ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 2 No 1 – Maret 2017
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dalam Upaya Meningkatan Prestasi Belajar Pengetahuan Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat SuatuTeks Melalui Membaca Intensif Pada Siswa Kelas VI SD Negeri 05 Tawangmangu Karanganyar Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 Soedarwanto SD Negeri 05 Tawangmangu ABSTRACT. The purpose of this study is: "To find the application problem based learning (Problem Based Learning) in an effort to improve the academic achievement of thematic sub-themes 2 1 learning in class VI Elementary School 05 Tawangmangu Karanganyar second semester of academic year 2016/2017" This study took place in 05 primary schools Tawangmangu. The study was conducted from January. d. March 2017. Subjects in the study are the Class Action Elementary School students 05 Tawangmangu in the fourth grade in the school year 2016 / 2017dengan number of students 38 child. Collecting data through observation, documentation and interview data analysis using qualitative description analysis. The research procedure using the Action Research (PTK) comprises two cycles of the first cycle and the second cycle. Results: In the pre-cycle of 18 students or 47% incomplete and 20 students or 53% complete. The first cycle was 26 students or 67% complete and 13 students or 33% did not complete. The second cycle students complete 36 students or 95% and 2 or 5% of students do not complete. This means that there is an improvement in the learning of students. Criteria for completeness 95%> 85% indicates that the improvement in the learning cycle by means of images and question and answer method was successful. Based on the results of Class Action Research hypothesis that says: "With the implementation of problem based learning (Problem Based Learning) in an effort to improve student achievement knowledge Theme 8 Kd 7.1. About Finding Meaning Through Text An Inferred Intensive Reading 1 on six graders State 05 Tawangmangu Karanganyar second semester of academic year 2016/2017 ", proved to be correct. Abstraksi - Tujuan Penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam upaya meningkatan prestasi belajar pengetahuan tematik, sub tema 2 pembelajaran 1 pada siswa kelas VI SD Negeri 05 Tawangmangu Karanganyar Semester II tahun pelajaran 2016/2017” Penelitian ini mengambil lokasi di SD Negeri 05 Tawangmangu. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari s. d. Maret 2017. Subyek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa SD Negeri 05 Tawangmangu pada kelas IV Tahun Pelajaran 2016/2017dengan jumlah siswa 38 anak. Teknik pengumpulan data dengan observasi, dokumentasi dan wawancara Analisis Data dengan menggunakan analisis diskripsi kualitatif. Prosedur penelitian dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Hasil penelitian: Pada pra siklus sebanyak 18 siswa atau 47% tidak tuntas dan 20 siswa atau 53% tuntas. Hasil siklus I adalah sebanyak 26 siswa atau 67% tuntas dan 13 siswa atau 33% tidak tuntas. Hasil siklus II siswa tuntas 36 siswa atau 95 % dan 2 atau 5 % siswa tidak tuntas. Hal ini berarti ada peningkatan terhadap ketuntasan belajar siswa. Kriteria ketuntasan 95 % > 85% ini menandakan bahwa perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan media gambar dan metode tanya jawab telah berhasil. Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas maka hipotesis yang mengatakan: “Dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam upaya meningkatan prestasi belajar pengetahuan Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif 1 pada siswa kelas VI SD Negeri 05 Tawangmangu Karanganyar Semester II tahun pelajaran 2016/2017”, terbukti kebenarannya. Kata Kunci: Problem Based Learning, Pembelajaran tematik, Prestasi belajar 1.1.
PENDAHULUAN Pada dasarnya setiap siswa mempunyai sejumlah potensi yang perlu dikembangkan dan direalisasikan di dalam bentuk prestasi nyata, salah satunya adalah prestasi belajar pengetahuan yang tinggi dan optimal sesuai dengan kemampuan. Dengan ISSN : 2541-4704
proses ini akan timbul prestasi belajar pengetahuan sebagai hasil belajar disamping ketrampilan dan sikap. Mengenai pencapaian prestasi belajar pengetahuan mengajar berhubungan dengan faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses belajar mengajar terutama yang berasal dari luar 58
ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 2 No 1 – Maret 2017
siswa. Faktor yang berasal dari siswa diantaranya adalah motivasi belajar dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar siswa diantaranya adalah kelengkapan peralatan dan penggunaan media dalam belajar mengajar. Bertolak dari kondisi obyektif di Sekolah, bahwa adanya kecenderungan siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan sungguh-sungguh bila pada saat melaksanakan proses belajar mengajar tersedia peralatan yang dibutuhkan. Hal ini terlihat dengan adanya aktivitas yang berbeda dengan kondisi yang kurang baik maka siswa akan cendurung untuk bersikap belajar yang kurang didukung dengan motivasi yang baik. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia. Menciptakan manusia yang cerdas dan maju perlu diimbangi dengan peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan sangat erat kaitannya dengan mutu guru. Kunci keberhasilan pelaksanaan sangat ditentukan oleh faktor guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran. Namun semua juga tidak terlepas dari kemampuan siswa dari proses pembelajaran berlangsung, dari proses belajar mengajar ini harus kerja sama antara guru dengan murid. Hal ini akan menghasilkan out put yang maksimal dengan meminimalkan kendala yang ada dengan memaksimalkan keunggulan dari keduanya. Seiring dengan hal di atas tidak terlepas dari penguasaan materi pelajaran khususnya tematik pada diri siswa di SD Negeri 05 Tawangmangu Karanganyar. Menurut data hasil evaluasi belajar kelas VI Tahun Ajaran 2016/2017 daya serap terhadap mata pelajaran tematik masih kurang. Dari permasalahan tersebut maka guru mencari masalah yang menjadi kendala bagi siswa sehingga dapat membantu meningkatkan penguasaan materi pelajaran tematik . Dengan kondisi yang demikian maka perlu adanya perbaikan-perbaikan dengan cara meningkatkan mutu pengajaran khususnya mata pelajaran tematik . Dari hasil observasi kondisi awal atau pra siklus diketahui jumlah siswa kelas VI sebanyak 38 siswa yang tuntas dalam mata pelajaran tematik pelajaran tematik, Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif hanya 20 siswa saja yang mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu nilai 70, sedangkan 18 siswa dinyatakan belum mencapai KKM, sehingga pembelajaran ini dinyatakan belum berhasil. Untuk itu perlu ISSN : 2541-4704
adanya perbaikan pembelajaran agar dalam siswa mudah dalam memahami materi pelajaran sehingga berpengaruh pada prestasi belajar pengetahuan nya. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dalam Penelitian Tindakan Kelas ini mengambil judul: penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam upaya peningkatan prestasi belajar pengetahuan tematik, Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif pada siswa kelas VI SD Negeri 05 Tawangmangu Karanganyar semester II tahun pelajaran 2016/2017 ”. 1.2. Identifikasi Masalah Pada kondisi awal pembelajaran berlangsung, siswa kelihatan tidak sungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran, kelihatannya diam tetapi diberi pertanyaan sering salah, bahkan sering guru memberi pertanyaan pada akhirnya guru sendiri yang menjawab. Hal tersebut terlihat bahwa pelajaran didominasi oleh guru dan penjelasan guru kurang menarik perhatian siswa. Pada umumya siswa kurang berminat terhadap mata pelajaran tematik karena dianggap sebagai pelajaran yang mudah sehingga banyak siswa yang menganggap remeh pelajaran ini, akibatnya materi yang sebenarnya mudah menjadi sulit untuk siswa, seperti materi tentang Pembelajaran Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif . Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi kendala-kendala yang ada di lapangan dalam proses pembelajaran, sehingga prestasi belajar pengetahuan tematik masih masuk dalam kategori rendah. Adapun kendalakendala atau masalah yang dimaksud dapat diidentifikasi sebagai berikut : Siswa mempunyai anggapan bahwa tematik merupakan mata pelajaran yang mudah sehingga banyak siswa yang menganggap remeh pelajaran ini. Guru mendominasi pelajaran, sementara siswa hanya menerima materi melalui metode ceramah sehingga tidak bisa aktif. Kurangnya media pembelajaran yang sesuai dengan Materi yang sedang diterangkan. Guru kurang variatif dalam menggunakan metode pembelajaran. Berangkat dari masalah-masalah tersebut, maka penulis mengadakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan 59
ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 2 No 1 – Maret 2017
terhadap materi mata pelajaran tematik pada Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif pada diri siswa dengan penggunaan metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) . Pembatasan Masalah Pembelajaran tematik terpadu merupakan tema yang telah ditentukan dalam silabus mengandung muatan berbagai kompetensi dasar atas berbagai macam mata pelajaran dalam hal ini penulis mengambil mata pelajaran tematik dalam aspek penilaian pengetahuan kelas 6 Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif Dan Menyajikan Sesuai Dengan Banyak Kumpulan Objek pada SD N 05 Tawangmangu tahun ajaran 2016/2017
siswa yang bermasalah di kelas VI SD Negeri 05 Tawangmangu Karanganyar dalam meningkatkan pemahamannya terhadap Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif Keberhasilan peningkatan pemahaman tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar pengetahuan siswa. Bagi Sekolah Setelah keberhasilan penelitian ini yakni penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam pembelajaran tematik khususnya Pembelajaran Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif , akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar pengetahuan siswa di dalam kegiatan belajar di kelas.
1.3. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah yang menjadi fokus perbaikan maka dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan prestasi belajar pengetahuan tematik Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif kelas VI SD Negeri 05 Tawangmangu Karanganyar Semester II Tahun Ajaran 2016/2017 ?” Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya perbaikan pembelajaran dengan penelitian Tindakan kelas ini adalah : “Untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam meningkatkan prestasi belajar pengetahuan TEMATIK pelajaran tematik, Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif kelas VI SD Negeri 05 Tawangmangu Karanganyar Semester II Tahun Ajaran 2016/2017 ” Manfaat yang diharapkan dalam perbaikan pembelajaran ini adalah : Bagi Guru Dengan digunakannya model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam pembelajaran tematik ini memberi pengalaman baru bagi penulis, dimana siswa tertarik untuk memperhatikan gambargambar yang disajikan. Dengan pemecahan teradap masalah akan dapat membuat aktif siswa dalam proses pembelajaran sehingga membantu pemahaman siswa pada materi.Bagi Siswa Penelitian ini sangat bermanfaat bagi
2.1. KAJIAN PUSTAKA Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world)..Kelebihan Problem Based Learning (Model Pembelajaran Berbasis Masalah) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan Dalam situasi PBL, peserta didik/mahapeserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevanPBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.Langkah-langkah Operasional dalam Proses Pembelajaran Konsep Dasar (Basic Concept) Guru atau fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’
ISSN : 2541-4704
60
ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 2 No 1 – Maret 2017
yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Langkah-langkah Operasional dalam Proses Pembelajaran :Pendefinisian Masalah (Defining the Problem) Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat Pembelajaran Mandiri (Self Learning)Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi (investigation) Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dTematik hami. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge) Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya. Penilaian (Assessment) Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Prestasi belajar pengetahuan Menurut Bloom dalam Suprayeksi (2003 : 4), belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Proses perubahan perilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada ISSN : 2541-4704
yang sengaja direncanakan dan ada yang dengan iidirencanakan agar terjadi perubahan perilaku ini disebut dengan proses belajar. Proses ini merupakan suatu aktivitas psikis/mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang relative konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan perilaku ini merupakan hasil belajar yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Winkel (1991 : 36) menjelaskan bahwa, “Belajar adalah suatu aktifitas mental / psikis yang berlangsung dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas”. Conny Semiawan (1992 : 2) mengatakan bahwa, “Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu, berkat adanya interaksi antara individu dan individu dan lingkungan”. Nasution (1992 : 3) berpendapat bahwa, “Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri yang berlajar baik aktual maupun potensial. Perubahan itu pada dasarnya berupa kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. Perubahan itu terjadi karena usaha”. Menurut ketiga pendapat di atas dapat penulis ungkapkan bahwa belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku baru pada diri seseorang baik yang berupa aktual maupun potensial yang diperoleh dari interaksi antara individu dan lingkungannya yang berupa perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan sikap yang bersifat konstan dan berbekas yang berlaku dalam waktu relatif lama. Sedangkan menurut Djauzak Ahmad (1994 : 2) berpendapat bahwa, “Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang sedang belajar baik potensial maupun ekternal”. Sedangkan menurut Ngalim Purwoko (1997 : 84), mengatakan bahwa “Belajar adalah suatu stimulus bersama dengan isi ingatan pengetahuan siswa sedemikian rupa (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi tadi”. Dimyati Mahmud (1989 : 121-122) menyatakan bahwa, “belajar adalah suatu perubahan tingkah laku baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman”. Hasil belajar ranah kognitif berorientasi kepada kemampuan berpikir, mencakup kemampuan yang lebih sederhana sampai 61
ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 2 No 1 – Maret 2017
dengan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah. Hasil belajar ranah afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Sedangkan hasil belajar ranah psikomotirk berorientasi kepada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syarat dan otot. Belajar bukan hanya merupakan tingkah laku yang nampak, tetapi terutama adalah proses yang terjadi secara internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh hubungan baru yang berupa reaksi dan perangsang. Belajar akan membawa suatu perubahan yang tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga bentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri dan minat. Dari difinisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh karena adanya usaha yang disengaja yang berupa pengalaman atau reaksi situasi. Pengertian Prestasi belajar pengetahuan merupakan hasil akhir dari perbuatan belajar. Untuk lebih memiliki gambaran yang lebih jelas maka dTematik parkan pengertian prestasi belajar pengetahuan dari difinisi yang diungkapkan oleh para ahli. Menurut Winkel prestasi yaitu “Bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai”. Sedangkan menurut Gunarso D. Singgih mengatakan bahwa: “Prestasi belajar pengetahuan adalah hasil maksimum yang dapat dicapai seseorang setelah melakukan usaha belajar. Dari uraian di atas dapat diberikan kesimpulan bahwa prestasi belajar pengetahuan adalah hasil terbaik atau terpuncak setelah seseorang melakukan usaha belajar”. Dari difinisi di atas disimpulkan bahwa prestasi belajar pengetahuan adalah merupakan hasil maksimum yang telah dicapai setiap individu setelah melakukan usaha belajar. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi belajar pengetahuan Menurut Abu Ahmadi (1990:107) berpendapat bahwa: Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar pengetahuan adalah : (1) faktor internal : (a) faktor jasmaniah (fisiologis); meliputi : intelektual (kecerdasan, bakat, prestasi) dan non intelektual (sikap, kebisa aan, minat, dan lain-lain), ISSN : 2541-4704
(2) Faktor Eksternal : (a) faktor sosial (sekolah, masyarakat, keluarga); (b) faktor budaya (adat istiadat, pengetahuan); (c) faktor lingkungan fisik (fasilitas belajar, iklim); (faktor spiritual (keimanan). Ngalim Purwanto (1990 : 107), mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi prestasi balajar yaitu (1) faktor lingkungan; (2) faktor instrumen yaitu faktor yang dirancang dan difungsikan sebagai sarana mencapai tujuan; (3) faktor dalam, yaitu faktor fisiologis dan psikologis. Dari teori-teori yang dikemukakan, maka faktor yang mempengaruhi prestasi belajar pengetahuan adalah : (1) faktor internal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang meliputi faktor lingkungan (baik lingkungan alami maupun non alami maupun sosial) dan faktor instrumental sebagai sarana untuk mencapai tujuan; (2) faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang meliputi kondisi fisik dan psikis. Cara Menentukan Prestasi belajar pengetahuan Sehubungan tiap mata pelajaran memiliki ciri materi dan tujuan yang berbeda dalam memberikan pengalaman belajar maka jenis yang harus dipraktekkan siswa memerlukan persyaratan yang berbeda pula. Mata pelajaran tematik yang ruang lingkup tujuan dan status materi dalam kurikulum memiliki ciri yang berbeda dengan mata pelajaran yang lain, maka metode dan teknik (prosedur) pembelajaran juga berbeda. Dalam pembelajaran, evaluasi atau tes merupakan suatu cara yang biasa dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauhmana materi yang telah diberikannya diserap oleh peserta didik. Menurut Winarno Surakhmad, metode adalah cara yang fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Hal ini berlaku bagi guru yang mengajar maupun siswa yang belajar. Oleh karena itu guru dalam menyajikan materi pelajaran hendaknya mempertimbangkan metode dan teknik yang dipilih agar keberhasilan belajar mengajar dapat optimal untuk mencapai tujuan. Wakitri dalam Suciati, dkk (2005) menyebutkan enam fungsi kegiatan remedial yaitu : Fungsi korektif, yaitu memperbaiki cara mengajar dan cara balajar bagi siswa Fungsi pemahaman, yaitu memahami kelemahan dan kelebihan guru terhadap siswa Fungsi penyesuai, menyesuaikan kesulitan dan karakteristik individu siswa 62
ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 2 No 1 – Maret 2017
proses komunikasi. Sebagai proses komunikasi Fungsi pengayaan, menerapkan strategi maka ada sumber pesan (guru), penerima pesan pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa (murid) dan pesan yaitu Materi pelajaran yang lebih memahami materi pelajaran diambilkan dari kurikulum. Fungsi akselerasi, mempercepat penguasaan Fungsi Media Pembelajaran Tujuan dari siswa tehadap materi pelajaran penggunaan suatu media yaitu untuk membantu Fungsi terapeutik, membantu mengatasi guru menyiapkan pesan-pesan secara lebih kesulitan siswa yang berkaitan dengan aspek mudah kepada peserta didik sehingga peserta sosial pribadi didik dapat menguasai pesan-pesan tersebut Pengertian Media Pembelajaran Penggunaan secara cepat dan cermat. Dalam kerangka suatu media dalam pelaksanaan pengajaran proses belajar mengajar yang dilakukan yaitu, bagaimanapun akan membantu kelancaran, penggunaan media dimaksudkan agar peserta efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan. didik yang terlibat dalam kegiatan belajar Bukankah bahan pelajaran yang terhindar dari gejala verbalisme, yakni dimanipulasikan dalam bentuk media mengetahui kata-kata yang disampaikan guru pengajaran yang menjadikan anak-anak seolahtetapi tidak memahami arti yang dimaksudkan di olah bermain, asik dan bekerja dengan suatu dalamnya”. media itu akan lebih menyenangkan mereka, Secara khusus media pengajaran digunakan dan suatu barang tentu pengajaran akan dengan tujuan sebagai berikut : menjadi benar-benar bermakna. Media Memberikan kemudahan kepada peserta didik merupakan salah satu komponen yang tidak untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap bisa diabaikan dalam pengembangan sistem dan ketrampilan tertentu. pengajaran yang sukses. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda Istilah media berasal dari Bahasa Latin yang dan bervariasi sehingga merangsang minat merupaka bentuk jamak dari “medium” yang peserta didik. secara harafiah berarti perantara atau Menumbuhkan sikap dan ketrampilan tertentu pengantar. Makna umumnya adalah segala dalam teknologi sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari Menciptakan situasi belajar yang tidak dilupakan sumber informasi kepada penerima informasi. peserta didik Istilah media ini sangat popular dalam bidang Kerangka Berpikir komunikasi. Media yaitu sesuatu yang dapat digunkan menyalurkan pesan. Pengajaran merupakan Untuk lebih mempermudah dalam peneliatian ini, maka dibuat kerangka berpikir sebagai berikut : Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
ISSN : 2541-4704
63
ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 2 No 1 – Maret 2017
Berdasarkan gambar kerangka pikir di atas, diketahui bahwa pada kondisi awal pembelajaran tematik khususnya padapelajaran tematik, Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif kelas VI , hasil evaluasi siswa menunjukkan prestasi yang rendah. Hal ini dikarenakan guru hanya menggunakan metode ceramah saja sehingga siswa jenuh dan kurang memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru. Hipotesis Tindakan Berdasarkan permasalahan dan uraian tersebut di atas dapat diambil hipotesis permasalahan sebagai berikut : “Dengan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan prestasi belajar pengetahuan tematik Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif pada kelas VI SD Negeri 05 Tawangmangu Karanganyar Semester II Tahun Ajaran 2016/2017 ”. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 05 Tawangmangu Karanganyar. Kelas yang diteliti adalah kelas VI dengan jumlah siswa 38 orang. Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan : Peneliti adalah guru kelas VI yang mengajar mata pelajaran tematik kelas VI di SD Negeri 05 Tawangmangu Adanya permasalahan terhadap hasil belajar yang rendah dalam pembelajaran tematik pada Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif . Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan yaitu mulai dilaksanakan bulan 10 Januari 2017 sampai dengan bulan 21 Maret 2017. Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru kelas VI SD Negeri 05 Tawangmangu Karanganyar. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI . Sementara itu guru yang dijadikan subjek penelitian adalah peneliti sendiri dengan dibantu teman sejawat (observer) yang juga guru kelas pada SD Negeri 05 Tawangmangu Karanganyar. Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang hasil belajar siswa dalam pelajaran Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: Informasi atau nara sumber, yaitu siswa dan guru / teman sejawat; Dokumen atau arsip, yang antara lain berupa: Rencana Pelaksanaan
ISSN : 2541-4704
Pembelajaran,Hasil evaluasi siswa, Daftar penilaian,Teknik Pengumpulan Data Indikator Kinerja / Keberhasilan Tindakan Tindakan pada penelitian ini dinyatakan berhasil jika 85% siswa sudah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu mencapai nilai 70. Rerata kelas adalah 75. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diteliti. Untuk dapat melihat pemahaman siswa dan hasil prestasi belajar pengetahuan siswa. Sedangkan observasi awal dilakukan untuk dapat mengetahui tindakan yang tepat sesuai yang diberikan dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa Dengan berpedoman dengan refleksi awal tersebut maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan prosedur: Perencanaan, Pelaksanaan tindakan, Observasi, dan Refleksi dalam setiap siklus. 3.1. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pada bagian ini akan ditampilkan hasil penelitian dari sebelum diadakannya perbaikan (pra siklus) dan setelah diadakan perbaikan siklus I dan siklus II. Langkah-langkah untuk mengadakan perbaikan pembelajaran dikarenakan kegagalan dalam pembelajaran yaitu dengan: Perencanaan, Pelaksanaan tindakan, Observasi, dan Refleksi dalam setiap siklus. Adapun hasil penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : Kondisi Awal (Pra Siklus) Pada kondisi awal setelah diadakan tes padapelajaran tematik, Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif , siswa kelas VI SD Negeri 05 Tawangmangu Karanganyar mengalami kesulitan dalam pembelajaran tematik pada Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif , dimana rerata nilai yang dicapai adalah 64,46 jauh di bawah rerata yang telah ditetapkan yaitu 75. Sementara itu siswa yang telah memenuhi KKM 20 siswa atau 53% dari 38 siswa, sedangkan 18 siswa atau 47% lainnya tidak memenuhi KKM, karena nilainya kurang dari 70.
64
ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 2 No 1 – Maret 2017
Tabel I Sebaran Frekuensi Skor Hasil Belajar tematik Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif Siswa kelas VI Pra Siklus No 1
Nilai 50 s/d 59
Jumlah Siswa 14
Persentase 36%
2
60 s/d 69
10
26%
3
70 s/d 59
12
33%
4
80 s/d 89
2
5%
38
100%
Jumlah
Adapun hasil dari proses pembelajaran tematik pada kondisi awal sebelum siklus (pra siklus) dapat dilihat pada diagram batang sebagai berikut :
Refleksi, kegiatan berupa evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan melakukan diskusi bersama observer penelitian. Hasil dari diskusi menjadi rujukan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran pada tahapan berikutnya. a. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I setelah diadakan evaluasi pada pelajaran tematik, Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif , siswa kelas VI SD Negeri 05 Tawangmangu Karanganyar mengalami peningkatan. Tabel 2 Sebaran Frekuensi Skor Hasil Belajar Siklus I Siklus I No 1.
Nilai 50 s/d 59
2.
60 s/d 69
3.
70 s/d 79
4.
80 s/d 89
5.
90 s/d 100
Jumlah
Jumlah Siswa Persentase 10% 0 41% 10 26% 18 20% 10 3% 0 38
100%
Adapun hasil dari proses pembelajaran tematik pada siklus I dapat dilihat pada diagram batang sebagai berikut:
Siklus I Pada siklus I prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut : Perencanaan penelitian meliputi mempersiapkan perangkat pembelajaran, yang ditindaklanjuti dengan menginformasikan pada siswa tentang tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Tindakan penelitian yaitu melaksanakan kegiatan untuk Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif , dengan penggunaan data atau referensi lain yang relevan dengan materi keterkaitan kasus-kasus berupa gambar macam-macam Pembelajaran Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif . Melakukan pemecahan teradap masalah kepada siswa mengenai materi yang sudah diajarkan. Melakukan evaluasi untuk mengetahui hasil dari perbaikan pembelajaran. Observasi atau pengamatan kegiatan ini dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. ISSN : 2541-4704
Siswa yang mendapat nilai 50 s/d 59 sebanyak 0 siswa atau 0 %.Siswa yang mendapat nilai 60 s/d 69 sebanyak 10 siswa atau 26%.Siswa yang mendapat nilai 71 s/d 79 sebanyak 18 siswa atau 48%. Siswa yang mendapat nilai 80 s/d 89 sebanyak 10 siswa atau 26%. Siswa yang mendapat nilai 90 s/d 100 sebanyak 0 siswa atau 0%. Siklus I pembelajaran tematik ini terjadi peningkatan prestasi belajar pengetahuan siswa dimana pada pra siklus siswa yang tidak tuntas sebanyak 19 anak atau 47% berkurang menjadi 13 anak atau 37%. Sedangkan siswa yang tuntas dari 20 anak pada pra siklus menjadi 26 anak atau 67% pada siklus I. Kenaikan ketuntasan siswa ini belum mencapai indikator keberhasilan perbaikan pembelajaran yang ditetapkan yaitu sebesar 85 % dari jumlah siswa. Rata-rata siswa pada siklus 65
ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 2 No 1 – Maret 2017
I sebesar 70,15 meningkat darTematik da pra siklus yaitu 64,46. Tetapi peningkatan ini masih di bawah kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu rata-rata kelas sebesar 75. Dengan hasil ini berarti perbaikan pembelajaran siklus I dianggap gagal, karena masih belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan. pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan melakukan diskusi bersama observer/teman sejawat. Hasil Belajar Siklus II Setelah diadakan kegiatan pembelajaran dengan data atau referensi lain yang relevan dengan materi keterkaitan kasus-kasus dan pemecahan teradap masalah , kemudian diadakan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadappelajaran tematik, Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Pada Siklus II, nilai terendah yang dicapai yaitu 69 dan nilai tertinggi adalah100. Berdasarkan hasil tersebut maka dibuat 4 (empat) rentang nilai. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel IV.8 sebagai berikut: Tabel 3 Sebaran Frekuensi Skor Hasil Belajar siklus2 Pra Siklus No 1
Nilai 60 s/d 69
Jumlah Siswa Persentase 2 5%
2
70 s/d 79
12
32%
3
80 s/d 89
16
42%
4
90 s/d 100
8
21%
Jumlah
38
38
Adapun hasil dari proses pembelajaran tematik pada siklus II dapat dilihat pada diagram Pada Siklus II, hasil belajar yang dicapai adalah nilai terendah 69 dan terbesar 100. Dalam perbaikan pembelajaran 36 atau 95% siswa dinyatakan tuntas karena nilai yang diperoleh semua > 70 dan 2 atau 5% anak belum bisa dinyatakan tuntas karena nilai masi dibawah KKM yaitu ≥70. Hasil ini telah melampaui ISSN : 2541-4704
indikator perbaikan pembelajaran yaitu 85% sehingga 95% > 85%. Sedangkan rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 82.26 yang melebihi indikator keberhasilan yaitu rata-rata 75. Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran yang diperoleh, maka Siklus II dinyatakan berhasil. Keberhasilan ini karena guru menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran yaitu penggunaan data atau referensi lain yang relevan dengan materi keterkaitan kasus-kasus dan dTematik dukan dengan metode pemecahan teradap masalah . Dalam pembelajaran tematik ini siswa menjalaninya dengan suasana yang gembira dan rilek tetapi tetap terprogram yaitu dengan memperhatikan gambar-gambar yang telah disiapkan guru dan dengan memperhatikan buku pegangan tematik yang telah dimiliki oleh para siswa. Suasana belajar dengan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) telah dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang dihadapi yang dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata kelas dan tuntasnya semua siswa padapelajaran tematik, Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif . Berdasarkan hasil yang diperoleh ini maka siklus II dinyatakan berhasil. Simpulan dan Saran simpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dari perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan : Hasil dari Penelitian Tindakan Kelas dengan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) ini adalah: Pada pra siklus sebanyak 18 siswa atau 47% tidak tuntas dan 20 siswa atau 53% tuntas. Hasil siklus I adalah sebanyak 26 siswa atau 67% tuntas dan 13 siswa atau 33% tidak tuntas. Hasil siklus II semua siswa sebanyak 38 siswa atau 100% tuntas. Hal ini berarti ada peningkatan terhadap ketuntasan belajar siswa. Kriteria ketuntasan 100% > 85% ini menandakan bahwa perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) telah berhasil. Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas maka hipotesis yang mengatakan: “Dengan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan prestasi belajar pengetahuan tematik Tema 8 Kd 7.1. Tentang Menemukan Makna Tersirat Suatu Teks Melalui Membaca Intensif pada kelas 66
ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 2 No 1 – Maret 2017
VI SD Negeri 05 Tawangmangu Karanganyar Semester II Tahun Ajaran 2016/2017 ”, terbukti kebenarannya. Saran Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas, maka diajukan saran-saran sebagai berikut : Dalam penggunaan metode mengajar dengan penggunaan data atau referensi lain yang relevan dengan materi keterkaitan kasus-kasus hendaknya direncanakan secara matang mengenai tujuan pembelajaran, karena jangan sampai siswa hanya tertuju pada gambar saja tanpa mau memperdalam teori. Hendaknya digunakan metode yang bervariasi misalnya pembelajaran di luar kelas seperti out bond, karya wisata, ceramah atau demonstrasi dengan dTematik dukan dengan metode lain seperi permainan atau diskusi kelompok. Hal ini untuk membuat suasana kelas menjadi hidup. Penggunaan metode yang monoton hanya akan membuat peserta didik jenuh dan bosan. Dalam pembelajaran hendaknya melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, misalnya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pendapat dan bertanya. DAFTAR PUSTAKA [1] http://www.scribd.com/doc/77893287/Me tode-Pembelajaran-Problem-SolvingDan-Problem-Based-Learning
ISSN : 2541-4704
[2] http://blog.uinmalang.ac.id/muttaqin/2010/11/28/10/ [3] http://carentulefkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail45521-UmumMetode%20Problem%20Basic%20Learn ing%20%28PBL%29.html [4] http://artikelpusrefil.blogspot.com/2012/04/pembelaj aran-problem-based-learning.html [5] Kumasna Pachrudin, E., 1985, Proses Belajar Mengajar : Azas, Strategi, Metode, Jurusan Pendidikan Dunia Usaha, FP TEMATIK IKIP Bandung. [6] Madyo Ekosusilo, dan Kasihadi, 2000. Dasar-Dasar Pendidikan, Semarang, Penerbit Effhar Publishing. [7] Moedjiono dan Dimyati, Moh. 1991, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, Dikti, Depdikbud. [8] Martinis Yamin. H. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta, Penerbit Gaung Persada Press [9] Sriyono, dkk., 1992, Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta. [10] Suryadi, Didi. 1997. Alat Peraga dan Pengajaran TEMATIK . Jakarta : Ditjen Dikdasmen D2 Karunika UT [11] Winkel. W.S. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia
67