16
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka Definisi pembangunan masyarakat yang telah diterima secara luas adalah definisi yang telah ditetapkan oleh Peserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada tahun 1956 yang berbunyi Community Development (CD) atau pembangunan masyarakat adalah suatu proses. Baik ikhtiar masyarakat yang bersangkutan yang diambil berdasarkan prakarsa sendiri, maupun kegiatan pemerintah dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan berbagai komunitas, mengintegrasikan berbagai komunitas itu kedalam kehidupan
bangsa, dan
memampukan mereka untuk meberikan sumbangan sepenuhnya demi kemajuan bangsa
dan
negara,
berjalan
secara
terpadu
dalam
proses
terebut
(Ndraha, 1987 : 73). Pengembangan masyarakat fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama, mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuha tersebut. Pembangunan masyarakat sering kali di implementasikan dalam bentuk (a) proyek – proyek pembangunan kesejahteraan sosial yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukungan dalam memenuhi kebutuhannya atau melalui (b) kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan- kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak – pihak lain yang bertanggung jawab (Suharto, 2005 : 38 - 39).
Universitas Sumatera Utara
17
Pengembangan masyarakat di indonesia sering dipadankan dengan “pembangunan masyarakat desa” dengan mempertimbangkan desa dan keluhan pada tingkatan yang setara. Istilah “pengembangan masyarakat” (dalam arti luas) ataupun “pengembangan masyarakat” (dalam arti sempit) bila diterjemahkan ke dalam bahasa inggris seringkali digunakan dengan istilah yang sama yaitu “Community Development/CD”, ataupun sebaliknya (Adi, 2003 : 223). Pengembangan masyarakat adalah suatu lapangan akademis dan terapan. Yang menjadi tujuan pokoknya adalah pengembangan manusianya. Pertanyaan “How”
atau
“Bagaimana”
seorang
bergerak
dilapangan
pengembangan
masyarakat adalah merupakan suatu tinjauan segi praktis. Sedangkan pertanyaan “Why” atau “Mengapa” seorang bergerak dengan suatu cara tertentu adalah merupakan suatu tinjauan segi teoritis beserta segala prinsip - prinsipnya (Moedzakir, 1986 : 9). Dengan demikian, melalui Community Development sebagai proses untuk meningkatkan kondisi kehidupan yang meberikan fokus perhatian pada komunitas sebagai suatu kesatuan kehidupan bermasyarakat, guna merealisasikan tujuan tersebut cenderung lebih mengandalkan pada pemanfaatan dan pendayagunaan energi yang ada dalam kehidupan komunitas itu sendiri (Soetomo, 2006 : 86 - 86). Sikap (attitude) merupakan salah satu bahasan yang menarik dalam kajian psikologi, karena sikap sering digunakan untuk meramalkan tingkah laku, tingkah laku perorangan, kelompok, bahkan tingkah laku suatu bangsa. Meskipun demikian sikap seseorang terhadap suatu objek tidak selalu memunculkan tingkah laku yang negatif terhadap objek tersebut (Adi, 1994 : 177).
Universitas Sumatera Utara
18
Adapun kontribusi yang diharapkan dari Program CD yaitu : 1. Menjadi lebih swadaya Banyak kegiatan yang dinamakan CD dalam kenyataannya justru menumbuhkan ketergantungan masyarakat lokal terhadap aktor luas, apabila hal ini terjadi maka kegiatan yang dilaksanakan pada dasarnya buka CD karena CD pada dasarnya upaya menolong mereka agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, ringkasnya membuat masyarakat lebih swadaya. 2. Berkembang menjadi komunitas pembelajaran Masyarakat yang swadaya menuntut masyarakat lokal untuk mampu belajar dari pengalamannya sendiri untuk menjawab tantangan yang akan muncul dikemudian hari dan juga mampu memberdayakan dirinya sendiri. 3. Berkurangnya kerentanan dan kemiskinan Keberhasilan CD bukan sekedar bahwa kegiatan yang direncanakan telah dilaksanakan. Apapun kegiatan dan oleh siapa saja, CD hanya akan diangap bila mampu mengurangi kerentanan dan kemiskinan yang dihadapi masyarakat. 4. Terciptanya peluang ekonomi dan mata pencaharian yang berkelanjutan Peluang ekonomi dan mata pencaharian yang berkelanjutan dalam sebagian kegiatan mengembangkan aktivitas ekonomi. CD dilaksanakan pertama tama dengan menggunakanmodal sosial sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan lainnya. 5. Tercapai keseimbangan tujuan sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan Sering terjadi CD justru mengubah keseimbangan elemen-elemen dalam masyarakat yang ada. Apabila hal ini terjadi maka dalam jangka panjang akan merugikan masyarakat. CD sebaiknya dilaksanakan dengan mempertahankan
Universitas Sumatera Utara
19
perspektif keseimbangan yang ada dalam masyarakat lokal. CD adalah sasaran yang menjadi pondasi bagi pencapaian sasaran yang lebih jauh. 6. Menguatkan modal sosial Komunitas masyarakat miskin yang tidak memiliki modal finansial, mosal sosial merupakan modal dasar yang memungkinkan masyarakat lokal bertahan hidup (Primahendra, 2006). Sikap dapat sangat menentukan berhasil tidaknya suatu keinginan yang kita inginkan. Sikap juga akan membantu memperkuat daya keinginan kita (Haryanto, 2000 : 113). Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya: ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Perkembangan sikap dapat dipengaruhi oleh lingkungan, norma - norma atau grup. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara individu yang satu dengan yang lain karena perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terrbentuk tanpa interaksi manusia terhadap objek tertentu atau suatu objek (Ahmadi, 1999 : 171). Masyarakat desa dalam berbagai hal memiliki berbagai ciri yang dapat dibedakan dengan komunitas lain terutama pada kebiasaan hidup bermasyarakat. Perbedaan ini membawa dampak pada proses perubahan apabila tidak dicermati. Ada dua sifat masyarakat desa terkait dengan program pembangunan yaitu sikap menghambat dan sikap mendukung. Sikap menghambat terdiri dari: sikap pasif, family sentries, apatis, orientasi pada masa lampau, dan menyerah pada takdir, sedangkan sikap yang mendukung terdiri dari: sikap gotong - royong, kepemimpinan desa, sikap bersaing, kebebasan berbicara, kesediaan untuk menerima inovasi (Purnomo, 2004 : 18 - 23).
Universitas Sumatera Utara
20
Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective) dan komponen konatif (conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan komponen konaktif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Azwar, 1995 : 24) Selain bantuan ternak sapi sistem bergulir tersebut, banyak lagi contohcontoh
yang
merupakan
community
development.
Contoh
yang
lain
pengembangan masyarakat yang ada di Indonesia saat ini yaitu Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Sasarannya yaitu desa miskin. Melalui program ini diharapkan terjadi proses pemberdayaan masyarakat, serta perubahan struktur sosial yang kondusif bagi peningkatan kapasitas masyarakat yang dilakukan melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia, pengembangan permodalan, pengembangan peluang kerja dan penguatan kelembagaan kelompok miskin. Pemerintah memacu program ini dengan memberikan dana hibah sebesar Rp. 100.000.000/Desa Gapoktan. Dana ini adalah modal usaha yang dapat dimanfaatkan petani anggota untuk kegiatan sosial ekonomi yang bersifat produktif. Tetapi dalam kenyataannya, implementasi program ini sangat kompleks. Benar bahwa kondisi sejumlah desa semakin berkembang dan kelompok miskin dapat meningkatkan pendapatannya, walaupun tidak sedikit desa tertinggal lain hampir tidak berkembang. Jumlah dana yang tersalur tidak sesuai dengan ketentuan, pemanfaatannya tidak mengikuti mekanisme yang telah ditetapkan, dan pembinaan juga tidak sesuai dengan yang
Universitas Sumatera Utara
21
diharapkan. Contoh yang lain seperti Program Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) yang diberikan kepada kelompok tani berupa ternak, rumah kompos beserta peralatan pendukung, yang tujuannya agar kelompok tani tersebut menjadi mandiri, dan dapat membangun perekonomian yang sifatnya merakyat.
2.2. Landasan Teori Ilmu usaha tani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu (Seokartawi, 1995 : 54). Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang cukup panjang dan penuh dengan resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama tergantung pada jenis komuditas yang diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksi pun ikut sebagai penentu pencapaian produksi. Pada subsektor usaha seperti pemeliharaan sapi, kambing, ayam, dan lain sebagainya juga membutuhkan variasi waktu (Daniel, 2002 : 49). Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usaha tani swasembada, khususnya faktor tenaga kerja petani dan para anggota keluarganya. Dalam usaha tani swasembada atau usaha tani keluarga, faktor tenaga kerja keluarga petani merupakan unsur penentu (Tohir, 1991 : 221). Kalau orang mengatakan bahwa dalam usahatani tenaga kerja adalah salah satu produksi yang utama, maka yang dimaksudkannya adalah mengenai kedudukan si petani dalam usaha tani. Petani dalam usahatani tidak hanya menyumbangkan tenaga (labour) saja, tetapi lebih dari pada itu. Petani adalah
Universitas Sumatera Utara
22
pemimpin usaha tani yang mengatur organisasi produksi secara keseluruhan (Mubyarto, 1984 : 106). Proses produksi baru bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan tanaman, ternak, ataupun ikan dapat dipenuhi. Persyaratan ini lebih dikenal dengan nama faktor produksi (Daniel, 2002 : 50). Menurut rogers (1983), banyak dilakukan penelitian tentang hubungan antara indeks adopsi dan ciri-ciri sosial individu. Adapun indeks adopsi individu terebut yaitu: pendidikan, baca tulis, status sosial yang lebih tinggi, unit ukuran besar, orientasi ekonomi komersial, sikap yang lebih berkenan terhadap kredit, sikap yang lebih berkenan terhadap perubahan, sikap yang lebih berkenan terhadap pendidikan, intelegensi, partisipasi sosial, kosmopolitalisme, kontak dengan agen perubahan, keterbukaan dengan media massa, pencarian informasi yang lebih aktif, pengetahuan tentang inovasi, dan pendapat
tentang
kepemimpinan. Variabel ini telah diteliti diberbagai wilayah pertanian yang berbeda, baik negara industri maupun negara yang sedang berkembang, yaitu pada pendidikan, kesehatan dan perilaku konsumen. Hasil penelitian yang mencolok ditemukan hampir disemua bidang (Van Den Ban dan Hawkins, 1999 : 126-127). Latar belakang sosial ekonomi dan budaya ataupun politik sangat mempengaruhi cepat lambatnya suatu inovasi, sebagai berikut: umur, tingkat pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan masyarakat dengan dunia luar dan sikap petani dengan perubahan (Mosher, 1987 : 45). Tingkat pendidikan petani sering disebut sebagai faktor rendahnya tingkat produktivitas usahatani. Tingkat pendidikan yang rendah maka petani akan lambat mengadopsi inovasi baru dan mempertahankan kebiasaan-kebiasaan lama,
Universitas Sumatera Utara
23
sedangkan seseorang yang berpendidikan tinggi tergolong lebih cepat dalam mengadopsi inovasi baru (Soekartawi, 2002 : 26). Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau memihak pada objek tersebut (Azwar, 1995 : 5). Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan dan sikap mental petani itu sendiri. Dalam hal ini pada umumnya karena tingkat kesejahteraan hidupnya dan keadaan lingkungan dimana mereka tinggal dapat dikatakan masih menyedihkan. Sehingga menyebabkan pengetahuan dan kecakapannya tetap berada dalam tingkatan rendah dan keadaan seperti ini tentu akan menekan sikap mentalnya (Kartasapoetra, 1991). Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja bilamana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006). Petani yang berusia lanjut berumur sekitar 50 tahun biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara bekerja, dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru (Kartasapoetra, 1991 : 55). Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam merima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari dari pada petani pemula atau baru. Petani yang sudah lama
Universitas Sumatera Utara
24
berusahatani akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluhan demikian pula dengan penerapan teknologi (Soekartawi, 1999). Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda-beda, oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal-hal yang baik untuk waktuwaktu berikutnya (Hasyim, 2006). Luas lahan akan mempengaruhi skala usaha. Makin luas lahan yang dipakai petani dalam usaha pertaniannya, maka lahan semakin tidak efisien. Hal ini disebabkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisisen akan berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, sehingga usaha pertanian seperti ini lebih efisien. Meskipun demikian lahan yang terlalu kecil cenderung mengahasilkan usaha yang tidak efisien pula ( Soekartawi, 1999 : 23). Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya (Hasyim, 2006).
2.3. Kerangka Pemikiran Salah Satu Program Community Development (CD) P.T. Toba Pulp Lestari, Tbk yaitu pengembangan ternak sapi sistem bergulir. Perusahan memberikan 3 (tiga) ekor sapi, 2 (dua) ekor betina dan 1 (satu) ekor jantan kepada
Universitas Sumatera Utara
25
petani peserta. Setelah mempunyai anak pertama berumur 6 bulan, makan anak sapi tersebut dikembalikan kepada pihak perusahaaan untuk digulirkan kembali kepada petani yang lain. Dalam pelaksanaan perguliran sapi ini terdapat masalah - masalah yang dihadapi petani. Oleh karena itu, perlu diadakan suatu upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam melaksanakan Program Community Development ternak sapi sistem bergulir, petani dipengaruhi oleh faktor sosial ekonominya yaitu umur, pendidikan, lama berusahatani, luas lahan, jumlah tanggungan. Faktor sosial ekonomi tersebut dapat mempengaruhi sikap petani. Sikap petani bisa positif dan juga bisa negatif.
Universitas Sumatera Utara
26
SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN
PT. TPL
Program Community Development (CD) Pengembangan Ternak Sapi Sistem Bergulir
Petani Peserta
Masalah
Upaya
Faktor Sosial Ekonomi 1. Umur 2. Pendidikan 3. Lama berusahatani 4. Frekuensi mengikuti penyuluhan 5. Luas lahan 6. Jumlah tanggungan
Sikap
Positif
Negatif
Keterangan : : Proses :Pengaruh
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Petani Peserta Program Community Development (CD) Ternak Sapi Sistem Bergulir PT. Toba Pulp Lestari, Tbk di Kabupaten Toba Samosir.
Universitas Sumatera Utara