18
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Penelitian Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. Oleh karena itu investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek
yang
baru ditawarkan ataupun yang
diperdagangkan di pasar modal. Investasi dalam bentuk saham merupakan salah satu kegiatan investasi di pasar modal yang tergolong beresiko tinggi. Pergerakan harga saham sektor pertambangan merupakan salah satu bentuk nyata yang membuktikan, bahwa harga saham sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terkait dengan bisnis tersebut. Seorang investor yang ingin menginvestasikan dana (modal) dalam bentuk saham khususnya pada saham sektor pertambangan tentunya akan mencari informasi mengenai harga saham tersebut, serta kemungkinan pengembalian atau keuntungan yang akan ia peroleh apabila berinvestasi pada saham tersebut. Untuk dapat memperoleh informasi dalam pengambilan keputusan investasi, maka investor dapat menggunakan analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal digunakan oleh trader untuk dasar pengambilan keputusan melakukan jual atau beli saham. Analisis ini dapat dilakukan oleh beberapa metode, diantaranya adalah Simple Moving Average dan Moving Average Envelope. Hasil yang diperoleh dari analisis teknikal adalah berupa informasi tentang pergerakan harga saham yang terjadi selanjutnya atau peramalan harga saham. Sedangkan alat analisis lain yang dapat digunakan oleh investor adalah analisis fundamental. Para investor saham menggunakan analisis fundamental untuk dasar pengambilan keputusan pembelian saham, dan cenderung untuk keputusan jangka panjang. Pendekatan analisis fundamental yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pendekatan present value, yaitu dengan menggunakan Dividen Discount Model (DDM). Dari model pendekatan Dividen Discount Model (DDM) maka dapat dihasilkan informasi tentang nilai intrinsik saham yang dianalisis. Sehingga nilai intrinsik ini dapat dibandingkan dengan harga
19
Investor
Investasi Saham Sektor Pertambangan
Penilaian Harga Saham
Analisis Fundamental
Analisis Teknikal
- Analisis ekonomi makro - Analisis industri - Analisis perusahaan
Simple Moving Average
Moving Average Envelope
Dividend Discount Model (DDM)
Nilai intrinsik Saham
Pergerakan Harga Saham
Rekomendasi Srategi
Keputusan Investasi
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Penelitian
20
pasar yang ada di pasar modal. Apakah nilai intrinsik lebih mahal dari harga pasar (undervalued), atau lebih rendah dari harga pasar (overvalued). Melalui kedua analisis, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental yang dilakukan maka akan diperoleh informasi yang dapat digunakan oleh seorang investor dalam menentukan pilihan investasi. Ketepatan dalam menentukan pilihan investasi akan menentukan keuntungan yang akan diperoleh investor tersebut. 3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Pengumpulan Data Penelitian dilakukan di PT Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53 Jakarta 12190. Data yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini adalah data sekunder berupa data time series harian dari bulan Januari sampai Desember 2009, serta data laporan tahunan perusahaan selama periode 2006-2008. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahan tambang yang terdaftar dalam indeks Kompas 100 periode Januari-Desember 2009. Maka dipilih empat perusahaan yang dijadikan sebagai objek pengamatan. Keempat perusahaan ini dipilih berdasarkan urutan tingkat atau frekuensi transaksi, ketersediaan laporan tahunan perusahaan ,dan data historis harga saham perusahaan tersebut pada periode 2006-2008 dengan menggunakan metode purposive sampling. 3.2.2. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak Microsoft Excel 2007. Analisis yang digunakan untuk mengolah data adalah Analisis teknikal dan fundamental. 3.2.2.1. Analisis Teknikal Analisis teknik yang digunakan adalah dengan pendekatan Simple Moving Average dan Moving Average Envelope (Sulistiawan dan Liliana, 2007).
21
3.2.2.1.1. Simple Moving Average Simple Moving Average (SMA) dihitung dari penjumlahan harga saham x hari sebelumnya dibagi dengan x hari. SMA (4) = ( P5 + P4 + P3 + P2 + P1) / 5 Keterangan: SMA (5)
: Rata-rata bergerak sederhana 5 hari perdagangan sebelumnya.
P5
: Harga saham 5 hari sebelumnya.
P4
: Harga saham 4 hari sebelumnya.
P3
: Harga saham 3 hari sebelumnya.
P2
: Harga saham 2 hari sebelumnya.
P1
: Harga saham 1 hari sebelumnya.
Sinyal jual (dead cross) : garis MA yang lebih kecil memotong dari arah atas garis MA yang lebih besar Sinyal beli (golden cross) : garis MA yang lebih kecil memotong dari arah bawah garis MA yang lebih besar. SMA yang digunakan dalam penelitian adalah periode 5 dan 23 hari. Penentuan periode SMA tersebut berdasarkan pilihan investor, namun SMA (5) dan (23) merupakan periode yang sesuai untuk analisis jangka pendek (triwulan) (Sulistawan dan Liliana, 2007). 3.2.2.2.2. Moving Average Envelope Menurut
Sulistiawan
dan
Liliana
(2007)
ketepatan dari penggunaan dari Moving Average (MA) dapat ditingkatkan kemampuannya dengan bantuan grafik MA yang menggambarkan batas atas dan batas bawah ini dinamakan Moving Average Envelope. Batas atas dan batas bawah digunakan dengan
prosentase
tertentu
dari
MA
yang
22
digunakan. Batas bawahnya dapat berfungsi sebagai pembatas kerugian untuk menghindari kerugian yang
lebih
besar,
secara
matematis
dapat
dirumuskan sebagai berikut: Batas atas
= MA x 1.05
Batas bawah
= MA x 0.95
Dengan indikator ini, sinyal beli bisa terjadi ketika grafik harga saham memotong ke atas grafik batas bawah. Sementara indikator sinyal jual adalah kebalikan dari kondisi diatas, yaitu grafik harga saham memotong ke bawah grafik batas atas. Penggunaan prosentase dalam menentukan batas atas dan bawah Moving Average pada umumnya adalah 5% (Sulistawan dan Liliana, 2007). 3.2.2.2. Analisis Fundamental 3.2.2.2.1. Dividend Discount Model-DDM Dividend Discount Model (DDM) dilakukan untuk mencari nilai intrinsik (nilai wajar) dari suatu saham
perusahaan.
mengidentifikasi
Tujuannya
kerelatifan
adalah
untuk
kesalahan
harga
saham terhadap beberapa ukuran nilai saham, yang dapat diturunkan dari data keuangan yang diamati. Dividend Discount Model (DDM) merupakan metode yang digunakan untuk menghitung arus kas yang akan datang dari dividen saham untuk mengetahui
nilai
wajarnya.
Model
ini
mengasumsikan bahwa perusahaan mengeluarkan dividen saat ini dengan pertumbuhan tetap (Bodie, 2006). Model ini dirumuskan sebagai berikut. …………….…………… (2)
23
Pi = nilai wajar saham D1 = dividen yang dibayarkan tahun depan k
= tingkat pengembalian yang diharapkan investor
g = tingkat pertumbuhan dividen Nilai D1 diperoleh dengan mengalikan nilai D0 (nilai dividen yang paling akhir dibayarkan) dengan nilai ( 1 + g ) yang merupakan prediksi dividen yang akan tumbuh pada tahun depan. Maka persamaan Gordon Model dapat pula ditulis sebagai berikut. ………….…………… (3)
Nilai g atau pertumbuhan dividen didapatkan dengan rumus geometric mean: G = [(TR1 + 1)(TR2 + 1)....(TRn +1)]1/n - 1
... (4)
Pertumbuhan dividen dari tahun ke tahun tidak tetap, maka rumus yang digunakan untuk menghitung nilai intrinsik adalah sebagai berikut. D1 (1 k )
Vj
D2 (1 k ) 2
D3 (1 k )3
...
D (1 k )
……… (5)
n
t
Dt k )t 1 (1
Dividend Discount Model (DDM) sensitif terhadap taksiran-taksiran atas variabel yang digunakan didalamnya. Dengan DDM, pemodal akan menghitung perbedaan harga untuk saham yang sama dengan model yang sama pula. Model ini secara implisit, selain menaksir nilai intrinsik, juga menentukan harga terminal suatu saham. Keputusan pemodal dan analis akan ditentukan nilai
intrinstik,
yang
memperoleh
dengan
24
mendiskontokan dividen, dengan harga pasar sekarang (current market price) suatu saham. Jadi, kemungkinan keputusan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Jika nilai intrinstik lebih besar dari harga pasar sekarang,
aktiva
atau
saham
dinyatakan
undervalued dan seterusnya dibeli atau ditahan kalau sudah dimiliki. 2. Jika nilai intrinstik lebih kecil dari harga pasar sekarang,
aktiva
atau
saham
dinyatakan
overvalued dan seharusnya dihindari membeli atau sebaiknya segera dijual atau ditahan tetapi dalam waktu yang sesingkat mungkin. 3. Jika nilai intrinstik sama dengan harga pasar sekarang, aktiva atau saham tersebut dinilai secara benar (correctly valued), dan sahamnya dapat ditahan (hold) dengan harapan pada waktu yang akan datang harganya akan naik. Nilai k atau tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor, ditentukan dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model. 3.2.2.2.2. Capital Asset Pricing Model (CAPM) Model CAPM ditulis sebagai berikut (Keown, 2004). k = Rf + β ( Rm – Rf ) k
….…………… (6)
= tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor
Rf = tingkat pengembalian bebas resiko β
= tingkat resiko siklikal dan operating leverage emiten
Rm = tingkat pengembalian pasar, dihitung dengan rumus sebagai berikut.
25
….…………… (7)
Tingkat pengembalian yang diharapkan investor, k, merupakan fungsi searah dari beta untuk mengukur resiko yang tidak dapat terdiversifikasi, sehingga semakin tinggi resiko yang dihadapi, semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang diharapkan, dan sebaliknya. ( Rm-Rf ) adalah bagian dari premi resiko yang disebut dengan premi resiko pasar sebab hal ini menunjukkan premi yang harus diterima investor untuk mengambil resiko rata-rata atas pasar portofolio aktiva. Walaupun asumsi
yang
digunakan terlalu
banyak dan pertukaran risk-return yang dijelaskan dalam model CAPM ini tidak 100% sesuai untuk semua aktiva pasar, model ini memberikan kerangka
konseptual
yang
berguna
untuk
mengevaluasi dan menghubungkan resiko dengan tingkat pengembalian secara umum. Dalam model ini, terdapat teori bahwa semakin besar tingkat keuntungan yang diminta oleh investor, semakin besar pula resikonya. CAPM menghubungkan resiko yang tidak terdiversifikasi dan
pengembalian
untuk
semua
aktiva.
Pembahasannya terdiri dari: 1. Beta, yaitu pengukuran dari resiko yang tidak dapat terdiversifikasi yang merupakan indeks dari pergerakan pengembalian aktiva karena adanya perubahan dalam pengembalian pasar. Beta untuk pasar selalu dipertimbangkan sama dengan 1, dan beta aktiva lain dipandang dalam
26
kaitannya dengan beta pasar itu. Beta aktiva dapat memiliki nilai positif atau negatif, tetapi secara normatif beta adalah positif. Beta positif artinya pergerakan return aktiva searah dengan return pasar, jika pasar mengalami kenaikan, maka nilai aktiva tersebut juga ikut mengalami kenaikan. Beta negatif, sebaliknya, memiliki arah berlawanan dengan pasar, bila pasar mengalami kenaikan, aktiva dengan beta negatif justru mengalami penurunan. Pada umumnya beta terletak pada skala 0,5 sampai 2,0.
Persamaan
yang
digunakan
untuk
memperoleh koefisien beta ini adalah dengan menggunakan metode regresi linear sederhana dengan mencari nilai koefisien korelasi dua variabel (r) dengan variabel independen adalah nilai IHSG dan variabel dependen nilai saham per penutupan setiap hari. 2. Menghitung tingkat keuntungan portofolio pasar. Sebagai acuan, sering dipergunakan tingkat
keuntungan rata-rata dari seluruh
kesempatan investasi yang tersedia di pasar modal atau indeks harga saham gabungan. 3. Menentukan tingkat keuntungan dari investasi yang bebas resiko. Sebagai acuan, sering digunakan tingkat keuntungan dari sekuritas yang
nilainya
dijamin
oleh
setempat. 4. Menaksir arus kas yang diharapkan.
pemerintah