12
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai November 2009 di PTP Nusantara VI pada unit usaha Rimbo Satu Afdeling IV (Gambar Lampiran 5), Rimbo Dua Afdeling III (Gambar Lampiran 6), dan Batang Hari Afdeling II (Gambar Lampiran 7), Jambi. Tahap penyemprotan bahan humat dan pemupukan dilaksanakan mulai bulan April sampai Mei 2009. Studi produksi tandan buah segar dan perkembangan vegetatif kelapa sawit dilaksanakan dari bulan Juni sampai November 2009. Sensus pokok produktif pada blok dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Desember 2009.
3.2.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: bahan humat, plant
catalyst 2006, UREA, TSP, KCl, Kaptan, Dolomit, dan boraks (dosis pemupukan berdasarkan hasil analisa tanah laboratorium IPB terdapat pada Tabel Lampiran 55, 56 dan 57 dan dosis pemupukan berdasarkan PPKS terdapat pada Tabel Lampiran 58). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah knapsack sprayer atau gembor, angkong (kereta sorong), timbangan, egrek, dodos, gancu, bambu dan meteran.
3.3.
Metodologi
3.3.1. Penentuan Blok Percobaan Penentuan blok aplikasi bahan humat yaitu berdasarkan keseimbangan hara yang kurang baik. Setiap blok memiliki luas kurang lebih 15 ha yang terdiri atas lima perlakuan (P), sehingga tiap perlakuan memiliki luas kurang lebih dua ha yang dibatasi oleh barrier (tanpa aplikasi bahan humat) sebanyak empat baris sesuai dengan desain percobaan asam humat. Pada baris sebagai barrier tetap dilaksanakan pemupukan konvensional sesuai rekomendasi dari bagian tanaman.
13
Lokasi percobaan bahan humat pada masing-masing kebun dapat dilihat pada Tabel 1. Pada studi kali ini hanya mengamati beberapa Blok sampel, yaitu blok 23, blok 24, dan blok 34 pada Rimbo Satu Afdeling IV. Sedangkan pada Rimbo Dua Afdeling III hanya di blok C35, blok C38, dan Blok C43. Pada Batanghari Afdeling II hanya di blok 51, blok 52, dan blok 66. Tabel 1. Blok Percobaan pada Kebun Rimbo Satu, Rimbo Dua, dan Batanghari. Kebun Rimbo Satu
Rimbo Dua
Batanghari
Afdeling I II III IV V I II III V I II III
41 20 8 22 32 A1 B04 C24 E19 21 66 93
15 21 9 23 33 A34 B05 C25 E22 32 67 94
Blok 13 22 15 24 6 A35 B08 C35 E27 33 51 90
23 21 34 13 A36 B09 C38 E32 52 92
A37 B10 C43 E33 -
Model rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok. Pada tiap perlakuan diambil kurang lebih sebanyak 40 pokok sampel dan dinomori (pokok sampel tidak boleh tanaman sisipan, tanaman tergenang dan tanaman yang berada di dekat rumpukan). Dipilih pokok ketiga dari jalan sebagai awal letak sampel bernomor. Penentuan pokok bernomor di lokasi perlakuan pada blok sampel dilakukan secara acak. 3.3.2. Dosis Pemupukan Aplikasi pemupukan dan bahan humat terdiri dari lima perlakuan yaitu : P1, P2, P3, P4, dan P5. Jenis perlakuan dan keterangannya dapat dilihat pada Tabel 2. Sebelum penyemprotan, dilakukan kalibrasi alat semprot (menggunakan nozzle merah) larutan (A.H 2 liter + air 13 liter) sebanyak 15 liter cukup untuk 20 pokok (100 ml A.H/pokok). Kebutuhan plant catalyst 2006 untuk tiap pokok sudah dikemas dalam plastik. Pemberian plant catalyst 2006 dapat dicampur dengan pupuk konvensional
14
lainnya kecuali Urea. Aplikasi plant catalyst 2006 dilakukan dengan menaburkan secara melingkar dan merata di piringan pokok. Aplikasi pupuk konvensional dilakukan dengan cara manual yaitu dengan ember (tempat pupuk) dan ditabur secara merata pada jarak 1.5 meter ke arah luar dalam piringan pohon. Tabel 2. Perlakuan dalam Penelitian. Simbol
Keterangan
P1
Pemupukan standard PPKS (kontrol)
P2
50% dosis pemupukan standard PPKS dan bahan humat 100 ml/pokok
P3
pemupukan berdasarkan hasil analisa tanah laboratorium IPB dan bahan humat 100 ml/pokok
P4
Pemupukan berdasarkan hasil analisa tanah laboratorium IPB, bahan humat 50 ml/pokok, dan plant catalyst 2006 dengan dosis 50 gr/pokok
P5
50%
dosis
pemupukan
berdasarkan
hasil
analisa
tanah
laboratorium IPB dan bahan humat 100 ml/pokok
3.3.3. Pengukuran Faktor Produksi dan Faktor Vegetatif Parameter
dari faktor produksi yang diukur adalah jumlah produksi
tandan buah segar. Pada faktor vegetatif parameter yang diukur yaitu; lebar daun, panjang daun dan panjang pelepah ke-17 kelapa sawit. Parameter lebar daun, panjang daun dan panjang pelepah ke-17 kelapa sawit merupakan parameter untuk mengetahui perkembangan vegetatif pokok kelapa sawit. Pengukuran lebar daun, panjang daun dan panjang pelepah dilakukan pada daun ke-17 pada tiap perlakuan. Selanjutnya contoh daun diambil tiga helai daun di sebelah kanan dan kiri pada bagian pusat ujung permukaan datar. Pengambilan daun ke-17 diambil setiap bulan dan pengambilan contoh daun tersebut diambil bergantian antara pokok pada baris yang sama. Pada setiap perlakuan percobaan agar diberi plakat untuk memudahkan pengamatan.
15
Menurut Chapman dan Gray (1949), daun ke-17 merupakan daun yang paling peka karena menunjukkan perbedaan paling besar dalam tingkat hara N, P, dan K di antara dua percobaan yang mereka lakukan. Selain itu, status hara pada daun ke-17 mempunyai kolerasi terhadap produksi tanaman yang lebih baik bila dibandingkan dengan daun-daun yang lebih muda. Penggunaan daun ke-17 menjadi baku, terutama karena pengunaan jaringan lain sebagai sampel analisis jaringan hanya menunjukkan sedikit kemajuan. Hasil pengukuran panjang daun dan lebar daun digunakan untuk menghitung luas daun, yang digunakan sebagai parameter perkembangan vegetatif. Luas Daun = Panjang Daun x Lebar Daun
Parameter jumlah produksi menghasilkan produksi di lapang dengan menggunakan hasil perhitungan produksi dari seluruh pokok yang ada dalam satu area perlakuan, diamati setiap minggu dan dirata-ratakan tiap bulannya. Blok tersebut dilakukan sensus pokok produktif juga pada tiap area perlakuan, yang digunakan untuk perhitungan produksi per pokok produktif. Hasil dari produksi per pokok produktif akan digunakan pada perhitungan potensi produksi pada tiap perlakuan. Produksi di lapang = rata-rata produksi TBS kg/ha/bln rata-rata produksi TBS/bln Produksi TBS/pokok produktif = Jumlah pokok produktif Untuk mendapatkan gambaran mengenai produksi yang akan datang maka perlu dilakukan perhitungan potensi produksi sehingga dapat diketahui produksi optimum dari perlakuan. Potensi produksi diperoleh dari hasil perkalian produksi tandan buah segar per pokok produktif pada tiap perlakuan dengan 130 pokok produktif. Diasumsikan bahwa dalam 1 ha perlakuan terdapat 130 pokok produktif dan dipanen pada tiap bulannya. Hasil potensi produksi dapat dijadikan acuan
16
untuk aplikasi selanjutnya, karena perhitungan potensi produksi hanya memperhitungkan pokok produktif tanpa mengikutsertakan pokok abortus, pokok sisipan, dan pokok jantan. Contoh pokok kelapa sawit tidak produktif dapat dilihat pada Gambar 2. dan Contoh pokok kelapa sawit abortus dapat dilihat pada Gambar 3. Tanaman steril memiliki figur vegetatif yang luar biasa, batangnya lebih besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan tetangganya yang normal, mempunyai mahkota yang sangat besar dengan pelepah dan daun yang hijau gelap. Bunga dihasilkan pada setiap ketiak pelepah, tetapi semua aborsi beberapa waktu setelah antesis, sehingga tidak pernah panen. Akibatnya, pohon demikian menjadi sarang tikus dan tempat berkembangnya marasmius. Dianjurkan membongkar pohon bergejala demikian (Purba et al, 2005) Potensi Produksi = Produksi TBS/pokok produktif x 130 pokok
Dalam membahas potensi produksi, tanaman mampu memenuhi semua asumsi-asumsi agronomi dan fisiologi; di mana tanaman mampu beradaptasi terhadap lingkungan sebagai tempat tumbuhnya serta mendapat cukup pasokan hara dan air tanpa ada gangguan hama dan penyakit. Salah satu faktor pembatas produksi yaitu radiasi sinar matahari yang merupakan fungsi dari luas daun (Pahan, 2008).
Gambar 2. Contoh Pokok Kelapa Sawit Tidak Produktif.
17
Gambar 3. Contoh Tanaman Kelapa Sawit Abortus.