menolak orang yang menyampaikan gagasan atau argumen, melainkan isi dan luas pengertian yang disampaikan tidak sesuai dengan realitasnya.
b. Menolak Sebagian Kebenaran Menolak
sebagian
kontradiktoris
adalah
penolakan
sebagian
kebenaran sanggahan kebenaran
atau yang dari
sanggahan mengungkap
realitas
yang
disampaikan, meskipun secara implisit (tidak dinyatakan) mengikuti sebagian kebenaran realitas. Pada intinya, dalam
34
sanggahan
kontradiktoris
seseorang
menolak
sebagian
kebenaran secara eksplisit, tetapi secara implisit mengakui sebagian kebenaran. Contoh: Semua warga Negara Indonesia selalu membayar pajak. Sanggahan kontradiktoris dari argumen tersebut adalah: Beberapa warga Negara Indonesia tidak selalu membayar pajak.
Dari contoh tersebut, dapat ditarik simpulan bahwa sanggahan kontradiktoris dapat digunakan untuk menyanggah segala macam argumen yang tidak proporsional, tidak logis, dan tidak objektif. Tentu saja, sebelum menyanggah seseorang harus memiliki referensi, data, fakta, dan bukti yang akurat. Artinya, bukan hanya didasarkan rasa senang atau tidak senang, melainkan berdasarkan kebenaran yang faktual dan konkret.
3) Menyampaikan Pertanyaan Sebuah pertanyaan disampaikan untuk menunjukkan sikap seseorang terhadap pokok persoalan dan bukan berarti orang yang mengajukkan pertanyaan adalah orang yang „bodoh‟. Sering seseorang melupakan bahwa bertanya merupakan wujud perhatian yang ditunjukan seseorang pada pokok persoalan yang dihadapi, meminta klarifikasi atau kejelasan duduk persoalan setiap masalah, serta adanya interpretasi, persepsi, dan sudut pandang. Sebuah pertanyaan akan dipahami seseorang apabila pertanyaan itu disampaikan dengan baik dan komunikatif. Adapun hal-hal yang harus dicermati dalam menyampaikan pertanyaan yaitu sebagai berikut:54 54
Ibid., h. 43.
35
a) Pertanyaan hendaknya diajukan dengan sopan. b) Pertanyaan hendaknya tidak diungkapkan dalam bentuk perintah atau permintaan. c) Pertanyaan hendaknya diungkapkan dengan tepat. d) Usahakan agar pertanyaan diungkapkan dalam bahasa yang baik dan benar. e) Pertanyaan hendaknya tidak dikonotasikan sebagai sanggahan.
Dari uraian di atas, dapat ditarik simpulan bahwa penyampaian sanggahan persetujuan, atau pertanyaan tidak boleh didasarkan pada emosional, sentimen, tetapi harus berlandaskan pada penalaran yang sehat, jujur, dan terbuka terhadap permasalahan yang muncul dalam proses berpikir bersama. Dengan memahami teknik penolakan, seseorang akan mampu menunjukan bagian mana yang harus disanggah. Di samping itu, selayaknya seseorang tidak hanya menyanggah dengan menunjukkan kelemahan, melainkan menunjukkan juga jalan keluarnya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Jadi, kemampuan memberikan tanggapan adalah kemampuan mengungkapkan sebelumnya,
gambaran
baik
berupa
yang telah diamati atau diterima sanggahan,
komentar,
persetujuan,
pertanyaan atau penolakan mengenai sesuatu hal.
B. Penelitian yang Relevan Dalam penelitian ilmiah dibutuhkan penelitian yang relevan. Hal ini dilakukan supaya hasil penelitian yang dilakukan peneliti lebih baik dan berbeda dari penelitian sebelumnya. Maka peneliti mengambil judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning) Teknik The Power of Two terhadap Kemampuan Memberikan Tanggapan Siswa Kelas VIII di SMP Islam Al-Syukro Universal Ciputat Tahun Ajaran 2012/2013”
36
Penelitian pertama dilakukan oleh Desy Bangkit Arihati, mahasiswa Pendidikan Matematika – UIN Jakarta tahun 2010 dengan judul “ Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Team Quiz dan Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Matematika”. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah quasi eksperimen. Sedangkan pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pretest siswa yaitu 5,80 dan nilai rata-rata postest siswa yaitu 7, 81, yang artinya terdapat pengaruh rata-rata nilai siswa sebelum menggunakan teknik team quiz dan snowball throwing dengan sesudah menggunakan teknik team quiz dan snowball throwing. Dari pemaparan tersebut, jelaslah bahwa teknik penelitian yang dilakukan Desy Bangkit Arihati tidak sama dengan teknik yang peneliti gunakan pada siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Universal. Penelitian pertama menggunakan teknik team quiz dan snowball throwing sedangkan peneliti menggunakan teknik the power of two. Selain itu, peneliti mengambil sampel menggunakan teknik purposive sampling sedangkan penelitian pertama menggunakan teknik cluster randon sampling. Penelitian relevan yang kedua dilakukan oleh Winda Sudirja, mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika – UIN Jakarta tahun 2011 dengan judul” Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Metode Pengajaran Terbimbing terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa pada Sub Bab Relasi dan Fungsi”. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah quasi eksperimen yaitu dengan menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol yang masing-masing dalam satu kelas sebanyak 34 siswa. Berdasakan nilai rata-rata di kelas eksperimen terdapat peningkatan dari sebelum diberi perlakuan (tes awal) dan sesudah diberi perlakuan (tes akhir), yaitu tes awal di kelas eksperimen sebesar 62,28 dan rata-rata nilai tes akhir sebesar 78,67. Dengan demikian, penggunaan strategi pembelajaran aktif
37
metode pengajaran terbimbing memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kemampuan komunikasi siswa. Dari pemaparan di atas, jelaslah bahwa penelitian yang dilakukan oleh Winda Sudirja berbeda dengan penelitian ini karena Winda menggunakan teknik yang berbeda dari peneliti. Penelitian kedua menggunakan metode pengajaran terbimbing sedangkan peneliti menggunakan teknik the power of two. Penelitian relevan yang ketiga dilakukan oleh Ika Apriliyanti dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Teknik The Power of Two terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa strategi dan teknik tersebut mendapatkan hasil yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen mendapatkan rata-rata lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Dalam penelitian ini sama-sama menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan teknik the power of two namun yang berbeda adalah variabel keduanya, jika peneliti untuk melihat pengaruh terhadap kemampuan memberikan tanggapan, sedangkan penelitian ketiga untuk melihat pengaruh terhadap hasil belajar Matematika. Ketiga penelitan relevan yang telah dilakukan memiliki perbedaan dalam pemilihan teknik dan variabel keduanya.
C. Kerangka Berpikir Proses belajar mengajar saat ini masih banyak mengedepankan metode ceramah atau konvensional. Para guru masih menilai bahwa melalui metode ini siswa sudah mengalami proses belajar, sehingga mereka paham terhadap konsep tertentu yang dipelajari. Penggunaan metode konvensional membuat peserta didik menjadi pasif karena hanya guru yang aktif menjelaskan materi dan siswa hanya mendengarkan. Rendahnya aspek keterampilan berbahasa khususnya berbicara tidak terlepas dari strategi pembelajaran yang kurang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Strategi pembelajaran harus direncanakan secara matang oleh
38
guru dalam proses belajar mengajar. Strategi dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik pengajaran yang bervariasi agar dapat menciptakan kondisi kelas yang dinamis. Keterampilan
berbicara
sangatlah
penting
dimiliki
oleh
siswa.
Keterampilan ini menduduki tempat utama dalam memberi informasi serta memajukan hidup dalam peradaban dunia modern yang mengedepankan kemampuan individual untuk mengekspresikan gagasan sedemikian rupa. Keterampilan berbicara pada dasarnya dapat ditingkatkan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan memberikan tanggapan pada sebuah bacaan dan dalam hal ini kutipan novel remaja (asli atau terjemahan). Dengan memberikan tanggapan maka siswa telah belajar bagaimana ia berbicara dan menghubungkan apa yang ia bicarakan dengan informasi yang telah didapat sebelumnya. Jadi, selain belajar meningkatkan kemampuan berbicara, memberi tanggapan juga dapat meningkatkan daya ingat dan pengetahuan siswa. Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa bukan sesuatu yang
dilakukan
terhadap
siswa.
Maka
sudah
sepantasnya
belajar
mengedepankan peran aktif siswa selama proses pembelajaran, siswa harus merasakan dan melakukan aktivitas belajar seutuhnya. Dengan demikian makna belajar akan lebih tinggi bagi siswa. Hingga akhirnya belajar bukan lagi suatu hal yang membosankan bagi peserta didik. Sebaiknya guru harus berpikir tentang objek penerima pelajaran yaitu peserta didik. Peran aktif peserta didik adalah komponen penting dalam pembelajaran aktif. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi aktif dan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara adalah strategi pembelajaran aktif teknik the power of two yang merupakan suatu strategi yang dikembangkan untuk siswa agar lebih aktif dalam berdiskusi dengan temanya dan nantinya akan mendorong keterampilan siswa dalam berbicara khususnya dalam memberikan tanggapan kutipan novel remaja (asli atau terjemahan).
39
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian kerangka berpikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: terdapat pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning) teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Ciputat Tahun Ajaran 2012/2013. H0: tidak terdapat pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning) teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Ciputat Tahun Ajaran 2012/2013.
40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Al-Syukro yang beralamat di Jl. Otista Raya Gang H. Maung No.30 Ciputat, kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan. Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 selama 4 bulan pada bulan Februari sampai dengan Mei.
B. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen (eksperimen semu) yaitu penelitian yang melihat dan meneliti akibat setelah subyek diberikan perlakuan pada variabel bebasnya. Karakteristik dari penelitian ini adalah dengan membandingkan dua kelompok yang memiliki subjek yang setara. Kelompok pertama yaitu kelas VIII A sebagai kelas eksperimen
yang
proses
pembelajarannya
menggunakan
strategi
pembelajaran aktif teknik the power of two sedangkan kelompok kedua yaitu kelas VIII B sebagai kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Kedua kelompok tersebut diberikan pretest untuk mengetahui bagaimana kemampuan awal siswa dalam memberikan tanggapan sebelum diberi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik the power of two pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Setelah diberikan perlakuan, kedua kelompok tersebut diberikan skala yang sama berupa skala kemampuan memberikan sebuah tanggapan. Kemudian skor skala yang kedua (terakhir) tersebut dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian sehingga dapat diketahui apakah ada pengaruh yang signifikan dalam penggunaan strategi pembelajaran aktif
41
teknik the power of two terhadap kemampuan siswa dalam memberikan tanggapan. Untuk menguji apakah kedua kelompok tersebut homogen atau tidak adalah berdasarkan hasil skala yang diperoleh pada pretest baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol, penempatan kelompok siswa oleh sekolah disesuaikan rata-rata kemampuan yang dimiliki siswa sehingga diperoleh kemampuan yang sama pada setiap kelasnya baik kelas eksperimen ataupun kelas kontrol.
Desain penelitian Desain penelitian yang digunakan yaitu control group pretest and posttest design atau dikenal dengan desain “sebelum dan sesudah” dengan struktur desain sebagai berikut:
Kelompok Eksperimen
O1
Kelompok Kontrol
O1
X
O2 O2
Keterangan: O1 = tes yang dilakukan sebelum perlakuan diberikan O2 = tes yang dilakukan setelah perlakuan diberikan X = perlakuan yang diberikan yakni menggunakan teknik the power of two
C. Populasi dan Sampel Populasi atau universe adalah keseluruh objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai, maupun hal-hal yang terjadi.55 Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa SMP Islam Al-Syukro, sedangkan populasi terjangkau yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Islam Al-Syukro yang terdaftar di sekolah tersebut pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.
55
Zaenal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. I, h. 215.
42
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk mini.56 Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yakni penentuan sampel yang didasarkan pada pertimbangan tertentu. Artinya, sampel diambil dari populasi yang disesuaikan dengan ratarata kemampuan yang dimiliki siswa sehingga diperoleh kemampuan yang sama pada setiap kelasnya baik kelas eksperimen ataupun kelas kontrol, khususnya kemampuan siswa dalam berbicara. Pengambilan unit siswa sebanyak 2 kelas dari 2 kelas VIII yang ada di SMP Islam Al Syukro Universal. Dari 2 kelas tersebut kemudian diundi kelas mana yang menjadi kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dalam penelitian ini, kelas eksperimen terpilih kelas VIII A dan kelas kontrol adalah kelas VIII B yang masingmasing kelas berjumlah 17 siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui suatu aktivitas yang berkaitan dengan situasi tindakan penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yakni tes dan nontes. Teknik tes terdiri atas pretest dan posttest, sedangkan nontes terdiri atas angket (kuesioner), observasi, dan wawancara.
1. Tes Tes yang dilakukan berupa tes formatif pada pokok bahasan memberikan tanggapan pada hal menarik dari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) disertai dengan bukti atau alasan yang logis. Tes tersebut berbentuk soal esai tentang analisis kemenarikan novel sebanyak 2 pertanyaan. Sedangkan kemampuan siswa dalam memberikan tanggapan dapat dilihat dari jawaban yang disampaikan secara lisan pada tes tersebut dan cara siswa menanggapi kutipan novel ataupun berkomentar atas pendapat temannya. Skor tes lisan yang akan diperoleh
56
Ibid.
43
siswa adalah 30 poin. Hal ini disesuaikan dengan cara siswa menanggapi kutipan novel remaja dengan menilainya dari beberapa aspek yaitu sikap, bahasa, dan kualitas tanggapan itu sendiri.
2. Non Tes Teknik non tes yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yaitu berupa observasi, angket, dan wawancara. a. Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan.57 Dalam penelitian ini, penulis melihat dan mengamati secara langsung kegiatan pembelajaran di kelas terutama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia saat para siswa memberikan tanggapan khususnya pada pembahasan menanggapi hal menarik dari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) di SMP Islam Al Syukro Universal.
b. Angket yaitu instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan untuk menjaring data atau informasi yang harus dijawab oleh responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya.58 Angket yang penulis buat berisi 10 butir daftar pertanyaan tentang persepsi siswa dalam penggunaan strategi pembelajaran aktif teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan. Bentuk angket yang digunakan adalah angket tertutup dan menggunakan skala Likert dengan 4 alternatif jawaban, yaitu selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah.
57 58
Ibid., h. 231. Ibid., h. 228.
44
c. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan responden untuk mencapai tujuan tertentu.59 Tujuan wawancara pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui persepsi awal siswa tentang pembelajaran Bahasa Indonesia dan mengetahui keterampilan berbicara siswa, khususnya dalam memberikan tanggapan di kelas saat proses pembelajaran.
E. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa tes memberikan tanggapan pada kutipan novel remaja yang dilakukan di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes memberikan tanggapan diambil sebagai langkah untuk mengetahui pengaruh teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa.
Berikut adalah pedoman soal pretest dan posttest Kemukakan hal menarik dari kutipan novel berikut ini! (pretest) Tanggapilah komentar-komentar temanmu yang isinya menunjukkan menarik tidaknya suatu kutipan novel remaja (asli/ terjemahan)!
Kemukakan hal menarik dari kutipan novel berikut ini dengan teman sebangkumu! (posttest) Tanggapilah komentar-komentar temanmu yang isinya menunjukkan menarik tidaknya suatu kutipan novel remaja (asli/ terjemahan) dan diskusikan dengan teman sebangkumu!
59
Ibid., h. 233.
45
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Kemampuan Siswa dalam Memberikan Tanggapan Berikut ini merupakan kriteria penilaian dan penjelasan mengenai aspekaspek yang dinilai untuk melihat kemampuan siswa dalam memberikan tanggapan tentang kemenarikan novel remaja (asli atau terjemahan) Aspek Sikap
Rincian Terlibat secara aktif mencari hal menarik dalam kutipan novel remaja Menanggapi dengan santun komentar teman tentang hal yang menarik dalam novel remaja Mengungkapkan hal menarik yang ada dalam kutipan novel remaja Runtut dan terstruktur Bahasa dengan baik Komunikatif dan efektif Diksi variatif dan tepat konteks Pertanyaan sesuai dengan Kualitas tanggapan topik yang dibahas Memberikan sanggahan dengan bukti dan alasan yang logis Memberikan persetujuan dengan bukti dan alasan yang logis Memberikan komentar terarah yang dilengkapi dengan bukti dan alasan yang logis Skor Maksimal
Skor 1 2 3
Jumlah Skor 9
9
12
30 100
46
F. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, peneliti akan mengolah data dengan menggunakan teknik-teknik berikut:
1. Analisis Data Pretest dan Posttest Setelah diadakan penelitian melalui kegiatan pretest dan posttest, maka peneliti melakukan teknik mengolah data. Data ini merupakan data utama yang dijadikan acuan untuk melihat perbedaan antara sebelum diberikan perlakuan dengan sesudah diberikan perlakuan. Tes awal dan test akhir juga bertujuan untuk melihat pengaruh teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan. Untuk mengolah data tersebut, peneliti menggunakan deskripsi skala penilaian di bawah ini:
Tabel 3.2 Deskripsi Skala Penilaian Kemampuan Memberikan Tanggapan Kemenarikan Novel Remaja (Asli atau Terjemahan)
Aspek Sikap
Rincian Terlibat
Nilai
Kriteria
secara
1
Tidak aktif
aktif mencari hal
2
Kurang aktif dalam mencari hal
menarik
dalam
menarik
kutipan
novel
remaja
remaja
3
dalam
kutipan
novel
Terlibat secara aktif mencari hal menarik
dalam
kutipan
novel
remaja Menanggapi dengan
1
santun
komentar teman
kometar teman 2
tentang hal yang menarik
dalam
novel remaja
Menanggapi dengan tidak santun
Menanggapi dengan kurang santun terhadap komentar teman
3
Menanggapi komentar teman
dengan
santun
47
Mengungkapkan
1
Mengungkapkan hal menarik yang
hal menarik yang
ada dalam kutipan novel remaja
ada
dalam
dengan
kutipan
novel
percaya diri
remaja
2
malu-malu
dan
tidak
Mengungkapkan hal menarik tetapi kurang percaya diri
3
Mengungkapkan hal menarik yang ada dalam kutipan novel remaja dengan percaya diri
Bahasa
Runtut
dan
1
terstruktur dengan baik
Menggunakan bahasa yang tidak runtut dan tidak terstruktur
2
Menggunakan bahasa yang kurang runtut atau kurang struktur
3
Menggunakan bahasa yang runtut dan terstruktur dengan baik
Komunikatif dan
1
efektif
Bahasa yang digunakan kurang dapat dipahami dan tidak efektif
2
Bahasa yang digunakan kurang bisa dipahami dan kurang efektif
3
Bahasa yang digunakan mudah dipahami dan efektif
Diksi variatif dan
1
tepat konteks
Pemilihan
kata
tidak
variatif
(monoton) dan tidak tepat konteks 2
Pemilihan kata kurang variatif dan tepat konteks
3
Pemilihan kata variatif dan tepat konteks
Kualitas
Pertanyaan sesuai
tanggapan
dengan topik yang dibahas
1
Pertanyaan yang diajukan tidak sesuai dengan topik yang dibahas
2
Pertanyaan yang diajukan kurang
48
sesuai dengan topik yang dibahas 3
Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan topik yang dibahas
Memberikan
1
Memberikan sanggahan terhadap
sanggahan
pendapat
dengan bukti dan
tetapi tidak bisa menunjukan bukti
alasan yang logis
atau alasan yang logis 2
atau
komentar
teman
Memberikan sanggahan terhadap pendapat tetapi
atau
komentar
kurang bisa
teman
menunjukan
bukti atau alasan yang logis 3
Memberikan sanggahan terhadap pendapat atau komentar teman dan bisa menunjukan bukti atau alasan yang logis
Memberikan
1
Memberikan persetujuan terhadap
persetujuan
pendapat
dengan bukti dan
tetapi tidak bisa menunjukan bukti
alasan yang logis
atau alasan yang logis 2
atau
komentar
teman
Memberikan persetujuan terhadap pendapat tetapi
atau
komentar
kurang bisa
teman
menunjukan
bukti atau alasan yang logis 3
Memberikan persetujuan terhadap pendapat atau komentar teman dan bisa menunjukan bukti atau alasan yang logis
Memberikan
1
Memberikan
komentar
terhadap
komentar terarah
pendapat teman tetapi tidak bisa
yang dilengkapi
menunjukan bukti atau alasan yang
49
dengan bukti dan alasan yang logis
logis 2
Memberikan
komentar
terhadap
pendapat teman tetapi kurang bisa menunjukan bukti atau alasan yang logis 3
Memberikan pendapat
komentar teman
terhadap
dan
bisa
menunjukan bukti atau alasan yang logis Skor Maksimal
30
Tabel 3.3 Kategori Penilaian Kemampuan Memberikan Tanggapan Berdasarkan Skala Penilaian Skala Nilai
Kategori
< 40
Sangat Kurang (SK)
40—54
Kurang (K)
55—69
Cukup (C)
70—84
Baik (B)
85—100
Sangat Baik (SB)
2. Uji Prasyarat Analisis Data (Uji Normalitas) Untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan memberikan tanggapan siswa sebelum dan sesudah menggunakan teknik the power of two, maka peneliti melakukan uji-t satu kelompok. Sebelum melakukan uji-t, peneliti melakukan uji normalitas data. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berdiskusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Liliefors.
50
Lo = F(Zi) – S(Zi) Keterangan: Lo/ L Observasi
= peluang mutlak terbesar
F(Zi)
= peluang angka baku
S(Zi)
= proporsi angka baku60
Kriteria pengujian: Lhitung < Ltabel, data berdistribusi normal Lhitung > Ltabel, data berdistribusi tidak normal Setelah diuji dan disimpulkan berdistribusi normal, langkah selanjutnya adalah menguji dengan uji-t, digunakan uji-t karena uji-t adalah tes statistik yang dapat dipakai untuk menguji perbedaan atau kesamaan
dua
kondisi/perlakuan
yang
berbeda
dengan
prinsip
membandingkan rata-rata (mean) kedua kelompok. Uji-t adalah salah satu teknik statistik yang memiliki misi membuat kesimpulan sacara umum (generalisasi) dan mampu memberikan estimasi tentang penyimpangan pengukuran sampel yang mempengaruhi populasi, terlebih untuk penelitian yang pengaruh variabel luarnya tidak terkontrol ketat. Uji-t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Penggunaan uji-t a. Menentukan thitung61 t
=
√∑
60
–
∑
Sukma Arini, Metode Liliefors untuk Uji Normalitas, diunduh dari (http://arini2992.blogspot.com/2011/04/metode-lilliefors-untuk-uji-normalitas.html), pada 5 Juni 2013 pukul 22.00 WIB. 61 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet. IV, h. 126.
51
Keterangan: Md
= D dibagi N
d
= Selisih kelompok I dan II
n
= Jumlah subjek
a. Menentukan ttabel ttabel
= t(1-α)(db)
dengan taraf signifikan 5% (α = 0,05)
3. Analisis Data Angket Angket ini dibuat oleh peneliti untuk mengetahui tanggapan siswa pada penggunaan teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan di kelas VIII A. Untuk mengolah angket ini, peneliti menggunakan rumus:
Keterangan: f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = Number of Cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu) P = Angka persentase62
Dengan tafsiran penilaian sebagai berikut: 0%
: Tidak ada
1% - 5%
: Hampir tidak ada
6% - 25% : Sebagian kecil 26% - 49% : Hampir setengahnya 50%
: Setengahnya
51% - 75% : Lebih dari setengahnya 76% - 95% : Sebagian besar
62
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. XXIII, h. 43.
52
96% - 99% : Hampir seluruhnya 100%
: Seluruhnya
G. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik dilakukan dengan menggunakan hitungan statistik. “Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan keputusan yaitu keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis tersebut.”63 H0: tidak terdapat pengaruh teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Ciputat Tahun Ajaran 2012/2013. H1: terdapat pengaruh teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan pada siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Ciputat Tahun Ajaran 2012/2013. Apabila thitung > ttabel, maka terdapat perbedaan yang signifikan. Namun, jika thitung < ttabel, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
63
Hasan, Op. Cit., h. 31.
53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Sekolah 1. SMP Islam Al Syukro Universal SMP Islam Al Syukro Universal adalah sebuah sekolah menengah pertama yang berada di Jl. Otista Raya Gang H. Maung No.30 Ciputat, kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan. Sekolah ini didirikan pada tahun 2000. Sekolah ini berlandaskan pada visi, misi, dan tujuan dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan oleh pemerintah. Visi, misi, dan tujuan SMP Islam Al Syukro Universal ditentukan bersama oleh pengurus yayasan, kepala sekolah, guru dan staf serta perwakilan dewan pendidik dan komite sekolah, kemudian disosialisasikan kepada persatuan orangtua siswa (POS) dan semua warga sekolah. a. Visi: Membentuk generasi Islam yang berakhlak mulia, taat agama, berjiwa kebangsaan, berilmu dan berwawasan global.
b. Misi: 1) Membentuk warga sekolah yang beriman, bertaqwa dan berahklakul kharimah; 2) Meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan penerapan ajaran Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw; 3) Meningkatkan pembinaan
nilai-nilai luhur budaya bangsa
Indonesia; 4) Meningkatkan
kualitas
proses
pendidikan
dalam
rangka
pembentukan kepribadian anak yang bermoral agama, menguasai ilmu pengetahuan dan memiliki keterampilan hidup;
54
5) Membimbing siswa agar dapat menggali sumber-sumber dan kemampuan diri pribadi agar dapat berkompetisi di era Globalisasi.
c. Tujuan: 1) Membimbing warga sekolah untuk menjunjung tinggi nilai-nilai agama, moral, etika, estetika dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2) Membimbing pengembangan akhlaqul karimah pada diri siswa dan semua komponen sekolah, 3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa 4) Menumbuhkan
dan
mengintensifkan
penghayatan
dan
pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. 5) Menumbuhkan semangat Nasionalisme dan patriotisme siswa. 6) Terwujudnya proses pembelajaran efektif yang berstandard kompetensi
serta
terintegrasinya
life
skill
dalam
proses
pembelajaran. 7) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif melalui kegiatan kurikuler, ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler. 8) Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran dan administrasi sekolah 9) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa asing. 10) Membekali peserta didik agar memiliki keterampilan teknologi informasi dan komunikasi serta mampu mengembangkan diri secara mandiri.
55
2. Profil Sekolah Tabel 4.1 Profil SMP Islam Al Syukro Universal No.
Identitas Sekolah
1.
NAMA SEKOLAH
2.
NOMOR
SMP ISLAM AL SYUKRO UNIVERSAL
STATISTIK 204020417307
SEKOLAH 3.
PROVINSI
BANTEN
4.
OTONOMI DAERAH
TANGERANG SELATAN
5.
KECAMATAN
CIPUTAT
6.
DESA/ KELURAHAN
CIPUTAT
7.
JALAN DAN NOMOR
OTISTARAYA NO. 30
8.
KODE POS
15411
9.
TELEPON
KODE WILAYAH: 021 NOMOR: 7443322
10.
FAXIMILE
KODE WILAYAH: 021 NOMOR: 7443326
11.
DAERAH
PERKOTAAN
PEDESAAN
12.
STATUS SEKOLAH
NEGERI
SWASTA
13.
KELOMPOK SEKOLAH
SWASTA
14.
AKREDITASI
A
15.
SURAT KEPUTUSAN
8589/1207/MN/2001
16.
PENERBIT SK
Drs. H. Lum Wasliman, M. Pd., M. Si.
17.
TAHUN BERDIRI
2000
18.
TAHUN PERUBAHAN
2011
19.
KEGIATAN
BELAJAR
PAGI
SIANG
TGL: 5 JULI 2001
PAGI DAN SIANG
MENGAJAR 20.
BANGUNAN SEKOLAH
21.
LOKASI SEKOLAH
22.
JARAK
KE
MILIK SENDIRI
PUSAT
2 KM
PUSAT
3 KM
BUKAN MILIK SENDIRI
KECAMATAN 23.
JARAK
KE
OTODA 24.
TERLETAK LINTASAN
PADA
DESA
KECAMATAN
KABUPATEN
PROVINSI
56
25.
PERJALANAN PERUBAHAN SEKOLAH
26.
JUMLAH KEANGGOTAAN RAYON
27.
ORGANISASI
PEMERINTAH
PENYELENGGARA
ORGANISASI
YAYASAN MASYARAKAT
3. Struktur Organisasi KOMITE SEKOLAH/POS AKHMAD MUDZAKIR, S. Pd., M. Si.
......
KEPALA SEKOLAH FAUZAN BUDI CAHYONO, ST
TATA USAHA RETNO UTARI
WAKA. BID. KURIKULUM CHABIB MUSTOFA, S. Pd. I
Ka. Lab. IPA Loh Ayu Balinasari, S.P.
Wali Kelas 7A Peni Ikhtiyarty N, S.E.
WAKA. BID. KESISWAAN HERIYAH, M.A.
WAKA. BID. HUMAS HUMAIDI, S. Ag.
Ka. Lab. Komputer Arnes Yudistira
Wali Kelas 7B A.Ferdiasyah, S. Si.
Ka. Lab. Bahasa Budi Kurniawan , S. Pd.
Wali Kelas 8A Kosaman, S.E
Ka. R. Audio Visual Arnes Yudisti ra
Wali Kelas 8B Loh Ayu Balina Sari, S.P.
Ka. Agama Subhan Fadli, M.A
Pustakawan Asep Tedia K, S. Pd.
Wali Kelas 9A Cahya Bima, S. Si.
Wali Kelas 9B Wiwi Adawiyah, S. Pd. I
57
4. Tenaga Kependidikan Tabel 4.2 Pendidik SMP Islam Al-Syukro Universal Nama Jabatan Mengajar bid. Studi
No. 1.
M. Fauzan Budi
Kepala sekolah
Math cambridge
Waka Bid. Umum
Bahasa Indonesia, PAI
Cahyono, C. ST 2.
Humaidi S.Ag
& sarana Prasarana 3.
4.
Chabib Mustofa,
Waka Bid.
PAI
S.Pd.I
Kurikulum
Heriyah, MA
Waka Bid.
Bahasa Arab,
Kesiswaan
Leadership
5.
Kosaman, SE
Wali Kelas VIII A
PKn, IPS
6.
Loh Ayu Balina Sari,
Kepala Lab Kebun
IPA
SP
dan Wali Kelas VIII B
7.
Peny Ikhtiyarti
Wali Kelas VII A
IPS, PKn
Wiwi Adawiyah,
Wali Kelas Kelas
Bahasa Indonesia, Seni
S.Pd.I
IX B
Budaya (Art)
Akhmad Ferdiansyah,
Wali Kelas VII B
Matematika, Math
Nugraheni, SE 8.
9.
S.Si 10.
11.
Cahya Dima Anugrah,
Cambridge Wali Kelas IX A
Matematika, Science
S.Si
Cambridge
Ust. Subhan Fadli, MA Koordinator
Tahfidz Al-Qur'an
Agama 12.
Drs. Lazuardi
Guru
Penjaskores
13.
Syafrizal Fuady, S.Pd
Guru
Bahasa Inggris
14.
Heri Sriyanto, S.Pd
Guru
Bahasa Inggris
15.
Syafrizal Faudy, S.Pd
Guru
Bahasa Inggris
58
16.
Reynaldi Safiq, S.Ag
Guru
Bahasa Arab
17.
Asri A. Nugraeni, M.Si Guru
IPA
18.
Arnes Yudistira, ST
TIK
Guru
Tabel 4.3 Nama-nama Tenaga Kependidikan SMP Islam Al-Syukro Universal No. Nama Jabatan 1.
Retno Utari
Tata Usaha (TU)
2.
Prasodjo
Pramu Bakti
3.
Asep Tejakusuma, M.Pd
Pustakawan
B. Deskripsi Data Setelah melakukan pengumpulan data yang dilakukan di dalam kelas, maka untuk mengetahui penelitian yang dilakukan berhasil atau tidak, peneliti melakukan pengolahan data-data yang diperoleh. Data yang diperoleh peneliti berupa kemampuan siswa secara lisan dalam memberikan tanggapan tentang kemenarikan kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) dan hasil pengisian angket. Hasil tes kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan teknik the power of two dari 17 siswa diperoleh nilai terendah adalah 57 dan nilai tertinggi adalah 90, sedangkan hasil tes kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan metode konvensional dari 17 siswa diperoleh nilai terendah adalah 47 dan nilai tertinggi adalah 80. Penghitungan presentase data angket secara keseluruhan yang berjumlah 10 butir pertanyaan diperoleh 37,6% menyatakan selalu, 57% menyatakan sering, 5,3% menyatakan kadang-kadang, dan 0% menyatakan tidak pernah. Artinya, penggunaan teknik the power of two mendapat tanggapan yang positif dari siswa. Berikut adalah data pretest dan posttest berupa kemampuan memberikan tanggapan sebanyak 34 hasil pretest dan 34 hasil posttest:
59
Tabel 4.4 Nilai Pretest dan Posttest kelas VIII A No.
Nama
Pretest
Posttest
1.
A
70
87
2.
B
60
73
3.
C
70
83
4.
D
73
90
5.
E
60
80
6.
F
57
63
7.
G
60
60
8.
H
73
77
9.
I
47
47
10.
J
50
50
11.
K
43
47
12.
L
47
50
13.
M
60
67
14.
N
57
57
15.
O
73
80
16.
P
60
60
17.
Q
40
47
1000
1118
Jumlah
Tabel 4.5 Nilai Pretest dan Posttest kelas VIII B No.
Nama
Pretest
Posttest
1.
AA
40
70
2.
BB
73
90
3.
CC
43
63
4.
DD
57
67
5.
EE
67
83
60
6.
FF
57
73
7.
GG
60
80
8.
HH
47
73
9.
II
47
70
10.
JJ
60
70
11.
KK
50
57
12.
LL
60
60
13.
MM
70
70
14.
NN
60
60
15.
OO
67
70
16.
PP
57
57
17.
QQ
70
73
985
1186
Jumlah
C. Analisis Data Tabel 4.6 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol No.
Nama
Pretest
Posttest
1.
G
60
60
2.
H
73
77
3.
I
47
47
4.
J
50
50
5.
K
43
47
6.
L
47
50
7.
M
60
67
8.
N
57
57
9.
O
73
80
10.
P
60
60
11.
Q
40
47
61
12.
LL
60
60
13.
MM
70
70
14.
NN
60
60
15.
OO
67
70
16.
PP
57
57
17.
QQ
70
73
994
1032
Jumlah
Tabel 4.7 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Ekperimen No.
Nama
Pretest
Posttest
1.
A
70
87
2.
B
60
73
3.
C
70
83
4.
D
73
90
5.
E
60
80
6.
F
57
63
7.
AA
40
70
8.
BB
73
90
9.
CC
43
63
10.
DD
57
67
11.
EE
67
83
12.
FF
57
73
13.
GG
60
80
14.
HH
47
73
15.
II
47
70
16.
JJ
60
70
17.
KK
50
57
991
1272
Jumlah
62
Siswa mendapat nilai terendah dan tertinggi pada kelas ekperimen sebelum diberi perlakuan. Nilai terendah Nama
: Fahreza Ichsan
Kelas
: VIII B
Nilai
: 40
Kategori
: Kurang
Saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mencari kemenarikan pada kutipan novel remaja (asli atau terjemahan), Fahreza terlihat tidak aktif dalam mencari hal menarik. Ia hanya diam dan berkipas-kipas. Fahreza mengungkapkan hal menarik yang ada dalam kutipan novel dengan rasa kurang percaya diri dan itupun setelah ia ditunjuk oleh guru. Bahasa yang digunakan Fahreza lirih, tidak runtut, tidak bisa dipahami, panjang dan terlalu banyak “e....e....e..., apa tuh bu?....e...e...”dan lain sebagainya. Selain itu, kualitas tanggapan yang disampaikan kurang sesuai dengan topik dan Fahreza tidak bisa membuktikan kutipan atau alasan logis mengenai tanggapannya. Menurut Fahreza hal menarik terdapat pada tokoh, tetapi ia tidak dapat menunjukan kutipan atau alasan ia tertarik dengan tokoh tersebut.
Nilai tertinggi Nama
: Nada Nurkamilia
Kelas
: VIII A
Nilai
: 73
Kategori
: Baik
Saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mencari kemenarikan pada kutipan novel remaja (asli atau terjemahan), Nada terlihat aktif dalam mencari hal menarik. Nada mengungkapkan hal menarik yang ada dalam kutipan novel dengan rasa kurang percaya diri, tetapi ia
63
berani memberikan komentar kepada temannya yang berpendapat meskipun kurang santun. Bahasa yang digunakan Nada kurang terstruktur, panjang dan pemilihan katanya tidak variatif. Namun, apa yang disampaikan Nada masih bisa dipahami oleh guru dan temannya. Selain itu, kualitas tanggapan yang disampaikan kurang sesuai dengan topik dan kurang bisa membuktikan kutipan atau alasan logis mengenai tanggapannya.
Siswa mendapat nilai terendah dan tertinggi pada kelas ekperimen setelah diberi perlakuan Nilai terendah Nama
: Sultan Ilham Hasanah
Kelas
: VIII B
Nilai
: 57
Kategori
: Cukup
Saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mencari kemenarikan pada kutipan novel remaja (asli atau terjemahan), Sultan terlihat kurang aktif dalam mencari hal menarik dalam novel. Ia hanya diam dan sibuk menggambar. Sultan mengungkapkan hal menarik yang ada dalam kutipan novel dengan rasa kurang percaya diri dan itupun setelah ia ditunjuk oleh teman-temannya, tetapi ia berani mengomentari pendapat teman walaupun kurang santun. Bahasa yang digunakan Sultan tidak runtut, kurang bisa dipahami, panjang dan tidak variatif. Selain itu, kualitas tanggapan yang disampaikan kurang sesuai dengan topik dan saat mengungkapkan menanggapi, kutipan yang ditunjukkan Sultan kurang tepat.
Nilai tertinggi Nama
: Nada Nurkamilia
Kelas
: VIII A
Nilai
: 90
64
Kategori
: Sangat baik
Saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mencari kemenarikan pada kutipan novel remaja (asli atau terjemahan), Nada terlihat aktif dalam mencari hal menarik dalam novel. Nada mengungkapkan hal menarik yang ada dalam kutipan novel dengan penuh percaya diri di depan guru dan teman-temannya. Ia juga berani memberikan komentar dengan santun kepada teman yang mengemukakan tanggapan. Bahasa yang digunakan Nada masih kurang terstruktur, tetapi apa yang disampaikan Nada bisa dipahami oleh guru dan temannya karena ia sangat komunikatif dalam menyampaikan tanggapannya dan singkat. Selain itu, kualitas tanggapan yang disampaikan sangat sesuai dengan topik dan Nada bisa membuktikan kutipan dan alasan logis mengenai tanggapannya.
Setelah dilakukan pendeskripsian data dan analisis data yang berupa kemampuan memberikan tanggapan pretest dan posttest siswa. Selanjutnya peneliti akan melakukan uji analisis prasyarat dan uji hipotesis untuk membuktikan bahwa ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara sebelum menggunakan teknik the power of two dan sesudah menggunakan teknik the power of two.
D. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis 1. Pengujian Persyaratan Analisis Untuk menguji persyaratan analisis, maka dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak.
65
1) Uji Normalitas Kelas Kontrol Data Nilai Pretest Memberikan Tanggapan Kutipan Novel Siswa Kelas VIII SMP Islam Al Syukro Universal Ciputat Perhitungan Uji Normalitas (Uji Liliefors) 1. Perolehan Data 73
73
70
70
67
60
60
60
60
57
57
50
47
47
43
40
60
2. Distribusi Frekuensi a. Menentukan skor terbesar dan terkecil Skor terbesar = 73 Skor terkecil = 40
b. Menentukan rentangan (R) R = skor terbesar - skor terkecil R = 73 – 40 R = 33
c. Menentukan banyaknya kelas (BK) BK = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 17 = 1 + 3,3 x 1,23 = 1 + 4,059 = 5,059 (dibulatkan ke bawah = 5)
d. Menentukan panjang kelas (I) I =
= = 6, 52 (dibulatkan ke atas = 7)
66
e. Menentukan distribusi frekuensi Interval
F
Xi
Fxi
xi2
Fxi2
40-46
2
43
86
1849
3698
47-53
3
50
150
2500
7500
54-60
7
57
399
3249
22743
61-67
1
64
64
4096
4096
68-74
4
71
284
5041
20164
Jumlah
17
983
f. Menentukan rata-rata (Mean)
∑ =
=
∑
= 57,8 g. Menentukan varians (Si2) (Si2) =
∑
–∑
=
=
= = 85,02
h. Menentukan simpangan baku (standar deviasi) S = √
∑
–∑
58201
67
=√ = 9,22
No
Skor
F
Zn
Zi
FZi
Szi
Fzi-Szi
(Xi) 1.
73
2
17
1,64
0,9495
1,0000
0,0505
2.
70
2
15
1,32
0,9066
0,8823
0,0243
3.
67
1
13
0,99
0,8389
0,7647
0,0742
4.
60
5
12
0,23
0,5910
0,7058
0,1148
5.
57
2
7
-0,08
0,4681
0,4117
0,0564
6.
50
1
5
-0,84
0,2005
0,2941
0,0936
7.
47
2
4
-1,17
0,1210
0,2352
0,1142
8.
43
1
2
-1,60
0,0548
0,1176
0,0628
9.
40
1
1
-1,93
0,0268
0,0588
0,0320
Lo terbesar = 0,1148 Zi =
S (Zi) = Ltabel = α 0,05 yaitu 0,206 Lo < Ltabel 0,1148 < 0,206 (populasi berdistribusi normal)
68
Data Nilai Posttest Memberikan Tanggapan Kutipan Novel Siswa Kelas VIII SMP Islam Al Syukro Universal Ciputat Perhitungan Uji Normalitas (Uji Liliefors) 1. Perolehan Data 80
77
73
70
70
67
60
60
60
57
57
50
50
47
47
47
60
2. Distribusi Frekuensi a. Menentukan skor terbesar dan terkecil Skor terbesar = 80 Skor terkecil = 47
b. Menentukan rentangan (R) R = skor terbesar - skor terkecil R = 80 – 47 R = 33
c. Menentukan banyaknya kelas (BK) BK = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 17 = 1 + 3,3 x 1,23 = 1 + 4,059 = 5,059 (dibulatkan ke bawah = 5)
d. Menentukan panjang kelas (I) I =
= = 6, 52 (dibulatkan ke atas = 7)
69
e. Menentukan distribusi frekuensi Interval
F
Xi
Fxi
xi2
Fxi2
47-53
5
50
250
2500
12500
54-60
6
57
342
3249
19494
61-67
1
64
64
4096
4096
68-74
3
71
213
5041
15123
75-81
2
78
156
6084
12168
Jumlah
17
1025
20970
63381
f. Menentukan rata-rata (Mean)
∑ =
=
∑
= 60,3 g. Menentukan varians (Si2) (Si2) =
∑
–∑
=
=
= = 98,72
h. Menentukan simpangan baku (standar deviasi) S = √ =√ = 9,93
∑
–∑
70
No
Skor
F
Zn
Zi
Fzi
SZi
Fzi-Szi
(Xi) 1.
80
1
17
1,98
0,9761
1,0000
0,0239
2.
77
1
16
1,68
0,9535
0,9411
0,0124
3.
73
1
15
1,27
0,8980
0,8823
0,0157
4.
70
2
14
0,97
0,8340
0,8235
0,0105
5.
67
1
12
0,67
0,7486
0,7058
0,0428
6.
60
4
11
-0,02
0,4920
0,6470
0,1550
7.
57
2
7
-0,33
0,3707
0,4117
0,0410
8.
50
2
5
-1,03
0,1515
0,2941
0,1426
9.
47
3
3
-1,33
0,0918
0,1764
0,0864
Lo terbesar = 0,1550 Zi =
S (Zi) = Ltabel = α 0,05 yaitu 0,206 Lo < Ltabel 0,1550 < 0,206 (populasi berdistribusi normal)
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Sampel X dan Y dengan Uji Liliefors (Kelas Kontrol) Variabel Hasil pretest memberikan
N
Lo (hitung)
Lo (tabel)
Kesimpulan
17
0,1148
0,206
Normal
17
0,1550
0,206
Normal
tanggapan siswa Hasil posttest memberikan tanggapan siswa dengan
71
metode konvensional
2) Uji Normalitas Kelas Eksperimen Data Nilai Pretest Memberikan Tanggapan Kutipan Novel Siswa Kelas VIII SMP Islam Al Syukro Universal Ciputat Perhitungan Uji Normalitas (Uji Liliefors) 1. Perolehan Data 73
73
70
70
67
60
60
60
57
57
57
50
47
47
43
40
2. Distribusi Frekuensi a. Menentukan skor terbesar dan terkecil Skor terbesar = 73 Skor terkecil = 40
b. Menentukan rentangan (R) R = skor terbesar - skor terkecil R = 73 – 40 R = 33
c. Menentukan banyaknya kelas (BK) BK = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 17 = 1 + 3,3 x 1,23 = 1 + 4,059 = 5,059 (dibulatkan ke bawah = 5)
60
72
d. Menentukan panjang kelas (I) I =
= = 6, 52 (dibulatkan ke atas = 7)
e. Menentukan distribusi frekuensi Interval
F
Xi
Fxi
xi2
Fxi2
40-46
2
43
86
1849
3698
47-53
3
50
150
2500
7500
54-60
7
57
399
3249
22743
61-67
1
64
64
4096
4096
68-74
4
71
284
5041
20164
Jumlah
17
983
f. Menentukan rata-rata (Mean)
∑ =
=
∑
= 57,8 g. Menentukan varians (Si2) (Si2) =
∑
=
=
= = 85,02
–∑
58201
73
h. Menentukan simpangan baku (standar deviasi)
–∑
∑
S = √ =√ = 9,22
No
Skor
F
Zn
Zi
Fzi
SZi
Fzi-Szi
(Xi) 1.
73
2
17
1,64
0,9495
1,0000
0,0505
2.
70
2
15
1,32
0,9066
0,8823
0,0243
3.
67
1
13
0,99
0,8389
0,7647
0,0742
4.
60
4
12
0,23
0,5910
0,7058
0,1148
5.
57
3
8
-0,08
0,4681
0,4705
0,0024
6.
50
1
5
-0,84
0,2005
0,2941
0,0936
7.
47
2
4
-1,17
0,1210
0,2352
0,1142
8.
43
1
2
-1,60
0,0548
0,1176
0,0628
9.
40
1
1
-1,93
0,0268
0,0588
0,0320
Lo terbesar = 0,1148 Zi =
S (Zi) = Ltabel = α 0,05 yaitu 0,206 Lo < Ltabel 0,1148 < 0,206 (populasi berdistribusi normal)
74
Data Nilai Posttest Memberikan Tanggapan Kutipan Novel Siswa Kelas VIII SMP Islam Al Syukro Universal Ciputat Perhitungan Uji Normalitas (Uji Liliefors) 1. Perolehan Data 90
90
87
83
83
80
80
73
73
70
70
70
67
63
63
57
73
2. Distribusi Frekuensi a. Menentukan skor terbesar dan terkecil Skor terbesar = 90 Skor terkecil = 57
b. Menentukan rentangan (R) R = skor terbesar - skor terkecil R = 90 – 57 R = 33
c. Menentukan banyaknya kelas (BK) BK = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 17 = 1 + 3,3 x 1,23 = 1 + 4,059 = 5,059 (dibulatkan ke bawah = 5)
d. Menentukan panjang kelas (I) I =
= = 6, 52 (dibulatkan ke atas = 7)
75
e. Menentukan distribusi frekuensi Interval
F
Xi
Fxi
xi2
Fxi2
57-63
3
60
180
3600
10800
64-70
4
67
268
4489
17956
71-77
3
74
222
5476
16428
78-84
4
81
324
6561
26244
85-91
3
88
254
7744
23232
Jumlah
17
1258
27870
94660
f. Menentukan rata-rata (Mean)
∑ =
=
∑
= 74 g. Menentukan Varians (Si2)
∑
(Si2) =
–∑
=
=
= = 98
h. Menentukan simpangan baku (standar deviasi) S = √ =√
∑
–∑
76
= 9,89
No
Skor
F
Zn
Zi
Fzi
SZi
Fzi-Szi
(Xi) 1.
90
2
17
1,61
0,9463
1,0000
0,0537
2.
87
1
15
1,31
0,9049
0,8823
0,0226
3.
83
2
14
0,91
0,8186
0,8235
0,0049
4.
80
2
12
0,60
0,7257
0,7058
0,0199
5.
73
3
10
-0,10
0,4602
0,5882
0,1280
6.
70
3
7
-0,40
0,3446
0,4117
0,0671
7.
67
1
4
-0,70
0,2420
0,2352
0,0068
8.
63
2
3
-1,11
0,1335
0,1764
0,0429
9.
57
1
1
-1,71
0,0436
0,0588
0,0152
Lo terbesar = 0,1259 Zi =
S (Zi) = Ltabel = α 0,05 yaitu 0,206 Lo < Ltabel 0,1280 < 0,206 (populasi berdistribusi normal) Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Sampel X dan Y dengan Uji Liliefors (Kelas Eksperimen) Variabel Hasil pretest memberikan tanggapan siswa
n
Lo (hitung)
Lo (tabel)
Kesimpulan
17
0,1148
0,206
Normal
77
Hasil posttest memberikan
17
0,1280
0,206
Normal
tanggapan siswa dengan teknik the power of two
Dari tabel di atas dapat dibuktikan bahwa data pretest dan posttest siswa berdistribusi normal. Data pretest dapat dikatakan normal karena Lo(hitung) < Lo(tabel). Data pretest kelas kontrol dan eksperimen adalah Lo(hitung) 0,1148 < 0,206 Lo(tabel), sedangkan data posttest pada kelas kontrol Lo(hitung) 0,1550 < 0,206 Lo(tabel) dan data posttest pada kelas eksperimen adalah Lo(hitung) 0,1280 < 0,206 Lo(tabel). Data posttest pada kelas eksperimen berupa perlakuan setelah siswa diberikan pretest memberikan tanggapan pada kutipan novel remaja yang berjudul “Arti Persahabatan” dan “17 tahun!”. Perlakuan tersebut berupa memberikan tanggapan kutipan novel remaja dengan menggunakan teknik the power of two, sedangkan dalam kelas kontrol berupa perlakuan setelah siswa diberikan pretest memberikan tanggapan pada kutipan novel remaja yang berjudul “Arti Persahabatan” dan “17 tahun!”. Perlakuan tersebut berupa memberikan tanggapan kutipan novel remaja dengan menggunakan metode ceramah.
2. Uji Hipotesis Setelah data dinyatakan normal, selanjutnya peneliti menguji hipotesis untuk melihat pengaruh atau perbedaan yang signifikan antara sebelum diberi perlakuan dengan sesudah diberi perlakuan. Untuk melihat perbedaan yang signifikan, maka peneliti menggunakan uji-t dengan menentukan tes rata-rata yang berupa selisih skor tes akhir terhadap tes awal.
78
1) Uji Hipotesis Kelas Kontrol Tabel 4.10 Data Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Memberikan Tanggapan Kutipan Novel Siswa Kelas VIII SMP Islam Al Syukro Universal No.
Nama
Pretest
Posttest
Gain (d)
(X)
(Y)
Y-X
d2
1.
G
60
60
0
0
2.
H
73
77
4
16
3.
I
47
47
0
0
4.
J
50
50
0
0
5.
K
43
47
4
16
6.
L
47
50
3
9
7.
M
60
67
7
49
8.
N
57
57
0
0
9.
O
73
80
7
49
10.
P
60
60
0
0
11.
Q
40
47
7
49
12.
LL
60
60
0
0
13.
MM
70
70
0
0
14.
NN
60
60
0
0
15.
OO
67
70
3
9
16.
PP
57
57
0
0
17.
QQ
70
73
3
9
994
1032
38
206
Jumlah
1. Mean Awal (Pretest) M=
∑
=
= 58,47
79
2. Mean Akhir (Posttest) M=
∑
= 60,70
=
3. Rata-rata Nilai Siswa Md =
∑
= = 2,23
4. Koefisiensi t = thitung t
=
√∑
–
∑
=
√
=
√
=
√
–
80
=
√
=
√
= thitung = 3,32
2) Uji Hipotesis Kelas Eksperimen Tabel 4.11 Data Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Memberikan Tanggapan Kutipan Novel Siswa Kelas VIII SMP Islam Al Syukro Universal No.
Nama
Pretest
Posttest
Gain (d)
(X)
(Y)
Y-X
d2
1.
A
70
87
17
289
2.
B
60
73
13
169
3.
C
70
83
13
169
4.
D
73
90
17
289
5.
E
60
80
20
400
6.
F
57
63
6
36
7.
AA
40
70
30
900
8.
BB
73
90
17
289
9.
CC
43
63
20
400
10.
DD
57
67
10
100
11.
EE
67
83
16
256
12.
FF
57
73
16
256
81
13.
GG
60
80
20
400
14.
HH
47
73
26
676
15.
II
47
70
23
529
16.
JJ
60
70
10
100
17.
KK
50
57
7
49
991
1272
281
5307
Jumlah
1. Mean Awal (Pretest) M=
∑
= 58,29
=
2. Mean Akhir (Posttest) M=
∑
= 74,82
=
3. Rata-rata Nilai Siswa Md =
∑
= = 16,53
4. Koefisiensi t = thitung t
=
√∑
–
∑
82
=
√
=
√
=
√
=
√
=
√
= thitung = 10,66
2. Kriteria Pengujian Hipotesis Dari perhitungan rata-rata di atas terhadap uji-gain nilai pretest dan posttest siswa, maka hipotesis pada kelas eksperimen yang dirumuskan sebagai berikut:
83
H1: terdapat pengaruh teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Ciputat Tahun Ajaran 2012/2013. H0: tidak terdapat pengaruh teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Ciputat Tahun Ajaran 2012/2013. Apabila thitung > ttabel, maka terdapat perbedaan yang signifikan. Namun, jika thitung < ttabel, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Sebelumnya peneliti melakukan uji derajat kebebasan (db) (db) = N – 1 = 17 – 1 = 16
Taraf signifikansi 5%(
Maka tabel = ttabel (
ttabel =
=
)
(
)
= = 15,6 = 16 ttabel = 2,12 Jadi, thitung (10,66) > ttabel (2,12) dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretest dan nilai posttest. Oleh karena itu, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa penggunaan teknik the power of two memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan memberikan tanggapan kemenarikan novel pada siswa kelas VIII A (kelas ekperimen), H1 diterima dan H0 ditolak.
84
E. Analisis Data Angket Untuk melihat adanya pengaruh atau tidaknya dalam penelitian ini, peneliti tidak hanya sekadar menganalisis dari hasil kemampuan siswa dalam memberikan tanggapan saja. Namun, peneliti juga menyebar angket untuk mengetahui tanggapan atau respons siswa terhadap penggunaan teknik the power of two ketika pembelajaran menanggapi kemenarikan novel. Angket tersebut dihitung dengan rumus di bawah ini:
Keterangan: P = Prosentase jawaban f = Frekuensi jawaban responden N = Number of Cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu).
Tabel 4.12 Analisis Data Hasil Angket Soal Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A
3
4
3
3
4
4
3
3
4
3
AA
2
2
3
3
4
3
3
2
3
3
BB
3
4
4
3
4
3
4
3
3
4
CC
2
3
4
3
3
4
3
3
3
4
B
4
3
4
4
3
4
3
3
3
4
DD
3
4
3
3
4
4
3
3
3
4
EE
4
4
3
3
4
3
3
2
4
4
FF
4
3
3
4
3
2
3
4
4
3
GG
4
3
3
4
3
3
3
4
4
3
HH
3
3
3
3
4
3
4
2
2
4
C
3
4
4
3
3
3
3
4
3
3
II
3
4
3
3
4
4
4
4
3
3
85
D
4
3
3
4
4
4
3
4
3
4
E
3
3
3
4
4
4
3
3
3
3
JJ
3
4
4
3
3
3
4
3
3
3
F
4
4
3
4
3
2
4
3
3
4
KK
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
Untuk mengetahui respons siswa terhadap kemampuan memberikan tanggapan novel remaja menggunakan teknik the power of two, siswa diberi 10 pertanyaan yang terkait dengan hal tersebut. Berikut merupakan paparan respons siswa terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa dengan menggunakan teknik the power of two berdasarkan penghitungan angket yang diberikan kepada siswa.
Tabel 4.13 Hasil Analisis Pengolahan Angket Penggunaan Teknik The Power of Two No.
Pernyataan
Alternatif Jawaban SL
1.
Penggunaan teknik the power of two
SR
KD
TP
35,3% 52,9%
11,8%
-
47,1% 47,1%
5,8%
-
29,4% 70,6%
-
-
35,3% 64,7%
-
-
menambah daya ingat saya terhadap materi yang diajarkan 2.
Teknik the power of two menarik perhatian saya terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia
3.
Teknik the power of two meningkatkan keaktifan berbicara saya dalam proses pembelajaran di kelas
4.
Teknik the power of two memberi saya kesempatan untuk bertanya kepada guru
86
5.
Penggunaan teknik the power of two
52,9% 47,1%
-
-
41,1% 47,1%
11,8%
-
29,4% 70,6%
-
-
29,4% 52,9%
17,7%
-
70,7% 23,5%
5,8%
-
52,9% 47,1%
-
-
meningkatkan saya dalam memberikan tanggapan 6.
Saya lebih percaya diri dalam memberikan tanggapan ketika menggunakan teknik the power of two
7.
Jika teknik the power of two sedang berlangsung, saya terangsang untuk berbicara
8.
Saya merasa lebih lancar menyampaikan tanggapan ketika menggunakan teknik the power of two
9.
Teknik the power of two membangkitkan minat dan rasa ingin tahu saya
10.
Saya suka jika guru mengajar menggunakan teknik the power of two
Dengan tafsiran penilaian sebagai berikut: 0%
: Tidak ada
1% - 5% : Hampir tidak ada 6% - 25% : Sebagian kecil 26% - 49%: Hampir setengahnya 50%
: Setengahnya
51% - 75%: Lebih dari setengahnya 76% - 95%: Sebagian besar 96% - 99%: Hampir seluruhnya 100%
: Seluruhnya
87
Berdasarkan tabel 4.13 terlihat bahwa penggunaan teknik the power of two menambah daya ingat siswa terhadap materi yang dipelajari. Hal ini terbuki sebanyak 52,9% siswa menyatakan sering, 35,3% siswa menyatakan selalu, 11,8% siswa menyatakan kadang-kadang, dan tidak ada siswa yang menyatakan tidak pernah. Sekitar 47,1% siswa menyatakan selalu dan sering tertarik pelajaran bahasa Indonesia saat menggunakan teknik the power of two dan 11,8% menyatakan kadang-kadang. Pernyataan selanjutnya adalah teknik the power of two meningkatkan keaktifan dalam berbicara, 70,6% siswa menyatakan sering, 29,4% menyatakan selalu, dan tidak ada siswa yang menyatakan kadang-kadang atau tidak pernah. Teknik the power of two memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, sebanyak 64,7% menyatakan sering, 35,3% menyatakan selalu, dan tidak ada siswa yang menyatakan kadang-kadang atau tidak pernah. Berikutnya, pernyataan siswa tentang peningkatan kemampuan memberikan tanggapan dengan menggunakan teknik the power of two, 52,9% menyatakan selalu, 47,1% menyatakan sering, dan tidak ada siswa yang menyatakan kadangkadang atau tidak pernah. Pernyataan selanjutnya, siswa lebih percaya diri dalam menanggapi ketika menggunakan teknik the power of two, 47,1% menyatakan sering, 41,1% menyatakan selalu, 11,8% menyatakan kadangkadang, dan tidak ada siswa yang menyatakan tidak pernah. Penggunaan teknik the power of two pada materi memberikan tanggapan merangsang siswa untuk berbicara, 70,6% siswa menyatakan sering, 29,4% menyatakan sering, dan tidak ada siswa yang menyatakan kadang-kadang atau tidak pernah. Selanjutnya siswa menyatakan lebih lancar menyampaikan tanggapan ketika menggunakan teknik the power of two, sebanyak 52,9% siswa menyatakan sering, 29,4% menyatakan selalu, 17,7% menyatakan kadang-kadang, dan tidak ada siswa yang menyatakan tidak pernah. Pernyataan selanjutnya, penggunaan teknik
the power of
two
membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa, sebanyak 70,7% menyatakan selalu, 23,5% menyatakan sering, 5,8% menyatakan kadangkadang, dan tidak ada siswa yang menyatakan tidak pernah. Terakhir, siswa
88
menyukai guru yang mengajar menggunakan teknik the power of two, sebanyak 52,9% siswa menyatakan selalu, 47,1% menyatakan sering, dan tidak ada siswa yang menyatakan kadang-kadang atau tidak pernah. Berdasarkan analisis tersebut, menunjukkan bahwa penggunaan teknik the power of two mendapat respons yang positif dari siswa. Selain itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik the power of two dapat memberikan siswa kemudahan dalam mengungkapkan tanggapannya karena teknik ini membantu siswa membangun rasa percaya diri atas jawaban atau tanggapan yang hendak disampaikan dan siswa terangsang untuk berbicara dengan lebih lancar karena siswa mendapatkan ilmu dari diri sendiri dan teman pasangannya.
F. Intepretasi Data Hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan teknik the power of two sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memberikan tanggapan khususnya tanggapan mengenai kemenarikan novel remaja. Hal ini terbukti dari hasil rata-rata pretest sebesar 58,29 yang kemudian meningkat menjadi 74,82 setelah diterapkan pembelajaran menggunakan teknik the power of two. Berdasarkan
observasi
yang
dilakukan
peneliti
dalam
proses
pembelajaran, tingkah laku siswa menunjukkan peningkatan respons yang positif. Sebelumnya siswa terlihat kurang antusias saat memberikan tanggapan, terlihat gerogi, malu, malas-malasan, bahasa yang digunakan tidak beraturan, dan masih banyak yang terlihat sibuk menggambar, tetapi setelah menggunakan teknik the power of two, mereka terlihat antusias, percaya diri dan lancar dalam menanggapi serta berkomentar mengenai kemenarikan kutipan novel remaja yang dibaca. Selain itu, hasil penghitungan angket juga menunjukan respons siswa yang sangat positif pada penggunaan teknik the power of two dalam pembahasan memberikan tanggapan kemenarikan kutipan novel remaja di kelas VIII A. Hal ini terbukti dengan persentase pemilihan jawaban dari 10
89
butir soal, 37,6% menyatakan selalu, 57,1% menyatakan sering, 5,3% menyatakan kadang-kadang, dan 0% yang menyatakan tidak pernah. Itu artinya 90% siswa memberikan tanggapan yang sangat positif dan 10% lainnya menunjukan kurang positif atau kurang tertarik pada penggunaan teknik the power of two.
G. Pembahasan Penelitian Pembahasan penelitian ini akan mendeskripsikan mengenai penelitian yang telah dilakukan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap kemampuan memberikan tanggapan dengan menggunakan teknik the power of two terjadi perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah digunakannya teknik the power of two. Pembelajaran dengan strategi pembelajaran aktif teknik the power of two membuat siswa mendominasi aktifitas belajar. Hal ini terjadi karena strategi pembelajaran aktif teknik the power of two merupakan pembelajaran yang digunakan untuk mendorong pembelajaran kooperatif dan memperkuat arti penting serta manfaat sinergi dari dua orang. Berdasarkan pemaparan sebelumnya, teknik the power of two merupakan pembelajaran yang efektif karena dalam belajar berkelompok hanya terdiri dari dua siswa saja (berpasangan). Teknik the power of two tidak hanya memberi kesempatan kepada siswa berpasangan (berdu-dua) dalam kelompok kecil, tetapi teknik the power of two juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara mandiri terlebih dahulu, dimana setiap siswa menghubungkan materi barunya dengan materi atau pemahaman yang telah dimilikinya. Hal tersebut menjadikan siswa memiliki tanggung jawab secara individu sekaligus kelompok. Pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Siswa hanya menerima penjelasan dari guru dan mencatat materi yang telah diberikan oleh guru. Pada siswa diminta menanggapi kutipan novel hanya siswa tertentu saja yang berani menanggapi. Siswa yang
90
lainnya terlihat mengobrol dengan temannya dan menggambar. Sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa cenderung pasif. Berdasarkan tes kemampuan memberikan tanggapan dari kelas eksperimen diketahui bahwa terdapat 13 siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70 dan diperoleh presentase sebesar 76,4%. Ini berarti 75% tujuan pembelajaran yang direncanakan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar telah tercapai dengan baik, sedangkan pada kelas kontrol hanya terdapat 5 siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan nilai KKM, sehingga diperoleh presentase 29,4%. Ini berarti hampir 30% tujuan pembelajaran yang direncanakan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar belum tercapai dengan baik. Selain itu, uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini juga menunjukan adanya signifikansi penggunaan strategi pembelajaran aktif teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan. Hal ini ditunjukan dalam hasil uji hipotesis yang diperoleh yakni thitung (10,66) > ttabel (2,12). Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas VIII. Itu artinya hadirnya sebuah teknik dalam pembelajaran sangat penting untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Guru lebih bisa memilih teknik yang cocok dalam setiap materi pelajaran.
91
BAB V PENUTUP A. Simpulan Setelah dilakukan pembahasan dari penelitian pada siswa kelas VIII SMP Islam Al Syukro Universal Ciputat, dapat ditarik simpulan secara umum bahwa terdapat pengaruh teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan kelas VIII semester II di SMP Islam Al Syukro Universal, tahun ajaran 2012/2013. Hal itu dapat dilihat dari nilai rata-rata posttest siswa yang lebih tinggi dari nilai pretest siswa. Nilai rata-rata posttest yang diperoleh yakni 74,82 sedangkan nilai rata-rata pretest yang diperoleh siswa yaitu 58,29. Perbedaan rata-rata pretest kemampuan memberikan tanggapan siswa pada kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik the power of two lebih tinggi dari rata-rata posttest kemampuan memberikan
tanggapan
siswa
pada
kelas
kontrol
yang
dalam
pembelajarannya menggunakan metode konvensional. Perolehan nilai ratarata posttest kemampuan siswa dalam memberikan tanggapan pada kelas eksperimen adalah sebesar 74,82 dengan ketuntasan belajar 76,4% sedangkan perolehan nilai rata-rata posttest kemampuan siswa dalam memberikan tanggapan pada kelas kontrol adalah sebesar 60,70 dengan ketuntasan belajar 29,4%. Selain itu, pengaruh penggunaan teknik the power of two terlihat saat dilakukan perhitungan dengan uji hipotesis yang menunjukan adanya perbedaan signifikan antara nilai posttest dan nilai pretest siswa. Dari uji hipotesis terlihat thitung (10,66) > ttabel (2,12) sehingga menunjukkan perbedaan signifikan antara nilai pretest dan posttest. Berdasarkan hipotesis yang diajukan oleh peneliti maka H1 diterima, yakni terdapat pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning) teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Universal Tahun Ajaran 2012/2013.
92
B. Saran Untuk lebih meningkatkan proses pembelajaran berbicara, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Agar siswa lebih tertarik dan termotivasi dalam pembelajaran berbicara, khususnya dalam memberikan tanggapan, guru harus lebih bisa menerapkan teknik yang cocok dalam setiap pembelajaran. Contohnya, menggunakan teknik the power of two pada materi memberikan tanggapan novel remaja (asli atau terjemahan). 2. Terkadang siswa merasa jenuh dan malas dalam berbicara. Oleh karena itu, guru juga harus bisa menarik minat siswa agar tidak bosan dan malas dalam berbicara. 3. Selain memilih teknik yang tepat, seorang guru juga harus bisa memilih metode dan strategi pembelajaran yang cocok dalam setiap pembelajaran. 4. Strategi pembelajaran aktif teknik the power of two sebaiknya lebih sering digunakan dalam proses pembelajaran bahasa khususnya berbicara agar siswa terbiasa mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan temannya sehingga dapat memecahkan masalah secara individu dan kelompok.
93
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, Cet. I, 1997. Anderson, Kenneth, Joan Maclean, dan Tony Lynch. Study Speaking, New York: Cambridge University Press, 2004. Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. I, 2011. Arifin, Zainal dan Adhi Setiyawan. Pengembangan Pembelajaran Aktif dengan ITC. Yogyakarta: Skripta Media Creative, Cet. I, 2012. Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana, Cet. V, 2010. Darmasyah. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I, 2010. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. IV, 2010. Hakiim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima, 2009. Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet. IV, 2009. Hernawan, Asep Herry, Asra, dan Laksmi Dewi. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS, Cet. I, 2007. Isjoni. Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. I, 2007. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2011. Kamadhi, J. S. Diskusi yang Efektif. Yogyakarta: Kanisius, Cet. I, 1995. Orlich, dkk. Teaching Strategies: A Guide to Effective Intruction. USA: Wadsworth, 2000. Sabri, Alisuf. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet. III, 2001.
94
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana, Cet. I, 2008. Silberman, Melvin, Active Learning 101 Cara Belajar Aktif, terjemahan dari Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subject oleh Raisul Muttaqien. Bandung: Nusa Media, Cet. III, 2006. Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, Cet. V, 2006. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. XXIII, 2011. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2009. Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. XIII, 2005. Uno, Hamzah B. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I, 2007. Albaab, Irsyadul. “The Power of Two”, diunduh dari (http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/05/29/the-power-of-two465865.html), pada 30 November 2012 pukul 21.00 WIB. Arini, Sukma. “Metode Liliefors untuk Uji Normalitas”, diunduh dari (http://arini2992.blogspot.com/2011/04/metode-lilliefors-untuk-ujinormalitas.html), pada 5 Juni 2013 pukul 22.00 WIB. Ipass, Ian Konjo.“Pengertian Pendekatan, Metode, Teknik, Model, dan Strategi Pembelajaran”, diunduh dari (http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/ pengertian-pendekatan-metode-teknik.html), pada 6 Juni 2013 pukul 20.00 WIB. Unikam, HMPS BK. “Tanggapan”, diunduh dari (http://hmpsb.blogspot.com /2012/02/makalah-tentang-pengertian-tanggapan.html), pada 18 Maret 2013 pukul 17.30 WIB.
L A M P I R A N
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas /Semester Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
Alokasi Waktu
SMP Islam Al Syukro Universal Bahasa Indonesia VIII/2 Berbicara 14. Mengapresiasi kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) melalui kegiatan diskusi 14.2 Menanggapi hal yang menarik dari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) Mampu mengemukakan hal yang menarik dari novel dengan alasan yang logis Mampu menanggapi dengan santun komentar teman tentang hal yang menarik dalam novel remaja (asli atau terjemahan) 2 X 40 menit ( 1 x Pertemuan )
1. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu menemukan hal yang menarik dari kutipan novel remaja Peserta didik mampu mendiskusikan hal yang menarik dari kutipan novel remaja Peserta didik mampu mengemukakan hal yang menarik dari novel remaja Peserta didik mampu menanggapi hal yang menarik dari kutipan novel remaja dengan bahasa yang terstruktur, komunikatif, efektif, dan variatif. Peserta didik mampu menanggapi hal yang menarik dari novel remaja dengan alasan yang logis Peserta didik mampu menanggapi dengan santun komentar teman tentang hal yang menarik dalam novel remaja 2. Materi Pembelajaran a. Menemukan hal menarik dari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) Untuk menemukan kemenarikan sebuah novel perlu memahami unsur-unsur karya sastra dengan baik. Kemenarikan novel dapat dilihat dari unsur-unsur yang membangun yakni unsur intrinsik dan ektrinsik. Unsur intrinsik yaitu unsur-unsur penting yang ada di dalam novel itu sendiri. Unsur intrinsik novel meliputi tokoh, penokohan, tema, latar, alur, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat.
1. Tokoh adalah pelaku di dalam cerita dan mengambil peranan dalam setiap kejadian-kejadian. Ada dua tokoh yang ada dalam sebuah novel yaitu tokoh utama dan tokoh sampingan. 2. Penokohan (Perwatakan) yaitu watak atau karakter dari para tokoh di dalam cerita. Penokohan terdiri dari antagonis (jahat), protagonis (baik), tritagonis (penengah/ netral. 3. Tema yaitu gagasan pokok atau persoalan yang mendasari suatu cerita. 4. Latar yaitu mengenai lingkungan (tempat/lokasi, waktu, dan suasana) terjadinya suatu peristiwa di dalam cerita. 5. Sudut pandang yaitu kedudukan si pengarang dalam cerita. Sudut pandang terdiri dari sudut pandang orang pertama dan orang ketiga. 6. Gaya bahasa yaitu cara yang digunakan oleh si pengarang untuk mengungkapkan maksud dan tujuannya baik dalam bentuk kata, kelompok kata, atau kalimat. 7. Amanat adalah pesan-pesan yang disampaikan oleh si pengarang melalui cerita. Agar cerita yang dikembangkan dalam novel menjadi lebih baik, perlu didukung oleh unsur ekstrinsik atau unsur yang ada di luar cerita misalnya pengalaman pengarang, tingkat pendidikan, keyakinan pengarang, dan pandangan hidup pengarang. b. Menanggapi hal menarik dari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) Setelah menemukan hal menarik dari kutipan novel, kita dapat menanggapi kutipan novel tersebut baik dari tokoh, penokohan, tema, latar, alur, sudut pandang, gaya bahasa, ataupun amanat. Tanggapan tersebut dapat berupa persetujuan, komentar, sanggahan, pertanyaan, atau pendapat. 3. Metode Pembelajaran 1. Tanya jawab 2. The Power of Two 3. Presentasi 4. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran a. Kegiatan Awal. Apersepsi :
No. Kegiatan Guru 1. Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam 2. Meminta salah satu siswa memimpin temannya untuk berdoa sebelum memulai belajar 3. Mempresensi siswa 4.
5.
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan kemanfaatan materi bagi siswa. Memberikan motivasi kepada siswa sesuai dengan KD
b. Kegiatan Inti Eksplorasi No Kegiatan Guru . 1. Bertanya seputar unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel 3.
Bertanya seputar hal-hal menarik yang biasa dijumpai di dalam novel
4.
Bertanya seputar cara menanggapi kutipan novel remaja (asli/terjemahan)
5.
Membagi kutipan novel remaja kepada siswa dan menyuruh siswa membacanya
Kegiatan Siswa Menjawab salam dengan benar Berdoa dipimpin oleh siswa yang telah ditunjuk
Nilai Karakter Rasa hormat, religius, pembiasaan Religius
Mengangkat tangan saat disebutkan namanya Menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan guru
Disiplin
Mendengarkan motivasi dari guru
Perhatian
Keseriusan, cinta ilmu, dan perhatian
Kegiatan Siswa
Metode
Nilai Karakter
Menjawab seputar unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Menjawab seputar hal-hal menarik yang biasa dijumpai di dalam novel Menjawab seputar cara menanggapi kutipan novel remaja (asli/terjemahan) Menerima kutipan novel remaja dan membacanya
Tanyajawab
Tanggungjawab, keseriusan, dan perhatian. Tanggung jawab, keseriusan, dan perhatian.
Tanyajawab
Tanyajawab
-
Tanggung jawab, keseriusan, dan perhatian. Perhatian
6.
Membagi kelompok diskusi yang terdiri dari dua siswa pada masingmasing kelompok.
7.
Menyuruh siswa menanggapi kutipan novel remaja (asli/terjemahan) yang dibaca dengan alasan yang logis
8.
Menyuruh siswa menanggapi dengan santun komentar teman tentang hal yang menarik dalam novel remaja
Elaborasi No. Kegiatan guru 1.
Menyuruh kepada setiap kelompok membacakan hasil diskusinya di depan kelas
Konfirmasi No. Kegiatan guru 1.
2.
Mengecek pemahaman siswa dengan bertanya tentang cara menanggapi kemenarikan novel remaja (asli/terjemahan) Menanyakan hal-hal yang belum dipahami
Berkumpul dengan anggota kelompok yang telah ditentukan guru. Menanggapi kutipan novel remaja (asli/terjemahan) yang dibaca dengan alasan yang logis Menanggapi dengan santun komentar teman tentang hal yang menarik dalam novel remaja
Kegiatan Siswa
The Power Tanggung of Two jawab, serius, perhatian, dan kerja sama. The Power Tanggung of Two jawab, serius, perhatian, dan kerja sama.
The Power Tanggung of Two jawab, serius, perhatian, dan kerja sama.
Metode
Membacakan hasil diskusi di depan kelas
Presentasi
Kegiatan Siswa
Metode
Menjawab pertanyaan guru tentang cara menanggapi kemenarikan novel remaja (asli/terjemahan) Menjawab tentang hal-hal yang belum
Tanyajawab
Tanyajawab
Nilai Karakter Berani, bertanggung jawab, dan percaya diri
Nilai Karakter Perhatian dan keseriuasan
Perhatian dan
siswa mengenai cara menanggapi hal menarik dari kutipan novel c. Kegiatan Akhir No. Kegiatan guru 1.
2.
Menanyakan inti pelajaran yang telah disampaikan Guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan
dipahami mengenai cara menanggapi hal menarik dari kutipan novel
keseriuasan
Kegiatan siswa
Metode
Menjawab pertanyaan guru
Tanya jawab
Nilai Karakter Kritis dan perhatian
Menyimpulkan pelajaran dengan guru
Tanya jawab
Kritis dan perhatian
5. Sumber Belajar a. Wahyudi, Johan dan Darmiyati Zuchdi. 2012. Bahasaku Bahasa Indonesia untuk Kelas VIII SMP dan MTs. Solo: Platinum. b. Kusrini, Idda Ayu. 2012. Bahasa Indonesia 2: SMP Kelas VIII. Bogor: Quadra. c. Internet d. Novel Remaja 6. Media Pembelajaran a. Kertas HVS b. Kartu Warna 7. Penilaian Penilaian proses dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung Penilaian Indikator Pencapaian Teknik Bentuk Kompetensi Instrumen Penilaian Penilaian Observasi Lembar Kemukakan hal-hal Mampu observasi yang menarik yang mengemukakan hal terdapat di dalam yang menarik dari novel remaja yang novel dengan alasan kamu baca! Jelaskan yang logis pula alasan-alasannya sehingga kamu Mampu menanggapi berpendapat demikian! dengan santun
Tanggapilah komentar-komentar temanmu yang isinya menunjukkan menarik tidaknya yang terdapat dalam suatu kutipan novel terjemahan!
komentar teman tentang hal yang menarik dalam novel remaja terjemahan
Aspek Penilaian Kemampuan Memberikan Tanggapan Aspek Sikap
Rincian Terlibat secara aktif mencari hal menarik dalam kutipan novel remaja Menanggapi dengan santun komentar teman tentang hal yang menarik dalam novel remaja Mengungkapkan hal menarik yang ada dalam kutipan novel remaja Runtut dan terstruktur dengan Bahasa baik Komunikatif dan efektif Diksi variatif dan tepat konteks Pertanyaan sesuai dengan topik Kualitas tanggapan yang dibahas Memberikan sanggahan dengan bukti dan alasan yang logis Memberikan persetujuan dengan bukti dan alasan yang logis Memberikan komentar terarah yang dilengkapi dengan bukti dan alasan yang logis Skor Maksimal
1
Skor 2
3
Jumlah Skor 9
9
12
30 100
Mengetahui, Guru Bahasa Indonesia
Ciputat, 2 Mei 2013 Peneliti
(Wiwi Adawiyah) NIP.
( Ika Setiowati ) NIM. 109013000055
1. Arti Persahabatan Karya Loeis Chandra Bagiku arti persahabatan adalah teman bermain dan bergembira. Aku juga sering berdebat saat berbeda pendapat. Anehnya, semakin besar perbedaan itu, aku semakin suka. Aku belajar banyak hal. Tapi ada suatu kisah yang membuat aku berpendapat berbeda tentang arti persahabatan. Saat itu, papa mamaku berlibur ke Bali dan aku sendirian menjaga rumah. “Hahahahaha!” aku tertawa sambil membaca. “Beni! Katanya mau cari referensi tugas kimia, malah baca komik. Ini aku menemukan buku dari rak sebelah, mau pinjam atau tidak? Kamu bawa kartu kan? Pokoknya besok kamis, semua tugas kelompok pasti selesai. Asal kita kerjakan malam ini. Yuhuuuu... setelah itu bebas tugas. Play Station!” jelas Judi dengan nada nyaring. Judi orang yang simpel, punya banyak akal, tapi banyak juga yang gagal, hehehe.. Dari kelas 1 SMA sampai sekarang duduk di kelas 2, aku sering sekelompok, beda lagi kalau masalah bermain Play Station, Judi jagoannya. Rasanya seperti dia sudah tau apa yang bakal terjadi di permainan itu. Tapi entah kenapa, sekalipun sebenarnya aku kurang suka main Play Station, gara-gara Judi, aku jadi ikut-ikutan suka main game. Sahabatku yang kedua adalah Bang Jon, nama sebenarnya Jonathan. Bang Jon pemberani, badannya besar karena sehari bisa makan lima sampai enam kali. Sebentar lagi dia pasti datang - nah, sudah kuduga dia datang kesini. “Kamu gak malu pakai kacamata hitam itu?” Tanyaku pada Bang Jon yang baru masuk ke perpustakaan. Sudah empat hari ini dia sakit mata, tapi tadi pagi rasanya dia sudah sembuh. Tapi kacamata hitamnya masih dipakai. Aku heran, orang ini benar-benar kelewat pede. Aku semakin merasa unik dikelilingi dua sahabat yang over dosis pada berbagai hal. Kami pulang bersama berjalan kaki, rumah kami dekat dengan sekolah, Bang Jon dan Judi juga teman satu komplek perumahan. Saat pulang dari sekolah terjadi sesuatu. Kataku dalam hati sambil lihat dari kejauhan “( Eh, itu... ).” “Aku sangat kenal dengan rumahku sendiri...” aku mulai ketakutan saat seseorang asing bermobil terlihat masuk rumahku diam-diam. Karena semakin ketakutannya, aku tidak berani pulang kerumah. “Ohh iya itu!” Judi dan Bang Jon setuju dengan ku. Judi melihatku seksama, ia tahu kalau aku takut berkelahi. Aku melihat Judi seperti sedang berpikir tentangku dan merencanakan sesuatu.
“Oke, Beni – kamu pergi segera beritahu satpam sekarang, Aku dan Bang Jon akan pergoki mereka lewat depan dan teriak .. maling... pasti tetangga keluar semua” bisikan Judi terdengar membuatku semakin ketakutan tak berbentuk. Karena semakin ketakutan, terasa seperti sesak sekali bernafas, tidak bisa terucapkan kata apapun dari mulut. “...Beni, ayo...satpam” Judi membisiku sekali lagi. Aku segera lari ke pos satpam yang ada diujung jalan dekat gapura dan tidak terpikirkan lagi olehku apa yang terjadi dengan dua sahabatku. Pak Satpam panik mendengar ceritaku dan ia segera memberitahu petugas lainnya untuk segera datang menangkap maling dirumahku. Aku kembali kerumah dibonceng petugas dengan motornya. Sekitar 4 menit lamanya saat aku pergi ke pos satpam dan kembali ke rumahku. “Ya Tuhan!” kaget sekali melihat seorang petugas satpam lain yang datang lebih awal dari pada aku saat itu sedang mengolesi tisu ke hidung Bang Jon yang berdarah. Terlihat juga tangan Judi yang luka seperti kena pukul. Satpam langsung menelpon polisi akibat kasus pencurian ini. “Jangan kawatir... hehehe... Kita bertiga berhasil menggagalkan mereka. Tadi saat kami teriak maling! Ternyata tidak ada tetangga yang keluar rumah. Alhasil, maling itu terbirit-birit keluar dan berpapasan denganku. Ya akhirnya kena pukul deh... Judi juga kena serempet mobil mereka pencuri itu terburu-buru pergi” jawab Bang Jon dengan tenang dan pedenya. Kemudian Judi membalas perkataan Bang Jon “Rumahmu aman, kita memergoki mereka saat awal-awal, jadi tidak sempat ambil barang rumahmu.” Singkat cerita, aku mengobati mereka berdua. Mama Judi dan Ban Jon datang kerumahku dan kami menjelaskan apa yang tadi terjadi. Anehnya, peristiwa adanya maling ini seperti tidak pernah terjadi. “Hahahahaha... “ Judi malah tertawa dan melanjutkan bercerita tentang tokoh kesayangannya saat main Play Station. Sedangkan Bang Jon bercerita kalau dia masih sempat-sempatnya menyelamatkan kacamata hitamnya sesaat sebelum hidungnya kena pukul. Bagaimana caranya? aku juga kurang paham. Bang Jon kurang jelas saat bercerita pengalamannya itu. “(Hahahahaha...)” Aku tertawa dalam hati karena mereka berdua memberikan pelajaran berarti bagiku. Aku tidak mungkin menangisi mereka, malu dong sama Bang Jon dan Judi. Tapi ada pelajaran yang kupetik dari dua sahabatku ini. Arti persahabatan bukan cuma teman bermain dan bersenang-senang. Mereka lebih mengerti ketakutan dan kelemahan diriku. Judi dan Bang Jon adalah sahabat terbaikku. Pikirku, tidak ada orang rela mengorbankan nyawanya jika bukan untuk sahabatnya (Judi dan Bang Jon salah satunya).
Sumber http://riiiva.blogspot.com/2011/08/judul-artipersahabatan.html
2. 17 Tahun! Karya Leyla Imtichanah “Bangun dong, Yasmin! Bangun, dong, Yasmin! Bangun, dong, Yasmin! Klek. “Huah!” Yasmin menguap sambil mematikan jam weker yang telah berhasil membuatnya terbangun. Kedua matanya lekat seperti dilumuri lem. Ia sangat mengantuk. Kemudian ia melirik jam weker. Seketika itu juga sepasang matanya membelalak. Sudah pukul tujuh kurang lima belas menit! Gawat! Ia bisa terlambat lagi sampai di kelas, padahal hari ini ada ujian! “Assalamualaikum, Dira! Yasmin mana?” tanya Fatimah, agak heran melihat Nadira jalan sendiri tanpa Yasmin. Setahunya Nadira dan Yasmin selalu bersamasama. Selain karena memang tinggal satu kamar, mereka juga satu kelas dan sahabat dekat. Nadira tersenyum, “Waalaikumsalam. Tadi sih Yasmin masih tidur,” sahutnya sambil terus berjalan menuju kelas. Fatimah manggut-manggut, meskipun jawaban Nadira makin membuatnya heran. Masih tidur? Bukankah hari ini masih ada ujian? “Ugh! Dira payah! Kenapa aku nggak dibangunin!” Yasmin terus menggerutu sambil memakai sepatu. Terpaksa hari ini ia mandi cowboy kalau tidak mau ketinggalan pelajaran pertama. Pakaian seragamnya terlihat awutawutan kerana lupa disetrika. Jilbabnya juga terpasang seadanya. Penampilannya hari ini adalah penampilan yang terburuk. Kalau saja Dira membangunkan lebih awal, ia pasti punya waktu untuk berdandan. Dira pasti mengerjainya. “Dira!” teriak Yasmin ketika sampai di kelas. Syukur alhamdulillah pengawas ujian belum datang. Kalau sudah datang, ia pasti tidak diperbolehkan ikut ujian. Maklum, peraturan di pondok pesantren ini memang sangat ketat. “Ssst....Yasmin! Kalau masuk kelas ucapkan salam.” Dira meletakan satu jari telunjuknya di bibir. Yasmin kesal sekali melihat wajah Dira yang innoncent itu. “Kok, kamu nggak bangunin aku, sih? Untung aku nggak telat. Kamu tahu nggak, aku mandi cuma lima menit!” Yasmin mendelik. Dira tersenyum. “ Salah sendiri kenapa tidur lagi sehabis subuh? Bagus kan nggak mandi lama-lama? Daripada buang-buang waktu di kamar mandi.” Ia teringat kebiasaan Yasmin yang kalau mandi lama sekali. Bisa sejam-an, Lho!
“Aku kan ngantuk banget. Bayangin, kita baru tidur jam dua belas, eh jam tiga dibangunin buat sholat tahajud bareng. Huah!” yasmin menguap lagi. “Masya Allah! Yasmin! Sopan banget, sih! Tuh, Bu Salsa sudah datang! seru Dira. Yasmin buru-buru duduk di bangkunya. “Lain kali jangan ngerjain aku kayak gitu, dong. Coba kalau aku telat datang bagaimana? Bisa nggak ikut ujian, kan? Yasmin merengut. “Memangnya, siapa yang menyetel jam wekermu jam setengah tujuh itu?” “Memangnya kamu?” tanya Yasmin kemudian Dira tersenyum. ****** “Oke deh, Dira. Terima kasih sudah bangunin aku jam setengah tujuh. Untung jam weker itu nggak aku banting,” ujar Yasmin setelah ujian selesai. Ujian barusan lumayan membuat wajahnya bertekuk empat. Ujian Bahasa Arab bo! Yasmin paling koit, deh. Susahnya bukan main. “Iya. Aku Cuma mau ngasih pelajaran buat kamu supaya nggak tidur lagi habis subuh. Afwan ya kalau aku kelewatan.” Dira tersenyum. “Nggak, nggak, kamu nggak kelewatan, tapi kebangetan! Awas ya kalau lain kali diulang lagi!” Yasmin mengancam. “Hmm, kayak kamu nggak pernah ngerjain orang aja! Aku kan belajar dari kamu.” Dira tersenyum. “ Yasmin manyun. “Iya! Iya! Sekarang aku kena batunya, deh!” “Tapi alhamdulillah ya, setelah satu minggu ujian akhirnya selesai juga.” Dira lega. “Bener banget! Aku juga sudah males ujian melulu. Eh, liburan besok kamu pulang, kan?” Yasmin menatap Dira. Dira menggeleng, “Nenekku yang di Magelang sakit. Aku harus menjenguknya dulu, baru pulang ke Jakarta.” “Yah, jadi aku pulang sendiri, dong?” Yasmin kecewa. “Afwan, ya? Habis mau gimana lagi? Atau, kamu mau ikut aku dulu ke Magelang?” “ Kamu lupa, ya? Tiga hari lagi kan ulang tahunku. Aku harus pulang. Biasa, Mama-Papa minta aku ngrayainnya di rumah.” “ Jadi, ulang tahunmu masih dirayain juga kayak tahun-tahun lalu?” “ Ya begitu, deh. Orangtuaku maunya begitu. Tapi untuk tahun ini, aku mau ngundang anak yatim!” “Subhanallah! Begitu lebih baik.” Dira senang. “Tapi kamu nggak di sisiku...” Yasmin cemberut.
“Afwan, deh. Kalau aku bisa, aku pasti datang. Sayang, aku baru bisa datang setelah mengunjungi nenekku.” “ Ya sudahlah, nggak apa-apa.” Yasmin tersenyum, meskipun hatinya kecewa. Padahal ia ingin sekali memperingati hari ulang tahunnya bersama Dira, sahabat terdekatnya. Apalagi besok adalah ulang tahunnya yang ketujuh belas. Kata orang, ulang tahun yang ketujuh belas adalah momen paling penting bagi hidup seorang manusia. Yasmin ingin memasuki tahun terpenting dalam hidupnya itu bersama orang-orang yang dicintainya termasuk Dira. ******
Judul Novel: Arti Persahabatan Hal menarik Kutipan Tokoh Pengarang menggunakan nama yang cukup unik dan menarik yaitu -Judi Judi seperti sebuah permainan. Judi memiliki sifat yang simpel, banyak akal tetapi sering gagal dan ia juga suka bermain play station. Sesuai dengan namanya sifat Judi memiliki persamaan dengan bermain “judi” yang kadang dalam bermain sudang menggunakan banyak akal tetapi kadang gagal. Sifat Judi terdapat dalam kutipan: “Asal kita kerjakan malam ini. Yuhuuuu... setelah itu bebas tugas. Play Station!” jelas Judi dengan nada nyaring. “Judi orang yang simpel, punya banyak akal, tapi banyak juga yang gagal, hehehe..” -Bang Jon
Amanat
Bang Jon merupakan sahabat Judi yang gendut, sayang dengan kaca mata hitamnya dan memiliki sifat percaya diri yang tinggi. Selain itu ia juga laki-laki super yang makan bisa 5-6 kali sehari. Hal ini terdapat dalam kutipan: “Bang Jon pemberani, badannya besar karena sehari bisa makan lima sampai enam kali.” “Sudah empat hari ini dia sakit mata, tapi tadi pagi rasanya dia sudah sembuh. Tapi kacamata hitamnya masih dipakai. Aku heran, orang ini benar-benar kelewat pede.” “Sedangkan Bang Jon bercerita kalau dia masih sempat-sempatnya menyelamatkan kacamata hitamnya sesaat sebelum hidungnya kena pukul.” Pesan yang terdapat di dalam kutipan novel ini sangat bagus. Hal ini terdapat dalam kutipan: “Arti persahabatan bukan cuma teman bermain dan bersenangsenang. Mereka lebih mengerti ketakutan dan kelemahan diriku. Judi dan Bang Jon adalah sahabat terbaikku. Pikirku, tidak ada orang rela mengorbankan nyawanya jika bukan untuk sahabatnya.”
Judul Novel: 17 Tahun! Hal menarik Kutipan Alur Alur yang digunakan dalam kutipan novel 17 tahun adalah alur maju dan ceritanya mudah dipahami. Tahap alur dalam novel tersebut adalah sebagai berikut: Eksposisi (Perkenalan/Pengantar) “Bangun dong, Yasmin! Bangun, dong, Yasmin! Bangun, dong, Yasmin! Komplikasi (Penampilan Masalah) Kemudian ia melirik jam weker. Seketika itu juga sepasang matanya membelalak. Sudah pukul tujuh kurang lima belas menit! Gawat! Ia bisa terlambat lagi sampai di kelas, padahal hari ini ada ujian! Klimaks (Puncak Ketegangan) “Dira!” teriak Yasmin ketika sampai di kelas. “Ssst....Yasmin! Kalau masuk kelas ucapkan salam.” Dira meletakan satu jari telunjuknya di bibir. Yasmin kesal sekali melihat wajah Dira yang innoncent itu. “Kok, kamu nggak bangunin aku, sih? Untung aku nggak telat. Kamu tahu nggak, aku mandi cuma lima menit!” Yasmin mendelik. Antiklimaks (Ketegangan Menurun/peleraian) “Iya. Aku cuma mau ngasih pelajaran buat kamu supaya nggak tidur lagi habis subuh. Afwan ya kalau aku kelewatan.” Dira tersenyum. “Nggak, nggak, kamu nggak kelewatan, tapi kebangetan! Awas ya kalau lain kali diulang lagi!” Yasmin mengancam. “Hmm, kayak kamu nggak pernah ngerjain orang aja! Aku kan belajar dari kamu.” Dira tersenyum. Resolusi (Penyelesaian) “Tapi kamu nggak di sisiku...” Yasmin cemberut. “Afwan, deh. Kalau aku bisa, aku pasti datang. Sayang, aku baru bisa datang setelah mengunjungi nenekku.” “ Ya sudahlah, nggak apa-apa.” Yasmin tersenyum, meskipun hatinya kecewa. Padahal ia ingin sekali memperingati hari ulang tahunnya bersama Dira, sahabat terdekatnya. Apalagi besok adalah ulang tahunnya yang ketujuh belas. Latar Pengarang menggunakan latar pesantren dan suasana pesantren yang digambarkan cukup jelas dan sederhana. Hal ini dapat dipahami dari cerita dan kutipan berikut ini: Syukur alhamdulillah pengawas ujian belum datang. Kalau sudah datang, ia pasti tidak diperbolehkan ikut ujian. Maklum, peraturan di pondok pesantren ini memang sangat ketat.
DENAH TEMPAT DUDUK KELAS EKSPERIMEN
A
AA
BB
B
DD
EE
FF
GG
HH
D
E
C
II
JJ
F
CC
KK
DENAH TEMPAT DUDUK KELAS KONTROL
LL
G
MM
NN
H
I
OO
PP
J
QQ
M
N
O
K
P
L
Q
TEKS WAWANCARA Nara Sumber : Nada Nurkamilia
Peneliti
: Nama lengkap nada siapa?
Siswa
: Nada Nurkamilia
Peneliti
: Pelajaran apa yang paling Nada sukai?
Siswa
: Matematika
Peneliti
: Apakah Nada suka pelajaran bahasa Indonesia?
Siswa
: Suka
Peneliti
: Pembahasan apa yang paling Nada sukai dalam pelajaran Bahasa Indonesia?
Siswa
: Drama
Peneliti
: Bahasa Indonesia memiliki empat keterampilan berbahasa, ada mendengar, membaca, menulis, dan berbicara. Dari keempat keterampilan itu, mana yang paling Nada sukai?
Siswa
: Paling suka menulis Miss
Peneliti
: Keterampilan berbicara apa yang paling Nada sukai?
Siswa
: Drama
Peneliti
: Apakah Nada suka memberi tanggapan di kelas?
Siswa
: Jarang si Miss
Peneliti
: Kendala apa yang membuat Nada tidak suka memberi tanggapan di kelas?
Siswa
: Kadang malu Miss
Peneliti
: Nada suka belajar sendiri atau dengan teman?
Siswa
: Sendiri
TEKS WAWANCARA Nara Sumber : Farah Hafizatun Nisa
Peneliti
: Nama lengkap Farah siapa?
Siswa
: Farah Hafizatun Nisa
Peneliti
: Pelajaran apa yang paling Farah sukai?
Siswa
: Art
Peneliti
: Apakah Farah suka pelajaran bahasa Indonesia?
Siswa
: Lumayan suka
Peneliti
: Pembahasan apa yang paling Farah sukai dalam pelajaran Bahasa Indonesia
Siswa
: Drama
Peneliti
: Bahasa Indonesia memiliki empat keterampilan berbahasa, ada mendengar, membaca, menulis, dan berbicara. Dari keempat keterampilan itu, mana yang paling Farah sukai?
Siswa
: Menulis
Peneliti
: Keterampilan berbicara apa yang paling Farah sukai?
Siswa
: Em,,,nggak ada Miss,wawancara suka Miss.
Peneliti
: Apakah Farah suka memberi tanggapan di kelas?
Siswa
: Tidak
Peneliti
: Kendala apa yang membuat Farah tidak suka memberi tanggapan di kelas?
Siswa
: Malu, takut salah
Peneliti
: Farah suka belajar sendiri atau dengan teman?
Siswa
: Sendiri
TEKS WAWANCARA Nara Sumber : Fahreza Ichsan
Peneliti
: Nama lengkap Fahreza siapa?
Siswa
: Fahreza Ichsan
Peneliti
: Pelajaran apa yang paling Fahreza sukai?
Siswa
: Bahasa Inggris
Peneliti
: Apakah Fahreza suka pelajaran bahasa Indonesia?
Siswa
: Lumayan suka
Peneliti
: Pembahasan apa yang paling Fahreza sukai dalam pelajaran Bahasa Indonesia
Siswa
: E......e.......kata sandang
Peneliti
: Bahasa Indonesia memiliki empat keterampilan berbahasa, ada mendengar, membaca, menulis, dan berbicara. Dari keempat keterampilan itu, mana yang paling Fahreza sukai?
Siswa
: Membaca
Peneliti
: Keterampilan berbicara apa yang paling Fahreza sukai?
Siswa
: E.....e......dialog Miss
Peneliti
: Apakah Fahreza suka memberi tanggapan di kelas?
Siswa
: Sekali-kali
Peneliti
: Kendala apa yang membuat Fahreza tidak suka memberi tanggapan di kelas?
Siswa
: Karena susah dipahami
Peneliti
: Fahreza suka belajar sendiri atau dengan teman?
Siswa
: Sama teman
TEKS WAWANCARA Nara Sumber : Adera Melva
Peneliti
: Nama lengkap Adera siapa?
Siswa
: Adera Melva
Peneliti
: Pelajaran apa yang paling Adera sukai?
Siswa
: Art
Peneliti
: Apakah Adera suka pelajaran Bahasa Indonesia?
Siswa
: Kurang suka
Peneliti
: Pembahasan apa yang paling Adera sukai dalam pelajaran Bahasa Indonesia
Siswa
: Menulis puisi
Peneliti
: Bahasa Indonesia memiliki empat keterampilan berbahasa, ada mendengar, membaca, menulis, dan berbicara. Dari keempat keterampilan itu, mana yang paling Adera sukai?
Siswa
: Menulis
Peneliti
: Keterampilan berbicara apa yang paling Adera sukai?
Siswa
: Pidato
Peneliti
: Apakah Adera suka memberi tanggapan di kelas?
Siswa
: Tidak
Peneliti
: Kendala apa yang membuat Adera tidak suka memberi tanggapan dikelas?
Siswa
: Malu sama takut salah Miss
Peneliti
: Adera suka belajar sendiri atau dengan teman?
Siswa
: Sendiri