II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Pengelolaan Surnberdaya Lahan
Pertumbuhan
penduduk
dan
ekonomi
semakin
mendesak
perluasan lahan garapan ke daerah-daerah marginal seperti lahan rawa, lahan alang-alang, 'Jan lahan tadah hujan di daerah hulu aliran sungai. Untuk pengembang,m lahan tersebut membutuhkan tinjauan yang lebih mendalam tentang cara pengelolaan lahan yang sedang dan akan dianjurkan. Pada ilmumnya sistem pertanian lahan mearginal belum banyak dipahami se'cara mendalam, sedang keragaan agroekosistemnya cukup komplek. Kendala lingkungan dan kondisi sosial pertanian serta k~rterbatasansentuhan teknologi yang sesuai menyebabkan kualitas dan p~oduktivitas lahan mengalami degradasi. Pemanfaatan, pengelolaan serta pelestarian sumberdaya lahan dengan demikian semakin menuntut pendekatan antar disiplin dengan wawasan yang lebih luas (Manwan, I. 1!)89). Pengelolaan sumber daya lahan yang lestari sangat dipengaruhi oleh kondisi agroeltologi lahan itu sendiri, yang didalamnya tercakup aspek tanah, iklim, t~pografi,tataguna lahan atau fungsi lahan dan kondisi sosial ekonomi mallpun budaya masyarakat pengguna lahan tersebut. Dalam penerapannya dilakukan evaluasi daya dukung surnberdaya lahan yang meliputi evaluasi erosivitas dan erodibilitas tanah, sistem usahatani serta kesesuaian khan terhadap berbagai peruntukan baik pertanian maupun non-pertan~an.Secara khusus perlu dilakukan kajian terhadap upaya pelestarian Sllmberdaya lahan yang telah dan akan dilakukan baik dialam peruntukan 'ahan bagi pertanian maupun non-pertanian seperti industri, pertambangan dan pemukiman. Menurut Haeruman (1979), suatu sumber alam dapat dipergunakan untuk berbagai k~!perluan, sehingga pemilihan peruntukan tersebut rrienjadi sangat nenting. Dalam ha1 ini perlu diperhatikan pemilihan psruntukan tersebut dilakukan atas dasar; (1) efisiensi dan efektifitas
peruntukan terseb~tdilakukan atas dasar; (1) efisiensi dan efektifitas penggunaan yang ~ptirnumdalarn batas-batas kelestariannya, (2) tidak rnengurangi kernampuan dan kelestarian surnber alarn lain yang berkaitan dalarn suatu eksosistem dan (3) rnernberikan kernungkinan untuk rnernpunyai pilihan penggunaan dirnasa depan, perornbakan ekosistern tidak dilakukan secclra drastis. Untuk pengernbangan dan eksploitasi sumberdaya lahan di sektor pertanian dan kehutanan dilakukan dengan rnencermati persayaratan turnbuh tanarnan, sehingga selanjutnya akan didapatkan efisiensi usahatani. Menurui Sinukaban (1994), pertanian berkelanjutan adalah pertanian yang dirancang secara sisternatis rnenggunakan aka1 sehat dan usaha keras yang berkesinarnbungan sehingga pertanian itu sangat produktif secara terus rnenerus, rnerupakan habitat tenaga kerja yang baik untuk jurnlah
yang
besar dan
rnerupakan
suatu
usaha yang
rnenguntungkan. Sehubungan dengan ha1 itu, dalam perencanaan pengelolaan lahan kering dapat dilakukan rnelalui beberapa tahap yaitu: (1) rnengevaluasi kesesuaian penggunaan lahan, (2) rnelakukan prediksi
erosi, (3) rnelakuka~ianalisis ekonorni, dan (4) rnernpertirnbangkan aspek sosial. Pada tahapan berikutnya dapat dirurnuskan arahan pengelolaan surnberdaya lahan bemawasan lingkungan yang diharapkan rnarnpu rnenjaga kualitas surnberdaya lahan secara lestari. Upaya pengc:lolaan surnberdaya lahan pada suatu kawasan yang dilakukan secara terpisah oleh masing-masing sektor, tanpa landasan pendekatan interdisiplin atau integrasi, seringkali rnenyebabkan bentrokan kepentingan antara satu sektor dengan sektor lainnya. Misalnya antara sektor pertanian dmgan sektor industri. Pengelolaan surnberdaya lahan rnencakup rnasalah eksploitasi atau pernanfaatan lahan dapat diirnbangi dengan tindakan konservasi sumberdaya lahan, sehingga rnanfaat rnaksirnal dari surnberdaya lahan dapat diperoleh secara terns-menerus. Disarnping itu pertirnbangan ekonornis dan ekologis harus berirnbang. Karena pengelola~n harus rnengusahakan tercapainya kesejahteraan rnasyarakat dengar~rnernpertahankan kelestarian surnberdaya lahan dan
lingkungan (Soeriaiegara, I., 1978). Hal senada dikemukakan oleh Iiaeruman
(1980)
bahwa
pengelolaan
lahan
bertujuan
untuk
lnemantapkan dan melestarikan produktifitas serta mempertahankan lteanekaragaman alami rnasyarakat biotik dalam batas daya dukung lingkungan, standar gizi dan pengawetan tanah dan air. Daerah aliran sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai watu hamparan wilayah atau kawasan yang dibatasi oleh pembatas lopografi (punggun!~ bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, :;edimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak - anak sungai dan keluar pada s u ~ t utitik (outlet). DAS dapat terdiri dari beberapa SubIIAS yang selanjutnya dapat terbagi lagi atas beberapa sub - sub - DAS. Dalam pengelolaan DAS ada 6 ha1 yang harus dilakukan yaitu : (1) ~nengkajikemamp~~an lahan di wilayah DAS melalui studi klasifikasi ltemampuan
lahai,
(2)
menggunakan
tanah
sesuai
dengan
ltemampuannya dan melindungi tanah dari kerusakan yang diakibatkan oleh aktivitas yang merusak, (3) mengurangi bahaya banjir dan sedimentasi, (4) rneningkatkan dan mempertahankan kesuburan tanah, 15) meningkatkan lproduktivitas tanah, (6) memperbaiki kesejahteraan lnanusia di dalam D,4S (Sinukaban, 1995). Pengelolaan sumberdaya lahan yang merupakan bagian dari suatu claerah aliran sungai (sub
-
DAS) dapat dilakukan dengan baik melalui
penggunaan tanah 'Jan air secara rasional. Untuk mendapatkan manfaat yang optimal dan estari dengan menekan bahaya kerusakan sampai sekecil-kecilnya.
klenurut Sinukaban (1995), pengelolaan suatu sub
-
IIAS akan mempengaruhi produktivitas dan fungsi DAS secara Iteseluruhan. Oleh karena itu pengelolaan tanah dan air pada suatu lahan (sub
-
DAS) harus, mampu menjamin produktivitas lahan yang tinggi
dengan menekan erosi dan sedimen serendah mungkin dan fungsi liidrologi yang baik, serta dapat membina DAS secara keseluruhan dan lahan (sub - DAS) khususnya yang lentur terhadap goncangan perubahan yang terjadi (resilient), selain tetap menjamin terlaksananya faktor-faktor pemerataan (equitbr) pada petani. Wilayah DAS sebagai suatu unit
~~engelolaan sumbe~dayalahan terdiri dari sumberdaya yang dapat pulih gaitu vegetasi, tanah dan air. Komponen-kornponen tersebut berinteraksi :,ah sama lainnya can secara alami telah terpadu dan membentuk suatu crkosistem. Di d a l ~ ~ m suatu wilayah DAS (lahan) terdapat berbagai k.egiatan dan beberapa instansi atau sektor dengan kepentingan yang t~erbeda-beda.Seh~bungandengan ha1 itu, maka pengelolan lahan harus clilaksanakan secarrl terpadu, dimana pengelolaanya harus dilaksanakan atas dasar keseirnbangan dan keserasian pembangunan antar program, sektor dan bidang :;ehingga fungsi pengaturan tata air dan perlindungan kesuburan tanah maupun fungsi produksi dapat berjalan dengan serasi. Lahan memFlunyai pengertian yang lebih luas dari pada tanah. 1.ahan sendiri terdiri dari lingkungan fisik yang meliputi iklim, relief, tanah, hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut adalah akibat kegiatan-kegiatan rnanusia di masa lalu maupun sekarang, seperti rekalamasi daerah pantai, pembukaan hutan dan juga yang berakibat rnerugikan seperti akumulasi garam. Adapun tanah didefinisikan sebagai permukaan bumi )fang terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara yang tersusun oleh horizon - horizon tanah, dan rnerupakan media t~mbuhbagi tanaman (FAO, 1976). Mengingat fungsi lshan yang demikian penting, maka dalam pengelolaannya harus tliciptakan hubungan yang saling menguntungkan antara manusia dan lahan, sehingga lahan dapat dimanfaatkan secara optimal dan lestari. Agar tercipta hubur~gantersebut harus dilakukan berbagai upaya agar penggunaan lahan sesuai dengan kemampuannya, karena lahan rnempunyai batas kemampuan untuk mendukung berbagai kegiatan diatasnya (Hardjowigeno, 1994). Pengelolaan lahan yang
optimal sangat
diperlukan untuk
lnempertahankan produktivitas lahan, karena kernampuan lahan untuk lnendukung pertuml~uhantanaman atau menghasilkan barang atau jasa lersebut dapat menurun akibat kerusakan tanah oleh satu atau lebih proses berikut (Riql~ier,1977 dalam Arsyad, 1989) (1) kehilangan unsur hara dan bahan orlganik dari daerah perakaran; (2) proses salinisasi di
daerah perakaran; :3) terkumpulnya unsur atau senyawa yang merupakan racun bagi tanaman; (4) penjenuhan tanah oleh air (water logging); dan
(5) erosi. Menurut Sitcrus (1991), pengelolaan lahan dapat diartikan sebagai segala tindakan atau perlakuan yang dikiikan pada sebidang lahan untuk menjaga atau mempertinggi produktivitas lahan. Sistem pengelolaan lahan mencakup ernpat aspek yaitu : (1) perencanaan penggunaan lahan sesuai dengan ken~ampuannya,(2) tindakan-tindakan khusus konservasi tanah dan air, (3) rienyiapkan tanah dalam keadaan olah yang baik, dan (4) menyediakan uisur hara yang cukup dan seimbang bagi tumbuhan. Dinyatakan lebih jauh bahwa pada prinsipnya pengelolaan lahan mempunyai dua tujuan yaitu tujuan fisik dan tujuan ekonomi. Tujuan fisik adalah tujuan yarlg dapat diukur dalam satuan-satuan fisik seperti produksi per hektar dan jumlah hasil yang diperoleh. Tujuan ekonomi dinyatakan dalam terminologi ekonomi seperti pendapatan bersih maksimum dan lairl-lain. Adiningsih (1996), menambahkan bahwa aspek teknologi dalam pengelolaan lahan mencakup teknologi konservasi tanah dan air (termasuk ketersediaan teknologi dan tingkat adopsi teknologi) serta teknologi pemantauan kegiatan pengelolaan lahan (meliputi pengendalian atau pengawasan terhadap perubahan penggunaan lahan). Lebih jauh Manwan et a/. (1998), menyatakan bahwa dalam pengelolaan lahan suatu kawacian seharusnya dibuat sesuai dengan kendala dan peluang kerangka kerja konseptual dan sistematis dibutuhkan untuk identifikasi masalat~dalam perencanaan. Perspektif analisis atas dasar karakteristik utama yaitu agroklimat dan sifat tanah dapat digunakan untuk keperluan tersebut.
Pertimbangan dari berbagai faktor sosial dan
ekonomi akan menjadi kunci dalam pengelolaan lahan di suatu kawasan. Dalam pengelolaan lahan pada suatu kawasan harus mempertimbangkan masalah yang berhubungan dengan keuntungan pengelolaan lahan yang lestari atau berke;inambungan (Afandi, 1986). Kesinambungan tidak hanya dilihat dari a:;pek produktivitas dan keuntungan ekonomi saja tetapi juga aspek lingkun!jal~(Gliessman, 1990). Oleh karena itapembangunan
pertanian di DAS t~agianhulu memiliki implikasi bentuk pertanian yang lberkesinambungan yang berdasarkan pada kelestarian sumberdaya alam (Lal, et ab, 1990). Pengelolaan lahan yang berkesinambungan memilki beberapa !syarat, seperti (1:1 kualitas sumberdaya lahan tidak menurun, (2) ,:erjaminnya sumberdaya air, (3) terdapat keterpaduan antara antara .;istern biologi dan sistem dalam pengelolaan lahan, (4) secara ekonomi nenguntunkan dan (5) terjaminnya pemenuhan masyarakat (Benbrook, 1990). Pengelolaar lahan yang berkesinambungan tidak terlepas dari lsyarat ini, sehingga tidak akan menyebabkan terjadinya penurunan ~produktivitastanah dan penurunan kualitas lingkungan akibat erosi yang 1:inggi.
2.2.
Erosi dan Sedimentasi
Tanah merulbakan sumberdaya alam yang sangat penting bagi ltehidupan manusia, karena bagian terbesar dari keperluan manusia 1;erkandung di dalaninya. Tanah diperlukan oleh manusia untuk a) tempat atau ruang singgah dan hidup, b) berwwk tanam, beternak, rnemelihara ikan dan lain-lain.
Penggunaan
tanah
ditentukan
oleh
beberapa
Ikeadaan seperti jttnis tanah dan kesuburannya, keadaan lapangan. 1:opografi dan ketinggian, aksesibilitas, c) kemampuan atau kesesuaian lahan dan tekanan penduduk (dimensi sosial). Penyebab ~ t a m a terjadinya lahan kritis adalah erosi yang nelampaui ambang batas ( 1
-
15 ton per ha setahun )
karena
pengelolaan lahan selama ini tanpa kaidah - kaidah konselvasi. Sukmana (1996) melaporkan bahwa budidaya tanaman pangan semusim tanpa disertai konservasi ~nenyebabkanterjadinya erosi dengan kisaran 46 - 361 ton per ha setahun. ~ sumberdaya yang harus dikembangkan Lahan k e r i n ~merupakan ~ntukmemenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk Indonesia terutama di pedesaan yang jumlahnya terus
meningkat dengan laju yang cukup tinggi. Luas lahan kering yang dapat dikembangkan untl~k tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan sekitar 23,3 juta ha (BPS, 1993). Namun demikian sebagian besar kawasan lahan kering mempunyai kondisi yang kurang menguntungkan untuk usahatani yai tu 7,5 juta ha diantaranya adalah potensial kritis, 6 juta ha semi kritis, darl 4,9 juta ha kritis (Direktorat Bina Rehabilitasi dan Pengembangan Latlan, 1993). Erosi tanah merupakan peristiwa hilangnya tanah oleh proses alami, dimana peristiwa ini pada prinsipnya terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah pelepasan partikel akibat pukulan butir hujan dan tahap kedua adalah pengiakutan butir-butir yang terpecah oleh aliran permukaan ke tempat yang lebii rendah (El-Swaify, Arsyad dan Krishnarajah, 1982). Jumlah bahian tererosi yang terangkut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor yang dapat mempengaruhi pengangkutan tanah
yang hilang ini anlara lain, hujan (baik jumlah maupun intensitasnya),, kemiringan lahan, vegetasi penutup lahan, dan tindakan manusia. Besarnya kehilangan tanah sangat dipengaruhi oleh bagaimana keadaan dari faktor-faktor tepsebut(Morgan, 1986). Lapisan perrnukaan tanah (top soil) yang merupakan bunga tanah dan salah satu bagan dari sumberdaya lahan yang penting terutama bagi sektor penggunaarl lahan untuk pertanian dan kehutanan khususnya, serta kelestarian lingkungan secara umum.
Keberadaan lapisan &s
(tebal dan kualitasnya) menjadi penting karena dapat menentukan produktivitas dan tingkat kesuburan lahan, namun sebaliknya lapisan permukaan ini sangat peka terhadap pengikisan oleh aliran permukaan (run-off) yang dapat menimbulkan bahaya erosi dan sedimentasi terutama pada lahan bertopografi miring dengan curah hujan yang tinggi. Erosi dan sedimentasi ini akan terus
- menerus terbawa aliran air,
sehingga pada
gilirannya dapat mr?ncemariair sungai serta menyebabkan pendangkalan sungai maupun waduk.
Disamping itu proses pembentukan lapisan
permukaan tanah ini berlangsung sangat lama.
Di Indonesia pada
daerah-daerah yarlg masa tumbuhnya lebih dari 270 hari, kecepatan
pembentukan tanah dapat mencapai lebih dari 2 mm per tahun (Shah, 1982). label 1. Pengaruh Suhu Udara dan Curah Hujan Terhadap Kecepatan Pembentultan Tanah
-
Masa tumbuh - (hari) < 75 75 - 179 180 - 269 - > 270 Keterangan :
Suhu udara Panas Sedang Dingin (3"- 18°C) (-3' 10°C) (>I 8°C) 0.50 0.50 0.25 .-I,00 0,50 0,25 1,50 0,75 0,50 2,OO 1,OO 030 Sl~mberShah (1982). Masa tumbuh adalah jumlah hari dalam satu tahun yrlng curah hujannya sama atau lebih besar dari setengah evapotranpirasi.
-
-
Hasil penelit an ini sejalan dengan pengamatan Hardjowigeno (1987) di pulau Rakasa (anak gunung Karakatau) yang menunjukkan bahwa dalam masa 100 tahun (1883
-
1983) dari vulkanik hasil letusan
gunung Krakatau tahun 1883 (bahan vulkanik vitrik), telah terbentuk tanah atas setebal 25 cm atau rata-rata setebal2,5 mm per tahun. Berdasarkan l~asilpenelitian tersebut, ditetapkan besarnya nilai T (batas toleransi erosi) ~naksimumuntuk tiinah-tanah di Indonesia adalah 2,s mm per tahun. IJamun bagi tanah-tanah yang kedalamannya dangkal, maka nilai'T tersebut harus lebih kecil dari 2,5 rnm per tahun. Dregne (1992) menyebutkan bahwa pulau Jawa adalah wilayah ljengan tingkat erosi tertinggi di Asia akibat dari pola penggunaan lahan fang tidak mengindahkan konservasi tanah. Lebih dari 80% lahan pertanian mengalarii erosi hebat. Kehilangan tanah dari lahan pertanian diperkirakan mencapai 50 mm per tahun yang menyebabkan hampir 4% dari hasil pertanian total untuk seluruh Jawa hilang setiap tahunnya akibat erosi. Dalam ha1 ir~iintervensi manusia melalui perubahan penggunaan lahan berhubungan langsung dengan laju erosi yang terjadi. Pada lahan yang tanahnya tel~rhmengalami degradasi hebat dleh erosi akan sulit diolah, karena taqahnya relatif keras, bergumpal dan kemampuan
menyerap air berkurang, disamping tingkat kesuburannya yang menurun, sehingga tanah tersebut tidak sesuai lagi untuk budidaya (Ruslan, 1989). Dwiatmo (1985) mengemukakan bahwa untuk mengetahui besarnya laju erosi dapat diukur dengan bermacam-macarn cam seperti: (a) dengan mepergl~nakanplot kecil; (b) analisa kandungan sedimen dari air yang mengalir; (c) mengukur jumlah sedimen yang terkumpul di dalam waduk, dan (d) memperkirakan dengan rumus The Universal Soil Los Equation (USLE). Cara melakukan pengukuran muatan dasar sampai pada sungai
-
surgai kecil dilakukan dengan memasang "Trap" pada
dasar sungai, sedang pada sungai besar digunakan 'bed load sampler yang berupa kantong perangkap sedimen.
2.3. Teknik Pemiantauan Sumberdaya Lahan, Tanah dan Air Mengetahui dampak suatu cara penggunaan lahan terhadap lingkungan adalah penting untuk menghindari tejadinya kerusakan lahan, terutama yang disel~abkanoleh erosi dan sedimentasi (Rachman, A,. et al. 1998). Teknik pemantauan sumberdaya lahan, tanah dan air diperlukan agar kebijaksanaan penggunaan lahan tidak menimbulkan degradasi dan lahan dapat dipergunakan secara produktif dan lestari. Metode prediksi erosi dan sedimctntasi dari sebidang lahan (sub
-
DAS) dapat
dipergunakan u n t ~ kmemantau dampak dari suatu eksploitasi afau pengelolaan lahan terhadap kelestarian sumberdaya lahan terutama pengawetan tanah dan air.
Selanjutnya prediksi erosi digunakan pula
sebagai alat bantl~untuk mengambil keputusan dalam perencanaan pengelolaan lahan serta tindakan konse~asiatau pengawetan tanah dan air. Pengelolaan sumberdaya lahan bagi peruntukan pertanian maupun non-pertanian teruiama pada tanah-tanah yang berlereng hampir tidak mungkin menekan laju erosi dan sedimentasi menjadi no1 (Arsyad, 2000). Namun demikian untuk menjaga kualitas lahan perlu ditetapkan laju erosi dan sedimentasi yang masih dapat dibiarkan atau ditoleransikan pada suatu kawasan (sub
-
DAS). Melalui pemantauan laju erosi dan
sedimentasi diharapkan laju degradasi sumberdaya lahan dapat ditekan seminimal mungkin secara dini. Teknik pemantauan sumberdaya lahan dapat dilakukan dengan penggunaan model prediksi erosi dengan persamaan RUSLI: (Revised Universal Soil Loss Equation), karena teknik ini mudah diopera:sikan dan dapat dimodifikasikan sesuai kebutuhan serta memungkinkan semua komponen penyebab erosi diungkapkan (Wilwx et al., 1990). 2.4.
Upaya Pelestarian Sumberdaya Lahan Menurut N1c Keeney (1998) isu terpenting dalam pertanian
berkelanjutan adalah konservasi tanah dan kualitas tanah. Kualitas tanah didefenisikan sebagai kapasitas tanah dari jenis tanah tertentu. Untuk berfungsi didalan~ ekosistem alami atau ekosistem buatan guna menopang produklivitas tanaman dan hewan, memelihara kualitas udara dan air, serta n~enyokong kesehatan manusia maupun habitatnya. Konservasi tanah sebagai upaya pelestarian sumberdaya lahan dapat dilihat dari 2 s u d ~ ~pandang t yaitu on-site dan off-site effects. On-site effect dari erosi lanah dititik beratkan pada pengaruh erosi terhadap penurunan produktivitas tanah
yang
utamanya disebabkan oleh
kehilangan tanah, sehingga akan merubah kedalaman top soil maupun kandungan bahan organik. Sedang off-site effect dari erosi tanah di/titik beratkan pada perdugaan besarnya jumlah sedimen yang secara aktual memasuki kawasali waduk sebagai akibat adanya erosi. Jumlah sedimen ini pada kawasan pertanian bukan merupakan erosi total. Pendugaan erosi total tanah secara aktual yang memasuki waduk atau sungai hams dikalikan dengan ratio pemindahan sedimen. Ratio ini merupakan fungsi dari kemiringan lahan , pola drainase, vegetasi, intensitas hujan, lamanya kejadian angin dan tingkat penyaluran air. Dengan demikian on-site effect dari erosi tanah dapat digunakan sebagai tujuan praktis untuk menduga secara kuantitatif perubahan suatu kondisi lahan akibat adanya erosi dan sedimentasi, sedangkan off-site effect dari erosi tanah tidak dapat digunakan untuk tujuan teknis (Hufschmidt, 1983).
Beberapa tcknik konservasi yang telah dikenal sepeti pernberian mulsa, budidaya l~zvong(alley cropping), teras gulud dan teras bangku terbukti dapat rnengendalikan laju erosi. Penerapan teknik konservasi tanah dan air ini dapat dilakukan dengan cara rnengkombinasikannya pada suatu lahan secara efektif. Secara umum menurut Arsyad (1991) usaha konse~asitanah dan air bertujuan untuk rnenekan laju erosi sarnpai arnbang batas yang ditoleransikan. Usaha konservasi ini dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu metode vegetatif dan metode mekanik. Akan tetapi masih ada rnetode lain yang belurn luas penggunaannya, y,aitu metode kirniawi. Metode ini rnenggunakan bahan kimia yang dikenal sebagai soil conditioner. Bahan kirnia ini berfungsi untuk rnemantapkan struktur tanah sehingga lebih tahan terhadap pukulan energi kinetik air hujan. Disarnping rnernperbaiki struktur tanah, soil conditioner juga rr~emperbaikisifat kimia tanah seperti kapasitas tukar kation. Metode vecletatif merupakan usaha pengendalian erosi tanah dengan rnenggunakan tanarnan atau sisa tanaman. Metode ini dapat mengurangi energi pukulan butir hujan yang sampai ke perrnukan tanah, mengurangi kecepatan dan daya rusak aliran permukaan serta rnernperbesar kap,asitas infiltrasi tanah. Beberapa contoh rnetode ini adalah pergiliran tanaman, agroforestry, penanaman rurnput penguat teras ,dan penggunaan sisa tanarnan sebagai mulsa atau pupuk hijau.
'
Metode rnekanik merupakan kegiatan pengendalian erosi tanah dengan
menggunakan
bangunan
pengendali
erosi.
Tindakan
pengendalian erosi yang terrnasuk dalarn metode ini adalah pengolahan tanah menurut kontur, pernbuatan guludan, teras bangku dan lain-lain. Efektivitas usaha konservasi tanah yang digunakan pada suatu kawasan sangat te~gantungkepada kualitas dari metode yang digunakan. Disarnping itu upaya konse~asidalam pengelolaan lahan harus terkait dengan aspek lain ,jeperti sosial budaya masyarakat sekitarnya dan tidak berdiri sendiri (Hudzion, 1988).
2.5.
Keberadaan Hutan Sumberdayit alam dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu :
1) sumberdaya alz~rnyang dapat diperbaharui (renewable resources) dan (2) sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui atau dapat habis (non-
renewable resou~ces). Sumberdaya alam yang dapat diperbaharui misalnya hutan, air, lingkungan hidup dan lain-lain.
Sedangkan
sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui misalnya minyak bumi, gas dan mineral lainnya. Surnberdaya alam yang dapat diperbaharui dapat dibagi menjadi ~ U Zkelompok I yaitu yang dapat diperbaharui dalam jangka waktu yang lama dan dapat diperbaharui dalam waktu singkat. Hutan yang merupakan "catchment area" termasuk sumberdaya yang dapat diperbaharui dalam waktu yang cukup lama. Hutan merupakan tempat penyimpanan air untuk sungai - sungai yang ada di sekitamya. Begitu pula top soil tanah yanq rentan terhadap erosi, rnerupakan sumberdaya alam yang lambat pulih, karena untuk daerah tropis seperti lahan di Indonesia laju pembentukannya rata-rata hanya setebal 1,2 mm per tahun. Manan (1935) rnengemukakan bahwa pengaruh hutan dapat dirasakan oleh manusia secara nyata, misalnya adanya peristiwa banjir , kekeringan, erosi ~ l a nsedimentasi sampai lenyapnya suatu kebudayaan bangsa. Vegetasi hutan sangat berpengaruh terhadap (a) peristiwa intersepsi tajuk hu:an terhadap curah hujan melalui aliran batang (stemp flow), air tembus lthrough flow) dan curah hujan netto yang sampai ke atas tanah di bawiah hutan; (b) fluktuasi debit aliran sungai (stream flow) pada musim hujar~dan musirn kemarau ;(c) sifat fisik dan kimia tanah melalui produksi serasah dan humus di bawah tegakan hutan, infiltrasi, perkolasi dan alairan di bawah permukaan tanah serta penyimpanan air dan pengisian air bumi (ground water) yang pada akhimya sebagai sumber mata air yimg mengalir ke sungai; (d) berbagai sistem silvikuffur , misalnya sistem tcbang pilih atau tebang habis dan penjarangan akan memberikan pengaruh yang berlainan terhadap produksi sedimentasi dan debit air sungai.
Hal ini disebabkan karena adanya peristiwa
evapotranspirasi dari berbagai jenis pohon.
6
Peranan Mar~usia Lahan
merupakan
sumberdaya
alam
yang
mempunyai
keterbatasan baik jumlah maupun daya dukungnya. Oleh karena itu dalam ynggunaan lahan diperlukan suatu perencanaan yang menjamin Icebutuhan manusia Tujuan dari perencanaan penggunaan lahan adalah ~nemilihalternatif penggunaan lahan terbaik bagi peruntukan pertanian lnaupun non pertanisn secara efisien dan bersifat lestari. Sistem erosi dan sedimentasi dari suatu lahan dalam DAS erat sekali hubungannyi3 dengan sistem hidrologi terutama dengan aliran oermukaan yang terjadi
. Dalam sistem erosi dan sedimentasi ini yang
lnemegang peran penting adalah curah hujan, tanah, lereng, vegetasi dan ltegiatan manusia (Sirnoen, 1985). Selanjutnya Arsyad (1985) menyatakan I~ahwa pengaruh faktor manusia terhadap erosi tergantung pada I~agaimana manu:;ia
akan
memperlakukan dan
mempergunakan
ianahnya, yang tepgantung pula pada tingkat penguasaan teknologi, iingkat pendapatart, hubungan antar in-put dan out-put pertanian, pendidikan, penyuluhan, pemilikan tanah dan penguasaan tanah. Senada ~denganha1 itu Fiebieger (1994) mengungkapkan bahwa komponen utama (dad lahan yang morupakan bagian dari DAS meliputi faktor biotik dan sbiotik , seperti manusia, hewan (livestock), vegetasi, tanah dan air. Manusia memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi kualitas suatu lahan. Korrponen-komponen tersebut saling berinteraksi dan berkaitan satu dengan lainnya. Oleh karena itu pengelolaan lahan pada suatu DAS seharusnya dilakukan secara terpadu melalui pendekatan ~nterdisipliner. Upaya tersebut mencakup pengendalian erosi, aspek keteknikan, aspek pertanian, pendekatan manfaat ekonomi, perlindungan lingkungan dan aspsk sosial masyarakat di sekitarnya . Sistem
peigelolaan
sumberdaya
lahan
pada
umumnya
berkembang tanpa memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini disebabkan karena keterbatasen modal dan teknologi. Erosi dan sedimentasi yang terjadi menjadi pepnyebab terjadinya penurunan kualitas lingkungan dan produktivitas lahan. Penurunan produktivitas yang terjadi harus diimbangi
dengan aktivitas perlindungan terhadap sumberdaya lahan, sehingga kernarnpuan lahan untuk rnendukung kehidupan tetap tinggi. Penggunaan sumberdaya lahan yang dilakukan rnanusia pada dasarnya adalah kc!giatan untuk rnendapatkan pendapatan bersih dengan biaya yang paling rendah. Usaha rnenurunkan biaya produksi dapat juga berarti rneniadakar upaya konservasi tanah yang rnernbutuhkan biaya cukup besar , sedang keuntungan dari penggunaan teknologi ini tidak dapat langsung dirasakan. Selain faktor biaya, pernanfaatan lahan berlereng tanpa kcnservasi rnerupakan penggunaan lahan diluar batas kernarnpuannya dan dapat rnenyebabkan produktivitas tanah berkurang dan biaya pengelols~anrnenjadi lebih besar (Cook,1988). Usahatani kclnservasi sebagai salah satu bentuk pengelolaan lahan bertujuan rnenemps~tkantanah pada pola penggunaan lahan yang optimal, sehingga produktivitas lahan tetap tinggi dan pengrusakan lingkungan dapat ditekan. Peiggunaan teknologi konservasi dalarn usahatani di daerah berlereng sangat diperlukan. Narnun adopsi teknologi konservasi ini dapat dilakukari petani bila (1) ada keuntungan segera, (2) resiko kegagalan ditanggung atau diganti asuransi, (3) jika perubahan yang diintroduksikan sesuai dengan pola fikir dan kehidupan petani (Osgood, 1991).