III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Kerangka Pemikiran Penelitian ini didasarkan pada kerangka pemikiran bahwa penerapan Internal
Control System (ICS) pada Gapoktan Simpatik memerlukan evaluasi sebagai informasi untuk
melakukan
tindakan
perbaikan.
Perbaikan
perlu
dilakukan
secara
berkesinambungan untuk kemajuan anggotanya. Evaluasi ini dapat diketahui dengan melihat dan menganalisa persepsi anggota terhadap penerapan ICS dalam kelompok mereka. Penerapan ICS pada Gapoktan ini dilakukan pada banyak kelompok, baik yang telah berhasil disertifikasi maupun yang belum disertifikasi organik, sehingga evaluasi terhadap kedua macam kelompok ini diperlukan. Tujuan dari evaluasi ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi gapoktan untuk melakukan pembinaan baik kepada kelompok yang bersertifikat maupun yang belum bersertifikat. Informasi ini penting agar kelompok yang bersertifikat dapat mempertahankan stutus organik yang telah dimilikinya, dan bagi kelompok yang belum disertifikasi dapat memperoleh sertifikat organik. Penerapan ICS pada hakekatnya adalah untuk memperoleh sertifikat organik sebagai jaminan kepada konsumen tentang keorganikan produk yang dihasilkan. Diharapkan dengan adanya sertifikat organik, konsumen dapat lebih percaya dan menghargai produk dengan lebih baik sehingga pendapatan anggota kelompok dapat meningkat.
Oleh karena itu analisis terhadap tingkat pendapatan antara kedua
kelompok yang bersertifikat dan tidak bersertifikat perlu dilakukan. Analisis akan lebih memberikan hasil yang baik apabila ditunjang dengan data dan fakta yang lengkap tentang subjek yang dianalisis, sehingga profil gapoktan secara umum perlu diketahui terutama profil petani yang dijadikan responden. Kerangka pemikiran penelitian ini disajikan secara lengkap sebagaimana yang terdapat dalam Gambar 2.
26
Karakteristik Gapoktan SIMPATIK
Kajian terhadap : - Kondisi umum Gapoktan - Kondisi umum kelompok tani responden - Penerapan sistem pangan organik (evaluasi konseptual Sertifikasi organik dengan Internal Control System (ICS))
Petani belum bersertifikat organik
Petani bersertifikat organik -
Identifikasi faktor-faktor biaya Identifikasi penerimaan Analisis pendapatan usahatani Analisis R/C Analisis perbedaan tingkat pendapatan
- Analisis persepsi petani terhadap penerapan ICS dengan analisis biplot
Usahatani dan penerapan ICS yang lebih baik bagi kemajuan Gapoktan
Gambar 2. Kerangka Pemikiran 3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian ini bersifat studi kasus dengan penentuan lokasi kajian dilakukan
secara sengaja yaitu Gapoktan yang telah menerapkan sertifikasi organik dengan pola Internal Control System (ICS). Salah satu Gapoktan yang telah menerapkan ICS adalah Gapoktan Simpatik di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Gapoktan Simpatik merupakan gabungan 28 kelompok tani yang terdiri dari 2.333 orang anggota. Berdasarkan penilaian IMO tahun 2009 dari jumlah tersebut, 11 kelompok bersertifikat organik, 3 kelompok tani dalam tahap konversi, dan 14 kelompok belum bersertifikat
27
(konvensional). Mengingat penelitian ini dibatasi oleh waktu dan biaya, maka penelitian ini dibatasi hanya pada kelompok tani yang berada dalam satu kecamatan yaitu Kecamatan Sukahening. Kelompok tani bersertifikat organik yang dijadikan contoh adalah kelompok tani Srilangen 2 dari Desa Kiara Jangkung dan kelompok tani Mekarjaya dari Desa Sunda Kerta, sedangkan kelompok yang belum bersertifikat adalah kelompok tani Srilangen 1 dari Desa Kiara Jangkung dan kelompok tani Sribangkit 2 dari Desa Sundakerta. Total jumlah petani yang bersertifikat organik adalah 131 orang dan yang belum bersertifikat 110 orang. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa kedua desa saling berdekatan dan memiliki sumber perairan yang tidak jauh berbeda yaitu sama-sama berada di daerah hulu sungai yaitu Sungai Cideres dan Sungai Cigunungjaga sehingga memungkinkan mendapatkan air yang relatif belum terkontaminasi. Dengan demikian keberhasilan disertifikasi atau tidaknya keduanya memiliki peluang yang hampir sama. Peta hamparan desa Kiarajangkung yang berbatasan langsung dengan Sundakerta seperti disajikan pada Lampiran 1. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September hingga Desember 2010. 3.3.
Teknik Pengumpulan Data Data dan informasi yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder
yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode pengambilan data dilakukan dengan cara : 1. Data primer diperoleh melalui penelitian lapang dengan mengumpulkan data yang terkait langsung dengan topik penelitian. Data primer dilakukan dengan : a.
Interview yaitu tanya jawab langsung dengan pengurus Gapoktan dan ICS, pengurus kelompok tani, inspektor internal dan petani.
b.
Observasi dengan melihat dan mengamati secara langsung kondisi dan pelaksanaan dilapang dan membandingkan dengan teori yang ada.
c.
Kuisioner yaitu mengajukan pertanyaan secara tertulis kepada responden yang dipilih mengenai analisis pendapatan usahatani dan persepsi anggota terhadap penerapan ICS.
28
2. Data sekunder diperoleh dengan cara penelusuran ke perpustakaan, dokumen mutu dan data terkait lainnya dari Gapoktan Simpatik, laporan penelitian, artikel, majalah, karya ilmiah yang berkaitan dengan masalah penelitian dan melalui internet. 3.4.
Metode Penarikan Sampel Sampel diambil dari dua kelompok yang berbeda yaitu petani yang bersertifikat
organik dan yang tidak bersertifikat organik dalam satu kecamatan yang sama yaitu Kecamatan Sukahening. Masing-masing kelompok tani baik yang bersertifikat organik maupun yang tidak bersertifikat organik diambil contoh sebanyak 20 orang sehingga total responden berjumlah 80 orang. Penyebaran kuisioner dilakukan dengan metode judgement sampling yaitu memilih responden yang paling tepat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. 3.5.
Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui kondisi umum Gapoktan Simpatik, dan data lainnya meliputi : -
Kepengurusan Gapoktan dan kelompok tani
-
Budidaya pertanian yang dilaksanakan dan kondisi geografis
-
Penerapan ICS meliputi prosedur dan kebijakan yang ditetapkan
-
Kepemilikan lahan
-
Kelembagaan kelompok dan gapoktan
-
Hubungan kemitraan dengan traider
-
Permodalan Gapoktan dan kelompok tani
-
Profil responden (usia, pendidikan, pengalaman, keluarga dll)
-
Informasi lain yang terkait
Analisis kuantitatif meliputi : a)
Analisis Pendapatan Usahatani Analisis ini dilakukan dengan mengumpulkan data biaya dan pendapatan
usahatani
dari masing-masing anggota kelompok bersertifikat dan yang belum
bersertifikat organik melalui kuisioner (Lampiran 2). Pendapatan usahatani dihitung dengan menggunakan rumus :
29
๐ = ๐๐
โ ๐๐ถ Keterangan : Pd = Pendapatan usahatani TR = Total revenue (total penerimaan) TC = Total cost (total biaya) Selanjutnya, untuk kedua jenis usahatani dilakukan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) dengan rumus :
๐=
๐
๐ถเฝฌ
Keterangan : a = R/C ratio R = Total penerimaan C = Total biaya Nilai a
> 1 menunjukkan bahwa usahatani layak untuk diusahakan, dan
sebaliknya jika nilai a < 1 artinya usahatani tersebut tidak layak untuk diusahakan. Nilai a = 1 berarti bahwa usahatani berada dalam posisi tidak untung dan tidak rugi. Sebelum melakukan uji perbedaan pendapatan usahatani bersertifikat dan yang tidak bersertifikat terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas.
Uji homogenitas
dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Apabila data terdistribusi normal, maka dilakukan uji parametrik dengan uji t, namun bila data tidak terdistribusi secara normal, maka dilakukan uji non parametrik yaitu uji Mann-Whitney. Pengujian dilakukan dengan uji hipotesis dengan membandingkan nilai z hitung dan z tabel. Hipotesis Ho : ยต=ยต1 artinya rata-rata pendapatan usahatani bersertifikat dan yang tidak bersertifikat sama dan H1 : ยต โ ยต1 yang berarti rata-rata pendapatan usahatani bersertifikat tidak sama dengan rata-rata pendapatan kelompok tani yang tidak bersertifikat organik. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan sofware SPSS. Pengujian dilakukan pada tingkat kepercayaan 90%. Jika z hitung lebih kecil dari z tabel maka Ho diterima artinya pendapatan petani organik bersertifikat sama dan usahatani yang belum bersertifikat organik, dan sebaliknya jika z hitung lebih besar dari z tabel maka tolak Ho
30
atau terima H1 yang berarti ada perbedaan pendapatan antara petani yang bersertifikat organik dengan yang tidak bersertifikat. b)
Analisis Perbedaan Pendapatan Usahatani Analisis perbedaan pendapatan usahatani organik bersertifikat dan tidak
bersertifikat memerlukan metode statistik. Menurut Walpole (1993) menyebutkan bahwa metode statistik adalah prosedur-prosedur yang digunakan untuk pengumpulan, penyajian, analisis dan penafsiran data. Metode-metode tersebut dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu statistik deskriptif dan inferensia statistik. Statistik deskriptif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna, sedangkan inferensia statistik mencakup semua metode yang berhubungan dengan analisis sebagian data untuk kemudian sampai pada peramalan atau penarikan kesimpulan mengenai keseluruhan gugus data induknya. Menurut Siegel (1994) dalam perkembangan metode-metode statistik moderen, teknik-teknik inferensia pertama yang muncul adalah teknik-teknik yang membuat sejumlah besar asumsi mengenai sifat populasi dari mana skor-skor diambil. Nilai-nilai popolasi yang diambil adalah berupa parameter sehingga disebut statistik parametrik. Perkembangan statistik selanjutnya juga memunculkan statistik non parametrik yang banyak digunakan untuk menganalisa data yang bersifat kualitatif. Diantara analisis statistik parametrik yang banyak dikenal adalah uji t. Uji t dapat digunakan untuk menganalisa perbedaan dua mean (nilai tengah) baik pada sampel yang berhubungan maupun tidak. Pengujian analisa pendapatan usahatani organik bersertifikat dan tidak bersetifikat, dapat digunakan uji t yang diadopsi adalah uji t untuk analisis sampel yang tidak berhubungan (independen). Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan uji t untuk sampel yang tidak berhubungan diantaranya adalah : a.
Variabel yang dihubungkan berbentuk numerik dan kategorik
b.
Data harus homogen atau terdistribusi secara normal
c.
Kedua kelompok data independen Sebelum dilakukan uji t independen untuk analisis perbedaan pendapatan
usahatani organik bersertifikat dan tidak bersetifikat, perlu terlebih dahulu dilakukan uji
31
homogenitas. Uji homogenitas berguna untuk melihat kehomogenan data sampel. Apabila hasil pengujian menunjukkan bahwa data tidak homogen, maka dapat dilakukan uji non parametrik yang tidak mempersyaratkan data harus homogen, namun dapat memberikan hasil yang lebih valid. Analisis uji dua sampel independen, dapat menggunakan uji Mann-Whitney. Asumsi-asumsi yang diperlukan untuk uji ini adalah : a.
Data merupakan sampel acak hasil-hasil pengamatan X1, X2, โฆ, Xn1, dari populasi 1 dan sampel acak hasil-hasil pengamatan Y1, Y2, โฆ, Yn1, dari populasi 2.
b.
Kedua sampel tidak saling mempengaruhi.
c.
Variabel yang diamati adalah variabel acak kontinu.
d.
Skala pengukuran yang dipakai sekurang-kurangnya ordinal.
e.
Fungsi-fungsi distribusi kedua populasi hanya berbeda dalam hal lokasi, yakni apabila keduanya sungguh berbeda. Untuk melakukan uji perbedaan pendapatan dilakukan dengan uji hipotesis.
Menurut Sunyoto (2009) hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proporsi atau tanggapan yang sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan/solusi persoalan dan juga untuk dasar penelitian lebih lanjut.
Pengujian hipotesis statistik adalah
prosedur yang memungkinkan keputusan dapat dibuat yaitu keputusan untuk menolak atau menerima hipotesis. Hipotesis yang dirumuskan dengan harapan akan ditolak membawa penggunaan istilah hipotesis nihil (Ho) yang mangakibatkan penerimaan suatu hipotesis alternatif (Ha, H1 atau Hi). c)
Analisis Persepsi Anggota terhadap Penerapan ICS Analisis persepsi anggota terhadap penerapan ICS bertujuan untuk mengetahui
sikap anggota baik dari kelompok bersertifikat organik dengan tidak bersertifikat terhadap penerapan ICS. Kelompok yang akan diamati meliputi kelompok tani Srilangen 1 dan Srilangen 2 dari Desa Kiara jangkung dan kelompok tani Mekarjaya dan Sribangkit 2 dari Desa Sunda Kerta. Peubah yang diamati dalam penelitian ini berdasarkan pada panduan ICS organik yang telah dikeluarkan oleh IFOAM. Peubah pengamatan seperti terdapat dalam Tabel 3. Dari masing-masing peubah dibuat beberapa pertanyaan yang disesuaikan dengan maksud yang dipersyaratkan dalam panduan ICS. Lebih lengkapnya pertanyan tersebut disajikan dalam Lampiran 3.
32
Tabel 3. Peubah pengamatan penerapan ICS pada kelompok tani Kode X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
Uraian Mengelola kemutahiran dan pendistribusian panduan ICS Uraian struktur dan kegiatan kelompok Manajemen risiko Standar organik internal yang digunakan Pengawasan lahan dan prosedur persetujuan Personel organisasi dan ICS Pelatihan Pembelian, penanganan, pengolahan dan ekspor Inspeksi dan sertifikasi eksternal
Sikap responden ditentukan dengan mengajukan pertanyaan yang terkait dengan peubah dalam bentuk skala likert. Penentuan skor atau nilai berdasarkan alternatif jawaban yang telah ditetapkan, yakni sebanyak 5 (lima) alternatif jawaban seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Skor dari Alternatif Jawaban Alternatif Jawaban Sangat tidak puas/sangat tidak paham Tidak puas/tidak paham Cukup puas/cukup paham Puas/paham Sangat puas/sangat paham
Skor Positif 1 2 3 4 5
Hasil kuisioner selanjutnya dianalisis biplot untuk mendapatkan gambaran tentang persepsi anggota bersertifikat dan tidak bersertifikat terhadap penerapan ICS. Responden dari masing-masing kelompok diberi nomor yang berbeda untuk memudahkan dalam mengamati persepsi mereka terhadap peubah yang diamati. Kelompok yang bersertifikat organik diberi nomor R1-R40, dengan rincian R1-R20 untuk kelompok tani Srilangen 2 dan R21-R40 untuk kelompok tani Mekarjaya. Kelompok tani yang belum bersertifikat juga diberi nomor R1-R40 dengan rincian R1-R20 untuk kelompok tani Srilangen 1, dan R21-R40 untuk responden dari kelompok tani Sribangkit 2. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan sofware SAS.