Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
PENGGUNAAN ALPEN (ALAT PERMAINAN PECAHAN) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DI SDN 28 TIBAWA KAB. GORONTALO Suparman Pilomonu, S.Pd. SDN 28 Tibawa, Desa Ilomata, Kec. Tibawa, Kab. Gorontalo;
[email protected] Abstrak. Penelitian ini sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi bilangan pecahan pada mata pelajaran matematika semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di kelas IV SDN 28 Tibawa. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, peneliti menggunakan media ALPEN (Alat Permainan Pecahan) dalam pembelajaran.Dapat dijelaskan bahwa sesuai dengan hasil observasi awal, hasil belajar siswa sangatlah rendah. Hal ini ditunjukkan nilai rata-rata siswa yang hanya mencapai 55 dengan ketuntasan klasikal 0%. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus 1 terjadi peningkatan yang signifikan yaitu nilai rata-rata siswa naik menjadi 86 dengan ketuntasan klasikal mencapai 82%. Meskipun telah berhasil, namun untuk lebih meyakinkan lagi, maka tetap dilaksanakan tindakan siklus 2. Setelah dilaksanakan tindakan siklus 2, maka terjadi peningkatan hasil belajar siswa yakni, nilai rata-rata siswa mencapai 94 dengan ketuntasan klasikal sebesar 100%. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan ALPEN (Alat Permainan Pecahan) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi bilangan pecahan di kelas IV SDN 28 Tibawa semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Kata Kunci. ALPEN, Hasil Belajar Siswa
1. Pendahuluan Perkembangan kognitif anak usia sekolah dasar yaitu antara 6 – 11 tahun adalah pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak belajar melalui pengalaman langsung dan manipulasi bendabenda. Memperhatikan hal itu, tentu pembelajaran di sekolah dasar harus dilaksanakan secara konkret bukan secara verbal dan simbolis. Khususnya pada mata pelajaran matematika, siswa tak dapat memahami angka (simbol) dan sebutan angkanya (verbal) secara langsung, akan tetapi harus dikenalkan melalui benda-benda nyata. Pada materi pecahan sederhana yang diajarkan pada kelas IV semester genap biasanya guru langsung mengenalkan pecahan dan menuliskannya di papan tulis, kemudian membandingkan pecahan dengan menggunakan rumus kali silang, bahkan langsung mengajarkan penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan rumus menyamakan penyebut tanpa memperhatikan penggunaan media-media yang konkret. Hal ini akan berakibat siswa tidak memahami dengan benar konsep pecahan, mengapa disebut pecahan, bagaimana perbandingan pecahan, bagasiswaimana mengurutkan pecahan, bagaimana penjumlahan dan pengurangan pecahan dalam bentuk yang nyata.
1
Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
Pemahaman yang kurang baik terhadap konsep pecahan akan menyebabkan siswa tidak memiliki bekal yang memadai dalam pemecahan masalah berkaitan dengan pecahan yang akan mereka dapatkan di kelas yang lebih tinggi. Untuk membantu penanaman konsep pecahan penulis membuat satu alat permainan pecahan yang kemudian disingkat menjadi ALPEN sebagai sarana belajar peserta didik. Dengan menggunakan ALPEN ini siswa dapat melihat dengan langsung bagaimana pecahan itu, bagaimana perbandingan pecahan, bagaimana penjumlahan dan pengurangan pecahan dalam bentuk yang nyata. Dengan ALPEN ini pula penanaman konsep pecahan pada mata pelajaran matematika kelas IV semester genap dapat dipenuhi.
Kotak ALPEN Kotak PEN
PEN
Gambar 1. ALPEN Keterangan gambar: 1. Kotak PENadalah kotak tempat meletakkan PEN 2. PEN adalah batangan yang menggambarkan berbagai nilai pecahan Adapun tujuan inovasi pembelajaran ini adalah: 1) Memberikan pengalaman belajar yang menarik dan bermakna bagi siswa, dan 2) Meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi bilangan pecahan pada mata pelajaran matematika semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di kelas IV SDN 28 Tibawa.
2. Landasan Teori Pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari suatu keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda, atau bagian dari suatu himpunan (ST.Negoro, B.Harahap, 1998: 260). Sejalan dengan pendapat tersebut, Sunardi dan Heryanto (1997:57) ......pada pecahan , a disebut pembilang dan b disebut penyebut pecahan tersebut, yang masing-masing mempunyai nilai yang berbeda. Pada ALPEN, pembilang dan penyebut dapat dijelaskan melalui gambar 2.
2 1
Gambar 2. Pembilang dan Penyebut pada ALPEN Keterangan gambar: 1. Jumlah PEN yang terletak di Kotak PEN menunjukkan pembilang.
2
Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
2.
Contoh: jika terdapat 1 PEN pada Kotak PEN, maka pembilangnya adalah 1. JumlahKotak PEN seluruhnya menunjukkan penyebut. Contoh: jika Kotak PEN seluruhnya berjumlah 3, maka penyebutnya adalah 3.
Pada gambar 2 di atas, satubuah PEN diletakkan pada Kotak PEN yang keseluruhan berjumlah 3 (PEN yang diletakkan harus sesuai warna dan ukuran Kotak PEN). Satubuah PEN menunjukkan pembilang dan tigaKotak PEN menunjukkan penyebut, maka nilai pecahan yang dibentuk adalah . Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pecahan adalah bilangan yang mewakili suatu bagian tak utuhatau gabungan dari bagian utuh dan tak utuh. Bagian tak utuh adalah bagian yang tidak terpisah dari bagian lainnya secara keseluruhan, sehingga dalam penyebutan pecahan, keseluruhan bagian harus tetap disebutkan. Contoh: adalah sebutan pecahan untuk mewakili 1 bagian dari 2 bagian seluruhnya.
adalah sebutan pecahan untuk menggambarkan 1 bagian dari 3 bagian
seluruhnya. Pecahan juga bisa dalam bentuk gabungan bagian utuh dan tak utuh. Contoh: 1 , adalah pecahan yang mewakili 1 bagian utuh ditambah dengan 1 bagian tak utuh dari 2 bagian seluruhnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwapermainan adalah sesuatu yang digunakan untuk bermain; barang atau sesuatu yang dipermainkan. Selaras dengan itu, menurut Bettelheim seperti yang dikutip oleh Tedjasaputra (2001:60) bahwa permainan adalah kegiatan yang ditandai oleh aturan serta persyaratan-persyaratan yang disetujui bersama dan ditentukan dari luar untuk melakukan kegiatan dalam tindakan yang bertujuan. SementaramenurutZulkifli(1995:38) permainanmerupakankesibukan yang dipilihsendiritanpaadaunsurpaksaan, tanpadidesak rasa tanggungjawabdantidakmempunyaitujuantertentumelainkanpermainanitusendiri. Dari beberapadefinisi di atasdisimpulkanbahwapengertianpermainanadalahsuatukegiatan yang menyenangkandanmembangkitkan rasa keingintahuandanmotivasimelakukankegiatantertentu.Adapunpengertianalatadalahbenda yang dipakaisebagaisaranauntukmencapaitujuan.Jadialatpermainan yang dimaksudadalahalat yang digunakansebagaisaranauntukbermaindalampendidikan.Alatpermainan yang tersediadapatdijadikan media pengajarandandapatdijadikansaranauntukmenarikperhatian,pemahaman,sertaperkembangandanpertum buhansiswa.
3. ALPEN (Alat Permainan Pecahan) ALPEN adalahsebuahalat yang terdiridariKotakALPEN (di dalamnya terdapat Kotak PEN) dan PEN.Kotak PEN adalahtempatmeletakkan PEN (lihat gambar 1). PEN terdiridari PEN 1, PEN , PEN , PEN , PEN , PEN , PEN
, dan PEN
.
Denganalatini, siswadapatmelihatsecaralangsungbahwapecahanituberasaldari satubagian yang Gambar 3. PEN utuh,kemudiandipecahmenjadibeberapabagian yang samabesar. Merekajugadapatmelihatdenganjelaskonseppecahansenilaidanmembandingkanpecahan.Alatini jugadapatmemberikangambaran yang konkrettentangpenjumlahandanpenguranganpecahan. Dari
3
Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
penjumlahanataupenguranganpecahanberpenyebutsamadanberpenyebutbeda, sampaidenganpenjumlahan atau penguranganpecahanbiasadancampuran. Oleh karenanyaalatinimemilikibanyakkelebihandibanding media ataualatperaga yang sudahadaselamainisepertiblokpecahan, rodapecahandansebagainya. Alatinipun sangatmudahdibuat oleh gurudenganbahan yang sangatmurahdanmudahdidapat. Aturanpenggunaan ALPEN: 1). PEN harusdiletakkanpadakotak ALPEN sesuaidengannilaipecahannya, 2). Banyak PEN yang terdapatpadaKotak ALPEN menunjukkannilaipecahannya, 3). Untukmenentukanpecahansenilailangsungdapatdilihatpadabagian yang samabesar, 4).Untukmenentukanperbandinganpecahandapatdilihatlangsungpadabesarkecilnyabagianpecahan, dan 5).Untukpenjumlahanmaka PEN harusdisambung, danpenguranganmenimpabagian PEN yang pertama. Contoh penjumlahan pecahan penyebut sama. Soal :
=
Letakkan 2 PEN Kotak PEN
pada
Letakkan 1 PEN Kotak PEN menyambung sebelumnya
pada untuk 2PEN
Jumlah PEN = 3 (pembilang) yang terletak pada Kotak PEN 4 (penyebut). Nilai pecahan yang dibentuk adalah Gambar 4. Penjumlahan pecahan penyebut sama Contoh penjumlahan pecahan penyebut beda. Soal :
=
1.
Letakkan 1 PEN pada Kotak PEN
1.
Letakkan 1 PEN pada Kotak PEN untuk menyambungPEN sebelumnya
1.
Perhatikan panjang PEN yang terbentuk oleh PEN sama
4
panjang PEN
Gambar 5. Penjumlahan pecahan penyebut beda
dengan
Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
Contoh pengurangan pecahan penyebut sama. Soal :
=
1.
Letakkan 3 PEN
pada
Kotak PEN
2.
Keluarkan 1 PEN pada Kotak PEN
3.
Yang tersisa adalah 2 PEN (pembilang) pada Kotak PEN 4 (penyebut). Nilai pecahan yang dibentuk adalah
Gambar 6. Pengurangan pecahan penyebut sama Contoh pengurangan pecahan penyebut beda Soal :
=
1.
Letakkan 2 PEN pada Kotak PEN
1.
Timpakan 1 PEN pada
ujung
paling
kanan daerah . 1.
Perhatikan sisa daerah PEN
setelah tertutup
PEN
. Sisa daerah
yang terbentuk adalah sama dengan daerah (senilai).
5
Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
Gambar 7. Pengurangan pecahan penyebut beda Untuk tutorial lengkapcarapenggunaan ALPEN dapatdilihatpadaurl: gg.gg/tutorialalpenatau di youtube.com/watch?v=csxoC2C72O8
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Observasi Awal Untuk memperoleh data tentang kemampuan awal siswaterhadap konsep pecahan, dilakukan observasi dengan memberikan soal pretest. Siswa diminta menjawab 7 nomor soal yang berisi pertanyaan tentang konsep pecahan dan perbandingan pecahan (soal terlampir). Setelah jawaban siswa dikumpulkan dan dianalisis, diperoleh hasil seperti tersaji pada tabel 1. Tabel 1. Data Hasil Pretes (Observasi Awal) NO.
NAMA SISWA
JUMLAH BENAR
SKOR
NILAI
KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
ABDUL RIZAL MAHMUD ALDI ANTUTA ALHAM A. MOHI APDAL HASAN EPAN DJ. PIYO FEMAS R. TUNTULA MOH. ABDUL RAFI MOODUTO NURAIN S. AHMAD RIKAL RAMADHANI PIYO SULEMAN R. SOMAN TIARA THAMRIN
5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 2
10 10 8 8 8 8 6 6 8 8 4
71 71 57 57 57 57 43 43 57 57 29
TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT
RATA-RATA
55
JUMLAH TUNTAS
0
KETUNTASAN KLASIKAL (%)
0
Keterangan: T = Tuntas TT = Tidak Tuntas
4.2 Siklus 1 Padasiklus 1, kegiatanpembelajaranmateripecahandilakukanberbantukanalatperaga ALPEN, dengancarapenggunaansepertitertulissebelumnya. Hasilbelajarsiswapadasiklusinitersajidalamtabel 2.
Tabel 2. Data Hasil Belajar Siklus 1
6
Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
NO.
NAMA SISWA
JUMLAH BENAR
SKOR
NILAI
KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
ABDUL RIZAL MAHMUD ALDI ANTUTA ALHAM A. MOHI APDAL HASAN EPAN DJ. PIYO FEMAS R. TUNTULA MOH. ABDUL RAFI MOODUTO NURAIN S. AHMAD RIKAL RAMADHANI PIYO SULEMAN R. SOMAN TIARA THAMRIN
7 6 6 6 5 6 5 6 7 6 6
14 12 12 12 10 12 10 12 14 12 12
100 86 86 86 71 86 71 86 100 86 86
T T T T TT T TT T T T T
RATA-RATA
86
JUMLAH TUNTAS
9
KETUNTASAN KLASIKAL (%)
82
Keterangan: T = Tuntas, TT = Tidak Tuntas
4.3 Siklus 2 Untuklebihmeyakinkanhasilbelajar yang diperolehpadasiklus 1, dilakukanlagikegiatan yang serupapadasiklus 2.Hasilbelajarsiswapadasiklus 2 tersajidalamtabel 3.
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tabel 3. Data Hasil Belajar Siklus 2 JUMLAH NAMA SISWA SKOR BENAR ABDUL RIZAL MAHMUD 7 14 ALDI ANTUTA 7 14 ALHAM A. MOHI 7 14 APDAL HASAN 7 14 EPAN DJ. PIYO 6 12 FEMAS R. TUNTULA 7 14 MOH. ABDUL RAFI MOODUTO 6 12 NURAIN S. AHMAD 6 12 RIKAL RAMADHANI PIYO 7 14 SULEMAN R. SOMAN 6 12 TIARA THAMRIN 6 12
RATA-RATA JUMLAH TUNTAS KETUNTASAN KLASIKAL (%)
NILAI
KET
100 100 100 100 86 100 86 86 100 86 86
T T T T T T T T T T T
94 11 100
Keterangan: T = Tuntas, TT = Tidak Tuntas
5.Analisis Data/Informasi Hasil Penggunaan dalam Pembelajaran Berdasarkandata yang diperoleh pada kegiatan observasi awal, diperoleh hasil belajar yang sangat rendah yaitu; nilai rata-rata siswasebesar 55; jumlah siswa yang tuntas 0 dari 11 orang; dan ketuntasan klasikal sebesar 0%.
7
Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
Kemudian setelah dilakukan pembelajaran pada siklus 1, terjadi peningkatan hasil belajar yaitu; nilai rata-rata siswasebesar 86; jumlah siswayang tuntas 9 dari 11 orang; dan ketuntasan klasikal sebesar 82%. Dari data ini maka diperoleh gambaran bahwa pembelajaran siklus 1 sudah berhasil. Namun, untuk lebih meyakinkan lagi maka dilakukan pembelajaran pada siklus 2 dengan asumsi bahwa apabila hasil belajar yang diperoleh pada siklus 2 tidak mengalami penurunan dan cenderung meningkat, maka penelitian dianggap berhasil. Namun apabila hasilnya menurun, maka perlu dilakukan perbaikan pada hal-hal yang dianggap perlu dan dilaksanakan pada siklus selanjutnya. Setelah dilakukan pembelajaran pada siklus 2, diperoleh hasil belajar siswa cenderung meningkat yaitu; nilai rata-rata siswanaik menjadi 94; jumlah siswa yang tuntas naik menjadi 11 orang; dan ketuntasan klasikal sebesar 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dianggap berhasil.
6. Kesimpulan dan Saran Penanaman konsep yang tepat pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi pecahan sangatlah penting. Kegagalan memahami konsep pecahan akan membuat anak sulit memahami pengembangan materi pecahan pada kelas yang lebih tinggi. Alat Permainan Pecahan (ALPEN) pada pembelajaran matematika dapat membantu anak dalam memahami konsep pecahan, pecahan senilai, perbandingan pecahan, serta penjumlahan dan pengurangan pecahan. Dengan pemahaman konsep yang baik maka akan meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat memudahkan mereka memahami pelajaran-pelajaran selanjutnya. Dengan melihat keberhasilan yang telah dicapai pada penelitian ini, maka penulis dapat menyarankan hal-hal berikut: 1). Guru dapat menggunakan media ALPEN dalam pembelajaran matematika kelas III, IV, V dan VI; 2). ALPEN dapat dibuat oleh guru ataupun siswa; 3). ALPEN adalah alat permainan, dalam pembelajaran penggunaan paling baik dalam suasana lomba atau bermain. 4). Guru harus selalu kreatif dalam membuat media yang memudahkan siswauntuk belajar; dan 5). Sebaiknya pembelajaran matematika senantiasa disajikan dalam suasana yang menyenangkan agar membangkitkan motivasi belajar siswa.
Daftar Pustaka Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta. Elizabeth Hurlock. 1997. Perkembangan Anak. Erlangga. Jakarta. Negoro, ST dan Harahap, B. 1998. Ensiklopedia Matematika. Galia Indonesia. Jakarta. Ruseffendi, E.T. 1997. Pengajaran Matematika Moderen Untuk Orang Tua dan Anak, Guru dan SPG. Tarsito. Bandung. Syamsuddin M. , Tasyrifin Karim, Mamsudi AR. 1998. Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA dan TPA. LPPTKA BKPRMI Pusat. Jakarta. Soemiarti Patmanodewo. 2000. Pendidikan Anak Prasekolah. Rineka Cipta. Jakarta. Sunardi dan Heriyanto. 1997. Mengenal Siswa Berkesulitan Belajar. UNS. Surakarta. Tedjasaputra, Mayke. S. 2001. Bermain. Mainan, dan Permainan. Grasindo. Jakarta. Zulkifli. 1995. Psikologi Perkembangan. Remaja Rosdakarya. Bandung.
8
Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
Lampiran 1
Lampi ran 2
9
Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
Lampiran 3
10
Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Edisi 2 2014 http://idealmathedu.p4tkmatematika.org ISSN 2407-7925
11