III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Laboratorium Tanah, Laboratorium Tanaman dan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau Pekanbaru, dengan ketinggian tempat 10 m dpi. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai bulan Mei 2008 sampai September 2008. 3.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit kelapa sawit umur 3 bulan hasil persilangan Dura Deli x Pisifera (DxP) dan Dura Dumpy x Pisifera (DyxP), tanah gambut yang diambil dari Desa Rimba Panjang, dregs diambil dari salah satu pabrik kertas di Riau, isolat jamur Trichoderma viride didapatkan dari koleksi Laboratorium Biokimia Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam UNRI, medium Potato Dextro Agar (PDA), aqudes steril, plastik tahan panas, kertas label, alkohol 70 %, alumuniun foil, tissu gulung, dan polybag. Alat-alat yang digunakan adalah cawan petri, erlenmenyer 250 ml, gelas piala 200 ml, gelas ukur, batang pengaduk, jarum ose, pinset, otoklaf, ruang isolasi, ruang inkubasi, lampu bunsen, timbangan analitik, timbangan biasa, saringan, kompor gas, cangkul, ember, hand sprayer, skop, meteran, jangka sorong dan alat tulis.
14 3.3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 faktor dan 3 ulangan: Faktor Pertama adalah waktu aplikasi Trichoderma viride TNJ 63 (T) yang terdiri dari 4 taraf yaitu: Tl = Aplikasi T. viride TNJ-63 7 hari sebelum penanaman T2 = Aplikasi T. viride TNJ-63 14 hari sebelum penanaman T3= Aplikasi T. v/Wcile TNJ-63 21 hari sebelum penanaman T4 = Aplikasi T. viride TNJ-63 28 hari sebelum penanaman Faktor kedua adalah dosis Dregs (D) yang terdiri dari 4 taraf yaitu: DI = Aplikasi dregs 14 hari sebelum penanaman D2 = Aplikasi dregs 21 hari sebelum penanaman D3 = Aplikasi dregs 37 hari sebelum penanaman D4 = Aplikasi dregs 44 hari sebelum penanaman Dari kedua faktor tersebut di perolch 16 kombinasi perlakuan yang masing-masing perlakuan tersebut terdiri dari 3 ulangan, sehingga diperoleh 48 unit percobaan. Denah percobaan dapat dilihat pada Lampiran 1. Tiap unit percobaan terdiri dari 2 bibit yang ditanam dalam polybag. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis secara statistik dengan menggunakan sidik ragam. Jika ada data hasil analisis sidik ragam yang signifikan maka akan dilanjutkan dengan uji Duncan's New Multiple Range Test (ONMRT) pada taraf 5%.
15 3.4. Pelaksanaan Penelitian 3.4.1. Penyiapan Starter Trichoderma viride Isolat Trichoderma viride tersebut diiresolasi dengan memindahkan hifa yang tumbuh ke dalam medium PDA dalam cawan petri dengan menggunakan jarum ose yang telah disterilkan dengan cara pemijaran, selanjutnya didinginkan yang dilakukem dalam ruang isolasi. Empat hari kemudian diambil koloni jamur yang tumbuh dan diisolasi dengan memindahkannya ke dalam cawan petri baru yang telah berisi PDA baru sampai diperoleh biakan mumi. Biakan mumi tersebut diperbanyak lagi dalam erlenmeyer 250 ml yang berisi 50 ml PDA dan diinkubasi selama 7 hari. Aquades steril 15 ml ditambahkan ke dalam biakan Trichoderma viride di dalam erlenmenyer sehingga diperoleh suspensi konidia, kemudian dilepaskan dengan kuas steril. Perbanyakan massal jamur Trichoderma viride dilakukan dengan menginokulasi suspensi Trichoderma viride 1 cc/kantong dan diinkubasi selama 10 hari pada medium jagung dan diaduk rata (Lampiran 2). Penyiapan starter Trichoderma viride dapat dilihat pada Lampiran 3. 3.4.2. Persiapan Medium Tanam dan AnalisisTanah Tanah gambut diambil dari daerah Rimbo Panjang dengan tingkat kematangan saprik. Cara pengambilan yaitu dengan cara membersihkan pcrmukaan tanah dan tanah diambil secara komposit dengan kcdalaman 0-30 cm. Kemudian untuk analisis tanah awal diambil contoh tanah dari beberapa tempat, digabungkan kemudian dibawa ke Laboratorium. Proses pengambilan medium tanam dapat dilihat pada Lampiran 3 .
16 Adapun yang dianalisis adalah analisis tanah lengkap (pH, C-organik,Ntotal, kapasitas tukar kation (KTK), C/N, P-tcrscdia, K, Na, Ca, Mg dan Kejenuhan basa). Hasil analisis tanah awal dapat dilihat pada Lampiran 4b. Tanah gambut untuk medium tanam tidak perlu dikering anginkan cukup mcngcluarkan aimya saja. Setelah itu, tanah gambut dimasukkan ke dalam polybag ukuran 35 x 40 cm dengan isi 6 kg tanah. Pengisian hams cukup padat dan setiap hari hams disiram jika tidak hujan. Label yang telah disiapkan, kemudian direkatkan pada setiap polybag dengan menggunakan hcktcr. 3.4.3. Pemberian Dregs Sebelum penggunaan, dregs yang padat dikeringkan selama seminggu kemudian dihaluskan dan pemberiaimya dengan cara menaburkan pada medium tanam. Dregs diberikan sesuai perlakuan waktu aplikasi dengan dosis 10 g/kg gambut, setelah itu campuran dregs dan tanah gambut diinkubasi. Setelah itu dilakukan analisis adapun yang dianalisis adalah pH, K, Mg, N total, P total, Ca, Fe, Mn, Cu, Zn, Pb, Cd, Mo, dan Al. Hasil analisis dregs dapat dilihat pada Lampiran 5. 3.4.4. Persiapan Tempat Penelitian Tempat yang digunakan adalah tempat yang memiliki topografi datar. Kemudian dilakukan pengukuran luas tempat, yaitu seluas 14 m x 4,5m yang akan digunakan untuk meletakkan medium percobaan dengan jarak antar polybag (75x75) cm. Lahan yang sudah diukur kemudian dibersihkan dari gulma dan sisa
17 sisa tanaman lainnya dengan menggunakan cangkul, kemudian dibatasi dengan polynct. 3.4.5. Pemberian Trichoderma viride Starter Trichoderma viride dicampur dengan tanah gambut dan dimasukkan ke dalam polybag sesuai perlakuan dan diaduk rata kemudian diinkubasi. Pemberian Trichoderma viride dapat dilihat pada Lampiran 3 3.4.6. Penanaman Untuk mempercepat penanaman terlebih dahulu dibuat lubang tanam sebesar ukuran baby polybag dengan menggunakan skop kecil. Bibit dalam baby polybag dimasukkan ke dalam lubang tanam pada polybag ukuran 35 x 40 dengan 6 kg tanah gambut. Tanah disekeliling lubang ditekan sampai padat dan rata agar bibit kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik. 3.4.7. Femelibaraan 3.4.7.1. Penyiraman Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman tidak dilakukan jika terjadi hujan. 3.4.7.2. Penyiangan Penyiangan di pembibitan utama ini terdiri dari dua macam yaitu penyiangan di sekitar polybag dan di dalam polybag. Penyiangan di sekitar polybag bcrtujuan untuk membcrsihkan areal pembibitan dari vegetasi lain selain
18 bibit kelapa sawit dengan menggunakan cangkul. Penyiangan di dalam polybag bcrtujuan untuk membcrsihkan gulma yang berada dalam polybag dengan cara mencabut gulma 3.4.7.3. Pengendalian hama Pengendalian hama dilakukan secara fisik dan mekanik yaitu dengan cara membunuh dan membuang hama. 3.5. Pengamatan 3.5.1. Analisis pH medium tanam. Pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui pH awal dan pH akhir penelitian (tanaman berumur 7 bulan). Sampel tanah setiap perlakuan dianalisis oleh Balai besar penelitian dan pengembangan bioteknologi dan sumber daya genetik pertanian, Laboratorium Biokimia (BB-Biogen). 3.5.2. Analisis C/N Analisis ini dilakukan pada saat sebelum penanaman dan akhir penelitian (tanaman berumur 7 bulan). Untuk analisis ini dilakukan di Balai besar penelitian dan pengembangan bioteknologi dan sumber daya genetik pertanian, Laboratorium Biokimia (BB-Biogen). 3.5.3 Analisis Serapan N, P, dan K Bibit Kelapa Sawit akhir pengamatan. Analisis dilakukan pada akhir pengamatan. Adapun yang dianalisis adalah kandungan unsur N, P, K pada bibit dan keadaan bibit kelapa sawit sebelum
19 perlakuan dikategorikan seragam. Sampel tanaman setiap perlakuan dianalisis oleh Balai besar penelitian dan pengembangan bioteknologi dan sumber daya genetik pertanian, Laboratorium Biokimia (BB-Biogen). Serapan unsur N, P, dan K didapat dengan mcngalikan berat kering (mg) tanaman dengan kandungan unsur hara pada tanaman. Serapan N/P/K tanaman = Berat Kering (mg) X Kandungan Unsur Hara (%) 3.5.3. Pertambahan Tinggi Bibit (cm) Pertambahan tinggi bibit diukur dengan cara mengurangi tinggi bibit pada akhir pengamatan dengan tinggi bibit sebelum dipindahkan ke polybag. Tinggi bibit diukur mulai dari pangkal batang sampai daun tertinggi, untuk memudahkan pengukuran dibuat patok sepanjang 2 cm dari leher akar. Pengamatan awal dilakukan pada waktu bibit berumur 3 bulan sebelum dipindahkan ke pembibitan utama. 3.5.3. Pertambahan Diameter Bon^ol Batang (cm) Pertambahan diameter bonggol batang diukur dengan cara mengurangi diameter bonggol batang pada akhir pengamatan dengan diameter bonggol batang pada pengamatan awal. Pengukuran diameter bonggol batang dilakukan dengan menggunakan jangka sorong yang saling tegak lurus pada titik 2 cm di atas leher akar. Pengamatan diameter bonggol batang dilakukan pada saat bibit berumur 3 bulan sebelum dipindahkan ke pembibitan utama.
20 3.5.4. Pertambahan Jumiah Pelepah Daun (helai) Pertambahan jumiah pelepah daun diukur dengan cara mengurangi jumiah pelepah daun pada akhir pengamatan dengan jumiah pelepah daun pada pengamatan awal. Jumiah pelepah daun diukur dengan cara mcnghitung jumiah daun yang membuka sempuma. Pengamatan jumiah pelepah daun dilakukan pada saat bibit bemmur 3 bulan sebelum dipindahkan kc pembibitan utama. 3.5.5. Berat Kering Tajuk (g) Pengamatan berat kering tajuk tanaman dilakukan pada akhir penelitian. Pengukuran berat kering dilakukan dengan cara membongkar tanaman dari polybag sampai akar-akamya, lalu dicuci dengan air sampai bersih dan dikering anginkan, selanjutnya dipisahkan akar dan tajuk kemudian dimasukkan tajuk ke dalam kertas amplop, dan dimasukkan kc dalam oven untuk dikeringkan pada suhu TO^C selama 2x24 jam, jika tanaman belum kering sempuma maka akan ditambah waktunya selama 1x12 jam. Kemudian ditimbang tajuknya untuk mengetahui berat keringnya. 3.5.6. Berat Kering Akar (g) Pengukuran berat kering akar dilakukan dengan cara memasukkan akar ke dalam amplop kemudian dimasukkan ke dalam oven untuk dikeringkan pada suhu 70°C selama 2x24 jam, jika tanaman belum kering sempuma maka akan ditambah waktunya selama 1x12 jam. Setelah itu, ditimbang untuk mengetahui berat kering akamya.
21 3.5,7. Ratio Tajuk Akar Pengukuran Ratio Tajuk Akar tanaman dilakukan setelah pengukuran berat kering tanaman pada akhir penelitian. Nilai Ratio Tajuk Akar dapat diperoleh dengan rumus: Nilai Ratio Tajuk Akar = Berat Kering Tajuk Tanaman Berat Kering Akar Tanaman 3.6. Pengamatan Tambahan 3.6.1. Pengukuran Suhu Tanah di Medium Tanam Pengukuran suhu tanah dilakukan di medium tanam pada masing-masing perlakuan. Pengukuran suhu tanah dilakukan dengan menancapkan Termomcter ke tanah sedalam 10 cm. Termomcter dibiaikan selama 10 menit kemudian diamati suhunya. Pengukuran suhu tanah dilakukan setiap hari, yaitu pagi pukul 07.00 WIB, siang pukul. 12.00 WIB, dan sore pukul. 17.00 WIB. Hasil pengukuran ditambahkan dan dicari suhu rata-rata hariannya dengan rumus: T ( C)
—
2 X t^^£i_+ t + t
4 Hasil pengukuran suhu tanah dimedium tanam dapat dilihat pada Lampiran 6a. 3.6.2. Pengukuran Suhu Udara di Tempat penelitian Pengukuran suhu udara dilakukan di tempat penelitian. Pengukuran suhu udara dilakukan dengan menancapkan Termometer ke tanah sedalam 10 cm. Tcrmometer dibiarkan selama 10 menit kemudian diamati suhunya. Pengukuran suhu udara dilakukan setiap hari, yaitu pagi pukul 07.00 WIB, siang pukul. 12.00
22 WIB, dan sore pukul. 17.00 WIB. Hasil pengukuran ditambahkan dan dicari suhu rata-rata hariannya dengan rumus: TCQ = 2jLWL±-Umg + tsoB 4 Hasil pengukuran suhu tanah di tempat penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6b.
3.6.3. Pengukuran kelembaban (%) Pengukuran kelembaban dilakukan dengan menggunakan termometer bola basah dan bola kering. Cara pengamatan yaitu dengan mcnghitung selisih antara suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola basah dan bola kering. Kelembaban udara diketahui dengan menyesuaikan hasil pengamatan dengan tabel kelembaban khusus untuk psikromctcr sangkar. Selisih antara bola kering dan bola basah dilihat pada baris secara horizontal dan bola kering dilihat pada baris sebelah kiri vertikal. Kemudian kelembaban diketahui dengan melihat titik pertemuan antara garis vertikal dan horizontal. me
4 Dimana;
adalah kelembaban udara
Hasil pengukuran kelembaban udara dapat dilihat pada Lampiran 6c.