Sumber : Openshaw (2006) dalam Rahmawan (2011)
Gambar 12 Macam-macam selang gerakan pada saat menajak
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan rawa lebak Desa Sungai Rangas Hambuku, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, dari bulan Februari – Oktober 2010
meliputi penelitian pendahuluan,
pengambilan data, dan pengolahan data Desa Sungai Rangas Hambuku terletak di kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar. Terletak antara 3°17’39’’-3°21’54’’ Lintang Selatan dan 114°42’44’’-114°48’52’’ Bujur Timur, disebelah utara berbatasan dengan Desa Sungai Rangas Tengah, sebelah timur berbatasan dengan Desa Sungai rangas Ulu, sebelah selatan berbatasan dengan desa Sungai Rangas Tengah, dan sebelah barat berbatasan dengan desa Pengalaman (Pemerintah Kabupaten Banjar, 2010). 3.2 Peralatan dan Subyek Penelitian
3.2.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tajak Bedandan dan Tajak Surung, Heart Rate Monitor (HRM), Heart Rate Monitor Interface, Digital Metronom, bangku step test, Timbangan, Meteran, Jangka Sorong, Penggaris, Stopwatch, Thermometer, Time study sheet, Handycam, Kaset mini DVD, Software Studio Plus, dan Komputer. 3.2.2 Subyek Penelitian Subyek yang diobservasi untuk dilakukan analisis atas aktivitas penajakan serta respon denyut jantungnya adalah petani pengguna tajak di Desa Sungai Rangas Hambuku. Laki-laki, sehat, berjumlah 4 orang, dan berusia 25-35 tahun.
Disamping itu ada 60 orang petani tradisional pengguna tajak di
Kecamatan Martapura Barat sebagai sampel subjek untuk diukur antropometri dan dimensi tajak yang digunakannya. 3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Tahapan Penelitian Prosedur
penelitian
dibagi
menjadi
tiga
tahap
yaitu
penelitian
pendahuluan, pengukuran data di lapangan, dan pengolahan data dengan menggunakan komputer. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan lokasi penelitian yang representatif, menyesuaikan metode pengambilan data yang tepat sesuai tujuan penelitian, menentukan subjek, jumlah, dan perlakuan, serta luas lahan yang akan digunakan. Pengukuran data di lapang meliputi pengambilan data dimensi tajak dan antropometri, sampel gulma, data kalibrasi step test, serta data serta perekaman pada aktivitas menajak. Selanjutnya pengolahan dan analisis data. 3.3.2 Pengukuran Metabolisme Basal (Basal Metabolic Energy) Salah satu metode yang umum digunakan untuk mengetahui nilai BME adalah dengan menghitung dimensi tubuh (luas permukaan tubuh), yang kemudian dapat dikonversi ke dalam volume oksigen (VO2). Dalam persamaan oksidasi metabolik, diketahui bahwa setiap konsumsi satu liter oksigen (O2) melalui pernafasan adalah setara dengan pembangkitan 5 kkal energi. Luas
permukaan tubuh dapat dihitung dengan menggunakan persaman Du’Bois (Syuaib, 2003): A h 0.725 w 0.425 0.007246 Dimana : A = Luas permukaan tubuh (m2) H = Tinggi tubuh (cm) W = Berat tubuh (kg) Berdasarkan perhitungan luasan tubuh dengan menggunakan persamaan tersebut, BME (ekuivalen terhadap VO2) bisa ditentukan dengan menggunakan tabel konversi yang ditunjukkan oleh Tabel 2. Tabel 2 Konversi BME ekuivalen dengan VO2 berdasarkan luas permukaan tubuh 1/100 m2 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
136 148 161 173 186 198 210 223 235
137 150 162 174 187 199 212 224 236
138 151 162 176 188 200 213 225 238
140 152 164 177 189 202 215 228 240
141 153 166 178 190 203 215 228 240
142 155 167 179 192 204 217 229 241
143 156 168 181 193 205 218 230 243
145 157 169 182 194 207 219 231 244
146 158 171 183 195 208 220 233 245
147 159 172 184 197 209 221 234 246
(*) untuk perempuan, nilai VO2 harus dikalikan 0.95 (Sumber: Syuaib, 2003)
3.3.3 Pengukuran Beban Kerja Kuantitatif Pengambilan data dimulai dengan memberikan penjelasan prosedur kerja dan latihan menggunakan HRM kepada subjek sehingga cukup familiar dengan alat ukur HRM. Pengambilan data dimulai dengan pengambilan data kalibrasi pengukuran denyut jantung dengan metode Step Test (ST) kalibrasi menggunakan HRM. HRM terdiri dari (1) rubber belted electrode, sebagai sensor dan transmitter, yang diikatkan pada dada subyek, dan (2) digital data receiver and memory, yang dipasang pada pergelangan tangan subyek seperti sebuah jam tangan.
Pemasangan rubber
belted electrode dan digital data receiver and
memory dilakukan pada saat subyek pengukuran sebelum mulai melakukan aktivitas. Ritme kecepatan langkah yang diukur pada frekuensi 20, 25, dan 30 siklus/menit. Step test dilakukan oleh masing-masing subjek dengan prosedur
sebagai berikut: istirahat 1 (awal) selama 10 menit – step test 1 pada frekuensi 20 – istirahat 2 selama 10 menit – step test 2 pada frekuensi 25 – istirahat 3 selama 10 menit – step test 3 pada frekuensi 30 – istirahat 4 (akhir) selama 10 menit. Pergerakan step test mengikuti irama metronom.
Tinggi bangku ST yang
digunakan 30 cm. Denyut jantung direkam secara kontinyu pada interval 5 detik. Kemudian pada tahapan kalibrasi ini dihitung tenaga masing-masing (Work Energy Cost/WEC) subjek yang dibutuhkan pada saat step test, dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
WEC ST n
w g 2 f h 4.2 10 3
Dimana : WECST = Work Energy Cost saat step test (kkal/menit) n = ulangan w = berat badan (kg) g = percepatan gravitasi (9,8 m/detik2) f = frekuensi step test h = tinggi bangku step test (meter) 4,2 = faktor kalibrasi satuan dari Joule menjadi kalori
Gambar 13 Step Test Kalibrasi Pada saat melakukan KST, secara otomatis denyut jantung akan terekam di dalam HRM. Setelah KST selesai dilakukan, data kemudian ditransfer ke media
komputasi dengan menggunakan Interface HRM. Dari data yang didapat, kemudian diplot ke dalam bentuk grafik untuk mempermudah pencarian denyut jantung rata-rata. Adapun ketentuan untuk menentukan nilai denyut jantung ratarata adalah sebagai berikut : a.
Denyut jantung pada saat istirahat adalah denyut jantung rata-rata dari data
stabil terendah, minimal enam data stabil. Data yang diambil adalah denyut jantung yang tidak berada pada menit-menit awal dan akhir. Hal ini dikarenakan pada menit awal dan akhir denyut jantung masih bias. b. Pada saat KST, data yang diambil adalah denyut jantung tertinggi pada menitmenit akhir. Data yang diambil diusahakan data stabil minimal enam data. Subyektifitas nilai denyut jantung (HR) hasil KST harus dinormalisasi agar diperoleh nilai HR yang lebih obyektif. Normalisasi dilakukan dengan cara perbandingan HR relatif saat ST ( HRSTn) terhadap HR saat istirahat. Nilai perbandingan tersebut dinamakan Increase Ratio of Heart Rate (IRHR) dengan persamaan berikut : IRHRsteptest
HRSTn HRrest n
Setelah diperoleh nilai IRHR masing-masing maka nilai tersebut diplotkan untuk dibuat grafik untuk melihat korelasi antara WECST dengan IRHR sehingga dari plot titik- titik nilai tersebut diperoleh persamaan linear yang merupakan bentuk umum untuk masing-masing subyek seperti persamaan yang memiliki persamaan fungsi:
Y = aX + b Dimana : Y = IRHR X = WEC (kkal/menit)
Selanjutnya mencari IRHR pada saat bekerja (menajak) dengan metode yang sama dengan IRHR step test. Yaitu dengan membandingkan IRHR pada saat menajak dengan IRHR saat istirahat awal. IRHRwork
HRwork HRrest
Nilai IRHR pada saat menajak dimasukkan ke persamaan subyek sebagai ‘y’ sehingga didapatkan nilai ‘x’ sebagai konsumsi energi kerja pada saat menajak (WECwork). TEC ( Total Energy Cost) merupakan penjumlahan dari energi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan (Work Energy Cost) dan energi yang dibutuhkan untuk menghidupi fungsi minimal fisiologi (Basal Metabolic Energy), dijelaskan dalam persamaan berikut : TEC = WEC + BME Dimana : TEC = Total Energy Cost (kkal/menit) WEC = Work Energy Cost (kkal/menit) BME = Basal Metabolic Energy (kkal/menit) Dalam terminologi kebutuhan energi kerja, terdapat istilah Total Energy Cost per Weight (TEC’). TEC’ merupakan nilai dari TEC yang dinormalisasi
untuk mengetahui nilai beban kerja objektif yang diterima oleh seseorang saat melakukan kerja. Nilai TEC’ perlu dihitung untuk mengetahui nilai TEC pada masing-masing subjek dengan menghilangkan faktor berat badan. Hal ini dikarenakan berat badan seseorang mempengaruhi beban kerja yang diterima, sehingga pengaruh berat badan harus ditiadakan. Satuan nilai TEC’ yang digunakan adalah kkal/kg.Jam (Soleh, 2011). TEC’ dapat dihitung dengan persamaan : TEC '
TEC w
Dimana : TEC’ = Total Energy Cost per Weight (kal/kg.Jam) WEC = Work Energy Cost (kal/menit) w
= Berat badan (kg)
3.3.4 Pengukuran Beban Kerja Kualitatif Pengukuran beban kerja ini dilakukan dengan melihat tingkat beban kerja seseorang berdasarkan nilai rata-rata perbandingan denyut jantung relatif saat kerja terhadap denyut jantung saat istirahat atau yang disebut Increase Ratio of
Heart Rate (IRHR) yang diperoleh masing-masing subjek. Nilai kategori masingmasing tingkat beban kerja dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Kategori pekerjaan berdasarkan IRHR
Kategori Sangat Ringan Ringan Sedang Berat Sangat berat
Nilai IRHR 1.0 < IRHR < 1.25 1.25 < IRHR < 1.50 1.50 < IRHR < 1.75 1.75 < IRHR < 2.00 IRHR > 2.00
Sumber: Syuaib (2003)
3.3.5 Studi Gerak Aktivitas Menajak di Lahan Rawa Pengambilan video menajak diambil bersamaan dengan pengambilan data beban kerja kuantitatif.
Pola gerak kegiatan menajak dipelajari dengan
menggunakan software Studio Plus, software ini mampu memperlambat gerakan hingga 1/30 detik dan mebuatnya menjadi gambar-gambar, sehingga dapat dipelajari pola gerakan kegiatan menajak.
3.3.6 Pengukuran Antropometri Petani dan Dimensi Tajak Pengukuran antropometri dilakukan tidak hanya pada empat subjek yang terlibat di dalam penelitian ini. Namun juga melibatkan mengukur antropometri petani pengguna tajak di Kecamatan Martapura Barat. Untuk ukuran sampel, menurut Haitao Hu (2007) dalam Anindita (2003), jumlah sampel diperkirakan berdasarkan persamaan yang tersedia pada gabungan ISO 15535 : 2003 ‘‘Persyaratan Umum dalam Membangun Data Base Antropometri” dengan selang kepercayaan 95% untuk persentil ke-5 dan ke-95:
Dimana : N
= Ukuran sampel
CV = Coefficient of Variation Α
= Percentage of Relative Accuracy Desired
Dengan
Dimana :
CV
= Coefficient of Variation
σ
= Standar Deviasi
µ
= Nilai rata-rata
Ukuran sampel dihitung berdasarkan data dari penelitian terdahulu yaitu pada penelitian Anindita (2003). Data ini digunakan untuk mengatasi keterbatasan waktu, tenaga dan biaya dalam penelitian, dengan asumsi antropometri petani suku Banjar tidak jauh berbeda atau mendekati antropometri petani suku Jawa. Dipilihnya parameter berat badan pada penelitian sebelumnya karena setelah dilakukan perhitungan diperoleh ukuran sampel minimum yang diambil yang terbesar ada pada parameter tersebut yaitu sebesar 57 sampel, agar data yang diperoleh lebih baik maka dalam penelitian ini diambil 60 sampel di tiap-tiap kecamatan. Dalam perhitungan ukuran sampel, nilai CV, σ, dan µ parameter berat badan sebesar CV = 0.125, σ = 7.444, dan µ = 59.525. Dengan nilai CV = 0.125 dan α dipilih 0.05, sehingga diperoleh ukuran sampel sebesar 57, diambil 60. Hasil perhitungan ukuran sampel dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengalokasian pengambilan sampel dilihat dari persentase populasi di tiap-tiap desa. Rincian pengambilan sampel di tiap-tiap desa dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Pengambilan Sampel Petani Pengguna Tajak
No
Nama Desa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Penggalaman Sungai Batang Telok Selong Ulu Telok Selong Tangkas Sei.Batang Ilir Sei.Rangas Ulu Sei.Rangas Hambuku Sei.Rangas Tengah Sei.Rangas Keliling benteng Ulu Keliling Benteng Tengah Antasan Sutun Total
Σ Penduduk Th. 2010 2169 1777 1018 1252 1075 1545 1720 1763 641 578 1829 1127 482 16976
% Populasi
Σ Sampel
12.78 10.47 6.00 7.38 6.33 9.10 10.13 10.39 3.78 3.40 10.77 6.64 2.84 100
8 6 4 4 4 5 6 6 3 2 6 4 2 60
Diolah dari : BPS Kabupaten Banjar (2010)
Ilustrasikan pengukuran antropometri terhadap petani pengguna tajak dapat dilihat pada Gambar 14-20. Berikut penjelasan bagaimana cara pengukuran dan posisi sampel/orang yang diukur : 1. Pengukuran untuk parameter berat badan. Pengukuran dilakukan dengan timbangan dengan keadaan sampel dalam posisi badan tegap dan dalam posisi seimbang atau tidak bergerak ke kiri, kanan, depan, maupun belakang serta tidak melakukan gerakan loncatan-loncatan. 2. Pengukuran untuk parameter nomor 2 sampai 11. Pengukuran dilakukan dengan cara menyandarkan sampel pada media dinding contohnya dinding rumah dengan badan tegap, berdiri sempurna, dan kaki sedikit rapat. Dan pertemuan antara penggaris dan meteran harus tegak lurus baik tampak samping maupun tampak depan. Berikut ilustrasi pengukurannya :
Gambar 14 Ilustrasi pengukuran parameter nomor 2 sampai 11 3. Pengukuran untuk parameter nomor 12 sampai 16. Pengukuran dilakukan dengan cara menyandarkan sampel pada media dinding contohnya dinding rumah dengan badan tegap, berdiri sempurna, dan kaki sedikit rapat. Dan pertemuan antara penggaris dan meteran harus tegak lurus baik tampak samping maupun tampak depan. Untuk pengukuran parameter nomor 12 dan 13, tangan harus dipancangkan ke depan secara tegap dan lurus serta parameter 13 menggenggam. Berikut ilustrasinya :
Gambar 15 Ilustrasi pengukuran parameter nomor 12 sampai 16 4. Pengukuran untuk parameter nomor 17 dan 18. Pengukuran dilakukan dengan cara menyandarkan sampel pada media dinding contohnya dinding rumah dengan badan tegap, berdiri sempurna, dan kaki sedikit rapat. Untuk parameter nomor 17, posisi lengan ditekuk sehingga siku tangan nampak mengerucut, dan antara lengan kiri dan kanan harus segaris sedangkan parameter nomor 18 lengan tangan direbah hingga lengan tangan kanan dan kiri segaris. Dan pertemuan antara penggaris dan meteran harus tegak lurus baik tampak samping maupun tampak depan. Berikut ilustrasinya :
Gambar 16 Ilustrasi pengukuran parameter nomor 17 sampai 18 5. Pengukuran untuk parameter nomor 19 sampai 23. Pengukuran dilakukan dengan cara menyandarkan sampel pada media dinding contohnya dinding rumah dengan badan tegap, berdiri sempurna, dan kaki sedikit rapat. Untuk parameter 19 dan 20, tangan dalam keadaan menggenggam pulpen (mata pulpen sebagai titik ukur). Pertemuan antara penggaris dan meteran harus tegak lurus baik tampak samping maupun tampak
depan. Untuk parameter nomor 22 diukur dengan jangka sorong dan dicari ukuran terpanjangnya. Berikut ilustrasinya :
Gambar 17 Ilustrasi pengukuran parameter nomor 19 sampai 23 6. Pengukuran untuk parameter nomor 24 sampai 31. Pengukuran dilakukan secara duduk, posisi badan tegap, paha lurus, kaki lurus, sudut antara badan dan paha 90°, sudut antara kaki dan paha 90°. Pertemuan antara penggaris dan meteran harus tegak lurus baik tampak samping maupun tampak depan. Apabila antara kaki tidak terbentuk sudut 90°, maka gunakan bantalan untuk mengganjal kaki kemudian sesuaikan hingga terbentuk sudut 90°. Berikut ilustrasinya :
Gambar 18 Ilustrasi pengukuran parameter nomor 24 sampai 31 7. Pengukuran untuk parameter nomor 32 sampai 36. Pengukuran dilakukan secara duduk, posisi badan tegap, paha lurus, kaki lurus, sudut antara badan dan paha 90°, sudut antara kaki dan paha 90°. Pertemuan antara penggaris dan meteran harus tegak lurus baik tampak samping maupun tampak depan. Apabila antara kaki tidak terbentuk
sudut 90°, maka gunakan bantalan untuk mengganjal kaki kemudian sesuaikan hingga terbentuk sudut 90°. Berikut ilustrasinya :
Gambar 19 Ilustrasi pengukuran parameter nomor 32 sampai 36 Pengukuran untuk parameter 37 sampai 41. Pengukuran dilakukan secara duduk. Untuk parameter nomor 38 sampai 40 menggunakan jangka sorong, sedangkan untuk parameter nomor 41 menggunakan silinder untuk digenggam dan diukur dengan meteran pita. Untuk parameter nomor 37 dilakukan dengan meteran dan dibantu penggaris, serta pertemuan antara penggaris dan meteran harus tegak lurus baik tampak samping maupun tampak depan. Berikut ilustrasinya :
Gambar 20 Ilustrasi pengukuran parameter nomor 37 sampai 41 Berdasarkan Gambar di atas maka antropometri petani pengguna tajak yang diukur dapat dilihat pada Tabel 5. Pengukuran terhadap antropometri subjek terdiri dari 41 parameter yang terdiri dari 23 parameter ketika duduk dan 18 parameter ketika berdiri. Selain pengukuran antropometri, juga dilakukan pengukuran dimensi dan identifikasi
tajak yang digunakan oleh petani tersebut. Tabel 6 menyajikan data dimensi tajak yang diukur.
Tabel 5 Pengukuran data antropometri
Data yang diukur ketika berdiri No Keterangan
Data yang diukur ketika duduk No Keterangan
1 2 3 4
Berat Badan Tinggi Badan Tinggi Mata Tinggi Bahu
24 25 26 27
Tinggi Dudukan Tinggi Lutut Tinggi Pinggul Tinggi Bahu
5 6 7 8
Tinggi Siku Tangan Tinggi Pergelangan Tangan Tinggi Ujung Tangan Tinggi Siku Kaki
28 29 30 31
Tinggi Mata Tinggi Duduk Tebal Badan Lebar Pantat
9 10 11 12 13
Tinngi Telapak Tangan Tinggi Selangkangan Tinggi Pinggul Jangkauan ke Depan Jangkauan ke Depan (Menggenggam)
32 33 34 35 36
Panjang Siku ke Ujung Jari Panjang Siku ke Pergelangan Tangan Tinggi Siku Tangan Panjang Kedudukan hingga Siku Kaki Panjang Kedudukan hingga Lutut
14 15 16 17 18
Panjang Lengan Atas Panjang Lengan Lebar Bahu Jangkauan Horizontal Siku Tangan Jangkauan Horizontal Tangan
37 38 39 40 41
Panjang Pergelangan Tangan Panjang Telapak Tangan Lebar Telapak Tangan (4 jari) Lebar Telapak Tangan (5 jari) Diameter Genggaman Tangan
19 20 21 22 23
Panjang Siku ke Genggaman Tangan Tinggi Genggaman Tangan Tinggi Sandaran Tangan Lebar Telapak Kaki Panjang Telapak Kaki
Selain pengukuran terhadap antropometri petani pengguna tajak di Kecamatan Martapura Barat juga dilakukan pengukuran terhadap dimensi tajak yang digunakannya. Parameter pengukuran terhadap dimensi tajak dapat dilihat pada Tabel 6, terdiri atas delapan parameter pengukuran dengan catatan panjang tangkai tajak hanya diukur hanya mendekati posisi mata tajak, tanpa mengukur panjang sambungan antara tangkai dan mata. Hasil pengamatan di lapang panjang antara tangkai dan mata mencapai 10 cm, dan ini akan ditambahkan pada desain akhir perhitungan panjang tangkai tajak.
Tabel 6 Pengukuran dimensi tajak
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Bagian Alat yang Diukur Berat total tajak (kg) Diameter hulu/gagang (cm) Panjang hulu/gagang (cm) Panjang tangkai (cm) Panjang tangkai sd gagang (cm) Panjang mata (cm) Lebar mata (cm) Sudut kemiringan tangkai (°)
Hulu
Tangkai
Mata
Gambar 21 Bagian-bagian tajak Setelah didapatkan data di lapangan kemudian diolah. Tahapannya sebagai berikut: a. Menentukan Mean
Menurut Steel dan Torrie (1993), cara menghitung mean adalah dengan menggunakan rumus :
Dimana: ndata
= jumlah data
x
= data ke-i
b. Menentukan Standar Deviasi Menurut Walpole (1992), cara menghitung standar deviasi adalah dengan menggunakan rumus :
Dimana: ndata
= jumlah data
xi
= data ke-i
mean
= nilai rata-rata
b. Menentukan Persentil ke-5, ke-50, dan ke-95 Menurut Pheasant (2003), cara menghitung persentil adalah dengan menggunakan rumus :
Dimana: mean
= nilai rata-rata
s
= standar deviasi
z
= z-score (nilai z dapat dilihat pada Lampiran 2)
Secara umum data antropometri yang diterapkan untuk hal-hal yang khusus, cukup diambil dari persentil ke-5, ke-50, ke-95 atau antara persentil ke-5 sampai persentil ke-95. Persentil ke-100 hanya diterapkan pada rancangan yang digunakan oleh semua orang contoh perlengkapan di rumah-rumah sakit. Untuk alat yang dapat diatur sesuai dengan subjeknya, misalnya posisi tempat duduk, posisi pegangan kendali, desain sebaiknya dirancang agar dapat memenuhi selang persentil ke-5 sampai ke-95.
Menurut Nurmianto (2004), adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi). Sedangkan percentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa percentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih dari nilai tersebut. Misalnya : 95% populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95 percentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 percentil. Besarnya nilai percentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal.
Sumber : Nurmianto (2004)
Gambar 22 Distribusi normal dan perhitungan persentil
3.3.7 Pengukuran Efektivitas Tajak terhadap Gulma Pengukuran efektivitas kerja tajak dengan parameter gulma yang terangkat dilakukan dengan menghitung jumlah gulma yang tumbuh setelah satu bulan ditajak dan dibandingkan dengan jumlah gulma awal disetiap petak sample (1mx 1m). Efektivitas menajak terhadap jumlah gulma dihitung sebagai berikut:
Jumlah Gulma Sebelum Ditajak - Jumlah Gulma Setelah Ditajak 100% Jumlah Gulma Sebelum Ditajak
3.3.8 Kesesuaian Antropometri Subjek dengan Dimensi Tajak
Kesesuian dimensi tajak dengan subjek diketahui dengan melakukan pengukuran terhadap antropometri petani pengguna tajak dan dimensi tajak yang digunakan serta melakukan wawancara. Pola gerak kegiatan menajak dipelajari dengan menggunakan software Studio Plus, software ini mampu memperlambat gerakan hingga 1/30 detik dan mebuatnya menjadi gambar-gambar, sehingga dapat dipelajari pola gerakan kegiatan menajak
Petani pengguna tajak di Kalimantan Selatan melakukan penyesuaian dimensi tajak yang dibutuhkan berdasarkan trial and error serta pengalaman. Analisis panjang tangkai penting dilakukan untuk mendapatkan panjang tangkai yang sesuai dengan antropometri tubuh petani serta sehingga aman dan nyaman ketika digunakan.
Penelitian Pendahuluan
Pengambilan Data Karakteristik Subjek
BME
Pengambilan Data Lapang
Analisis Beban Kerja
Kalibrasi Step Test (KST) Denyut Jantung ST (HRST)
WECST
HRRest
Analisis Kesesuaian Alat‐
Denyut Jantung Kerja (HRWork)
HRST(1,2,3)
HRRest
Deskripsi antropometri Data Dimensi Tajak Data Analisis Gerak
Σ Gulma sebelum ditajak Σ Gulma setelah ditajak
HRWork
Parameter Desain
IRHRST
Analisis Efektivitas Kerja Tajak
IRHRWork
BK Kualitatif
Efektivitas Kerja Tajak
Gerak Optimal Dimensi Optimal
Persamaan Kalibrasi
Kapasitas Kerja Tajak (Jam/ha)
BK Kuantitatif
WEC (+) BME TEC
Konsumsi Energi Kerja/ha (kkal/ha)
(/) Weight
TEC’
Gambar 23 Diagram alir penelitian