15
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bone Bolango dan pengolahan data dilakukan di Laboratorium Dinas Kehutahan Provinsi Gorontalo. Penelitian dimulai pada bulan Mei sampai Desember 2012. 3.2
Alat dan Bahan
3.2.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Bor Tanah, Clinometer, GPS (Global Positioning System), Kalkulator, Kompas, Munsel Parang, Printer, Seperangkat Komputer dengan Software Arc GIS 9.1 dan Alat Tulis Menulis. 3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : a.
Dokumen Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo sebagai dasar rencana peruntukan lahan di wilayah Kabupaten Bone Bolango.
b.
Peta Kabupaten Bone Bolango dan citra digital sebagai dasar pembuatan Peta Penggunaan Lahan dan Peta Administrasi Kabupaten Bone Bolango.
c.
Peta Rupa Bumi Indonesia sebagai sumber data pembuatan peta Kemiringan Lereng, Peta Bentuk Lahan, Peta Aliran Air Permukaan, dan Peta Geologi Kabupaten Bone Bolango.
d.
Peta Administrasi Kabupaten Bone Bolango
e.
Data Tanah dari BP2TP Departemen Pertanian tahun 2005.
f.
Data Iklim dan curah hujan dari BMKG provinsi gorontalo
g.
Bone Bolango dalam angka 2011
3.3 Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode survei pada tingkat semi detail. System evaluasi yang digunakan adalah sistem kategori, dimana komponen lahan dikelompokkan dari kategori tinggi ke kategori rendah(rating) atas dasar faktor pembatas (limiting factor). Selanjutnya dilakukan analisis tipe pemanfaatan lahan (TPL), sebaba langkah awal dari evaluasi lahan adalah
16
pemilihan TPL. Pemilihan ini berdasarkan jenis tanaman yang akan dievaluasi selanjutnya dilaksanakan seleksi TPL dari aspek-aspek yang berhubungan dengan kegiatan budidaya tanaman yang dilakukan petani. Tahapan penelitian ini, sebagai berikut : 3.3.1 Persiapan Pada tahap ini, dilaksanakan studi literatur, dan pengumpulan alat maupun bahan yang diperlukan, serta pengurusan perizinan dan administrasi lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Di samping itu juga, dilaksanakan orientasi medan untuk mengetahui gambaran daerah penelitian secara umum. 3.3.2 Pengumpulan Data a.
Data tanah, yang diperoleh dari BP2TP Deptan 2005. Data tanah yang diperoleh yaitu, tekstur tanah, pH tanah, bahan organik tanah, HCl 25%, P2O5 Olsen, retensi hara dan nilai tukar kation tanah.
b.
Data kemiringan lereng untuk mengetahui kelas kemiringan lereng daerah penelitian. Data kemiringan lereng tersebut diperoleh berdasarkan hasil analisis Peta Rupa Bumi Indonesia.
c.
Data satuan penggunaan lahan untuk mengetahui sebaran penggunaan lahan di daerah penelitian yang kemudian digunakan untuk mengetahui penggunaan lahan pada saat ini. Data penggunaan lahan diperoleh berdasarkan hasil analisis Peta Kabupaten Bone Bolango.
d.
Data wilayah administrasi Kabupaten Bone Bolango untuk mengetahui luas dan batas wilayah administrasi Kabupaten Bone Bolango yang kemudian digunakan untuk menentukan lahan untuk tanaman nilam. Data wilayah administrasi tersebut diperoleh berdasarkan hasil analisis Kabupaten Bone Bolango.
e.
Data iklim dan curah hujan tahunan Kabupaten Bone Bolango untuk menentukan ketersediaan air yang akan mempengaruhi kesuburan tanaman. Serta untuk menentukan penentuan kalender tanam untuk tanaman nilam. Data curah hujan tersebut diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Jalaluddin Gorontalo.
17
f.
Data rencana peruntukkan lahan di wilayah Kabupaten Bone Bolango untuk mengetahui rencana tata ruang Kabupaten Bone Bolango. Data tersebut diperoleh berdasarkan dokumen Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Bone Bolango.
g.
Data sosial ekonomi diperoleh dari wawancara dengan petani yang tinggal didaerah didaerah penelitian. Data tersebut merupakan data produksi, biaya dan pendapatan petani.
3.3.3 Analisis Data 3.3.3.1 Analisis Data Lapang Kegiatan ini di awali dengan melakukan identifikasi data-data tanah dan data iklim daerah penelitian, menghitung rata-rata data iklim daerah penelitian berdasarkan data dari BMKG provinsi Gorontalo (2011) yang merupakan bagian dari karakteristik dan kwalitas lahan. Selanjutnya penyeragaman skala peta sebelum di buat peta satuan lahan berdasaarkan peta administrasi dan peta lereng daerah kabupaten Bone Bolango yang telah disesuaiakan dengan peta rupa bumi Indonesia. selanjutnya peta-peta tadi ditumpangtindihkan (overlay)
dan di
lakukan digitasi peta sehinga kita bisa mendapatkan peta satuan penggunaan lahan. Kemudian data lapang setiap satuan lahan itu dicocokan (matching) dengan kriteria kesesuaian lahan tanaman nilam (Phogostemon cablin Benth), sehingga di peroleh kelas-kelas kesesuian lahan untuk tanaman nilam dalam bentuk peta kesesuian lahan. Dalam mengevaluasi kesesuaian lahan terdapat pemikiran bahwa dengan tingkat pengelolaan tertentu, kelas kesesuaian yang rendah dapat diubah menjadi kelas kesesuian yang lebih tinggi, namun perlu adanya tingkat pengelolaan untuk menaikkan kelas kesesuaian lahan satu atau dua tingkat, sehingga diperoleh kelas kesesuaian lahan potensial dan penyebaranya di setiap satuan lahan dalam bentuk peta kesesuaian lahan potensial. Selanjutnya dilaksanakan perhitungan ETp, dengan persamaan Penman (1948) diubah sesuai oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat . ETp = c[W x Rn + (1-W) x f(U) x (ea-ed)]
18
Dimana : ETp = Evapotranspirasi potensial (mm/hari), C = factor penyesuaian, W = factor radiasi pada ETp diberbagai suhu dan ketinggian, Rn = radiasi bersih (mm/hari), f(U) = fungsi kecepatan angin, dan (ea-ed) = tekanan uap (mbar) Besarnya ETp dihubungkan dengan besarnya curah hujan efektif didaerah penelitian, sebagai dasar pembuatan kalender tanam (crop calendar). Curah hujan efektif merupakan curah hujan yang jatuh selama masa tumbuh tanaman yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Curah hujan efektif dihitung dengan persamaan yang direkomendasikan oleh FAO (1968) yaitu : Jika P > 75 mm, maka Pe = 0.8 P - 25 Jika P < 75 mm, maka Pe = 0.6 P – 10 Dimana : P= rata-rata curah hujan bulanan (mm/bulan) dan Pe = curah hujan efektif bulanan (mm/bulan) 3.3.3.2 Analisis data Sosial Ekonomi Sebelum penentuan kelas kesesuain lahan untuk TPL diperoleh, diawali dengan pendeskripsian situasi yang ada (presen situation) yang berkaitan dengan TPL seperti keadaan sumberdaya alam, keadaan sumberdaya manusia dan permasalahan di daerah penelitian. setelah itu dilanjutkan dengan pendeskripsian TPL yang ada. Selanjutnya TPL dilakukan analisis usaha tani. Dimana analisis usaha tani yang digunakan adalah analisis finansial. Komponen-komponen usaha tani menurut Soekartawi (1995) yaitu : 1. Net Presen Value (NPV) atau nilai bersih sekarang. NPV merupakan silisih antara Present Value dari benefit dan Present Value dari biaya. Untuik menghitung NPV terlebih dahulu berapa PV kas bersihnya. PV kas bersih dapat dicari dengan jalan membuat dan menghitung dari cash flow usaha selama umur investasi tertentu. NPV dapat dihitung dengan persamaan
.
1 1 1
Bila NPV > 0 Maka usaha tani tersebut layak Bila NPV < 0 Maka usaha tani tersebut tidak layak
19
Dimana NPV adalah nilai sekarang dalam waktu tertentu, B1-C1 adalah pendapatan bersih pada tahun ke t, i adalah tingkat suku bunga yang berlaku dan t adalah jangka waktu (tahun ke). 2. Internal Rate Of Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat tingkat pengembalian hasil. Criteria layak atau tidak layak bagi suatu usaha adalah bila IRR lebih besar dari pada tingkat suku bunga yang berlaku saat usaha itu dilaksanakan . IRR dapat dihitung dengn persamaan IRR = i1 +
(i1 – i2)
Bila IRR ≥ i maka usaha tani dikatakan layak Bila IRR ≤ i maka usaha tani dikatakan tidak layak
Dimana NPV1 adalah hasil perhitungan NPV positif mendekati nol, NPV2 adalah hasil perhitungan NPV negative mendekati nol dan
i1, i2 adalah
persentase tingkat suku bunga sebelum titik impas dan sesuda titk impas. 3. B/C ratio -
Gross Benefit cost ratio (Gross B/C Ratio) adalah penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan berupa perbandingan PV dari Gross Benefit (Nilai total produksi) dengan PV dari Gross Cost (biaya investasi, biaya operasi dan pemeligaran) Gross B/C Ratio =
-
PV Gross Beneit PV Gross Cost
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) adalah penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan biaya berupa perbandingan nilai biaya besih sekarang yang dikeluarkan dan berlaku sebaliknya. Net B/C ratio =
! "#$ % & '() *+,-$-. ! "#$ % & '() (#)$-.
Bila B/C > 1, maka usaha tani tersebut layak Bila B/C < 1, maka usaha tani tersebut tidak layak
20
3.3.3.3 Analisis Sistem Informasi Geografis Secara spasial, melalui teknik sistem informasi geografis, komponen data tanah, kualitas tanah, pengelolaan tanah, dan ancaman erosi pada tiap unit lahan dijadikan atribut unit lahan ini, kemudian ditumpang susunkan (overlayed) dengan syarat tumbuh (crop requirement) atau kriteria kesesuaian lahan tanaman Nilam. Hasil dari proses tumpang susun tersebut adalah peta kesesuaian lahan aktual dan peta kesesuaian lahan potensial. Prosedur Pembuatan Peta Persiapan Untuk membuat peta satuan lahan dibutuhkan beberapa jenis peta yaitu peta administrasi, peta lereng, peta penmggunaan lahan dalam format digital dengan bentuk data spasial. Pengumpulan data spasial dan data atribut serta persiapan pemasukan data menempati posisi kunci dalam pekerjaan ini. Hal ini disebabkan hasil akhir selain dipengaruhi kualitas data, juga sangat ditentukan oleh kombinasi analisis dan kombinasi dalam perangkat lunak/keras dengan kemampuan operator SIG. Tahap pembuatan peta satuan lahan adalah sebagai berikut : 1. Pertama buka jendela Arc GIS 9.1 2. Kita memasukkan peta-peta yang akan digunakan, kemudian di samakian titik koordinat 3. Setelah semua peta titik koordinatnya sudah sama, maka peta-peta tadi kemudian ditumpang tindihkan menjadi satu peta. 4. Setelah peta tersebut di tumpang tindih selanjutnya di lakukan digitasi lahan untuk mendapatkan satuan-satuan lahan. 5. Setelah digitasi selesai, maka selanjutnya yang dilakukan adalah pemberian nomor satuan lahan. Nomor satuan lahan ini yang menjadi dasar kita untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan
Tahap Pembuatan Peta Kesesuaian Lahan Untuk membuat peta kesesuaian dibutuhkan data-data yang akan dimasukkan dalam peta. Data-data tersebut adalah data-data sekunden yang sesuai
21
dengan criteria kesesuaian lahan. Tahap pembuatan peta kesesuaian lahan adalah sebagai berikut : 1. Hasil digitasi lahan sebelumnya yang telah dibuat selanjutnya di join atau dipadankan dengan data kesesuaian lahan yang telah disiapkan. 2. Setelah dipastikan data semua sudah dimasukkan kedalam peta kemudian dilakukan pengevaluasian kelas kesesuaian lahan. 3. Hasil evaluasi tersebut kemudian di buat peta kesesuaian lahan aktual dan potensial.
22
Peta Rupa Bumi Skala 1: 50.000 (Bakosultanal 2006)
Peta Unit Lahan Skala 1: 50.000 (Puslittanak 2006)
Peta Penggunaan Lahan Skala 1: 50.000 (BPN 2006)
Peta Administrasi Kabupaten BoneBolango Skala 1: 50.000
Penyasuaian Koordinat Peta Peta satuan Lahan Awal Skala 1 : 50.000
Pengecekan Lapang (Survey Awal)
Peta satuan Lahan Akhir Skala 1 : 50.000
Kualitas/karakteristik Lahan
Pemadanan (Matcing)
Usaha Perbaikan (Djaenuddin et al. 2000)
Peta Kesesuaian Lahan Aktual (KLA) Persyaratan Penggunaan Lahan(PPL) Tipe Pemanfaatan Lahan (TPL) Nilam (Djaenuddin et al. 2000)
Peta Kesesuaian Lahan Potensial (KLP) Gambar 2. Tahap Pembuatan Peta Kesesuaian Lahan