BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur berupa perbedaan tinggi dan relief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada peta topografi dan pengamatan secara langsung di lapangan, bentuk morfologi yang teramati berupa rangkaian bukit dan lembah. Berdasarkan interpretasi peta topografi tambang (sisipan peta di Lampiran F), dominasi pola kontur yang rapat dan kasar menunjukkan adanya perbedaan ketinggian dan relief yang cukup besar dengan dominan bentuk morfologi berupa deretan perbukitan yang mengelilingi lembah yang curam serta danau di bagian tengahnya. Pada wilayah di luar daerah tambang masih merupakan perbukitan yang diselimuti pepohonan yang rimbun. Perbukitan dapat terbentuk karena banyak hal dan dapat diakibatkan oleh peristiwa alam (contoh: peristiwa geologi, erosi) atau aktifitas manusia. Pada daerah penelitian, morfologi yang terbentuk merupakan akibat dari aktifitas manusia untuk penambangan batubara, seperti pengerukan bukit, penimbunan batuan dan peledakan (blasting) yang menyebabkan terbentuknya lereng – lereng dengan kemiringan yang cukup terjal (Foto 3.1).
21
BAB III Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Foto 3.1 Perbukitan di daerah penelitian
Lembah yang terbentuk di daerah penelitian juga diakibatkan aktifitas penambangan, seperti pengerukan bukit, penimbunan batuan dan peledakan (blasting). Danau yang berada di lembah merupakan akumulasi dari air hujan yang belum dipompa keluar (Foto 3.2). Masa transisi karena pergantian pemilik menyebabkan aktifitas penambangan dihentikan selama beberapa bulan sehingga akumulasi air hujan semakin tinggi karena tidak dipompa keluar.
22
BAB III Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Foto 3.2 Lembah dan danau di daerah penelitian
III.2 Stratigrafi Daerah Penelitian Penentuan stratigrafi daerah penelitian diperoleh melalui korelasi dari pengukuran penampang stratigrafi pada sebelah barat dan timur tambang (Lampiran E). Pengukuran Penampang Stratigrafi (PPS) dilakukan secara vertikal di tebing - tebing (Foto 3.3) pada bagian barat tambang (Foto 3.4) dan timur tambang (Foto 3.5 dan Foto 3.6). Pengukuran Penampang Stratigrafi (PPS) dilakukan secara umum dari daerah penelitian (Lampiran E) dan secara detil di lapisan yang kaya akan moluska (Lampiran F).
23
BAB III Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Utara
Foto 3.3 Lokasi Pengukuran Penampang Stratigrafi (PPS)
Foto 3.4 Lokasi PPS Barat
Foto 3.5 Lokasi PPS Timur
bagian atas
Foto 3.6 Lokasi PPS Timur
bagian bawah
Berdasarkan ciri litologi yang diamati di lapangan serta hasil analisis laboratorium, stratigrafi daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi enam (6) satuan berdasarkan satuan litostratigrafi tidak resmi (lampiran E dan lampiran E). Berdasarkan urutan dari tua ke muda adalah sebagai berikut: Satuan Tanah Purba, Satuan Batupasir Breksian, Satuan Batulempung, Satuan Batugamping, Satuan Batubara, Satuan Batulanau – Perselingan Batulempung dan Serpih.
III.2.1 Satuan Tanah Purba III.2.2.1 Penyebaran dan Ketebalan Satuan Tanah Purba ditemukan di bagian baratdaya tambang. Pada kolom stratigrafi satuan ini diberi warna coklat. Ketebalan satuan ini adalah lebih dari 5 meter.
24
BAB III Tatanan Geologi Daerah Penelitian
III.2.2.2 Ciri Litologi Satuan ini diperkirakan sebagai tanah purba, yang dicirikan oleh kenampakan zonasi pelapukan dan terdapat nodul – nodul oksida besi. Pada singkapan terlihat 3 zonasi pelapukan. Pada bagian bawah, berwarna kemerahan yang menandakan tingkat pelapukan yang kuat. Pada bagian tengah, berwarna keabu - abuan yang menandakan tingkat pelapukan yang cukup kuat. Pada bagian atas, berwarna kemerahan yang menandakan tingkat pelapukan yang kuat.
Gambar 3.1 Sketsa zonasi pelapukan tanah purba di daerah penelitian
III.2.2.3 Hubungan Stratigrafi Batas bagian bawah Satuan Tanah Purba tidak diketahui karena tidak ditemukannya satuan di bawah satuan ini di daerah penelitian. Satuan Batupasir Breksian terendapkan tidak selaras di atas satuan ini.
III.2.2 Satuan Batupasir Breksian III.2.2.1 Penyebaran dan Ketebalan Satuan Batupasir Breksian ditemukan di bagian baratdaya tambang. Pada kolom stratigrafi satuan ini diberi warna coklat. Ketebalan satuan ini adalah 0,8 meter.
25
BAB III Tatanan Geologi Daerah Penelitian
III.2.2.2 Ciri Litologi Satuan ini tersusun oleh litologi berupa batupasir breksian sisipan batupasir kasar dan berada di atas tanah purba dan di bawah batulempung. Batupasir breksian, matriks berukuran pasir halus – sedang bersifat karbonan, fragmen berupa batugamping, kuarsa, batuan metamorf berukuran 0,1 – 3 sentimeter yang menyudut tanggung, berlapis buruk dengan struktur sedimen perlapisan bersusun (Foto3.7). Sisipan batupasir berwarna abu – abu terang, berukuran pasir kasar, karbonan.
Foto 3.7 Satuan Batupasir Breksian dengan fragmen: batugamping, kuarsa, batuan metamorf berukuran 0,1 – 3 sentimeter yang menyudut tanggung III.2.2.3 Hubungan Stratigrafi Satuan Batupasir Breksian terendapkan tidak selaras dengan tanah purba yang terendapkan dibawahnya.
III.2.3 Satuan Batulempung III.2.3.1 Penyebaran dan Ketebalan Satuan Batulempung ditemukan di bagian baratdaya tambang. Pada kolom stratigrafi satuan ini diberi warna hijau terang. Ketebalan satuan adalah 6,5 meter.
26
BAB III Tatanan Geologi Daerah Penelitian
III.2.3.2 Ciri Litologi Satuan ini tersusun oleh litologi berupa batulempung (Foto 3.8). Pada satuan ini dijumpai lensa batupasir dan lensa batugamping. Pada bagian bawah didapatkan batulempung berwarna coklat muda, bersifat karbonan dan getas. Pada bagian tengah satuan ini didapatkan batulempung berwarna abu – abu tua, karbonan, getas dan terdapat lensa batupasir. Lensa batupasir dengan ukuran butir kasar, berwarna abu – abu, karbonan, dengan komposisi: litik, kuarsa, butir membundar – menyudut tanggung, pemilahan buruk dengan kemas terbuka dan porositas buruk. Pada bagian atas didapatkan batulempung berwarna abu – abu muda, non karbonan, menyerpih – konkoidal, konkresi besi dan terdapat lensa batugamping. Lensa batugamping dengan ukuran butir halus – sedang, pemilahan baik, kemas tertutup, porositas buruk dan terdapat nodul – nodul. Lapisan lignite tipis setebal 10 cm, berwarna hitam kusam, kilap kusam (dull), getas, terendapkan paling akhir dari satuan batuan ini.
lignite
Lensa batugamping
Foto 3.8 Satuan Batulempung yang terdapat lensa batugamping dan lapisan lignite
27
BAB III Tatanan Geologi Daerah Penelitian
III.2.3.3 Hubungan Stratigrafi Satuan Batulempung terendapkan selaras dengan Satuan Batupasir Breksian yang terendapkan dibawahnya.
III.2.4 Satuan Batugamping III.2.4.1 Penyebaran dan Ketebalan Satuan Batugamping ditemukan di bagian baratdaya tambang. Pada kolom stratigrafi satuan ini diberi warna biru. Ketebalan satuan ini adalah 2,2 meter.
III.2.4.2 Ciri Litologi Satuan ini tersusun oleh litologi berupa batugamping. Batugamping ini kemungkinan besar terbentuk dari alga air tawar. Nodul – nodul yang ditemukan pada tubuh batugamping memperkuat alasan tersebut karena nodul – nodul ini juga kemungkinan besar berasal dari alga air tawar.. Batugamping berwarna coklat, ukuran butir halus – sedang, pemilahan baik, kemas tertutup, porositas buruk dan terdapat banyak nodul – nodul (Foto 3.9).
Satuan Batugamping
Foto 3. 9 Satuan Batugamping di bagian baratdaya tambang
28
BAB III Tatanan Geologi Daerah Penelitian
III.2.4.3 Hubungan Stratigrafi Satuan Batugamping terendapkan selaras dengan Satuan Batulempung yang terendapkan dibawahnya.
III.2.5 Satuan Batubara III.2.5.1 Penyebaran dan Ketebalan Batas bawah batubara ditemukan di sebelah baratdaya tambang sedangkan batas atas ditemukan di sebelah timur tambang. Pada kolom stratigrafi satuan ini diberi warna hitam. Ketebalan satuan ini tidak dapat diukur di lapangan karena batubara yang tersingkap sudah banyak ditambang. Tetapi berdasarkan Butterworth dan Wain (1993), satuan ini memiliki ketebalan ± 17 meter.
III.2.5.2 Ciri Litologi Satuan ini tersusun oleh litologi berupa batubara berwarna hitam agak mengkilat, kilap minyak dan getas (Foto 3.10).
Satuan Batubara
Foto 3.10 Satuan Batubara di bagian timur tambang
29
BAB III Tatanan Geologi Daerah Penelitian
III.2.5.3 Hubungan Stratigrafi Satuan Batubara terendapkan selaras dengan Satuan Batugamping yang terendapkan dibawahnya.
III.2.6 Satuan Batulanau – Serpih III.2.6.1 Penyebaran dan Ketebalan Satuan Batulanau – Serpih ditemukan di bagian barat dan timur tambang. Pada kolom stratigrafi satuan ini diberi warna kuning muda. Ketebalan satuan ini di sebelah barat adalah lebih dari 125,2 meter sedangkan di sebelah timur adalah lebih dari 53 meter.
III.2.6.2 Ciri Litologi Satuan ini tersusun oleh litologi berupa batulanau dan perselingan batulempung – serpih sebagai sisipan di antaranya. Pada bagian terbawah dari satuan ini adalah batulanau dengan ketebalan ± 16 meter di sebelah barat dan 12 meter di sebelah timur. Batulanau berwarna abu – abu muda, karbonan, masif dengan struktur sedimen: laminasi sejajar. Ditemukan fosil cetakan daun yang masih memperlihatkan bekas tulang daun (Foto 3.11). Lensa berupa batu gamping berwarna coklat muda di sebelah barat tambang.
Foto 3.11 Fosil cetakan daun yang masih memperlihatkan bekas tulang daun
30
BAB III Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Berdasarkan sayatan tipis (Lampiran A-1), batulanau memiliki tekstur klastik, terpilah baik, kemas tertutup, butiran berupa kalsit (15%), mineral opak (5%), matriks berupa lempung (69%), semen berupa kalsit (10%), porositas (1%). Pada bagian selanjutnya terdapat sisipan perselingan batulempung dan serpih. Sisipan ini ditemukan di bagian barat dan timur tambang. Ketebalan sisipan ini adalah ± 29, 2 meter di sebelah barat dan 21 meter di sebelah timur. Pada 10,2 meter pertama di sebelah barat dan 8 meter pertama di sebelah timur, sisipan perselingan batulempung dan serpih memiliki fosil gastropoda yang sangat sedikit di sebelah barat dan tidak ditemukan di sebelah timur (Foto 3.12). Batulempung
pada bagian ini teroksidasi merah, berwarna coklat di bagian
segarnya, karbonan, konkresi oksida besi, masif. Serpih pada bagian ini berwarna hitam, abu – abu kecoklatan di bagian segarnya, karbonan, menyerpih – konkoidal. Lensa berupa batulanau, keabu-abuan, karbonan ditemukan di sebelah barat tambang.
Foto 3.12 Sisipan perselingan batulempung dan serpih yang tidak terdapat fosil gastropoda di bagian timur tambang
31
BAB III Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Berdasarkan sayatan tipis (Lampiran A-2), batulempung pada bagian ini memiliki tekstur klastik, terpilah baik, kemas tertutup, , butiran mineral opak (20%), matriks berupa lempung (69%), semen berupa kuarsa (10%), porositas (1%). Hasil analisis granulometri (Lampiran C-1) menunjukkan empat (4) sistem arus yang bekerja dalam proses pengendapan serpih pada bagian ini dengan populasi arus traksi yang dominan. Pada ketebalan ± 19 meter selanjutnya di sebelah barat dan 13 meter selanjutnya di sebelah timur, terdapat sisipan perselingan batulempung dan serpih yang kaya akan fosil gastropoda (Foto 3.13). Terdapat 2 jenis serpih pada bagian ini, yaitu: serpih berwarna abu – abu muda dan serpih berwarna abu – abu tua. Serpih berwarna abu-abu muda memiliki fosil gastropoda yang berlimpah dan sangat menyerpih sedangkan serpih berwarna abu-abu tua hanya memiliki sedikit sedikit fosil gastropoda dan konkoidal. Batulempung pada bagian ini teroksidasi merah, banyak ditemukan fosil gastropoda, konkresi oksida besi, masif. Lensa berupa tufa berwarna putih, agak getas dan lensa batugamping berwarna abu-abu muda ditemukan di bagian barat tambang.
Foto 3.13 Sisipan perselingan batulempung dan serpih yang kaya akan fosil gastropoda
32
BAB III Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Berdasarkan sayatan tipis (Lampiran A-3), batulempung pada bagian ini memiliki tekstur klastik, terpilah baik, kemas tertutup, , butiran berupa cangkang moluska (20%), matriks berupa lempung (69%), semen berupa kalsit (10%), porositas (1%). Hasil analisis XRD (X-Ray Diffraction) menunjukkan serpih pada bagian ini terdiri dari mineral kuarsa, kalsit dan mineral lempung berupa kaolinit dan illit (Lampiran B). Pada bagian atas terdapat batulanau dengan ketebalan lebih dari 80 meter di sebelah barat dan lebih dari 20 meter di sebelah timur. Batulanau berwarna abu – abu muda, karbonan, masif dengan struktur sedimen: laminasi sejajar. Ditemukan fosil cetakan daun dan sisipan diatom. Berdasarkan sayatan tipis (Lampiran A-4), batulanau memiliki tekstur klastik, terpilah baik, kemas tertutup, butiran berupa kuarsa (5%), material karbon (10%), matriks berupa lempung (74%), semen berupa kuarsa (10%), porositas (1%). Hasil analisis granulometri (Lampiran C-2) menunjukkan empat (4) sistem arus yang bekerja dalam proses pengendapan batulanau dengan populasi arus traksi yang dominan.
III.2.5.3 Hubungan Stratigrafi Satuan Batulanau Bawah terendapkan selaras dengan Satuan Batubara yang terendapkan dibawahnya (Foto 3.14).
33
BAB III Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Batulanau
Satuan Batubara
Foto 3.14 Batas Satuan Batulanau –Serpih dengan Satuan Batubara Sisipan perselingan batulempung dan serpih terendapkan selaras dengan batulanau dibawahnya. Batulanau bagian atas terendapkan berangsur dengan sisipan serpih dibawahnya (Foto 3.15).
34
BAB III Tatanan Geologi Daerah Penelitian
batulanau
serpih
Foto 3.15 Batas berangsur Serpih dan Batulanau
35
BAB III Tatanan Geologi Daerah Penelitian
III.3 Struktur Daerah Penelitian Kenampakan struktur yang ditemukan di daerah tambang berupa drag fold (Foto 3.16) dan lapisan tegak (Foto 3.17) di pit E tambang.
Foto 3.16 Drag fold di pit E tambang
36
BAB III Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Foto 3.17 Lapisan tegak di pit E tambang
37