34
III. BAHAN DAN METODE 3.1.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian terdahulu yang
dilakukan di Jawa Barat. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari survei lapangan dan analisis laboratorium. Survei lapangan dan pengamatan produksi tanaman ubikayu dilakukan di sentra perkebunan budidaya ubikayu masyarakat provinsi Lampung. Pengamatan dilakukan pada beberapa titik yang mewakili daerah, antara lain : Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Selatan,
dan Lampung Utara.
Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Pengujian Balai Besar Pascapanen Pertanian (BBPP), Cimanggu, Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai Oktober 2010.
3.2.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : contoh tanah
komposit, data primer, data sekunder, bahan-bahan kimia untuk analisis tanah, bahan-bahan kimia untuk analisis pati, dan bahan-bahan kimia untuk analisis amilosa. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam pengambilan contoh tanah dan pengamatan sifat fisik lapang diantaranya adalah peta-peta Provinsi Lampung, kuisioner (Lampiran 1), bor belgi, meteran, pisau lapang, sekop, garpu, munsell soil color chart, kompas, abney level, altimeter, Global Positioning System (GPS), plastik, spidol, Software Microsoft Excel, Arcview 3.3, Arcgis 9, serangkaian peralatan laboratorium untuk analisis tanah dan ubikayu.
3.3.
Metodologi Penelitian Kegiatan dimulai dengan mengumpulkan informasi awal berupa data-data
yang sudah ada dan tersedia, baik yang tersimpan oleh IPB, BPPT, BMKG, BALITAN, dan instansi terkait lainnya. Pengamatan morfologi tanah dilakukan melalui pengambilan sampel tanah dengan melakukan pengamatan di lima titik secara acak pada setiap kebun. Kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan
35
derajat dan jumlah pembatas yang dimiliki lahan untuk tanaman yang tumbuh normal. Dalam hal ini sifat-sifat tanah dibandingkan dengan faktor kelas kesesuaian lahan bagi tanaman ubikayu. Tahapan pelaksanaan penelitian meliputi kegiatan pendahuluan, survei dan pengamatan lapangan, analisis tanah dan tanaman di laboratorium, analisis data penetapan kriteria kesesuaian lahan, peneraan umur untuk produksi umbi dan biomas pati, model penarikan batas kriteria kesesuaian lahan, dan analisis usahatani.
3.3.1. Kegiatan Pendahuluan Kegiatan yang dilakukan meliputi pencarian pustaka, pengumpulan datadata agrobiofisik daerah penelitian, perijinan penelitian, dan mempersiapkan bahan dan alat yang akan dibawa ke lapang.
3.3.2. Survei dan Pengamatan Lapangan Kegiatan yang dilakukan pada survei dan pengamatan lapangan meliputi : 1. Pemetaan dimulai dari pengamatan morfologi tanah melalui pemboran, penentuan titik kordinat pengamatan menggunakan GPS (Lampiran 2), dan pengambilan sampel. 2. Melakukan pengambilan contoh tanah secara komposit. 3. Melakukan analisis parameter meliputi mengukur kemiringan lereng (%) dengan menggunakan abney level, mengukur kedalaman efektif yaitu sampai kedalaman akar menembus tanah, mengukur ketersediaan udara dengan melihat kondisi drainase tanah di lapangan. 4. Melakukan pengambilan sampel umbi, batang, daun, pucuk, dan buah dari ubikayu. 5. Melakukan pengamatan morfologi ubikayu. 6. Melakukan dokumentasi sampel pada titik pengamatan. 7. Mewawancarai petani dan pemilik kebun. 8. Mengisi form data dan wawancara yang telah disediakan (Lampiran 1).
36
3.3.3. Analisis Tanah dan Tanaman di Laboratorium Analis tanah dilakukan untuk mengetahui sifat fisik dan kimia tanah. Sifatsifat yang diamati, adalah : pH (Metode pH meter 1 :1), C-Organik (Metode Walkley and Black), KTK Tanah (Metode NH4OAC pH 7.0), N-Total (Metode Kjeldhal), P tersedia (Metode Bray 1) K-dd (Metode NH4OAC pH 7.0), Al-dd (Metode Titrasi), Tekstur (pasir, debu, liat). Bahan aktif yang ditetapkan adalah pati dan amilosa (Metdode Spektrofotometer).
3.3.4. Pembuatan Kriteria Kesesuaian Lahan Data-data yang sudah diperoleh selanjutnya akan dianalisis untuk membuat kriteria kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan akan disusun dari berbagai kriteria yang diamati dilapang dan juga dari konsep kriteria kesesuaian lahan yang sudah dikembangkan. Pengelompokan data ini dikaitkan dengan produksi dan kandungan pati yang sudah diketahui. Pembuatan model kesesuaian lahan meliputi studi kondisi ekologi dan pengembangan konsep/model. Sifat biofisik didapat dari lapang dan hasil laboratorium. Tahapan dalam Pembuatan kriteria, antara lain : Peneraan umur untuk produksi dan biomas pati, model penarikan batas kriteria kesesuaian lahan, dan analisis usahatani.
3.3.4.1. Peneraan Umur untuk Produksi Umbi dan Biomas Pati Umur tanaman tidak sama sedangkan produksi sebagai fungsi dengan umur, dimana produksi yang satu dengan yang lainnya akan diperbandingkan yaitu sebagai dependent variable. Oleh karena itu produksi perlu ditera dengan umur tanaman. Metode peneraan dipakai sebagai berikut : Y = f (t) Keterangan : Y = Produksi dugaan berdasarkan umur t = Umur (tahun atau bulan) Yteraan = Ÿ + (Yi – Ýi) Keterangan : Yteraan = Produksi teraan
37
Yi = Produksi aktual pada umur ke- i Ÿ = Rataan umum Ýi = Produksi dugaan pada umur ke- i.
3.3.4.2. Model Penarikan Batas Kriteria Kesesuaian Lahan Data yang sudah diperoleh dari peneraan selanjutnya dianalisis untuk menentukan batas kriteria kelas kesesuaian lahan. Kelas Kesesuaian lahan akan disusun dari berbagai karakteristik lahan yang diamati di lapang. Sebaran data ini dikaitkan dengan produksi biomassa dan produksi bioaktif yang sudah dianalisis. Pembuatan model kesesuaian lahan diterapkan terhadap kedua produksi tersebut. Dengan demikian, hasil yang diperoleh terdiri dari dua kriteria, pertama berdasarkan produksi biomassa dan kedua berdasarkan produksi bahan aktif. Namun, kriteria dengan kualitas lahan terbaik yang akan dipilih agar dapat memenuhi keduanya, baik produksi maupun kualitas tanaman. Metode penarikan batas berdasarkan titik hadang garis sekat produksi dengan garis batas (boundary line) : 1. Diagram sebar hubungan antara produksi teraan dan karakteristik lahan dibungkus oleh garis batas dimana garis tersebut membatasi data aktual di lapang, sehingga sangat kecil peluangnya akan ditemukan data di luar garis tersebut. 2. Garis tersebut ada kaitannya dengan peningkatan atau penurunan produksi sesuai kualitas atau karakteristik lahan yang sedang dinilai. 3. Batas penurunan produksi dari produksi maksimum untuk Kelas S1 adalah 80%, Kelas S2 sampai 60%, dan S3 adalah 28%, dimana 28% merupakan batas BEP produksi, sehingga produksi dibawah 28% dari maksimum data sudah tidak menguntungkan. 4. Perpotongan garis antara garis batas dan tingkat produksi yang diharapkan merupakan batas kriteria penilaian kualitas lahan.
3.3.4.3. Analisis Usahatani Analisis usahatani dihitung berdasarkan perkiraan analisis budidaya tanaman ubikayu seluas 1 Ha sampai tanaman menghasilkan. Perkiraan ini
38
digunakan untuk menentukan BEP (Break Event Point ) atau titik balik modal produksi tanaman ubikayu. Kondisi ini merupakan batas bawah produksi dari kelas kesesuian lahan Sesuai Marjinal (S3).
3.3.5. Perbandingan Kriteria Kesesuaian Lahan Kriteria
kesesuaian
lahan
untuk
ubikayu
dievaluasi
dengan
membandingkan karakteristik lahan dan persyaratan tumbuh tanaman yang telah dibuat pada penelitian sebelumnya di wiliyah Bogor dan sekitarnya oleh Hidayah (2011).