III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan di Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Mekar Tani, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Karawang. Penelitian ini dimulai pada bulan Maret-April 2009.
B. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Alat 1. Alat “Gebot” 2. Pedal Thresher 3. Power Thresher 4. Terpal ukuran 8 m x 8 m untuk alas pengamatan 5. Alas Petani yang biasa digunakan berukuran 3 m x 3 m 6. Timbangan Analitik 7. Timbangan Besar 8. Moisture Tester 9. Wadah Plastik 10. Karung Beras 11. Penampi dan baki 12. Mini Husker SATAKE RICE MACHINE 13. Homogenizer Sampel Gabah dan Beras 14. Alat Uji Keretakan KIYA SEISAKUSHO LTD 15. Pinset 16. Kaca Pembesar Bahan 1. Padi dengan varietas Ciherang, Cibogo, dan Hibrida SL 8 SHS 2. Bensin
20
C. Metode Penelitian Perlakuan yang akan dicobakan adalah padi dengan varietas Ciherang, Cibogo, dan Hibrida SL 8 SHS dirontok dengan menggunakan alat/mesin perontok yaitu alat “gebot”, pedal thresher, dan power thresher. Hasil perontokan ditimbang dan butir gabah yang tercecer dihitung. Data penimbangan dan penghitungan butir gabah tersebut dimasukkan ke dalam suatu rumus tertentu sehingga diperoleh susut perontokan dalam persen. Rancangan penelitian dapat dilihat pada Gambar 6. Iklim
Varietas
Ciherang
Cara Perontokan
Cibogo
Hibrida
Alat “Gebot”
Pedal Thresher
Power Thresher
Susut Perontokan
Pemutuan Gabah
Gambar 6. Rancangan Penelitian
D. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan tipe alat/mesin perontok yang terdiri dari tiga taraf, yaitu (1) alat “gebot”, (2) pedal thresher, (3) power thresher dengan varietas yang diujikan adalah Ciherang, Cibogo, dan Hibrida SL 8 SHS sebagai kelompok.
21
M Model linier secara um mum dari raancangan saatu faktor deengan rancaangan acak kelom mpok dapatt dituliskan sebagai berrikut: Yij = µ + τi + βj + εij Dimana: i
= 1,2,3
j
= 1,2,3
Yij = Hassil pengamaatan pada peerlakuan ke-i dan kelom mpok ke-j µ
= Nilai rataan um mum pengam matan
τi
= Penngaruh perlaakuan ke-i
βj
= Penngaruh kelom mpok ke-j
εij
= Penngaruh acakk pada perlakuan ke-i dan d kelompook ke-j P Pada setiap hasil akan diamati d kom mbinasi fakttor yang dibberikan sehingga
diketahui pengaruh alat/mesinn perontok k dan variietas padi terhadap susut perontokaan dan kereetakan butiran padi. Data D dianallisis mengggunakan an nalisis ragam dengan taraf nyata 5 %, % apabila berpengaruuh nyata m maka dilanju utkan dengan Duuncan Multiple Range Test (DMR RT).
E. Pengaamatan 1.
Karakkteristik Fisik Varietas Padi K Karakteristi k fisik varieetas padi yaang diamati dalam penelitian ini adalah a
jumlah buutir gabah per p malai daan berat 10 000 butir Gabah G Kerinng Panen (G GKP). Pengamataan ini dilaakukan sebelum padi dipanen. Penghitunga P an jumlah butir gabah perr malai dilaakukan secaara manual dan ditimbbang dengaan menggun nakan timbangann analitik seeperti terlihaat pada Gam mbar 7.
Gambaar 7. Timban ngan Analittik
22
2.
Susut Perontokan Susut perontokan adalah kehilangan hasil selama proses perontokan.
Sebelum perontokan, padi varietas tertentu dan terpal 8 m x 8 m disiapkan. Alas terpal digunakan sebagai alas pengamatan. Alas petani yang biasa digunakan, dihamparkan di atas alas pengamatan. Layout penempatan alas petani dapat dilihat pada Gambar 8. Kegiatan perontokan seperti biasa dilakukan oleh petani. Perontokan dilakukan dengan menggunakan alat “gebot”, pedal thresher, dan power thresher.
T1
T0 Alas Petani
Alas Pengamatan Gambar 8. Layout Pemasangan Alas Pengamatan Diperlukan beberapa data pengukuran dalam pemerolehan nilai susut perontokan. Pengambilan sata susut perontokan dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan yaitu: a. Berat padi yang dirontokkan b. Berat gabah hasil perontokan c. Banyaknya butir gabah yang terlempar di luar alas petani d. Berat jerami selama perontokan e. Banyaknya butir gabah yang terdapat pada kotoran f. Berat sampel jerami g. Banyaknya butir gabah yang masih terdapat pada jerami
23
Adapun rumus yang digunakan dalam pemerolehan susut perontokan adalah sebagai berikut:
SPr =
( BT1 + BT2 + BT3 ) × 100% ( BT0 + BT1 + BT2 + BT3 )
BT2 =
BT2 (sampel) × Berat seluruh jerami (kg) Berat sampel jerami (1 kg)
Keterangan: SPr
: Susut perontokan
T1
: Banyaknya butir gabah yang terlempar di luar alas petani tetapi masih di dalam alas pengamatan
T2
: Banyaknya butir gabah yang masih melekat pada jerami dan tidak terontok
T3
: Banyaknya butir gabah yang terbawa kotoran
BT0
: Berat gabah hasil perontokan
BT1
: Berat gabah yang terlempar ke luar alas petani
BT2
: Berat gabah yang masih melekat pada jerami dan tidak terontok
BT3
: Berat gabah yang terbawa kotoran Untuk menghitung BT2, jerami yang digunakan sebagai sampel
sebanyak 1 kg secara acak setelah perontokan. Selanjutnya sampel jerami dikeprik atau diasak dengan menggunakan alat berupa pemukul besi sehingga gabah yang masih melekat pada jerami dapat jatuh dan terkumpul. Hasil pengasakan ditimbang dan dikalikan dengan berat jerami seluruhnya yang dihasilkan setelah proses perontokan selesai. 3. Pemutuan Gabah Pemutuan gabah dilakukan dengan pengamatan terhadap kadar air GKP, gabah hampa, gabah bersih, benda asing, butir kuning/rusak, butir mengapur, butir hijau, butir merah, dan gabah varietas lain. Pemutuan gabah dilakukan pada pengkajian pengaruh alat/mesin perontok terhadap susut perontokan, dan pada pengkajian susut perontokan beberapa varietas padi. Adapun pengamatan yang dilakukan yaitu:
24
a.
Kadar Air Kadar air diukur dengan menggunakan Kett Moisture Tester yang terlihat pada Gambar 9. Pengukuran dilakukan tiga kali sebagai pengulangan. Setiap pengulangan tidak terdapat nilai kadar air yang tidak sesuai dengan batas ketentuan kadar air gabah yaitu 14 %.
Gambar 9. Kett Moisture Tester b.
Gabah Hampa/Kotoran, dan Benda Asing Gabah sampel yang digunakan seberat 100 gram. Pemisahan dilakukan secara manual dengan menggunakan ayakan gabah (Gambar 10), kaca pembesar, dan alat penjepit. Selanjutnya dilakukan penimbangan gabah hampa/kotoran dan benda asing. Pengamatan dilakukan tiga kali sebagai pengulangan (Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, 2005). Rumus yang digunakan sebagai berikut. % gabah hampa / kotoran = % benda asing =
berat gabah hampa / kotoran (g) × 100% 100 g
berat benda asing (g) × 100% 100 g
Gambar 10. Ayakan Gabah
25
c.
Butir Hijau/Mengapur, Butir Kuning/Rusak, dan Butir Merah Pengamatan dilakukan dengan mengambil 100 g gabah bersih yang sebelumnya telah dipisahkan dengan gabah hampa, kotoran, dan benda asing. Kemudian dikupas kulitnya dengan menggunakan alat mini husker seperti terlihat pada Gambar 11. Timbang beras pecah kulit 50 gram yang terjadi. Pisahkan butir hijau/mengapur, butir kuning/rusak, dan butir merah dengan menggunakan tangan, pinset, dan kaca pembesar. Selanjutnya dilakukan penimbangan butir hijau/mengapur, butir kuning/rusak, dan butir merah. Pengamatan dilakukan tiga kali sebagai pengulangan. Rumus yang digunakan antara lain: % butir hijau / mengapur = % butir kuning / rusak = % butir merah =
berat butir hijau / mengapur (g) × 100% 50 g
berat butir kuning / rusak (g) × 100% 50 g
berat butir merah (g) × 100% 50 g
Gambar 11. Mini Husker d.
Uji Keretakan Pengamatan dengan mengambil 100 butir gabah dan dilakukan tiga kali sebagai pengulangan. Keretakan ini dapat dilihat dengan menggunakan alat KIYA SEISAKUSHO (Gambar 12) dari Jepang dengan bantuan lampu bohlam bening 60 watt. Pengamatan keretakan dilakukan pada setiap varietas
26
padi dan setiap perlakuan perontokan menggunakan alat “gebot”, pedal thresher, dan power thresher. % keretakan =
jumlah butir gabah retak × 100% 100 butir
Gambar 12. Alat Uji Keretakan
27
Timbang padi yang akan dirontok (perontok manual 100 kg, perontok mesin 400 kg)
Padi dirontok sesuai kebiasaan petani dengan beberapa alat dan mesin perontok
Timbang gabah hasil perontokan (T0)
Timbang gabah yang terlempar di luar alas petani (T1)
Timbang jerami seluruhnya hasil perontokan
Ambil jerami 1 kg sebagai sampel
Ambil dan timbang gabah yang masih menempel pada jerami setelah dirontok (T2)
Ambil dan timbang gabah yang terdapat pada kotoran atau menempel pada alat dan mesin perontok (T3)
Gambar 13. Skema Pengambilan Data Susut Perontokan
28