III. METODOLOGI PENELITIAN III.1.Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah Sub DAS Tirto Propinsi Jawa Tengah pada lokasi-lokas i yang terdapat kegiatan GERHAN (Gambar 5). Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu bulan Mei s/d Juni 2009.
Gambar 5. Lokasi Penelitian di Sub DAS Tirto
III.2.Lingkup Penelitian III.2.1.Lokasi Penelitian Penelitian mencakup wilayah yang dilakukan rehabilitasi melalui GERHAN dari tahun 2003 sampai dengan 2008 di Sub DAS Tirto, yang meliputi 5 wilayah kecamatan di 3 wilayah kabupaten yaitu Kecamatan Wirosari, Ngaringan dan Tawangharjo di Kabupaten Grobogan; Kecamatan Todanan di Kabupaten Blora; Kecamatan Tambakromo dan Kayen di Kabupaten Pati (Gambar 5).
30
Alasan penentuan lokasi penelitian adalah karena Sub DAS Tirto termasuk kategori Sub DAS prioritas I yang harus segera direhabilitasi, untuk mencegah kerusakan lebih lanjut telah dilakukan upaya rehabilitasi melalui GERHAN seluas 1463 ha (tahun 2003-2008). III.2.2.Lingkup Nilai Ekonomi yang Dinilai Nilai ekonomi hasil rehabilitasi melalui GERHAN yang dihitung adalah nilai guna dan nilai bukan guna. Nilai guna berupa nilai guna langsung yaitu berupa hasil kayu pertukangan,
kayu bakar, hijauan pakan ternak, tanaman
semusim. Nilai guna tidak langsung yaitu nilai yang secara tidak langsung dirasakan manfaatnya yang diturunkan dari manfaat jasa lingkungan hasil rehabilitasi yaitu berupa jasa pengendalian erosi (onsite dan offsite), nilai jasa air (rumah tangga dan pertanian) dan jasa penyerapan karbon. Serta nilai bukan guna yang berupa nilai pilihan (flora dan fauna) dan nilai keberadan. III.3.Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data III.3.1.Pengambilan Sampel Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi agar diperoleh sampel yang baik (representatif dan memadai). Suatu sampel dikatakan representatif apabila ciri-ciri sampel yang diambil berkaitan dengan tujuan penelitian sama/hampir sama dengan ciri-ciri populasinya. Sampel memadai apabila ukuran dan jumlah sampelnya cukup meyakinkan kestabilan ciri-cirinya (Hasan, 2002). Metode pengambilan contoh digunakan pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) yang dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan kriteria tertentu yaitu anggota kelompok tani peserta kegiatan GERHAN. Besarnya ukuran sampel disesuaikan dengan kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir, untuk menentukan besarnya sampel yang memadai digunakan rumus menurut Paguso et al. (1978) yang dikutip Sevilla (1994) dalam Hasan (2002), sebagai berikut :
31
n=
N 1 + Ne 2
.......................................................................................................(1)
keterangan : n
= ukuran sampel
N = ukuran populasi e
= persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yanag mas ih dapat ditolerir atau diinginkan yaitu 10%
Dengan ukuran populasi ± 2928 KK maka sampel yang diambil adalah ± 97 atau dibulatkan100 KK. III.3.2.Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan bantuan kuesioner kepada responden ataupun wawancara kepada petugas lapangan dan pengamatan lapangan untuk memperoleh informasi yang dapat menjelaskan masalah penelitian. Sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui studi kepustakaan terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kegiatan GERHAN di wilayah Sub DAS Tirto, laporan dan publikasi dari dinas/instasi terkait, hasil-hasil penelitian, maupun pemberitaan majalah dan koran. Studi kepustakaan dilakukan untuk menelaah konsep-konsep dan teori yang berkaitan dengan masalah penelitian. III.4.Analisis Data III.4.1.Nilai Ekonomi Total Hasil GERHAN
NET = NGL + NGTL + NBG ...............................................................................(2)
NET = (NK + NMPTS + NKb + NHmt + NTs ) + ( NPe + NHa + NJK ) ...............(3) + ( NFl + Nfa + NKD ) Keterangan : NET
= Nilai ekonomi totaal hasil GERHAN
NGL
= Nilai guna langsung
NGTL
= nilai guna tidaak langsung
32
NBG
= nilai bukan guna
NK
= nilai kayu
NMPTS = nilai tanaman MPTS NKb
= nilai kayu bakar
NHmt
= nilai hijauan pakan ternak
NTs
= nilai tanaman semusim/tanaman bawah lain
NPe
= nilai pengendalian erosi
NHa
= nilai hasil air
NJK
= nilai jasa penyerapan karbon
NFl
= nilai pilihan (flora)
Nfa
= nilai pilihan (fauna)
NKD
= nilai keberadaan
Nilai kayu Untuk menduga nilai guna langsung berupa hasil kayu dilakukan beberapa tahap yang pertama yaitu mengetahui pertumbuhan tanaman jenis tanaman kayu untuk memprediksikan ukuran diameter dan tinggi pohon pada saat ditebang. Jenis tanaman kayu yang ditanam untuk GERHAN di Sub DAS Tirto adalah jati. Karena daur jati yang panjang dan informasi mengenai diamater dan tinggi pohon untuk setiap umur tidak tersedia maka pendugaan diameter dan tinggi pohon dilakukan dengan menggunakan model persamaan pertumbuhan tanaman jati yang diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Ginoga et al. (2005), yaitu sebagai berikut :
LnD = 0.36453263 2 + 0.82980848 1× LnT
.......................................................(4)
LnH = 0.56899102 3 + 3397.49906 1 × LnT - 1698.39917 2 × LnT 2 ........................(5) keterangan : LnD = logaritma natural dari diameter (cm) LnH = logaritma natural dari tinggi (m) LnT = logaritma natural dari umur (th) LnT2 = logaritma natural dari bentuk kuadrat dari umur
33
Kemudian berdasarkan prediksi ukuran diameter dan tingginya dicari volume kayunya dengan menggunakan rumus volume pohon dalam Vademecum Kehutanan Indonesia ( V = 0.25 × π × D 2 × T × 0.7 ). Untuk menghitung nilai manfaat dari hasil kayu maka volume kayu yang dihasilkan dikalikan dengan harga kayu per satuan volume. Harga kayu yang digunakan adalah harga prediksi pada tahun dimana kayu ditebang dengan menggunakan model peramalan (forecast) berdasarkan data harga kayu 5 tahun terakhir dari dinas/instansi terkait. Untuk menghitung nilai manfaat dari hasil kayu, secara matematis digunakan rumus sebagai berikut : n
N k = ∑ Vki × Pi × Lr × hki ......................................................................................(6) i =1
keterangan : Nk
=
nilai kayu
Vki =
prediksi volume kayu jenis i pada umur masak tebang (m3)
Pi
=
jumlah pohon jenis i per ha
Lr
=
luas tanaman rehabilitasi (ha)
Hki =
harga kayu jenis i di pasaran
Nilai Hasil Tanaman MPTS Hasil tanaman MPTS berupa buah-buahan yang sudah ada harga pasarnya. Untuk menilai manfaat dari hasil tanaman MPTS diduga dengan menggunaan persamaan sebagai berikut : n
NMPTS = ∑ pi × jp i × li × hi ...............................................................................(7) i =1
keterangan : NMPTS = nilai tanaman MPTS Pi
= produksi tanaman mpts jenis ke- i (satuan/pohon)
jpi
= jumlah pohon jenis ke-i (pohon/ha)
li
= luas lahan yang ditanam tanaman MPTS jenis ke-i
hi
=
harga prouk jenis ke- i dipasaran per satuan
34
Nilai Kayu Bakar Masyarakat biasanya memungut kayu bakar untuk pemenuhan kebutuhan energi terutama untuk memasak. Kayu bakar diperoleh dengan memangkas dahan, ranting-rating (merencek) atau mengambil pohon-pohon yang telah mati dari hutan rakyat miliknya. Pohon mulai direncek setelah dirasa tajuknya menaungi tanaman bawah kira-kira setelah umur tanaman lebih dari 5 tahun. Nilai Kayu Bakar diduga dengan menggunakan harga pasar karena kayu bakar sudah umum diperjual belikan didaerah tersebut. Hasil kayu bakar dari GERHAN secara keseluruhan merupakan rata-rata volume kayu bakar yang dihasilkan tiap petani (responden) dikalikan dengan jumlah populasinya yaitu keseluruhan petani peserta GERHAN sebagai pemanfaat kayu bakar hasil GERHAN. Secara matematis nilai kayu bakar dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
NKB = [Vkb × hkb × P ]............................................................................................(8) keterangan : NKB =
nilai kayu bakar (Rp)
Vkb
=
rata-rata volume kayu bakar yang dihasilkan petani (m3)
Hkb
=
harga kayu bakar (Rp/ m3 )
P
=
jumlah petani peserta GNRHL
Nilai Hijauan Pakan Ternak Hijauan pakan ternak disini berupa rumput pakan (kolonjono/rumput gajah) yang sengaja ditanam untuk penguat teras, rumput liar maupun daun-daunan yang masih muda. Nilai dari hijauan pakan ternak didekati dengan kesediaan membayar dari pengguna barang tersebut. Kesediaan membayar tercermin dari besarnya biaya pengadaan untuk memperoleh hijauan pakan ternak tersebut. Untuk mengetahui nilai hijauan pakan ternak ini dilakukan wawancara kepada responden yang merupakan petani peserta GERHAN, dan populasinya adalah keseluruhan petani peserta GERHAN. Biaya pengadaan hijauan pakan ternak ini digunakan untuk menduga kurva permintaan terhadap hijauan pakan ternak. Menentukan model persamaan kurva permintaan pakan ternak
35
Y = β 0 + β1 X 1 + β 2 X 2 + .....+ β n X n ....................................................................(9) keterangan : Y
=
permintaan atau konsumsi hijauan pakan ternak (satuan/KK)
X1
=
harga atau biaya pengadaan (Rp/satuan)
β0
=
intersep
β 1,2 ,.. n = koefisien regresi X2,3,...n =
peubah bebas / faktor sosial ekonomi
Berdasarkan pengorbanan waktu yang diperlukan untuk mendapatkan hijauan pakan ternak maka nilainya dapat didekati dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Wmp × U NHmt = × PT Vi
.............................................................................(10)
keterangan : NHmt =
nilai hijauan pakan ternak (Rp)
U
=
upah buruh harian (Rp/jam)
Vi
=
volume pakan ternak yang dihasilkan (kg/KK)
Wmp =
waktu untuk mencari pakan ternak (jam)
PT
jumlah petani peserta GERHAN yang mempunyai ternak
=
Nilai Tanaman Semusim Nilai hasil tanaman semusim yang ditanam dengan sistem tumpangsari pada lahan yang direhabilitasi dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : n
NTs = ∑ pi × Li × hi ...........................................................................................(11) i =1
keterangan : NTs
=
nilai tanaman semusim
Pi
=
produksi tanaman semusim jenis i (satuan/ha)
Li
=
luas tanaman semusim jenis i (ha)
36
hi
=
harga produk jenis i dipasaran per satuan
Nilai Pengendalian Erosi Nilai guna tidak langsung dari pengendalian erosi pada lahan yang direhabilitasi dihitung dengan terlebih dahulu menghitung estimasi pengurangan erosi dengan membandingkan sebelum rehabilitasi dan setelah dilakukan rehabilitasi menggunakan rumus USLE (Universal Loss Soil Equation) yang dikemukakan oleh Wischmeir dan Smith 1978 (Asdak, 2004). Bentuk persamaan untuk menduga besarnya erosi (ton/ha/th) adalah sebagai berikut :
A = R × K × LS × CP .........................................................................................(12) keterangan : A
=
besarnya kehilangan tanah persatuan luas lahan (ton/ha/th)
R
=
faktor erosivitas curah hujan dan air larian yang dapat meyebabkan erosi
K
=
faktor erodibilitas tanah untuk horison tanah tertentu
L
=
faktor panjang kemiringan lereng
S
=
faktor gradien / beda kemiringan lereng
C
=
faktor pengelolaan vegetasi
P
=
faktor konservasi tanah
Dampak erosi tanah di tapak (on-site) merupakan dampak yang dapat terlihat langsung pada pengelola lahan yaitu berupa pengurangan produktifitas. Hal ini berdampak pada kehilangan produksi, peningkatan jumlah pupuk dan kehilangan lapisan olah tanah yang akhirnya menimbulkan lahan kritis. Pendekatan biaya ganti didasarkan pada asumsi bahwa erosi tanah dan aliran permukaan menyebabkan terjadinya pencucian hara dan efektivitas pupuk bagi tanaman lebih rendah, yang pada akhirnya akan menyebabkan penurunan produksi. Kehilangan hara yang disebabkan erosi pada lahan usahatani dikonversi dengan jumlah pupuk seperti pupuk kandang ataupun pupuk anorganik. Untuk mengetahui proporsi unsur hara dalam tanah akan dilakukan analisis kimia tanah dari tiga lokasi mewakili 3 jenis tanah yang dominan.
37
Pendugaan nilai manfaat dari pengurangan erosi dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
NPe = NPeOn + NPeOff
…………………………………………….........(13)
NPeOn = ∑∑ JUH ij × L j × HPi = ∑ ∑ (PUH i × E j )× L j × HPi 3
n
3
i =1 j =1
n
.................(14)
i =1 j =1
(Persamaan ini diadopsi dari Hufschmidt et al. 1983 dalam Sihite 2001). keterangan : NPeOn = Nilai dampak pengendalian erosi on plot JUHi
= jumlah unsur hara ke-i yang hilang dari tanah yang yang tererosi (kg/ha)
Hpi
= Harga pupuk jenis ke-i (Rp/kg)
Lj
= luas areal yang direhabilitasi ke-j (Ha)
PUHi
= proporsi unsur hara ke-i dari setiap 1 ton tanah yang tererosi (kg)
Ej
= pengurangan laju erosi lahan yang di rehabilitasi (ton/ha/th) Dampak lanjutan dari erosi diluar lahan pertanian (off plot) adalah terjadinya
sedimentasi yang dapat menimbulkan kerugian dan biaya yang sangat besar. Bentuk dampak off plot antara lain pelumpuran dan pendangkalan sungai. Penilaian dampak off plot dari pengurangan erosi didekati dengan pengurangan biaya normalisasi /pengerukan sungai waduk. Pendekatan ini didasarkan bahwa erosi menghasilkan sedimen (sedimen yield) yang mengendap di badan–badan air sungai yang dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas tampung sungai yang dapat menyebabkan air limpasan (banjir). Besarnya pengurangan sedimentasi diperoleh dari jumlah pengurangan erosi hasil rehabilitasi dikalikan dengan besarnya nisbah pelepasan sedimen (Sediment Delivery Ratio/SDR) yang besarnya ditentukan berdasarkan luas DAS(Roehl,1962 dalam Asdak, 2004). Jumlah pengurangan sedimen dari hasil rehabilitasi adalah sebagai berikut:
ET × SDR BJsed
SDT =
............................................................................................(15)
Dimana SDT
= jumlah sedimen (m3/th)
38
ET
= estimasi pengurangan erosi total (ton/th)
SDR
= nisbah pelepasan sedimen (sediment delivery ratio)
BJsed = berat jenis/kerapatan sedimen (asumsi 1,2 ton/m3) Sedimentasi
menyebabkan
pendangkalan
sungai
untuk
itu
diperlukan
normalisasi/pengerukan sungai agar terhindar dari meluapnya air sungai. Untuk itu nilai dari dampak off plot pengurangan erosi dapat dihitung dengan rumus perhitungan sebagai berikut :
NPeOff = SDT × Bp .........................................................................................(16) keterangan : NpeOff = nilai pengendalian erosi (off plot) (Rp) SDT
= sedimentasi total (m3/th)
Bp
= biaya pengerukan lumpur (Rp/m3)
Nilai Hasil Air Sebagaimana telah disampaikan didepan, nilai hasil air dari GERHAN yang teridentifikasi adalah dari pemanfatan air untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan untuk pertanian sawah.
NHA = NHArt + NHApt ..................................................................................(17) keterangan : NHA
= nilai nasil air
NHArt
= nilai hasil air untuk kebutuhan rumah tangga
NHApt = nilai hasil air untuk pertanian (1) Hasil air untuk kebutuhan rumah tangga Nilai dari hasil air dari pemanfaatan oleh rumah tangga didekati dengan metode biaya pengadaan air yang merupakan modifikasi dari metode biaya perjalanan yang menunjukkan kesediaan membayar untuk mendapatkan manfaat air. Harga air dihitung berdasarkan pada biaya pengadaan, yaitu biaya yang dikorbankan untuk mendapatkan dan menggunakan air tersebut. Biaya pengadaan digunakan untuk menduga kurva permintaan masyarakat terhadap hasil air rumah tangga.
Y = β0 +.. β1 X 1 + β 2 X 2 + .....+ β n X.........................................................................(18) n
39
keterangan : Y
= permintaan atau konsumsi air (m3/KK)
X1
= harga atau biaya pengadaan (Rp/m3)
β0
= intersep
β1, 2 ,..n X2,3,...n
= koefisien regresi = peubah bebas / faktor sosial ekonomi
Biaya pengadaan air per satuan volume dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :
HA =
BPA ........................................................................................................(19) JKA
keterangan : HA
= Harga air (Rp/m3)
BPA
= biaya pengadaan air (Rp)
JKA
= jumlah konsumsi air rumah tangga (m3)
Nilai ekonomi dari air rumah tangga dihitung berdasarkan konsumsi air per kapita di kalikan jumlah penduduk di wilayah sub DAS Tirto dikalikan dengan proporsi luas GERHAN dibandingkan luas penutupan hutan secara keseluruhan karena diasumsikan bahwa sumber air rumah tangga yang digunakan masyarakat tersebut merupakan hasil dari keberadaan penutupan hutan secara keseluruhan di Sub DAS Tirto.
Lr .............................................................................(20) NHA = HA × JKA × JP × Lph keterangan : NHA =
nilai hasil air
HA
=
harga air (Rp/m3)
JKA
=
jumlah konsumsi air per kapita (m3)
JP
=
jumlah penduduk satu wilayah Sub DAS Tirto
Lr
=
luas hutan hasil GERHAN (ha)
Lph
=
luas penutupan hutan keseluruhan (kawasan hutan, hutan rakyat swadaya dan hutan hasil GERHAN)
40
(2) Hasil air untuk pertanian Untuk menduga nilai hasil air untuk kebutuhan irigasi pertanian digunakan metode kontingensi, untuk mengetahui besarnya kesediaan membayar dari petani sawah untuk melindungi dan mempertahankan tanaman hasil rehabilitasi guna memperoleh manfaat kontinuitas hasil air untuk irigasi sawahnya. Untuk memperoleh informasi tersebut dilakukan wawancara kepada responden yang merupakan petani sawah. Nilai hasil air total untuk kebutuhan irigasi pertanian adalah
kesediaan
membayar
rata-rata
dari
responden
dikalikan
jumlah
populasinya (jumlah petani sawah di Sub DAS Tirto). Nilai hasil air dari GERHAN sesuai dengan proporsi luasan hutan hasil GERHAN terhadap penutupan hutan secara keseluruhan di Sub DAS Tirto. Untuk menduga nilai hasil air dari GERHAN, secara matematis disampaikan dalam beberapa persamaan berikut ini. n
WTPHApt =
∑ WTPHApt i =1
ni
i
.............................................................................(21)
Lr ..........................................................................(22) NHApt = WTPHApt × N × Lph keterangan :
WTPHApt
=
rata-rata kesediaan membayar untuk manfaat hasil air pertanian (Rp/KK)
WTPHApti = kesediaan membayar untuk manfaat hasil air untuk pertanian dari individu ke-i (Rp/KK)
NHApt
=
nilai hasil air untuk pertanian (Rp/th)
N
=
jumlah populasi (jumlah petani sawah di Sub DAS Tirto, KK)
ni
=
jumlah responden (bagian dari petani sawah di Sub DAS Tirto, KK)
Lr
=
luas hutan hasil rehabilitasi GERHAN
Lph
=
luas penutupan hutan keseluruhan (kawasan hutan, hutan rakyat swadaya dan hutan hasil GERHAN)
41
Nilai Jasa Penyerapan Karbon Nilai jasa lingkungan yang dihasilkan dari hasil rehabilitasi hutan dan lahan melalui GERHAN adalah jasa penyerapan karbon oleh tanaman selama pertumbuhan sampai tanaman tersebut dipanen. Tanaman atau pohon, merupakan tempat penyimpanan karbon untuk itu pendugaan kandungan karbon tersimpan dihitung biomassa kering persamaan allometrik. Untuk menghitung biomassa bagian atas tanaman jati (Tectona grandis) menggunakan persamaan allometrik (Kraenzel et al. 2003 dalam IPCC, 2003)
Y = 0,0908 × DBH
2,575
…………………………………………………………….(23)
keterangan : Y
=
DBH =
Biomassa bagian atas tanaman (kg/pohon) diameter setinggi dada (cm)
Untuk menghitung Biomassa pohon-pohon bercabang menggunakan persamaan allometrik (Ketterings, 2001)
B = 0,11 × ρ × D
2, 62
……………………………………………………..……...(24)
keterangan : B
=
berat kering (kg/pohon)
D
=
diameter setinggi dada (cm)
?
=
kerapatan kayu (kg/dm3)
Setelah diperoleh biomassa kering pohon/ha kemudian dikonversikan dalam berat karbon dengan persamaan sebagai berikut :
C = Biomassa ker ing (ton / ha) × 0,45 ………....................................................(25) keterangan : C
=
berat karbon tersimpan (ton/ha)
0,45
=
faktor konversi
Dengan mengetahui estimasi berat karbon total dari hasil GERHAN, dikalikan dengan harga karbon yang berlaku di pasar internasional maka diketahui nilai jasa lingkungan dari penyerapan karbon oleh tanaman hasil rehabilitasi.
42
Nilai Pilihan Nilai pilihan yang berupa potensi sumberdaya alam yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat di masa yang akan datang, meskipun pada saat ini belum dimanfaatkan dan belum bernilai ekonomi. Untuk menghitung nilai pilihan berupa flora dan fauna ini digunakan pendekatan kontingensi, yaitu nilai yang diberikan oleh individu atau masyarakat untuk mau melindungi dan mempertahankan sumberdaya hutan dan lahan hasil rehabilitasi agar diperoleh manfaat potensial dari flora dan fauna untuk kepentingan masa depan. Untuk menghitung nilai pilihan dari flora dan fauna, secara garis besar digunakan rumus sebagai berikut : n
WTPFl r =
∑ WTPFl
i
i =1
.............................................................................(26)
ni
NEFl = WTPFl × N ×
Lr .................................................................................(27) Lph
keterangan : WTPFlr = rata-rata kesediaan membayar untuk manfaat potensial flora (Rp/KK)
WTPFli = kesediaan membayar untuk manfaat potensial flora dari individu ke-i (Rp/KK)
NEFl
= nilai pilihan flora (Rp/th)
N
= jumlah populasi (jumlah KK di Sub DAS Tirto)
ni
= jumlah responden
Lr
= jumlah lahan yang di rehabilitasi
Lph
= luas penutupan hutan Untuk nilai pilihan fauna, dihitung dengan rumus sebagai berikut : n
WTPFa r =
∑ WTPFa i =1
i
.............................................................................(28)
ni
NEFa = WTPFa × N ×
Lr Lph
.............................................................................(29)
43
keterangan :
WTPFa r = rata-rata kesediaan membayar untuk manfaat potensial fauna (Rp/KK)
WTPFai = kesediaan membayar untuk manfaat potensial fauna dari individu kei (Rp/KK)
NEFa
= nilai pilihan fauna (Rp/th)
N
= jumlah populasi (jumlah KK di Sub DAS Tirto)
ni
= jumlah responden
Lr
= luas lahan yang direhabilitasi (ha)
Lph
= luas penutupan hutan total dalam satu sub DAS (ha)
Nilai Keberadaan Nilai keberadaan adalah nilai yang diberikan baik oleh individu ataupun masyarakat atas manfaat spiritual, estetika dan kultural dari sumberdaya hutan dan lahan hasil rehabilitasi. Rehabilitasi hutan dan lahan di daerah penelitian menjadi hal yang penting untuk mengatasi persolan kekritisan lahan. Disamping itu hasil sumberdaya hutan dan lahan tersebut merupakan sumber pendapatan masyarakat baik untuk keperluan komersiil maupun untuk kebutuhan subsisten. Mengingat besarnya manfaat yang dihasilkan dari sumberdaya hutan dan lahan maka nilai keberadaan sumberdaya hutan dan lahan tersebut didekati dari besarnya kesediaan masyarakat agar keberadaan sumberdaya hasil rehabilitasi dapat dipertahankan sehingga manfaat keindahan, kesejukan dan kenyamanan dapat selalu dinikmati. Untuk menghitung nilai ekonomi keberadaan sumberdaya hutan dan lahan hasil rehabilitasi digunakan metode kontingensi dengan menanyakan besarnya kesediaan membayar dari individu atau masyarakat untuk mempertahankan sumberdaya hutan dan lahan. Untuk nilai keberadaan hasil rehabilitasi hutan dan lahan, dihitung dengan rumus sebagai berikut : n
WTPKB r =
∑ WTPKB i =1
ni
i
.............................................................................(30)
44
Lr .............................................................................(31) NEKB = WTPKB × N × Lph keterangan :
WTPKB r = rata-rata kesediaan membayar untuk nilai keberadaan sumberdaya hasil rehabilitasi hutan dan lahan (Rp/KK)
WTPKBi = kesediaan membayar untuk nilai keberadaan sumberdaya hasil rehabilitasi hutan dan lahan dari individu ke-i (Rp/KK)
NEKB = nilai keberadaan sumberdaya hasil rehabilitasi hutan dan lahan (Rp/th) N
= jumlah populasi (jumlah seluruh KK Sub DAS Tirto, KK)
ni
= jumlah responden
Lr
= luas lahan hutan hasil rehabilitasi GERHAN (ha)
Lph
= luas penutupan hutan keseluruhan dalam sub DAS Tirto
Biaya GERHAN Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan GERHAN secara keseluruhan bukan hanya biaya yang dikeluarkan oleh Pemerintah tetapi juga biaya pemeliharaan oleh masyarakat dan biaya sewa lahan yang kadang tidak pernah diperhitungkan. Analisa Manfaat Biaya Setelah semua biaya dan manfaat teridentifikasi kemudian ditabulasikan dalam bentuk tabel aliran kas (cash flow) untuk memproyeksikan biaya dan manfaat dalam satu periode tebang. Untuk memperkirakan nilai saat ini dari biaya dan manfaat yang akan diperoleh pada masa mendatang, dilakukan melalui prosedur discounting yaitu cara untuk menghitung dampak waktu ketika membuat rekomendasi kebijakan (Dunn, 2003). Nilai sekarang dari manfaat atau biaya masa depan diperoleh dengan menggunakan faktor diskon. Faktor diskon dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
DF =
1
(1 + r )t
.....................................................................................................(32)
45
keterangan : DF =
discount factor
r
=
tingkat diskon
t
=
jumlah tahun dimana manfaat dan biaya di diskon.
Rumus umum untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut : T
NPV = ∑ t =0
(Bt − C t ) ...........................................................................................(33) t (1 + r)
keterangan : B = manfaat C
=
biaya
r
=
tingkat bunga / tingkat diskon
t
=
tahun dari 0 sampai T
Selain menggunakan NPV untuk menilai kegiatan GERHAN dilakukan dengan analisis perbandingan antara manfaat dan biaya proyek (BCR = benefit cost ratio). Analisa ini dilakukan dengan membandingkan total manfaat proyek dengan total biaya proyek yanag semua dinyatakan dalam nilai sekarang. Rumus umum untuk menghitung BCR adalah sebagai berikut : T
BCR =
∑
t=0 T
∑
t=0
Bt (1 + r ) t Ct (1 + r ) t
.....................................................................................(34)
keterangan : B = manfaat C
=
biaya
R
=
tingkat suku bunga
t
=
t dari 0 sampai T
?
=
jumlah
Suatu proyek dikatakan layak apabila NPV-nya positif dan BCR>1. Selain NPV dan BCR untuk menilai kelayakan proyek adalah dengan menggunakan IRR (Internal Rate Return) yaitu tingkat discount rate yang menyebabkan jumlah hasil diskonto penerimaan sama dengan hasil diskonto biaya total. Suatu proyek
46
dikatakan layak atau dapat diterima apabila IRR-nya lebih besar dari tingkat discount rate yang ditetapkan. Nilai IRR adalah nilai discount rate yang membuat nilai NPV sama dengan 0 (Gittinger, 1986). Secara matematis IRR ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Bt − C t = 0 ....................................................................................(35) t t = 0 (1 + IRR) keterangan : t =T
NPV = ∑
NPV
=
nilai manfaat bersih sekarang
B
=
manfaat
C
=
biaya
t
=
t dari 0 sampai T
IRR
=
internal rate return
Untuk mengetahui kelayakan kegiatan GERHAN secara ekonomi maupun secara finansial, akan dilakukan analisis finansial pada biaya-biaya dan manfaat langsung yang diterima petani dan analisis ekonomi secara keseluruhan. III.4.2.Anasisis Faktor Penyebab Potensi Kegagalan GERHAN Berdasarkan penelusuran berbagai pustaka, penyebab kegagalan yang sering terjadi di lapangan dapat dibedakan kedalam aspek teknis, ekonomi, sosial budaya dan kelembagaan. Secara teknis penyebab kegagalan GERHAN diduga karena : (1) masyarakat tidak diikut sertakan dalam perencanaan sehingga kurang rasa memiliki terhadap kegiatan, (2) pemilihan jenis yang tidak sesuai kondisi ekologisnya, (3) jenis bibit tidak sesuai keinginan(tidak disukai) masyarakat (4) kualitas bibit tidak bagus (5) kondisi bibit yang ditanam tidak bagus, (6) waktu tanam yang tidak tepat, dan (7) tidak ada rencana pemeliharaan terhadap tanaman terutama selepas proyek. Dari aspek ekonomi beberapa hal yang diduga menyebabkan kegagalan GERHAN adalah : (1) tidak ada harapan keuntungan atau analisa kelayakan sebelumnya yang dapat merangsang minat petani untuk memelihara tanaman kegiatan rehabilitasi, (2) tidak adanya kemudahan pasar untuk
hasil-hasil
produksinya,
(3)
tidak
ada rencana
untuk
menjamin
keberlanjutan rehabilitasi dalam jangka panjang seperti mekanisme reinvestasi,
47
dan (4) tidak adanya insentif untuk kegiatan rehabilitasi. Dari aspek sosial dan budaya yang diduga menyebabkan kegagalan GERHAN adalah : (1) kurangnya pengalaman berusaha tani; (2) status pelaku rehabilitasi bukan pemiliknya; (3) kepemilikan lahan sempit; (4) kegiatan tanam menanam bukan merupakan budaya masyarakat; sedangkan dari aspek kelembagaan adalah : (1) kurangnya kapasitas kelembagaan dari instansi terkait
untuk melaksanakan kegiatan
rehabilitasi hutan dan lahan dilihat dari kecukupan tenaga kerja, kapasitas teknis dan dukungan logistik; (2) tidak ada keterpaduan kegiatan rehabilitasi dengan perencanaan penggunaan lahan dalam wilayah yang lebih luas; (3) tidak ada aturan atau norma yang jelas berkaitan dengan upaya rehabilitasi; (4) tidak jelasnya pembagian hak dan kewajiban dalam hal rehabilitasi hutan dan lahan; (5) tidak ada pengakuan dari proyek terhadap pengaturan hak kepemilikan yang sudah ada di lokasi proyek (jenis kepemilikan lahan, pemegang hak dan mekanisme pengakuannya); (6) adanya konflik antara pemangku kepentingan dan tidak ada penyelesaiannya; (7) kurangnya bantuan teknis, penyuluhan atau pembangunan kapasitas untuk mendukung upaya rehabilitasi. Agar dapat memenuhi standar penelitian ilmiah maka alat ukur untuk menilai faktor penyebab kegagalan GERHAN diuji kesahihannya atau validitas dan keterandalannya atau reliabilitas sebelum digunakan untuk pengumpulan data (Bungin, 2003). 1.
Uji Validitas Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen ini mampu mengukur apa
saja yang hendak diukurnya. Validitas mempertanyakan kesahihan alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor setiap item dengan total skore. Teknik korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moment, dinama instrumen dikatakan valid apabila nilai koefisien korelasinya (r) > r tabel atau jika korelasi sudah lebih besar dari 0,3 pertanyaan yang dibuat dikategorikan shahih/valid (Hasan, 2002). Item-item yang valid adalah jika corrected item total correlations lebih besar dari nilai r pada tabel nilai r Product Moment atau jika nilai r lebih besar dari 0,3. Dari hasil analisis validitas (Lampiran 1) didapatkan 10 item yang valid
48
digunakan untuk mengukur faktor penyebab kegagalan GERHAN yaitu : kurangnya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan (X1) ketidak sesuaian jenis tanaman dengan kondisi ekologisnya (X2) rendahnya kualitas bibit (X3) ketidak sesuaian jenis dengan yang diusulkan (X4) jeleknya kondisi bibit waktu diterima (X5) kesulitan pemasaran hasil (X6) kurangnya insentif/penghargaan untuk kegiatan rehabilitasi (X7) kurangnya kapasitas instansi terkait dalam kegiatan rehabilitasi dilihat dari kecukupan tenaga kerja, kapasitas teknis dan dukungan logistik (X8) kurangnya keterpaduan kegiatan rehabilitasi dengan perencanaan penggunaan lahan yang lebih luas (X9) ketidakjelasan pembagian hak dan kewajiban dalam hal rehabilitasi hutan dan lahan (X10). 2. Uji Reliabilit as Reliabilitas adalah tingkat ketepatan, ketelitian atau keakuratan sebuah instrumen (Hasan, 2002). Reliabilitas menunjukkan apakah suatu instrumen yang digunakan dalam pengukuran tersebut secara konsisten memberikan hasil ukuran yang sama tentang sesuatu yang diukur pada waktu yang berlainan. Pengujian reliabilitas ini hanya dilakukan terhadap butir-butir yang valid, yang diperoleh melalui uji validitas. Reliabilitas dinilai dengan Cronbach’s coeffisient ALPHA (a) (Cronbach, 1970 dalam Jogiyanto, 2008). Skore reliabilitas yang diterima di banyak penelitian berkisar 0,70 sampai dengan 0,80 tetapi menurut Nunnaly untuk tahapan awal riset nilai 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup (Jogiyanto, 2008). Rumus untuk menghitung Cronbach’s coeffisient ALPHA sebagai berikut : 2 k ∑ σ xi .........................................................................................(36) α= 1 − σ x2 k − 1
Dimana a
=
Cronbach’s coeffisient ALPHA
k
=
jumlah pecahan
σ 2xi = total varian masing-masing pecahan σ x2
=
varian dari total skore
49
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan mempunyai angka korelasi 0.898 yang artinya mempunyai keterhandalan yang cukup baik. 3. Analisa Regresi Berganda Untuk mengetahui pengaruh faktor penyebab kegagalan terhadap tingkat kegagalan yang dilihat dari prosentase kematian tanaman dilakukan dengan analisis regresi berganda dengan rumus umum sebagai berikut :
Y = β 0 + β1 X 1 + β 2 X 2 + .....+ β n X n ................................................................(37) Dimana Y= prosentase kematian tanaman, ,β 0 = intersep, β 1,2 ,.. n = koefisien regresi, X1,2...n = peubah bebas/faktor teknis, ekonomi, kelembagaan. Karena variabel penentunya berbentuk data ordinal, agar memenuhi syarat asumsi data dalam sebaran normal maka harus ditransfer menjadi data interval dengan menggunakan Metode Suksesive Interval (MSI). Untuk melihat pengaruh variabel bebas secara bersama-sama/simultan terhadap tingkat kegagalan dilakukan uji F, jika F-hitung>F-tabel maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap model. III.4.3.Rancangan Insentif Untuk Tidak Merusak Hutan dan Lahan Mengacu perancangan insentif untuk rehabilitasi hutan dan lahan menurut Putro et al. (2003) tahapan yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi yang menjadi
latar
belakang mata
pencaharian
masyarakat
dan
karakteristik
sumberdaya alam dalam DAS, menganalisis pengaruh aktivitas ekonomi masyarakat terhadap sumberdaya alam, identifikasi kebutuhan insentif dan memilih insentif ekonomi untuk rehabilitasi hutan dan lahan. Untuk itu dilakukan analisis
deskriptif/kualitatif
terhadap
karakteristik
masyarakat
(mata
pencaharian/sumber penghasilan utama), persepsi masyarakat terhadap penyebab langsung degradasi hutan dan lahan, faktor penyebab utama degradasi hutan dan lahan, dan bentuk insentif yang dibutuhkan untuk mendorong peserta GERHAN terus memelihara tanaman GERHAN sampai diperoleh manfaat sebagaimana yang telah disebutkan di depan.