Ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 1 No 1 – Desember 2016
Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Level Elementary Dengan Metode JIGSAW Di Kelas XI B Tari Semester Gasal SMK N 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013
Satu Juwita Asri SMKN 8 Surakarta Abstract - Learning English to students of class XI B Dance SMK N 8 Surakarta less provide meaningful activities for students, because teachers are still using classical learning model, namely the dominant method of learning to apply the lecture. As a result, teachers were more active while more students passively accept the lessons that brought teachers. In other words, the atmosphere of learning English in class XI B Dance SMK N 8 Surakarta seem rigid, resulting in the learning process is not running optimally. The formulation of the problem posed: (1) Is the implementation JIGSAW method can be used to enhance the activity of students in Level Elementary material. (2) Is the implementation JIGSAW method can be used to improve student achievement at Elementary Level material. From the research, it can be conclusions as follows: Method of Jigsaw cooperative learning can improve the quality of learning English Elementary Level subject. This can be seen in the implementation of the first cycle and the second cycle. In the first cycle aspects of student activity in asking the first cycle of 23.80%, which was later increased to 38.89% in the second cycle. (2) Method of Jigsaw cooperative learning can improve learning outcomes English Elementary Level subject. This can be seen in the first cycle test execution and test cycle II. In the first cycle of students learning completeness of 57.14%, which was later increased to 85.71% in the second cycle. Keywords: JIGSAW, Motivation and Learning Achievement. Abstraksi - Pembelajaran Bahasa Inggris terhadap siswa kelas XI B Tari SMK N 8 Surakarta kurang memberikan aktivitas berarti bagi siswa, karena guru masih menggunakan model pembelajaran klasikal, yaitu metode pembelajaran yang dominan menerapkan ceramah. Hasilnya, guru lebih aktif sedangkan siswa lebih pasif menerima pelajaran yang dibawakan guru. Dengan kata lain, suasana belajar Bahasa Inggris kelas XI B Tari SMK N 8 Surakarta terkesan kaku sehingga mengakibatkan proses belajar mengajar tidak berjalan secara optimal. Rumusan masalah yang diajukan: (1) Apakah pelaksanaan metode JIGSAW dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada materi Level Elementary. (2) Apakah pelaksanaan metode JIGSAW dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Level Elementary. Dari hasil penelitian, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: (1) Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan kualitas proses belajar Bahasa Inggris pokok bahasan Level Elementary. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan siklus I dan siklus II. Pada siklus I aspek aktifitas siswa dalam bertanya pada siklus I sebesar 23,80 % yang kemudian meningkat menjadi 38,89 % pada siklus II. (2) Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris pokok bahasan Level Elementary. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan tes siklus I dan tes siklus II. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa sebesar 57,14% yang kemudian meningkat menjadi 85,71 % pada siklus II. Kata Kunci: JIGSAW, Keaktifan, Prestasi Belajar. 1.1. Latar Belakang Dalam dunia pendidikan saat ini, peningkatan kualitas pembelajaran baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu diupayakan. Salah satu upaya yang dilakukan guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran yaitu dalam penyusunan berbagai macam skenario kegiatan pembelajaran di kelas. Pembelajaran menggunakan diskusi kelompok sudah sering dilakukan oleh guru, tetapi hasilnya terkadang belum maksimal, dalam artian prestasi belajar siswa masih di bawah rata-rata KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). ISSN : 2541-4704
Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam pembelajaran ekonomi. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru. Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta
1
Ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 1 No 1 – Desember 2016
didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal. Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan terhadap siswa kelas XI B Tari SMK N 8 Surakarta ditemukan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris kurang memberikan aktivitas berarti bagi siswa, karena guru masih menggunakan model pembelajaran klasikal, yaitu metode pembelajaran yang dominan menerapkan ceramah. Hasilnya, guru lebih aktif sedangkan siswa lebih pasif menerima pelajaran yang dibawakan guru. Dengan kata lain, suasana belajar Bahasa Inggris kelas XI B Tari SMK N 8 Surakarta terkesan kaku sehingga mengakibatkan proses belajar mengajar tidak berjalan secara optimal. Menurut penulis, kurang optimalnya pelaksanaan proses pembelajaran menyebabkan rendahnya aktivitas belajar siswa. jarang sekali ditemukan ada siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru sesaat setelah guru menerangkan materi pelajaran, apabila siswa yang menjawab pertanyaan guru. Kebanyakan siswa hanya duduk dengan tenang mendengar, mengikuti atau mencatat materi pelajaran dari guru hingga jam pembelajaran berakhir. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis serta refleksi penulis maka dalam penelitian ini diajukan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai alternatif metode pembelajaran yang diharapkan dapat mengatasi kepasifan siswa selama mengikuti pelajaran Bahasa Inggris. Secara sederhana perlu digambarkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan metode pembelajaran tim ahli, dimana siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar tertentu. Siswa yang berada dalam kelompok ahli bertugas menerangkan atau memberi penjelasan kepada kelompok lain atas materi yang sedang dipelajari. Maka dari kegiatan ini terjadi interaksi antar siswa, serta adanya kerjasama dalam belajar. Dari kegiatan ISSN : 2541-4704
kelompok tersebut, nampak jelas aktivitas belajar yang dilakukan setiap siswa. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diyakini dapat merubah rendahnya aktivitas belajar Bahasa Inggris kelas XI B Tari SMK N 8 Surakarta menjadi lebih aktif, karena metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat di identifikasi beberapa permasalahan pada materi Level Elementary sebagai berikut: a. Apakah pelaksanaan pembelajaran melalui metode JIGSAW dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar materi Level Elementary? b. Bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar melalui metode JIGSAW di SMK N 8 Surakarta? 1.3. Pembatasan Masalah Penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga perlu diberikan batasan masalah. Bedasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka pengkajian dan pembatasan masalah dititikberatkan pada : a. Subjek Penelitian. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI B TARI SMK N 8 Surakarta semester gasal tahun ajaran 2013/2014. b. Metode Pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode JIGSAW . c. Keaktifan siswa dalam hal ini adalah keaktifan ketika berdiskusi dalam proses pembelajaran. Dan prestasi belajar adalah ketercapaian KKM 75. d. Proses belajar mengajar direncanakan dalam dua siklus yaitu siklus I dan dilanjutkan bila belum memenuhi indikator keberhasilan yang direncanakan maka dilanjutkan pada siklus II. e. Materi Pokok/ Materi yang diberikan dibatasi pada Level Elementary.
2
Ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 1 No 1 – Desember 2016
2.1. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah pelaksanaan metode JIGSAW dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada materi Level Elementary. 2.2. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada materi Level Elementary kelas XI B Tari SMK N 8 Surakarta. 2.3. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: a. Manfaat Akademik. Ditinjau dari segi akademik, penelitian ini bermanfaat untuk membantu guru menghasilkan pengetahuan relevan untuk memperbaiki pembelajaran dalam jangka pendek. b. Manfaat Praktis. Manfaat bagi Inovasi pembelajaran. Meningkatkan kualitas atau memperbaiki proses pembelajaran serta dapat meningkatkan pendekatan, metode, dan gaya pembelajaran yang sebelumnya telah dilakukan oleh guru khususnya pada materi Level Elementary. c. Manfaat bagi Pengembangan Kurikulum di Tingkat Sekolah/ Kelas d. Hasil dari penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan salah satu masukan penting dalam pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas. Dengan melakukan penelitian tindakan kelas ini, guru akan memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap teori dan pemikiran yang melandasi reformasi kurikulum karena ia mengalami secara empirik implementasi dari teori dan pemikiran yang abstrak itu di dalam kelas. e. Manfaat bagi pengembangan profesi Guru. Penelitian tindakan kelas ini dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran. Penelitian ini dapat digunakan untuk memahami apa yang terjadi di dalam kelas, dan kemudian meningkatkannya menuju ke arah perbaikanperbaikan secara profesional. Melalui penelitian ini guru dituntut untuk memiliki keterbukaan terhadap pengalaman dan proses pembelajaran yang baru.
ISSN : 2541-4704
2.4. Kajian Pustaka 2.4.1. Pembelajaran Cooperative Learning Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. 2.4.2.
Model Pembelajaran Cooperative Learning Model Jigsaw Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan temanteman di Universitas Texas, dan kemudian
3
Ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 1 No 1 – Desember 2016
diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997). Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997). Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994). Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
ISSN : 2541-4704
2.4.3.
Aktivitas Belajar Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Maksudnya belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan, belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas lagi daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Hal demikian itulah disebut sebagai unsur-unsur belajar. Menurut Catharina (2005:3) unsurunsur belajar adalah: a) motivasi siswa, yaitu berupa dorongan yang menyebabkan terjadi suatu perbuatan atau tindakan tertentu. Motivasi untuk belajar dapat berasal dari dalam diri maupun dari luar diri individu; b) alat bantu belajar/ alat peraga, merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa mempermudah dalam belajar, sebagai pengalaman langsung siswa terhadap objek belajar; c) suasana belajar, merupakan suasana yang menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan gairah dalam belajar; dan, d) kondisi subyek belajar, baik fisik maupun psikis. Berdasarkan dari pengertianpengertian tentang belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri siswa baik sikap, kelakukan, dan kemajuan belajarnya. Prinsip-prinsip belajar sangat penting peranannya dalam belajar dan pembelajaran, karena prinsip belajar dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda dan oleh setiap individu murid. Prinsip – prinsip belajar harus benar-benar dipahami dengan sungguh-sungguh oleh guru, karena hal ini yang menunjang faktor keberhasilan belajar yang ingin dicapai baik oleh murid maupun guru. 2.5. Kerangka Pikir Salah satu implikasi teori belajar konstruktivis dalam pembelajaran adalah penerapan pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa atau peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Melalui diskusi dalam pembelajaran kooperatif akan terjalin komunikasi di mana siswa saling berbagi ide atau pendapat. Melalui diskusi akan terjadi elaborasi kognitif yang baik, sehingga dapat meningkatkan daya nalar, keterlibatan siswa dalam pembelajaran
4
Ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 1 No 1 – Desember 2016
dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki dampak yang positif terhadap kegiatan belajar mengajar, yakni dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran, meningkatkan ketercapaian KKM (kriteria ketuntasan minimal), dan dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran berikutnya. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan lingkungan belajar di mana siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang heterogen, untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Siswa melakukan interaksi sosial untuk mempelajari materi yang diberikan kepadanya, dan bertanggung jawab untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya. Jadi, siswa dilatih untuk berani berinteraksi dengan temantemannya. Keseluruhan aspek kooperatif yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran yang berorientasi kooperatif merupakan bagian dari pendidikan akhlak atau moral kepada peserta didik. Dan apabila keterampilan-keterampilan kooperatif terus dilatihkan kepada siswa selama pembelajaran maka cermin siswa yang berakhlak mulia yang ditunjukkan dengan sikapsikap positif dapat tercapai. Berdasarkan kerangka berfikir secara teoritis yang dikutip dari pendapat para ahli, dan secara empiris dari hasil penelitian terdahulu, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas XI B Tari semester gasal SMK N 8 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014
Gambar 2.1. Ilustrasi Kerangka Berpikir 3.1. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir maka dapat dikemukakan perumusan hipotesis sebagai berikut: Metode kooperatif JIGSAW dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas XI B ISSN : 2541-4704
Tari semester Elementary.
gasal
pada
materi
Level
3.2. Metode Penelitian A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK N 8 Surakarta, Jalan Sangihe Kepatihan Wetan Jebres Surakarta, pada kelas XI B Tari semester gasal tahun pelajaran 2013/2014. 2. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya sebagai berikut : a. Tahap persiapan yaitu pada bulan Juli hingga bulan Agustus 2013, meliputi: wawancara teman sebaya mengenai permasalahan pembelajaran matematika yang ada di sekolah yang bersangkutan, penyebaran angket diagnosis kesulitan belajar Bahasa Inggris, pengumpulan materi penelitian, pengajuan judul penelitian, pembuatan proposal, perijinan penelitian, survei sekolah yang bersangkutan dan konsultasi instrumen penelitian, sedangkan pada bulan Agustus dilaksanakan uji instrumen penelitian. b. Tahap penelitian yaitu pada akhir bulan Agustus hingga awal bulan September 2013, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat penelitian yang meliputi pengambilan data yang disesuaikan dengan alokasi waktu penyampaian materi Bahasa Inggris yaitu Level Elementary. c. Tahap penyelesaian yaitu pada bulan Oktober 2013, yaitu meliputi pengolahan data dan penyusunan laporan. B. Subjek dan Obyek Penelitian Subjek Penelitian adalah siswa kelas XI B Tari semester gasal SMK N 8 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014. Obyek penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar siswa, dan metode JIGSAW. D.Data Dan Sumber Data 1. Data Penelitian Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data informasi tentang keadaan siswa dilihat dari aspek kualitatif dan kuantitatif. Aspek kualitatif berupa hasil observasi dengan berpedoman pada lembar pengamatan yang
5
Ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 1 No 1 – Desember 2016
menggambarkan proses belajar di kelas. Aspek kuantitatif yang dimaksud adalah hasil penilaian belajar dari materi konsep bilangan riil berupa nilai yang diperoleh siswa dari penilaian kemampuan berupa aspek kognitif dan afektif. 2.Sumber Data Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: a. Narasumber yaitu, guru bidang studi dan siswa kelas XI B Tari SMK N 8 Surakarta b. Hasil Observasi peneliti di kelas XI B Tari SMK N 8 Surakarta. c. Arsip atau dokumen kelas XI B Tari SMK N 8 Surakarta. E.Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data baik aspek kualitatif maupun kuantitatif meliputi observasi atau pengamatan, wawancara, angket, kajian dokumen atau arsip dan respon balikan siswa. 1. Observasi Observasi dilakukan oleh peneliti dan pengamat (teman sejawat). yaitu Supriyanti, S.Pd, M.M. Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu peneliti dan pengamat melihat dan mengamati secara langsung kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Observasi adalah instrumen yang sering dijumpai dalam penelitian pendidikan. Dalam observasi ini peneliti lebih banyak menggunakan salah satu dari pancainderanya yaitu indra penglihatan. Instrumen observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi alami. Sebaliknya, instrumen observasi mempunyai keterbatasan dalam menggali informasi yang berupa pendapat atau persepsi dari subyek yang diteliti (Soekowati, 2006:64). 2. Tes Tes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sehingga peneliti dapat merencanakan tindakan yang akan diambil dalam memperbaiki proses pembelajaran. Pemberian tindakan dilakukan melalui tiga siklus dan evaluasi dilakukan diakhir siklus untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada setiap siklus. Tes adalah suatu alat pengumpul ISSN : 2541-4704
informasi, bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan (Arikunto, 2005:33). 3. Wawancara Wawancara pada penelitian ini menggunakan wawancara tidak berstruktur karena peneliti memandang model ini adalah yang paling luwes, di mana subyek diberi kebebasan untuk menguraikan jawabannya dan ungkapan-ungkapan pandangannya secara bebas dan sesuai hatinya. Wawancara ini digunakan untuk mendapatkan data tentang pendapat siswa mengenai penerapan media pembelajaran benda asli dalam materi bilangan real . 4. Respon Balikan Siswa Angket ini berisi tentang tanggapan siswa terhadap model atau metode belajar yang diterapkan di kelas. Dari angket balikan ini dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan terhadap proses belajar. Sehingga angket ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber penentuan kualitas hasil belajar. Angket ini diisi siswa secara langsung setelah seluruh proses belajar selesai dilaksanakan di dalam kelas. F. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen penilaian. 1. Instrumen Pembelajaran a. Silabus Silabus yang digunakan dalam penelitian adalah silabus yang telah disusun oleh sekolah yang diperoleh dari guru bahasa inggris sekolah yang bersangkutan dalam penelitian. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun oleh peneliti dengan tujuan dalam pelaksanaan PBM dapat terstruktur dengan baik. 2. Instrumen Penilaian a. Instrumen penilaian kognitif Untuk penilaian kognitif menggunakan bentuk tes objektif. Adapun langkah pembuatan tes terdiri dari: 1) Membuat kisi-kisi soal tes 2) Menyusun soal tes 3) Mengadakan uji coba tes (tryout) G.Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dipergunakan adalah reduksi data, penyajian data, penarikan simpulan, serta verifikasi refleksi.
6
Ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 1 No 1 – Desember 2016
1. Reduksi Data Dalam reduksi data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara ditulis dalam bentuk rekaman data, dikumpulkan, dirangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok, kemudian dicari polanya. Jadi, rekaman data sebagai bahan data mentah singkat disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting sehingga lebih tajam hasil pengamatan dalan penelitian ini, juga mempermudah peneliti untuk mencatat kembali data yang diperoleh bila diperlukan. 2. Penyajian Data Data yang telah direduksi dan dikelompokkan dalam berbagai pola dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang berguna untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu. Penyajian data ini ditulis dalam paparan data. 3. Penarikan simpulan, verifiasi, dan refleksi Data yang diperoleh dicari pola , hubungan, atau hal-hal yang sering timbul dari data tersebut kemudian dihasilkan simpulan sementara yang disebut dengan temuan peneliti. Penarikaan simpulan dilakukan terhadap temuan peneliti berupa indikator-indikator yang selanjutnya dilakukan pemaknaan atau refleksi sehingga memperoleh simpulan akhir. Hasil simpulan akhir dilakukan refleksi untuk menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya. H.Pemeriksaan Validitas Data Data yang telah berhasil diperoleh, dikumpulkan, dan dicatat dalam pelaksanaan tindakan harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Cara pengumpulan data dengan beragam tekniknya harus benar-benar sesuai dan tepat untuk menggali data yang diperlukan bagi penelitiannya. Teknik yang diperlukan untuk memeriksa validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, yaitu observasi. Menurut Lexy J. Moleong (1995: 179), triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang yang melakukan pengawasan atau observan. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi metode. Teknik triangulasi metode dilakukan dengan mengumpulkan data tetap dengan ISSN : 2541-4704
mengumpulkan data yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara, kajian dokumen atau arsip, angket, dan tes prestasi. Adapun skema dari pemeriksaan validitas data yang digunakan dapat dilihat dalam gambar 4 berikut ini: Wawancara/ Arsip
Data
Observasi
Sumber Data
Tes/ Angket
Gambar . Skema Pemeriksaan Validitas dat (Lexy J. Moleong, 1995: 179) I.Prosedur Penelitian Berikut pemaparan tentang hal-hal yang dilakukan dalam tiap-tiap langkah dalam penelitian ini : 1) Refleksi Awal Refleksi awal dilaksanakan dengan melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengetahui kondisi awal dilakukan pengamatan oleh rekan sejawat saat guru melakukan proses pembelajaran. Hasil analisis refleksi awal digunakan untuk menetapkan dan merumuskan rencana tindakan yaitu menyusun strategi awal pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan pendahuluan ditemukan bahwa selama pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa cenderung kurang berminat menyelesaikan soal-soal latihan, dan guru harus selalu mengingatkan agar siswa mengerjakan latihan, kurang memperhatikan penjelasan guru, kurang bersemangat dan cenderung pasif, tidak aktif dalam mengemukakan pendapat atau bertanya dalam mengikuti proses pembelajaran. Minat belajar siswa dalam pembelajaran kurang ditandai dengan banyaknya siswa selama pembelajaran berlangsung tidak ada minat untuk segera menyelesaikan masalah bangun ruang. Minat untuk bertanya juga kurang karena siswaa cenderung pasif pada waktu guru memberikan pertanyaan atau saat guru memberikan tugas. Selanjutnya dilakukan refleksi atau pemaknaan terhadap perilaku siswa tersebut. Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa siswa kurang berminat dan kurang
7
Ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 1 No 1 – Desember 2016
terampil dalam menyelesaikan menyajikan bangun ruang.
masalah
1. Siklus Pertama a. Perencanaan 1. Melakukan pertemuan dengan teman sejawat selaku pengamat untuk membicarakan persiapan kegiatan pembelajaran dengan pemberian pretes yang dilakukan pada saat penelitian 2. Mendiskusikan dan menetapkan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan di kelas sebagai tindakan penelitian 3. Mempersiapkan penelitian dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian 4. Mempersiapkan waktu dan cara pelaksanaan diskusi hasil pengamatan dengan praktisi dan wawancara dengan subyek penelitian 5. Mempersiapkan buku perekam data 6. Menyusun rencana pembelajaran 7. Mempersiapkan perangkat tes hasil belajar pada siklus pertama 8. Mengelompokkan siswa secara heterogen b. Pelaksanaan Tindakan 1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran berpedoman pada RPP yang telah dibuat 2) Melakukan penilaian menggunakan alat penilaian yang telah disediakan c. Observasi 1) Observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai mitra kolaborator 2) Kolaborator mencatat semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran, yaitu mulai kegiatan awal hingga kegiatan akhir. 3) Observasi dilakukan dengan instrumen observasi d. Refleksi a. Catatan di lapangan dan jurnal harian sebagai hasil pengamatan maupun hasil wawancara dikaji dan direnungkan kembali b. Data yang terkumpul dikaji secara komprehensif. c. Data dibahas bersama pengamat untuk mendapat kesamaan pandangan terhadap tindakan pada siklus pertama. d. Hasil refleksi dijadikan bahan untuk merevisi rencana tindakan selanjutnya.
ISSN : 2541-4704
2. Siklus Kedua a. Perencanaan 1) Mendiskusikan dan menetapkan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan di kelas sebagai tindakan penelitian 2) Mempersiapkan perangkat dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian 3) Mempersiapkan waktu dan cara pelaksanaan diskusi hasil pengamatan dengan praktisi dan wawancara dengan subyek penelitian 4) Mempersiapkan buku perekam data 5) Menyusun rencana pembelajaran 6) Mempersiapkan perangkat tes hasil belajar pada siklus kedua 7) Mengelompokkan siswa secara heterogen b. Pelaksanaan Tindakan 1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran berpedoman pada RPP yang telah dibuat 2) Melakukan penilaian menggunakan alat penilaian yang telah disediakan c. Observasi 1) Observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai mitra kolaborator 2) Kolaborator mencatat semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran, yaitu mulai kegiatan awal hingga kegiatan akhir. 3) Observasi dilakukan dengan instrumen observasi d. Refleksi 1 Catatan di lapangan dan jurnal harian sebagai hasil pengamatan maupun hasil wawancara dikaji dan direnungkan kembali 2 Data yang terkumpul dikaji secara komprehensif. 3 Data dibahas bersama pengamat untuk mendapat kesamaan pandangan terhadap tindakan pada siklus kedua. 4 Hasil refleksi dijadikan bahan untuk merevisi rencana tindakan selanjutnya. J.Indikator Kinerja Berikut ini tabel indikator keberhasilan kinerja dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Tabel 2 . Indikator Keberhasilan kinerja Siklus I Aspek yang Dinilai
Target
Cara Penilaian (X 100%)
8
Ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 1 No 1 – Desember 2016
Aktifitas siswa
20 % aktif bertanya
Hasil belajar (prestasi belajar)
60 % tuntas
Dihitung dari :
Dihitung dari :
Tabel 3. Indikator Keberhasilan kinerja Siklus II Aspek yang Target Target Siklus Dinilai Siklus I II Aktifitas 20 % aktif 30% aktif siswa bertanya bertanya Hasil belajar 60 % tuntas 75 % tuntas (prestasi belajar) 4.1. Pembahasan 2. Siklus I Pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw pada tindakan I sudah terlaksana cukup optimal dilihat dari keaktifan siswa yang cukup baik. Dapat dilihat interaksi siswa dalam kelompok awal maupun kelompok ahli serta interaksi siswa dengan guru terlihat cukup baik pada saat proses pembelajaran. Siswa berani bertanya pada hal – hal yang belum mereka pahami mengenai materi pelajaran kepada tim ahli dalam kelompoknya maupun guru. Serta terlihat juga interaksi antar kelompok, dimana tim ahli dari tiap kelompok berani menjelaskan kepada anggota kelompok yang belum memahami materi pelajaran. Dalam tindakan pada siklus I masih banyak ditemukan kekurangan-kekurangan pada kegiatan pembelajaran di antaranya : 1) Bagi Guru a. Guru masih kurang memotivasi siswa maupun tim ahli untuk bekerjasama dalam kelompoknya. b. Guru masih kurang dalam hal memberikan penghargaan kelompok. c. Guru masih kurang dalam memberikan penekanan pada akhir pembelajaran. 2) Bagi Siswa a) Siswa pada awal pembelajaran perlu waktu beberapa lama untuk mempersiapkan diri memulai kegiatan kelompok. b) Beberapa siswa dalam kelompok kurang tepat waktu dalam penyelesaian tugas kelompok. c) Hasil belajar siswa dari segi tes kognitif belum mencapai target ketuntasan yang diharapkan. ISSN : 2541-4704
Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus I, masih perlu dilakukan perbaikan pembelajaran yaitu dengan melanjutkan ke tindakan II supaya target dari aspek hasil belajar dapat terpenuhi sehingga kompetensi pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Selain mengupayakan untuk meningkatkan hasil belajar, juga diupayakan untuk mempertahankan peningkatan proses belajar yang telah tercapai dan diupayakan adanya peningkatan yang lebih tinggi dari target yang sudah dicapai di siklus I. 2.Siklus II Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka metode pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk saling bekerja bersama dalam proses belajar serta memupuk tanggung jawab yang cukup tinggi dari para pebelajar. Model pembelajaran ini berbentuk teamwork atau kelompok kerja sehingga menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran secara berkelompok di kelas, sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam hal interaksi siswa dalam belajar, jika dibandingkan dengan belajar secara individual. Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan konsep pada materi pembelajaran Level Elementary. Dilihat dari jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan pada siklus I sebanyak 57,14 %, pada siklus II sebanyak 85,71 % (Tabel 11). Dengan demikian, dapat diketahui bahwa metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan kualitas proses dan prestasi belajar Level Elementary di kelas XI B-Tari SMK Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. 5.1. Simpulan 1. Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan kualitas proses belajar Bahasa Inggris pokok bahasan Level Elementary. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan siklus I dan siklus II. Pada siklus I aspek aktifitas siswa dalam bertanya pada siklus I sebesar 23,80 % yang kemudian meningkat menjadi 38,89 % pada siklus II. 2. Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris pokok bahasan Level Elementary. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan tes siklus I dan tes siklus II. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa
9
Ijer.web.id
Indonesian Journal on Education and Research - Volume 1 No 1 – Desember 2016
sebesar 57,14% yang kemudian meningkat menjadi 85,71 % pada siklus II. A.Implikasi 1.Implikasi Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk mengadakan upaya bersama antara guru, orang tua dan siswa serta pihak sekolah lainnya agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil dan proses belajar bahasa inggris secara maksimal. 2.Implikasi Praktis Secara praktis berdasarkan hasil penelitian, metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat diterapkan pada kegiatan belajar mengajar bahasa inggris untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa pada materi Bahasa Inggris pokok bahasan Level Elementary. 5.2. Saran 1. Guru/ Peneliti b. Hendaknya guru dapat menyajikan materi Bahasa Inggris menggunakan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan baik, sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. c. Hendaknya peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis sedapat mungkin terlebih dahulu menganalisis kembali perangkat pembelajaran yang telah dibuat untuk disesuaikan penggunaanya, terutama dalam hal alokasi waktu, fasilitas pendukung dan karakteritik siswa yang ada pada sekolah tempat penelitian tersebut. d. Hendaknya penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya dengan mengaitkan aspek-aspek yang belum diungkapkan dan dikembangkan. 2. Siswa Hendaknya siswa dapat memberikan respon yang baik terhadap guru dalam menyajikan materi Bahasa Inggris menggunakan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
[2] Anita Lie. 2002. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo. [3] Arend, R. I .1997. Learning to Teach. Terjemahan Helly Pajitno Soetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [4] Kasihani Kasboelah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negeri Malang. [5] Krisnani, Yiyis. 2013. English For Vocational Schools. Yogyakarta : LP2IP. [6] Moleong J. L. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. [7] Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta : Kanisius. [8] Miles, M. B. dan Huberman, A .M. 1995. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UIPress. [9] Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. [10] Nancy Fitchman Dana. 2008. Connecting Action Research to Individual Student Needs. Jurnal Online. http://www.learningaccount.net/managed_Fil es/TA001_142.htm, Diakses pada tanggal 3 September 2009. [11] Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga [12] Sardiman AM. 2004. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. [13] Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta. [14] Slametto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta [15] Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning Theory Research and Practice. Boston : Allyn dan Bacon [16] ______________. 2005. Cooperative Learning Theory Research and Practice. Terjemahan Nurulita Yusron. Bandung: Penerbit Nusa Dua [17] Suharsimi Arikunto, Suhardjono, & Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
DAFTAR PUSTAKA [1] Anas Sudijono. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. ISSN : 2541-4704
10