13
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PSMPK memulai perkuliahan pada tahun ajaran 2006/2007 dan telah mulai meluluskan mahasiswanya pada tahun 2008. Lulusan tersebut diharapkan berkompetensi tinggi di bidang pemasaran, produksi operasi, SDM dan keuangan, mampu meniti karir, sukses dilingkungan kerja dan mampu mandiri dalam pengembangan jiwa dan semangat kewirausahaan. Parametar yang dapat dilihat dari keberhasilan studi mahasiswa PSMPK saat ini adalah IPK. Keragaman IPK yang dimiliki oleh mahasiswa PSMPK dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang dianggap berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa PSMPK ini yaitu karakteristik mahasiswa dan motivasi belajar. Karakteristik mahasiswa meliputi usia, jenis kelamin, asal jurusan Diploma dan status berkerja. Sedangkan untuk motivasi belajar dibagi menjadi motivasi internal dan eksternal. Karakteristik mahasiswa yaitu ciri khas pribadi yang dimiliki mahasiswa. Dalam penelitian ini karakteristik mahasiswa di duga berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa. Menurut Bukit (2006), karakteristik mahasiswa terdiri dari data demografis seperti usia dan jenis kelamin. Yulianti (2007) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa usia berpengaruh nyata terhadap IPK mahasiswa Magister (S2). IPK mahasiswa yang berusia muda lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang usianya lebih tua. Untuk mendapatkan IPK yang tinggi dibutuhkan usaha yang keras, salah satunya belajar dengan giat yang didasarkan pada motivasi dari mahasiswa tersebut. Jenis kelamin adalah identitas biologis, yang terdiri dari perempuan dan lakilaki. Secara umum diasumsikan bahwa perempuan memiliki motif berprestasi lebih rendah dibandingkan laki-laki, sehingga motivasi belajar perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Menurut Maritza dalam Yusniati (2008) hal ini disebabkan oleh pola pengasuhan dari orang tua kepada anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki didorong orang tua untuk menampilkan keunggulan dan diberikan kebebasan lebih awal dibandingkan anak perempuan. Sebaliknya, anak perempuan cenderung lebih banyak dibantu dan diberikan perlindungan secara berlebihan oleh orangtua. Pola asuh seperti ini
14
tentunya akan menghambat motif berprestasi, sehingga prestasi anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan. Karakteristik lainnya yang jelas membedakan antara mahasiswa PSMPK dengan program sarjana reguler adalah status bekerja dan asal jurusan Diploma. Mahasiswa PSMPK merupakan lulusan Diploma dari berbagai perguruan tinggi dengan keberagaman jurusan. Jurusan Diploma ini dikelompokan menjadi jurusan yang mempunyai dasar manajemen dan non manajemen. Sedangkan untuk status bekerja, menjadi suatu hal yang penting untuk diteliti karena banyak diantara mahasiswa PSMPK yang sudah memiliki pekerjaan. Dengan meminjam berbagai definisi tentang motivasi, maka motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dalam diri mahasiswa yang mendorong dan mengarahkan perilakunya kepada tujuan yang ingin dicapainya dalam mengikuti pendidikan. Idealnya, tujuan mahasiswa dalam mengikuti pendidikan tinggi
adalah
menguasai
bidang
ilmu
yang
dipelajarinya. Sehingga, dalam mempelajari setiap bahan ajaran, mahasiswa terdorong untuk menguasai bahan pembelajaran tersebut dengan baik dan bukan hanya sekedar lulus. Jika mahasiswa mampu menguasai suatu bahan pembelajaran dengan baik, dapat dipastikan bahwa ia akan lulus dengan baik pula. Untuk mencapai tujuan ideal tersebut, kebutuhan mahasiswa dalam konteks pendidikannya perlu ditingkatkan lebih dari sebagai kebutuhan penghargaan menjadi aktualisasi diri (Tingkatan Dalam Teori Kebutuhan sebagai Hierarki Maslow). Jika pendidikan tinggi hanya dianggap sebagai kebutuhan akan penghargaan, maka gelar kesarjanaanlah dan bukan penguasaan ilmu yang akan menjadi tujuan utama mahasiswa dalam mengikuti pendidikan tinggi. Sehingga pada kenyataannya, tujuan itu dapat tercapai tanpa susah payah harus belajar. Sebaliknya jika pendidikan tinggi dianggap sebagai kebutuhan akan aktualisasi diri, maka mahasiswa akan mengeluarkan semua kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk memahami setiap bahan pelajaran dengan baik. Pada tahap ini, belajar akan menjadi kegemaran yang menyenangkan karena adanya keinginan dan semangat yang kuat untuk memahami bahan pembelajaran. Nanti, pada akhir
15
proses pendidikan, mahasiswa akan puas dan merasa pantas menyandang gelar kesarjanaan karena merasa sudah memahami dan menguasai ilmunya. Herzberg menyatakan bahwa kedua tingkat kebutuhan yaitu kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri dalam Teori Maslow merupakan faktor motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang (intrinsik). Dengan demikian upaya untuk mengangkat kebutuhan pendidikan tinggi dari tingkat penghargaan menjadi aktualisasi diri harus dilakukan dari dalam diri sendiri. Instrumen perguruan tinggi yang tepat untuk mendukung pencapaian aktualisasi diri mahasiswa ini adalah penasehat akademik yang dijabat oleh Dosen. Keberadaan Dosen ini sangat penting karena menjadi dosen adalah satu-satunya instrumen dalam perguruan tinggi yang bekerja dari dalam untuk memompa motivasi belajar mahasiswa. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang. Hutagalung (2005), menggolongkan dua faktor yang berpengaruh terhadap motivasi seseorang yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang bersumber dari luar diri individu (eksternal). Termasuk ke dalam faktor internal ialah kemampuan atau keterampilan, tingkat pendidikan, sikap dan sistem nilai yang dianut, pengalaman masa lalu, aspirasi atau harapan masa depan, latar belakang sosial budaya, maupun persepsi individu terhadap pekerjaannya. Faktor eksternal meliputi tuntutan kepentingan keluarga, kehidupan kelompok, lingkungan kerja, maupun kebijaksanaan yang berkaitan dengan pekerjaannya. Suryabrata
(2005)
mengungkapkan bahwa,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi motivasi belajar, antara lain faktor internal pelajar dan faktor eksternal pelajar. Faktor internal pelajar adalah faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar pelajar, seperti lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial pelajar. Lingkungan sosial yang dimaksud di sini adalah hubungan antar manusia, yaitu mahasiswa dengan dosen, mahasiswa dengan teman, mahasiswa dengan keluarga, mahasiswa dengan komunitasnya. Syah (2006) menyatakan bahwa Lingkungan sosial terdiri dari :
16
1. Lingkungan sosial kampus, seperti dosen, staf dan teman-teman dapat mempengaruhi proses belajar seorang mahasiswa 2. Lingkungan sosial komunitas. Kondisi lingkungan tempat tinggal mahasiswa akan mempengaruhi belajar mahasiswa. 3. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2007), faktor-faktor lingkungan non-sosial meliputi : 1. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut juga merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa 2. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar dan lapangan olahraga, selain itu yang termasuk dalam faktor instrumental, yatu kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus dan sebagainya. Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, focus Group Discusion (bersama beberapa mahasiswa dan dosen) serta observasi yang dilakukan pada aktivitas perkuliahan yang diselenggarakan oleh PSMPK, FEM IPB, maka faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa adalah : a. Karakteristik mahasiswa, meliputi : Umur, jenis kelamin, status bekerja dan asal jurusan diploma. b. Motivasi belajar yang terdiri dari motivasi internal individu yang meliputi tanggungjawab, kesadaran dalam menempuh pendidikan , minat terhadap ilmu yang dipelajari, orientasi dalam menempuh pendidikan /orientasi dan inisiatif dalam kegiatan perkuliahan dan faktor eksternal individu yang meliputi Lingkungan
sosial kampus, Lingkungan sosial
komunitas,
Lingkungan sosial keluarga, Waktu perkuliahan pada malam hari/ lingkungan alamiah, Mutu dosen, Metode kuliah yang digunakan, Fasilitas perpustakaan, dan banyak satuan kredit semester (sks) yang diambil
17
Momentum globalisasi dan pembangunan nasional menuntut tersedianya SDM yang bermutu dan profesional
Visi, Misi dan Tujuan IPB termasuk PSMPK, FEM IPB
Mahasiswa diharapkan memiliki prestasi akademik yang baik dan menjadi bagian lulusan bermutu dari Departemen Manajemen FEM IPB
Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar Umpan balik
Karakteristik Mahasiswa
Motivasi Belajar
Analisis
Structural Equation Model
Deskriptif
Prestasi Akademik
Implikasi Manajerial Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian
18
3.1.1 Hipotesis Hubungan karakteristik mahasiswa dan motivasi belajar terhadap prestasi akademik diduga sebagai berikut : 1. Usia berpengaruh positif dan nyata terhadap IPK, artinya mahasiswa berusia 23 tahun atau kurang akan memperoleh IPK lebih tinggi dibandingkan mahasiwa berusia 23 tahun atau lebih. 2. Jenis kelamin berpengaruh positif dan nyata terhadap IPK, artinya mahasiswa
laki-laki
akan
memperoleh
IPK
lebih
tinggi
dibandingkan dengan IPK mahasiswa perempuan. 3. Status bekerja berpengaruh negatif dan nyata terhadap IPK, artinya orang yang sudah bekerja akan memperoleh IPK lebih rendah dibanding orang yang belum bekerja. 4. Asal pendidikan Diploma berpengaruh positif dan nyata terhadap IPK, artinya mahasiswa yang berasal dari Diploma Perguruan Tinggi Negeri (PTN) akan memperoleh IPK lebih tinggi dibandingkan Diploma Perguruan Tinggi Swasta (PTS). 5. Tanggungjawab berpengaruh positif dan nyata terhadap IPK, artinya semakin tinggi rasa tanggungjawab terhadap diri sendiri dan keluarga, maka semakin tinggi IPK. 6. Kesadaran dalam menempuh pendidikan berpengaruh positif dan nyata terhadap IPK, artinya semakin tinggi rasa kesadaran bahwa pendidikan adalah sesuatu yang penting, maka semakin tinggi IPK. 7. Minat terhadap ilmu yang dipelajari berpengaruh positif dan nyata terhadap IPK, artinya semakin tinggi minat tentang bidang ekonomi dan manajemen, maka IPK semakin tinggi 8. Orientasi dalam menempuh pendidikan berpengaruh positif dan nyata terhadap IPK, artinya mahasiswa yang mempunyai orientasi yang jelas dalam menempuh pendidikan akan mempunyai IPK lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tidak mempunyai orientasi. 9. Inisiatif dalam kegiatan perkuliahan berpengaruh positif dan nyata terhadap IPK, artinya mahasiswa yang mempunyai inisiatif yang
19
tinggi akan mempunyai IPK lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tidak mempunyai inisiatif. Bentuk inisiatif ini diantaranya aktif pada saat dikelas dan mempunyai buku untuk mata kuliah yang sedang dipelajari. 10. Lingkungan sosial kampus berpengaruh positif dan nyata terhadap IPK, artinya semakin baik hubungan mahasiswa dengan dosen, staf dan teman-teman, maka semakin tinggi IPK. 11. Lingkungan sosial komunitas berpengaruh positif dan nyata terhadap IPK, artinya semakin baik lingkungan tempat tinggal maupun tempat lain yang banyak digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain, maka semakin tinggi IPK. 12. Lingkungan sosial keluarga berpengaruh positif dan nyata terhadap IPK, artinya mahasiswa yang mempunyai perhatian dan dukungan dari orang tua akan memperoleh IPK lebih tinggi dibanding mahasiswa yang tidak mendapat dukungan dari orang tua. 13. Waktu perkuliahan pada malam hari berpengaruh negatif dan nyata terhadap IPK, artinya jadwal kuliah malam hari menyebabkan IPK mahasiswa menjadi rendah. 14. Mutu dosen berpengaruh positif dan nyata terhadap IPK, artinya semakin sesuai latar belakang pendidikan dosen dengan bidang manajemen maka IPK mahasiswa semakin tinggi. 15. Metode kuliah yang digunakan berpengaruh positif dan nyata terhadap IPK, artinya semakin variatif metode yang digunakan dan semakin banyak contoh-contoh yang diberikan maka semakin tinggi IPK mahasiswa. 16. Fasilitas perpustakaan berpengaruh positif dan nyata terhadap IPK, artinya semakin lengkap fasilitas diperpustakaan, maka semakin tinggi IPK mahasiswa. 17. Banyak sks yang bisa diambil berpengaruh negatif dan nyata terhadap IPK, artinya semakin banyak sks yang diambil dalam satu semester, maka semakin rendah IPK mahasiswa.
20
3.1.2. Definisi Operasional Penelitian ini terdiri dari 3 kelompok peubah,
yaitu
karakteristik mahasiswa, motivasi belajar dan IPK : 1. Karakteristik mahasiswa adalah ciri-ciri yang melekat pada mahasiswa yang dicirikan oleh umur, jenis kelamin, status bekerja dan kesesuaian jurusan Diploma. a. Umur adalah usia responden yang dihitung dengan satuan tahun dimulai dari tahun kelahiran pada hari ulang tahun terdekat saat penilaian dilakukan. Dikategorikan umur < 23 tahun dan umur > 23 tahun. b. Jenis kelamin adalah keadaan dimana seseorang dilahirkan yaitu laki-laki atau perempuan. c. Status bekerja adalah status bekerja mahasiswa PSMPK yang dibedakan menjadi bekerja dan tidak bekerja. d. Kesesuaian jurusan Diploma adalah Asal jurusan Diploma. Dibedakan menjadi manajemen dan non manajemen. 2. Motivasi belajar adalah pendorong didalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar dapat tercapai. Motivasi belajar berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu mahasiswa. Faktor internal yang dijadikan peubah dalam penelitian ini adalah : a. Tanggungjawab
adalah
rasa tanggungjawab terhadap diri
sendiri, maupun keluarga untuk mengikuti perkulian. b. Kesadaran dalam menempuh pendidikan adalah tingkat kesadaran mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan yang dijadwalkan. c. Minat terhadap ilmu yang dipelajari adalah keinginan mahasiswa untuk menguasai mata kuliah yang diajarkan. d. Orientasi
dalam
menempuh
pendidikan
mahasiswa dalam menempuh pendidikan.
adalah
tujuan
21
e. Inisiatif dalam kegiatan perkuliahan adalah inisiatif mahasiswa untuk aktif dalam kuliah dan mempunyai catatan/buku untuk setiap mata kuliah yang sedang diikuti. Faktor eksternal individu adalah faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa. Faktor eksternal yang dijadikan peubah dalam penelitian ini adalah : a. Lingkungan
sosial
kampus
adalah
kondisi
lingkungan
dikampus meliputi dosen, staf, dan teman-teman kuliah b. Lingkungan sosial komunitas adalah kondisi lingkungan tempat tinggal maupun tempat aktivitas lainnya. c. Lingkungan sosial keluarga adalah lingkungan keluarga yang mendukung mahasiswa untuk berprestasi. d. Waktu perkuliahan pada malam hari adalah jadwal kuliah yang diselenggarakan oleh PSMPK. e. Mutu dosen adalah tingkat pendidikan dan kesesuaian latar belakang pendidikan Dosen yang mengajar mata kuliah Manajemen. f. Metode kuliah yang digunakan adalah cara yang digunakan oleh dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan. g. Fasilitas perpustakaan adalah kelengkapan buku-buku yang ada diperpustakaan untuk menunjang kegiatan perkuliahan. h. Banyak sks yang diambil adalah jumlah sks yang diambil dalam satu semester perkuliahan. 3.
IPK mahasiswa adalah hasil akhir rataan seorang mahasiswa yang dicapai dan dipakai sebagai ukuran keberhasilan mahasiswa selama mengikuti perkuliahan dari semester awal sampai semester sekarang yang masih di tempuh (semester yang sedang berjalan). Nilai IPK dibagi kedalam : IPK ≤ 1,50 ; 1,50
IPK ≤ 1,50 : dikeluarkan DO
1,50
IPK 2,00-2,75; 2,76-3,50 ; 3,51-4,00 : Tanpa syarat
22
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Tempat penelitian di PSMPK DM FEM IPB, yang beralamat di Kampus Baranangsiang Jl. Raya Padjajaran–Bogor 16143. Penelitian dilakukan selama lima bulan, yaitu dari bulan Agustus sampai Desember 2009. 3.3. Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif memiliki skala pengukuran interval, ordinal dan rasio. Sedangkan data kualitatif adalah data yang diukur dengan skala nominal. Sumber data penelitian ini berasal dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari sumber pertama/responden, yaitu mahasiswa PSMPK melalui teknik wawancara dan pengisian kuesioner. Wawancara menggunakan daftar pertanyaan terstruktur/kuesioner yang telah dipersiapkan (Lampiran 1). Data sekunder merupakan data yang berasal dari penelusuran pustaka dalam bentuk buku, laporan, skripsi, Jurnal, Tesis, artikel, majalah dan lainnya. Pemilihan contoh dilakukan dengan metode non-probability sampling dengan menggunakan teknik purposive sampling dan kuota sampling. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), purposive sampling merupakan metode pengambilan contoh yang bersifat tidak acak dimana contoh dipilih berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan
tertentu.
Dalam
hal
ini
pertimbangan yang digunakan yaitu responden merupakan mahasiswa PSMPK angkatan 1-3 yang minimal telah kuliah selama 1 tahun, dengan asumsi adanya masa penyesuaian dari kondisi pembelajaran Diploma ke Sarjana dan telah mendapatkan nilai IPK. Responden yang dipilih merupakan responden yang menyebar antara IPK tinggi dan IPK rendah. Untuk mendapatkan respnden yang tersebar maka digunakan teknik kuota sampling. Pemilihan sampel ini dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa hal ini dapat mewakili populasi PSMPK. Pada saat ini jumlah mahasiswa PSMPK berjumlah 480 orang dan mahasiswa yang telah memiliki nilai IPK adalah sebanyak 233 orang. Jumlah
23
responden ditentukan berdasarkan hasil perhitungan yang dikemukakan oleh Slovin dalam Simamora (2002) berikut : N n=
……………………………………………...……(1) 1 + Ne2
Dimana : n = Jumlah contoh N = Jumlah populasi e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang digunakan
(persen kelonggaran
ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan contoh populasi). 5% - 10% = (nilai kritis untuk penelitian deskriptif). Dengan populasi sebanyak 233 orang dengan nilai kritis 7 % maka jumlah contoh adalah 109 orang. Untuk mendapatkan ketersebaran responden pada berbagai tingkat IPK maka jumlah responden sampel diambil secara proporsional atau alokasi seimbang. Jumlah mahasiswa dan jumlah sampel dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Jumlah mahasiswa yang telah mendapatkan nilai IPK KET/IPK
≤ 1,50
Angkatan 1 Angkatan 2 Angkatan 3 Jumlah
2 0 11 13
1,50
2.763.50 20 19 43 82
2.00-2.75 29 17 57 103
3.51-4
Total
2 2 7 11
55 42 136 233
Tabel 2. Jumlah sampel (responden) mahasiswa PSMPK IPK Angkatan
≤ 1,50
1,50
2.00-
2.76-
2,00
2.75
3.50
Jumlah 3.51-4
responden
Angkatan 1
1
1
14
9
1
26
Angkatan 2
-
2
8
9
1
20
Angkatan 3
5
8
27
20
3
64
Jumlah
6
11
48
38
5
109
24
3.4. Pengolahan dan Analisis Data Menurut Ghozali dan Fuad (2005), uji validitas merupakan suatu uji yang bertujuan untuk menentukan kemampuan suatu indikator dalam mengukur peubah laten. Sedangkan uji reliabilitas adalah suatu pengujian untuk menentukan konsistensi pengukuran indikator-indikator dari suatu peubah laten. Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitan ini dilakukan dengan metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan software Linear Structural Relationship (LISREL) 8.72. Metode SEM dapat langsung menjelaskan uji validitas dan reliabilitas. kevalidan pertanyaan yang merupakan indikator dalam mengukur peubah laten tertentu dinilai dengan menguji apakah semua loading nyata (p < 0,05) yang ditunjukkan oleh nilai t yang lebih besar dari [1,96]. Validitas suatu indikator dapat dievaluasi dengan taraf nyata pengaruh antara suatu peubah laten dengan indikatornya. Hubungan langsung antara indikator dan peubah laten digambarkan dalam persamaan berikut : X = λξ + δ ............................................................................................ (2) Dimana : X = Indikator peubah laten eksogen λ = Hubungan langsung antara indikator dan peubah laten ξ = Peubah laten eksogen δ = Measurement error untuk peubah eksogen Reliabilitas dari suatu indikator dapat dilakukan dengan menghitung composite reliability (reliabilitas gabungan) atau construct reliability (reliabilitas konstruk) dengan rumus berikut (Ghozali dan Fuad, 2005) : ρ = ((Σλ)2) / [(Σλ)2 + Σ(θ)] .................................................................... (3) dimana : ρ = Composite reliability λ = Loading indicator θ = Error variance indicator
25
Menurut Bagozzi and Yi dalam Ghozali dan Fuad (2005), tingkat out-off untuk dapat mengatakan bahwa reliabilitas gabungan atau reliabilitas konstruk cukup bagus adalah 0,6. Bollen (1989) menyatakan bahwa SEM adalah generasi ke dua teknik analisis multivariate yang memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antar peubah yang kompleks baik recursive maupun non-recursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model. Tidak seperti analisis multivariat biasa (regresi berganda dan analisis faktor), SEM dapat mengui bersama-sama : a. Model struktural : Hubungan antar konstruk independen dan dependen b. Model pengukuran : hubungan (nilai loading) antara indikator dengan konstruk (peubah laten) SEM merupakan suatu teknik statistik yang mampu menganalisis peubah laten, peubah indikator dan kesalahan pengukuran secara langsung. peubah laten adalah konsep abstrak yang menjadi perhatian yang hanya dapat diamati secara tidak langsung efeknya pada peubah-peubah teramati (indikator). Peubah indikator adalah peubah yang dapat diamati atau diukur secara empiris. Software yang digunakan untuk mengoperasikan SEM adalah LISREL versi 8.72. Software lain yang membatu pengolahan data menggunakan SEM ini yaitu SPSS versi 17 dan Microsoft Excel 2007. 3.4.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan secara terperinci data yang telah diperoleh. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu
karakteristik responden. Pengolahan data
mengenai pengaruh karakteristik mahasiswa yang diduga bisa berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa akan dilakukan menggunakan Cross Tabulation. Peubah karakteristik mahasiswa yang diduga berpengaruh terhadap prestasi akademik ini meliputi: usia, jenis kelamin, status bekerja dan asal jurusan Diploma. Uji khi Kuadrat digunakan untuk mengamati ada tidaknya pengaruh terhadap peubah karakteristik mahasiswa terhadap prestasi akademik. Hipotesis yang digunakan yaitu :
26
H0 : Tidak ada hubungan antara baris dan kolom atau antara karakteristik mahasiswa dan prestasi akademik H1 : Ada hubungan antara baris dan kolom atau antara karakteristik mahasiswa dan prestasi akademik. Dasar pengambilan keputusan yaitu berdasarkan : a. Perbandingan khi kuadrat hitung dengan khi kuadrat tabel. Jika khi kuadrat hitung < khi kuadrat tabel, maka Ho diterima Jika khi kuadrat hitung > khi kuadrat tabel, maka Ho ditolak Nilai khi kuadrat Tabel untuk df = 4 adalah 9,4877 b. Peluang (signifikansi) Jika peluang > 0,05, maka Ho diterima Jika peluang < 0,05, maka Ho ditolak 3.4.2. Analisis SEM Data yang digunakan untuk analisis SEM yang akan dilakukan menggunakan data jawaban responden. Untuk mengetahui persepsi responden terhadap jawaban yang diberikan maka dilakukan analisis penentuan skor rataan. Penentuan Skor Rataan Skor rataan digunakan untuk mengelompokan jawaban responden terhadap masing-masing kriteria (skala 1-5). Jawaban responden terhadap kuesioner dinilai menggunakan skala Likert, dimana : Bobot nilai 1 = Sangat tidak setuju Bobot nilai 2 = Tidak setuju Bobot nilai 3 = Agak setuju Bobot nilai 4 = Setuju Bobot nilai 5 = Sangat setuju Cara menghitung skor rataan adalah sebagai berikut : X=Σ(xi.ni) …………………………………………………. (4) n Dimana : X = Skor Rataan ni = Jumlah jawaban responden untuk skor xi = Skor nilai jawaban responden n = Jumlah responden
27
Rentang skala penilaian digunakan untuk menentukan posisi tanggapan responden dengan menggunakan nilai skor. Setiap skor alternatif jawaban yang terbentuk dari teknik skala peringkatan terdiri dari kisaran antara 1-5 yang menggambarkan posisi yang sangat negatif ke posisi sangat positif, kemudian dihitung rentang skala dengan menggunakan rumus berikut : Rs = R (Skor) ……………………………………………….. (5) M Dimana : R (skor) = skor terbesar-skor terkecil M = Banyaknya kategori skor Tahapan Analisis SEM untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi akademik adalah : a. Pengembangan model berbasis konsep dan teori b. Tahap ini merupakan pengujian kausalitas secara empiris dari teori yang sudah ada dan digunakan untuk mengkonfirmasi model tersebut. Pada tahap ini ditentukan peubah laten dan peubah indikator berdasarkan teori. c. Mengkonstruk diagram path d. Pada tahap ini peubah laten dan peubah indikator dibentuk dalam diagram path agar lebih memahami bentuk antar peubah. e. Mengkonservasi diagram path pada persamaan. f. Diagram path dikonservasikan kedalam bentuk persamaan struktural untuk menyatakan hubungan kausalitas. g. Memilih matriks input h. Data input SEM merupakan matriks kovarian untuk melakukan pengujian model dari teori yang ada setara dengan regresi untuk digunakan dalam penjelasan atau prediksi fenomena dikaji. Pada tahap ini matriks input dipilih dan dimasukan ke dalam perhitungan. i. Pendugaan
koefisien
model.
Kadang
proses
pendugaan
memberikan hasil irasional. Hal ini disebabkan ketidakmampuan struktur model dalam menduga hasil yang unik atau setiap
28
koefisien memerlukan model tersedia atau terpisah dalam pendugaannya. Untuk menanggulangi model tak teridentifikasi perlu dilakukan penetapan nilai koefisian pada nilai tertentu (fix coefficient) dan peubah laten yang hanya memiliki satu peubah indikator ditetapkan nilainya (umumnya 1). j. Solusi standar model dan evaluasi goodness of fit index (GIF) k. Beberapa indeks kesesuain dan cut-of-value yang umumnya digunakan adalah sebagai berikut : i. Khi- kuadrat (χ2) Menurut Joreskog dan Sorbom dalam Aryani (2008), khikuadrat digunakan untuk menguji seberapa dekat matriks hasil dugaan dengan matriks data asal. Semakin kecil nilai ukur ini, maka model yang digunakan semakin baik. Uji khi-kuadrat ini biasanya dibandingkan dengan nilai derajat bebas (degree of freedom) untuk memperoleh nilai khi-kuadrat relatif. Model yang baik membutuhkan nilai khi-kuadrat yang lebih kecil dari pada nilai derajat bebasnya. ii. Root Mean Square Error f Approximation (RMSEA) Ukuran ini mngukur kedekatan suatu model terhadap populasi dan menunjukan kecocokan model dengan data. Model dikatakan baik apabila nilai RMSEA kurang dari 0,05; reasonable jika lebih besar dari 0,1. Semakin kecil nilai itu berarti model semakin baik. iii. GFI Ukuran ini menunjukan seberapa besar model mampu menerangkan keragaman data. Semakin besar nilai yang diperoleh, berarti model semakin baik. Batas minimal 0,9 sering dijadikan acuan suatu model dikatakan layak. iv. Adjusted Goodness-of-Fit Indeks (AGFI) AGFI merupakan modifikasi dari GFI dengan mengakomodasi derajat bebas model dengan model lain yang dibandingkan. Nilai 0,8 sering dijadikan acuan suatu model dikatakan layak.
29
Cara menginterpretasikan model solusi standar adalah melihat besarnya pengaruh atau kontribusi peubah indikator terhadap peubah laten dan besarnya pengaruh antar peubah. Peubah laten (η) prestasi akademik diukur dengan peubah indikator Y1 (IPK) dan Y2 (persepsi mahasiswa
terhadap
IPK)
Selanjutnya
Prestasi
akademik
dikorelasikan dengan motivasi belajar (ξ). Indikator–indikator motivasi belajar adalah : X1 : Tanggungjawab X2 : Kesadaran dalam menempuh pendidikan X3 : Minat terhadap ilmu yang dipelajari X4 : Orientasi dalam menempuh pendidikan X5 : Inisiatif dalam kegiatan perkuliahan X6: Lingkungan sosial kampus X7 : Lingkungan sosial komunitas X8 : Lingkungan sosial keluarga X9 : Waktu perkuliahan pada malam hari X10 : Mutu dosen X11 : Metode kuliah yang digunakan X12 : Fasilitas perpustakaan X13 : Banyak sks yang diambil
30
1 2 3
1
4
2
5
3
6 7
1
4 5
8
6 9 10
7
11
8
12
13
Gambar 3. Model pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi akademik
1
31
Berdasarkan diagram tersebut diatas disusun pertanyaan : a. Persamaan struktural =+ Keterangan : : peubah laten tak bebas (prestasi akademik) : muatan lokal faktor dalam membentuk : peubah laten bebas motivasi belajar : tingkat kesalahan yang terjadi pada perhitungan peubah b. Persamaan pengukuran peubah eksogen X1=1 + 1 X2=2 + 2
X13=13 + 13 Keterangan : X : Peubah indikator X pembentuk peubah laten bebas : Tingkat kesalahan pengukuran indikator terhadap peubah laten bebas : Besarnya loading antara peubah laten dengan peubah manifesnya. c. Persamaan pengukuran peubah endogen Y1=1 + 1 Y2=2 + 2 Keterangan : Y1,2: Peubah indikator Y pembentuk peubah laten tidak bebas : Tingkat kesalahan pengukuran indikator terhadap peubah laten tidak bebas