20
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Bogor merupakan salah satu kota wisata yang perlu mengembangkan wisata lainnya, salah satunya adalah wisata Batik. Batik merupakan warisan Indonesia yang perlu dikembangkan dan dilestarikan. Salah satunya dengan mengembangkan batik Bogor sebagai salah satu kekayaan Indonesia. UKM Batik Tradisiku merupakan usaha yang bergerak di bidang batik khas Bogor. Pendiri Batik Tradisiku yaitu seorang yang memiliki kecintaan terhadap seni dan budaya Bogor, beliau mulai melirik usaha Batik yang memang belum ada di Bogor saat itu. Adanya keputusan walikota Bogor, peningkatan perkembangan unit usaha, nilai produksi, dan nilai eksport batik di Indonesia, serta kecenderungan menurunnya budaya batik membuat pemilik UKM Batik Tradisiku mencari peluang yang ada untuk membuat usaha Batik. Selain itu dengan adanya tren Batik saat ini, Bogor memiliki potensi dalam mengembangkan batiknya, sehingga masyarakat Bogor juga mengetahui keberadaan batik Bogor tersebut. Terlebih dahulu perlu dilakukan berbagai perencanaan yang matang dalam membuat suatu bisnis. Rencana pengembangan usaha batik Bogor akan terwujud apabila seorang pemilik usaha Batik Tradisiku perlu melakukan studi berupa analisis kelayakan pengembangan usaha. Analisis kelayakan pengembangan usaha akan menganalisis kelayakan usahanya dan daya saing UKM tersebut bila ditinjau dari berbagai aspek secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan pada aspek pasar, pemasaran, teknis, manajemen, serta ekonomi dan sosial. Sedangkan analisis secara kuantitatif dilakuakn pada aspek finansial. Dari hasil analisis ini akan diberikan rekomendasi apakah rencana pengembangan usaha layak untuk dijalankan. Kerangka Pemikiran Penelitian dapat dilihat pada Gambar 3 dan Alur Pikir Penelitian yang memperlihatkan alur dari penelitian ini dari awal hingga akhir yang menunjukkan hasil dari penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.
21
Usaha Batik Bogor pada UKM Batik Tradisiku
Identifikasi kondisi yang ada: 1. Keputusan pemerintah kota Bogor 2. Peningkatan perkembangan unit usaha, nilai produksi, dan nilai ekspor batik di Indonesia 3. Adanya kecenderungan menurunnya budaya batik
Pengembangan dengan meningkatkan kapasitas optimum produksi
Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Batik Bogor
Aspek non-finansial: 1. Aspek pasar 2. Aspek pemasaran 3. Aspek teknis 4. Aspek manajemen 5. Aspek ekonomi dan sosial Aspek finansial: 1. Kriteria investasi (PBP, NPV, IRR, PI, Net B/C, Gross B/C) 2. Analisis sensitivitas
Layak
Tidak Layak
Implementasi
Evaluasi
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan UKM Batik Tradisiku, yang merupakan salah satu UKM di Bogor yang bergerak di bidang industri kerajinan batik. Batik Tradisiku berada di wilayah Kabupaten Bogor dan berlokasi di jalan Jalak No. 2 Tanah Sareal Bogor. Penelitian dilakukan secara sengaja dengan
22
persetujuan pemilik yang dilakukan pada bulan Februari 2012 sampai Maret 2012. 3.3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pemilik usaha Batik Tradisiku dengan teknik wawancara langsung dan pengamatan (observasi) langsung di tempat usaha. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan dan dokumendokumen perusahaan serta literatur yang relevan dengan penelitian berupa buku-buku, hasil penelitian terdahulu, dan publikasi elektronik (internet). 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang didapat dari hasil penelitian terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif, yang selanjutnya akan dianalisis sesuai dengan jenisnya. Analisis data kualitatif dilakukan pada aspek pasar, pemasaran, teknis, manajemen, serta ekonomi dan sosial. Analisis data kuantitatif dilakukan pada aspek finansial. Kemudian hasil dari pengolahan data ini diinterpretasikan secara deskriptif untuk menggambarkan kelayakan usaha dari bisnis tersebut. Analisis kuantitatif dari aspek finansial dengan menghitung Payback Period (PBP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitability index (PI), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), serta analisis sensitivitas dengan bantuan komputer Microsoft Exel 2007. Selain itu melakukan perhitungan kapasitas optimum produksi dengan menggunakan software Lindo dan forecasting menggunakan Minitab. 3.4.1 Analisis Kriteria Investasi 1. Payback Period (PBP) Rumus:
Kriteria: PBP > periode maksimum, maka usaha tidak layak PBP < periode maksimum, maka usaha layak 2. Net Present Value (NPV)
23
Rumus:
dimana:
= aliran kas pertahun pada periode t = investasi awal pada tahun 0 K
= suku bunga (discount rate)
Kriteria: NPV > 0, maka usaha layak NPV = 0, maka usaha tidak untung atau rugi NPV < 0, maka usaka tidak layak 3. Internal Rate of Return (IRR) Rumus:
dimana: = NPV positif = NPV negatif = discount rate yang menghasilkan NPV positif = discount rate yang menghasilkan NPV negatif Kriteria: IRR ≥ discount rate, maka usaha layak IRR ≤ discount rate, maka usaha tidak layak 4. Profitability index (PI) Rumus:
Kriteria: PI > 1, maka usaha layak PI < 1, maka usaha tidak layak 5. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Rumus:
24
NB i
(+) = net benefit yang telah didiscount positif
NB i
(-) = biaya pada tahun t
t
= tahun
I
= discount rate (%)
Kriteria: Net B/C > 1, maka usaha layak Net B/C < 1, maka usaha tidak layak 6. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) Rumus:
B t = manfaat pada tahun t C t = biaya pada tahun t n
= umur bisnis
i
= discount rate (%)
Kriteria: Gross B/C > 1, maka usaha layak Gross B/C < 1, maka usaha tidak layak 3.4.2 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui perubahan hasil bisnis, bila salah satu atau beberapa variabel komponen bisnis mengalami perubahan dimasa depan, dan tindakan apa yang perlu dilakukan. Analisis sensitivitas dapat menggunakan menggunakan metode switching value yaitu mencari nilai maksimal dari perubahan variabel yang mempengaruhi usaha. Dengan demikian analisis sensitivitas tersebut dapat membantu manajemen sehubungan dengan keputusan yang akan diambil berdasarkan evaluasi akhir hasil perhitungan analisis pengembangan kelayakan yang dilakukan, yaitu untuk menentukan apakah rencana pengembangan disetujui atau ditolak.