Ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 1 No 1 – Desember 2016
Upaya Peningkatan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Kewirausahaan Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW Di SMKN 8 Surakarta Tahun 2014/2015 Sri Tarmiyati SMKN 8 Surakarta
[email protected] Abstract - In the world of education today, improving the quality of learning both in the mastery of material and teaching methods have always pursued. One of the efforts of teachers in improving the quality of learning that is in the preparation of various scenarios in the classroom learning activities. Learning to use the discussion groups are often made by teachers, but the results were sometimes not maximized, in terms of student achievement is still below the average KKM (Criterion Complete Minimal). Based on the restriction of the above problems, in this study the problem formulated as follows: Is JIGSAW implementation methods can be used to enhance the activity and student achievement in business marketing materials. From the research, it can be conclusions as follows: Jigsaw cooperative learning method can improve the quality of the learning process Entrepreneurship subject of marketing effort. This can be seen in the implementation of the first cycle and the second cycle. In the first cycle aspects of student activity in asking the first cycle of 23.33%, which was later increased to 33.33% in the second cycle. Jigsaw cooperative learning methods to improve learning outcomes Entrepreneurship subject of marketing effort. This can be seen in the first cycle test execution and test cycle II. In the first cycle of students learning completeness of 53.33%, which was later increased to 86.67% in the second cycle. Keywords: JIGSAW, Activities, Learning Achievement. Abstraksi - Dalam dunia pendidikan saat ini, peningkatan kualitas pembelajaran baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu diupayakan. Salah satu upaya yang dilakukan guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran yaitu dalam penyusunan berbagai macam skenario kegiatan pembelajaran di kelas. Pembelajaran menggunakan diskusi kelompok sudah sering dilakukan oleh guru, tetapi hasilnya terkadang belum maksimal, dalam artian prestasi belajar siswa masih di bawah rata-rata KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah pelaksanaan metode JIGSAW dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada materi pemasaran usaha. Dari hasil penelitian, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan kualitas proses belajar Kewirausahaan pokok bahasan pemasaran usaha. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan siklus I dan siklus II. Pada siklus I aspek aktifitas siswa dalam bertanya pada siklus I sebesar 23,33% yang kemudian meningkat menjadi 33,33 % pada siklus II. Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Kewirausahaan pokok bahasan pemasaran usaha. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan tes siklus I dan tes siklus II. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa sebesar 53,33 % yang kemudian meningkat menjadi 86,67 % pada siklus II. Kata Kunci: JIGSAW, Aktivitas, Prestasi Belajar. 1.1. Latar Belakang Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam pembelajaran ekonomi. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan Berdasarkan observasi awal yang dilakukan terhadap siswa kelas XI B Karawitan SMK N 8 Surakarta ditemukan bahwa pembelajaran Kewirausahaan kurang memberikan aktivitas berarti bagi siswa, karena guru masih menggunakan model pembelajaran ISSN : 2541-4704
klasikal, yaitu metode pembelajaran yang dominan menerapkan ceramah. Hasilnya, guru lebih aktif sedangkan siwa lebih pasif menerima pelajaran yang dibawakan guru. Dengan kata lain, suasana belajar Kewirausahaan kelas XI B Karawitan SMK N 8 Surakarta terkesan kaku sehingga mengakibatkan proses belajar mengajar tidak berjalan secara optimal. 1.2. Identifikasi Masalah a. Apakah pelaksanaan pembelajaran melalui metode JIGSAW dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar materi pemasaran usaha?
11
Ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 1 No 1 – Desember 2016
b. Bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar melalui metode JIGSAW di SMK N 8 Surakarta? 1.3. Pembatasan Masalah a. Subjek Penelitian. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI B KARAWITAN SMK N 8 Surakarta semester gasal tahun ajaran 2014/2015. b. Metode Pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode JIGSAW . c. Keaktifan siswa dalam hal ini adalah keaktifan ketika berdiskusi dalam proses pembelajaran. Dan prestasi belajar adalah ketercapaian KKM 75. d. Proses belajar mengajar direncanakan dalam dua siklus yaitu siklus I dan dilanjutkan bila belum memenuhi indikator keberhasilan yang direncanakan maka dilanjutkan pada siklus II. e. Materi Pokok. Materi yang diberikan dibatasi pada pemasaran usaha. 1.4. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah pelaksanaan metode JIGSAW dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada materi pemasaran usaha. 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada materi pemasaran usaha kelas XI B Karawitan SMK N 8 Surakarta. 1.6. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademik. Ditinjau dari segi akademik, penelitian ini bermanfaat untuk membantu guru menghasilkan pengetahuan relevan untuk memperbaiki pembelajaran dalam jangka pendek. 2. Manfaat Praktis a) Manfaat bagi Inovasi pembelajaran. Meningkatkan kualitas atau memperbaiki proses pembelajaran serta dapat meningkatkan pendekatan, metode, dan gaya pembelajaran yang sebelumnya telah dilakukan oleh guru khususnya pada materi pemasaran usaha. b) Manfaat bagi Pengembangan Kurikulum di Tingkat Sekolah/ Kelas ISSN : 2541-4704
c) Hasil dari penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan salah satu masukan penting dalam pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas. Dengan melakukan penelitian tindakan kelas ini, guru akan memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap teori dan pemikiran yang melandasi reformasi kurikulum karena ia mengalami secara empirik implementasi dari teori dan pemikiran yang abstrak itu di dalam kelas. d) Manfaat bagi pengembangan profesi Guru e) Penelitian tindakan kelas ini dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran. Penelitian ini dapat digunakan untuk memahami apa yang terjadi di dalam kelas, dan kemudian meningkatkannya menuju ke arah perbaikan-perbaikan secara profesional. Melalui penelitian ini guru dituntut untuk memiliki keterbukaan terhadap pengalaman dan proses pembelajaran yang baru. 2.1. Kajian Pustaka 1.Pembelajaran Cooperative Learning Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur
12
Ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 1 No 1 – Desember 2016
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. 2.Model Pembelajaran Cooperative Learning Model Jigsaw Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan temanteman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan 3. Aktivitas Belajar Menurut Catharina (2005:3) unsurunsur belajar adalah: a) motivasi siswa, yaitu berupa dorongan yang menyebabkan terjadi suatu perbuatan atau tindakan tertentu. Motivasi untuk belajar dapat berasal dari dalam diri maupun dari luar diri individu; b) alat bantu belajar/ alat peraga, merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa mempermudah dalam belajar, sebagai pengalaman langsung siswa terhadap objek belajar; c) suasana belajar, merupakan suasana yang menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan gairah dalam belajar; dan, d) kondisi subyek belajar, baik fisik maupun psikis. . 3.1. Kerangka Pikir Beberapa penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki dampak yang positif terhadap kegiatan belajar mengajar, yakni dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran, meningkatkan ketercapaian KKM (kriteria ketuntasan minimal), dan dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran berikutnya. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan lingkungan belajar di mana siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang heterogen, untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Siswa melakukan interaksi sosial untuk ISSN : 2541-4704
mempelajari materi yang diberikan kepadanya, dan bertanggung jawab untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya. Jadi, siswa dilatih untuk berani berinteraksi dengan temantemannya. Permasalahan siswa-siswi kelas XI B Karawitan SMK N 8 Surakarta
Metode JIGSAW
Keaktifan dan prestasi Belajar
Gambar 3. Ilustrasi Kerangka Berpikir 3.2. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir maka dapat dikemukakan perumusan hipotesis sebagai berikut: Metode kooperatif JIGSAW dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas XI B Karawitan semester gasal pada materi Pemasaran usaha. 3.3. Metode Penelitian A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK N 8 Surakarta, Jalan Sangihe Kepatihan Wetan Jebres Surakarta, pada kelas XI B Karawitan semester gasal tahun pelajaran 2014/2015. 2. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya sebagai berikut : a. Tahap persiapan yaitu pada bulan Juli hingga bulan Agustus 2014, meliputi: wawancara teman sebaya mengenai permasalahan pembelajaran matematika yang ada di sekolah yang bersangkutan, penyebaran angket diagnosis kesulitan belajar kewirausahaan, pengumpulan materi penelitian, pengajuan judul penelitian, pembuatan proposal, perijinan penelitian, survei sekolah yang bersangkutan dan konsultasi instrumen penelitian, sedangkan pada bulan Agustus dilaksanakan uji instrumen penelitian. b. Tahap penelitian yaitu pada akhir bulan Agustus hingga awal bulan September 2014, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat penelitian yang meliputi pengambilan data yang disesuaikan dengan alokasi waktu penyampaian materi kewirausahaan yaitu pemasaran usaha.
13
Ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 1 No 1 – Desember 2016
c.
Tahap penyelesaian yaitu pada bulan Oktober 2014, yaitu meliputi pengolahan data dan penyusunan laporan. B. Subjek dan Obyek Penelitian Subjek Penelitian adalah siswa kelas XI B Karawitan semester gasal SMK N 8 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015. Obyek penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar siswa, dan metode JIGSAW. C. Data Dan Sumber Data 1.Data Penelitian Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data informasi tentang keadaan siswa dilihat dari aspek kualitatif dan kuantitatif. Aspek kualitatif berupa hasil observasi dengan berpedoman pada lembar pengamatan yang menggambarkan proses belajar di kelas. Aspek kuantitatif yang dimaksud adalah hasil penilaian belajar dari materi konsep bilangan riil berupa nilai yang diperoleh siswa dari penilaian kemampuan berupa aspek kognitif dan afektif. 1. Sumber Data a. Narasumber yaitu, guru bidang studi dan siswa kelas XI B Karawitan SMK N 8 Surakarta b. Hasil Observasi peneliti di kelas XI B Karawitan SMK N 8 Surakarta. c. Arsip atau dokumen kelas XI B Karawitan SMK N 8 Surakarta. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data baik aspek kualitatif maupun kuantitatif meliputi observasi atau pengamatan, wawancara, angket, kajian dokumen atau arsip dan respon balikan siswa. E. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen penilaian. 1. Instrumen Pembelajaran a. Silabus Silabus yang digunakan dalam penelitian adalah silabus yang telah disusun oleh sekolah yang diperoleh dari guru Kewirausahaan sekolah yang bersangkutan dalam penelitian. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun oleh peneliti dengan tujuan dalam pelaksanaan PBM dapat terstruktur dengan baik. 2. Instrumen Penilaian a. Instrumen penilaian kognitif
Untuk penilaian kognitif menggunakan bentuk tes objektif. Adapun langkah pembuatan tes terdiri dari: 1) Membuat kisi-kisi soal tes 2) Menyusun soal tes 3) Mengadakan uji coba tes (tryout) Tes objektif tersebut terdiri dari 15 butir soal. Sebelum tes digunakan untuk mengambil data dalam penelitian, tes diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah instrumen tes tersebut telah memenuhi persyaratan tes yang baik yaitu dalam hal validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dipergunakan adalah reduksi data, penyajian data, penarikan simpulan, serta verifikasi refleksi. G. Pemeriksaan Validitas Data Data yang telah berhasil diperoleh, dikumpulkan, dan dicatat dalam pelaksanaan tindakan harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Cara pengumpulan data dengan beragam tekniknya harus benar-benar sesuai dan tepat untuk menggali data yang diperlukan bagi penelitiannya. Teknik yang diperlukan untuk memeriksa validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, yaitu observasi. Menurut Lexy J. Moleong (1995: 179), triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang yang melakukan pengawasan atau observan. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi metode. Teknik triangulasi metode dilakukan dengan mengumpulkan data tetap dengan mengumpulkan data yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara, kajian dokumen atau arsip, angket, dan tes prestasi. Adapun skema dari pemeriksaan validitas data yang digunakan dapat dilihat dalam gambar 4 berikut ini: Wawancara/ Arsip
Data
Observasi
Sumber Data
Tes/ Angket
Gambar 4. Skema Pemeriksaan Validitas data (Lexy J. Moleong, 1995: 179) ISSN : 2541-4704
14
Ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 1 No 1 – Desember 2016
H. Prosedur Penelitian Berikut pemaparan tentang hal-hal yang dilakukan dalam tiap-tiap langkah dalam penelitian ini : Berdasarkan hasil pengamatan pendahuluan ditemukan bahwa selama pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa cenderung kurang berminat menyelesaikan soal-soal latihan, dan guru harus selalu mengingatkan agar siswa mengerjakan latihan, kurang memperhatikan penjelasan guru, kurang bersemangat dan cenderung pasif, tidak aktif dalam mengemukakan pendapat atau bertanya dalam mengikuti proses pembelajaran. Minat belajar siswa dalam pembelajaran kurang ditandai dengan banyaknya siswa selama pembelajaran berlangsung tidak ada minat untuk segera menyelesaikan masalah bangun ruang. Minat untuk bertanya juga kurang karena siswaa cenderung pasif pada waktu guru memberikan pertanyaan atau saat guru memberikan tugas. Selanjutnya dilakukan refleksi atau pemaknaan terhadap perilaku siswa tersebut. Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa siswa kurang berminat dan kurang terampil dalam menyelesaikan masalah menyajikan bangun ruang. I. Indikator Kinerja Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Sarwiji Suwandi, 2007:36). Berikut ini tabel indikator keberhasilan kinerja dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Tabel 2 . Indikator Keberhasilan kinerja Siklus I Aspek yang Dinilai
Aktifitas siswa
Target 20 % aktif bertanya
Cara Penilaian (X 100%) Dihitung dari :
Hasil belajar (prestasi belajar)
ISSN : 2541-4704
siswa bertanya seluruh siswa
Dihitung dari : 60 % tuntas
siswa tuntas seluruh siswa
Tabel 3. Indikator Keberhasilan kinerja Siklus II Aspek yang Dinilai
Target Siklus I
Target Siklus II
Aktifitas siswa
20 % aktif bertanya
30% berinteraksi
Hasil belajar (prestasi belajar)
60 % tuntas
75 % tuntas
2. Pembahasan A. Deskripsi Hasil Siklus I 1. Tahap Perencanaan Tindakan I Pada siklus I peneliti mempersiapkan silabus pelajaran kewirausahaan pokok bahasan pemasaran usaha. Berdasarkan silabus tersebut, peneliti membuat satuan pembelajaran yang terdiri dari lima pertemuan untuk siklus I. Masing-masing pertemuan menggunakan metode kooperatif Jigsaw. Instrumen lain yang harus dipersiapkan adalah alat evaluasi prestasi belajar yang berupa soal tes aspek kognitif. Instrumen ini diujicobakan pada siswa kelas XI sebelumnya yang telah menempuh materi pemasaran usaha, kemudian dianalisis untuk mengukur validitas butir soal, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukarannya. Berdasarkan hasil analisis diperoleh 15 soal objektif sebagai tes kognitif. Instrumen lain yang harus disiapkan adalah lembar kerja siswa yang terdiri dari permasalahan-permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa melalui metode Jigsaw. Untuk memperlancar proses observasi disiapkan pula jurnal harian yang terdiri daftar hadir siswa, lembar frekuensi siswa yang bertanya, dan lembar kerjasama kelompok. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan I dan Tahap Observasi I Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru beserta rekan observan, terlihat bahwa pada awal pembelajaran kelas belum terkondisikan dengan baik. Pada saat pelajaran dimulai siswa kurang memperhatikan, selanjutnya pada pelaksanaan kegiatan diskusi secara kelompok terlihat kerjasama, pembagian tugas serta tanggung jawab yang cukup baik. Interaksi antara anggota kelompok, antar kelompok, maupun dengan guru terlihat cukup baik. Pada tatap muka selanjutnya, keaktifan siswa mulai terlihat semakin baik dalam
15
Ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 1 No 1 – Desember 2016
menjawab.. Untuk simpulan hasil observasi tindakan pada siklus I dapat dilihat pada rincian dibawah ini : a. Kegiatan Siswa Tabel 4.Simpulan .Simpulan Observasi Kegiatan Siswa Kelas XI B-Karawitan Karawitan SMK Negeri 8 Surakarta pada Siklus I No
Simpulan Observasi
Persentase ( %)
1.
Ketidakhadiran siswa di kelas
2.
Keterlambatan siswa masuk kelas
10
3.
Siswa tidak membawa pegangan Kewirausahaan
0
buku
Siswa masih belajar materi pelajaran lain sewaktu guru mengajar di kelas
3,33
5.
Siswa mengerjakan PR atau tugas lain sewaktu guru mengajar
0
6.
Siswa tidak mengerjakan PR atau tugas
3,33
7
Siswa bertanya mengenai materi pelajaran
23,33
8.
Siswa yang tidak memperhatikan sewaktu guru menerangkan.
10
9
Siswa mengerjakan soal latihan di papan tulis.
3,33
Dari segi kehadiran siswa dikelas, pada pertemuan pertama sampai dengan pertemuan kelima 100% siswa iswa hadir pada kegiatan pembelajaran di kelas. Untuk kedisiplinan dalam hal ketepatan masuk kelas, beberapa siswa masih kurang disiplin diantaranya disebabkan karena pelajaran kewirausahaan diajarkan pada jam ke lima setelah jam istirahat. Pada proses pembelajaran ada beberapa siswa yang masih kurang serius dalam mengerjakan tugas dan ada yang berbincang-bincang bincang sendiri. Juga ada beberapa siswa pada pembelajaran masih ada siswa yang tidak membawa mbawa buku pegangan biasanya beralasan lupa. b. Kegiatan Kelompok Tabel 5.Simpulan Simpulan Observasi Kegiatan Kelompok pada Kelas XI B-Karawitan SMK Negeri 8 Surakarta pada Siklus I Simpulan Observasi
ISSN : 2541-4704
Seluruh siswa dalam kelompok aktif bekerjasama dalam mengerjakan tugas kelompok
33,33
2.
Siswa dalam kelompok saling berdiskusi apabila mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas atau memahami materi pelajaran.
33,33
3.
Semua siswa dalam kelompok bertanggungjawab terhadap bagian tugasnya masing-masing. masing
16,67
4.
Semua siswa dalam kelompok mengerjakan tugas tepat waktu.
16,67
6,67
4.
No
1.
Persentase (%)
Jumlah kelompok pada kegiatan pembelajaran ada 6 kelompok. Masing Masing–masing anggota kelompok mempunyai kemampuan yang berbeda serta pembagian kelompok berdasarkan nilai tes kemampuan awal. Hasil aktivitas siswa dalam kelompok dapat dilihat dibawah ini : 1). Interaksi Siswa Dengan Guru Di Kelas Pada siklus I indikator yang berikutnya di observasi adalah interaksi siswa dengan guru dalam proses belajar, di dapatkan persentase 23,33 %. Angka ini melebihi target yang telah ditentukan dalam perencanaan sebelumnya yaitu 20 %. Hal ini disebabkan adanya antusias siswa yang tinggi dan ingin tahu lebih dalam mengenai materi pemasaran usaha yang penerapannya dapa dapat mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. hari.
Frekuensi bertanya siklus I tidak bertanya 76,67%
aktif bertany a…
Gambar 6.. Diagram Pie Aspek Interaksi Siswa Dengan Guru G pada Siklus I 2). Ketuntasan Belajar Siswa Ketuntasan belajar siswa dalam mengikuti pelajaran kewirausahaan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan penelitian ini. Pada siklus I siswa yang mencapai ketuntasan hanya 53,33 %. Persentase ini belum melampaui target yang ditentukan sebelumnya yaitu 60 %. Hal ini disebabkan karena kurangnya kerjasama siswa dalam kelompok. Dalam hal ini batas minimum
16
Ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 1 No 1 – Desember 2016
ketuntasan di SMK Negeri 8 Surakarta untuk pelajaran kewirausahaan adalah 75. Di bawah wah ini dapat dilihat diagram pie aspek ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran :
aian 1.
Aktivitas Siswa
20 %
23,3 3%
Berhasil
2.
Hasil belajar (prestasi belajar kognitif)
60 %
53,3 3%
Belum Berhasil
Ketuntasan Siswa… Tuntas Tidak 53,33% Tuntas…
belajar siswa Dalam pembelajaran pada Siklus I Perolehan nilai harian pada evaluasi yang diadakan pada umumnya mulai meningkat. Prestasi siswa mulai meningkat menjadi lebih baik. Nilai ulangan harian siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Nilai ulangan harian siswa pada siklus I Uraian
Ulanga n Harian siklus I
Tgl Pelaksana an
Jumla h siswa
Nilai terting gi
Nilai terenda h
Rata -rata
23 Agustus 2014
30
10
46,67
76,6 7
3. Tahap Refleksi Tindakan I Pembelajaran pada tindakan I dilaksanakan agar siswa menguasai materi pokok kewirausahaan. Pada awal kegiatan pembelajaran siklus I beberapa hal yang masih kurang diantaranya siswa masih menyesuaikan diri dengan teman satu kelompoknya dalam kegiatan kelompok. Untuk perpindahan tempat duduk siswa kelihatan an masih sedikit ribut, namun pada pertemuan berikutnya sudah cukup teratur. teratur Di awal pembelajaran siswa masih belum menyesuaikan diri dengan metode yang guru gunakan. Beberapa kelompok terlihat masih kesulitan dengan pembagian tugasnya masingmasing masing dan masih belum menguasai aturan main dalam metode pembelajaran jigsaw ini, akan tetapi dengan bimbingan dari guru, kesulitan tersebut dapat diatasi. Tabel 7.. Target Keberhasilan Siklus I No
Aspek Yang Dinilai
ISSN : 2541-4704
Target Siklus I Keberhasilan
Kete rcap
Kriteria Keberhasi lan
Dari data di atas dapat digambarkan pada histogram berikut ini : 80%
% ketercapaian
Gambar 7. Diagram Pie Aspek ketuntasan
60% 40%
Target Keberhasilan
20%
Ketercapaian
0% Aktifitas Prestasi Indikator
Gambar 8. Histogram Target Keberhasilan Siklus I Dari hasil target keberhasilan pada siklus I di atas dapat diketahui bahwa target pertama yaitu aspek aktifitas siswa di dalam pembelajaran sudah berhasil, sedangkan untuk target kedua yaitu aspek hasil belajar belum menunjukkan keberhasilan. Berdasarkan target ketercapaian pada siklus I, maka perlu adanya tindakan untuk siklus II yang diharapkan nantinya untuk hasil belajar dapat meningkat. Selain peningkatan hasil belajar diharapkan juga terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran meskipun pada siklus sikl I, target keberhasilan yang ditetapkan sudah terpenuhi dan telah dinyatakan berhasil. Dalam tindakan pada siklus I masih banyak ditemukan kekurangan kekurangan-kekurangan pada kegiatan pembelajaran di antaranya : 1) Bagi Guru a) Guru masih kurang memotivasi siswa maupun tim ahli untuk bekerjasama dalam kelompoknya. b) Guru masih kurang dalam hal memberikan penghargaan kelompok. c) Guru masih kurang dalam memberikan penekanan pada akhir pembelajaran. 2) Bagi Siswa a) Siswa pada awal pembelajaran perlu waktu beberapa lama untuk mempersiapkan diri memulai kegiatan kelompok.
17
Ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 1 No 1 – Desember 2016
b) Beberapa siswa dalam kelompok kurang tepat waktu dalam penyelesaian tugas kelompok. c) Hasil belajar siswa dari segi tes kognitif belum mencapai target ketuntasan yang diharapkan. C. Deskripsi Hasil Siklus II 1. Tahap Perencanaan Tindakan II Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I maka dilakukan perencanaan untuk pelaksanaan tindakan pada siklus II. Pada siklus II ini materi yang diberikan adalah indikator yang belum tuntas pada siklus I. Tindakan pada siklus II lebih difokuskan untuk penyempurnaan dan perbaikan terhadap kendala kendala– kendala yang terdapat pada siklus I. Adapun tindakan yang dimaksud adalah sebagai berikut, pertama pada siklus I siswa belum terbiasa mengikuti pembelajaran dengan metode jigsaw selanjutnya selanjut guru memberikan arahan kembali kepada siswa tentang perannya dalam kelompok asal maupun kelompok ahli. Kedua, dengan berbagai strategi berusaha membangkitkan kesadaran dan memotivasi siswa untuk belajar dengan sungguh- sungguh dan dalam hal ini guru memberikan mberikan perhatian lebih kepada siswa yang mengalami kesulitan. Ketiga, guru menegaskan kembali bahwa tugas kelompok harus dilakukan secara bersama–sama. sama. Keempat, mendorong siswa yang masih enggan dan malu untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan serta masih ih kurang partisipasi aktif dalam melakukan kegiatan diskusi. a. Kegiatan Siswa Tabel 8.. Simpulan Observasi Kegiatan Siswa Kelas XI B-Karawitan Karawitan SMK Negeri 8 Surakarta pada Siklus II No
Simpulan Observasi
1. 2. 3.
Ketidakhadiran siswa di kelas. Keterlambatan siswa masuk kelas. Siswa tidak membawa buku pegangan kewirausahaan. Siswa masih belajar materi pelajaran lain sewaktu guru mengajar di kelas. Siswa mengerjakan PR atau tugas lain sewaktu guru mengajar. Siswa tidak mengerjakan PR atau tugas. Siswa bertanya mengenai materi pelajaran. Siswa yang tidak memperhatikan sewaktu guru menerangkan. Siswa mengerjakan soal latihan di papan tulis.
4. 5. 6 7. 8. 9.
Persentas e 0% 3,33 % 10% 0% 3,33 % 0% 33,33 % 6,67 %
b. Kegiatan Kelompok Pembagian kelompok seperti pada kegiatan pembelajaran siklus I. Dengan adanya kelompok dengan kemampuan yang heterogen ini menghindari adanya kesenjangan antara kelompok dengan kemampuan tinggi dan rendah. Tabel 9.. Simpulan Observasi Kegiatan Kelompok pada XI B -Karawitan SMK Negeri 8 Surakarta pada Siklus II No
Simpulan Observasi
1.
Seluruh siswa dalam kelompok aktif bekerjasama dalam mengerjakan tugas kelompok. Seluruh siswa dalam kelompok saling berdiskusi apabila mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas atau memahami materi pelajaran. Semua siswa dalam kelompok bertanggungjawab terhadap bagian tugasnya masing masing-masing. Semua siswa dalam kelompok mengerjakan tugas tepat waktu.
2.
3. 4.
Persent ase (%) 83,33 33,33
33,33 83,33
1). Interaksi Siswa Dengan Guru Di Kelas Pada siklus II indikator berikutnya yang diobsevasi adalah interaksi siswa dengan guru dalam proses belajar, didapatkan persentase 33,33 %. Angka ini melebihi target yang telah ditentukan dalam perencanaan sebelumnya yaitu 20 0 %. Di bawah ini dapat dilihat diagram pie aspek Interaksi siswa dengan guru dalam sistem pembelajaran: 33,33% Frekuensi66,67% Siswa …
aktif tidak bertan… aktif…
30 %
Jumlah siswa kelas XIA-Karawitan Karawitan SMK Negeri 8 Surakarta sebanyak 30 0 orang siswa. Pada ISSN : 2541-4704
siklus II ini masih ada siswa yang terlambat masuk kelas. Pada kegiatan siswa di kelas terlihat cukup interaktif, banyak siswa yang bertanya tentang bagian-bagian bagian penting dari materi pelajaran ran yang belum mereka kuasai, bertanya dengan tim ahli maupun dengan guru. Dalam pembelajaran siklus II, siswa sudah mulai terbiasa dalam mengikuti pembelajaran dengan metode jigsaw.. Hal nyata yang dapat dilihat adalah sebagai hasil pelaksanaan tindakan siklus klus II adalah terjadinya peningkatan aktivitas belajar siswa.
Gambar 9. Diagram Pie Aspek Interaksi Siswa dengan Guru Siklus II 2). Ketuntasan Belajar
18
Ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 1 No 1 – Desember 2016
% ketercapaian
Pada siklus II siswa sudah dapat beradaptasi dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga prosentase ketuntasan siswa meningkat cukup signifikan menjadi 86,67 %. Di bawah ini dapat dilihat diagram pie aspek ketuntasan belajar siswa pada proses belajar dalam sistem pembelajaran:
100% 50% 0%
Tuntas 86,67%
Gambar 10.. Diagram Pie Aspek Ketuntasan siswa pada proses belajar siklus II 2. Tahap Refleksi Tindakan II Pembelajaran dengan penerapan metode jigsaw pada tindakan II diperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan tindakan I. Berdasarkan tes siklus II pada tanggal 18 Oktober 2014. Jika dibandingkan dengan tindakan I, maka kemampuan siswa dalam penguasaan konsep materi pemasaran usaha mengalami peningkatan yang sangat baik. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semua indikator kompetensi telah mencapai persentase ketercapaian di atas 60 %. Artinya semua indikator kompetensi telah mencapai batas ketuntasan. No
1.
Aspek Yang Dinilai
Aktifitas siswa
Target Siklus II Keberh asilan
Keterca paian
30 %
33,33 %
Kriteri a Keber hasila n Berha sil
Aktif Bertany a 2.
Hasil belajar (prestasi belajar kognitif)
75 %
86,67 %
Berha sil
Tuntas
Dari data di atas dapat digambarkan pada histogram berikut ini :
ISSN : 2541-4704
Prestasi
Indikator Gambar 11.. Histogram Target Keberhasilan Siklus II
Ketuntasan Siswa… Tidak Tuntas 13,33%
Aktifitas siswa
Dari keseluruhan target yang direncanakan pada siklus II, semuanya sudah menunjukkan keberhasilan. Berdasarkan hasil observasi saat proses penelitian memang terlihat bahwa kerjasama siswa dalam kelompok terlihat cukup baik. Ketika guru meminta siswa s untuk berpindah tempat duduk dan guru mulai membagikan lembar kerja pada kegiatan pembelajaran siklus II, para siswa segera menata posisi tempat duduk dengan tertib dan para siswa terlihat cukup antusias untuk segera mengerjakan lembar kerja secara berkelompok. Beberapa siswa terlihat cukup teliti membaca petunjuk pengerjaan pada lembar kerja, kemudian para siswa berbagi tugas dan mengerjakanya secara bersama bersama–sama. Beberapa siswa tidak segan-segan segan bertanya hal yang belum jelas kepada guru maupun siswa lain dalam kelompoknya. Sebelum siswa menyelesaikan pekerjaan kelompoknya guru juga memberikan beberapa penekanan pada bagian-bagian bagian materi yang masih belum dipahami. Beberapa siswa terlihat sibuk membuat catatan penting dari beberapa hal yang disampaikan oleh guru, kemudian para siswa melanjutkan kegiatan kelompok mereka kembali. Tabel 11. Target yang Dicapai pada Siklus I dan Siklus II No
Aspek Yang Dinilai
1.
Aktifitas siswa dalam bertanya Hasil belajar (prestasi belajar kognitif)
2.
Target Ketercapaian (%) Siklus I Siklus II 23,33
33,33
53,33
86,67
Dari gambar 11 di atas dapat diketahui bahwa pada siklus II target (indikator keberhasilan) semuanya tercapai dan mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I bahkan melampaui target sebelumnya antara lain ketuntasan siswa mencapai 86,67 % yang sebelumnya hanya 53,33 %. Dengan diskusi dalam pemecahan masalah, siswa mampu menemukan jawaban
19
Ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 1 No 1 – Desember 2016
dari permasalahan tersebut. Peran guru disini adalah mendampingi siswa dan mengevaluasi hasil diskusi siswa agar tidak terjadi miskonsepsi pada siswa. Selain itu, indikator interaksi guru dengan siswa yang ditunjukkan dengan frekuensi siswa yang bertanya mencapai 33,33 % yang sebelumnya hanya 23,33 %, hal ini menunjukkan bahwa siswa mulai tidak canggung dan tidak malu mengemukakan pendapat di depan kelas. 5.1. Simpulan 1. Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan kualitas proses belajar Kewirausahaan pokok bahasan pemasaran usaha. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan siklus I dan siklus II. Pada siklus I aspek aktifitas siswa dalam bertanya pada siklus I sebesar 23,33% yang kemudian meningkat menjadi 33,33 % pada siklus II. 2. Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Kewirausahaan pokok bahasan pemasaran usaha. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan tes siklus I dan tes siklus II. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa sebesar 53,33 % yang kemudian meningkat 5.2. Saran a. Hendaknya guru dapat menyajikan materi kewirausahaan menggunakan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan baik, sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. b. Hendaknya peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis sedapat mungkin terlebih dahulu menganalisis kembali perangkat pembelajaran yang telah dibuat untuk disesuaikan penggunaanya, terutama dalam hal alokasi waktu, fasilitas pendukung dan karakteritik siswa yang ada pada sekolah tempat penelitian tersebut. c. Hendaknya penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya dengan mengaitkan aspek-aspek yang belum diungkapkan dan dikembangkan. 2. Siswa Hendaknya siswa dapat memberikan respon yang baik terhadap guru dalam menyajikan materi kewirausahaan menggunakan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. ISSN : 2541-4704
DAFTAR PUSTAKA [1] Anas Sudijono. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. [2] Anita Lie. 2002. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo. [3] Arend, R. I .1997. Learning to Teach. Terjemahan Helly Pajitno Soetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [4] Kasihani Kasboelah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negeri Malang. [5] Moleong J. L. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. [6] Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta : Kanisius. [7] Miles, M. B. dan Huberman, A .M. 1995. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UIPress. [8] Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. [9] Nancy Fitchman Dana. 2008. Connecting Action Research to Individual Student Needs. Jurnal Online. http://www.learningaccount.net/manage d_Files/TA001_142.htm, Diakses pada tanggal 3 September 2009. [10] Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga [11] Sardiman AM. 2004. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. [12] Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta. [13] Slametto. 2003. Belajar dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta [14] Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning Theory Research and Practice. Boston : Allyn dan Bacon [15] ______________. 2005. Cooperative Learning Theory Research and Practice. Terjemahan Nurulita Yusron. Bandung: Penerbit Nusa Dua [16] Suharsimi Arikunto, Suhardjono, & Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
20