20
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2003. Waktu penelitian, yaitu selama 100 hari pemeliharaan udang, berada pada musim kemarau. Selama waktu tersebut tidak terjadi hujan kecuali beberapa kali menjelang akhir pemeliharaan, yaitu mulai hari ke-80. Penelitian dilakukan di pertambakan PT Bimasena Sagara, Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi ini berada di wilayah pantai selatan Pulau Jawa dengan luas lahan sekitar 25 ha. Sekitar 50% dari lahan tersebut digunakan untuk petak-petak tambak sedangkan sisanya digunakan untuk fasilitas penunjang. Jumlah seluruh tambak sebanyak 50 petak dengan luas masing-masing petak sekitar 2500-3000 m2 (Lampiran 1). Semua petak tambak berbentuk persegi dan dibangun dengan sistem Biocrete® (Lampiran 2). Terdapat dua petak pendederan (nursery pond) berbentuk persegi panjang, namun tidak digunakan selama penelitian berlangsung. Jaringan irigasi terdiri atas saluran pemasok utama air laut dan air tawar, serta saluran pembuang. Saluran pemasok air berupa saluran terbuka terbuat dari beton. Saluran ini berpenampang trapesium dengan lebar dasar 80 cm, lebar atas 100 cm dan kedalaman 80 cm dengan posisi terletak di bagian samping atas petakan tambak. Saluran pembuang berupa saluran terbuka dari tanah dengan posisi terletak di bagian samping bawah petakan tambak (Lampiran 2). Sumber air asin berasal dari Samudera Indonesia. Air tersebut ditarik menggunakan pompa air laut dari dua titik pompa dan dialirkan ke petak-petak tambak melalui saluran air. Sumber air tawar berasal dari sungai yang berair pada musim penghujan dan kering pada musim kemarau. Dengan demikian, pasokan air media pemeliharaan selama penelitian hanya didapat dari air laut. Ruang lingkup penelitian meliputi penelitian utama dan penelitian penunjang. Penelitian utama digunakan untuk mengobservasi proses budidaya udang vaname intensif selama 100 hari pemeliharaan. Penelitian penunjang digunakan untuk melengkapi data penelitian utama.
21 3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode ex post-facto untuk mengobservasi secara mendalam proses budidaya udang vaname dengan sistem intensif selama satu masa pemeliharaan. Selama penelitian tersebut dikumpulkan data yang meliputi data kualitas air dan data produksi. 3.2.2 Desain Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain kausal. Satuan percobaan adalah unit-unit petak tambak sebanyak 6 petak tambak yang diberi perlakuan secara homogen. Perlakuan tersebut meliputi penggunaan saprodi (benih udang, pakan, pupuk) dan air. Benih udang yang digunakan adalah udang stadium PL12 dengan padat tebar 85±15 ekor/m2. Selama pemeliharaan digunakan pakan buatan komersial dengan protein sekitar 40-42%. Pakan diberikan secara full feed mulai dari awal penebaran sampai umur 50 hari pemeliharaan (H50) (Lampiran 3). Setelah H50, pakan diberikan secara dinamis mengikuti estimasi perkembangan biomassa udang hasil pengambilan contoh. Jumlah pakan yang diberikan dihitung dari persentase biomassa (Lampiran 4). Pupuk digunakan pada waktu persiapan media pemeliharaan sebelum penebaran benih udang. Jenis dan dosis pupuk tersebut adalah urea 9 mg/L (sekitar 6-8 kg/petak) dan TSP 5 mg/L (sekitar 3-5 kg/petak). Pengelolaan air selama pemeliharaan dilakukan dengan pergantian air, penyiponan dasar tambak, serta pemberian aerasi. Pergantian air dilakukan secara rutin yang jumlahnya semakin meningkat dengan meningkatnya masa pemeliharaan. Penyiponan dilakukan jika kotoran sudah mulai terakumulasi di dasar tambak, pada umumnya setelah H50. Pemberian aerasi dilakukan dengan memakai kincir, yaitu 1 kincir pada H20-40, 2 kincir pada H41-60, serta 3 kincir H61-akhir pemeliharaan setiap petaknya. Penelitian dilakukan selama 100 hari pemeliharaan udang vaname. Pengambilan data, baik data kualitas air maupun data produksi dilakukan setiap 10 hari sekali dari awal penebaran sampai panen sehingga terdapat 10 titik waktu yang membentuk data seri waktu (time series).
22 3.2.3 Variabel Variabel yang diukur selama penelitian meliputi aspek kualitas air dan biologi. Jenis variabel kualitas air yang diukur meliputi suhu, salinitas, oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO), pH, alkalinitas, bahan organik total (total organic matter, TOM), amoniak (NH3), nitrit (NO2–), nitrat (NO3–), ortofosfat (PO43–) dan hidrogen sulfida (H2S). Dari beberapa data tersebut kemudian dihitung untuk menentukan variabel kerja yang meliputi defleksi DO, defisit DO, DO minimum, dan rasio N/P. DO minimum merupakan DO terendah yang terukur dalam rentang waktu 24 jam pengamatan, sedangkan DO maksimum merupakan DO tertinggi yang terukur dalam rentang waktu 24 jam pengamatan. Defleksi DO merupakan selisih antara DO maksimum dan DO minimum dalam rentang waktu kedua kondisi tersebut terjadi atau dengan rumus: Defleksi DO (mgO2.L-1.jam-1) = (DOmaksimum – DOminimum)/t Jenis variabel biologi yang diukur meliputi kelimpahan dan jenis fitoplankton, kelimpahan klorofil, serta jumlah dan bobot udang. Dari data tersebut kemudian dihitung untuk menentukan variabel kerja yang meliputi rasio kelompok fitoplankton positif (Chlorophyceae dan Bacillariophyceae) terhadap kelompok fitoplankton negatif (Dynophyceae dan Cyanophyceae), produktivitas dan respirasi fitoplankton, respirasi bakteri, laju mortalitas, sintasan, laju pertumbuhan individu udang, laju pertumbuhan biomassa udang, rasio konversi pakan (feed conversion ratio, FCR), serta input-output increment ratio (IOIR). Rasio relatif fitoplankton (RF) antara kelompok fitoplankton positif (FP; Chlorophyceae dan Bacillariophyceae) dan kelompok fitoplankton negatif (FN; Dynophyceae dan Cyanophyceae) dirumuskan sebagai: RF = (FP–FN)/FP. Jika RF>-5, maka dominasi mengarah ke FP, namun jika RF<-5, maka dominasi mengarah ke FN. Laju mortalitas (MR) merupakan nilai peluruhan jumlah udang dalam satuan waktu tertentu. Derajat kelangsungan hidup merupakan perbandingan antara jumlah udang pada waktu tertentu terhadap jumlah udang pada saat tebar. MR = {(Ln Nt – Ln N0)/t} X 100% SR = (Nt /No) x 100%
23 keterangan: MR = SR = No = Nt =
laju mortalitas sintasan (%) jumlah udang pada hari ke-0 (ekor) jumlah udang pada hari ke-t (ekor)
Laju pertumbuhan bobot individu udang (SGRi) merupakan penambahan bobot individu rata-rata selama selang waktu tertentu. Laju pertumbuhan biomassa udang (SGRb) merupakan penambahan biomassa selama selang waktu tertentu. Kedua laju pertumbuhan tersebut diukur dengan laju pertumbuhan spesifik (spesific growth rate, SGR) (Ricker 1979; Gulland 1983; Busacker et al. 1990) dengan rumus: SGRi = {(ln wt − ln wo)/t} x 100% SGRb = {(ln Bt − ln Bo)/t} x 100% keterangan: SGRi = SGRb = wo = wt = Bo = Bt = t =
laju pertumbuhan bobot individu udang laju pertumbuhan biomassa udang bobot individu udang pada hari ke-0 (gram/ekor) bobot individu udang pada hari ke-t (gram/ekor) biomassa udang pada hari ke-0 (kg) biomassa udang pada hari ke-t (kg) selang waktu pemeliharaan (hari)
Jumlah udang pada saat panen merupakan hasil pendugaan yang didapat dari pembagian biomassa (bobot total) udang pada saat panen terhadap bobot ratarata udang dengan rumus: Nt = Bt/wt keterangan: Nt = jumlah udang pada hari ke-t (ekor) Bt = biomassa udang pada hari ke-t (gram) wt = bobot individu udang pada hari ke-t (gram/ekor) Produksi merupakan biomassa udang yang diperoleh pada saat panen (Bt). Variabel ini digunakan
sebagai
kalibrasi bagi jumlah (Nt) dan derajat
kelangsungan hidup (SR) udang pada akhir penelitian. Rasio konversi pakan (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang diberikan terhadap pertambahan biomassa udang pada periode waktu tertentu (NRC 1977) dengan rumus: FCR = F/∆B
24 keterangan: FCR = rasio konversi pakan F = jumlah pakan yang diberikan selama waktu tertentu (kg) ∆B = penambahan biomassa udang selama waktu tertentu (kg) Jika pembandingan diarahkan untuk mengetahui efisiensi pakan secara parsial pada periode waktu tertentu, maka dipakai variabel input-output increment ratio (IOIR) untuk masing-masing biomassa udang hidup (BG), biomassa udang mati (BE) dan biomassa udang total (BT), dengan rumus: IOIR-BG = ∆BG/F IOIR-BE = ∆BE/F IOIR-BT = ( ∆BG + ∆BE)/F keterangan: IOIR= rasio perubahan input-output ∆BG = penambahan biomassa udang hidup selama waktu tertentu (kg) ∆BE = penambahan biomassa udang mati selama waktu tertentu (kg) F = jumlah pakan yang diberikan selama waktu tertentu (kg) 3.2.4 Bahan dan Metode Pengukuran 3.2.4.1 Bahan Air yang digunakan untuk mengairi petak tambak adalah air laut dari Samudera Indonesia. Benih udang yang ditebar berasal dari hatceri PT Biru Laut Khatulistiwa (BLK), Lampung. Pakan buatan komersial yang digunakan berasal dari perusahaan pemasok pakan di Jakarta. Pupuk yang digunakan berasal dari pasar di Kecamatan Surade, Pelabuan Ratu. 3.2.4.2 Metode Pengukuran Variabel Pengukuran variabel kualitas air dilakukan dalam dua kelompok, yaitu variabel yang diukur secara harian dan 10 hari sekali. Variabel kualitas air yang diukur secara harian meliputi suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, kedalaman dan kecerahan. Variabel ini berubah dinamis sehingga dilakukan pengukuran secara harian. Variabel yang diukur 10 hari sekali meliputi suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO), kedalaman dan kecerahan, bahan organik total (total organic matter, TOM), alkalinitas, amonium/amoniak (NH4+/NH3), nitrit (NO2-), nitrat (NO3-), ortofosfat (PO43-), hidrogen sulfida (H2S), fitoplankton dan
25 klorofil-a. Contoh air diambil dari lapisan air bagian atas dan bagian dasar setiap petak tambak. Jenis dan metode pengukuran variabel tertera pada Tabel 2 dan dirinci pada Lampiran 5. Tabel 2 Jenis variabel yang diukur selama penelitian dan metode pengukurannya Variabel
Satuan
Metode/instrumentasi
Variabel kualitas air Suhu air
°C
Termometer
Salinitas
ppt
Salino-refraktometer
pH
unit
Kertas pH, pH-meter
Oksigen terlarut/BOD
mg/L
Titrimetri (Winkler)
Bahan organik total (TOM)
mg/L
Titrimetri (KMnO4)
Alkanilitas
mg/L
Titrimetri
NH4+
mg/L
Spektrofotometer/phenate
NO2
-
mg/L
Spektrofotometer/sulfanilamide
NO3
-
mg/L
Spektrofotometer/brucine
PO4-3
mg/L
Spektrofotometer/stanaous chlorida
H2S
mg/L
Titrimetri (iodometri)
Kecerahan
cm
Keping Secchi
Kedalaman
cm
Mistar
Variabel biologi Bobot udang
gram
Jala, timbangan
Jumlah udang
ekor
Jala, alat penghitung (counter)
Jumlah pakan
kg
Timbangan
Fitoplankton
ind./L
Klorofil-a
3
mg/m
Plankton net, mikroskop Spektrofotometer
Pengukuran variabel biologi dilakukan setiap 10 hari sekali. Sebagai data utama, variabel biologi yang diukur meliputi jumlah dan bobot udang, kelimpahan dan jenis fitoplankton, serta kelimpahan klorofil. Variabel sebagai data penunjang yang diukur meliputi produktivitas (produksi oksigen) dan respirasi fitoplankton, respirasi udang, serta respirasi bakteri.
26 1) Jumlah dan bobot udang Pengambilan contoh udang dilakukan setiap 10 hari yang dimulai dari umur 40 hari pemeliharaan (H40). Pada H40, udang sudah mulai dapat dijala untuk pengambilan contoh namun hanya digunakan untuk penghitungan jumlah udang saja. Mulai H50 sampai panen, pengambilan contoh udang tersebut digunakan untuk mendapatkan data jumlah dan bobot rata-rata udang. Pengambilan contoh dilakukan pada 5 titik tiap petak tambak, yaitu masing-masing 3 titik di bagian pinggir dan 2 titik di bagian tengah. Udang yang tertangkap dalam jala pada saat pengambilan contoh dihitung untuk menentukan jumlah udang dan ditimbang untuk menentukan bobot ratarata. Jumlah udang yang hidup dalam satu petak tambak diduga dengan rumus: Nt = nu x Lt/Lj keterangan: Nt = jumlah udang dalam satu petak tambak pada waktu ke-t (ekor) nu = jumlah udang yang tertangkap dalam jala pada tiap pengambilan contoh pada waktu ke-t (ekor) Lt = luas tambak (m2) Lj = luas bukaan jala efektif/terkoreksi (m2) Bobot rata-rata udang dihitung berdasarkan rumus:
wt = Bt /nu keterangan: wt = bobot rata-rata udang pada waktu ke-t (gram/ekor) Bt = biomassa udang yang tertangkap dalam jala pada tiap pengambilan contoh pada waktu ke-t (gram) nu = jumlah total udang yang tertangkap dalam jala pada tiap pengambilan contoh pada waktu ke-t (ekor) 2) Jenis dan kelimpahan fitoplankton
Pengamatan fitoplankton dilakukan untuk menentukan jenis dan jumlah masing-masing fitoplankton. Contoh air untuk penghitungan fitoplankton diambil sebanyak 50 liter dan disaring menggunakan plankton net dengan ukuran mata jaring 20 µm. Contoh plankton tersaring dipekatkan menjadi 30 mL dan diawetkan dengan lugol. Penghitungan jumlah fitoplankton menggunakan mikroskop dengan memakai gelas penutup pada gelas preparat berukuran 20 mm x 20 mm. Fitoplankton hasil saringan diidentifikasi jenisnya dan dikelompokkan menurut genus dan kelasnya. Kelimpahan fitoplankton dari setiap contoh dihitung dengan rumus:
27 N = (n x Vs)/(Vp x Vt) Keterangan: N n Vp Vs Vt
= = = = =
kelimpahan fitoplankton (individu per liter) jumlah plankton dalam contoh (individu) volume air dalam preparat (mL) volume air yang tersaring (mL) volume air yang disaring (L)
3) Klorofil fitoplankton
Pengukuran
klorofil
fitoplankton
dilakukan
dengan
metode
spektrofotometri melalui 2 tahap, yaitu ekstraksi dan pengukuran. Air contoh dipekatkan dengan menggunakan botol gelas berpompa vakum memakai kertas saring yang telah diberi beberapa tetes MgCO3. Contoh fitoplankton yang melekat pada kertas saring diberi larutan aseton sebanyak 2-3 mL, digerus dalam tissue grinder pada kecepatan 500 rpm selama 1 menit, kemudian dipindahkan ke tabung centrifuge dan disimpan dalam tempat gelap bersuhu 40C selama 2 jam. Setelah itu dilakukan centrifuge untuk memperoleh ekstrak larutan yang jernih yang berupa larutan pigmen. Larutan tersebut dituangkan dalam cuvet berukuran 1 cm, kemudian dilakukan pengukuran pada spektrofotometer. 4) Produktivitas dan respirasi fitoplankton Pengambilan contoh air dilakukan setiap 10 hari mulai dari penebaran sampai akhir penelitian untuk pengukuran produksi dan konsumsi oksigen bagi fitoplankton. Pengukuran produksi dan konsumsi oksigen bagi fitoplankton menggunakan 2 botol BOD terang dan 1 botol BOD gelap. Satu botol BOD terang dan gelap diinkubasi dalam air tambak di kedalaman 50 cm selama 8 jam (jam 08.00-16.00). Rumus perhitungan yang digunakan dalam penentuan produktivitas dan respirasi fitoplankton adalah: DOR = DOB0 – DOIG DOP = DOIT – DOB0 DOT = DOR + DOP keterangan: DOB0 = DOIT = DOIG = DOR = DOP = DOT =
4) Respirasi udang
konsentrasi oksigen pada botol BOD terang pada jam ke-0 konsentrasi oksigen pada botol BOD terang setelah inkubasi konsentrasi oksigen pada botol BOD gelap setelah inkubasi jumlah respirasi dalam contoh air produksi bersih oksigen produksi oksigen dari fotosintesis.
28 Respirasi udang diukur melalui penelitian tingkat konsumsi oksigen (TKO) udang. Percobaan ini dirancang secara eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat kali ulangan dan enam perlakuan yaitu udang vaname ukuran 5, 8, 10, 12, 15 gram, serta dilakukan pada saat sebelum dan sesudah udang makan. Air laut yang digunakan sebagai media penelitian TKO disaring dengan plankton net berukuran mata jaring 48 μm dan dimasukkan kedalam wadah penampungan. Air tersebut diaerasi kuat selama 8 jam untuk meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut. Setelah diaerasi, dilakukan pengukuran salinitas, suhu, pH, oksigen terlarut dan BOD5. Air kemudian dimasukkan perlahan-lahan kedalam wadah percobaan berupa botol plastik berukuran 20 liter yang telah disiapkan sebelumnya. Udang dengan kelompok bobot sekitar 5, 8, 10, 12, dan 15 gram diseleksi dan ditimbang satu persatu menggunakan timbangan dengan ketelitian 0,1 gram lalu dimasukkan ke dalam wadah. Seleksi terhadap udang sebagai hewan uji menggunakan kriteria kesehatan secara visual yang dilihat dari kondisi tubuh serta pergerakannya aktif. Setelah udang uji dimasukkan, botol ditutup dan dilakukan pengukuran parameter kualitas air setiap 2 jam sekali selama 6 jam, yang meliputi salinitas, suhu, pH, oksigen terlarut dan BOD5. Salinitas, suhu dan pH selama percobaan berlangsung tidak menunjukkan perubahan yang berarti dan BOD5 sangat kecil. Dengan demikian, hanya variabel DO yang digunakan dalam pengolahan data bagi TKO udang ini. Nilai tingkat konsumsi oksigen (TKO) dihitung berdasarkan rumus Pavlovskii (1964), yaitu: TKO = [(DO0 – DOt ) x V]/(B x ∆t) keterangan:
DO0 DOt V B ∆t
= = = = =
konsentrasi oksigen terlarut pada waktu ke-0 (mg/l) konsentrasi oksigen terlarut pada waktu ke-t (mg/l) volume air (l) biomassa udang (g) selisih waktu (jam)
29 Model tingkat konsumsi oksigen dihitung berdasarkan rumus peluruhan oksigen, yaitu: dO/dt = kOW keterangan:
γ
dO/dt = laju konsumsi oksigen kO dan γ = konstanta yang dihitung W = bobot udang
3.3 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti semua kegiatan budidaya udang vaname yang didasarkan pada prosedur standar operasional (standard operational procedure, SOP) sistem pengelolaan budidaya udang pada PT. Bimasena Sagara. Secara garis besar, prosedur tersebut meliputi persiapan tambak, penebaran benih, pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, pengambilan contoh udang serta pemanenan.
1) Persiapan tambak Kegiatan ini dilakukan untuk mempersiapkan fisik tambak, pengisian air dan penumbuhan plankton. Persiapan fisik tambak dimulai dengan pengeringan selama kurang lebih 7 hari. Selama pengeringan dilakukan kegiatan pembersihan dan perbaikan pematang, dasar dan dinding tambak; pembuangan pasir yang kotor dan penggantian dengan pasir baru untuk substrat dasar tambak; serta perbaikan dan pemasangan jembatan, saringan air, anco, mistar pengukur ketinggian air, dan kincir untuk aerasi. Setelah kegiatan pengeringan selesai, tambak diisi air. Untuk mencegah ikan liar ikut masuk ke tambak, maka pada ujung saluran pemasukan air dipasang saringan halus. Apabila ketinggian air sudah mencapai 30 cm, air dipupuk menggunakan urea 9 ppm dan TSP 5 ppm. Air ditambahkan ke dalam tambak seiring dengan pertumbuhan plankton. Air tambak yang berwarna hijau kecoklatan menandakan adanya pertumbuhan plankton, sedangkan gradasi warnanya dapat dijadikan indikator relatif kelimpahan plankton.
30 2) Penebaran benih Tambak yang sudah ditumbuhi plankton sudah siap untuk ditebari benih udang (benur). Penebaran benur berupa udang vaname PL15 dilakukan pada pagi hari. Sebelum ditebar, benur diaklimatisasikan terlebih dahulu terhadap air tambak, terutama suhu dan salinitas. Benur ditebar secara perlahan-lahan ke tambak setelah suhu dan salinitas air pada kantong plastik benur homogen dengan air tambak. Kegiatan aklimatisasi diperlukan untuk mengurangi peluang terjadinya kematian benur akibat adanya perbedaan kualitas air media yang digunakan selama transportasi dengan air tambak sebagai media pemeliharaan. 3) Pengelolaan kualitas air Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan pergantian air, penyiponan dasar tambak, serta pemberian aerasi. Pada umumnya, pergantian dan/atau penambahan air dilakukan setiap 2 hari, yaitu sekitar 1-5% mulai dari penebaran sampai bulan kedua pemeliharaan dan 5-7% mulai bulan ketiga sampai bulan keempat. Air buangan dikeluarkan melalui pipa pembuangan yang berada di bagian tengah petak tambak ke saluran pembuangan. Penyiponan bergantung pada kondisi bahan organik di dasar tambak, umumnya dilakukan setelah udang berumur 50 hari. Aerasi digunakan untuk meningkatkan pasokan oksigen dalam air tambak dengan cara pemasangan kincir (paddle wheel). Kincir dipasang di bagian sudut perairan tambak dengan posisi sedemikian rupa sehingga arus air yang ditimbulkan berputar satu arah mengelilingi tambak. Jumlah kincir disesuaikan dengan kondisi air tambak dan pertumbuhan biomassa udang, yaitu sebanyak 1-4 buah. Pada masa pemeliharaan 20-40 hari dipasang satu kincir, 40-60 hari dipasang dua kincir dan setelah umur 60 hari digunakan tiga kincir. Kincir keempat umumnya digunakan dalam kondisi khusus, misalnya konsentrasi oksigen di bawah 2 ppm. Operasional kincir sekitar 15 jam per hari, yaitu mulai dari jam 17.00 sampai dengan jam 08.00. 4) Pemberian pakan Pakan yang diberikan merupakan pakan buatan pabrik (pakan komersial) yang berbentuk serbuk/tepung (powder), remah (crumble) dan pelet (pellet) sesuai dengan ukuran udang (Tabel 3).
31 Mulai dari awal penebaran sampai berumur 50 hari pemeliharaan, udang diberi pakan secara penuh (full feed system), yaitu pakan diberikan dalam jumlah yang meningkat secara konstan sebesar 100-700 g/hari per 100.000 ekor benur. Acuan jumlah pakan yang ditetapkan pada hari pertama pemeliharaan yaitu sebanyak 1.5 kg pakan per 100 000 ekor benur (Lampiran 2). Setelah udang berumur 51 hari pemeliharaan, jumlah pakan disesuaikan dengan biomassa udang. Biomassa dihitung dari bobot rata-rata dan jumlah populasi udang hasil pengambilan contoh yang dilakukan setiap 10 hari. Tabel 3 Pakan dan pemberian pakan udang selama pemeliharaan Variabel
Nilai variabel menurut nomor pakan 581
582
583
583 sp
Ukuran udang (gram)
<0.1
0.1-1
1-3
>3
Jumlah (% biomassa/hari)
100
50-10.5
10.5-6.5
6.5-4.9
2
3
4
5
- Protein (%)
42
41
40-41
40-41
- Moisture (%)
11
11
11
11
- Lemak (%)
6
5
5
5
- Serat kasar (%)
3
3
3
3
Frekuensi (x/hari) Komposisi pakan:
Bahan penyusun
tepung ikan, tepung udang, tepung cumi-cumi, minyak ikan, wheat flavour, tepung kedelai, tepung dedak, kolesterol, fosfolipid, vitamin, mineral
Sumber: Label pakan Pakan diberikan dengan cara menebar pakan secara merata di permukaan air tambak. Pakan yang berupa serbuk diberi air terlebih dahulu sebelum diberikan agar tidak tertiup angin dan tersebar keluar petak tambak. Sebagian pakan ditebar di anco yang digunakan sebagai sampel untuk menentukan respon udang terhadap pakan yang diberikan. Waktu pemberian pakan dapat dilihat pada Tabel 4.
32 Tabel 4 Waktu pemberian pakan Umur udang (hari)
Pemberian pakan pada jam06.00
10.30
14.00
17.00
22.00
1 – 10
√
-
-
√
-
11 – 20
√
-
√
√
-
21 – 50
√
√
√
√
-
51 – panen
√
√
√
√
√
5) Pemantauan Selama pemeliharaan dilakukan pemantauan kualitas air dan kondisi udang. Kualitas air dipantau melalui pengukuran kualitas air dan pengamatan visual, terutama terhadap warna air. Hasil pengukuran kualitas air dianalisis kesesuaiannya berdasarkan kondisi ideal bagi udang.
Secara visual, kondisi
kualitas air yang baik dicirikan oleh warna air hijau kecoklatan dan relatif bening, serta tanpa disertai busa di permukaan air. Kondisi udang dipantau dengan mengamati udang yang berada di anco. Pemantauan tersebut digunakan untuk mendapatkan informasi tentang respon udang terhadap pemberian pakan dan kesehatan udang berdasarkan penampakan visual. Udang dinyatakan sehat apabila nafsu makan udang tinggi dan kondisi udang bersih tanpa adanya lumut atau kotoran yang menempel dipermukaan tubuhnya. 6) Pemanenan
Udang dipanen setelah mencapai ukuran pasar yaitu sekitar 15 g/ekor dengan masa pemeliharaan 100 hari. Panen udang dilakukan pada sore hari sekitar jam 16.00 untuk menghindari panas matahari yang dapat mempercepat penurunan mutu udang. Kegiatan panen diawali dengan pemasangan jaring pada pintu pengeluaran dan mengeluarkan air melalui saluran pengeluaran di bagian tengah tambak. Setelah ketinggian air mencapai 20 cm, secara perlahan-lahan pintu pengeluaran dibuka sehingga udang akan terbawa aliran air dan masuk kedalam jaring. Udang yang tertangkap dimasukkan kedalam drum plastik dan dibawa ke lokasi sortasi. Udang yang tidak terbawa aliran air dan masih berada di petakan tambak diambil satu per satu sampai habis.
33 3.4 Teknik Pengumpulan Data Variabel yang diukur secara harian yang dilakukan pada pagi hari (jam 03.00-05.00) meliputi suhu, salinitas, dan oksigen terlarut, sedangkan pada siang hari (jam 12.00-13.00) ditambah dengan pengukuran kedalaman dan kecerahan. Pengukuran suhu, salinitas, pH, kedalaman dan kecerahan dilakukan langsung di tambak (in situ), sedangkan pengukuran oksigen terlarut dilakukan di laboratorium segera setelah sampel diambil dari tambak. Variabel yang diukur 10 hari sekali yang dilakukan pada pagi hari (jam 03.00-05.00) meliputi suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, amonium/amoniak, nitrit, nitrat, ortofosfat, hidrogen sulfida, fitoplankton dan klorofil-a. Pada siang hari (jam 12.00-13.00) dilakukan pengukuran suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, kedalaman dan kecerahan, bahan organik total, dan alkalinitas. Pengukuran suhu, salinitas, pH, kedalaman dan kecerahan dilakukan langsung di tambak (in situ). Untuk oksigen terlarut, amonium/amoniak, nitrit, nitrat, ortofosfat, hidrogen sulfida, fitoplankton dan klorofil-a dilakukan pengambilan air contoh terlebih dahulu kemudian dilakukan pengukuran di laboratorium. Pada saat tersebut, juga dilakukan pengukuran oksigen terlarut setiap 3 jam sekali selama 24 jam, yaitu pada jam 16.00, 19.00, 22.00, 01.00, 04.00, 07.00, 10.00 dan 13.00. Pengambilan contoh udang dilakukan 10 hari sekali mulai hari pemeliharaan ke-40. Kegiatan ini dilakukan pada pagi hari sekitar jam 06.0008.00 dan dilakukan secara cepat untuk mengurangi terjadinya stres pada udang. Pada umumnya, kegiatan ini dilakukan oleh minimal tiga orang petugas, yaitu petugas penjala udang, petugas penghitung dan penimbang udang, serta petugas pencatat data. 3.5 Analisis Data Data yang telah dikumpulkan kemudian disusun dan dikelompokkan sesuai dengan waktu pengukuran, yaitu 10 harian. Data yang telah terstruktur kemudian dianalisis sesuai dengan keperluannya. Analisis terhadap variabel data yang dilakukan meliputi:
34 1) Analisis pemecahan masalah Analisis ini digunakan untuk mencari persamaan dan perbedaan dari beberapa variabel dalam petak tambak sehingga didapatkan pengelompokan petak tambak. Dari kelompok-kelompok tersebut dicari variabel-variabel yang dominan berpengaruh terhadap produksi sehingga dapat ditentukan sumber masalah. Selanjutnya, dari sumber masalah dapat ditentukan alternatif pemecahan masalah. 2) Analisis ragam Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan nilai tengah (rata-rata) suatu variabel antar petak digunakan analisis ragam pada tingkat kepercayaan 95%. Jika terdapat perbedaan, maka petak yang berbeda ditentukan lebih lanjut dengan uji beda kuadrat terkecil (LSD) pada tingkat kepercayaan 95%. 3) Analisis kovarian dan regresi Secara umum, analisis ini digunakan untuk mencari hubungan antar variabel yang mempunyai hubungan kausal dengan variabel produksi, serta dilanjutkan dengan menetapkan hubungan kuantitatifnya. Pada setiap analisis dilakukan uji untuk menentukan tingkat kepercayaannya.