III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pembelajaran yang terorganisasi timbul melalui serangkaian proses penciptaan dan perolehan gagasan-gagasan, pengetahuan dan pendekatanpendekatan baru. Sebagai sebuah produk, Pembelajaran yang terorganisasi merupakan hasil dari serangkaian pembelajaran bersama yang terjadi dalam rangka menemukan cara-cara yang baru dan yang lebih baik guna mencapai misi organisasi. Perusahaan maju dan berkembang mempunyai tujuan jangka panjang, perusahaan tersebut harus memiliki visi, misi, strategi, serta program kerja yang terencana, terfokus dan berkesinambungan. Pembelajaran yang berkelanjutan (terus-menerus) merupakan suatu proses sepanjang hidup, yang meliputi semua pelatihan, pengembangan, dan pembelajaran. Untuk menjadi organisasi pembelajar yang baik maka sebuah perusahaan/organisasi dapat dilihat perubahannya melalui visi, misi maupun logo perusahaan yang ada dalam organisasi tersebut. Proses belajar yang berkesinambungan merupakan suatu cara suatu organisasi untuk bertahan dalam dunia persaingan dan mengantisipasi perubahan-perubahan baik secara internal maupun eksternal. Sebuah organisasi pembelajar (learning organisation) merupakan upaya dan tanggung jawab bersama yang berakar pada aksi/tindakan. Hal ini dibangun berdasarkan orang-orang, pengetahuan mereka, ketrampilan dan kemampuan untuk berinovasi. Organisasi pembelajar dicirikan (dapat dilihat) berdasarkan adanya pengembangan yang terus menerus melalui ide-ide, pengetahuan dan pendekatan-pendekatan baru, yang dipergunakan untuk secara terus menerus mengantisipasi, berinovasi dan menemukan cara-cara baru yang lebih baik untuk mencapai misinya. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis persepsi karyawan di LLP RRI Bogor terhadap penerapan dimensi organisasi pembelajar yang terdiri dari lima sub sistem yang meliputi: sub sistem pembelajaran, organisasi, manusia, pengetahuan, dan teknologi. Analisis penerapan dimensi
39
organisasi pembelajar tersebut menggunakan Learning Organization Profil, yaitu kuesioner yang berisi pernyataan mengenai lima sub sistem organisasi pembelajar. Pada penelitian ini menggunakan model Marquardt (1996) karena perkembangan organisasi terbentuk oleh lima sub sistem dimensi organisasi pembelajar yang saling berkaitan satu sama lain dan terpusat pada dimensi dinamika pembelajaran. Kelima sub sistem tersebut diperlukan untuk membangun, menjalankan dan mendukung terciptanya organisasi pembelajar. Dimensi model Marquardt (1996) sering digunakan sebagai dasar dari penelitian-penelitian
organisasi
pembelajar
dengan
perkembangan-
perkembangan lebih lanjut. Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 6 berikut ini: Visi dan Misi LPP RRI Bogor Dimensi Organisasi Pembelajar : Pembelajaran Organisasi Manusia Pengetahuan Teknologi
Persepsi responden
Pengumpulan data : Wawancara Dokumentasi
Penerapan dimensi organisasi pembelajar pada LPP RRI Bogor
Analisis data : Deskriptif dan Kruskal
Learning organization profile
Strategi implementasi organisasi pembelajar di LPP RRI Bogor
Gambar 6. Kerangka pemikiran konseptual 3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kantor LPP RRI Bogor yang bertempat di Jl. Pangrango No. 34 Bogor 16152 dan berlangsung selama dua bulan yaitu mulai bulan September sampai dengan bulan November 2009.
40
3.2.2. Pengumpulan Data Data-data yang akan dikumpulkan untuk penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer merupakan data atau informasi diperoleh dari hasil survei reponden melalui pengisian kuesioner. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dan informasi yang relevan untuk menunjang analisa penelitian adalah dengan observasi dan wawancara, baik wawancara bebas maupun terstruktur, dengan pihak-pihak terkait (karyawan dan pihak manajemen). Pendapat responden diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner kepada para karyawan. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak RRI Bogor serta observasi langsung dengan menyebar kuesioner kepada sejumlah tertentu responden. Responden terdiri dari karyawan LPP RRI Bogor dari seluruh level jabatan dan unit kerja. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari pertanyaan isian dan pertanyaan dengan pilihan berganda. Pertanyaan isian digunakan untuk mendapatkan data tentang usia, masa kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan, departemen tempat kerja dan lainnya. Sedangkan pertanyaan dengan pilihan berganda digunakan untuk memperoleh data tentang penerapan organisasi pembelajaran. Skala
pengukuran
pada
kuesioner
penelitian
ini
menggunakan skala interval dengan empat pilihan jawaban. Subyek diminta untuk memilih jawaban pada masing-masing pertanyaan, yaitu belum diterapkan, sebagian kecil diterapkan, sebagian besar sudah diterapkan dan hampir seluruhnya diterapkan. Kategori jawaban netral tidak diberikan, dengan tujuan menghindari kecenderungan subyek untuk memberikan jawaban netral dan memaksa subyek untuk memilih sikap positif atau negatif terhadap
41
pernyataan/pertanyaan yang diberikan. Hal tersebut digunakan untuk menghindari subyek memberi jawaban yang meragukan. Adapun pembobotan dari setiap kemungkinan jawaban dari skala tersebut adalah:
2.
Belum diterapkan
=1
Sebagian kecil telah diterapkan
=2
Sebagian besar telah diterapkan
=3
Hampir seluruhnya diterapkan
=4
Data Sekunder Data sekunder merupakan kumpulan data yang berisikan informasi yang telah ada dan sebelumnya telah dikumpulkan untuk tujuan yang lain. Data ini biasanya berupa data dokumentasi, arsiparsip, studi pustaka, buku-buku, artikel dari media cetak maupun internet, dan lain sebagainya. Pencarian data sekunder ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan teori-teori yang berhubungan dan mendukung permasalahan yang dibahas, sehingga peneliti dapat memahami permasalahan secara lebih mendalam. Dalam metode pengumpulan data, ditetapkan ada dua cara pengumpulan data: 1. Penelusuran kepustakaan (library Research) Pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku, diktat, serta makalah yang sangat erat kaitannya dengan masalah yang akan dibahas dan selanjutnya mengumpulkan arsip-arsip, serta data mengenai kepegawaian LPP RRI Bogor. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Dalam riset lapangan, digunakan metode pengumpulan data dengan melakukan penyebaran kuesioner yang berhubungan dengan organisasi pembelajaran.
3.2.3. Operasionalisasi Konsep Definisi operasional dari oganisasi pembelajar adalah nilai yang diperoleh dari angket/kuesioner tentang hasil penilaian responden terhadap pertanyaan learning organization yang mencangkup lima sub sistem yang
42
dikembangkan Marquardt (1996) yang terdiri dari sub sistem dinamika pembelajaran,
transformasi
organisasi,
pemberdayaan
pegawai,
pengelolaan pengetahuan dan penerapan teknologi. 3.2.4. Definisi Operasional Definisi operasional dari organisasi pembelajar adalah jumlah nilai yang diperoleh dari angket tentang hasil dari penilaian responden terhadap pertanyaan mengenai organisasi pembelajar yang mencangkup lima sub sistem sebagai indikator dan dipecah menjadi 19 sub indikator seperti yang dikembangkan oleh Watkins dan Marsick (1998). Indikator dan sub indikator yang digunakan berikut kuesioner yang diajukan tersebut seperti pada tabel 1. Tabel 1. Kisi-kisi instrumen penelitian No
Dimensi
Indikator
Sub indikator
Skala Pengukuran
Item pertanyaan
• Pembelajaran individu • Pembelajaran kelompok • Pembelajaran organisasi • Visi • Budaya • Strategi • Struktur • pegawai • Manajer • Pelanggan • Supplier • Mitra kerja • Masyarakat • Akuisisi • Penciptaan • Penyimpanan • Transfer & penggunaan • Teknologi informasi • Pembelajaran berbasis teknologi • Sistem pendukung kinerja elektronik
1, 2, 3, 4
• 1, 2, 3, 4, 5, 6 • 7, 8, 9, 10 • 10
1, 2, 3, 4
• • • • • • • • • • • • • •
1
Organisasi pembelajar
Dinamika Pembelajaran
2
Organisasi pembelajar
Transformasi organisasi
3
Organisasi pembelajar
Pemberdayaan orangorang/manusia
4
Organisasi pembelajar
Pengetahuan
5
Organisasi pembelajar
Teknologi
1, 2, 3, 4
1, 2, 3, 4
1, 2, 3, 4
11, 12, 13 14, 15, 16 17, 18 19, 20 21, 22 23, 24, 25 26 27 28 29, 30 31, 32, 33 34, 35, 36 37 38, 39, 40
• 41, 42 • 43, 44, 45, 46 • 47, 48, 49,50
43
3.2.5. Metode pengambilan Sampel Populasi menurut Sarwono (2006) adalah seperangkat unit analisis yang lengkap yang sedang diteliti. Dalam suatu penelitian pada umumnya berkaitan dengan populasi data yang diteliti. Menurut Sugiyono (2009) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: subyek/obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti tersebut. Penarikan sampel penelitian dilakukan dengan metode non probability sampling, dimana setiap anggota populasi tidak mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sedangkan jenis
non
probability sampling yang digunakan adalah purposive sampling. LPP RRI Bogor memiliki 94 orang karyawan tetap, tetapi yang diambil sebagai responden untuk mengisi kuesioner adalah 87 orang. Tujuh orang yang tidak diambil sebagai responden adalah karyawan tetap yang memiliki pendidikan SD (Sekolah Dasar). Dari 87 orang responden terdiri dari 21 orang pimpinan dan 66 orang karyawan atau pelaksana. Pertimbangan terhadap responden yang diteliti adalah karyawan yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Masa kerja minimal satu tahun. Hal ini dimaksudkan agar subyek telah diangkat sebagai pegawai tetap. 2. Pendidikan minimal SMU sederajat, karena dianggap mampu menjawab seluruh kuesioner yang akan diajukan. 3.2.6. Pengolahan dan Analisis Data 1.
Uji Validitas
Menurut Umar ( 2003 ), instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data ( mengukur ) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Perhitungan korelasi antara skor masing – masing
44
pertanyaan dengan total skor tiap – tiap pertanyaan dilakukan dengan menggunakan rumus pearson product moment correlation yaitu :
rxy =
n ∑ XY − ∑ X ∑ Y 2
n ∑ X 2 − (∑ X )
Keterangan ; r hitung
2
n ∑ Y 2 − (∑ Y )
............................... (1)
= nilai koefesian pearson
n
= jumlah responden
X
= skor butir instrumen
Y
= skor total
Dari hasil perhitungan tersebut, kemudian dibandingkan angka korelasi yang diperoleh dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. Bila nilai r hitung > r tabel maka pertanyaan tersebut valid. Dalam penelitian ini menggunakan taraf kesalahan 5 %, maka r tabel sebesar 0,361. 2.
Uji Reliabilitas Jika alat ukur dinyatakan sahih, selanjutnya reliabilitas alat ukur tersebut diuji. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2003). Reliabilitas alat ukur dalam bentuk skala dapat dicari dengan menggunakan teknik alpha cronbach berikut : 2 k ∑ σ r11 = 1− 2 σ1 k − 1
Keterangan : pertanyaan
.................................... (2)
r11
= Reliabilitas instrumen
K
=
∑σ σ 12
2
Banyaknya
= Jumlah ragam butir = Jumlah ragam total
butir
45
Untuk mencari nilai ragam digunakan rumus berikut : 2
σ
2
Keterangan :
∑
X
=
2
(∑ X ) − n
n
................................... (3)
n
= Jumlah responden
X
= Nilai skor yang dipilih
Uji reliabilitas dilakukan pada responden dimana nilai korelasi yang dihitung dinyatakan sahih apabila nilai r lebih dari 0.361 dan semakin sahih jika semakin mendekati 1,00. 3.3. Rataan Tingkat Penerapan Pembelajar pada Organisasi Dunia Marquardt (1996) telah melakukan suatu penelitian terhadap lebih dari 500 organisasi yang ada di seluruh dunia, Marquardt memberikan skor ratarata yang berbentuk skala dari penerapan kelima sub sistem organisasi pembelajar di seluruh dunia. Marquardt (1996) menyebutkan bahwa nilai rata-rata tersebut adalah sebagai berikut: 1) Dinamika pembelajaran
: 23,2 (dari skala 40)
2) Transformasi organisasi
: 22,4 (dari skala 40)
3) Pemberdayaan manusia
: 21,8 (dari skala 40)
4) Pengelolaan pengetahuan
: 21,6 (dari skala 40)
5) Penggunaan teknologi
: 21,0 (dari skala 40)
Skala 40 merupakan nilai tertinggi yang diberikan oleh Marquardt untuk setiap sub sistem organisasi pembelajar yang dihitung berdasarkan angka tertinggi yang diberikan kepada responden untuk setiap pertanyaan yang terdapat pada Learning Organization Profile/kuesioner. Masing-masing sub sistem organisasi pembelajar terdiri dari 10 pertanyaan dan skala tertinggi untuk masing-masing pertanyaan diberi nilai 4, sedangkan skala terendah adalah 1. Sedangkan range result nilai rata-rata akhir Learning Organization Profile Marquardt yang dikutip Utami (2009) adalah sebagai berikut:
46
Diatas 32
: Sangat baik
24-31
: Baik
16-23
: Cukup
Dibawah 16
: Kurang
3.4. Uji Kruskal-Wallis Siegel (1997) mengatakan bahwa analisis varian rangking satu arah Kruskal-Wallis merupakan tes yang sangat berguna untuk menentukan apakah k sampel independen berasal dari populasi-populasi yang berbeda. Harga-harga sampel hampir selalu berbeda, persoalannya adalah apakah perbedaan-perbedaan populasi yang sesungguhnya, atau perbedaan itu semata-mata karena variasi yang terjadi secara kebetulan sebagaimana yang diharapakan dapat terjadi di antara sampel-sampel random dari populasi yang sama. Teknik Kruskal-Wallis menguji hipotesis-nol bahwa k sampel berasal dari populasi sama atau populasi-populasi identik, dalam hal harga rataratanya. Tes ini membuat anggapan bahwa variabel yang dipelajari mempunyai distribusi kontinyu. Tes ini menuntut pengukuran variabelnya paling lemah dalam skala ordinal. Dalam perhitungan tes Kruskal-Wallis ini, masing-masing N observasi digantikan dengan rangking-nya. Yaitu, semua skor dalam seluruh k sampel yang digunakan, diurutkan (rangking) dalam satu rangkaian. Skor yang terkecil dengan rangking 2, dan yang terbesar dengan rangking N.N = jumlah seluruh observasi independen dalam k sampel itu. Jika hal ini telah dikerjakan, jumlah rangking dalam masing-masing sampel (kolom) dihitung. Tes Kruskal-Wallis menentukan apakah jumlah rangking itu sangat berlainan sehingga sangat kecil kemungkinan bahwa sampel-sampel itu semuanya ditarik dari populasi yang sama. Dapat ditunjukan bahwa jika seluruh k sampel itu memang benarbenar dari populasi yang sama atau populasi-populasi yang identik, yakni jika Ho benar, maka H (statistik yang dipergunakan dalam Tes Kruskal-Wallis ini dan didefinisikan dengan rumus dibawah ini) berdistribusikan chi-kuadrat
47
dengan db = k – 1, dengan syarat bahwa ukuran-ukuran k sampel itu tidak terlalu kecil, yaitu: ............................................. (4)
Di mana: k = banyak sampel nj = banyak kasus dalam sampel ke-j N = Σnj = banyak kasus dalam semua sampel k
Σ = menunjukkan kita harus menjumlahkan seluruh k sampel (kolom-kolom) J=1
mendekti distribusi chi-kuadrat dengan db = k-1 untuk ukuran-ukuran sample (harga nj yang cukup besar) Kalau terdapat lebih dari lima kasus dalam berbagai kelompok, yakni
n > 5, kemungkinan yang berkaitan dengan terjadinya, dibawah Ho, hargaharga sebesar H observasi dapat ditentukan Tabel harga-harga krisis chikuadrat. Jika harga observasi H sama dengan atau lebih besar daripada harga chi-kuadrat yang ditunjukan pada Tabel harga-harga krisis chi-kuadrat untuk tingkat signifikasi yang telah ditetapkan, dan untuk harga observasi db = k – 1, maka Ho dapat ditolak pada signifikan tertentu. Langkah-langkah uji Kruskal Wallis adalah sebagai berikut: hipotesis nol (Ho) yang akan di uji menyatakan bahwa k populasi dari mana sampel diambil diambil mempunyai rata-rata yang sama. Sedangkan hipotesis alternatif (H1) adalah k populasi yang mempunyai rata-rata yang tidak sama (sedikitnya ada satu rata-rata yang tidak sama dengan yang lainnya). Ho : µ 1
= µ 2 = .................... =
µk
H1 : µ 1
= µ 2 = .................... ≠ µ k
Maka dengan uji tersebut semua sampel (k sampel) digabungkan kemudian semua nilai pengamatan diberi peringkat dari nilai pengamatan terkecil sampai terbesar (rik). Jumlah peringkat dari masing-masing sampel kemudian dihitung dan dinotasikan sebagai Rk, dimana: ................................................................................. (5)