III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Kerangka Pemikiran Penelitian Kondisi piutang perusahaan digunakan sebagai dasar untuk menentukan
atau menilai pengelolaan piutang perusahaan. Dalam penelitian ini dari proses pengelolaan piutang yang ada akan dievaluasi pelaksanaan proses penagihan dengan menggunakan analisis pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja piutang dalam hal ini dianalisis berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan serta data dari bagian penagihan, dimana pengukuran kinerja piutang dianalisis dengan melakukan pengukuran output. Pengukuran dari aspek output adalah mengukur dan mengevaluasi dampak dari kebijakan proses penagihan yang dijalankan terhadap stabilitas kas dan likuiditas perusahaan. Pengukuran output menggunakan rasio-rasio yang dipakai dalam penelitian ini antara lain adalah rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio), periode penagihan rata-rata (Average Collection Period) dan analisis investasi piutang. Stabilitas kas disini diukur dengan menggunakan analisis cash conversion cycle dan likuiditas diukur dengan analisis ratio likuiditas yang meliputi rasio cepat dan ratio lancar. Pengukuran kinerja piutang dalam penelitian ini dipergunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap stabilitas kas dan likuiditas perusahaan (Gambar 2). Dimulai dengan uji korelasi yaitu untuk memperoleh gambaran dari hubungan pengelolaan piutang pada PT. ”X” dengan stabilitas kas dan likuiditas perusahaan tersebut, baru setelah itu dilakukan analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh dari kinerja piutang tersebut terhadap stabilitas kas dan likuiditas perusahaan. Hasil dari analisis itu menjadi dasar untuk mendeskripsikan alternatifalternatif pengelolaan piutang yang efektif pada PT.”X” kaitannya dengan stabilitas kas dan likuiditas perusahaan tersebut.
17 PT. “X”
Pola Penjualan secara Kredit Manajemen Piutang
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang Eksternal
Neraca
Internal
Catatan atas Laporan Keuangan
Analisis Penilaian Kinerja Piutang : - Account Receivable Turn-Over Ratio - Average Collection Period - Analisis investasi piutang
∼ ∼
Analisis Cash Conversion Cycle : - Days of Sales Outstanding - Days of Payable Outstanding
Laba Rugi
Analisis Rasio Likuiditas : - Rasio Cepat - Rasio Lancar - Rasio Kas
Analisis Korelasi Analisis Regresi Berganda Uji Normalitas Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas Uji F dan Uji t
Saran Pengelolaan Piutang Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
18
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di PT.”X” yang bertempat di Jakarta
Selatan yang dipilih secara sengaja. Pengambilan data dilaksanakan selama lima bulan dimulai pada bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2009.
3.3.
Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri atas data sekunder dan
data primer. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan, laporan manajemen tahunan, company profile perusahaan dan beberapa data penunjang diperoleh dari artikel, internet serta buku - buku yang berhubungan dengan penelitian. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara (tanya jawab berkaitan dengan objek penelitian) dengan pihak manajemen perusahaan terutama yang memiliki tugas dalam pengelolaan piutang. Pemilihan narasumber dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa yang diwawancarai ahli dalam bidangnya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai hal – hal yang terkait dengan topik penelitian.
3.4.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data kuantitatif yang diperoleh diolah secara manual dan secara
komputerisasi dengan menggunakan analisis penilaian kinerja piutang, analisis
cash conversion cycle dan rasio likuiditas serta analisis regresi berganda dan korelasi dengan menggunakan SPSS versi 16.00 untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari penerapan manajemen piutang terhadap stabilitas kas dan likuiditas perusahaan. Pendekatan yang dilakukan dalam pengolahan hasil dan analisis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah pendekatan akuntansi. Data yang diolah disajikan dalam bentuk tabel dan grafik agar mudah dibaca, selanjutnya data tersebut diuraikan secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk uraian secara deskriptif.
19
3.4.1. Analisis Penilaian Kinerja Piutang Analisis ini digunakan untuk mengetahui kondisi dan perkembangan kinerja
piutang
perusahaan.
Pengukuran
yang
dipakai
adalah
dengan
menggunakan analisis rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn-Over
Ratio), periode penagihan rata-rata (Average Collection Period) dan analisis investasi piutang. A. Rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio) Menurut Sawir (2001), rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, dimana rataan jangka waktu penagihan adalah rataan jangka waktu lamanya perusahaan harus menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan. Semakin tinggi rasio maka modal kerja yang ditawarkan dalam piutang rendah, sebaliknya jika rasio ini semakin rendah berarti over investment yang dapat mengakibatkan semakin besar piutang artinya perusahaan tidak efektif dalam melakukan penagihan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Account Receivable Turn Over =
Penjualan .............................. (2) Piu tan g
B. Periode penagihan rata-rata (Average Collection Period) Rasio ini menunjukkan jangka waktu rata-rata yang harus ditunggu perusahaan setelah melakukan penjualan sebelum menerima kas. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Sawir, 2001):
Average Collection Period =
Piu tan g ............... (3) Penjualan Kredit Harian
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui apakah hari rata-rata penagihan piutang realisasi sesuai dengan standar atau tidak. Apabila hari rata-rata penagihan piutang selalu lebih besar daripada batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan tersebut berarti cara penagihan piutang kurang efisien.
20
C. Analisis investasi piutang Metode yang biasa dilakukan untuk analisis investasi piutang pada umumnya sama dengan analisis investasi pada barang modal, yaitu dengan metode Net Present Value (NPV). Dalam metode NPV ini, menurut Sartoris dalam Susilo (2004) yaitu menyusun model keputusan kebijakan kredit yang memadukan semua manajemen aktiva lancar dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Dalam analisis investasi piutang ditentukan juga dengan jumlah investasi yang tepat pada setiap periode yang diharapkan mendekati kenyataan dengan rata-rata investasi piutang yang terjadi. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan investasi dalam piutang yang ditetapkan dengan investasi yang terjadi, analisis ini dirumuskan sebagai berikut :
Investasi dalam Piutang =
Penjualan Kredit ......................... (4) Perputaran Piu tan g
3.4.2. Analisis Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle) Menurut Keown (2005), metode ini menggunakan pendekatan bahwa tujuan perusahaan meminimalkan modal kerja dengan syarat modal kerja itu harus cukup untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan. Meminimkan modal kerja dapat
dilakukan
dengan
mempercepat
penagihan
kas
dari
penjualan,
meningkatkan perputaran persediaan dan mengurangi pembelanjaan dengan kas. Siklus kas ini bisa dihitung sebagai berikut : Cash Conversion Cycle = DSO + DSI – DPO .................................. (5) A. Days of Sales Outstanding (DSO) DSO juga bisa dianggap sebagai rata-rata umur piutang perusahaan atau ratarata periode penagihan. Days of Sales Outstanding (DSO) bisa dihitung sebagai berikut : Days of Sales Outs tan ding ( DSO) =
Piu tan g Dagang .................... (6) Penjualan Harian
21
B. Days of Sales in Inventory (DSI) DSI juga bisa dianggap rata-rata umur persediaan, yaitu rata-rata jumlah hari perusahaan menyimpan 1 dollar/rupiah persediaan. DSI bisa dihitung sebagai berikut : Days of Sales Inventory ( DSI ) =
Persediaan .... (7) H arg a Pokok Penjualan Harian
C. Days of Payable Outstanding (DPO) Rasio ini menunjukkan umur rata-rata (dalam jumlah hari) dari utang dagang perusahaan. Days of Payable Outstanding (DPO) bisa dihitung sebagai berikut: Days of Payable Outs tan ding ( DPO ) =
U tan g Dagang .. (8) H arg a Pokok Penjualan Harian
3.4.3. Analisis Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka
pendeknya
yang
jatuh
tempo.
Rasio
ini
dapat
menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, rasio likuiditas terdiri dari : A. Ratio Cepat (Quick Ratio) Menurut Munawir (2002), rasio cepat merupakan perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang lancar. Persediaan dianggap aktiva lancar yang kurang likuid. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Rasio Cepat =
Aktiva Lancar − Persediaan ............................. (9) Kewajiban Lancar
B. Ratio Lancar (Current Ratio) Menurut Simamora (1999), rasio ini menunjukkan hubungan aktiva lancar dengan kewajiban lancar menurut nilai-nilai rupiahnya. Rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang ditutup dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Rasio Lancar =
Aktiva Lancar ...................................... (10) Kewajiban Lancar
22
C. Ratio kas (Cash Ratio) Menurut Simamora (1999), rasio ini merupakan indikator rasio paling likuid dalam mengukur kemempuan sesungguhnya perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Rasio Kas =
Kas & Bank ........................................... (11) Kewajiban Lancar
3.4.4. Analisis Regresi Berganda dan Korelasi Analisis regresi berganda dan korelasi digunakan untuk menganalisis pengaruh dan hubungan dari kinerja piutang terhadap stabilitas kas dan likuiditas perusahaan. Analisis yang dilakukan antara lain : A. Analisis Korelasi Pearson Analisis korelasi pearson digunakan untuk menjelaskan derajat hubungan antara variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent). Menurut Ridwan (2004) korelasi pearson mempunyai ketentuan nilai r adalah -1≤ r ≤ +1. Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Hipotesis nol dan hipotesis alternatif yang akan diusulkan dan akan diuji secara korelasi adalah : Ho1 = Variabel Kas/Likuiditas tidak berkorelasi dengan Perputaran Piutang Ha1 = Variabel Kas/Likuiditas berkorelasi dengan Perputaran Piutang Ho2 = Variabel Kas/Likuiditas tidak berkorelasi dengan Penagihan Rata-Rata Ha2 = Variabel Kas/Likuiditas berkorelasi dengan Penagihan Rata-Rata Ho3 = Variabel Kas/Likuiditas tidak berkorelasi dengan Investasi Piutang Ha3 = Variabel Kas/Likuiditas berkorelasi dengan Investasi Piutang Ho4 = Variabel Perputaran Piutang tidak berkorelasi dengan Penagihan Rata-Rata Ha4 = Variabel Perputaran Piutang berkorelasi dengan Penagihan Rata-Rata Ho5 = Variabel Perputaran Piutang tidak berkorelasi dengan Investasi Piutang Ha5 = Variabel Perputaran Piutang berkorelasi dengan Investasi Piutang Ho6 = Variabel Penagihan Rata-Rata tidak berkorelasi dengan Investasi Piutang Ha6 = Variabel Penagihan Rata-Rata berkorelasi dengan Investasi Piutang
23
Menurut Aminah dan Sutarman (2008), pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis jika menggunakan hipotesis nol (Ho) yang diusulkan adalah sebagai berikut :
∼ Ho diterima jika r-hitung < r-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig.(2-tailed) > level significant (α).
∼ Ho ditolak jika r-hitung > r-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig.(2tailed) < level significant (α). B. Analisis Regresi Berganda Definisi regresi berganda menurut Boedijoewono (2001) adalah yang menggunakan lebih dari satu variabel yang mempengaruhi (independent variabel) untuk menaksir variabel dependent agar taksiran menjadi lebih akurat. Regresi menunjukan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Sifat hubungan ini juga dapat dijelaskan antara variabel yang satu sebagai penyebab sedang yang lain sebagai akibat, dalam bentuk variabel yang independent (X) dan variabel yang dependent (Y). Pada penelitian ini analisis regresi berganda menghubungkan antara variabel kinerja piutang : Account Receivable Turn-Over Ratio (X1), Average Collection Period (X2) dan investasi piutang (X3) dengan Cash Conversion Cycle (Y1), serta Account Receivable TurnOver Ratio (X1), Average Collection Period (X2) dan investasi piutang (X3) dengan Likuiditas (Y2). Hubungan ini ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi, dimana variabel terikat (Y) dihubungkan dengan lebih dari satu variabel bebas (X1, X2, X3,..., Xn) yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Y = f (X) Y = f (X1, X2, X3,..., Xn) Dimana : Stabilitas Kas
Y1 = f (X1, X2, X3) Y1 = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3
Likuiditas
Y2 = f (X1, X2, X3) Y2 = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3
24
Keterangan : Y1 = Cash Conversion Cycle (CCC) Y2 = Likuiditas a = Nilai intercept (konstanta) b = Koefisien regresi X1 = Account Receivable Turn-Over Ratio X2 = Average Collection Period X3 = Investasi piutang Linieritas hanya dapat diterapkan pada regresi berganda, karena memiliki variabel independent lebih dari satu. Suatu model regresi berganda dikatakan linier jika memenuhi syarat-syarat linieritas seperti normalitas data, bebas dari asumsi klasik statistik multikolineritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas (Aminah dan Sutarman (2008). C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan : 1.
Uji Normalitas
Menurut Aminah dan Sutarman (2008), uji normalitas data ini sebaiknya dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara, antara lain adalah dengan nilai skewness, histogram dan Normal P-Plot. Nilai ini digunakan untuk mengetahui bagaimana distribusi normal data dalam variabel dengan menilai kemiringan kurva serta letak tersebarnya titik-titik pada Normal P-Plot adalah menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah dengan garis diagonal. 2.
Uji Multikolinearitas
Menurut Aminah dan Sutarman (2008), uji ini diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel lain dalam satu model. Selain itu juga bertujuan untuk menghindari kebiasaan dalam
25
proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen. Deteksi multikolinearitas pada suatu model dapat dilakukan dengan antara lain melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai toleransi tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari asumsi klasik multikolinearitas. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah tolerance. 3.
Uji Autokorelasi (Uji Durbin Watson)
Menurut Arief (2006), autokorelasi atau korelasi serial kemungkinan terjadi pada data time series. Akibat terjadinya autokorelasi adalah pengujian hipotesis dalam uji F dan uji t menjadi tidak valid dan jika diterapkan akan memberikan kesimpulan yang menyesatkan pada tingkat signifikasi dan koefisien regresi yang ditaksir. Menurut Aminah dan Sutarman (2008), deteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan penentuan letak yang dibantu dengan tabel dl (batas bawah) dan du (batas atas), dan nilai k (jumlah variabel independent). Untuk mempercepat proses ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat digunakan patokan nilai Durbin Watson hitung mendekati angka 2. 4. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan yang lain, atau adanya hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual
nilai
tersebut
sehingga
dapat
dikatakan
model
tersebut
homoskedastisitas. Cara memprediksinya adalah dengan melihat pola Scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat heteroskedastisitas.
26
5. Uji F Berkaitan dengan uji yang akan dilakukan dalam uji regresi yang akan dilakukan secara simultan dengan F-test maka Ho yang diusulkan dalam uji regresi linier berganda adalah Ho diduga
variabel Perputaran Piutang,
Penagihan Rata-Rata dan Investasi Piutang secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel Kas/Likuiditas dan sebaliknya untuk Ha (alternatif) Uji F digunakan untuk menguji hubungan linier dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Boedijoewono, 2001). Untuk menentukan uji F-tabel, tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dan (k-l) dimana n adalah jumlah variabel termasuk konstanta dengan kriteria uji yang digunakan : - Bila F hitung < F table, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti semua variabel independen secara simultan tidak mempunyai hubungan linier yang signifikan terhadap variabel dependen. - Bila F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti semua variabel independen secara simultan mempunyai hubungan linier yang signifikan terhadap variabel dependen. 6. Uji t Guna dari uji t ini untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Untuk menentukan nilai t-tabel, tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-2) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah variabel termasuk konstanta, dengan kriteria uji yang digunakan adalah : - Bila t-hitung > t-tabel, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. - Bila t-hitung < t-tabel, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.