Lokasi Daerah Penelitian Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka daerah-daerah yang menjadi obyek penelitian adalah tanah-tanah Andisol pada areal pertaI
narnan teh. P e d i lokasi terutama didasarkan atas adanya perbedaan bahan induk (umur, asal dan sifat bahan volkan) dan zona agroklimat. Kedua faktor tersebut diperoleh informasinya melalui pengkajian peta geologi dan peta zona agroklimat di daerah Jawa Barat.. Iiasil kajian tersebut merupakan arahan awal dalam pemilihan lokasi penelitian. Berdasarkan hasil kajian peta-peta geologi (skala 1 : 100 000 ) di lingkungan perkebunan teh PT Perkebunan (PTP) XI1 dan PTP XI11 dan peta zona agroklimat daerah Jawa Barat (Skala 1 : 250 000) (Kanwil Deptan Prop. Jabar, 1987), maka dijumpai enam macam bahan induk di tiga perkebunan teh yang berasal dari beberapa erupsi gunungapi yang berbeda atau dari gunungapi yang sama tetapi umur penimbunan hasil erupsinya berbeda. Perkebunan teh PTP XIII-Ciater (Kabupaten Subang, 1 250 m dml), memiliki areal perkebunan teh dengan jenis tanah Andisol yang berkembang di antaranya dari hasil erupsi fase A dan fase C Gunung Tangkuban Perahu (Van Bemrnelen, 1949). Hasil erupsi fase A merupakan formasi yang lebih tua dibandingkan hasil erupsi fase C dengan sifat bahan induk masing-masing andesitik. Perkebunan teh PT Perkebunan Sinumbra (1 750 m dml) di daerah Ciwidey Kabupaten Bandung memiliki jenis tanah Andisol di areal perkebuna~yayang berkembang dari dua bahan induk yang berbeda sumber serta umur penimbunannya. *:
Hasil erupsi Gunung Kendeng yang berumur tua, menempati bagian utara wilayah perkebunan ini, memiliki sifat bahan induk andesitik. Sedangkan hasil erupsi yang lebih muda dari Gunung Patuha, menempati bagian selatan areal perkebunan ini, memiliki sifat bahan induk basaltik.
Perkebunan PTP XIII-Sedep (1 850 m dml) di daerah Pangalengan Kabupaten Bandung, juga memiliki tanah Andisol yang berkembang dari bahan induk hasil erupsi dua gunungapi yang berbeda umur penimbunannya, tetapi memiliki sifat batuan yang sama yaitu basalt*.
Hasil erupsi kompleks Gunung Guntur, Pangkalan, dan Kendang
(G. Guntur Cs.),merupakan bahan induk yang lebih tua, sedangkan hasil erupsi
*
Gunung Papandayan berumur lebih muda.
Untuk lebih jelasnya, uraian tersebut di atas dapat dilihat pada Tabel 1. Lokasinya di daerah Jawa Barat disajikan pada Gambar Peta 2 Tabel 1. Tanah Andisol yang Berkembang dari Hasil Erupsi Beberapa Gunungapi pada Zona Agroklimat yang Berbeda di Perkebunan Teh PTP XII dan PTP XI11 di Daerah Jawa Barat No. Perkebunan
1. Ciater (PTP XIII) (1 250 m drnl)
Bahan Induk
- Erupsi A
Umur Bahan Induk
Bahan Induk
Zona Agroklimat
Tua
Andesit
. A
Muda
Andesit
A
Tua
Andesit
B1
Muda
Basalt
B1
Tua
Basalt
B2
Muda
Basalt
B2
G. T. Perahu
- Erupsi C G. T. Perahu 2. Sinumbra (PTP XII) (1 750 m dml)
- Erupsi G. Kendeng
- Erupsi G. Patuha 3. Sedep (PTP XIII) (1 850 m dml)
- Erupsi Kompleks G. Guntur cs.
- Erupsi G. Papandayan
u
S '2 m 0 CI
.-
VI
.-E C
e
-2 a
a
k C
e E
ffi
E -E 5
2 C
iii
.-iii
X
3
.-"
C
ffi .-
.z
2 C e
M n
.-
z
Y
3
2 0
N
z 6
9
E
G e o l o ~Daerah Penelitian Daerah yang diteliti terletak pada daerah gunungapi yang berada di sebelah Utara dan Selatan kota Bandung, Jawa Barat. Perkebunan Teh PTP XI1 - Ciater terle-
tak pada lereng bagian timur Gunung Tangkuban Perahu. Bagian perkebunan ini yang diteliti terletak pada batuan gunungapi hasil erupsi jarnan holosen tengah Gunung Dano clan Gunung Tangkuban Perahu yang terdiri dari tufa pasir sangat sarang, mEngandung
kristal-kristal hornblende yang kasar, dan lahar lapuk kemerah-merahan ( e ~ p s C, i Van Bemmelen, 1949; formasi Qyd, Silitonga, 1973), Bagian laimya dari perkebunan Ciater yang diteliti yaitu pada formasi Qyt (Silitonga, 1973) atau erupsi A dari Van Bemmelen (1949) yang b e ~ p tufa a berbatuapung, terdiri dari pasir tufaan, lapili dan bom-bom, lava berongga dan kepingan-kepingan andesit-basalt padat yang bersudut dengan banyak bongkah-bongkah dan pecahan batu-apung yang berasal dari hasil erupsi jaman holosen awal Gunung Tangkuban Perahu dan Gunung Tarnpornas. Perkebunan teh PTP XI1 - Sinumbra yang diteliti terletak pada dua formasi geologi yang berbeda yaitu formasi Qvp dan Qlk (Koesmono, 1976). Formasi Qvp merupakan batuan volkan muda hasil erupsi Gunung Patuha pada jarnan holosen tersusun dari lava dan lahar andesit-piroksin yang pejal dan berongga dengan massa dasar tufa pasiran yang berwarna abu-abu. Formasi Qlk, merupakan hasil erupsi Gunung Kendeng pada jaman pleistosen, tersusun dari aliran-aliran lava berselingan dengan endapan-endapan lahar daripada breksi andesit dan breksi tufa. Perkebunan teh PTP XI11 - Sedep yang diteliti terletak pada dua formasi geologi yang berbeda, yakni forrna-
si Qgpk dan Qyp (Alzwar, Akbar dan Bachri. 1976). Forrnasi Qgpk merupakan hasil erupsi jaman pleistosen dari kompleks Gunung Guntur, Pangkalan dan Kendang, yang terdiri dari remah lepas dan lava bersusunan andesit-basalt. Sedangkan formasi Qyp merupakan hasil erupsi Gunung Papandayan pada jaman halosen yang terdiri dari eflata dan lava aliran bersusunan andesit-basalt. Untuk lebih jelasnya pada Gambar 3, 4, dan
5 disajikan Peta Geologi masing-masing daerah penelitian.
Gambar 3
PETA
-
Jo1.n
d
Sungel 001..
F0,ll..I
-.-.-
0.1.
u.bUp.l..
L.k..I
P.n.ll11.n
---
GEOLOGI DAERAH
Q..l..l
CIATER
(SUBANG)
Gambar 4
-.
PETA
GEOLOGI
DAERAH SINUMBRA S k a l a 1 : 50.000
P
I
.
( ClWlDEY
34
1
. I
-! -\
'.
'.
n
\
./. / /-
./. 1 . J ---1.
---.-.CI-C:
dm I -a . m ~ . r-marno *ran IOW w u l l n c maqm a--dacn 1-r d a v l p d . W a l l M1.sll .*I W a d I d a . Rorn-h.l.n l a v v 1 -1 . s .or 4 0 C.I UQI* I M C I V I ~ ? R U O I ~ ~1.09.
"1.J. Suncl
Beta.
hlm0.1
Bale.
K.buca1.m
....
maws
A
I.."
LEQENDA
a*.I.
K.eem.Ie0
Kenpung
L
1.1....,
I...
Lava m n Loher o . ~ . t u b o don l oh or 4nde.n ~1r.b.ln PI* .CI Cm n .r.gg. C.1 Q.hlub..hhmhr.n aI.r ~ w b o r m m o l g l e n r r a -n I e b a l . d l r w n o.hteln fa. 1~11. PO I WW.I vg w $ r n ) n I cn b1.4 ~ r 1 1 W.~I w n:r
EX&' ~ o ~ w.b-.br( ~ ~bdu.w 0.41-L.r(.. !l,k rr tub WSlmn b.n.m
& * ~' : * $ ~ ~ ~ m ~ ~ 3 A ,mT . I *WOaOO.
JAA I
.
Gambar
35
5
1
I.1.
u.c.n.1.o
I.IPY.. LO
bas1 r.n.1111.n
8 a l U I aYOYY nl n u d e :LlI.10 don lor. oI1r.o b.r.u.unon mdo.ll-~ul,.mb.r a r m d o v a n ( lu1.s.n era11 M lE m UmP1.b OmMUl-mn b m n *n I(.odeo( : R.lpOb kW. I 1 ". b..lmutam * l l & * l t - b ~ . . ~ wmb- lmm O.A.1 I...O.Orpr-O . p c b n den O l(.nd& IlsHoon t.e*mI 0bhC
t$II
XI
.
JAwA eARAT I : 4000.000
Keadaan Iklim (Zona Awoklimat) Berdasarkan Peta Zona Agroklimat Oldeman (1975), daerah yang diteliti mempunyai zona agroklimat A, B1 dan B2. Data mengenai keadaan zona agroklimat, banyaknya rerata bulan basah (>200 mmlbulan) dan rerata bulan kering (< 100 mmlbulan) tahunan di daerah-daerah yang diteliti disajikan pada Tabel 2 dan Garnbar 6. I
Tabel 2.
Zona Agroklimat, Rerata Bulan Basah dan Bulan Kering Tahunan di Daerah Penelitian.
No. Perkebunan 1.
Ciater
2.
Sinumbra
3.
Sedep
Zona Agroklimat
Bulan Basah (bulan)
Bulan Kering (bulan)
Data curah hujan, hari hujan, suhu udara dan suhu tanah pada periode sepuluh tahun terakhir yang diperoleh berdasarkan hasil pencatatan masing-masirig perkebunan dan Stasiun Iklim terdekat disajikan pada Tabel 3. Sedangkan neraca air rerata bulanan pada periode sepuluh untuk masing-masing perkebunan disajikan pada Gambar 7. Evapotranspirasi diduga melalui persamaan Thornthwaite (1948 dalarn Arsyad, 1989) berikut : e = 1.6 (lO)VI)a, dimana e = evapotranpirasi bulanan (cm), t = temperatur udara bulanan ("C), I = indeks panas (Ci bulanan, selama 12 bulan), i = (t/5)'.5'4, dan a = 6.75 x lo-' 13-7.71 x
IZ + 0.01792 I
+ 0.49239.
Gambar 6
I
PETA ZONA AGROKLIMAT DAERAH PENELlTlAN S k a l a I : 150.000
I
Tabel 3.
Data Hari Hujan, Curah Hujan, Suhu Udara, dan Suhu Tanah di Perkebunan Teh Ciater, Sinumbra dan Sedep
Perkebunan Teh Ciater (1250 m $1)
bnn
I4
UI
~ Z J
Pericebunan Teh Sedq (1850 m $1)
Perkebunan Teh Smumbra (1750 m dpl)
22.11
19
257
11.91
11.41
14
m
15.31
11.61
Keteran~an: a) Dikutip dari hail pengamatan selama 10 tahun (1980-1989) dari Stasiun Klimatologi Margahayu 11, Lembang. Ketinggian tempat : 1250 m dpl. b) Hasil konversi dari pencatatan suhu udara di stasiun Klimatologi Margahayu 11, Lembang selama 10 tahun (1980-1989) dengan rumus Braak (1929 Sitaniapessy, 1984). c) Hail konveni dari suhu udara dengan rumus New Hall (1972 &&XJ Van Wambeke, 1981). d) Dikutip dari hasil pengamatan selama 10 tahun (1980-1989) daii Stasiun Klimatologi Cinchona Pangalengan. Ketinggian tempat : 1430 m dpl. P e) Hasil konversi dari pencatatan suhu udara di stasiun Klimatologi Cinchona. Pangalengan selama 10 tahun (1980-1989) dengan rumus Braak (1929 dalam Sitaniapessy, 1984).
I
J
F
I
M
A
M
J
J
A
S
O
N
D
I
K U W N E W AIR MERAH INUMBRA
4 ,
iw0 E
2E 200
3
I
T
loo
2
0
:
J
F
M
A
M
J
J
A
S
O
N
D
J
F
M
A
M
J J BULAN
A
S
O
N
D
-
400
a
!i w-
;i
200
3 x
i
loo 0
Curah nujen
Evapotranspirasi
Gambar7. Neraca Air Bulanan Di Daerah Perkebunan Teh Ciater (a), Sinumbra @) dan Sedep (c)