III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Teoritis
3.1.1 Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden Asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pelaksanaan pengumpulan nilai WTA dari masing-masing responden adalah: 1.
Responden merupakan masyarakat yang terletak di lokasi program pembayaran jasa lingkungan dan menerima pembayaran jasa lingkungan.
2.
Perum Jasa Tirta I (PJT-I) sebagai pemanfaat jasa lingkungan bersedia memberikan dana kompensasi atas upaya konservasi yang harus dilakukan Kelompok Tani Sumber Urip.
3.
Responden dipilih dari penduduk yang relevan dan merupakan kepala keluarga dari masing-masing rumah tangga.
4.
Harga yang ditawarkan kepada masyarakat dalam penentuan harga penawaran dimulai dari Rp 5.000.
3.1.2 Langkah-langkah untuk mengetahui Nilai Willingness to Accept Responden Nilai WTA dalam penelitian ini dapat diperoleh dengan menggunakan pendekatan CVM. Tahapan-tahapan dalam melakukan pendekatan CVM (Hanley dan Spash, 1993) yaitu: 1.
Membangun Pasar Hipotesis Pasar hipotesis dalam penelitian ini dibangun atas dasar dikhawatirkan terjadinya penebangan secara berlebihan pada tanaman petani yang telah masuk masa panen. Program pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas pernah diterapkan pada tahun 2004 dan berlangsung selama 12 bulan. Dalam
18
program ini, masyarakat diharuskan melakukan konservasi yaitu dengan melakukan penanaman serta pemeliharaan atas lahan miliknya. Dana yang diberikan ke masyarakat sebesar Rp. 25.500.000. Nilai tersebut harus disesuaikan kembali sehubungan dengan rencana negoisasi atas lanjutan program pembayaran jasa lingkungan. Ketidaksesuaian nilai ini dapat memicu masyarakat kembali ke pola kehidupan mereka yang membahayakan kelestarian hutan DAS Brantas.
Sehingga, penentuan nilai kompensasi
berdasarkan keinginan masyarakat menjadi penting. Pasar hipotesis dibentuk dalam skenario berikut: Skenario; Supaya pengelolaan DAS Brantas lebih baik akan diajukan suatu kebijakan baru yaitu peningkatan nilai kompensasi berdasarkan keinginan masyarakat dalam program pembayaran jasa lingkungan dengan syarat bahwa
masyarakat
harus
meningkatkan
upaya
mereka
dalam
mengkonservasi terhadap lahan mereka. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan insentif bagi masyarakat dalam upaya mengkonservasi pohon yang berada di atas lahan milik mereka sekaligus sebagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di lokasi program pembayaran jasa lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut akan ditanyakan apakah masyarakat bersedia atau tidak menerima kebijakan tersebut serta berapakah besarnya dana kompensasi yang sebenarnya bersedia masyarakat terima. 2.
Mendapatkan Nilai Tawaran Teknik yang digunakan untuk mendapatkan nilai tawaran WTA dalam pebelitian
ini
adalah
dengan
metode
bidding
game.
Metode
ini
19
mempertanyakan nilai WTA dimana kepada responden ditawarkan harga yang semakin meningkat sampai nilai maksimum yang mau diterima oleh responden. 3.
Memperkirakan Nilai Rataan WTA Dugaan nilai rataan WTA dihitung dengan rumus:
∑ EWTA
=
dimana: EWTA xi n i 4.
= Dugaan nilai rataan WTA = Jumlah tiap data = Jumlah responden = Responden ke-I yang bersedia menerima dana kompensasi (i = 1,2,…,k)
Memperkiraan Kurva WTA Pendugaan kurva menggunakan nilai WTA sebagai variabel tak bebas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai variabel bebas. WTA = f (JBTP, PNDP, PDDK, TNGG, LTGL, PUAS, ε) dimana: WTA = Nilai WTA responden JBTP = Jumlah batang pohon dalam program (batang) PNDP = Tingkat pendapatan rumah tangga (rupiah/ bulan) PDDK = Tingkat Pendidikan (Tahun) TNGG = Jumlah tanggungan (orang) LTGL = Lama tinggal (tahun) PUAS = Kepuasan responden terhadap besarnya nilai kompensasi (bernilai 1 untuk “puas” dan 0 untuk “tidak puas”)
5.
Menjumlahkan Data Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap populasi yang dimaksud. Setelah menduga nilai tengah WTA maka dapat diduga nilai WTA dari masyarakat dengan rumus: 20
TWTA = ∑ dimana: TWTA = Total WTA WTAi = WTA individu ke-i ni = Jumlah sampel ke-I yang bersedia menerima sebesar WTA I = Responden ke-I yang bersedia menerima dana kompensasi (i = 1, 2, …, …k) 6.
Mengevaluasi Penggunaan CVM Evaluasi penggunaaan CVM adalah penilaian sejauh mana penggunaan CVM telah berhasil. Pada tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan dalam pengaplikassian penggunaan CVM. Evaluasi penggunaan CVM dapat dilihat dari tingkat keandalan fungsi WTA. Uji atas evaluasi dapat dilakukan dengan uji keandalan yang melihat nilai R-squares (R²) dari model OLS (Ordinary Least Square) WTA.
3.1.3
Analisis Regresi Linier Untuk mendapatkan koefisien regresi parsial digunakan metode kuadrat
terkecil (Ordinary Least Square atau OLS). Metode OLS dilakukan dengan pemilihan parameter yang tidak diketahui sehingga jumlah kuadrat kesalahan pengganggu (Residual Sum of Squares atau RRS) yaitu ∑ ² = minimum (terkecil). Metode ini mempunyai sifat-sifat karakteristik optimal, sederhana dalam perhitungan dan umum digunakan. Asumsi utama yang mendasari model regresi berganda dengan metode OLS adalah sebagai berikut (Firdaus, 2004): 1. Nilai yang diharapkan bersyarat (Conditional Expected Value) dari tergantung pada
tertentu adalah nol.
21
2. Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada korelasi (non-autokorelasi) artinya dengan
tertentu simpangan setiap Y yang manapun dari nilai rata-ratanya
tidak menunjukkan adanya korelasi, baik secara positif ataupun negatif. 3. Varians bersyarat dari € adalah konstan. Asumsi ini dikenal dengan nama homoskedastisitas. 4. Variable bebas adalah nonstokastik yaitu tetap dalam penyempelan berulang jika stokastik maka didistribusikan secara independen dari gangguan €. 5. Tidak ada multikolinieritas antara variable penjelas satu dengan yang lainnya. 6.
€ didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varians yang diberikan oleh asumsi 1 dan 2. Apabila semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi maka
suatu fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan metode OLS dari koefisien regresi adalah penduga tak bias linier terbaik (Best Linier Unbiased Estimator atau BLUE). Penyimpangan 2, 3, dan 5 memiliki pengaruh yang serius sadangkan asumsi 1,4, dan 6 tidak. 3.2
Kerangka Operasional DAS Berantas mempunyai peran penting bagi kehidupan dalam menopang
perekonomian wilayah Kota Malang serta Kota Batu. Hal yang menjadikan DAS Brantas memiliki peran penting yaitu perannya sebagai penyedia air baku bagi sejumlah agromerasi perkotaan di wilayah propinsi Jawa Timur yang mengandalkan sektor pertanian, industri dan jasa. Peran penting lainnya adalah keberadaan kawasan hutan konservasi. Aktivitas ekonomi masyarakat secara berlabihan menyebabkan terjadinya eksploitasi sumberdaya hutan. Sumberdaya hutan di daerah hulu telah
22
mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas serta kuantitas air setiap tahunnya, sehingga menunjukan ketersediaan air yang memiliki kecenderungan menurun. Di sisi lain permintaan akan air semakin mengalami peningkatan. Berawal dari permasalahan tersebut muncul gagasan mengenai hubungan hulu-hilir dengan program pembayaran jasa lingkungan yang diharapkan mampu menjadi solusi bagi pengelolaan DAS Brantas secara umum, serta khususnya untuk keberlanjutan ketersediaan air. Program pembayaran jasa lingkungan ini pernah dilakukan di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu pada tahun 2004 selama 12 bulan. Nilai kompensasi yang dibayarkan kepada masyarakat didasarkan pada kesepakatan antara Kelompok Tani Sumber Urip dengan Perum Jasa Tirta I. Setelah lima tahun program berjalan tanaman masyarakat telah memasuki masa panen. Beberapa masyarakat telah menebang tanaman mereka. Dikhawatirkan akan terjadi penebangan yang dilakukan secara berlebihan seperti yang pernah terjadi di desa tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut, dilakukan serangkaian penelitian yang mengkaji mengenai presepsi petani sebagai penyedia jasa lingkungan terhadap program pembayaran jasa lingkungan yang ada, estimasi nilai Willingness to Pay (WTA) petani serta faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi nilai tersebut. Kajian mengenai presepsi penyedia jasa lingkungan terhadap program pembayaran jasa lingkungan yang ada akan akan dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis mengenai estimasi nilai keinginan masyarakat untuk menerima kompensasi (WTA) dilakukan dengan menggunakan tahapan-tahapan dalam pendekatan CVM. Analsis mengenai faktor-faktor
23
apasajakah yang mempengaruhi nilai WTA dilakukan dengan analisis regresi linier. Hasil dari penelitian diharapkan biasa menjadi rekomendasi sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai program pembayaran jasa lingkungan dalam pengelolaan DAS Brantas. Alur penelitian yang lebih jelas dapat dilihat pada diagaram alur kerangka berpikir pada Gambar 2.
24
Peran Penting DAS Brantas
Penyedia air baku
Keberadaan Hutan Konservasi
Penurunan kualitas dan kuantitas air
Eksploitasi sumberdaya hutan
Mekanisme pembayaran jasa lingkungan
Persepsi
Estimasi
Faktor-faktor yang
penyedia
Nilai WTA
mempengaruhi
jasa
nilai WTA
lingkungan
Analisis
CVM
Analisis
Deskriptif Kualitatif
Regresi
Rekomendasi kebijakan pembayaran jasa lingkungan
Gambar 2. Diagram Alur Kerangka Pemikiran
25