II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pasar Modal Pasar Modal atau bursa saham di Indonesia pertama kali dimulai oleh
pemerintah Belanda pada awal tahun 1900, ketika Indonesia masih dijajah oleh Belanda (Manurung 2005 dalam Sulistyorini 2009). Pasar modal dapat dikatakan sebagai pasar abstrak dimana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi karena pasar modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan-perusahaan (Widoatmodjo 2005). Dalam Bab I pasal I Undang-Undang Pasar Modal No 8 tahun 1995 tentang Ketentuan Umum mendefinisikan bursa umum dan efek, bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek. Bursa
efek
utama
adalah
suatu
institusi
yang
terpusat
yang
mempertemukan kekuatan permintaan dan penawaran atas efek. Proses transaksi jual beli diatur secara rapi dengan menggunakan peraturan sistematis yang dikeluarkan oleh pengelolanya. Setiap instrumen efek yang akan diperdagangkan di bursa harus memenuhi kebijakan pencatatan (listing policy) yang dikeluarkan oleh pengelolanya. Pada bursa efek utama, sistem perdagangan menggunakan 9
pasar lelang melalui sistem pemesanan. Harga ditentukan berdasarkan arus dari pesanan jual dan beli. Bila arus pesanan jual sangat kuat maka harga akan mengalami penurunan, sedangkan bila arus pesanan beli sangat kuat maka harga akan mengalami kenaikan (Witjaksono 2010). Tujuan pasar modal di Indonesia mengarah pada usaha pemerataan pendapatan masyarakat serta menggairahkan partisipasi masyarakat dalam membiayai pembangunan. Menurut Keputusan Presiden No. 52 tahun 1976 menimbang bahwa untuk efisiensi dan efektifitasnya usaha pemerintah di bidang pasar modal, baik kegiatan maupun tujuannya, perlu membentuk suatu badan yang mengendalikan dan melaksanakan pasar modal, maka dibentuklah Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yang tugas badan ini adalah (1) Mengadakan penilaian terhadap perusahaan-perusahaan yang akan menjual sahamnya melalui pasar modal, apakah perusahaan tersebut telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, sehat serta baik atau tidak; (2) Menyelenggarakan bursa efek secara efektif dan efisien; (3) Mengikuti perkembangan perusahaan-perusahaan yang menjual saham-sahamnya melalui pasar modal. Beberapa manfaat dari keberadaan pasar modal (Darmadji 2001) : 1.
Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
2.
Memberi wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan untuk diversifikasi.
3.
Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara.
4.
Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.
5.
Menciptakan lapangan kerja atau profesi yang menarik. 10
6.
Penyebaran kepemilikan, keterbukaan, profesionalisme, dan menciptakan iklim berusaha yang kuat.
7.
Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek.
8.
Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi.
9.
Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha serta memberikan akses kontrol sosial.
10. Sumber pembiayaan dana jangka panjang bagi emiten. Adapun peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara adalah sebagai berikut (Ang 1997) : 1) Fungsi Investasi Uang yang disimpan di bank tentu akan mengalami penyusutan. Nilai mata uang cenderung akan turun di masa yang akan datang karena adanya inflasi, perubahan kurs, pelemahan ekonomi. Apabila uang tersebut diinvestasikan di pasar modal, investor selain dapat melindungi nilai investasinya, karena uang yang diinvestasikan di pasar modal cenderung tidak mengalami penyusutan karena aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh emiten. 2) Fungsi Kekayaan Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan itu tidak mengalami depresiasi seperti aktiva lain. Semakin tua nilai aktiva seperti, 11
mobil, gedung, kapal laut, maka nilai penyusutannya akan semakin besar pula. Akan tetapi obligasi saham deposito dan instrumen surat berharga lainnya tidak akan mengalami depresiasi. Surat berharga mewakili kekuatan beli pada masa yang akan datang. 3) Fungsi Likuiditas Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan risiko yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dapat dilakukan dengan cepat dan murah. Walaupun nilai likuiditasnya lebih rendah daripada uang, tetapi uang memiliki kemampuan menyimpan kekayaan yang lebih rendah daripada surat berharga. Ini terjadi karena nilai uang mudah terganggu oleh inflasi dari waktu ke waktu. 4) Fungsi Pinjaman Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat. Pemerintah lebih mendorong pertumbuhan pasar modal untuk mendapatkan dana yang lebih mudah dan murah. Hal ini terjadi karena pinjaman dari bank komersil pada umumnya mempunyai tingkat bunga yang tinggi. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang menjual obligasi pada pasar uang dapat memperoleh dana dengan biaya bunga yang lebih rendah daripada bunga bank. Pembentukan pasar modal merupakan suatu usaha kearah penghimpunan dana masyarakat untuk pembangunan sekaligus meningkatkan sumber-sumber tabungan masyarakat yang artinya dapat menambah sumber penghasilan secara 12
nyata. Menghimpun dana melalui penjualan saham kepada mayarakat adalah langkah yang baik di dalam pembangunan ekonomi Indonesia. 2.2
Investasi
2.2.1 Pengertian Investasi Investasi merupakan salah satu faktor yang menentukan laju pertumbuhan ekonomi. Menurut Kawengian (2002), investasi adalah mobilisasi sumberdaya untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa yang akan datang. Tujuan utama investasi ada dua, yaitu mengganti bagian dari penyediaan modal yang rusak dan tambahan penyediaan modal yang ada. Investasi dapat diartikan juga sebagai suatu kegiatan menanam modal, baik dalam bentuk uang maupun benda pada suatu objek dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan selama satu periode (Husnan & Suwarsono 2000). Dalam melakukan kegiatan investasi selalu terdapat unsur ketidakpastian (uncertainty) atau risiko. Pemodal tidak dapat mengestimasi secara pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang dilakukan. Kebutuhan berinvestasi setiap orang tidak selalu sama, beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan sebelum melakukan investasi (Kosasih 2007), antara lain: tujuan mengadakan investasi, kemampuan keuangan, jangka waktu investasi, penanggulangan investasi yang timbul akibat berinvestasi, alternatif investasi yang tersedia, informasi yang tersedia bagi alternatif investasi tersebut, dan penentuan investasi yang sesuai. Agar investasi tercapai dengan baik maka tujuan investasi harus realistis dengan membuat rencana investasi sesuai kebijaksanaan di atas. Hal ini untuk menghindari penipuan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, 13
para investor perlu mengedepankan rasionalitas serta memahami risiko-risiko yang dihadapi dalam berinvestasi. 2.2.2 Jenis-Jenis Instrumen Investasi Investasi dapat dibagi ke dalam tiga bagian (Pranowo dalam Kosasih 2007), yaitu investasi pada sektor riil (real investment), investasi komoditas (commodity investment), dan investasi keuangan (financial investment). Investasi pada sektor riil merupakan investasi yang diwujudkan dalam bentuk pendirian pabrik, perkebunan, pertambangan, dan lain sebagainya. Sedangkan investasi komoditas adalah investasi yang objek investasinya berupa komoditas (barang atau produk), jenis investasi ini sering disebut perdagangan berjangka (commodity future trading). Investasi keuangan terdiri atas investasi pada pasar modal dan pasar uang. Investasi keuangan yang objek investasinya adalah uang, seperti valuta asing, surat-surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah melalui perbankan (Commercial paper, Sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang, Promissory Notes, Bankers Acceptance, Call Money, dan lain sebagainya) merupakan jenis investasi yang sering disebut investasi pada pasar uang (money market). Sedangkan yang termasuk ke dalam kriteria pasar modal adalah saham, obligasi, waran, opsi, dan surat berharga lain. 2.2.3
Risiko dan Return Investasi Menurut Sartono (2001), risiko adalah keuntungan bahwa keuntungan
sebenarnya dari pemilikan suatu aktiva akan menyimpang dari keuntungan yang diharapkan. Penyimpangan ini diukur dengan varians keuntungan atau standar penyimpangannya, semakin besar tingkat penyebarannya maka investasi tersebut 14
semakin berisiko. Ada tiga risiko investasi yang ditakuti oleh para investor, yakni: (1) turunnya nilai investasi, (2) sulitnya produk investasi tersebut dijual, dan (3) hasil investasi yang diberikan tidak sebesar kenaikan harga barang dan jasa. Namun dalam berinvestasi para investor harus siap menghadapi segala risiko yang ada. Sikap pemodal terhadap risiko dapat dikelompokkan menjadi tiga (Sartono 1997), yaitu: (1) risk averse, artinya pemodal akan lebih senang pada pilihan investasi dengan risiko yang lebih kecil pada tingkat pengembalian yang sama, (2) risk neutral, artinya pemodal bersikap netral terhadap risiko, pemodal akan meminta tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko, dan (3) risk seeker, artinya pemodal akan memilih risiko yang lebih tinggi walaupun dihadapkan dengan investasi yang tingkat keuntungannya sama dengan risiko yang lebih kecil. Return merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukan. Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain. Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Sedangkan capital gain yaitu kenaikan harga suatu surat berharga (saham atau surat utang jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan bagi investor. Penjumlahan yield dan capital gain disebut sebagai return total suatu investasi (Tandelilin 2001). 2.2.4
Investasi yang Berkelanjutan Pada umumnya para ekonom bersepakat bahwa tingkat investasi
berkorelasi positif dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Artinya, tingkat 15
investasi yang tinggi akan meningkatkan kapasitas produksi yang pada akhirnya berujung pada terbukanya lapangan kerja baru. Dengan begitu, tingkat pengangguran dapat direduksi dan pendapatan masyarakat meningkat. Adanya investasi juga memungkinkan terjadinya transfer teknologi dan pengetahuan dari negara maju ke negara berkembang. Dalam upaya meningkatkan kualitas pertumbuhan investasi, penanaman modal harus diarahkan pada sektor industri yang berkelanjutan dan tidak mengeksploitasi sumberdaya alam (SDA). Kegiatan mengeksploitasi SDA akan mengakibatkan langkanya suatu sumberdaya sehingga suatu proyek menjadi tidak berkelanjutan (sustainable). Investasi yang bersifat konsumtif seperti gedung dan mall serta pertambangan perlu dihindari karena tidak bersifat sustainable serta cenderung memacu pemborosan belanja masyarakat. 2.3
Metode Analisis
2.3.1 Model ARCH dan GARCH Selama ini metode peramalan dengan deret waktu (time series) yang paling banyak digunakan adalah Autoregressive (AR), Moving Average (MA), atau kombinasi keduanya ARMA ataupun ARIMA. Dengan metode tersebut diperoleh
hasil
peramalan
yang
ketelitiannya
tinggi
asalkan
asumsi
homoskedastisitas galat (error) terpenuhi. Namun, timbul persoalan ketika metode-metode tersebut diterapkan pada pasar komoditas yang fluktuasi harganya cenderung tidak stabil seperti halnya di pasar saham atau pasar valuta. Untuk kondisi seperti ini diperlukan pendekatan yang berbeda karena asumsi homoskedastisitas tak terpenuhi.
16
Salah satu pendekatan yang sangat populer untuk menganalisis kondisi seperti tersebut adalah denga model Autoregressive Conditional Heteroscedastic (ARCH). Sesuai dengan namanya, model ini dirancang untuk pemodelan dan peramalan ragam bersyarat. Dalam model ini, ragam peubah tak bebas merupakan fungsi dari nilai-nilai peubah tak bebas maupun peubah bebas sebelumnya. Model ini mula-mula diperkenalkan oleh Engle (1982) pada analisis volatilitas inflasi di Inggris (Sumaryanto 2009). Model-model ARCH merupakan model-model sederhana yang mampu menggambarkan suatu proses stochastic yang tidak stasioner secara lokal tetapi stasioner secara asymptotic. Hal ini menyatakan bahwa parameter-parameter yang mengontrol fungsi densitas probabilitas kondisional f(x) t pada waktu t ternyata berfluktuasi. Bagaimanapun juga, ketergantungan pada waktu lokal semacam itu tidak menghambat dimilikinya asymptotic P(x) dari suatu proses stochastic (Mantegna 2002). Pengembangan model ARCH secara mendasar dilakukan oleh Bollerslev (1986)
menjadi
Generalized
Autoregressive
Conditional
Heeroscedastic
(GARCH). Dengan menggunakan model GARCH, returns dari pasar saham menunjukkan rasional dan karena itu keseimbangan dari harga efisien (Schwaiger 1995 dalam Anton 2006). Model GARCH ini diindikasikan bahwa variansi kondisional ditentukan oleh informasi dari masa lalu, apa yang tampak untuk menyiratkan pasar yang tidak efisien pada pandangan pertama. 2.3.2
Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal merupakan analisis yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan mengetahui apa saja yang mempengaruhi perusahaan dari lingkungan luar seperti peluang dan ancaman. Lingkungan eksternal ini 17
mempengaruhi perusahaan diluar kendali perusahaan tersebut, sehingga perusahaan hanya dapat merespon dari adanya tindakan tersebut. Penerapan strategi yang dilakukan perusahaan yaitu untuk mengambil peluang yang ada dan mengatasi ancaman dari luar. Menurut David (2006) lingkungan eksternal perusahaan dibagi menjadi dua yaitu lingkungan umum dan lingkungan industri. a.
Lingkungan Umum Pada lingkungan umum ini ada empat hal yang mempengaruhi perusahaan yang dapat menghasilkan peluang dan ancaman. Empat hal yang mempengaruhi yaitu ekonomi, sosial dan budaya, politik dan teknologi. Lingkungan ini dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja dari perusahaan (Tabel 2).
Tabel 2. Hal yang dapat menghasilkan peluang dan ancaman bagi perusahaan Ekonomi Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan • Tingkat inflasi • Pertumbuhan penduduk • Pola konsumsi • Gaya hidup • Kurs mata uang • Sikap terhadap mutu produk • Pajak • Jumlah penduduk • Tren pertumbuhan ekonomi • Tingkat pendidikan masyarakat • Ketersediaan energi • Kepercayaan Politik, Pemerintahan, dan Hukum Teknologi • Situasi politik negara • Perkembangan teknologi dan informasi • Kebijakan politik luar negri • Kecenderungan perkembangan • Regulasi dan deregulasi teknologi yang unik dalam pemerintah industri • Peraturan pajak • Perkembangan teknologi dasar • Kebijakan subsidi • Peraturan tenaga kerja • Peraturan ekspor dan impor Sumber : David 2006
18
b.
Lingkungan Industri Analisis lingkungan industri merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui
posisi
perusahaan
terhadap
persaingan
dalam
industri.
Perusahaan dipengaruhi oleh lima kekuatan dalam persaingan untuk menghadapi situasi lingkungan industri. Menurut Porter dalam David (2006) sifat persaingan suatu industri dapat dilihat melalui lima kekuatan yaitu pendatang baru potensial, pemasok, pembeli, barang subtitusi dan persaingan dalam industri. 1. Ancaman Pendatang Baru Masuknya pendatang baru dalam industri juga dipengaruhi oleh hambatan masuk dalam industri. Jika hambatan masuk dalam industri tersebut rendah, maka pendatang baru mudah untuk masuk ke dalam industri dan sebaliknya. 2. Kekuatan Pemasok Pemasok dapat menaikkan harga bahan pasokan atau menurunkan mutu dari bahan pasokan ini sehingga kekuatan pemasok dapat mempengaruhi laba yang didapat. 3. Kekuatan Pembeli Pembeli dapat mempengaruhi industri dengan kekuatan tawar menawarnya berupa menginginkan harga yang rendah, mutu yang baik dan pelayanan yang memuaskan. 4. Ancaman Barang Subtitusi Ancaman yang dihasilkan terhadap produk subtitusi yaitu kemampuan harga yang lebih rendah, kegunaan yang lebih beragam dan inovasi produk 19
yang diterapkan sehingga dapat menurunkan laba perusahaan yang produknya kalah bersaing dengan barang subtitusinya. 5. Persaingan Industri Persaingan dalam industri dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam industri tersebut. Persaingan ini dapat berupa persaingan harga, promosi, peningkatan pelayanan serta jaminan purna jual produk. 2.3.3
Lingkungan Internal Lingkungan internal merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
bagian internal perusahaan. Menurut David (2006), lingkungan internal merupakan kekuatan dan kelemahan perusahaan pada area fungsional bisnis, termasuk manajemen, pemasaran, keuangan, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan dan sistem informasi manajemen. Tujuan dari analisis lingkungan internal yaitu untuk menilai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan. 2.3.4
Analisis SWOT Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) adalah alat
untuk mencocokkan yang penting yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi yaitu sebagai berikut (David 2009) : a. Strategi SO (Strength-Opportunity), yang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar perusahaan. b. Strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluangpeluang perusahaan.
20
c. Strategi ST (Strength-Threat), menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman eksternal. d. Strategi WT (Weakness-Threat), merupakan teknik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal. Analisis SWOT perlu dilakukan untuk dapat memaksimalkan keuntungan dan memanfaatkan peluang, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. 2.4
Penelitian Terdahulu Kosasih (2007) melakukan penelitian mengenai Peramalan Harga Saham
Dengan Model Time Series pada Emiten Saham Rokok Terpilih di PT Bursa Efek Jakarta. Kosasih menggunakan dua pendekatan dalam menduga ataupun mengkalkulasi tingkat fluktuasi harga saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknis. Analisis fundamental adalah studi tentang ekonomi, industri, dan kondisi perusahaan untuk memperhitungkan nilai dari saham perusahaan. Analisa fundamental menitikberatkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan perusahaan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasi secara akurat. Sedangkan analisis teknis adalah terminologi yang kompleks untuk metode yang paling dasar dalam investasi. Secara sederhana, analisis teknis adalah studi harga dengan menggunakan grafik sebagai alat utama. Selain itu, dalam penelitian Witjaksono (2010) yang berjudul Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG mengatakan bahwa ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi Indeks Saham, antara lain tingkat suku bunga domestik, kurs valuta asing, kondisi perekonomian internasional, siklus ekonomi suatu negara, tingkat inflasi, peraturan perpajakan, 21
jumlah uang yang beredar. Selama periode pengamatan antara tahun 2000-2009 terjadi fenomena dimana hubungan antar variabel makro ekonomi dengan pergerakan IHSG tidak sesuai dengan teori. Hal ini didukung oleh adanya kesenjangan dari hasil penelitian terdahulu. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda yang dilakukan dengan SPSS 16. Penelitian ini menggunakan data bulanan dari tahun 2000-2009 untuk tiap variabel penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG. Sementara variabel Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Dow Jones berpengaruh positif terhadap IHSG. Adapun penelitian yang lain adalah Anton (2006) yang tujuan dari penelitiannya untuk menguji secara empiris adanya fenomena time varying volatility terjadi dalam fluktuasi return saham dan volatilitas, menguji adanya asymmetric effect dalam return saham dan volatilitas, serta untuk mengestimasi secara empiris bahwa volume perdagangan berpengaruh pada return saham dan volatilitas return saham. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks harga saham penutupan harian (closing price) dan jumlah saham yang diperdagangkan dari indeks harga saham LQ45 periode 2003-2004. Untuk kepentingan itu dikembangkan basis model estimasi yaitu model GARCH dan model EGARCH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa return saham di Indonesia memiliki permasalahan time varying volatility, tetapi tidak terjadi leverage effect pada volatilitas return saham, serta return saham tidak dipengaruhi oleh volume perdagangan. Ternyata pasar modal Indonesia termasuk pasar bentuk lemah.
22