36
36
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Budidaya pembesaran ikan kerapu bebek (Chromileptes altivelis) dengan sistem KJA dan budidaya rumput laut (Eucheuma cottonii) dengan sistem Long line menjadi alternatif untuk mengatasi kendala peningkatan produksi perikanan laut. Hal yang penting dalam pengembangan usaha ini adalah harga jual produksi dari tahun ke tahun semakin baik dan sangat prospektif. Pengembangan budidaya perikanan di kawasan Teluk Levun didasarkan pada kondisi sumberdaya ikan menurun yang berpengaruh terhadap pendapatan nelayan ikut menurun, sehingga memicu pembudidaya ikan meningkatkan pendapatan melalui usaha budidaya laut (mariculture) dengan komoditi ikan kerapu dan rumput laut. Pemilihan lokasi, pengukuran parameter pendukung untuk mendapatkan karakteristik kawasan Teluk dan estimasi daya dukung perairan merupakan syarat apabila hendak mengembangkan budidaya kerapu maupun rumput laut. Pemilihan lokasi harus mempertimbangkan dampak yang akan ditimbulkan dan juga dampak dari kegiatan lain yang sama-sama memanfaatkan wilayah tersebut. Daya dukung merupakan konsep yang tepat dalam memanfaatkan sumberdaya secara terbatas. Dalam menentukan batas penggunaan sumberdaya dan kontrol pengembangan yang sangat obyektif, digunakan metode analisis daya dukung perairan. Tujuan dari usaha budidaya ikan kerapu dan rumput laut, yaitu memperoleh nilai manfaat berupa keuntungan dari segi finansial maka perlu dilakukan analisis kriteria kelayakan usaha budidaya tersebut. Data dan informasi yang terkumpul dianalisis dan dirumuskan untuk mengetahui prospek pengembangan usaha budidaya di Kabupaten Maluku Tenggara. Analisis alokasi sumberdaya melalui optimasi
dilakukan dengan menggunakan LGP (Linear Goal Programming).
Kebijakan prioritas pengembangan komoditi budidaya perikanan di Teluk Levun menjadi lebih terarah dilakukan dengan pendekatan Proses Hierarki Analitik/AHP (Analysis Hierarchy Proses). Dengan analisis tersebut dapat ditentukan kebijakan prioritas kegiatan pemanfaatan ruang yang optimal. Secara skematis diagram alur kerangka pikir dalam penelitian, disajikan pada Gambar 8.
37
37
Permasalahan
Kondisi dan Potensi Kawasan Perairan Teluk Levun untuk Kegiatan Budidaya
Budidaya Ikan Kerapu dan Rumput Laut Kondisi Aktual
Karakteristik Perairan Teluk Levun dan Sarana Input Produksi
Analisis Optimasi Pemanfaatan (LGP)
Analisis Kesesuaian Perairan Teluk Levun untuk Budidaya Perikanan
Analisis Kelayakan Usaha
Analisis Kebijakan Prioritas Pengembangan Komoditi Budidaya di Kawasan Perairan Teluk Levun (AHP)
Rekomendasi
Pemanfaatan Kawasan Teluk Levun yang Optimal dan Berkelanjutan
Gambar 8. Diagram Alur Kerangka Pikir Keterangan : =
ruang lingkup
38
38
3.2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode studi kasus (case study). Tujuan studi kasus untuk memberikan gambaran tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus, tipe pendekatan dan penelaahannya terhadap satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif (Faisal 2001). Satuan kasusnya adalah budidaya ikan kerapu dan budidaya rumput laut. Penentuan lokasi yang menjadi satuan kasus tersebut dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa lokasi yang dipilih merupakan sentra usaha budidaya perikanan dan rencana pengembangan budidaya perikanan di Kabupaten Maluku Tenggara. 3.3. Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2010 sampai dengan Agustus 2010. Lokasi penelitian adalah di kawasan Teluk Levun yang secara administrasi berada pada wilayah Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara. Pemilihan lokasi didasari atas pertimbangan telah dilakukannya kegiatan budidaya ikan kerapu dan rumput laut di Teluk Levun
yang
pemanfaatannya belum
optimal. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. 3.4. Metode Pengambilan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada di sekitar Teluk Levun, baik yang terkait langsung maupun tidak dengan keberadaan budidaya perikanan di Teluk Levun dan instansi-instansi yang terkait dalam pengembangan
budidaya
perikanan.
Adapun
metode
pengambilan
sampel/responden yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu metode pengambilan responden tidak secara acak melainkan berdasarkan pertimbangan tertentu atau sengaja. Hal yang menjadi acuan dalam pengambilan responden adalah sebagai berikut; (1) responden yang dipilih adalah pelaku usaha yang terlibat langsung dengan kegiatan memproduksi dan perdagangan ikan kerapu dan rumput laut. (2) responden lain yang terkait dengan penelitian ini sesuai dengan jenis dan tujuan penggunaan data yang diperlukan. Jumlah responden 44 orang, yang dikelompokan sesuai dengan tujuan analisis yaitu : pembudidaya kerapu 7 orang, pembudidaya rumput laut 24 orang,
39
39
Dinas Kelautan dan Perikanan 2 orang, BAPEDA 2 orang, LSM 2 orang, tokoh masyarakat setempat 2 orang, Perguruan Tinggi terkait 2 orang, mitra bisnis 2 orang, BPS 1 orang. Jumlah responden dan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Responden yang Dipilih No
Responden
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1
Pembudidaya Ikan Kerapu
7
15,90
2
Pembudidaya Rumput Laut
24
54,54
3
Key Information
13
29,54
44
100
Jumlah
3.5. Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan penelitian dan metode penelitian yang digunakan, maka data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis data, yaitu: (1) data primer, yaitu data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, dengan metode wawancara yang mendalam (depth interview) kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan (questionnaire) yang telah disusun sesuai dengan keperluan analisis dan tujuan penelitian (2) data sekunder, yaitu data penunjang yang dikumpulkan dari Bapedal Kabupaten Maluku Tenggara, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Maluku Tenggara, Kantor Statistik Kabupaten Maluku Tenggara dan lembaga-lembaga yang berhubungan dengan materi penelitian, maupun yang berasal dari publikasi dan hasil penelitian yang pernah dilakukan melalui penelusuran pustaka. Data yang dikumpulkan berupa data teknik budidaya perikanan, produksi perikanan dan harga jual, prasarana dan sarana yang ada, kegiatan ekonomi di lokasi penelitian. Secara rinci pengumpulan data primer dan data sekunder tersaji pada Tabel 4.
40
40
Tabel 4. Pengumpulan Data Penelitian Primer dan Sekunder di Teluk Levun Data -Teknik Budidaya Perikanan - Sosial Ekonomi - Key informatin
Jenis Data
Primer
Sumber Data DKP Kabupaten Maluku Tenggara (data tahun 2010), Akademisi, pengusaha, pemerintah daerah setempat, masyarakat pesisir di Teluk Levun dan Observasi lapangan
Potensi sumberdaya perikanan laut
Sekunder
DKP Kabupaten Maluku Tenggara, Dinas dan Instansi terkait
Jumlah produksi, biaya budidaya dan harga jual (kerapu dan rumput laut), data perkembangan usaha budidaya
Primer dan sekunder
Kondisi oseanografi, fisika, kimia perairan
Primer dan sekunder
Observasi Lapangan, DKP Maluku Tenggara (data tahun 2010) dan penelitian-penelitian yang terkait.
Finansial untuk budidaya Perikanan (kerapu dan rumput laut)
Primer dan sekunder
Observasi Lapangan, DKP Maluku Tenggara,
Peta Kabupaten Maluku Tenggara
Sekunder
Bakosurtanal
Pembudidaya, DKP Maluku Tenggara, BappedaTual, Statistik, BBL Tual (data tahun 2010)
Beberapa data parameter lingkungan perairan dibagi menjadi parameter fisika dan kimia perairan dengan standar baku parameter kualitas fisik perairan untuk usaha budidaya laut. Parameter kualitas lingkugan perairan terlihat pada Tabel 5.
41
41
Tabel 5. Kriteria Lokasi Penelitian untuk Pengembangan Budidaya di Teluk Levun 1). Fisika : Parameter 1. Kecepatan 2. Suhu 3. Kecerahan
Satuan m/det ⁰C M
4. Kedalaman
M
2). Kimia : Parameter Satuan 1. Salinitas ppt 2. pH 3. Oksigen terlarut mg/l mg/l 4. Nitrat (NO₃-N) mg/l 5. Fosfat (PO₄-P) 3). Sosial Ekonomi : Parameter Satuan 1. Keterlindungan 2. Subtrat 3. Aspek Legal 4. Kemudahan Akses 5. Konflik Pengguna Lahan 6. Keamanan
Jenis Data Data sekunder Data sekunder Observasi Interpretasi citra dan Observasi
Analisis dan Perumusan Pembandingan dengan Kondisi Ideal Untuk Budidaya Laut
Jenis Data Data sekunder Data sekunder Data sekunder Data sekunder Data sekunder
Analisis dan Perumusan Pembandingan dengan Kondisi Ideal Untuk Budidaya Laut
Jenis Data Analisis dan Perumusan Observasi Observasi Data sekunder Wawancara Deskripsi Observasi, Wawancara Observasi, Wawancara Wawancara
3.6. Analisis Data Untuk memecahkan permasalahan dan mencapai tujuan penelitian tersebut di atas, maka digunakan beberapa analisis yaitu: 3.6.1. Analisis Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Perikanan Kesesuaian perairan dalam pemanfaatan dianalisis berdasarkan kriteria persyaratan masing-masing pemanfaatannya, dimana tiap-tiap kriteria dan persyaratan tersebut diidentifikasi dengan mempertimbangkan masing-masing parameter pembatasnya. Penyusunan matriks kesesuaian merujuk pada pengkajian kriteria lokasi penelitian untuk pengembangan budidaya. Setiap kriteria diidentifikasi secara terpisah dengan mempertimbangkan masing-masing parameter pembatasnya. Setiap kriteria dan parameter disusun berdasarkan bobot dan skor yang ditentukan
berdasarkan studi pustaka atau
justifikasi oleh para ahli (expert). Pemberian bobot berdasarkan pertimbangan
42
42
pengaruh variabel dominan, sedangkan nilai skor didasari atas tingkat kesesuaian masing-masing kriteria. Penyusunan matriks kesesuaian lahan didasarkan atas kriteria penilaian kesesuaian perairan yang merupakan tahap penting dalam menyiapkan data yang akan dianalisis. Penentuan kesesuaian lahan budidaya dimodifikasi dari kriteria yang dikembangkan oleh Rachmansyah (2004). Faktor utama kelayakan yang diperlukan untuk budidaya perikanan dibagi dalam 3 kategori. Kategori 1 terkait dengan ekologi; kategori 2 terkait dengan desain tata letak (layout); kategori 3 terkait dengan aspek sosial ekonomi dan kelembagaan. Nilai kelayakan masingmasing bobot parameter dikalikan dengan nilai skor. Nilai akhir kesesuaian dibagi dalam tiga kelas yang didefenisikan sebagai berikut: Kelas S1= Sangat sesuai (Highly Suitable): Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap penggunaannya dan tidak akan menaikan masukan/tingkatan perlakuan yang diberikan; Kelas S2= Sesuai (Moderately Suitable). Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas ini akan meningkatkan masukan /tingkatan perlakuan yang diperlukan. Kelas N= Tidak sesuai (Not Suitable): Daerah ini mempunyai pembatas permanen, sehingga mencegah segala kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut. Penyusunan matriks kesesuaian merujuk pada kriteria (DKP 2002). Secara rinci kriteria penilaian kesesuaian perairan untuk budidaya laut di Teluk Levun disajikan pada Tabel 6.
43
43
Tabel 6. Kriteria Penilaian Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Perikanan di Teluk Levun Kondisi Ideal 2
Parameter 1 Kategori 1 Kecepatan arus (cm/det) Suhu air (⁰C) Kecerahan air (m) Kedalaman pada surut (m) Salinitas (ppt) pH Oksigen terlarut (ppm) Nitrat Fosfat Kategori 2 Keterjangkauan Tenaga Kerja Kondisi Masyarakat Kemudahan akses
Kondisi perairan 3 40
Angka Penilaian 5
Bobot
Skor
6
7
Sub total Kategori 1 = 30
Sub total Kategori 2 = 30
Kategori 3 Keterlindungan Keamanan Aspek Legal Konflik kepentingan Subtrat
Sub total Kategori 3 = Total Nilai Kategori 1 + 2 + 3 = Sumber : Rachmansyah (2004)
Klasifikasi kesesuaian :
Sangat sesuai Sesuai Tidak sesuai
: 67 - 100 : 34 - 66 : < 34
Keterangan : 1. Angka Penilaian berdasarkan petunjuk DKP (2002) yaitu: 5 = Baik ; 3 = Sedang ; 1 = Kurang. 2. Bobot berdasarkan pertimbangan pengaruh Variabel Dominan
3.6.2. Analisis Optimasi Pemanfaatan Kawasan Teluk Levun Optimal
pemanfaatan
sumberdaya
ikan
kerapu
dan
rumput
laut
menggunakan model linear goal programming (LGP). Penetapan target ditentukan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan pengelolaan wilayah pesisir di
44
44
daerah penelitian, sedangkan perumusan model akan memperhitungkan kemampuan ketersediaan perairan di wilayah bersangkutan. Target optimasi dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan informasi rencana strategi pengembangaan wilayah dan rencana tata ruang wilayah kabupaten Maluku Tenggara. Tiga target utama dalam perumusan model, yaitu : peubah keputusan, kendala tujuan dan kendala riil. 1.
Peubah keputusan : X1
: luas lahan yang sesuai untuk budidaya kerapu
X2
: luas lahan yang sesuai untuk budidaya rumput laut
2.
Fungsi Tujuan :
3.
Kendala tujuan/sasaran : Kendala Produksi Ikan Kerapu (PIK) ki PIK
: produksi ikan kerapu per tahun pada penggunaan sumberdaya lahan Xj : Target peningkatan produksi ikan kerapu pada kondisi optimal ki . X1 – d1+ ≥ PIK ( kg per tahun)
Kendala Produksi Rumput Laut (PRL) li
: produksi rumput laut per tahun pada penggunaan sumberdaya lahan Xj
PRL
: Target peningkatan produksi ikan kerapu pada kondisi optimal li . X2 – d2+ ≥ PRL ( kg per tahun)
Kendala Tenaga Kerja (TK) ti1
: waktu yang dibutuhkan tenaga kerja ikan kerapu per tahun pada penggunaan sumberdaya lahan Xj
TK
: Target jumlah waktu yang dibutuhkan pada kondisi optimal ti1 . X1 – d3+ ≤ TK ( jam per tahun)
ti2
: waktu yang dibutuhkan tenaga kerja ikan kerapu per tahun penggunaan sumberdaya lahan Xj
TK
: Target jumlah waktu yang dibutuhkan pada kondisi optimal ti2 . X2 – d4+ ≤ TK ( jam per tahun)
45
45
Kendala Pendapatan Asli Daerah (PAD) di : pendapatan asli daerah per tahun pada penggunaan sumberdaya lahan Xj PAD : Target peningkatan pendapatan asli daerah pada kondisi optimal di1 . X1 + di2 . X2 + d5-– d5+ ≥ PAD ( Rp per tahun)
Kendala Daya Dukung Kawasan (DDK) bi
: daya dukung kawasan pada penggunaan sumberdaya lahan Xj
DDK : Target daya dukung kawasan pada kondisi optimal bi1 . X1 + bi2 . X1 + d6- – d6+ ≥ DDL ( ha)
Kendala Harga Benih Ikan Kerapu (HBIK) hi
: harga benih ikan kerapu pada penggunaan sumberdaya lahan Xj
HBIK : Target harga benih ikan kerapu pada kondisi optimal hi . X1 – d7+ ≤ HBIK ( Rp per ekor)
Kendala Harga Bibit Rumput Laut (HBRL) ji
: harga bibit rumput laut pada penggunaan sumberdaya lahan Xj
HBRL : Target harga bibit rumput laut pada kondisi optimal ji . X2 – d8+ ≤ HBRL ( Rp per kg)
Kendala Harga Pakan Rucah (HPR) pi
: harga pakan rucah pada penggunaan sumberdaya lahan Xj
HPR
: Target harga pakan rucah pada kondisi optimal pi . X1 – d9+ ≤ HPR ( Rp per kg)
Kendala Penggunaan Modal bagi Budidaya Ikan Kerapu (MIK) mi1
: penggunaan modal budidaya ikan kerapu pada penggunaan sumberdaya lahan Xj
MBIK : Target penggunaan modal usaha budidaya ikan kerapu pada kondisi optimal mi1 . X1 – d10+ ≤ MBIK ( Rp)
Kendala Penggunaan Modal bagi Budidaya Rumput Laut (MRL) mi2
: penggunaan modal budidaya rumput laut pada penggunaan sumberdaya lahan Xj
MRL : Target penggunaan modal usaha budidaya rumput laut pada kondisi optimal
46
46
mi2 . X2 – d11+ ≤ MRL ( Rp)
Banyaknya tujuan yang ingin dicapai, maka diperlukan penetapan prioritas tujuan. Menurut Budiharsono (2001) tujuan yang paling penting atau paling dahulu yang hendak dicapai ditetapkan sebagai prioritas ke-1, kemudian prioritas ditetapkan berdasarkan kepentingan tujuan tersebut. Pada penelitian ini yang paling diutamakan adalah perluasan area budidaya perikanan yang mempengaruhi peningkatan jumlah produksi, namun tetap mempertahankan daya dukung karena hal tersebut merupakan isu utama dalam menjamin keberlanjutan budidaya laut. 3.6.3. Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan usaha dilakukan dalam 2 (dua) tahapan. Pertama; analisis usaha, merupakan evalusasi keuangan untuk mengetahui keberhasilan usaha yang dicapai. Analisis usaha yang dilakukan terdiri dari Keuntungan (π), Revenue cost ratio (R/C), Return of investment (ROI), Break Event Point (BEP). (1). Keuntungan (π) Keuntungan (π) merupakan analisis untuk mengetahui besarnya keuntungan dari usaha yang dikelola. Suatu usaha dikatakan menguntungkan akan memiliki nilai penerimaan lebih besar dari pada total pengeluaran. π = TR – TC Dimana: π = Keuntungan TR = Total penerimaan TC = Total pengeluaran (2). Revenue Cost Ratio (R/C) Revenue cost ratio merupakan analisis untuk mengetahui berapa keuntungan relatif suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan tersebut. Suatu usaha dikatatan layak bila R/C > 1. Semakin tinggi nilai R/C maka tingkat keuntungan usaha semakin baik. R/C = (3). Return of investment (ROI) Return of investment merupakan nilai keuntungan yang diperoleh pembudidaya dari setiap jumlah uang yang diinvestasikan dalam periode waktu tertentu. Perhitungan ROI menurut Sudradjat (2008) mengikuti rumus berikut.
47
47
(4). Break Event Point (BEP) Analisis break event point merupakan alat analisis untuk mengetahui batas nilai produksi atau volume produksi suatu usaha mencapai titik impas (tidak untung dan tidak rugi). Usaha dinyatakan layak bila nilai BEP produksi lebih besar dari jumlah unit yang sedang diproduksi saat ini. Sementara BEP harga harus lebih rendah daripada harga yang berlaku saat ini. BEP Produksi = BEP Harga = Kedua; Analisis biaya manfaat merupakan analisis terhadap kegiatan usaha dengan memperhitungkan biaya dan manfaat dalam suatu usaha dengan menggunakan alat ukur Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Rasio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR). Perhitungan analisis ini dilakukan pada kondisi optimal dan mengikuti Kadariah (2001). (1). Net Present Value (NPV) Tujuan kebijakan pembangunan adalah untuk mendapatkan hasil neto (net benefit) yang maksimal yang dapat dicapai dengan investasi modal atau pengorbanan sumber-sumber lain. Sebagai ukuran dalam hal ini adalah the net present value dari proyek yang merupakan selisih antara Present Value dari benefit dan Present Value dari cost. t n
NPV = t 0
Bt Ct (1 i ) t
(2). Net B/C Net B/C adalah perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif (atau net cost). dirumuskan sebagai berikut : n
Net B/C =
t 0 n t 0
Bt (1 Bt (1
Ct i) t Ct i) t
Bt Bt
Ct Ct
0 0
Net B/C
48
48
(3). IRR Internal rate of return dimaksudkan untuk menentukan nilai tingkat diskonto atau tingkat hasil usaha yang dapat diharapkan dari suatu yang membuat NPV sama dengan nol. Semakin tinggi nilai IRR akan semakin baik manfaat usaha tersebut, sehingga memungkinkan untuk memperoleh pendanaan dengan tingkat bunga yang lebih rendah dari tingat IRR tersebut. Semakin rendah nilai IRR menunjukkan semakin kurang layak usaha tersebut. Perhitungan IRR menggunakan rumus berikut. IRR
= i'
NPV ' (i ' ' i ' ) NPV ' NPV ' '
Dimana: NPV = Net Present Value Bt
= Benefit dari suatu proyek pada tahun ke-t
Ct
= Biaya dari suatu proyek pada tahun ke-t
i
= tingkat suku bunga yang berlaku
n
= umur teknis
IRR
= Internal Rate of Return
i’
= tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif
i”
= tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif
NPV’ = NPV pada tingkat suku bunga i’ NPV” = NPV pada tingkat suku bunga i” 3.6.4. Analisis Kebijakan Prioritas Pengembangan Budidaya Perikanan Dalam analisis ini menggunakan model keputusan AHP dengan bantuan program Criteriun Decision Plus . Kriteria dan alternatif tidak dinilai melalui matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparisons), tetapi digunakan perbandingan antara dua alternatif untuk setiap kriteria yang tersedia. Baik kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Penyelesaian AHP dengan menggunakan Decision Plus. Analisis AHP yang dilakukan untuk menyelesaikan pemanfaatan kawasan yang terjadi, dengan cara memilih/menentukan prioritas penggunaan lahan yang optimal. Kriteria bobot prioritas alternatif alokasi sumberdaya disajikan pada Tabel 7.
49
49
Tabel 7. Kriteria Bobot Prioritas Alternatif Alokasi Sumberdaya Kriteria
Sub Kriteria
K1
A1
Alternatif A2
Am
Sk11 Sk12 Sk1n
K2 K3 Km
Aj
Dimana :
K (i = 1,2…m) Sk (i = 1,2, …n) A (i = (1, 2, …m) Aj
: menunjukan pilihan dari kriteria yang dinilai : merujuk pada kriteria dengan bobot Sj : menunjukan pilihan alternatif yang ada berdasarkan bobot dari (K) dan (Sk) : nilai skor akhir analisis prioritas berdasarkan kelompok kriteria.
3.7. Batasan Penelitian (1). Budidaya ikan kerapu dilakukan dengan menggunakan KJA . Benih ikan kerapu diperoreh dari balai (hatchery) dan alam (penangkapan oleh nelayan). Harga ikan kerapu hasil budidaya yang digunakan dalam analisis usaha adalah rata-rata harga rill ikan budidaya semenjak tahun 2007 sampai 2009. (2). Budidaya rumput laut dilakukan dengan menggunakan metode rawai (long line). Harga rumput laut hasil budidaya yang digunakan dalam analisis ini adalah rata-rata harga riil. (3). Penelitian ini hanya terbatas pada manfaat ekonomi yang ditimbulkan dengan adanya usaha budidaya ikan kerapu dan rumput laut di Teluk Levun Kabupaten Maluku Tenggara (4). Harga seluruh input selama penelitian diasumsikan tetap. Perubahan yang terjadi diperhitungkan dalam analisis sensitivitas.